Salib Kristus: Puncak Kasih dan Keadilan Allah

PENDAHULUAN
Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian, perubahan budaya, dan gelombang filsafat manusia, ada satu hal yang tidak pernah berubah: keutamaan salib Kristus. Salib bukan sekadar simbol agama, bukan hiasan yang digantungkan di dinding, bukan ornamen yang dipakai sebagai aksesoris. Salib adalah inti, pusat, dan jantung dari keselamatan umat manusia. Tanpa salib, tidak ada Kekristenan; tanpa salib, tidak ada pengampunan; tanpa salib, tidak ada pengharapan akan hidup yang kekal.
Tema mengenai salib Kristus (The Cross) telah menjadi pusat pemberitaan para rasul dan dasar pemikiran para reformator. Martin Luther berkata bahwa “teologi sejati adalah teologi salib.” John Calvin menegaskan bahwa “segala berkat rohani mengalir melalui salib Kristus.” Sementara itu, Charles Spurgeon menyatakan:
“Jauhkan salib dari khotbah, maka Anda telah menghilangkan inti Injil. Salib adalah tiang tengah bangunan kebenaran.”
Hari ini, kita akan menyelami apa kata Alkitab tentang salib, bagaimana para teolog Reformed memahaminya, dan apa implikasinya bagi hidup kita.
Kita akan melihat bahwa salib adalah tindakan kasih Allah yang terbesar, bukti keadilan Allah yang sempurna, mekanisme pendamaian, strategi kemenangan Allah, dan panggilan hidup murid Kristus.
Kita akan menelusuri beberapa teks utama:
-
1 Korintus 1:18–25 (keindahan salib yang dianggap kebodohan dunia)
-
Galatia 2:20 (salib sebagai pusat identitas)
-
Kolose 2:14–15 (kemenangan Kristus di salib)
-
Yesaya 53 (korban pengganti atas dosa manusia)
Pendekatan ini akan dibantu oleh pemikiran Calvin, Luther, Berkhof, Bavinck, John Owen, R.C. Sproul, dan teolog Reformed lainnya.
1. Salib: Kebodohan Bagi Dunia, Tetapi Hikmat bagi Orang Percaya
Eksposisi 1 Korintus 1:18–25
Paulus dalam 1 Korintus 1:18 berkata:
“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan, pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”
Mengapa salib dianggap bodoh oleh dunia? Karena:
-
Salib menyatakan kelemahan.
Dalam budaya Yunani kuno, dewa-dewa digambarkan kuat, perkasa, dan menang. Tetapi Yesus mati dalam kelemahan. -
Salib adalah alat eksekusi hina.
Dalam budaya Romawi, salib adalah hukuman bagi kriminal terburuk. Bagaimana mungkin Mesias mati demikian? -
Salib mematahkan ego manusia.
Salib menyatakan bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya.
Tetapi justru karena itu salib adalah hikmat Allah.
Calvin berkata:
“Di dalam salib, ada misteri besar: apa yang tampak sebagai kehinaan, adalah kemuliaan; apa yang tampak seperti kekalahan, adalah kemenangan; apa yang tampak sebagai kelemahan, adalah kekuatan Allah yang tak tertandingi.”
Salib adalah titik di mana manusia melihat batas kebijaksanaannya, dan Allah menyatakan supremasi hikmat-Nya.
2. Salib: Bukti Terbesar dari Kasih Allah
Roma 5:8 – Kasih yang Menjangkau Orang Berdosa
Roma 5:8 berkata:
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.”
Ini adalah kasih yang tidak bersyarat, tidak layak kita terima, tetapi diberikan.
Herman Bavinck menulis:
“Kasih Allah bukanlah kasih yang sentimental, tetapi kasih yang bertindak. Puncak dari tindakan kasih itu adalah salib Kristus.”
Kasih manusia biasanya diberikan ketika ada nilai, ada alasan. Tetapi salib menyatakan bahwa Allah mengasihi kita ketika kita tidak punya nilai, tidak punya kebaikan, dan tidak punya daya untuk mencari Dia.
John Owen menambahkan:
“Kasih yang tidak mengorbankan tidaklah sejati; dan di salib Allah mengorbankan yang paling berharga bagi-Nya.”
Salib bukan sekadar tanda kasih, tetapi harga kasih itu.
3. Salib: Pemenuhan Keadilan Allah
Roma 3:25–26 – Allah yang Adil dan Pembenaran
Roma 3:25–26 menyatakan bahwa Yesus adalah “jalan pendamaian” (hilasterion), supaya Allah “menunjukkan keadilan-Nya.”
Jika Allah hanya mengampuni tanpa menghukum dosa, Ia tidak adil.
Tetapi jika Ia menghukum manusia tanpa menyediakan jalan, Ia tidak mengasihi.
Maka di salib:
-
Allah mengasihi tanpa mengorbankan keadilan-Nya
-
Allah adil tanpa mengorbankan kasih-Nya
Inilah paradoks suci.
Inilah harmoni sempurna.
R.C. Sproul berkata:
“Di salib, Allah bertindak sebagai Hakim yang menghukum dosa dan sebagai Bapa yang menebus anak-anak-Nya.”
Inilah kebenaran yang menjadi pusat teologi Reformed: salib adalah pemenuhan hukum Allah, bukan pembatalan hukum.
4. Salib: Korban Pengganti bagi Umat Allah
Eksposisi Yesaya 53
Yesaya 53 adalah nubuat paling jelas tentang salib:
-
“Penyakit kitalah yang ditanggung-Nya…”
-
“Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita…”
-
“Tuhan menimpakan kepadanya kejahatan kita semua…”
Ini jelas bahasa substitusi, penggantian, di mana Mesias mengambil tempat umat-Nya.
Louis Berkhof menyebut ini the vicarious atonement – pendamaian pengganti.
John Stott berkata:
“Inti Injil adalah substitusi: Yesus menggantikan kita.”
Tanpa konsep substitusi, salib kehilangan maknanya. Ia hanya menjadi tragedi. Tetapi dengan substitusi, salib menjadi kemenangan.
5. Salib: Kemenangan Kristus atas Iblis
Kolose 2:14–15 – “Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa”
Paulus mengatakan bahwa di salib Yesus:
“Melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa…
dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya.”
Salib bukan saja pengampunan dosa, tetapi juga kemenangan kosmis atas kerajaan kegelapan.
Bavinck menulis:
“Kemenangan Kristus bukan setelah salib, tetapi melalui salib.”
Dunia mengira salib adalah kekalahan. Tetapi justru saat itulah:
-
Iblis dikalahkan
-
kutuk hukum dihapuskan
-
kuasa dosa dipatahkan
-
maut kehilangan sengatnya
Spurgeon menggambarkan momen salib sebagai:
“Pertempuran terbesar dalam sejarah alam semesta, dan Sang Raja menang.”
6. Salib: Jalan Pendamaian antara Allah dan Manusia
2 Korintus 5:18–19 – Rekonsiliasi
Pendamaian bukan usaha manusia meraih Allah, melainkan tindakan Allah meraih manusia. Paulus berkata Allah:
“Dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya…”
Pendamaian berarti:
-
permusuhan dihapus
-
hubungan dipulihkan
-
damai dibuat
-
jurang dipersatukan
Calvin menggambarkannya begini:
“Salib adalah jembatan yang menghubungkan manusia yang terpisah dengan Allah yang Mahakudus.”
Rekonsiliasi tidak terjadi di waktu Yesus lahir atau mengajar, tetapi ketika Ia mati.
7. Salib: Dasar Pembenaran dan Pengampunan Manusia
Efesus 1:7
“Di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh pengampunan dosa…”
Pengampunan bukan karena iman kita, bukan karena moral kita, bukan karena pelayanan kita—tetapi karena darah Kristus. Tanpa darah, tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22).
Teologi Reformed menekankan sola fide (oleh iman saja), tetapi iman tidak bekerja sendiri. Iman berakar pada solus Christus (Kristus saja) dan soli Deo gloria.
Berkhof menulis:
“Pembenaran tidaklah berdasarkan iman itu sendiri, tetapi berdasarkan karya Kristus yang diterima melalui iman.”
Salib adalah dasar pembenaran.
8. Salib: Kematian Kristus untuk Umat Pilihan
Efesus 5:25 – Kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat
Efesus 5:25 menegaskan bahwa Kristus mati “bagi jemaat”—ini menandakan tujuan khusus pendamaian.
John Owen dalam The Death of Death in the Death of Christ mengatakan:
“Kristus mati bukan untuk menjadikan keselamatan mungkin, tetapi untuk menyelamatkan mereka yang diberikan Bapa kepada-Nya.”
Ini yang disebut particular atonement atau definite atonement, sebuah doktrin penting Reformed.
Salib bukan tindakan acak.
Salib bukan peluang.
Salib adalah keselamatan yang efektif.
9. Salib dan Identitas Orang Percaya
Galatia 2:20 – “Aku telah disalibkan dengan Kristus”
Paulus berkata:
“Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”
Ini berarti salib mempengaruhi seluruh identitas orang percaya:
-
Salib mengubah tujuan hidup.
Hidup bukan lagi tentang diri sendiri. -
Salib membunuh ego.
Kehendak lama disalibkan. -
Salib menuntun pada hidup baru dalam Kristus.
Kita hidup oleh iman, bukan oleh kekuatan diri.
Luther berkata:
“Salib adalah pintu menuju kehidupan.”
10. Salib dan Kekudusan Hidup
Roma 6:6 – Manusia lama disalibkan
Paulus menulis:
“Manusia lama kita telah turut disalibkan…”
Artinya:
-
dosa tidak lagi menjadi tuan
-
kita bebas dari perbudakan
-
kita sanggup hidup dalam kekudusan
R.C. Sproul mengatakan:
“Kekudusan tanpa salib hanya moralitas kosong. Kekudusan sejati lahir dari salib.”
Salib bukan hanya dasar pengampunan, tetapi dasar transformasi.
11. Salib: Panggilan Murid Kristus
Yesus dalam Matius 16:24 berkata:
“Setiap orang yang mau mengikut Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.”
Salib bukan hanya untuk Kristus, tetapi untuk para murid.
Memikul salib berarti:
-
meninggalkan ego
-
menolak keinginan dosa
-
menanggung penderitaan demi Kristus
-
taat hingga akhir
Calvin menulis:
“Salib dalam hidup orang percaya adalah meterai pengikut Kristus. Barangsiapa menolak salib, menolak Kristus.”
12. Salib: Dasar Penyembahan Gereja
Tanpa salib, tidak ada ibadah sejati.
Yesus berkata:
“Tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)
Hanya melalui salib, tirai terbelah dan akses ke hadirat Allah terbuka.
Ibrani 10:19:
“Kita mempunyai keberanian untuk masuk ke tempat kudus oleh darah Yesus.”
Inilah alasan gereja menyembah dengan syukur, bukan ketakutan.
13. Salib: Pusat Pemberitaan Injil dan Misi Gereja
Paulus dalam 1 Korintus 2:2 berkata:
“Aku tidak mau mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”
Gereja bukan dipanggil untuk memberitakan:
-
filsafat manusia
-
motivasi hidup
-
budaya moral
Gereja dipanggil untuk memberitakan Kristus yang disalibkan dan bangkit.
Bavinck menulis:
“Gereja kehilangan kuasanya ketika dia kehilangan salib dari pemberitaannya.”
Salib adalah pusat misi. Tanpa salib, pekerjaan misi hanyalah filantropi.
14. Salib dan Harapan Kekal
Mengapa orang percaya punya harapan akan surga?
Karena salib.
Ibrani 12:2 berkata bahwa Yesus:
“Demi sukacita yang disediakan bagi-Nya, Ia menanggung salib…”
Salib mendahului mahkota.
Penderitaan mendahului kemuliaan.
Yesus membuka jalan kepada kehidupan kekal melalui salib-Nya.
Spurgeon berkata:
“Surga adalah hadiah bagi mereka yang percaya kepada Kristus; tetapi salib adalah jalan yang Kristus tempuh untuk membukanya.”
KESIMPULAN UMUM
Salib adalah:
1. Hikmat Allah yang melampaui nalar manusia
(1 Korintus 1:18–25)
2. Tindakan kasih terbesar Tuhan
(Roma 5:8)
3. Pemenuhan keadilan Allah
(Roma 3:25–26)
4. Korban pengganti bagi umat pilihan
(Yesaya 53)
5. Kemenangan atas kuasa kegelapan
(Kolose 2:14–15)
6. Dasar pengampunan dan pembenaran
(Efesus 1:7; Roma 5:1)
7. Pusat identitas orang percaya
(Galatia 2:20)
8. Panggilan hidup murid Kristus
(Matius 16:24)
9. Pusat ibadah dan misi gereja
(1 Korintus 2:2)
10. Dasar pengharapan kekal
(Ibrani 12:2)
PENUTUP
Di salib, Allah menunjukkan siapa diri-Nya.
-
Adil dan penuh kasih.
-
Mahakudus dan penuh belas kasihan.
-
Penuh murka atas dosa, tetapi penuh kasih bagi orang berdosa.
-
Kuat dalam kelemahan.
-
Menang melalui penderitaan.
Karena itu, marilah kita memandang salib bukan sebagai simbol belaka, tetapi sebagai nyala api yang membakar hati kita untuk:
-
mengasihi Tuhan,
-
membenci dosa,
-
hidup dalam kekudusan,
-
dan memberitakan Injil.
Salib adalah semuanya.
Kristus yang disalibkan adalah pusat iman kita, pusat khotbah kita, pusat pengharapan kita.
Kiranya kita semua hidup dalam terang salib setiap hari sampai kita berjumpa dengan Dia yang berkata:
“Sudah selesai.”
Amin.