Akulah Gembala yang Baik: Yohanes 10:11–18

Pendahuluan
Yesus Kristus memperkenalkan diri-Nya dalam Injil Yohanes dengan berbagai pernyataan “Aku adalah” (Ego Eimi) yang menggambarkan identitas dan karya-Nya yang ilahi. Di antara semuanya, salah satu yang paling lembut sekaligus penuh makna teologis adalah ketika Ia berkata:
“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” (Yohanes 10:11)
Ungkapan ini bukan hanya metafora yang indah, tetapi pernyataan teologis yang mendalam tentang hubungan Kristus dengan umat pilihan-Nya. Dalam konteks budaya Timur Dekat kuno, gembala adalah figur yang melindungi, memimpin, dan menyediakan bagi domba-dombanya. Dengan menyebut diri-Nya sebagai Gembala yang Baik, Yesus menegaskan peran-Nya sebagai Penebus, Pemelihara, dan Raja yang setia atas umat-Nya.
Para teolog Reformed menafsirkan pernyataan ini sebagai inti dari Injil: bahwa Kristus, Sang Gembala yang Kudus, dengan kasih yang kekal menebus umat-Nya yang tersesat dan menjaga mereka sampai akhir. Dalam khotbah ini, kita akan menggali tiga kebenaran utama dari teks ini:
-
Kristus sebagai Gembala yang memberikan nyawa bagi domba-domba-Nya (penebusan).
-
Kristus sebagai Gembala yang mengenal dan menjaga domba-domba-Nya (relasi pribadi).
-
Kristus sebagai Gembala yang berdaulat atas kawanan-Nya di seluruh dunia (misi universal).
I. Kristus, Gembala yang Memberikan Nyawa bagi Domba-domba-Nya
“Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” (Yohanes 10:11)
Di sinilah inti Injil dan pusat dari seluruh Alkitab: pengorbanan Kristus bagi umat-Nya.
1. Gembala yang menebus dengan kasih yang rela
Kata “memberikan nyawanya” menunjukkan tindakan sukarela. Dalam ayat 18, Yesus menegaskan:
“Tidak seorang pun mengambilnya daripada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.”
Ia tidak mati sebagai korban keadaan, tetapi sebagai Gembala yang dengan sadar datang untuk mati bagi domba-Nya.
John Calvin menulis dalam komentarnya atas Yohanes 10:
“Kristus tidak mati karena dipaksa oleh kekuatan luar, tetapi oleh kasih-Nya yang tak terukur Ia menyerahkan nyawanya untuk keselamatan kita.”
Bagi Calvin, kematian Kristus adalah tindakan kasih yang aktif dan berdaulat — bukan tragedi, melainkan kemenangan kasih penebusan.
Demikian pula, Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa kematian Kristus adalah substitutionary atonement — pengorbanan pengganti. Gembala menanggung penderitaan dan hukuman yang seharusnya ditanggung domba-domba-Nya.
“Ia menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21)
Kristus mati bukan untuk membuka kemungkinan keselamatan bagi semua orang secara umum, tetapi untuk menebus umat pilihan secara pasti. Sebagaimana kata Spurgeon,
“Kristus tidak datang untuk mencoba menyelamatkan, tetapi untuk benar-benar menyelamatkan umat yang telah diberikan Bapa kepada-Nya.”
2. Gembala yang menanggung murka Allah menggantikan kita
Dalam salib Kristus, kasih dan keadilan Allah bertemu. Thomas Watson, teolog Puritan Reformed, menulis:
“Di kayu salib, kita melihat kemurahan dan keadilan berpelukan. Kasih Allah tidak menghapus keadilan-Nya; keduanya dinyatakan sempurna di dalam darah Anak-Nya.”
Domba-domba layak binasa, tetapi Gembala menggantikan tempat mereka. Ia diserang oleh serigala—simbol murka Allah terhadap dosa. Gembala sejati tidak lari, tidak bersembunyi, tetapi maju menghadapi maut demi menyelamatkan milik kepunyaan-Nya.
Itulah sebabnya Kristus berkata:
“Aku memberikan nyawaku bagi domba-dombaku.”
Ia tidak berkata “untuk dunia secara umum,” tetapi “bagi domba-domba-Ku.” Pengorbanan-Nya bersifat pribadi dan efektif. Setiap domba yang telah dipilih oleh Bapa dijamin akan diselamatkan oleh karya Kristus.
John Owen dalam karyanya The Death of Death in the Death of Christ menulis bahwa penebusan Kristus bersifat terbatas pada umat pilihan, tetapi efeknya tak terbatas dalam kuasa.
“Kristus mati bukan untuk menebus kemungkinan, tetapi untuk menebus orang-orang tertentu yang telah diberikan kepada-Nya oleh Bapa.”
II. Kristus, Gembala yang Mengenal dan Menjaga Domba-domba-Nya
“Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” (Yoh. 10:14)
Pernyataan ini menunjukkan hubungan yang sangat pribadi antara Kristus dan umat-Nya. Ia tidak hanya menebus mereka, tetapi juga mengenal mereka secara mendalam dan menjaga mereka dalam kasih yang kekal.
1. Dikenal secara pribadi oleh Gembala yang ilahi
Dalam konteks Ibrani, “mengenal” (Yada’) berarti mengenal secara intim dan penuh kasih, bukan sekadar mengetahui fakta. Ketika Yesus berkata, “Aku mengenal domba-domba-Ku,” itu berarti Ia mengasihi, memelihara, dan memperhatikan mereka dengan sempurna.
John Calvin berkata:
“Pengakuan bahwa Kristus mengenal kita adalah sumber penghiburan yang tak ternilai. Dunia mungkin melupakan kita, tetapi Gembala yang baik mengenal setiap dombanya dengan nama.”
Seperti tertulis dalam Yohanes 10:3:
“Ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.”
Tidak ada satu pun dari umat-Nya yang luput dari perhatian-Nya. Ia mengenal kelemahan, pergumulan, bahkan dosa mereka, namun kasih-Nya tidak berkurang.
Seperti Mazmur 23:1 berkata,
“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.”
Bagi Daud, Tuhan bukan sekadar gembala bagi umat secara umum, tetapi “gembalaku.” Itulah bahasa iman pribadi yang hidup dari jiwa yang mengenal Tuhannya.
2. Domba-domba mengenal suara-Nya dan mengikut Dia
Yesus berkata:
“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.” (Yohanes 10:27)
Ketaatan orang percaya lahir dari hubungan kasih yang intim dengan Kristus. Mereka tidak mengikuti suara asing karena hati mereka telah ditundukkan oleh kasih Sang Gembala.
R.C. Sproul menegaskan bahwa iman sejati bukan sekadar pengakuan doktrinal, melainkan respons aktif terhadap panggilan kasih Allah.
“Ketika Roh Kudus membuka telinga rohani kita, kita mengenali suara Kristus dalam Injil, dan kita datang kepada-Nya dengan iman yang hidup.”
Spurgeon menambahkan:
“Mendengar suara Kristus bukan hanya mendengarkan firman-Nya, tetapi menanggapinya dengan kasih dan ketaatan. Domba yang sejati mengenali nada kasih dalam setiap perintah Sang Gembala.”
3. Gembala yang melindungi dan memelihara
Yesus melanjutkan:
“Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.” (Yohanes 10:28)
Inilah jaminan keselamatan yang kokoh bagi orang percaya. Mereka aman bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena tangan Kristus yang memegang mereka.
Calvin menulis:
“Kita tidak dapat mengandalkan diri sendiri untuk bertahan dalam iman, tetapi kita aman karena kita berada di tangan Kristus, yang tidak pernah gagal menjaga milik kepunyaan-Nya.”
Demikian pula, Louis Berkhof menyebut ayat ini sebagai bukti dari Perseverance of the Saints — ketekunan orang kudus. Semua yang telah diselamatkan oleh Kristus pasti akan dijaga sampai akhir.
III. Kristus, Gembala yang Berdaulat atas Seluruh Kawanan
“Masih ada pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; mereka harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” (Yohanes 10:16)
Pernyataan ini memperluas cakrawala misi Kristus — bahwa kasih-Nya tidak terbatas pada Israel saja, tetapi juga mencakup bangsa-bangsa lain.
1. Gembala yang memanggil dari berbagai bangsa
“Domba-domba lain” menunjuk pada orang-orang bukan Yahudi yang akan dibawa masuk ke dalam kawanan Allah. Inilah dasar teologis dari misi penginjilan.
John Owen menulis:
“Rencana penebusan Kristus mencakup umat dari segala bangsa, suku, dan bahasa. Mereka semua ditarik oleh kasih yang sama dan dituntun oleh suara Gembala yang sama.”
Reformator besar, John Calvin, melihat ayat ini sebagai penggenapan janji Allah kepada Abraham bahwa semua bangsa akan diberkati melalui keturunannya (Kejadian 12:3).
Kristus memanggil umat-Nya dari seluruh penjuru bumi, bukan dengan kekuatan militer, tetapi dengan suara Injil. Setiap kali Injil diberitakan, Sang Gembala memanggil domba-dombanya keluar dari kegelapan menuju terang keselamatan.
2. Satu kawanan dengan satu Gembala
Kristus bukan hanya Penebus pribadi, tetapi juga Kepala Gereja yang satu. Ia menyatukan umat-Nya di bawah satu kepemimpinan rohani yang kudus.
Efesus 4:4–5 berkata:
“Satu tubuh, satu Roh... satu Tuhan, satu iman, satu baptisan.”
Di sini kita melihat visi Gereja universal yang bersatu dalam Kristus.
R.C. Sproul menulis bahwa gereja sejati adalah kawanan domba yang tunduk kepada suara Kristus melalui Firman dan Roh Kudus. Setiap gereja lokal hanyalah manifestasi dari kawanan besar itu, di mana Kristus sendiri menjadi Gembala Agung (Ibrani 13:20).
Gembala yang baik bukan hanya menyelamatkan, tetapi juga memerintah dengan kasih. Ia menuntun umat-Nya menuju padang rumput firman dan air hidup Roh Kudus. Ia menegur domba yang menyimpang dan menguatkan yang lemah, hingga seluruh kawanan mencapai kemuliaan.
IV. Gembala yang Baik dan Panggilan bagi Para Gembala Jemaat
Dalam terang Yohanes 10, para hamba Tuhan — pendeta dan penatua — dipanggil untuk meneladani Sang Gembala Agung dalam pelayanan mereka.
Simon Peter menulis:
“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa tetapi dengan sukarela... dan apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.” (1 Petrus 5:2–4)
1. Gembala sejati menuntun dengan kasih, bukan dengan kekuasaan
Richard Baxter dalam The Reformed Pastor menulis:
“Tugas gembala bukanlah berkuasa atas umat Allah, tetapi menuntun mereka kepada Kristus. Kita bukan tuan atas domba, kita hanyalah pelayan Sang Gembala Agung.”
Para pelayan gereja harus meniru hati Kristus — mengasihi domba, melindungi mereka dari ajaran sesat, dan memberi makanan rohani melalui pemberitaan firman yang setia.
John Owen berkata,
“Pelayanan yang sejati adalah cermin kasih Kristus bagi umat-Nya. Seorang gembala sejati lebih memilih menderita daripada membiarkan satu domba binasa.”
2. Gembala sejati menjaga kawanan dari serigala rohani
Yesus memperingatkan tentang “upahan” yang tidak peduli terhadap kawanan, yang lari ketika bahaya datang (Yohanes 10:12–13).
Spurgeon menegaskan bahwa banyak gereja menderita bukan karena kekurangan domba, tetapi karena kekurangan gembala sejati.
“Upahan hanya bekerja demi upah, tetapi gembala sejati menangis demi keselamatan jiwa-jiwa.”
Oleh karena itu, setiap pelayan Kristus dipanggil untuk melayani bukan demi kehormatan atau keuntungan, tetapi demi kasih kepada Sang Gembala dan domba-domba-Nya.
V. Gembala yang Bangkit dan Hidup Selamanya
“Aku memberikan nyawaku untuk menerimanya kembali.” (Yohanes 10:17)
Kematian Kristus bukan akhir, karena Ia bangkit kembali dengan kuasa ilahi. Kebangkitan ini menjadi jaminan bahwa Ia akan terus menjaga umat-Nya sampai akhir zaman.
John Calvin menulis:
“Kematian Kristus tanpa kebangkitan tidak membawa pengharapan. Tetapi karena Ia bangkit, kita tahu bahwa Ia hidup untuk memelihara kita.”
Kebangkitan Kristus meneguhkan tiga hal penting:
-
Bahwa pengorbanan-Nya diterima oleh Bapa.
-
Bahwa kehidupan kekal benar-benar dimiliki umat-Nya.
-
Bahwa Ia sekarang menggembalakan kita dari surga melalui Roh Kudus.
Sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 13:20–21:
“Semoga Allah damai sejahtera, yang telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya.”
Penutup: Sang Gembala dan Domba-Nya untuk Selama-lamanya
Gambaran “Gembala yang Baik” dalam Yohanes 10 adalah Injil dalam bentuk paling lembut dan paling indah. Ia mengenal kita, Ia menebus kita, Ia menjaga kita, dan Ia akan membawa kita ke dalam kemuliaan kekal.
Di akhir sejarah, dalam Wahyu 7:17, Yohanes melihat penggenapan sempurna dari janji ini:
“Sebab Anak Domba yang di tengah takhta itu akan menjadi gembala mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan.”
Kristus adalah Gembala sekaligus Anak Domba — Ia menggembalakan kita karena Ia telah menjadi korban bagi kita.
Maka, marilah kita mendengarkan suara-Nya setiap hari melalui Firman, berjalan dalam ketaatan, dan menantikan hari ketika Sang Gembala memimpin kita ke padang rumput kekal di hadapan takhta Allah.