Lukas 2:25–35 Simeon, Mesias, dan Sebuah Pedang

Lukas 2:25–35  Simeon, Mesias, dan Sebuah Pedang

Pendahuluan

Lukas 2:25–35 adalah bagian yang sering kali dilewati cepat dalam narasi Natal. Namun, dalam perikop ini kita menemukan salah satu nubuat paling mendalam dalam Injil Lukas, yakni ucapan Simeon tentang Mesias dan tentang penderitaan Maria. Ucapan ini bukan hanya penuh pengharapan, tetapi juga menyingkapkan kenyataan salib yang kelam dan mendalam.

Artikel ini menyajikan eksposisi mendalam atas Lukas 2:25–35 dari sudut pandang teologi Reformed, mengacu pada pemikiran para teolog besar seperti John Calvin, R.C. Sproul, John MacArthur, Sinclair Ferguson, dan Herman Bavinck.

1. Latar Belakang Teks

“Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya.” (Luk.as 2:25, AYT)

1.1 Simeon: Sosok Saleh dan Nubuatan Roh Kudus

Dalam tradisi Yahudi, "penghiburan bagi Israel" merujuk kepada pengharapan mesianis yang dinubuatkan dalam Yesaya 40–66. Teologi Reformed menekankan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya tanpa saksi. John Calvin menyatakan dalam komentarnya bahwa Allah “selalu memelihara sisa umat-Nya bahkan di tengah kebobrokan rohani bangsa itu.” Simeon adalah bagian dari sisa itu—seorang tua yang dipenuhi Roh Kudus, penantian rohani yang kontras dengan keadaan agama formalistik saat itu.

R.C. Sproul menekankan peran Roh Kudus dalam teks ini sebagai pendahuluan dari apa yang akan menjadi pola dalam Perjanjian Baru: “pengilhaman, penyataan, dan bimbingan Roh Kudus kepada umat Allah yang menantikan Kristus.”

2. Mesias yang Dijanjikan: Kristus sebagai Terang bagi Bangsa-Bangsa

“Sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang untuk menyatakan kehendak-Mu kepada bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu Israel.” (Lukas 2:30–32, AYT)

2.1 Eskatologi yang Terpenuhi

Simeon, dalam pewahyuan Roh Kudus, menyatakan bahwa bayi ini adalah "keselamatan" yang dinubuatkan. Kata "keselamatan" (sōtērion) yang digunakan dalam teks Yunani bukan sekadar "keselamatan spiritual", tetapi menunjuk kepada seluruh rancangan Allah dalam penebusan manusia.

Herman Bavinck menulis dalam Reformed Dogmatics bahwa keselamatan dalam Kristus adalah "puncak dari sejarah penebusan", di mana segala janji Allah menemukan ya dan amin-nya. Ucapan Simeon menyatakan bahwa keselamatan ini sekarang telah masuk ke dalam sejarah manusia dalam wujud bayi Yesus.

2.2 Terang bagi Bangsa-bangsa

Frasa ini menarik dalam konteks orang Yahudi abad pertama. Banyak yang percaya bahwa Mesias hanya untuk Israel secara etnis. Namun, Simeon, yang dipenuhi Roh, menyatakan misi universal Mesias.

John MacArthur menegaskan bahwa ini adalah penggenapan Yesaya 42:6 dan 49:6. “Terang itu bukan hanya untuk umat pilihan dalam etnis Yahudi, tetapi juga untuk bangsa-bangsa (ethnos).” Ini adalah deklarasi misi penginjilan dan misi Allah (missio Dei) dalam bentuk paling awal.

3. Respons Orang Tua Yesus dan Nubuatan untuk Maria

“Yusuf dan ibu-Nya takjub akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.” (Lukas 2:33, AYT)

3.1 Keheranan Orang Tua Yesus

Respons ini adalah penanda keheranan rohani (bukan ketidakpercayaan). Yusuf dan Maria telah mengalami malaikat, mimpi, dan pengunjung-pengunjung seperti para gembala. Namun, ucapan Simeon mengandung nada kenabian dan mendalam—menggabungkan janji dan penderitaan.

R.C. Sproul menekankan bahwa bagian ini menunjukkan ketegangan dalam Inkarnasi: Kepenuhan ilahi dalam wujud manusia biasa.

4. Batu Sandungan dan Tanda yang Ditentang

“Sesungguhnya, Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang di Israel, dan untuk menjadi suatu tanda yang akan ditentang.” (Lukas 2:34, AYT)

4.1 Mesias: Batu Sandungan atau Batu Penjuru?

John Calvin menghubungkan bagian ini dengan nubuat Yesaya 8:14–15, di mana Mesias digambarkan sebagai batu sandungan. Simeon menyadari bahwa Yesus tidak akan disambut secara universal. Banyak akan percaya, tetapi banyak juga akan menolak. Inilah awal konflik salib.

Teologi Reformed mengajarkan predestinasi dan efektivitas penebusan, dan bagian ini adalah gambaran awal: Mesias akan menjadi penyebab kebangkitan bagi yang percaya dan kejatuhan bagi yang menolak-Nya.

Sinclair Ferguson menyatakan, “Salib Kristus bukanlah kecelakaan sejarah. Ia adalah pusat rencana Allah, dan sejak bayi pun Yesus telah ditandai untuk penderitaan dan penolakan.”

5. Nubuat untuk Maria: “Sebuah Pedang akan Menembus Jiwamu”

“Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya pikiran hati banyak orang dinyatakan.” (Lukas 2:35, AYT)

5.1 Penderitaan Maria dan Salib

Frasa “pedang” (Yunani: romphaia) bukan pisau kecil, tetapi pedang besar yang digunakan dalam peperangan. Ini bukan sekadar penderitaan emosional sebagai ibu, melainkan penderitaan rohani yang dalam karena keterlibatannya dalam rencana keselamatan Allah.

Maria akan melihat anaknya menderita, ditolak, disalibkan. Bagi teologi Reformed, ini adalah penggenapan peran Kristus sebagai Sang Hamba Penderita (Yesaya 53). Bahkan Maria, yang diberkati, tidak dilepaskan dari penderitaan—karena keselamatan bukan datang tanpa salib.

John MacArthur menyebut bagian ini sebagai “pranatal theology of the cross”—teologi salib bahkan sebelum Yesus memulai pelayanan publik-Nya.

6. Teologi Simeon dalam Konteks Keseluruhan Injil Lukas

Injil Lukas sangat menekankan karya Roh Kudus, belas kasihan Allah, dan inklusi bangsa-bangsa dalam rencana keselamatan. Lukas 2:25–35 adalah kulminasi dari tema tersebut:

  • Roh Kudus: membimbing Simeon (Lukas 2:25–27).

  • Keselamatan universal: untuk segala bangsa, bukan hanya Israel (Lukas 2:31).

  • Penolakan dan penderitaan: tanda Mesias yang ditentang (Lukas 2:34–35).

Bagi Herman Ridderbos, bagian ini menyiapkan pembaca untuk paradoks utama dalam Injil: kemenangan dalam penderitaan, kemuliaan melalui salib, dan kerajaan melalui penolakan.

7. Aplikasi Teologis dan Pastoral

7.1 Harapan di Tengah Penantian

Simeon adalah gambaran orang percaya yang setia dalam penantian. Ia tidak melihat penggenapan penuh janji Allah dalam hidupnya, tetapi ia percaya dan hidup dengan iman. Ini menjadi teladan bagi gereja yang hidup di antara kedatangan pertama dan kedua Kristus.

7.2 Salib sebagai Inti Injil

Penekanan pada “tanda yang ditentang” dan “pedang bagi Maria” menunjukkan bahwa salib bukan Plan B, melainkan pusat dari rencana Allah. Teologi Reformed menekankan bahwa Allah tidak menyelamatkan manusia dengan jalan pintas. Salib adalah bagian integral dari kemuliaan Mesias.

7.3 Injil untuk Segala Bangsa

Mesias sebagai terang bagi bangsa-bangsa menjadi dasar bagi misi gereja. Tidak ada kelompok etnis yang terlalu jauh dari jangkauan kasih karunia Allah. Simeon memberi motivasi bagi penginjilan lintas budaya dan misi global.

8. Penutup: Simeon dan Kita

Simeon melihat keselamatan dalam rupa seorang bayi dan berkata, "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu pergi dalam damai." (Lukas 2:29). Ini adalah doa seorang yang puas dalam janji Allah. Ia tidak melihat salib, kebangkitan, atau Pentakosta, tetapi ia melihat awal penggenapan janji Allah dan ia percaya.

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, kisah Simeon memberi kita fondasi: janji Allah pasti digenapi. Namun, penggenapan itu datang melalui jalan salib. Seperti Simeon, kita menantikan kedatangan penuh Kristus, dan sambil menunggu, kita memegang teguh janji-Nya.

Next Post Previous Post