Keluarga yang Berbuah

Keluarga yang Berbuah

Pendahuluan

Dalam ajaran Alkitab dan teologi Reformed, keluarga bukan sekadar unit sosial, tetapi lembaga ilahi yang hakiki. Keluarga yang berbuah menjadi simbol berkah Allah, lambang kerja sukacita dalam panggilan hidup yang kudus. Ayat kunci bagi eksposisi ini adalah:

"Anak-anak adalah milik pusaka dari TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah."(Mazmur 127:3, TB)

Pemahaman ini akan diperdalam melalui pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, J.I. Packer, dan guru kontemporer lainnya.

I. Keluarga dalam Pandangan Alkitab dan Reformed

A. Keluarga sebagai Pusaka Ilahi

Mazmur 127 menggambarkan anak sebagai pusaka Tuhan, bukan hasil usaha manusia semata. John Calvin menulis bahwa setiap kelahiran adalah pemberian Allah, bukan hasil semata terbatas kehendak manusia. Anak bukan hak, melainkan anugerah yang disertai tanggung jawab. 

B. Keluarga Memberi Buah Sebagai Upah

Kalimat selanjutnya—“buah kandungan adalah suatu upah”—menyiratkan bahwa anak memberikan keuntungan rohani nyata. Dalam teologi Reformed, buah tidak hanya soal jumlah anak, tetapi kontribusi anak dalam iman dan penggenapan perjanjian keluarga (covenant).

II. Buah yang Bermakna: Interpretasi Reformed tentang Buah Keluarga

A. Buah dalam Dimensi Generasi

Teologi Reformed menekankan warisan iman secara turun-temurun. Anak-anak yang dibina dalam iman menjadi ‘panah’ di tangan pejuang (Mazmur 127:4–5), siap berdiri dalam menghadapi tantangan dan meneruskan warisan spiritual keluarga. 

B. Buah Roh dan Hidup Kudus

J.I. Packer menekankan bahwa keluarga yang berbuah adalah yang memancarkan buah Roh seperti kasih, damai, dan kesabaran (Galatia 5:22‑23). Tanpa itu, banyak keturunan bisa menjadi "buah asam", hidup tanpa dampak kekal. 

C. Pendidikan dan Keteladanan

Di pihak ortu, pendidikan iman dan teladan hidup kudus penting. John Calvin menyatakan bahwa pembinaan anak menjadi tanggung jawab spiritual utama orang tua, bukan hanya tanggung jawab moral. Pola hidup kekristenan yang otentik lebih efektif daripada sekadar pengajaran verbal.

III. Praktik Keluarga yang Memproduksi Buah

A. Keluarga sebagai Altar Kecil

Gereja Reformed menekankan praktik Doa Keluarga dan katekisasi rumah sebagai sarana membangun iman generasi muda. Ini adalah implementasi buatan otentik dari warisan iman.

B. Keterlibatan Sosial dan Gerejawi

Keluarga yang berbuah aktif melibatkan diri dalam pelayanan gereja dan masyarakat. Pelayanan bersama memperkuat ikatan rohani dan menambah buah yang relevan dengan jemaat dan lingkungan.

C. Kepedulian dan Pengampunan Internal

Buah keluarga juga terlihat dalam pengampunan, keadilan, dan pelayanan satu sama lain. Ketika keluarga mempraktikkan kasih seperti Kristus—dalam konflik atau ketika luka terjadi—di sinilah buah hidup nyata diperlihatkan.

IV. Akibat Ketiadaan Buah: Refleksi Reformed

A. Keluarga Tanpa Warisan Iman

Tanpa buah rohani, keluarga seperti taman tanpa pohon—tampak hidup tetapi tidak berbuah. Mata rantai iman terputus, warisan rohani desa dan komunitas melemah.

B. Risiko Legalitas Sosial

Keluarga yang hanya mengejar anak tanpa iman bisa merusak panggilan perjanjian. Seperti yang dicatat di GKI Emaus, tanpa melakukan firman, keluarga bisa menjadi "kebun anggur yang asam" yang tidak berguna. 

V. Reaksi Reformed terhadap Konteks Kekinian

A. Tantangan terhadap Individualisme

Budaya modern sering menilai keluarga hanya berdasarkan keuntungan materi. Teologi Reformed menekankan bahwa buah sejati adalah dampak rohani dan kesaksian hidup yang mengarah pada kemuliaan Allah. 

B. Penghargaan terhadap Keragaman Keluarga

Keluarga yang berbuah bisa datang dalam beragam bentuk—anak banyak atau sedikit; situasi biologis atau asuh—asalkan iman Kristus tetap menjadi pusat. Seperti diskusi Reddit menunjukkan, pengarahan berbuah bukan soal jumlah, melainkan makna rohani.

VI. Kesaksian Reformed: Pengalaman Hidup Keluarga Berbuah

A. Tekad untuk Menjadi “Panah di Kota”

Mazmur 127:4-5 mengilustrasikan anak sebagai "panah di tangan pahlawan" yang efektif di komunitas. Keluarga berbuah menjadi saksi iman dan kuasa Injil di arena publik, bukan hanya tertutup dalam dinding rumah. 

B. Implementasi Karakter Kristus

J.I. Packer dan R.C. Sproul serta teolog Reformed seperti Dietrich Bonhoeffer menyatakan bahwa kasih karunia sejati menghasilkan hidup ilahi yang mengubah relasi keluarga dan menebarkan pengaruh. 

Kesimpulan

Keluarga yang berbuah bukan hanya soal jumlah atau status sosial, melainkan cerminan kasih karunia Allah yang tampil nyata dalam keluarga yang hidup dalam pengajaran Firman, kasih Roh, dan pelayanan nyata.

Mazmur 127:3 mengingatkan agar kita percaya bahwa keluarga merupakan pusaka dan anak-anak adalah anugerah, bukan hasil perencanaan manusia semata. Dalam perspektif Reformed, buah keluarga adalah iman yang hidup, pengudusan, dan warisan rohani yang kekal—semua bagi kemuliaan Allah.

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post