Roma 15:4-7: Penghiburan, Ketekunan, dan Kemuliaan dalam Kesatuan Kristus

Teks Alkitab – Roma 15:4-7 (AYT):
(4) Sebab, segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk pengajaran kita supaya melalui ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci, kita memiliki pengharapan.
(5) Semoga Allah, yang memberi ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kepadamu untuk hidup rukun satu dengan yang lain, sesuai dengan Kristus Yesus.
(6) Supaya dengan satu hati dan satu suara, kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.
(7) Karena itu, terimalah satu sama lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita untuk kemuliaan Allah.
I. Pendahuluan: Kesatuan dalam Perbedaan
Surat Paulus kepada jemaat di Roma bukan hanya dokumen doktrinal tentang pembenaran oleh iman, tetapi juga pedoman praktis hidup bersama dalam komunitas Kristen yang beragam. Ayat 4–7 berada di tengah ajakan Paulus agar jemaat yang kuat dan lemah dalam iman hidup saling menerima dan membangun, bukan menjatuhkan.
R.C. Sproul mencatat bahwa bagian ini adalah salah satu teks terpenting tentang kesatuan gereja dalam keberagaman karunia dan keyakinan. Ayat-ayat ini bukan hanya pengajaran moral, melainkan dasar teologis kuat tentang bagaimana Kristus menjadi pola, kekuatan, dan tujuan dari kesatuan orang percaya.
II. Eksposisi Ayat per Ayat
A. Roma 15:4 – Fungsi Kitab Suci: Pengajaran, Ketekunan, Penghiburan, dan Pengharapan
"Sebab, segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk pengajaran kita..."
1. Kitab Suci sebagai Pengajaran dan Dasar Etika
John Calvin menekankan bahwa seluruh Perjanjian Lama, sekalipun ditujukan pada umat Israel, memiliki nilai instruktif bagi gereja masa kini. Ia menulis:
"Apa yang ditulis dahulu bukanlah relik masa lampau, tetapi warisan hidup untuk mendidik kita dalam ketekunan dan iman."
Dalam perspektif Reformed, Alkitab adalah satu kesatuan progresif pewahyuan Allah (progressive revelation). Maka, pengajaran Alkitab bersifat universal, abadi, dan relevan.
2. Ketekunan dan Penghiburan dari Kitab Suci
Ketekunan dan penghiburan (bahasa Yunani: hypomonē dan paraklēsis) menunjukkan fungsi pastoral dari firman Tuhan. John Murray dalam komentarnya menekankan bahwa penghiburan bukan datang dari dunia, tetapi dari wahyu ilahi.
Kitab Suci memberi kita ketekunan di tengah penderitaan dan penghiburan saat duka, karena di dalamnya kita melihat karakter Allah yang setia.
3. Tujuannya: Pengharapan
Harapan bukan sekadar optimisme, melainkan pengharapan eskatologis yang didasarkan pada janji Allah. Herman Bavinck mengatakan:
"Kitab Suci memberi kita pandangan ke masa depan yang sudah pasti, karena janji-janji Allah telah digenapi dan akan digenapi sepenuhnya dalam Kristus."
B. Roma 15:5 – Allah Sumber Ketekunan dan Penghiburan
“Semoga Allah, yang memberi ketekunan dan penghiburan…”
1. Sifat Allah yang Personal dan Aktif
Allah bukan hanya objek penyembahan, tapi juga subjek yang aktif memberi kekuatan kepada umat-Nya. Paulus mengakui bahwa kemampuan untuk tekun dan kuat bukanlah hasil dari kehendak manusia, tetapi pemberian dari Allah.
Sproul menyebut ini sebagai dasar dari ketergantungan mutlak kita pada anugerah Allah dalam kehidupan sehari-hari. Kesatuan bukan dicapai melalui usaha daging, tetapi oleh anugerah ilahi.
2. Kesatuan dalam Kristus: Hidup Saling Rukun
“...mengaruniakan kepadamu untuk hidup rukun satu dengan yang lain, sesuai dengan Kristus Yesus.”
Frasa ini menekankan kesatuan yang ditentukan oleh Kristus, bukan oleh kesamaan sosial, budaya, atau pendapat doktrinal non-inti. John Murray menulis bahwa yang dimaksud dengan “rukun” adalah:
"Satu pikiran dalam kerangka kasih Injil, bukan pemaksaan uniformitas tetapi kesatuan yang ditopang oleh kasih dan pengertian Injil."
C. Roma 15:6 – Tujuan Kesatuan: Memuliakan Allah
“...supaya dengan satu hati dan satu suara, kamu memuliakan Allah…”
1. Liturgi Hidup: Hati dan Suara
Paulus menyiratkan bahwa kesatuan sejati akan menghasilkan ibadah sejati. “Satu hati” menunjukkan kesatuan rohani, dan “satu suara” berarti ekspresi publik dari ibadah yang terpadu.
John Calvin mengomentari:
"Bukan hanya suara kita, tetapi juga hati kita harus selaras dalam memuliakan Allah. Ibadah sejati mempersatukan seluruh umat Allah dalam satu tujuan: kemuliaan-Nya."
2. Teosentrisme: Fokus Utama adalah Allah
Sproul menegaskan bahwa doktrin Reformed selalu berakar dalam teosentrisme (God-centeredness). Tujuan utama dari rekonsiliasi, penerimaan, dan kesatuan adalah bukan untuk kenyamanan gereja, tetapi untuk kemuliaan Allah dan Kristus.
D. Roma 15:7 – Menerima Satu Sama Lain seperti Kristus
“Karena itu, terimalah satu sama lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita untuk kemuliaan Allah.”
1. Kristus sebagai Pola dan Dasar
Penerimaan Kristus terhadap kita adalah tindakan kasih yang tidak bersyarat. Dia menerima orang berdosa tanpa syarat awal, tapi tidak membiarkan mereka tetap dalam dosa.
John Calvin menyimpulkan ayat ini sebagai:
"Tidak ada pengikut Kristus yang sejati jika ia menolak saudaranya yang sudah diterima oleh Kristus sendiri."
2. Tujuan Penerimaan: Kemuliaan Allah
Penerimaan bukan didorong oleh sekadar toleransi, tetapi oleh visi yang lebih tinggi—kemuliaan Allah. Herman Bavinck menekankan bahwa dalam Kristus, umat Allah yang terdiri dari berbagai bangsa dan latar belakang, disatukan demi kemuliaan Tuhan, bukan demi manusia.
III. Perspektif Teologi Reformed tentang Roma 15:4–7
1. Sola Scriptura dan Fungsi Kitab Suci
Roma 15:4 menekankan bahwa Kitab Suci adalah sumber pengajaran dan penghiburan, sejalan dengan prinsip Sola Scriptura. Firman Allah adalah satu-satunya otoritas tertinggi dalam iman dan praktik hidup Kristen.
2. Kesatuan Gereja dalam Kasih dan Doktrin
Gereja Reformed sangat menekankan pentingnya kesatuan dalam kebenaran. Namun, ayat ini menunjukkan bahwa kesatuan dalam kasih tidak boleh dikorbankan demi perbedaan pendapat kecil.
John Murray menyatakan:
"Paulus tidak meminta kita menyerah pada kebenaran, tetapi untuk tidak menjadikan perbedaan yang tidak esensial sebagai alasan untuk menolak satu sama lain."
3. Kemuliaan Allah Sebagai Tujuan Tertinggi (Soli Deo Gloria)
Keseluruhan teks ini mengarahkan kita kepada tema agung dalam teologi Reformed: kemuliaan Allah. Bahkan hubungan antarjemaat diarahkan untuk satu tujuan agung ini.
IV. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini
A. Gereja Sebagai Komunitas Pengharapan
Gereja masa kini hidup dalam zaman kelelahan rohani dan sosial. Ayat 4 menegaskan bahwa pengharapan kita berasal dari firman Allah, bukan dari situasi dunia. Gereja harus menanamkan disiplin membaca dan merenungkan Kitab Suci sebagai sarana kekuatan rohani.
B. Saling Menerima sebagai Cermin Kristus
Dalam zaman polarisasi, gereja harus menonjolkan penerimaan yang bersumber dari kasih Kristus. Ini bukan toleransi yang pasif, tetapi kasih aktif yang membangun dan menyatukan.
C. Kesatuan Bukan Keseragaman
Roma 15:5–6 mendorong kita untuk mengejar kesatuan yang tidak bergantung pada seragamnya ekspresi ibadah, gaya pelayanan, atau budaya gereja. Kesatuan harus bersumber dari iman kepada Kristus dan kasih sejati dalam Injil.
D. Ibadah yang Berpusat pada Allah
Setiap tindakan gereja, baik internal maupun publik, harus diarahkan untuk memuliakan Allah (ayat 6). Ini berarti:
-
Musik gereja bukan untuk menyenangkan manusia, tapi Allah.
-
Pelayanan bukan untuk agenda pribadi, tetapi rencana ilahi.
-
Hubungan antaranggota bukan untuk gengsi, tetapi mencerminkan kasih Kristus.
V. Kesimpulan: Kesatuan yang Meninggikan Kristus
Roma 15:4–7 adalah teks yang memperlihatkan keindahan doktrin dan kehidupan Kristen: bagaimana pengajaran Kitab Suci, penghiburan Allah, kesatuan jemaat, dan penerimaan Kristus berujung pada satu tujuan—kemuliaan Allah.
Dalam terang teologi Reformed, kita melihat bahwa semua aspek kehidupan gereja haruslah didasarkan pada:
-
Anugerah Allah (Sola Gratia)
-
Firman Allah (Sola Scriptura)
-
Kristus sebagai pusat (Solus Christus)
-
Iman yang menyelamatkan (Sola Fide)
-
Dan kemuliaan Allah semata (Soli Deo Gloria)
Penutup:
Roma 15:4–7 bukan hanya panggilan moral, tetapi manifestasi Injil yang hidup di tengah komunitas Allah. Kita diundang untuk saling menerima, saling menghibur, dan saling membangun demi satu hal yang lebih besar daripada diri kita sendiri: kemuliaan Allah.