Markus 4:30–34 Kerajaan Allah yang Bertumbuh dari Biji Sesawi

Markus 4:30–34 Kerajaan Allah yang Bertumbuh dari Biji Sesawi

Pendahuluan

Yesus sering memakai perumpamaan untuk mengajar tentang Kerajaan Allah. Dalam Markus 4, Ia memberi tiga perumpamaan berturut-turut: tentang penabur (4:1–20), tentang pelita (Markus 4:21–25), tentang benih yang tumbuh dengan sendirinya (Markus 4:26–29), dan akhirnya tentang biji sesawi (Markus 4:30–32).

Perumpamaan ini mengandung pelajaran mendalam mengenai cara kerja Kerajaan Allah—kerajaan yang tampaknya kecil, sederhana, bahkan tidak berarti di mata dunia, tetapi di bawah kuasa Allah, ia akan bertumbuh menjadi besar dan mencakup segala bangsa.

Yesus menutup bagian ini dengan pernyataan bahwa Ia berbicara kepada orang banyak dalam perumpamaan (Markus 4:33–34), tetapi menjelaskan segalanya secara khusus kepada murid-murid-Nya. Ini menunjukkan bahwa kebenaran rohani hanya dapat dimengerti melalui wahyu dan anugerah Roh Kudus.

Mazmur 115:1 berkata, “Bukan kepada kami, ya TUHAN, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan!” Itulah inti dari perumpamaan ini: kemuliaan pertumbuhan Kerajaan Allah bukan hasil kekuatan manusia, tetapi pekerjaan Allah yang berdaulat dan penuh rahasia.

I. Gambaran Umum: Biji Sesawi yang Kecil (Markus 4:30–31)

“Kata-Nya: Dengan apa akan kita membandingkan Kerajaan Allah, atau dengan perumpamaan manakah akan kita gambarkan hal itu? Hal itu seumpama biji sesawi, yang pada waktu ditaburkan di tanah adalah yang paling kecil dari segala jenis benih yang ada di bumi.”

Perumpamaan ini diawali dengan pertanyaan retoris: “Dengan apa akan kita bandingkan Kerajaan Allah?” Yesus mengundang para pendengar untuk berpikir bersama, kemudian Ia menunjukkan sesuatu yang sangat sederhana: biji sesawi.

Dalam konteks Palestina, biji sesawi dikenal sebagai biji yang sangat kecil, tetapi dapat tumbuh menjadi tanaman besar, bahkan menyerupai pohon kecil yang dapat menampung burung-burung di cabangnya.

John Calvin menjelaskan:

“Kristus memilih biji sesawi bukan untuk menunjukkan ketidaksempurnaan, tetapi untuk menekankan paradoks ilahi: bahwa Allah berkenan memulai pekerjaan besar-Nya dari hal-hal yang tampaknya kecil dan hina.”

Kerajaan Allah dimulai dengan hal yang tampak tidak berarti:

  • Seorang bayi lahir di kandang (Lukas 2:7).

  • Seorang tukang kayu dari Nazaret memanggil dua belas murid sederhana.

  • Sebuah kelompok kecil yang tidak memiliki pengaruh duniawi.

Namun, dari permulaan yang kecil itu, Allah menumbuhkan kerajaan rohani yang kini mencakup segala bangsa, bahasa, dan suku.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menulis:

“Kerajaan Allah bukan hasil revolusi manusia, melainkan realitas yang dimulai secara tersembunyi di dalam hati, namun berkembang dengan kuasa supranatural melalui Firman dan Roh.”

Yesus ingin menegaskan bahwa kecil bukan berarti lemah, karena dalam kerajaan-Nya, kuasa Allah bekerja melalui kelemahan manusia.

II. Pertumbuhan yang Ajaib (Markus 4:32)

“Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari segala sayuran yang lain, dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”

Ayat ini menggambarkan dua hal penting: pertumbuhan yang luar biasa dan hasil yang meneduhkan.

1. Pertumbuhan yang Luar Biasa

Biji sesawi yang kecil itu tumbuh menjadi sesuatu yang sangat besar. Ini adalah gambaran pertumbuhan Kerajaan Allah di dunia.

Ketika Yesus berbicara, Kerajaan Allah tampak tidak signifikan. Ia hanya memiliki sedikit murid, dan banyak orang bahkan menolak-Nya. Namun Yesus menubuatkan bahwa Kerajaan-Nya akan berkembang melampaui batas geografis Israel, menjangkau seluruh bumi.

R.C. Sproul menulis:

“Kristus berbicara tentang Kerajaan yang kelihatannya lemah, tetapi sebenarnya mengandung potensi ilahi yang tak terbatas. Kuasa Injil tidak terletak pada kemegahan luar, melainkan pada benih Firman yang hidup.”

Pertumbuhan ini bukan hasil strategi manusia, tetapi pekerjaan Roh Kudus yang menanam, menyiram, dan memberi kehidupan kepada benih Injil. Paulus menulis, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan” (1 Korintus 3:6).

Kerajaan Allah bukanlah sistem politik, melainkan realitas rohani yang mempengaruhi dunia melalui transformasi hati manusia.

2. Hasil yang Meneduhkan

Yesus berkata bahwa burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya. Ini melambangkan keberkatan universal dari Kerajaan Allah.

Dalam nubuat Perjanjian Lama (misalnya Yehezkiel 17:22–24; Daniel 4:12), pohon besar yang meneduhkan burung-burung menjadi lambang kerajaan yang melindungi banyak bangsa. Yesus mengadopsi gambaran ini untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah akan menjadi tempat perlindungan bagi segala bangsa yang percaya kepada-Nya.

Matthew Henry berkata:

“Di bawah naungan Injil, banyak jiwa menemukan tempat perhentian dan perlindungan dari panasnya murka Allah. Kristus adalah pohon kehidupan di tengah dunia yang kering.”

Dengan demikian, perumpamaan ini menegaskan bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah bukan hanya kuantitatif, tetapi juga kualitatif—membawa damai, keadilan, dan penghiburan bagi mereka yang datang kepada Kristus.

III. Prinsip Teologis: Cara Allah Bekerja dalam Kelemahan

Dalam teologi Reformed, perumpamaan ini menggambarkan paradigma utama cara kerja Allah di dunia—yaitu melalui hal-hal kecil dan hina menurut dunia, agar kemuliaan hanya bagi-Nya.

Calvin menulis:

“Tuhan sering memulai karya besar-Nya dari keadaan yang tampaknya tidak berarti, agar manusia belajar mengarahkan pandangan kepada kuasa-Nya, bukan kepada kekuatan lahiriah.”

Hal ini konsisten dengan seluruh sejarah penebusan:

  • Allah memilih Abraham yang tua dan tidak memiliki anak untuk menjadi bapak banyak bangsa.

  • Allah memakai Musa yang gagap untuk membebaskan Israel.

  • Allah mengirim Daud yang muda dan kecil untuk mengalahkan Goliat.

  • Dan akhirnya, Allah menyelamatkan dunia melalui Yesus Kristus yang disalibkan—kebodohan bagi dunia, tetapi hikmat Allah bagi orang percaya.

Charles Spurgeon menulis:

“Injil Kristus dimulai dalam kelemahan, tetapi berakhir dalam kemenangan. Dunia mungkin menghina biji sesawi, tetapi orang yang percaya melihat di dalamnya kekuatan kehidupan kekal.”

Ini menegaskan prinsip Sola Gratia: bahwa semua kemajuan rohani adalah hasil anugerah, bukan kemampuan manusia. Gereja bertumbuh bukan karena kekuatan politik, strategi misi, atau daya tarik budaya, melainkan karena kuasa Firman dan Roh Kudus.

IV. Penjelasan Yesus tentang Perumpamaan (Markus 4:33–34)

“Dalam banyak perumpamaan semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berbicara kepada mereka. Tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menjelaskan segala sesuatu secara tersendiri.”

Ayat ini menunjukkan dua tingkatan pewahyuan: umum (melalui perumpamaan) dan khusus (melalui penjelasan langsung kepada murid-murid).

Yesus mengajar orang banyak dengan perumpamaan karena mereka belum siap menerima kebenaran rohani yang mendalam. Tetapi kepada murid-murid yang sudah dipanggil dan dipilih, Ia memberikan pengertian penuh.

John Calvin menafsirkan:

“Allah menyatakan kebenaran-Nya secara progresif. Kepada orang yang rendah hati Ia memberikan terang, tetapi kepada yang sombong Ia membiarkan mereka tetap dalam kebutaan.”

Ini mencerminkan doktrin pemilihan anugerah (Election)—bahwa pemahaman rohani bukan hasil kecerdasan, melainkan karunia Roh Kudus. Hanya mereka yang dilahirkan kembali dapat memahami rahasia Kerajaan Allah (lih. Yohanes 3:3).

Herman Bavinck menambahkan:

“Kristus adalah Firman yang menyatakan diri dalam cara yang sesuai dengan kapasitas pendengar. Kepada dunia Ia berbicara dalam lambang, kepada umat pilihan Ia membuka maknanya melalui Roh.”

Dengan demikian, Markus 4:33–34 mengingatkan kita bahwa pewahyuan rohani adalah anugerah, bukan hak. Gereja dipanggil untuk menjadi tempat di mana rahasia itu dijelaskan melalui khotbah dan pengajaran yang setia pada Firman.

V. Makna Teologis: Kerajaan yang Tersembunyi Namun Nyata

Perumpamaan ini mengandung beberapa prinsip Reformed penting mengenai Kerajaan Allah:

1. Kerajaan Allah bersifat rohani, bukan politis.

Yesus tidak datang untuk mendirikan kerajaan duniawi, tetapi untuk menegakkan pemerintahan Allah dalam hati manusia.
R.C. Sproul menulis:

“Kerajaan Allah bukanlah sistem pemerintahan manusia, tetapi pengakuan atas kedaulatan Allah yang berdaulat di atas seluruh ciptaan.”

Itu sebabnya Yesus berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yohanes 18:36). Namun walaupun rohani, kerajaan ini nyata dan dinamis, bekerja dalam sejarah melalui gereja dan karya penebusan.

2. Kerajaan Allah tumbuh secara bertahap dan misterius.

Pertumbuhan biji sesawi menggambarkan cara Allah bekerja secara perlahan namun pasti. Gereja tidak dibangun dalam sehari; sejarah keselamatan adalah proses panjang di bawah kendali ilahi.

Sebagaimana biji sesawi tidak tumbuh karena paksaan manusia, demikian juga pertumbuhan rohani tidak dapat dipercepat dengan cara duniawi.

Spurgeon menasihatkan:

“Gereja tidak boleh tergesa-gesa mengubah dunia dengan cara dunia. Benih Injil harus dibiarkan bertumbuh menurut cara Allah, bukan menurut rencana manusia.”

3. Kerajaan Allah memiliki hasil yang universal.

Burung-burung yang bersarang di cabang pohon menggambarkan bangsa-bangsa yang datang kepada Kristus. Ini adalah penggenapan dari janji Allah kepada Abraham bahwa “olehmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat” (Kejadian 12:3).

Inilah panggilan misi gereja: menjadi sarana di mana orang dari segala bangsa menemukan perlindungan dan keselamatan dalam Kristus.

VI. Penerapan bagi Gereja Masa Kini

1. Jangan meremehkan permulaan yang kecil.

Banyak pelayanan dan gereja kecil merasa tidak berarti di tengah megahnya dunia modern. Namun, prinsip biji sesawi mengajarkan bahwa Allah bekerja melalui hal kecil dan setia.

John Calvin menulis:

“Allah tidak mengukur keberhasilan dengan ukuran dunia, tetapi dengan kesetiaan kepada Firman.”

Gereja tidak perlu mengejar kemegahan lahiriah; cukup menabur benih Injil dengan setia, karena Allah sendiri yang akan memberi pertumbuhan.

2. Percayalah pada kuasa Firman Allah.

Firman adalah benih kehidupan. Gereja tidak perlu menggantinya dengan filsafat dunia, hiburan, atau manipulasi emosional. Kuasa sejati terletak dalam pemberitaan salib.

R.C. Sproul berkata:

“Firman yang sederhana, diberitakan dengan setia, memiliki kuasa yang jauh lebih besar daripada retorika yang memukau.”

Tugas gereja adalah menabur dan menyiram, bukan mengatur hasil.

3. Hargai proses pertumbuhan rohani.

Seperti benih sesawi, iman dan pelayanan membutuhkan waktu untuk tumbuh. Orang percaya harus belajar menunggu dengan sabar dan mempercayakan hasil kepada Tuhan.

Pertumbuhan rohani bukanlah hasil instan, tetapi karya Roh Kudus yang bekerja dalam hati melalui waktu, penderitaan, dan disiplin.

4. Kerajaan Allah membawa penghiburan bagi dunia yang letih.

Ketika Yesus berkata bahwa burung-burung bersarang di cabang pohon itu, Ia menggambarkan tempat perteduhan bagi jiwa yang haus. Gereja harus menjadi tempat di mana orang berdosa menemukan kasih dan pengampunan di bawah naungan salib Kristus.

VII. Kristus sebagai Perwujudan Sejati dari Biji Sesawi

Akhirnya, seluruh perumpamaan ini menunjuk kepada Kristus sendiri.

Ia adalah biji sesawi yang paling kecil—lahir dalam kerendahan, hidup tanpa kemegahan, dan mati dalam kehinaan di kayu salib. Namun, melalui kebangkitan-Nya, Ia menjadi Pohon Kehidupan yang meneduhkan bangsa-bangsa.

Spurgeon berkata:

“Kristus adalah biji sesawi ilahi yang ditanam di tanah maut dan bangkit menjadi pohon kehidupan yang kekal.”

Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Kerajaan Allah mulai bertumbuh di dunia, dan akan mencapai puncaknya ketika Ia datang kembali dalam kemuliaan.

Inilah harapan gereja: bahwa dari kelemahan Kristus, Allah menumbuhkan keselamatan yang besar. Dari salib, lahirlah kemuliaan.

VIII. Kesimpulan: Kuasa Allah dalam Hal yang Kecil

Perumpamaan biji sesawi mengajarkan bahwa Kerajaan Allah dimulai kecil, tumbuh perlahan, tetapi berakhir dalam kemuliaan besar.

Dunia mencari kekuatan, tetapi Allah bekerja melalui kelemahan. Dunia menghargai kebesaran, tetapi Allah memuliakan kesetiaan. Dunia mengejar hasil instan, tetapi Allah menumbuhkan dengan sabar melalui Firman dan Roh-Nya.

Herman Bavinck menulis:

“Kerajaan Allah datang bukan dengan kekuatan pedang, melainkan dengan kuasa Firman. Ia menembus hati, bukan menaklukkan wilayah.”

Karena itu, tugas kita sebagai gereja bukan membangun kerajaan kita sendiri, melainkan menjadi alat Allah dalam menabur benih Injil. Biarlah kita setia menanam, meski kecil, meski tidak terlihat, karena kita percaya bahwa Allah akan menumbuhkannya menjadi besar bagi kemuliaan-Nya.

Previous Post