Markus 8:1–9 - Belas Kasihan Kristus yang Tidak Pernah Habis

Pendahuluan
Kisah Yesus memberi makan empat ribu orang dalam Markus 8:1–9 adalah salah satu catatan Injil yang menunjukkan hati Kristus yang penuh belas kasihan, kuasa-Nya yang tidak terbatas, dan kesabaran-Nya terhadap murid-murid yang lambat mengerti. Banyak orang melihat perikop ini sebatas mukjizat kelimpahan, tetapi sesungguhnya ini adalah pengajaran mendalam tentang natur Kerajaan Allah, identitas Kristus, dan kebutuhan rohani manusia yang lebih dalam daripada kebutuhan fisik.
Hampir semua pakar teologi Reformed menegaskan bahwa bagian ini bukan sekadar pengulangan peristiwa 5.000 orang dalam Markus 6, tetapi sengaja ditempatkan Markus untuk memperlihatkan ketegaran hati murid dan luasnya belas kasihan Yesus, bukan hanya bagi orang Yahudi, tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain.
Mari kita masuk dalam eksposisi teks ini secara mendalam.
I. LATAR BELAKANG PERIKOP (MARKUS 8:1–3)
“Pada waktu itu ada pula kumpulan besar orang…”
1. Konteks Wilayah: Kristus di daerah non-Yahudi
Menurut analisis William Hendriksen dan R. C. Sproul, Markus 8 terjadi di daerah Dekapolis, wilayah mayoritas non-Yahudi. Ini sangat penting, karena menegaskan bahwa belas kasihan Kristus bukan hanya untuk Israel, tetapi untuk semua bangsa.
Kristus telah menyembuhkan orang bisu-tuli sebelumnya (Markus 7:31–37), dan kabar tentang-Nya menyebar luas.
Apakah ini kebetulan? Tidak. Dalam rencana Allah, Kristus menunjukkan bahwa Injil bukan hanya untuk satu etnis. Seperti kata Calvin:
“Di dalam mukjizat ini, Kristus menunjukkan bahwa Dia adalah Juruselamat dunia, bukan hanya bagi satu bangsa, tetapi bagi segala bangsa.”
2. Kumpulan besar orang (Markus 8:1)
Injil berkata kumpulan yang besar. Mereka bersama Yesus tiga hari (ay. 2). Mereka lapar.
Ini menunjukkan kerinduan mereka akan pengajaran Yesus lebih besar daripada keinginan mereka makan.
Dalam era kita, orang mencari Tuhan hanya kalau nyaman. Tetapi orang-orang ini berjalan jauh, tinggal lama, dan rela lapar demi mendengar Sabda Tuhan.
Ini juga menjadi teguran bagi gereja masa kini:
Apakah kita merindukan firman seperti mereka?
3. Yesus tergerak oleh belas kasihan (Markus 8:2)
Yesus berkata:
“Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu…”
Istilah Yunani splagchnizomai berarti gerakan emosi yang sangat dalam, keluar dari dalam batin, bukan simpati dangkal.
John MacArthur berkata:
“Belas kasihan Kristus bukanlah perasaan sentimental, tetapi dorongan ilahi yang menghasilkan tindakan.”
Kristus tidak menunggu orang meminta makanan. Dia yang memulai belas kasihan itu.
II. KEADAAN MANUSIA DAN KASIH KRISTUS (Markus 8:2–3)
1. Kelemahan fisik manusia: mereka lapar
Mereka sudah tiga hari bersama Yesus. Keadaan fisik mereka tidak sanggup lagi pulang tanpa makan. Di sini Yesus menunjukkan bahwa Dia peduli pada kebutuhan jasmani, bukan hanya kebutuhan rohani.
Namun para penafsir Reformed menegaskan bahwa ini hanyalah simbol kebutuhan rohani lebih dalam:
-
manusia tidak dapat hidup tanpa roti — tetapi lebih tidak dapat hidup tanpa Kristus;
-
kelaparan fisik adalah tanda kelaparan jiwa akan pengampunan dan kebenaran.
Jonathan Edwards berkata:
“Kelaparan jasmani adalah analogi paling jelas dari kondisi manusia yang terpisah dari Allah.”
2. Yesus mengenali kebutuhan mereka sebelum mereka meminta
Mereka datang hanya mencari pengajaran. Mereka tidak meminta makanan. Tetapi Kristus tahu apa yang mereka perlukan.
Ini menunjukkan:
-
Kristus peduli pada umat-Nya sebelum mereka tahu mereka perlu dipedulikan.
-
Kristus memberi sebelum diminta.
-
Kasih Kristus mendahului respons manusia.
III. KEBINGUNGAN MURID-MURID (Markus 8:4)
“Bagaimana di tempat sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?”
Sungguh mengejutkan, murid-murid lupa mukjizat pemberian makan 5.000 orang yang hanya terjadi beberapa waktu sebelumnya. Mereka melihat kuasa Kristus, tetapi sekarang bersikap seperti belum pernah melihat apa pun.
Banyak pakar Reformed menyoroti kelemahan ini.
1. Murid-murid lambat mengerti
Calvin berkata:
“Ini adalah bukti betapa tumpulnya pikiran manusia dalam memahami pekerjaan Allah.”
Mereka melihat Kristus, tetapi tetap mengandalkan logika manusiawi:
-
tempat sunyi,
-
jumlah besar,
-
persediaan minim.
Sama seperti kita:
-
kita sudah melihat pertolongan Allah berkali-kali,
-
tetapi setiap kali menghadapi masalah baru,
-
kita kembali panik dan bertanya, “Bagaimana ini bisa selesai?”
2. Mereka melihat masalah, bukan Yesus
Inilah akar persoalan murid-murid:
mereka lebih fokus pada kondisi, bukan pada Kristus.
R. Kent Hughes menulis:
“Murid-murid tidak kekurangan bukti; mereka kekurangan iman.”
Demikian juga gereja masa kini:
-
melihat kekurangan,
-
melihat keterbatasan,
-
melihat kebutuhan besar,
tetapi lupa bahwa Kristus sudah melakukan mukjizat sebelumnya dan dapat melakukannya lagi.
IV. YESUS MENANYA: “BERAPA ROH TIM ENAM BESAR ITU?” (Markus 8:5)
“Berapa roti ada padamu?”
Tuhan tidak bertanya karena Dia tidak tahu. Ia bertanya untuk memproses iman murid-murid.
Thomas Watson berkata:
“Allah sering membuat kita menyadari apa yang kita miliki supaya kita tahu bahwa kuasa itu bukan pada kita tetapi pada-Nya.”
1. Tujuh roti dan beberapa ikan kecil
Jumlahnya jauh lebih sedikit dari kebutuhan.
Tetapi justru di situlah letak kuasa Allah.
Allah sering memulai dari kekurangan, bukan kelimpahan, agar manusia sadar bahwa segala sesuatu berasal dari Dia.
2. Kristus menerima apa adanya
Dia tidak meminta lebih. Dia memakai apa yang ada.
Aplikasi:
-
Kristus memakai apa pun yang kita berikan, meski kecil.
-
Talenta kecil dapat dipakai besar.
-
Pelayanan sederhana dapat diberkati dahsyat.
V. TINDAKAN KRISTUS (Markus 8:6–7)
“Ia mengambil roti itu…”
Ada empat tindakan Yesus yang penting:
-
Ia mengambil roti.
-
Ia mengucap syukur.
-
Ia memecahkan.
-
Ia memberikan kepada murid.
Ini menyerupai Liturgi Perjamuan Kudus — tanda bahwa setiap pemberian Kristus membawa kita kepada diri-Nya sebagai roti kehidupan.
Charles Spurgeon melihat ini sebagai gambaran Injil:
“Seluruh dunia kelaparan, dan Kristus adalah roti yang dipecahkan supaya dunia hidup.”
1. Yesus mengucap syukur atas yang sedikit
Ini menegur kita yang sering mengeluh atas kekurangan.
Kristus tidak berkata:
-
“Ah, ini terlalu sedikit.”
-
“Ini tidak cukup.”
Dia malah mengucap syukur.
Kekuatan nyata muncul ketika umat Allah bersyukur atas yang sedikit.
2. Pembagian roti dilakukan melalui murid
Yesus tidak langsung membagikannya sendiri. Dia memakai murid-murid sebagai perantara.
Ini mengajarkan:
-
Allah memakai manusia untuk menyatakan berkat-Nya.
-
Pelayanan adalah keikutsertaan dalam karya-Nya, bukan usaha pribadi.
Calvin menulis:
“Kristus dapat memberi roti dari surga tanpa perantaraan, tetapi Ia ingin memakai murid supaya mereka belajar bahwa pelayanan Injil adalah kerja sama dengan anugerah Allah.”
VI. KELIMPAHAN KASIH KARUNIA (Markus 8:8)
“Mereka makan sampai kenyang.”
Ini kalimat yang sangat luar biasa.
1. Kasih Kristus tidak terbatas
Mereka bukan hanya diberi secukupnya, tetapi kenyang.
Tuhan tidak hanya memberi keselamatan sedikit demi sedikit.
Tuhan tidak memberi sukacita secukupnya saja.
Tuhan memberi kelimpahan kasih karunia.
Seperti kata Paulus:
“Allah sanggup melakukan lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan.”
2. Ada sisa tujuh bakul
Banyak teolog Reformed melihat simbolisme angka:
-
Pada pemberian makan 5.000 (bagi orang Yahudi), ada 12 bakul — melambangkan Israel.
-
Di sini ada 7 bakul — angka “bangsa-bangsa” (the nations), karena ada 7 bangsa Kanaan, simbol dunia non-Yahudi.
R. T. France dan William Hendriksen menegaskan:
“Sisa tujuh bakul menunjukkan kelimpahan anugerah Kristus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi.”
Artinya:
Kristus adalah Roti bagi seluruh dunia.
VII. REFLEKSI TEOLOGIS MENURUT PARA PAKAR REFORMED
1. John Calvin
Calvin menekankan:
-
belas kasihan Kristus yang nyata terhadap kebutuhan jasmani dan rohani,
-
kebodohan murid yang lambat percaya,
-
bahwa mukjizat ini adalah tanda Mesias yang dijanjikan.
Calvin menulis bahwa mukjizat ini:
“Mengajarkan bahwa kita hanya hidup oleh berkat Allah, dan bahwa Kristus adalah sumber segala kelimpahan.”
2. William Hendriksen
Hendriksen menggarisbawahi:
-
ini terjadi di wilayah non-Yahudi,
-
menunjukkan misi Kristus yang universal,
-
dan menegaskan pelayanan kasih yang melampaui batas etnik.
Baginya, mukjizat ini adalah proklamasi diam bahwa:
Kerajaan Allah mencakup seluruh bangsa.
3. R. C. Sproul
Sproul melihat hubungan antara:
-
roti fisik,
-
dan roti sejati yaitu Kristus.
Ia berkata:
“Yesus memberi roti, tetapi juga memanggil manusia untuk datang kepada Dia sebagai roti kehidupan.”
4. James Edwards
Edwards menekankan bahwa Markus ingin menunjukkan:
-
ketidakmampuan murid memahami,
-
kebesaran hati Kristus yang tidak berubah,
-
dan kontras antara ketakutan manusia dan kuasa Mesias.
Baginya, bagian ini menegur gereja yang mengabaikan kuasa Kristus dan sibuk melihat masalah.
5. Sinclair Ferguson
Ferguson menyoroti bahwa belas kasihan Kristus tidak pernah lelah.
“Ia yang memberi makan empat ribu adalah Tuhan yang sama yang tetap memberi kekuatan bagi umat-Nya setiap hari.”
VIII. APLIKASI ROHANI BAGI GEREJA MASA KINI
1. Kita membutuhkan belas kasihan Kristus setiap hari
Sama seperti orang banyak itu:
-
kita lemah,
-
cepat letih,
-
mudah terhimpit kekurangan.
Kristus tidak menegur mereka karena lemah. Ia malah berkata:
“Aku merasa kasihan.”
Inilah Injil:
Kristus dekat pada yang letih lesu.
2. Jangan fokus pada kekurangan, tetapi pada Kristus
Murid berkata: “Bagaimana?”
Kristus berkata: “Berapa ada padamu?”
Pertanyaannya bukan pada:
-
besarnya masalah,
-
tetapi pada Dia yang memegang seluruh kelimpahan.
3. Bersyukurlah atas yang sedikit
Kristus mengucap syukur, bukan mengeluh.
Kadang kita kehilangan kelimpahan karena kita tidak pernah bersyukur atas yang sedikit.
4. Serahkan yang ada kepada Kristus
Seringkali:
-
waktu kita sedikit,
-
bakat kita kecil,
-
kemampuan kita terbatas.
Tetapi ketika kita menyerahkan kepada Kristus, itu menjadi sumber berkat bagi banyak orang.
5. Percaya bahwa Kristus cukup
Perikop ini menegaskan bahwa Kristus:
-
tidak pernah kehabisan belas kasihan,
-
tidak pernah kehabisan kuasa,
-
tidak pernah kehabisan perhatian,
-
tidak pernah kehabisan kasih.
IX. PENUTUP: KRISTUS ADALAH ROTI KEHIDUPAN
Markus 8:1–9 bukan hanya cerita kenyang secara jasmani, tetapi nubuat tentang kenyang secara rohani melalui Kristus.
Ia bukan sekadar pemberi roti,
Ia adalah roti itu sendiri.
Ia memecahkan roti supaya orang banyak hidup;
Ia memecahkan tubuh-Nya di kayu salib supaya dunia menerima hidup kekal.
Di padang gurun, Dia memenuhi perut mereka;
Di kayu salib, Dia memenuhi jiwa mereka.
Perjamuan empat ribu ini menjadi bayangan dari Injil:
Kristus adalah sumber segala kelimpahan — bagi Yahudi, bagi non-Yahudi, bagi dunia.