Matius 26:21 Seorang di Antara Kamu Akan Menyerahkan Aku

Pendahuluan
Matius 26 mencatat jam-jam terakhir Yesus sebelum penyaliban. Di tengah perjamuan malam Paskah—sebuah perayaan penuh makna bagi umat Israel—Yesus membuat pernyataan mengejutkan:
“Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.’” (Matius 26:21, TB)
Pernyataan ini memecah keheningan dan menelanjangi kenyataan menyakitkan: pengkhianatan akan datang bukan dari luar, tetapi dari dalam. Artikel ini akan membedah ayat ini secara ekspositori, memperhatikan konteks sejarah, makna spiritual, dan respons gereja menurut sudut pandang teologi Reformed.
I. Konteks Historis dan Naratif
Peristiwa ini terjadi pada Malam Perjamuan Terakhir. Yesus dan murid-murid-Nya merayakan Paskah, memperingati pembebasan Israel dari Mesir (Kel. 12). Tetapi sekarang, Yesus memberi makna baru pada Paskah: Ia adalah Anak Domba sejati yang akan dikorbankan.
John Calvin menjelaskan bahwa ucapan Yesus di ayat 21 adalah:
“Suatu penglihatan nubuatan dan juga sebuah pernyataan duka, karena dalam tengah-tengah pesta perjanjian, ada pengkhianat perjanjian.”
Yesus tahu siapa yang akan mengkhianati-Nya (Yudas), namun Ia tetap memberikan tempat di meja. Ini adalah gambaran kasih karunia dan misteri ilahi.
II. Frasa Ekspositori Matius 26:21
1. “Aku berkata kepadamu”
Frasa ini sering digunakan Yesus untuk menyatakan otoritas ilahi-Nya. Ia tidak berspekulasi; Ia menyatakan kebenaran mutlak. Dalam tradisi Yahudi, ini adalah bentuk sumpah dan penegasan nubuatan.
Dalam kerangka Reformed, ini menunjukkan kedaulatan Yesus atas semua peristiwa, termasuk pengkhianatan. Pengkhianatan bukan kebetulan, tetapi bagian dari rencana penebusan Allah.
R.C. Sproul berkata:
“Tidak ada paku yang menembus tubuh Yesus tanpa izin dari Bapa. Bahkan pengkhianatan Yudas digunakan Allah untuk membawa keselamatan.”
2. “Sesungguhnya…” (Yunani: ἀμὴν λέγω ὑμῖν – amēn legō hymin)
Kata "sesungguhnya" adalah bentuk penekanan. Dalam Injil Sinoptik, Yesus sering menggunakan frasa ini untuk menyampaikan sesuatu yang sangat serius dan mengejutkan.
Sinclair Ferguson menekankan:
“Kata ini seperti lonceng peringatan: jangan abaikan apa yang akan dikatakan. Ini adalah kebenaran terdalam yang harus didengar dan direnungkan.”
3. “Seorang di antara kamu…”
Ini adalah bagian paling mengguncang. “Di antara kamu”—orang dalam, sahabat, murid, rekan pelayanan. Tidak datang dari luar, tetapi dari orang dekat.
Calvin menyebut ini sebagai “pengkhianatan dari dalam komunitas perjanjian.”
Ini mencerminkan kebenaran teologis penting: bahaya rohani terbesar tidak selalu berasal dari luar gereja, tetapi bisa datang dari dalam. Dalam sejarah gereja pun, penyesatan, pengkhianatan, dan kehancuran kadang berasal dari para pemimpin atau orang yang dikasihi.
4. “Akan menyerahkan Aku”
Frasa ini secara harfiah berarti “mengkhianati” atau “menyerahkan kepada musuh.” Ini adalah tindakan aktif. Tidak terjadi secara tidak sengaja. Pengkhianatan adalah pilihan moral.
Teologi Reformed memandang dosa bukan sekadar kegagalan atau kelemahan, tetapi pemberontakan sadar terhadap Allah.
Bavinck menyatakan:
“Dalam kejatuhan manusia dan pengkhianatan Yudas, kita melihat natur dosa sebagai anti-Tuhan, bukan sekadar kekeliruan etis.”
III. Pelajaran Teologis: Kedaulatan dan Tanggung Jawab
Pertanyaan muncul: Jika Yesus tahu siapa yang akan mengkhianati-Nya, apakah Yudas masih bertanggung jawab?
Dalam teologi Reformed, ini disebut “compatibilism”—yaitu bahwa kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia berjalan bersamaan.
Yesus tidak memaksa Yudas berdosa, tapi rencana Allah tidak bisa digagalkan oleh kejahatan manusia. Bahkan kejahatan Yudas dipakai untuk kebaikan ilahi (Kejadian 50:20).
IV. Respons Para Murid: Introspeksi dan Ketakutan
Ayat 22 menyebutkan:
“Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: ‘Bukan aku, ya Tuhan?’”
Respons ini menggambarkan:
-
Ketidakpastian mereka tentang kondisi hati mereka
-
Kesadaran akan kemungkinan jatuhnya diri sendiri
Ini adalah respons yang sehat secara rohani. Dalam teologi Reformed, ini disebut examining the heart—menguji diri di hadapan Firman Allah.
Martyn Lloyd-Jones berkata:
“Jangan percaya bahwa engkau tidak mungkin jatuh. Justru ketika engkau sadar bahwa engkau bisa jatuh, engkau akan berlindung dalam kasih karunia.”
V. Misteri Hati Manusia: Yudas sebagai Cermin
Yudas bukan hanya tokoh historis; ia adalah cermin bagi kita semua. Ia:
-
Melihat mujizat Yesus
-
Mendengar pengajaran-Nya
-
Bahkan diutus untuk memberitakan Injil (Matius 10:1-4)
Namun hatinya tetap terikat oleh cinta uang dan kegelapan. Ini menunjukkan kemungkinan kemunafikan spiritual di tengah komunitas Kristen.
John Owen menulis:
“Tidak semua yang duduk di meja perjamuan adalah anak-anak terang. Diperlukan pemurnian batin dan pertobatan sejati.”
VI. Injil dalam Tengah Pengkhianatan
Yang paling mengagumkan: Yesus tahu Ia akan dikhianati, tetapi Ia tetap memberikan roti dan anggur. Ia tidak mengusir Yudas, melainkan tetap membagikan kasih karunia sampai akhir.
Ini menunjukkan kasih Allah yang tak terukur. Dalam saat paling gelap, Injil bersinar paling terang.
“Kristus mati bukan karena ditangkap, tetapi karena menyerahkan diri-Nya.”
Kita melihat bahwa kasih karunia selalu mendahului kejatuhan. Bahkan terhadap pengkhianat, Tuhan tidak langsung membalas, tapi memberi ruang untuk pertobatan.
VII. Implikasi Pastoral dan Spiritualitas Pribadi
1. Periksa Hatimu, Jangan Asumsikan Keselamatan
Pengakuan iman dan pelayanan tidak otomatis membuktikan keselamatan. Yudas adalah murid, bukan orang luar.
2 Korintus 13:5 – “Ujilah dirimu sendiri…”
Reformed theology mendorong pemeriksaan diri sebagai bagian dari pertumbuhan rohani.
2. Waspadai Akar Dosa yang Tersembunyi
Yudas tidak berubah dalam semalam. Ia membiarkan dosa tumbuh diam-diam. Iri hati, ambisi, cinta uang—semua menyelinap di balik wajah rohani.
Sproul berkata:
“Kekristenan yang sejati bukan tentang apa yang kita tunjukkan, tetapi apa yang terjadi dalam hati kita.”
3. Tetaplah Percaya pada Kristus yang Berdaulat
Yesus tahu penderitaan yang akan datang, namun tetap maju. Kita bisa mempercayakan hidup kita pada Dia yang berdaulat atas pengkhianatan, kesakitan, dan kematian.
VIII. Penutup: Undangan untuk Pertobatan dan Keintiman Baru
Kisah Matius 26:21 adalah peringatan serius sekaligus undangan penuh kasih:
-
Waspadalah terhadap kemunafikan rohani
-
Jangan anggap enteng pengkhianatan hati
-
Datanglah kepada Kristus—karena Ia masih membuka tangan-Nya, bahkan bagi pengkhianat
Mazmur 139:23–24 menjadi doa kita:
“Selidikilah aku, ya Allah… dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.”