Roma 15:15-16: Pelayanan Paulus dan Imamat Injil bagi Bangsa-bangsa

Pendahuluan
Surat Paulus kepada jemaat di Roma merupakan karya teologis paling sistematis dalam Perjanjian Baru. Dalam Roma 15:15-16, Rasul Paulus berbicara dengan kerendahan hati namun penuh otoritas, menyampaikan motivasi dan mandat pelayanannya kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ayat ini mencerminkan esensi pelayanan Kristen dalam terang misi Allah bagi dunia.
Mari kita lihat isi ayatnya terlebih dahulu:
Roma 15:15-16 (AYT):
"Namun, aku agak lebih berani menulis kepadamu tentang beberapa hal, seolah-olah untuk mengingatkan kamu, karena kasih karunia yang diberikan kepadaku oleh Allah, untuk menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan imamat Injil Allah, supaya persembahan bangsa-bangsa bukan Yahudi menjadi berkenan kepada Allah, dikuduskan oleh Roh Kudus."
Artikel ini akan mengeksplorasi:
-
Latar belakang ayat dan struktur surat
-
Penafsiran Reformed atas teks
-
Analisis gramatikal dan teologis
-
Implikasi praktis bagi gereja masa kini
-
Kesimpulan dan ajakan
I. Latar Belakang dan Konteks Historis
A. Surat Roma Sebagai Dokumen Misiologis dan Teologis
John Stott mencatat bahwa surat Roma adalah "manifesto Injil Paulus", yang menyatukan antara teologi dan misi. Dalam pasal 15, kita melihat bagaimana setelah menegaskan doktrin keselamatan (pasal 1–11) dan aplikasi praktisnya (pasal 12–14), Paulus kini menjelaskan pelayanan pribadinya sebagai bentuk tanggapan terhadap panggilan Allah.
B. Tujuan Paulus Menulis Bagian Ini
Menurut Charles Hodge, Paulus menulis dengan “otoritas kerasulan, namun dalam kerendahan hati pastoral”. Ia mengingatkan jemaat Roma bahwa pelayanannya bukan berdasarkan ambisi pribadi, melainkan karena “kasih karunia yang diberikan” oleh Allah (ay.15).
II. Analisis Ayat Demi Ayat
A. Roma 15:15: “Namun, aku agak lebih berani menulis…”
1. Keberanian yang Berakar dari Kasih Karunia
Paulus menyebut bahwa ia “agak lebih berani” (Yunani: τολμηρότερον) untuk menulis secara tegas kepada jemaat Roma, walaupun sebagian dari mereka belum ia temui secara pribadi.
John Calvin menafsirkan ini sebagai “keberanian yang lahir dari kesadaran panggilan kerasulan”. Ia tidak menulis untuk menyombongkan diri, tapi untuk menegaskan panggilannya sebagai rasul bangsa-bangsa bukan Yahudi.
2. Fungsi "Pengingat"
Frasa “seolah-olah untuk mengingatkan kamu” menunjukkan bahwa Paulus tidak menganggap pembacanya bodoh. Sebaliknya, ia menguatkan mereka dalam doktrin dan moral melalui pengajaran ulang. Hal ini sangat Reformed, karena salah satu prinsip reformasi adalah “semper reformanda”—Gereja harus terus diperbaharui melalui pengajaran firman.
B. Roma 15:16: “Untuk menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi…”
Ayat ini adalah pusat teologis dari perikop ini.
1. “Pelayan Kristus Yesus” (λειτουργὸν Χριστοῦ Ἰησοῦ)
Menurut John Murray, istilah leitourgos merujuk pada seorang pelayan dengan fungsi liturgis. Ini memperlihatkan bagaimana Paulus melihat dirinya tidak hanya sebagai pengajar, tapi juga sebagai imam, mempersembahkan bangsa-bangsa bukan Yahudi sebagai korban kepada Allah.
Herman Ridderbos dalam Paul: An Outline of His Theology menjelaskan bahwa di sini Paulus menggambarkan Injil sebagai liturgi ilahi—pelayanan pemberitaan Injil adalah tindakan kudus, dan hasilnya (orang-orang percaya) adalah persembahan kepada Allah.
2. “Pelayanan imamat Injil Allah”
Konsep ini unik dan mendalam.
-
Bukan hanya menyampaikan Injil, tapi melayani Injil seperti imam di altar.
-
Bangsa-bangsa bukan Yahudi diibaratkan seperti kurban persembahan yang dipersembahkan di hadapan Allah.
-
Injil menjadi "medium" kudus yang Allah pakai untuk menyucikan.
3. “Agar persembahan bangsa-bangsa bukan Yahudi menjadi berkenan kepada Allah”
Menurut Douglas Moo, ini menggambarkan misi Paulus sebagai pemberi persembahan. Hasil pemberitaan Injil (umat percaya) dipandang sebagai persembahan hidup (bdk. Roma 12:1) yang diperkenan Allah, karena telah dikuduskan oleh Roh Kudus.
III. Tafsiran Para Pakar Reformed
1. John Calvin
Calvin menyatakan bahwa pelayanan Paulus adalah pelayanan "liturgi Injil", dan bukan berdasarkan kehendak manusia, tetapi mandat dari Allah. Ia melihat bangsa-bangsa bukan Yahudi sebagai bagian dari ekspansi Kerajaan Allah, bukan hasil usaha manusia semata.
“Pelayanan Paulus sebagai imam bukan bersifat sakramental, tetapi dalam artian bahwa ia mempersembahkan orang-orang melalui pemberitaan Injil.” – Calvin’s Commentary on Romans
2. Charles Hodge
Dalam Commentary on the Epistle to the Romans, Hodge menekankan bahwa kata-kata Paulus penuh dengan semangat misioner. Ia menunjukkan bahwa misi tidak dapat dipisahkan dari otoritas kerasulan dan kuasa Roh Kudus.
“Paulus menyadari bahwa pemberitaannya bukan hanya tugas tetapi pelayanan kudus, dan hasilnya hanya diterima jika dikuduskan oleh Roh Kudus.”
3. John Murray
Murray melihat unsur iman, misi, dan kultus (ibadah) saling terjalin di dalam pelayanan Paulus. Dia menyatakan bahwa penekanan Paulus pada Roh Kudus menunjukkan bahwa misi Kristen bukan strategi manusia, tapi karya Allah sepenuhnya.
4. Herman Ridderbos
Dalam kerangka teologi kerajaan, Ridderbos menekankan bahwa ini adalah pemenuhan janji Allah kepada Abraham, bahwa melalui keturunannya (Kristus), bangsa-bangsa akan diberkati. Paulus mengidentifikasi pelayanannya dengan mandat itu.
IV. Signifikansi Teologis dan Aplikasi Praktis
A. Konsep Pelayanan Sebagai Ibadah
Roma 15:16 menunjukkan bahwa pemberitaan Injil bukan sekadar aktivitas verbal atau sosial, tetapi ibadah spiritual. Ini menegaskan bahwa:
-
Pemberitaan Injil adalah pelayanan kudus
-
Pelayan Injil adalah perpanjangan tangan Allah
-
Jiwa-jiwa yang diselamatkan adalah persembahan yang hidup
B. Bangsa-bangsa sebagai Persembahan
Dalam dunia modern yang pluralistik, penting untuk memahami bahwa misi lintas budaya bukanlah opsional, melainkan panggilan gereja. Setiap bangsa, suku, dan bahasa adalah bagian dari proyek penyembahan universal kepada Allah (bdk. Wahyu 7:9-10).
C. Pentingnya Pengudusan oleh Roh Kudus
Penginjilan yang efektif tidak hanya membutuhkan argumentasi logis, tetapi juga kuasa Roh Kudus. Roh Kuduslah yang menginsafkan, menguduskan, dan mempersembahkan umat kepada Allah.
D. Relevansi untuk Gereja Masa Kini
Gereja modern sering terjebak dalam aktivitas tanpa spiritualitas. Roma 15:15-16 mengajak gereja untuk:
-
Melihat misi sebagai ibadah
-
Menekankan peran Roh Kudus dalam misi
-
Menjalankan pelayanan dengan kasih karunia, bukan ambisi
-
Menyadari bahwa semua pelayanan adalah hasil anugerah
V. Korelasi dengan Bagian Lain dalam Alkitab
A. Roma 12:1
"Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup..."
Roma 15:16 adalah penggenapan konkret dari permintaan dalam 12:1. Persembahan hidup bukan sekadar tubuh pribadi, tetapi komunitas bangsa-bangsa yang datang kepada Kristus.
B. Yesaya 66:20
"...mereka akan membawa semua saudaramu dari antara segala bangsa… sebagai persembahan kepada TUHAN..."
Paulus sedang menggenapi nubuat ini, di mana bangsa-bangsa akan menjadi bagian dari ibadah kepada Allah.
VI. Eksposisi Kata Kunci Yunani
Kata Yunani | Terjemahan | Makna Teologis |
---|---|---|
τολμηρότερον (tolmeroteron) | Lebih berani | Paulus menulis dengan otoritas dan kasih |
λειτουργὸν (leitourgon) | Pelayan/imam | Pelayanan sebagai liturgi kudus kepada Allah |
ἱερουργοῦντα (hierourgounta) | Menjadi imam | Memberitakan Injil sebagai tindakan sakral |
προσφορὰ (prosphora) | Persembahan | Jiwa-jiwa yang diselamatkan sebagai persembahan hidup |
ἡγιασμένη (hēgiasmenē) | Dikuduskan | Pekerjaan Roh Kudus dalam menyucikan persembahan |
VII. Kesimpulan
Roma 15:15-16 adalah deklarasi teologis dan misiologis yang dalam. Ayat ini menyatukan:
-
Panggilan pribadi: Paulus menyadari anugerahnya sebagai pelayan Kristus
-
Kehidupan gereja: Persembahan yang hidup dari bangsa-bangsa
-
Pekerjaan Roh Kudus: Pengudusan dalam proses misi
Bagi gereja masa kini, ini adalah panggilan untuk:
-
Melihat misi sebagai ibadah
-
Menjadikan Roh Kudus sebagai motor pelayanan
-
Menjadikan orang percaya sebagai persembahan kepada Allah
-
Melayani dengan kesadaran akan kasih karunia
Penutup
Mari kita meneladani sikap dan teologi Paulus, yang melihat dirinya bukan sebagai pemimpin biasa, melainkan pelayan yang mempersembahkan dunia kepada Allah. Gereja Reformed dipanggil untuk menjunjung tinggi doktrin ini dan menghidupinya dalam praktik. Seperti Paulus, mari kita jadikan setiap pelayanan Injil sebagai ibadah kudus dan kuduskanlah pelayanan itu melalui kuasa Roh Kudus.
Soli Deo Gloria – Segala kemuliaan hanya bagi Allah!