Zakharia 1:16–17: Pemulihan dan Penghiburan Allah bagi Yerusalem

Zakharia 1:16–17: Pemulihan dan Penghiburan Allah bagi Yerusalem

Pendahuluan

Kitab Zakharia adalah salah satu kitab nabi pasca-pembuangan yang penuh dengan penglihatan simbolis dan janji pemulihan. Pesan utama kitab ini adalah bahwa Allah tidak melupakan umat-Nya, sekalipun mereka telah jatuh ke dalam pembuangan akibat dosa. Di tengah reruntuhan Yerusalem dan Bait Allah, Zakharia menubuatkan harapan baru: Allah akan kembali ke Yerusalem, membangun kembali rumah-Nya, dan memulihkan kemuliaan kota itu.

Teks yang kita renungkan kali ini berbunyi:

Zakharia 1:16–17 (AYT)
“Oleh sebab itu, beginilah TUHAN berfirman, ‘Aku akan kembali ke Yerusalem dengan belas kasihan. Rumah-Ku akan dibangun di sana,’ firman TUHAN semesta alam, ‘dan tali pengukur akan direntangkan di atas Yerusalem.’
‘Sekali lagi, serukanlah, katakan, inilah firman TUHAN semesta alam: Kota-kota-Ku akan berlimpah dengan kemakmuran lagi, dan TUHAN akan menghibur Sion lagi dan akan memilih Yerusalem lagi.’”

Dua ayat ini merupakan puncak dari penglihatan pertama Zakharia (Za. 1:7–17), yang menunjukkan Allah berbelas kasihan kepada umat-Nya setelah masa hukuman. Dalam konteks teologi Reformed, bagian ini membuka wawasan mendalam tentang kedaulatan kasih karunia Allah, pemulihan umat perjanjian, dan janji eskatologis tentang kerajaan Kristus.

I. Konteks Historis dan Teologis

Setelah tujuh puluh tahun pembuangan di Babel, sekelompok orang Yahudi kembali ke Yerusalem (sekitar tahun 538 SM) dengan izin Raja Koresh dari Persia. Mereka mulai membangun kembali Bait Allah, tetapi pekerjaan itu berhenti karena perlawanan dan keputusasaan (Ezra 4:4–5). Di tengah kelesuan itu, Allah memanggil nabi Hagai dan Zakharia untuk membangkitkan semangat umat.

John Calvin menulis:

“Ketika umat Allah kehilangan harapan karena melihat reruntuhan, Tuhan berbicara melalui nabi-nya untuk menyalakan kembali iman mereka, bukan dengan janji duniawi, tetapi dengan penyataan belas kasihan surgawi.”

Zakharia menegaskan bahwa Allah belum meninggalkan umat-Nya; Ia akan “kembali dengan belas kasihan.” Ini adalah inti Injil dalam Perjanjian Lama—bahwa kasih setia Allah melampaui kegagalan manusia.

II. Eksposisi Ayat per Ayat

Zakharia 1:16 – “Aku akan kembali ke Yerusalem dengan belas kasihan…”

Frasa “Aku akan kembali” (šabtî) menunjukkan tindakan Allah yang aktif dan penuh kasih. Dalam teologi Reformed, ini menggambarkan inisiatif anugerah Allah—Dialah yang terlebih dahulu datang mencari umat-Nya, bukan sebaliknya.

R.C. Sproul menafsirkan bahwa kasih karunia Allah selalu “mendahului respon manusia.” Ia menulis:

“Kembalinya Allah ke Yerusalem bukan karena pertobatan sempurna umat, melainkan karena belas kasihan yang berdaulat. Kasih karunia mendahului, memampukan, dan memulihkan.”

Kata “belas kasihan” (raḥamîm) di sini menekankan kasih lembut seorang Bapa yang mengampuni anak-anak-Nya yang bersalah. Ini adalah gema dari karakter Allah dalam Keluaran 34:6—“Penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih setia.”

“Rumah-Ku akan dibangun di sana.”
Ini mengacu pada pembangunan kembali Bait Allah, simbol kehadiran Allah di tengah umat. Dalam perspektif Reformed, pembangunan Bait Allah menubuatkan hadirat Allah yang sempurna dalam Kristus dan Gereja-Nya.

Calvin menulis:

“Bait Allah bukan hanya bangunan, tetapi tanda bahwa Allah berdiam di tengah umat-Nya. Kini, Gereja Kristus adalah Bait Allah yang sejati, di mana Allah hadir melalui Roh-Nya.”

Kemudian dikatakan, “tali pengukur akan direntangkan di atas Yerusalem.”
Gambaran ini diambil dari pekerjaan arsitek yang mengukur wilayah untuk pembangunan. Secara simbolis, itu berarti pemulihan total—bukan hanya Bait Allah, tetapi seluruh kota dan tatanan umat Allah akan dipulihkan.

Matthew Henry menafsirkan:

“Ketika Tuhan mengukur Yerusalem, itu bukan untuk menghancurkannya, melainkan untuk membangunnya kembali dengan kemuliaan yang lebih besar.”

Zakharia 1:17 – “Sekali lagi, serukanlah…”

Allah memerintahkan Zakharia untuk “menyerukan” kabar baik ini berulang kali. Pesan penghiburan tidak boleh disembunyikan—harapan harus diumumkan dengan tegas kepada umat yang hancur.

“Kota-kota-Ku akan berlimpah dengan kemakmuran lagi.”
Istilah “kemakmuran” (tûb) di sini mencakup kedamaian, kelimpahan, dan berkat rohani. Allah tidak hanya memulihkan secara fisik, tetapi juga secara rohani—memulihkan tatanan perjanjian.

Dalam kerangka teologi Reformed, ini menunjuk pada berkat perjanjian (covenantal blessing) yang meliputi:

  • Pemulihan hubungan dengan Allah (karena belas kasihan-Nya),

  • Pemulihan umat perjanjian,

  • Dan pengharapan akan Mesias yang akan membawa berkat kekal.

Selanjutnya dikatakan:

“TUHAN akan menghibur Sion lagi dan akan memilih Yerusalem lagi.”

Kata “menghibur” (naḥam) berarti memberikan penguatan batin, pengampunan, dan pemulihan harapan.
Sementara “memilih lagi Yerusalem” menunjukkan pembaharuan pemilihan ilahi.

Charles Hodge menjelaskan:

“Pemilihan Allah tidak pernah gagal, tetapi kasih karunia Allah bekerja untuk memulihkan umat yang jatuh, sehingga pemilihan itu tampak ‘diperbarui’ dalam sejarah.”

Dalam pandangan Reformed, ini adalah pengingat bahwa pemilihan Allah bersifat kekal, namun dinyatakan berulang kali melalui anugerah yang memperbaharui umat-Nya di sepanjang sejarah keselamatan.

III. Tema Teologis dalam Terang Teologi Reformed

1. Kasih Karunia yang Memulihkan

Zakharia 1:16–17 menampilkan kasih karunia sebagai pusat karya Allah. Umat yang telah gagal tetap disapa dengan belas kasihan. Ini menggemakan prinsip sola gratia—bahwa keselamatan dan pemulihan hanya berasal dari kasih karunia Allah.

John Calvin menulis:

“Tidak ada alasan dalam diri manusia yang dapat menarik Allah untuk kembali kepada mereka; alasan satu-satunya adalah belas kasihan-Nya sendiri.”

Teologi Reformed menegaskan bahwa kasih karunia bersifat berdaulat (sovereign grace). Allah tidak hanya menawarkan pemulihan, tetapi menginisiasi dan menyelesaikannya melalui kuasa-Nya sendiri.

2. Kedaulatan Allah dalam Pemulihan Umat

Kata “firman TUHAN semesta alam” muncul dua kali dalam dua ayat ini, menekankan otoritas dan kuasa Allah.
Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa pemulihan sejarah umat Allah adalah karya kedaulatan-Nya.

Herman Bavinck menulis:

“Tidak ada bagian dalam sejarah keselamatan yang berjalan tanpa arahan ilahi. Bahkan pemulihan Yerusalem pun terjadi karena Allah yang berfirman, bukan karena kemampuan manusia.”

Ini memberi penghiburan besar: walaupun keadaan dunia tampak hancur, Allah tetap memegang kendali sejarah. Ia bukan hanya memulihkan masa lalu, tetapi juga mengarahkan masa depan menuju penggenapan akhir di dalam Kristus.

3. Bait Allah sebagai Tanda Hadirat dan Kemuliaan Kristus

“Rumah-Ku akan dibangun” menubuatkan pembangunan Bait Allah kedua (oleh Zerubabel), tetapi secara teologis mengarah kepada Bait Allah sejati—Kristus sendiri (Yohanes 2:19–21).

R.C. Sproul menjelaskan:

“Setiap kali Allah berbicara tentang rumah-Nya, kita diarahkan kepada Kristus, di mana kemuliaan Allah berdiam sepenuhnya. Pemulihan Bait Allah hanyalah bayangan dari kehadiran Allah dalam Inkarnasi.”

Dalam perspektif Gereja, ini berarti bahwa umat Allah sekarang menjadi bait Roh Kudus (1 Korintus 3:16). Pemulihan Yerusalem menubuatkan pemulihan umat Allah di dalam Kristus—suatu realitas rohani yang melampaui tembok-tembok fisik.

4. Janji Eskatologis: Yerusalem Baru

Kata-kata “Aku akan kembali... Aku akan memilih Yerusalem lagi” juga menunjuk pada penggenapan akhir di dalam Yerusalem baru (Wahyu 21–22).
Zakharia menubuatkan bahwa kasih Allah tidak berhenti pada pemulihan sejarah Israel, tetapi berlanjut sampai pembaharuan segala sesuatu.

Geerhardus Vos menulis:

“Setiap tindakan pemulihan dalam Perjanjian Lama adalah bayangan dari eskaton. Allah yang kembali ke Yerusalem adalah Allah yang pada akhirnya akan berdiam selamanya di tengah umat-Nya dalam kemuliaan kekal.”

Dengan demikian, Zakharia 1:16–17 bukan hanya nubuat lokal, melainkan visi redemptif-historis tentang kerajaan Allah yang kekal di dalam Kristus.

IV. Pandangan Para Teolog Reformed

1. John Calvin

Calvin menekankan aspek belas kasihan Allah yang berdaulat:

“Tuhan menunjukkan bahwa Ia tidak akan selamanya murka. Kasih setia-Nya lebih kuat daripada hukuman-Nya. Ia kembali bukan karena Yerusalem layak, tetapi karena Ia setia pada janji-Nya.”

2. Matthew Henry

Henry melihat dalam teks ini janji ganda: pemulihan temporal dan rohani.

“Yerusalem akan dibangun kembali secara jasmani, dan Bait Allah secara rohani akan ditegakkan di hati umat. Kristus akan datang, dan melalui Dialah Sion akan dihibur.”

3. Charles Spurgeon

Spurgeon menafsirkan ayat ini secara penginjilan:

“Tuhan berkata, ‘Aku akan kembali ke Yerusalem dengan belas kasihan.’ Apakah engkau tidak melihat Injil di sini? Tuhan kembali kepada manusia yang berdosa dengan belas kasihan yang sama, melalui Anak-Nya yang terkasih.”

4. Geerhardus Vos

Vos menyoroti bahwa nubuatan ini menunjukkan pola kerja Allah dalam sejarah keselamatan:

“Allah berulang kali kembali kepada umat-Nya dalam belas kasihan, namun puncaknya adalah ketika Firman menjadi daging. Itulah puncak dari ‘kembalinya Allah’ ke Yerusalem.”

5. Herman Bavinck

Bavinck menegaskan bahwa pemilihan Allah bersifat kekal dan tidak berubah:

“Ketika Allah berkata Ia ‘memilih Yerusalem lagi’, itu bukan karena pilihan pertama gagal, tetapi karena pilihan itu kini digenapi dalam kasih karunia yang lebih dalam.”

V. Aplikasi Praktis untuk Gereja Masa Kini

  1. Kasih karunia Allah selalu lebih besar dari kegagalan kita.
    Seperti Israel yang jatuh, kita pun sering gagal. Namun Allah tetap berkata, “Aku akan kembali dengan belas kasihan.” Gereja harus hidup dari kesadaran akan kasih karunia yang berdaulat ini.

  2. Pemulihan sejati dimulai dari hadirat Allah.
    Allah tidak hanya memulihkan struktur (Yerusalem), tetapi hadirat-Nya di tengah umat. Gereja masa kini dipanggil untuk membangun “Bait Allah rohani” — kehidupan yang kudus dan berpusat pada Kristus.

  3. Penghiburan sejati datang dari pemilihan Allah.
    Yerusalem dihibur karena Allah “memilihnya kembali.” Kita pun dihibur karena kita adalah umat pilihan Allah di dalam Kristus. Pemilihan itu tidak tergantung pada kita, melainkan pada kasih setia-Nya.

  4. Harapan eskatologis memotivasi pelayanan masa kini.
    Setiap pemulihan kecil yang kita alami adalah bayangan dari pemulihan sempurna di Yerusalem baru. Ini memberi arah dan semangat bagi gereja untuk tetap setia melayani dalam dunia yang rusak.

Kesimpulan

Zakharia 1:16–17 adalah permata pengharapan di tengah reruntuhan sejarah. Allah yang murka atas dosa kini berfirman dengan lembut: “Aku akan kembali ke Yerusalem dengan belas kasihan.”
Di sini kita melihat inti dari Injil — Allah yang mendekat kepada manusia, bukan karena layak, tetapi karena kasih-Nya yang kekal.

Melalui nubuatan ini, Allah menjanjikan:

  • Kehadiran-Nya dipulihkan (“Rumah-Ku akan dibangun”),

  • Kemakmuran rohani dijanjikan (“Kota-kota-Ku akan berlimpah”),

  • Penghiburan dan pemilihan diperbarui (“Aku akan menghibur Sion... memilih Yerusalem lagi”).

Semua janji ini mencapai puncaknya dalam Kristus — Allah yang benar-benar “kembali” kepada manusia, membangun Bait yang kekal, dan menjadikan kita Yerusalem rohani.

Sebagaimana John Calvin menutup tafsirnya:

“Janji pemulihan kepada Yerusalem adalah bayangan Injil. Di dalam Kristus, Allah telah kembali untuk selamanya kepada umat-Nya.”

Next Post Previous Post