DOKTRIN KRISTUS (4) - PERENDAHAN KRISTUS DAN PENDERITAAN KRISTUS

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
DOKTRIN KRISTUS(4)-Perendahan Kristus:Inkarnsi,Penderitaan Kristus,Kematian Kristus,Turun Ke Neraka.
DOKTRIN KRISTUS (4). PERENDAHAN KRISTUS.

 Ada 5 tahap perendahan yang dialami oleh Kristus:

I) Inkarnasi.

A) Arti kata inkarnasi.

Kata ini berasal dari kata bahasa Latin IN [= in (= dalam)] + CARO / CARNIS [= flesh (= daging)].

Jadi, inkarnasi bisa diartikan ‘masuk ke dalam daging’. Tentu saja yang dimaksud dengan ‘daging’ bukan hanya tubuh, tetapi seluruh manusia.

Catatan:

Jangan menyamakan ‘inkarnasi’ dengan ‘reinkarnasi’. Kekristenan mem-percayai inkarnasi, yaitu waktu Yesus, yang adalah Allah, menjadi manu-sia. Tetapi kekristenan menolak reinkarnasi, yang merupakan ajaran aga-ma Hindu / Buddha, karena bertentangan dengan Kitab Suci, khususnya Ibr 9:27, yang mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali dan sesudah itu dihakimi.

B) Subyek dari inkarnasi.

Bukan Allah Tritunggal, tetapi Allah Anaklah yang berinkarnasi dan meng-ambil hakekat manusia. Tetapi juga harus diingat bahwa setiap pribadi dalam Allah Tritunggal ikut aktif dalam inkarnasi (Matius 1:20 Lukas 1:35 Yohanes 1:14 Kis 2:30 Roma 8:3 Galatia 4:4 Filipi 2:5-7).

Bahwa yang berinkarnasi adalah Allah Anak, merupakan sesuatu yang perlu diingat / dicamkan, untuk menghadapi ajaran sesat yang disebut Modalistic Monarchianism / Patripassianism / Sabellianism, yang menga-takan bahwa Allah Bapa sendirilah yang berinkarnasi sebagai Anak.

Penerapan:

Banyak orang kristen berdoa secara salah dengan berkata: "Yesus, Bapa yang di surga, ...". Atau: "Kami bersyukur kepadaMu Bapa, karena Engkau telah rela menjadi manusia dan mati bagi dosa kami". Ini doa yang salah secara theologis karena mengacau-balaukan Yesus dengan Bapa / menganggap bahwa Bapa berinkarnasi menjadi Yesus / Anak.

C) Inkarnasi dan kelahiran.

Inkarnasi berbeda dengan kelahiran karena:

1) Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran menunjuk-kan pada tindakan pasif.

Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Lukas 19:10 Yohanes 9:39 Yohanes 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukan-nya ‘Aku dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif.

(Catatan: memang dalam Yoh 18:37b Yesus berkata: "Untuk itulah Aku lahir", tetapi Ia langsung menyambung dengan kata-kata "dan untuk itulah Akudatang ke dalam dunia ini").

Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa yang kelahir-annya merupakan tindakan aktif.

2) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan sebelumnya (Yohanes 1:1 6:38 8:58 2Korintus 8:9 Fil 2:6-7).

Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan, maka itu menun-jukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi kalau dikata-kan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi merupakan tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.

Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.


Upah dosa adalah maut / kematian (Roma 6:23 Kejadian 2:16-17 Kejadian 3:19). Untuk menebus dosa manusia, Allah harus mengalami kematian itu. Karena Allah tidak bisa mati, maka Ia harus menjadi manusia lebih dulu, baru Ia bisa mati untuk menebus dosa manusia.

Tetapi ada ajaran yang mengatakan bahwa Yesus tetap harus menjadi manusia sekalipun manusia tidak jatuh ke dalam dosa.

Alasannya:

inkarnasi pasti ada dalam Rencana Allah.
Rencana Allah tidak mungkin gagal, dan pasti akan dilaksanakan. Karena itu, tidak jadi soal apakah manusia jatuh ke dalam dosa atau tidak, Yesus tetap harus menjadi manusia.

pekerjaan Kristus bukan hanya penebusan dan penyelamatan. Ia adalah Pengantara, tetapi juga adalah Kepala. Karena itu, andaikata-pun manusia tidak jatuh ke dalam dosa, Yesus tetap harus menjadi manusia supaya Ia bisa menjadi Kepala bagi Gereja.
Bantahan terhadap ajaran ini:

a) Kitab Suci menunjukkan bahwa inkarnasi ada karena adanya dosa (Lukas 19:10 Yohanes 3:16 Yoh 10:10 Gal 4:4-5 1Timotius 1:15 1Yohanes 3:8).

b) Rencana Allah hanya satu dan dalam Rencana ini sudah termasuk dosa maupun inkarnasi, bahkan dalam Rencana Allah, inkarnasi ada karena ada dosa.

Banyak orang kristen tak mau menerima bahwa dalam Rencana Allah, dosa juga sudah ditetapkan. Anehnya, biasanya mereka tetap percaya bahwa penebusan dosa oleh Kristus sudah direncanakan oleh Allah sebelum dunia dijadikan (bdk. 1Pet 1:18-20). Padahal penebusan dosa oleh Kristus hanya bisa terjadi kalau ada dosa yang ditebus. Bagaimana mungkin penebusannya ditetapkan tetapi dosanya tidak? Disamping itu, pembunuhan terhadap Kristus, yang memungkinkan penebusan itu terjadi, juga adalah dosa. Dan itupun terjadi karena telah ditetapkan oleh Allah (Kis 2:23 Kis 4:27-28).

Jadi kesimpulannya: inkarnasi ada karena adanya dosa. Tetapi sekalipun ada dosa, Allah melakukan inkarnasi dan penebusan dosa bukan sebagai kewajiban / keharusan, tetapi karena kasihNya dan karena itulah yang Ia kehendaki.

E) Apa yang terjadi pada saat inkarnasi.

1) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ (Yohanes 1:14) tidak berarti bahwa:

a) LOGOS kehilangan seluruh atau sebagian keilahianNya.

b) LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS sebelum inkar-nasi.

Seseorang berkata:

"Incarnation does not mean that the LOGOS ceased to be what He was before" (= inkarnasi tidak berarti bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum saat itu).

Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14, maka kita perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:

kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.
kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.
Kalau kita berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru ketambahan hakekat manu-sia pada diriNya.

2) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ berarti bahwa LOGOS mengambil hakekat manusia (tubuh & jiwa):

a) Tanpa mengalami perubahan dalam hakekatNya.

b) Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.

c) Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.

Beberapa kutipan penting tentang ketidak-berubahan LOGOS pada saat inkarnasi:

1."Christ was lowered not by losing but rather by taking" (= Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan tetapi dengan mengambil).
Ini bisa diilustrasikan sebagai berikut: kita bisa merendahkan seorang yang kaya bukan dengan mengambil kekayaannya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan kepadanya pakaian yang buruk. Jadi orang itu direndahkan bukan dengan kehilangan apapun, tetapi sebaliknya dengan ketambahan sesuatu.

2.Leon Morris:(tentang Yohanes 1:14)
"When the Word became flesh His cosmic activities did not remain in abeyance" (= ketika Firman menjadi daging, kegiatan-kegiatan alam semestaNya tidaklah dibiarkan terkatung-katung).

3."We must surely hold that the incarnation meant the adding of something to what the Word was doing, rather than the cessation of most of His activites" (= kita harus berpegang / percaya bahwa inkarnasi berarti penambahan terhadap sesuatu yang sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya penghentian dari sebagian besar kegiatan-kegiatanNya).

4.Calvin:
"For even if the Word in his immeasurable essence united with the nature of man into one person, we do not imagine that he was confined therein. Here is something marvelous: the Son of God descended from heaven in such a way, that without leaving heaven, he willed to be borne in the virgin's womb, to go about the earth, and to hang upon the cross, yet he continuously filled the world even as he had done from the beginning" (= karena bahkan ketika Firman dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayangkan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus meme-nuhi alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan dari semula) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.

Kata-kata Calvin ini didasarkan atas Yohanes 1:18. Kalau kita melihat kontex Yoh 1 itu maka akan terlihat bahwa mula-mula digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama dengan Allah (ay 1: ‘pada mulanya’). Setelah itu digambarkan bahwa LOGOS itu berinkarnasi dan diam di antara manusia (ay 14). Tetapi dalam ay 18 tetap digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan (Lit: ‘dada’) Bapa di surga!

Yohanes 1:1,14,18 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. ... (18) Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan (dada) Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.

Perhatikan kata ‘ada’ dalam Yoh 1:18. Dalam bahasa Inggris digunakan present tense!!

NASB: who is in the bosom of the Father[= yang ada (present tense!) di dada Bapa].

NIV: who is at the Father’s side[= yang ada (present tense!) di sisi Bapa].

Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HO ON yang arti hurufiahnya adalah ‘the being’. Kata HO adalah definite article / kata sandang tertentu (‘the’), sedangkan ON adalah suatu participleyang ada dalam bentuk present.

Jadi, sekalipun ay 14 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu sudah menjadi daging / manusia, tetapi ay 18 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu tetap ada di dada Bapa! Ini menunjukkan kemaha-adaan Yesus! Sekalipun manusia Yesusnya terbatas, tetapi Anak Allah itu tidak terbatas di dalam manusia Yesus itu. Ia tetap maha ada!

Tetapi ada orang yang membantah ajaran ini dengan mengatakan bahwa bentuk present itu menunjuk pada saat rasul Yohanes sedang menu­liskan Injil Yohanes ini, yaitu pada sekitar akhir abad I. Karena itu, ini hanya menunjukkan bahwa Yesus yang sudah bangkit dan naik ke surga itu, saat itu ada dalam pelukan Bapa.

Tetapi ini tidak mungkin, karena dalam ay 18 itu kata-kata ‘ada di dada Bapa’ jelas menjadi dasar yang menyebabkan Yesus itu bisa ‘menyatakan’ Bapa!

Yohanes 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan (dada) Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.

Jadi jelas tidak menunjuk pada peristiwa yang terjadi pada akhir abad I, tetapi pada saat Yesus sedang menjadi manusia, atau bahkan bisa diartikan bahwa Yesus terus menerus ada di dada Bapa.

Perhatikan juga kutipan-kutipan di bawah ini:

a. Pulpit Commentary (tentang Yohanes 1:18):

“In view of the contention of Meyer that the language here refers to no agelong, eternal indwelling of the Logos with, or of the Son (God only begotten) on the bosom of, the Father, but to the exaltation of the Christ after his ascension, we can only refer to the present tense (HO ON), which from the standpoint of the prologue does not transfer itself to the historical standpoint of the writer at the end of the first century.” [= Tentang pandangan Meyer bahwa kata-kata di sini tidak menunjukkan bahwa Logos itu diam / tinggal secara kekal bersama-sama, atau di dada, Bapa, tetapi menunjuk pada pemuliaan Kristus setelah kenaikanNya, kami bisa hanya menunjuk pada present tense (HO ON), yang dari sudut pandang pendahuluan (pendahuluan Injil Yohanes), tidak mentranfer dirinya sendiri ke sudut pandang historis dari penulis pada akhir abad pertama.]-hal 24.

Keterangan: jadi, present tense itu ditinjau dari sudut pandang pendahuluanInjil Yohanes (Yoh 1:1-18), bukan dari sudut pandang saat penulisan Injil Yohanes.

b. Pulpit Commentary (tentang Yoh 1:18):

“... in this verse he is speaking of the timeless condition, the eternal fellowship, of the Only Begotten with the Father, as justifying the fulness of the revelation made in his incarnation.” [= ... dalam ayat ini ia berbicara tentang kondisi yang kekal, persekutuan kekal, dari Anak Tunggal dengan Bapa, sebagai dasar / pembenaran kepenuhan wahyu yang dibuat dalam inkarnasiNya.] -hal 24.

c. Leon Morris (tentang Yoh 1:18):

“The copula ‘is’ expresses a continuing union. The only begotten is continually in the bosom of the Father.”[= Kata kerja penghu­bung ‘is’ {= ada} menunjukkan kesatuan yang terus menerus. Anak Tunggal itu terus menerus ada di dada Bapa.] - hal 114.

d. William Hendriksen (tentang Yohanes 1:18):

“Besides, the added clause ‘who lies upon the Father’s breast’ indicates a relation of abiding closeness between the Father-God and the Son-God.” [= Disamping itu, anak kalimat tambahan ‘yang bersandar di dada Bapa’ menunjukkan suatu hubungan dekat yang kekal antara Allah Bapa dan Allah Anak.]. hal 90.

e. William Barclay (tentang Yoh 1:18):

“When John uses this phrase about Jesus, he means that between Jesus and God there is complete and uninterrupted intimacy. It is because Jesus is so intimate with God, that he is one with God and can reveal him to men.” [= Ketika Yohanes menggunakan istilah ini tentang Yesus, ia memaksudkan bahwa antara Yesus dan Allah ada keintiman yang lengkap dan tak putus-putusnya. Justru karena Yesus begitu intim dengan Allah, dan satu dengan Allah, maka Ia bisa menyatakan Dia kepada manusia.] - hal 74.

Selanjutnya, dalam membahas ketidak-berubahan LOGOS baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat berin­karnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis [= teori pengosongan diri]. Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat, tetapi sangat banyak muncul dimana-mana, khususnya pada saat Natal!

Teori Kenosis ini, yang didasarkan pada Filipi 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjukkan Yesus tidak maha tahu).

Fil 2:6-7 - “(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

Kesalahan dari Teori Kenosis ini:

a) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah.

Mazmur 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.”.

Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.

Yakobus 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”.

Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara! Karena itu, Allah tidak mungkin membuang semua / sebagian sifat-sifatNya, sekalipun hanya untuk sementara!

Lenski: “To withdraw even one attribute from God is to destroy God. The God who, for instance, is no longer omnipotent, is no longer God.” [= Menarik / mengambil bahkan satu sifat dari Allah berarti menghancurkan Allah. Allah yang, sebagai contoh, tidak lagi maha kuasa, bukanlah Allah lagi.] - hal 772.

b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!

c) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.

Dalam tafsirannya tentang Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan atau membuang keilahianNya, tetapi hanya menyembunyikannyadari pandangan manusia.

Calvin: “Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it.” [= Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya.].

Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.

Herman Hoeksema: “This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders.” [= Ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaiban-keajaiban / mujijat-mujijatNya.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.

A. T. Robertson: “‎Of what did Christ empty himself? Not of his divine nature. That was impossible. He continued to be the Son of God.” [= Tentang apa Kristus mengosongkan diriNya sendiri? Bukan tentang hakekat ilahiNya. Itu mustahil. Ia terus adalah Anak Allah.].

F) Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.

Ajaran Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa hakekat manusiaNya dari surga (berdasarkan 1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia datang ke dunia.

1Kor 15:47 - “Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.”.

Jadi hakekat manusiaNya betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa / mirip dengan kita tetapi secara organic tidak berhubungan dengan kita.

Kalau ini benar, maka boleh dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang dimasukkan dari surga ke dalam kandungan Maria!

Ajaran Reformed menentang ajaran Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan hakekat manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dengan kata lain, sebagai manusia, Yesus berasal dari sel telur Maria.

Dasar Kitab Suci pandangan ini:

1) Perhatikan sederetan ayat-ayat di bawah ini:

Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;”.

Ibrani 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.

Fil 2:7 - “melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama denganmanusia.”.

Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupadengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Kalau kita membandingkan dengan terjemahan Alkitab-Alkitab bahasa Inggris maka dari 4 ayat di atas, hanya Ibr 2:14 yang memang menggunakan kata ‘sama’, sedangkan yang lain menggunakan kata ‘seperti’.

Ibr 2:14 (KJV): ‘Forasmuch then as the children are partakers of flesh and blood, he also himself likewise took part of the same; that through death he might destroy him that had the power of death, that is, the devil;’.

Ibr 2:17 (KJV): ‘Wherefore in all things it behoved him to be made like unto his brethren, that he might be a merciful and faithful high priest in things pertaining to God, to make reconciliation for the sins of the people.’.

Fil 2:7 (KJV): ‘But made himself of no reputation, and took upon him the form of a servant, and was made in the likeness of men:’.

Ro 8:3 (KJV): ‘For what the law could not do, in that it was weak through the flesh, God sending his own Son in the likeness of sinful flesh, and for sin, condemned sin in the flesh:’.

Lalu, mengapa yang lain menggunakan kata ‘seperti’? Untuk menjawab ini, saya mengutip ulang tafsiran Calvin dan William Hendriksen tentang Ro 8:3 di sini:

Calvin (tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the likeness of the flesh of sin; for though the flesh of Christ was polluted by no stains, yet it seemed apparently to be sinful, inasmuch as it sustained the punishment due to our sins, and doubtless death exercised all its power over it as though it was subject to itself. ... Christ underwent our infirmities, that he might be more inclined to sympathy, and in this respect also there appeared some resemblance of a sinful nature.” [= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tidak diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.].

William Hendriksen (tentang Ro 8:3): “In his incarnation the divine Son assumed the human nature, ... But he took on that human nature not as it came originally from the hand of the Creator (‘and behold it was very good,’ Gen. 1:31), but weakened by sin, though remaining itself without any sin.”[= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya tetap tanpa dosa apapun.].

Jadi, sebetulnya Yesus memang mengambil hakekat manusia yang sama dengan kita, tetapi digunakan kata ‘seperti’ karena hakekat manusia yang diambil bukanlah hakekat manusia sebagaimana itu pertama kali diciptakan oleh Allah (Kej 1:31 - ‘sungguh amat baik’), tetapi yang sudah dilemahkan oleh dosa, sekalipun hakekat manusia itu sendiri tanpa dosa.

Kalau Yesus memang sungguh-sungguh adalah manusia, Ia haruslah sungguh-sungguh anak Maria.

2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan dari Maria, dan Kristus hanya serupa / mirip dengan kita, maka sebetulnya tidak ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita.

Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.

3) Yesus disebut ‘tunas Daud’, ‘tunas yang keluar dari tunggul Isai’, ‘taruk dari pangkal Isai’.

Yes 11:1,10 - “(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. ... (10) Maka pada waktu itu tarukdari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”.

Yesaya 4:2 - “Pada waktu itu tunas (Inggris: ‘branch’) yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israelyang terluput.”.

Yesaya 53:2 - “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas (Inggris: ‘root’) dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.

Yer 23:5 - “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas (Inggris: ‘branch’) adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.

Wah 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunasDaud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”.

Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

Perlu diingat bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan organic dengan Daud.

4) Ibr 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan kita berasal dari suku Yehuda’ [Lit: out of Judah / keluar dari Yehuda (Yunani: EX)]. Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari Yehuda’ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel/ Yahudi.

5) Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.

a) Ia yang menguduskan [= Yesus] dan mereka yang dikuduskan [= manusia yang ditebus] semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).

Ibr 2:11a: “Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu;”.

TB2-LAI hampir sama dengan TB1.

NASB: ‘are all of one Father’ [= semua dari satu Bapa].

Kitab Suci Indonesia (TB1 maupun TB2) dan NASB salah, karena kata ‘Satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.

NIV: ‘are of the same family’ [= semua dari satu keluarga].

RSV: ‘have all one origin’ [= semua mempunyai satu asal mula].

KJV: ‘are all of one’ [= semua dari satu].

Terjemahan-terjemahan ini lebih benar karena kata ‘satu’ sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk kepada Adam, karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah menjadi manusia yang sama dengan kita.

Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih Maria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’ [= buatan surga] yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!

Sekalipun ada orang-orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb, menganggap bahwa kontext menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada ‘Adam’, atau kepada ‘satu hakekat’, karena tujuan kontext ini memang menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca Ibr 2 itu terus sampai ay 17).

John Calvin: “In this sense he also says that ‘the Author of sanctification and those who are sanctified have all one origin’ (Hebrews 2:11a). The context shows that this expression refers to the fellowship of nature, for he immediately adds: ‘That is why he is not ashamed to call them brethren’ (Hebrews 2:11b).”[= Dalam arti ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari pengudusan dan mereka yang dikuduskan semua mempunyai satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Kontext menunjukkan bahwa ungkapan ini menunjuk pada persekutuan hakekat, karena ia segera menambahkan: ‘itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara’ (Ibr 2:11b).] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.

Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11 harus diganti dengan ‘dua’!

b) Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’ (Ibr 2:11b).

Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.

Kalau Yesus tidak berasal dari sel telur Maria, maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.

c) Bandingkan juga dengan Ibr 2:14-17 yang menunjukkan bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia yang sama dengan kita!

6) Yesus disebut sebagai:

a) Keturunan perempuan / Hawa (Literal: ‘seed of the woman’) - Kej 3:15.

Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya (KJV/RSV/NASB: ‘her seed’); keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.

b) Keturunan Abraham [Literal: ‘your seed’ {= benihmu / keturunanmu}] - Kej 22:18 (bdk. Kis 3:25).

Kej 22:18 - “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firmanKu.’”.

Catatan: kata ‘keturunan’ ada dalam bentuk tunggal.

Bdk. Gal 3:16 - “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ‘kepada keturunan-keturunannya’ seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ‘dan kepada keturunanmu’, yaitu Kristus.”.

Kis 3:25 - “Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.”.

Catatan: di sini kata ‘keturunan’ juga ada dalam bentuk tunggal.

c) Keturunan Daud (Literal: ‘seed of David’) - 2Tim 2:8.

2Tim 2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.

Istilah ‘seed’ [= benih / keturunan] jelas menunjukkan adanya hubungan organic!

7) Luk 1:41-42 - “(41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, (42) lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”.

Dalam Luk 1:42, Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah rahim’ dari Maria (NASB / Literal: ‘the fruit of your womb’).

Perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!

John Calvin: “Now, if he had not truly been begotten of the seed of David, what will be the point of this expression that he is ‘the fruit of her womb’ (Luke 1:42)?” [= Seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari benih / keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah ‘buah rahimnya’ (Luk 1:42)?] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.

Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.

8) Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Dalam Luk 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengandung padahal ia belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam ‘bayi tabung’), maka dalam Luk 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam kandungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa:

a) Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sendiri dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan / mencipta janin Yesus itu.

William Hendriksen (tentang Luk 1:35): “The answer is cast in the form of synonymous parallelism, so that ‘The Holy Spirit’ is paired with ‘the power of the Most High,’ and ‘will come upon you’ with ‘will overshadow you.’ Resultant meaning: The personal Holy Spirit will bring about this wonder in Mary’s womb by exerting his divine power. ... Nevertheless, something must perhaps be added. The ‘overshadowing’ or ‘covering’of which Luke speaks here is not static but active. It is creative, productive. It causes Mary to conceive a child. Our thoughts are therefore also - and perhaps especially - directed to the Spirit of God creatively hovering over the waters at the time of creation (Gen. 1:2). In this same connection see Ps. 104:30, expressed poetically in the line: ‘Thy Spirit O God makes life to abound.’ The overshadowing Spirit, therefore, not only protects but also creates. It brings about conception within Mary’s womb.” [= Jawaban diberikan dalam bentuk paralelisme yang sinonim, sehingga ‘Roh Kudus’ berpasangan dengan ‘kuasa dari Yang Maha-tinggi’ dan ‘akan turun ke atasmu’ dengan ‘akan menaungi engkau’. Arti yang dihasilkan: Roh Kudus yang bersifat pribadi akan menimbulkan / menghasilkan keajaiban ini dalam kandungan Maria dengan menggunakan kuasa ilahiNya. ... Namun, sesuatu mungkin harus ditambahkan. ‘Penaungan’ atau ‘penutupan / penurunan atas’ tentang mana Lukas berbicara di sini bukanlah statis tetapi aktif. Itu adalah bersifat mencipta, bersifat menghasilkan. Itu menyebabkan Maria mengandung seorang anak. Karena itu, pikiran kita juga - dan mungkin khususnya - diarahkan kepada Roh Allah dengan / secara mencipta melayang-layang di atas permukaan air pada saat penciptaan (Kej 1:2). Dalam hubungan yang sama lihat Maz 104:30, khususnya dalam kalimat yang bersifat puisi: ‘RohMu, ya Allah, membuat kehidupan berlimpah-limpah’. Karena itu, Roh yang menaungi, bukan hanya melindungi tetapi juga mencipta. Itu menyebabkan / menimbulkan / menghasilkan janin dalam kandungan Maria.].

Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”.

Maz 104:30 - “Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”.

b) Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus.

Ini menunjukkan bahwa Yesus bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal kalau Yesus adalah bayi tabung dari surga, maka tentu tidak dibutuhkan pengudusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria (yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan pengudusan dari Roh Kudus supaya Yesus bisa lahir suci.

Bahwa ini memang ajaran Reformed terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘WestminsterConfession of Faith’ pasal 8 ayat 2 yang berbunyi:

“The Son of God, the second person in the Trinity, being very and eternal God, of one substance and equal with the Father, did, when the fulness of time was come, take upon Him man’s nature, with all the essential properties, and common infirmities thereof, yet with­out sin; being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of the virgin Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and distinct natures, the Godhead and the manhood, were inseparably joined together in one person, without conversion, composition, or confusion. Which person is very God, and very man, yet one Christ, the only Mediator between God and man.” [= Anak Allah, pribadi kedua dalam Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, memang mengambil kepada diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat hakiki, dan kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa; dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari perawan Maria, dari zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan kemanusiaan, digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu pribadi, tanpa perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.].

Pandangan ini juga didukung oleh Athanasian Creed / Pengakuan Iman Athanasius: “28. It is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man. 29. He is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother.” [= 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya.] - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal dari sel telur Maria, juga menunjukkan bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan, dan jelas tidak kekal, atau mulai ada di dalam waktu.

Perlu diingat bahwa kata-kata ‘begotten, not made’ [= ‘diperanakkan, bukan dicipta’]dalam Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan / hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.

Perhatikan beberapa kutipan pendukung di bawah ini.

John Owen: “The framing, forming, and miraculous conception of the body of Christ in the womb of the blessed Virgin was the peculiar and especial work of the Holy Ghost. ... The act of the Holy Ghost in this matter was a creating act; not, indeed, like the first creating act, which produced the matter and substance of all things out of nothing, causing that to be which was not before, neither in matter, nor form, nor passive disposition; but like those subsequent acts of creation, whereby, out of matter before made and prepared, things were made that which before they were not, and which of themselves they had no active disposition unto nor concurrence in. So man was created or formed of the dust of the earth, and woman of a rib taken from man. There was a previous matter unto their creation, but such as gave no assistance nor had any active disposition to the production of that particular kind of creature whereinto they were formed by the creating power of God. Such was this act of the Holy Ghost in forming the body of our Lord Jesus Christ; for although it was effected by an act of infinite creating power, yet it was formed or made of the substance of the blessed Virgin.” [= Penyusunan, pembentukan, dan pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh Kristus di dalam kandungan Perawan yang diberkati merupakan pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan penciptaan; memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama, yang menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada, menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam bahannya, bentuknya, maupun penyusunan / kecondongan pasif; tetapi seperti tindakan-tindakan penciptaan yang berikutnya, dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat dan dipersiapkan sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak mempunyai kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan. Demikianlah manusia / orang laki-laki diciptakan atau dibentuk dari debu tanah, dan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Disana sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi sedemikian rupa sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana mereka dibentuk oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah tindakan Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus Kristus; karena sekalipun itu dihasilkan oleh tindakan dari kuasa penciptaanyang tak terbatas, tetapi itu dibentuk atau dibuat dari zat dari sang Perawan yang diberkati.] - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.

Herman Bavinck:

· “Even though Christ has assumed a human nature which is finite and limited and which began in time, as person, as Self, Christ does not in Scripture stand on the side of the creature but on the side of God.” [= Sekalipun Kristus telah mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan yang dimulai dalam waktu, tetapi sebagai pribadi, sebagai Diri / Ego, dalam Kitab Suci Kristus tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak Allah.] - ‘Our Reasonable Faith’, hal 317.

· “The separation between God and man is not a gradual difference but a deep gulf. The relationship is that of Creator and creature, and the creature from the nature of his being can never become Creator, nor have the significance and worth for us human beings of the Creator, on whom we are absolutely dependent.”[= Celah yang membedakan antara Allah dan manusia bukanlah suatu perbedaan yang moderat / tidak curam tetapi suatu jurang yang dalam. Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan, dan makhluk ciptaan sesuai dengan keadaan alamiah keberadaannya tidak pernah bisa menjadi Pencipta, ataupun mempunyai arti dan nilai bagi kita manusia dari sang Pencipta, kepada siapa kita tergantung secara mutlak.] - ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.

· “That human nature did not exist beforehand. ... But in the incarnation, also, Scripture holds to the goodness of creation and to the Divine origin of matter.”[= Hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya. ... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci berpegang pada kebaikan penciptaan dan pada asal usul Ilahi dari zat / bahan.]- ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.

· “Just as the human nature of Christ did not exist before the conception in Mary, so it did not exist for sometime before, nor some time after, in a state of separation from Christ.”[= Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada sebelum pembuahan di dalam Maria, begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam keadaan terpisah dari Kristus.] - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.

· “In short, to one and the same subject, one and the same person, Divine and human attributes and works, eternity and time, omnipresence and limitation, creative omnipotence and creaturely weakness are ascribed.” [= Singkatnya, subyek yang satu dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama, dianggap mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia, kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan dan keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan makhluk ciptaan.] - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.

Calvin tentang kata-kata ‘sepertianak manusia’dalam Daniel 7:13 (ayatnya saya berikan di bawah):

“We must now see why he uses the word ‘like’ the Son of man; ... the Prophet says, ‘He appeared’ to him ‘as the Son of man,’ as Christ had not yet taken upon him our flesh. And we must remark that saying of Paul’s: When the fulness of time was come, God sent his Son, made of a woman. (Gal. 4:4.) Christ then began to be a man when he appeared on earth as Mediator, for he had not assumed the seed of Abraham before he was joined with us in brotherly union. This is the reason why the Prophet does not pronounce Christ to have been man at this period, but only like man; for otherwise he had not been that Messiah formerly promised under the Law as the son of Abraham and David. For if from the beginning he had put on human flesh, he would not have been born of these progenitors. It follows, then, that Christ was not a man from the beginning, but only appeared so in a figure. ... This was a symbol, therefore, of Christ’s future flesh, although that flesh did not yet exist.”[= Sekarang kita harus melihat mengapa ia menggunakan kata ‘seperti’ Anak manusia; ... sang Nabi berkata, ‘Ia kelihatan’ kepadanya ‘seperti Anak manusia’, karena Kristus belum mengambil kepadaNya daging kita. Dan kita harus memperhatikan perkataan Paulus itu: ‘Pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, Allah mengutus AnakNya, dibuat dari seorang perempuan.’ (Gal 4:4). Maka Kristus mulai menjadi / adalah seorang manusia pada waktu Ia muncul di bumi sebagai Pengantara, karena Ia belum mengambil benih / keturunan Abraham sebelum Ia digabungkan dengan kita dalam persatuan persaudaraan. Inilah alasannya mengapa sang Nabi tidak mengumumkan Kristus sudah adalah manusia pada masa ini, tetapi hanya sepertimanusia; karena kalau tidak Ia bukanlah Mesias itu yang sebelumnya dijanjikan di bawah hukum Taurat sebagai anak / keturunan Abraham dan Daud. Karena seandainya dari semula Ia telah mengenakan daging manusia, Ia tidaklah dilahirkan oleh nenek moyang ini. Maka akibatnya adalah bahwa Kristus bukanlah seorang manusia dari semula, tetapi hanya kelihatan demikian dalam suatu bentuk jasmani. ... Karena itu, ini adalah suatu simbol dari daging Kristus yang akan datang, sekalipun daging itu belum ada (pada saat itu).] - hal 41.

Daniel 7:13 - “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang sepertianak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya.”.

Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.

Calvin menambahkan: jadi kalau dalam ayat-ayat seperti Fil 2:7 digunakan kata ‘seperti’, maka alasannya berbeda dengan pada waktu kata ‘seperti’ itu digunakan dalam Dan 7:13. Dalam Fil 2:7 (juga Ro 8:3 Ibr 2:17) kata ‘seperti’ itu digunakan karena daging yang telah diambil oleh Kristus itu bukan seperti daging dari Adam sebelum ia jatuh ke dalam dosa, tetapi daging yang sekalipun tidak berdosa tetapi telah dilemahkan oleh dosa. Sedangkan dalam Daniel 7:13, kata ‘seperti’ itu digunakan karena pada saat itu daging Kristus memang belum ada, dan yang dilihat oleh Daniel pada saat itu hanyalah simbol dari daging Kristus yang akan datang.

Catatan: untuk Fil 2:7 dan Ibr 2:17 lihat KJV.

Dan dalam tafsirannya tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai berikut:

“the Prophet could not properly nor wisely mention the human nature of Christ with the divine, with reference to eternity. The Word of God, we know, was eternal; and we know, that when the fulness of time came, as Paul says, Christ put on our nature, (Gal. 4:4.) Hence the beginning of Christ as to the flesh was not so old, if his existence be spoken of: to set them together then would have been absurd.” [= sang Nabi tidak bisa secara tepat / benar ataupun secara bijaksana menyebutkan hakekat manusia dari Kristus dengan hakekat ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan. Firman Allah, kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu, bahwa pada saat kegenapan waktunya datang, seperti Paulus katakan, Kristus memakai / mengenakan hakekat kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan dari Kristus berkenaan dengan daging / manusia tidaklah begitu tua, jika keberadaanNya yang dibicarakan: maka, membuat mereka (keilahian dan kemanusiaan Kristus)bersama-sama akan merupakan sesuatu yang menggelikan / konyol.] - hal 299.

Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”.

Philip Schaff: “The Son, as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten from eternity of the unbegotten Father. To this Athanasius refers the passage concerning the Only-begotten who is in the bosom of the Father.”[= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius menunjuk pada text tentang Satu-satunya yang diperanakkan, yang ada di dada Bapa (Yoh 1:18).] - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 658.

Robert M. Bowman Jr.: “In his ‘Prologue’ John contrasts the Word, which ‘was’ (EN, third person imperfect form of EIMI) in the beginning, with his bringing into existence (EGENETO, the third person singular indicative form of GENESTHAI) of all things (John 1:1-3). ... to say that the Word was continuing to exist at the beginning of created time is simply another way of saying that the Word was eternal. By going on to say that this uncreated Logos ‘became’ (egeneto) flesh (1:14), John draws another contrast between the two natures of Christ. To put it in the classic terminology of orthodox incarnational theology, Christ was uncreated (EN) with respect to his deity, but created (EGENETO) with respect to his humanity.” [= Dalam ‘Pendahuluan’nya Yohanes mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / telah ada (EN, orang ketiga, bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan pembuatan / penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa Firman terus ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan hanyalah merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa Firman itu kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa Logos yang tidak diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging (1:14), Yohanes membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang ortodox, Kristus tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan keallahanNya, tetapi diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan kemanusiaanNya.] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 114.

G) Peranan Roh Kudus dalam inkarnasi.

1) Roh Kuduslah yang menjadikan Maria mengandung.

Mat 1:18-20 - “(18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”.

Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Yang dilahirkan oleh Maria bukanlah pribadi manusia, tetapi pribadi Anak Allah [Luk 1:32,35 bdk. Luk 1:43 dimana Elizabeth menyatakan Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ / ‘the mother of my Lord’ (NIV)].

Lukas 1:32 - “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya,”.

Lukas 1:43 - “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”.

Karena itu Maria secara tepat disebut THEOTOKOS [= bunda Allah], bukan sekedar CHRISTOTOKOS [= bunda Kristus].

2) Roh Kudus menguduskan hakekat manusia dari Kristus sejak dari saat pertama pembuahan dan menjagaNya dari polusi dosa.

Yohanes 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”.

Ibrani 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”.

Jadi, bahwa Maria mengandung bukan dari seorang laki-laki, masih belum cukup untuk menyebabkan Yesus itu lahir suci, karena Maria juga adalah orang berdosa. Masih dibutuhkan pekerjaan Roh Kudus untuk menyucikan bayi Yesus sejak dari saat pertama pembuahan supaya Yesus betul-betul suci.

Calvin: “For we make Christ free from all stain not just because he was begotten of his mother without copulation with man, but because he was sanctified by the Spirit that the generation might be pure and undefiled as would have been true before Adam’s fall.”[= Karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda / kekotoran bukan hanya karena Ia diperanakkan dari ibuNya tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi karena Ia dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan tidak tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.

Ada beberapa hal yang perlu dibahas di sini:

a) Adanya pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan bayi Yesus ini, menyebabkan Yesus tidak membutuhkan ibu yang suci supaya bisa lahir dan hidup suci.

Karena itu doktrin Immaculate Conception dari Roma Katolik, yang menyatakan bahwa Maria dilahirkan dan hidup suci tanpa dosa, sama sekali tidak dibutuhkan di dalam gereja.

Catatan:

1. Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tahun 1854. Karena itu perlu dipertanyakan: kalau doktrin ini memang ada dalam Kitab Suci / berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan waktu 18 abad untuk menemukan­nya?

2. Doktrin ini bukan hanya tidak punya dasar Kitab Suci sama sekali, tetapi juga bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci, seperti:

a. Roma 3:10-12,23 Pkh 7:20 Ayub 4:17 Ayub 25:4.

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa semua manusia berdosa. Satu-satunya orang yang dikecualikan dalam Kitab Suci hanyalah Yesus saja (Ibr 4:15 2Kor 5:21). Kitab Suci tidak pernah mengecualikan Maria!

Ro 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.

Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.

Ayub 4:17 - “Mungkinkah seorang manusia benar di hadapan Allah, mungkinkah seseorang tahir di hadapan Penciptanya?”.

Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?”.

Pengecualiannya hanyalah Yesus!

Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

b. Luk 1:46,47 menunjukkan bahwa Maria menyebut Allah sebagai Juruselamatnya.

Lukas 1:46-47 - “(46) Lalu kata Maria: ‘Jiwaku memuliakan Tuhan, (47) dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,”.

Kalau memang ia suci murni, mengapa ia membutuhkan Juruselamat?

c. Luk 2:22-24 (bdk. Im 12:1-8) menunjukkan bahwa Maria disebut najis (Im 12:2), karena melahirkan anak.

Ini menyebabkan ia harus mempersembahkan korban bakaran dan korban penghapus dosa sebagai pendamaian (Im 12:8), supaya bisa ditahirkan.

Im 12:1-8 - “(1) TUHAN berfirman kepada Musa, demikian: (2) ‘Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seorang perempuan bersalin dan melahirkan anak laki-laki, maka najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti pada hari-hari ia bercemar kain ia najis. (3) Dan pada hari yang kedelapan haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu. (4) Selanjutnya tiga puluh tiga hari lamanya perempuan itu harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas, tidak boleh ia kena kepada sesuatu apapun yang kudus dan tidak boleh ia masuk ke tempat kudus, sampai sudah genap hari-hari pentahirannya. (5) Tetapi jikalau ia melahirkan anak perempuan, maka najislah ia selama dua minggu, sama seperti pada waktu ia bercemar kain; selanjutnya enam puluh enam hari lamanya ia harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas. (6) Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam itu harus mempersembahkannya ke hadapan TUHAN dan mengadakan pendamaianbagi perempuan itu. Demikianlah perempuan itu ditahirkandari leleran darahnya. Itulah hukum tentang perempuan yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan. (8) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai korban bakaran dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah ia.’”.

Luk 2:22-24 - “(22) Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkanNya kepada Tuhan, (23) seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ‘Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah,’ (24) dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.”.

Sekalipun ‘kenajisan’ di sini bukanlah suatu dosa moral, tetapi rasanya hal ini sukar diharmoniskan dengan ‘suci murni’.

3. Doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai beri­kut: kalau Maria harus suci supaya Yesus bisa suci, maka demikian juga kedua orang tua Maria harus suci supaya Maria bisa suci, dan keempat kakek nenek Maria harus suci supaya kedua orang tua Maria bisa suci, dan kalau ini diteruskan maka akhirnya Adam dan Hawapun harus suci. Ini jelas merupakan pandangan yang tidak Alkitabiah, yang orang Roma Katolikpun tidak akan mau menerimanya!

b) Kalau memang fakta bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perawan itu belum cukup untuk menyebabkan Yesus lahir suci, dan masih dibutuhkan penyucian dari Roh Kudus, lalu untuk apa Yesus harus dilahirkan dari seorang perawan / perempuan yang mengandung tanpa hubungan sex dengan laki-laki? Mengapa tidak menggunakan kelahiran biasa saja dan ditambah dengan penyucian dari Roh Kudus?

Jawab:

1. Sekalipun kelahiran dari perawan masih belum cukup untuk membuat Yesus lahir suci, tetapi setidaknya dengan cara ini bisa ditambahkan penyucian dari Roh Kudus sehingga Yesus lahir suci. Tetapi kalau digunakan kelahiran biasa, sekalipun ditambahkan penyucian dari Roh Kudus, tetap tidak mungkin Yesus lahir suci.

2. Calvin: Tidak terlalu cocok bahwa pribadi yang adalah Allah dan manusia itu dilahirkan dengan cara yang sama seperti kita. Harus dengan cara yang berbeda supaya cocok dengan kewibawaan pribadiNya.

Catatan: saya beranggapan bahwa jawaban yang kedua ini tidak mempunyai dasar Kitab Suci.

II) Penderitaan Kristus.

A) Kristus menderita sepanjang hidupNya.

1) Ia menderita karena Ia yang suci harus hidup ditengah-tengah orang-orang berdosa.

Bandingkan dengan Lot dalam 2Pet 2:7-8 - “(7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa-”.

Penerapan:

Adalah sesuatu yang aneh kalau banyak orang kris­ten yang bukannya menderita tetapi sebaliknya justru merasa senang kalau bergaul / berkumpul dengan orang-orang yang brengsek! Apakah saudara termasuk orang seperti itu?

2) KetaatanNya menyebabkan Ia menderita (bdk. Yoh 3:19-20).

Yoh 3:19-20 - “(19) Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. (20) Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;”.

Ada banyak ketaatan yang bisa menyebabkan penderitaan bahkan penganiayaan. Misalnya kalau kita mau hidup dan berkata jujur, atau kalau kita menegur orang yang berbuat dosa, dsb. Kristus rela menderita demi mentaati Firman Tuhan; bagaimana dengan saudara?

3) Ia menderita karena serangan setan (bdk. Luk 4:1-13, khususnya ay 13).

Ingat bahwa ke-tidak-bisa-berdosa-an Kristus tidak berarti bahwa Ia tidak menderita pada waktu mengalami serangan setan (bdk. Ibr 2:18 - ‘Ia sendiri telah menderita karena pencobaan’)!

4) Ketidak-percayaan / kebencian orang-orang di sekitarNya memberikan penderitaan kepadaNya.

Ketidakpercayaan ini datang dari:

a) Dunia.

Yoh 1:10 - “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya.”.

b) Bangsanya.

Yoh 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.

Yoh 10:20 - “‘Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?’”.

c) Orang-orang sekampungnya.

Mat 13:53-57 - “(53) Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ. (54) Setibanya di tempat asalNya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: ‘Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? (55) Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? (56) Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?’ (57) Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: ‘Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.’”.

d) Keluarganya.

Yoh 7:3-5 - “(3) Maka kata saudara-saudara Yesus kepadaNya: ‘Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-muridMu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. (4) Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diriMu kepada dunia.’ (5) Sebab saudara-saudaraNya sendiripun tidak percaya kepadaNya.”.

Mark 3:21 - “Waktu kaum keluargaNya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.”.

e) Yudas Iskariot.

f) Murid-muridNya yang lain.

Hal tersebut lebih-lebih terasa menyakitkan karena Yesus mencintai manusia dan Ia bahkan datang ke dunia dengan maksud mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan manusia. Tetapi ternyata manusia memberi­kan balasan yang begitu jelek.

Kalau saudara pernah tidak dipercayai oleh orang yang saudara cintai, seperti orang tua saudara, suami / istri / pacar saudara, maka saudara tentu bisa merasakan sakitnya hal itu.

Penerapan: Demi melayani saudara, Yesus pernah mengalami hal seperti itu. Kalau dalam saudara melayani Dia, saudara harus menghadapi hal seperti itu, maukah saudara terus melayani Dia?

5) PenderitaanNya makin lama makin hebat dan mencapai puncak­nya di kayu salib.

Untuk bisa lebih menyadari penderitaan Kristus di sekitar salib, khususnya pada saat pencambukan dan penyaliban, perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:

a) Tentang pencambukan:

Leon Morris (NICNT):

“Scourging was a brutal affair. It was inflicted by a whip of several thongs, each of which was loaded with pieces of bone or metal. It could make pulp of man’s back.” [= Pencambukan adalah suatu peristiwa yang brutal. Hal itu diberikan dengan sebuah cambuk yang terdiri dari beberapa tali kulit, yang masing-masing diberi potongan-potongan tulang atau logam. Itu bisa membuat punggung orang menjadi bubur.] - hal 790.

Leon Morris (NICNT):

“... Josephus tells us that a certain Jesus, son of Ananias, was brought before Albinus and ‘flayed to the bone with scourges’ ... Eusebius narrates that certain martyrs at the time of Polycarp ‘were torn by scourges down to deep-seated veins and arteries, so that the hidden contents of the recesses of their bodies, their entrails and organs, were exposed to sight’ ... Small wonder that men not infrequently died as a result of this torture” [= Josephus menceritakan bahwa seorang Yesus tertentu, anak dari Ananias, dibawa ke depan Albinus dan ‘dikuliti sampai tulangnya dengan cambuk’ ... Eusebius menceritakan bahwa martir-martir tertentu pada jaman Polycarp ‘dicabik-cabik oleh cambuk sampai pada pembuluh darah dan arteri yang ada di dalam, sehingga bagian dalam yang tersembunyi dari tubuh mereka, isi perut dan organ-organ mereka, menjadi terbuka dan kelihatan’ ... Tidak heran bahwa tidak jarang orang mati sebagai akibat penyiksaan ini]- hal 790 (catatan kaki).

William Hendriksen:

“The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim’s back, bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death.[= Cambuk Romawi ter­diri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkuk­kan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian..

William Barclay (tentang Mat 27:27-31):

“Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a post with his back bent double and conven­iently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it.”[= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu men­jadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berda­rah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedi­kit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan.] - hal 363.

Saudara adalah orang berdosa dan karena itu sebetulnya saudaralah yang seharusnya mengalami hukuman cambuk itu. Tetapi Kristus sudah mengalami pencambukan itu supaya saudara bebas dari hukuman Allah, asal saudara percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara. Sudahkah saudara percaya / menerima Dia?

b) Tentang penyaliban:

Pulpit Commentary (tentang Mat 27:32):

“Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used.” [= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan.]- hal 588.

William Barclay (tentang Mark 15:21-28):

“When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to die ... Some­times prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness.” [= Ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila.] - hal 360.

Catatan:

Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.

Ini ia dasarkan pada:

1. Tradisi.

2. Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki (lihat tafsiran Barclay tentang Yoh 20:24-29, hal 276).

Yoh 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNyadan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ ... (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKudan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.

Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya tanganNya, tetapi juga kakiNya.

Alasan saya:

a. Penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tra­disinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay. Misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas.

Dan juga Barnes’ Notes, yang dalam tafsirannya tentang Mat 27:32, berkata sebagai berikut:

“The feet were fastened to this upright piece, either by nailing them with large spikes driven through the tender part, or by being lashed by cords. To the cross-piece at the top, the hands, being extended, were also fastened, either by spikes or by cords, or perhaps in some cases by both. The hands and feet of our Saviour were both fastened by spikes.” [= Kaki dilekatkan pada tiang tegak, atau dengan memakukannya dengan paku-paku besar yang dimasukkan melalui bagian-bagian yang lunak, atau dengan mengikatnya dengan tali. Pada bagian salib yang ada di atas, tangan, yang direntangkan, juga dilekatkan, atau dengan paku-paku atau dengan tali, atau mungkin dalam beberapa kasus oleh keduanya. Tangan dan kaki dari Tuhan kita keduanya dilekatkan dengan paku-paku.].

Juga ada penafsir yang berkata bahwa tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.

b. Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib (baca seluruh mazmur itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19), berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh 19:18): “The feet, though not always nailed, but simply bound, to the upright beam, were almost certainly so in this case (Ps. 22:16).” [= Kaki, sekalipun tidak selalu dipaku, tetapi hanya diikat pada tiang yang vertikal, dalam kasus ini hampir pasti dipaku (Maz 22:17).].

c. Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!

Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKudan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNyakepada mereka.”.

Selanjutnya Barclay (tentang Mat 27:27-31) mengutip Klausner sebagai berikut:

“The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds.”[= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah.] - hal 364.

Barclay lalu melanjutkan kata-kata Klausner:

“It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us.”[= Itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita] - hal 364.

Saya masih ingin menambahkan komentar dari Barnes’ Notes tentang Mat 27:35 yang makin memperjelas penderitaan orang yang disalib. Ia berkata sebagai berikut:

“The manner of the crucifixion was as follows: - After the criminal had carried the cross, attended with every possible jibe and insult, to the place of execution, a hole was dug in the earth to receive the foot of it. The cross was laid on the ground; the persons condemned to suffer was stripped, and was extended on it, and the soldiers fastened the hands and feet either by nails or thongs. After they had fixed the nails deeply in the wood, they elevated the cross with the agonizing sufferer on it; and, in order to fix it more firmly in the earth, they let it fall violently into the hole which they had dug to receive it. This sudden fall must have given to the person that was nailed to it a most violent and convulsive shock, and greatly increased his sufferings. The crucified person was then suffered to hang, commonly, till pain, exhaustion, thirst, and hunger ended his life.”[= Cara penyaliban adalah sebagai berikut: - Setelah kriminil itu membawa salib, disertai dengan setiap ejekan dan hinaan yang dimungkinkan, ke tempat penyaliban, sebuah lubang digali di tanah untuk menerima kaki salib itu. Salib diletakkan di tanah; orang yang diputuskan untuk menderita itu dilepasi pakaiannya, dan direntangkan pada salib itu, dan tentara-tentara melekatkan tangan dan kaki dengan paku atau dengan tali. Setelah mereka memakukan paku-paku itu dalam-dalam ke dalam kayu, mereka menaikkan / menegakkan salib itu dengan penderita yang sangat menderita padanya; dan, untuk menancapkannya dengan lebih teguh di dalam tanah, mereka menjatuhkan salib itu dengan keras ke dalam lubang yang telah digali untuk menerima salib itu. Jatuhnya salib dengan mendadak itu pasti memberikan kepada orang yang disalib suatu kejutan yang keras, dan meningkatkan penderitaannya dengan hebat. Orang yang disalib itu lalu menderita tergantung, biasanya, sampai rasa sakit, kehabisan tenaga, kehausan, dan kelaparan mengakhiri hidupnya.].

Barnes’ Notes melanjutkan:

“As it was the most ignominious punishment known, so it was the most painful. The following circumstances make it a death of peculiar pain: (1.) The position of the arms and the body was unnatural, the arms being extended back and almost immovable. The least motion gave violent pain in the hands and feet, and in the back, which was lacerated with stripes. (2.) The nails, being driven through the parts of the hands and feet which abound with nerves and tendons, created the most exquisite anguish. (3.) The exposure of so many wounds to the air brought on a violent inflammation, which greatly increased the poignancy of the suffering. (4.) The free circulation of the blood was prevented. More blood was carried out in the arteries than could be returned by the veins. The consequence was, that there was a great increase in the veins of the head, producing an intense pressure and violent pain. The same was true of other parts of the body. This intense pressure in the blood vessels was the source of inexpressible misery. (5.) The pain gradually increased. There was no relaxation, and no rest.”[= Itu adalah hukuman yang paling hina / memalukan yang dikenal manusia, dan itu juga adalah hukuman yang paling menyakitkan. Hal-hal berikut ini menyebabkan penyaliban suatu kematian dengan rasa sakit yang khusus: (1.) Posisi lengan dan tubuh tidak alamiah, lengan direntangkan ke belakang dan hampir tidak bisa bergerak. Gerakan yang paling kecil memberikan rasa sakit yang hebat pada tangan dan kaki, dan pada punggung, yang sudah dicabik-cabik dengan cambuk. (2.) Paku-paku, yang dimasukkan melalui bagian-bagian tangan dan kaki yang penuh dengan syaraf dan otot, memberikan penderitaan yang sangat hebat. (3.) Terbukanya begitu banyak luka terhadap udara menyebabkan peradangan yang hebat, yang sangat meningkatkan kepedihan / ketajaman penderitaan. (4.) Peredaran bebas dari darah dihalangi. Lebih banyak darah dibawa keluar oleh arteri-arteri dari pada yang bisa dikembalikan oleh pembuluh-pembuluh darah balik. Akibatnya ialah, terjadi peningkatan yang besar dalam pembuluh darah balik di kepala, yang menghasilkan tekanan dan rasa sakit yang hebat. Hal yang sama terjadi dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Tekanan yang hebat dalam pembuluh darah adalah sumber penderitaan yang tidak terlukiskan. (5.) Rasa sakit itu naik secara bertahap. Tidak ada pengendoran, dan tidak ada istirahat.].

Sekali lagi saya tekankan seperti diatas. Saudara adalah orang berdosa, dan sebetulnya saudaralah yang mengalami penyaliban yang mengerikan ini. Tetapi Kristus sudah mengalami penyaliban ini supaya saudara bebas dari hukuman Allah, asal saudara mau percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara. Sudahkah saudara percaya dan menerimaNya?

Satu hal yang harus dihindari dalam menanggapi apa yang Kristus lakukan / alami bagi kita ialah: sekedar / hanya merasa kasihan kepada Dia. Pada waktu Yesus memikul salib keluar kota, terjadi peris­tiwa yang diceritakan dalam Luk 23:27-32, dimana banyak perempuan menangisi dan meratapi Dia, tetapi lalu justru ditegur oleh Yesus.

Lukas 23:27-32 - “(27) Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. (28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: ‘Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! (29) Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. (30) Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! (31) Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?’ (32) Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.”.

Pulpit Commentary mengomentari bagian ini dengan berkata:

“He does not want our pity. This would be a wasted and mistaken sentiment.” [= Ia tidak membutuhkan / menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang sia-sia dan salah.] - ‘Matthew’, hal 617-618.

Kalau saudara mempunyai perasaan kasihan kepada Kristus, tetapi tidak percaya kepada Kristus, saudara sudah ditipu oleh setan. Dengan adanya perasaan kasihan itu saudara seakan-akan adalah orang yang pro Yesus, tetapi ketidakpercayaan saudara membuktikan bahwa saudara tetap anti Yesus! Karena itu janganlah sekedar merasa kasihan kepada Yesus, tetapi datanglah kepadaNya dan percayalah dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!

Karena Kristus telah menderita dalam sepanjang hidupNya, jangan merasa heran kalau didalam mengikut Kristus saudara­pun menderita dalam sepanjang hidup saudara. Kristus berka­ta: ‘seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya’(Yoh 15:20)! Penderitaan seperti ini statusnya bukanlah hukuman dari Allah (bdk. Ro 8:1), tetapi memikul salib / menderita bagi Kristus (bdk. Mat 16:24). Karena Kristus sudah rela mengalami semua penderitaan itu demi saudara, maka saudarapun harus rela mengalami penderi­taan demi Kristus!

B) Kristus menderita tubuh dan jiwa.

Seluruh manusia (tubuh dan jiwa) jatuh ke dalam dosa dan seluruh manusia dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Karena itu Kristus harus mengalami penderitaan dalam tubuh dan jiwaNya, barulah Ia bisa menebus kita secara lengkap.

Pada waktu Ia dicambuki dan disalibkan, itu jelas merupakan penderitaan jasmani. Pada waktu Ia dihina, diludahi, nyaris ditelanjangi di depan umum, dan terutama ditinggalkan oleh BapaNya, itu merupakan penderitaan jiwa / rohani.

C) Penderitaan Kristus adalah unik.

1) Karena kesucianNya, Kristus mengalami penderitaan akibat dosa di sekelilingNya dengan suatu perasaan yang tidak bisa dialami oleh orang lain.

2) Allah menumpahkan kepada Kristus kejahatan kita sekalian (Yes 53:6,10). Ini tidak pernah dialami oleh siapapun juga.

Yes 53:6,10 - “(6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. ... (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”.

Herman Hoeksema berkata:

“No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One.”[= Karena itu, tak seo­rangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang dide­rita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena pertama, tidak seorangpun bisa mera­sakan murka Allah sebagai orang yang tidak berdosa. Dan kedua, tidak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.

III) Kematian Kristus.

A) The extent of His death [= Luas kematianNya].

Kematian yang dialami oleh Kristus mencakup:

1) Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa / roh.

2) Kematian rohani: perpisahan dengan Allah.

Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46 bdk. Maz 22:2).

Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

Maz 22:2 - “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.”.

Ada beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:

a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:

1. Perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-kroso­en), atau,

2. Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,

3. Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! Bdk. Yes 59:1-2 2Tes 1:9.

Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.

Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebutan ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘Allah­Ku’, bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul berbicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.

Keberatan terhadap pandangan ini:

1. Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’, padahal ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.

Luk 23:34a,46a - “(34a) Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ ... (46a) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’”.

2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manu­sia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostati­cal / Personal Union hancur, maka yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusiaitu. Ini tidak mungkin!

3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!

Mazmur 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):

“No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is cost­ly, no payment is ever enough” [= Tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberi­kan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi].

Catatan: untuk ayat ini Kitab Suci Indonesiasalah terjemahan!

Adam Clarke (tentang Mat 27:46):

“Some suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that his human nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’ But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of its infinite merit, and consequently leave the sin of the world without an atonement. Take deity away from any redeeming act of Christ, and the redemption is ruined.”[= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tidak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan.].

Catatan: kalau saya katakan Yesus bukan mati sebagai manusia saja, itu tidak berarti bahwa saya mengatakan bahwa Allah bisa mati. Hakekat Ilahi tidak bisa mati! Tetapi Yesus sebagai Pribadi (the God-man) itulah yang mati.

c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manu­sia.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.

Jawaban atas keberatan ini:

1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.

2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersi­fat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.

Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah, karena Allah yang mahaada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terja­di antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya hubungan / persekutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!

Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

Penerapan:

Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan dengan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).

Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,”.

Ibr 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.

Bandingkan ini dengan ajaran Arminian yang mengatakan bahwa orang-orang yang sungguh-sungguh sudah percaya dan sudah selamat bisa kehilangan keselamatannya! Kalau memang demikian, apa guna / fungsi dari penebusan Kristus, dimana Ia sudah mengalami keterpisahan dengan Allah untuk menggantikan kita??

Bagusnya pandangan ini:

a. Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.

b. Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!

Catatan: Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement [= Penebusan Terbatas] dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design/ rancangan penebusan Kristus.

c. Hypostatical / Personal Union tetap terjaga.

d) William G. T. Shedd menggabungkan pandangan b) dan c).

William G. T. Shedd:

“The Logos at this moment did not support and comfort the human soul and body of Jesus. This may be regarded equally as desertion by the Father or by the Logos, because of the unity of es­sence. ... God the Father deserted the human nature, and God the Logos also deserted it.” [= Pada saat ini Logos tidak menopang dan menghibur jiwa dan tubuh manusia dari Yesus. Ini bisa dianggap secara sama sebagai ditinggal oleh Bapa atau ditinggal oleh Logos, karena adanya kesatuan hakekat. ... Allah Bapa mening­galkan hakekat manusia, dan Allah Logos juga meninggal­kannya.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 278.

Keberatan terhadap pandangan Shedd ini sama dengan keberatan pada pandangan b) di atas, point ke 2 dan 3.

Penerapan:

Bagi orang yang tidak percaya, kematian Yesus secara jasma­ni maupun rohani ini tidak ada gunanya. Mereka tetap akan mengalami kematian jasmani dan rohani (dalam neraka).

Sedangkan orang yang percaya hanya akan mengalami kematian jasmani, dan itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai jalan masuk ke surga! Karena itulah orang kristen yang sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh, takut pada kematian. Sama seperti Paulus, kitapun bisa berkata: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Fil 1:21).

B) The judicial character of His death [= Sifat hukum dari kematianNya].

1) Kristus tidak boleh mati wajar atau akibat kecelakaan / pembunuhan (bdk. Yoh 7:1,19,25-26,30,44 Yoh 8:59 Mat 12:14-15a).

Yoh 7:1,19,25-26,30,44 - “(1) Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sanaorang-orang Yahudi berusaha untuk membunuhNya. ... (19) Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?’ ... (25) Beberapa orang Yerusalem berkata: ‘Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? (26) Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepadaNya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? ... (30) Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saatNya belum tiba. ... (44) Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuhNya.”.

Yoh 8:59 - “Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.”.

Mat 12:14-15a - “(14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. (15a) Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.”.

2) Kristus harus mati karena hukuman mati yang dijatuhkan oleh pengadilan. Ia harus diperhitungkan / dianggap sebagai pelanggar hukum dan dihukum sebagai seorang krimi­nil.

3) Allah mengatur sehingga Kristus diadili oleh pemerintah Roma, dinyatakan tidak bersalah, tetapi toh dijatuhi hukuman mati (Luk 23:4,14,15,22,24).

Luk 23:4,14,15,22,24 - “(4) Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: ‘Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.’ ... (14) dan berkata kepada mereka: ‘Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepadaNya tidak ada yang kudapati padaNya. (15) Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati. ... (22) Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: ‘Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati padaNya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskanNya.’ ... (24) Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan.”.

Dengan demikian terlihat bahwa Ia mati / dihukum bukan karena dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus dosa orang lain.

4) Hukuman dari Pontius Pilatusjuga adalah hukuman dari Allah, tetapi dasar / alasan / motivasinya berbeda.

Allah memberikan hukuman mati kepada Yesus, supaya manusia berdosa bisa ditebus, tetapi Pontius Pilatus memberikan hukuman mati kepada Yesus, karena ia takut kepada orang-orang Yahudi.

Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Pontius Pilatus berjasa karena membantu terlaksananya rencana Allah tentang penebusan dosa.

5) Hukuman mati yang dijatuhkan bukanlah pemenggalan / perajaman dengan batu, dsb, tetapi penyaliban. Ini adalah cara Romawi yang paling hina.

Dengan kematian semacam itu Kristus memenuhi tuntutan hukum Taurat, dan Ia menjadi terkutuk karena kita (Ul 21:23 Gal 3:13).

Ul 21:23 - “maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.

Gal 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.

Alasan lain mengapa Kristus harus mati melalui penyaliban adalah karena Ia harus mencurahkan darahNya untuk menebus dosa manusia (bdk. Ibr 9:22) dan untuk menggenapi TYPE korban dosa dalam Perjanjian Lama.

Ibr 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”.

Kalau hanya untuk menggenapi Ul 21:23 (bdk. Gal 3:13), maka bisa saja Kristus dihukum mati dengan hukuman gan­tung, karena itu juga merupakan kematian terkutuk.

Tetapi perlu diingat bahwa hukuman gantung tidak menyebabkan Ia mencurahkan darah, dan karenanya tidak mungkin Kristus mati melalui hukuman gantung.

Jadi, penyaliban adalah satu-satunya cara melalui mana Kristus harus mati, kalau Ia memang mau menebus dosa-dosa kita.

IV) Penguburan Kristus.

A)Kematian bukanlah tahap terakhir dari perendahan Kristus. Kata-kata ‘sudah selesai’ tidak berhubungan dengan perendahanNya tetapi berhubungan dengan penderitaan aktif dalam memikul hukuman dosa.

B)Penguburan adalah suatu tahap perendahan.
Ini terlihat dari:
1) Kuburan merupakan tempat dimana tubuh itu hancur / membusuk.
2) Kembalinya manusia kepada debu adalah sebagian dari hukuman dosa (Kej 3:19).
Kej 3:19 - “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’”.
3) Maz 88:5-6 dan Kis 2:31 menunjukkan bahwa penguburan merupakan perendahan.
Maz 88:5-6 - “(5) Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan. (6) Aku harus tinggal di antara orang-orang mati, seperti orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat lagi, sebab mereka terputus dari kuasaMu.”.
Kis 2:31 - “Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa dagingNya tidak mengalami kebinasaan.”.
Catatan: Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.
NIV: ‘see decay’ [= mengalami pembusukan].

C)Penguburan Kristus tidak hanya menunjukkan bahwa Ia betul-betul sudah mati tetapi juga untuk menghilangkan kengerian terhadap kuburan dalam diri orang yang percaya.
Karena itu, kalau saudara betul-betul adalah orang kristen, saudara tidak boleh takut lagi pada kuburan. Ingat bahwa Kristus sudah pernah masuk ke sanadan bahkan mengalahkan­nya!

Catatan:
1) Calvin menggabungkan kematian dan penguburan Kristus dalam satu tahap perendahan saja.
2) Disamping itu Calvin juga berpendapat bahwa penguburan terhadap Kristus menunjukkan bahwa kutuk sudah mulai disingkirkan.

Calvin (tentang Matius 27:57): “Christ should be buried, that it might be more fully attested that he suffered real death on our account. But yet it ought to be regarded as the principal design, that in this manner the cursing, which he had endured for a short time, began to be removed; for his body was not thrown into a ditch in the ordinary way, but honourably laid in a hewn sepulchre.” [= Kristus harus dikuburkan, supaya itu bisa membuktikan secara lebih penuh bahwa Ia mengalami kematian yang sungguh-sungguh karena kita. Tetapi harus dianggap sebagai tujuan utama, bahwa dengan cara ini kutuk, yang Ia alami untuk waktu yang singkat, mulai disingkirkan; karena tubuhNya tidak dibuang di got (?) dengan cara biasa, tetapi dengan hormat diletakkan di suatu kuburan galian.] - hal 330.


A)Arti SHEOL / HADES.

Kata bahasa Ibrani SHEOL / kata bahasa Yunani HADES (dalam Kitab Suci Indonesia biasanya diterjemahkan ‘dunia orang mati’ atau ‘alam maut’) tidak selalu mempunyai arti yang sama.

1) Kadang-kadang SHEOL / HADES tidak menunjuk pada suatu tempat tertentu, tetapi dipakai dalam arti yang abstrak untuk menunjuk pada ‘keadaan kematian’ / ‘the state of death’atau ‘keadaan terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh’.
Misalnya: Hos 13:14 - “Akan Kubebaskankah mereka dari kuasa dunia orang mati, akan Kutebuskah mereka dari pada maut? Di manakah penyakit samparmu, hai maut, di manakah tenaga pembinasamu, hai dunia orang mati? MataKu tertutup bagi belas kasihan.”.
2) Kalau menunjuk pada tempat, maka SHEOL / HADES berarti:
a) Kuburan (Kej 37:35).
Kej 37:35 - “Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati!’ Demikianlah Yusuf ditangisi oleh ayahnya.”.
b) Neraka(Maz 9:18 Maz 49:15 Amsal 15:24 Luk 16:23).
Maz 9:18 - “Orang-orang fasik akan kembali ke dunia orang mati (Ibrani: SHEOL), ya, segala bangsa yang melupakan Allah.”.

Maz 49:14-15 - “(14) Inilah jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal orang-orang yang gemar akan perkataannya sendiri. Sela ... (15) Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati (Ibrani: SHEOL), digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati (Ibrani: SHEOL)menjadi tempat kediaman mereka.”.

Amsal 15:24 - “Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati (Ibrani: SHEOL) di bawah.”.

Lukas 16:23 - “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut (Yunani: HADES) ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.”.

Perhatikan bahwa dalam ayat-ayat ini ada ancaman kepada orang-orang berdosa. Kalau dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES diartikan sebagai ‘tempat netral’ kemana setiap orang akan pergi setelah mati, maka ayat-ayat itu kehilangan ancamannya! Jadi, dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES harus diartikan sebagai ‘neraka’!
B)‘Turun ke neraka / kerajaan Maut’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
12 Pengakuan Iman Rasuli:
1) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
2) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.
3) Yang dikandung dari pada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4) Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikubur­kan, turun ke dalam neraka / kerajaan maut.
5) Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6) Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa.
7) Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8) Aku percaya kepada Roh Kudus.
9) Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.
10)Pengampunan dosa.
11)Kebangkitan orang mati / daging.
12)Dan hidup yang kekal. Amin.

Hal-hal yang perlu diketahui tentang kalimat ‘turun ke dalam neraka / kerajaan maut’ ini:
1) Kata-kata ini tidak ada dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang mula-mula, dan baru muncul pada tahun 390 M.
2) Berbeda dengan bagian-bagian yang lain dari 12 Pengakuan Iman Rasuli, kata-kata ini tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit / jelas dalam Kitab Suci.
3) Ayat-ayat Kitab Suci yang sering dipakai (secara salah) sebagai dasar dari doktrin ini:

a) Ef 4:9 - “Bukankah ‘Ia telah naik’ berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?”.
‘Bagian bumi yang paling bawah’ sering diartikan sebagai HADES. Tetapi penafsiran ini sangat meragukan karena dalam Ef 4:9 ini Paulus hanya berargumentasi bahwa Kris­tus bisa naik karena Ia telah turun.

Bdk. Yohanes 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”.
Jadi ‘bagian bumi yang paling bawah’ harus diartikan sebagai ‘bumi’ (seperti dalam Maz 139:15).

Mazmur 139:15 - “Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;”.
Catatan: kata ‘direkam’ diterjemahkan ‘curiously wrought’ [= dibuat secara aneh / mengherankan] oleh KJV.

Dengan demikian Ef 4:9 berarti: ‘Kristus bisa naik ke surga karena Ia sudah berinkarnasi’. Karena itu Ef 4:9 ini sebetulnya tidak berbicara tentang turunnya Kristus ke HADES / neraka.

b) 1Pet 3:18-20 - “(18) Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.”.

Bagian ini sering dianggap sebagai bagian yang menunjukkan bahwa Kristus memang turun ke HADES dan bagian ini juga dianggap memberi penjelasan tentang tujuan Kristus pergi ke HADES, yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mati. Tetapi tafsiran seperti ini bertentangan dengan Maz 88:12 yang jelas menunjukkan bahwa tidak ada pemberitaan Injil dalam dunia orang mati!

Maz 88:12 - “Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan?”.

Catatan: ayat ini akan lebih jelas artinya kalau saudara membacanya bersama dengan kontextnya (Maz 88:11-13). Jelas bahwa semua pertanyaan itu jawabannya adalah ‘Tidak’.
Disamping itu, ‘Roh’ (ay 19) = ‘Roh’ (ay 18). Dan kata-kata ‘menurut Roh’ (ay 18) seharusnya adalah ‘oleh Roh / by the Spirit’, dan jelas menunjuk kepada Roh Kudus.

Penafsiran Reformed yang umum tentang ayat ini adalah: dalam Roh / oleh Roh, Kristus berkhotbah (memberitakan Injil) mela­lui Nuh kepada orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum air bah. Orang-orang ini masih hidup pada saat diinjili, tetapi disebut ‘roh-roh yang ada dalam penjara’ karena pada waktu Petrus menulis suratnya mereka sudah mati (Louis Berkhof, ‘Systematic Theology’, hal 341.).

Herman Hoeksema, seorang ahli theologia Reformed, mempunyai pandangan / penafsiran yang lain tentang 1Petrus 3:18-20 ini. Ia berpendapat bahwa arti ayat ini adalah (‘Reformed Dogmatics’, hal 411-412):

1. Kristus memang pergi kepada roh-roh yang ada dalam penjara (atau kepada roh-roh orang jahat yang menunggu penghakiman), tetapi:
a. Ia tidak pergi secara pribadi, tetapi melalui Roh Kudus.
b. Ia pergi bukan antara kematian dan kebangkitanNya, tetapi setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.

2. Kristus memang memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada dalam penjara itu, tetapi ini bukanlah pemberitaan Injil yang memungkinkan suatu pertobatan. Ini hanya merupakan pengumuman / proklamasi tentang kemenangan yang telah Ia dapatkan.
Saya sendiri setuju dengan penafsiran Louis Berkhof. Tetapi yang manapun arti yang benar, tetap tidak menunjukkan bahwa 1Pet 3:18-20 ini berhubungan dengan kata-kata ‘turun ke neraka’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.

c) Maz 16:10 - “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan.”.
Kata-kata yang saya garis-bawahi salah terjemahan.
NIV: ‘see decay’[= mengalami pembusukan].

Ini diartikan: ‘Roh / jiwa Kristus ada di neraka / HADES sebelum kebangkitanNya’. Tetapi ini jelas merupakan penafsiran yang salah, karena apa yang diajarkan oleh ayat ini hanyalah bahwa ‘Kristus tidak dibiarkan dalam kuasa maut’ (bdk. Kis 2:30-31 dan Kis 13:34-35 dimana Maz 16:10 ini dikutip untuk membuktikan kebangkitan Kristus).

Kis 2:30-31 - “(30) Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. (31) Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa dagingNya tidak mengalami kebinasaan.”.

NIV: ‘see decay’[= mengalami pembusukan].
Kis 13:34-35 - “(34) Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan Ia tidak akan diserahkan kembali kepada kebinasaan. Hal itu dinyatakan oleh Tuhan dalam firman ini: Aku akan menggenapi kepadamu janji-janji yang kudus yang dapat dipercayai, yang telah Kuberikan kepada

Daud. (35) Sebab itu Ia mengatakan dalam mazmur yang lain: Engkau tidak akan membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan.”.

NIV: ‘see decay’[= mengalami pembusukan].
Jadi lagi-lagi terlihat bahwa ayat inipun tidak ada hubungannya dengan turunnya Kristus ke HADES / neraka.

4) Macam-macam penafsiran tentang ‘turun ke HADES’:

a) Berdasarkan arti dari kata HADES di atas, dimana HADES bisa menunjuk pada keadaan kematian atau kuburan, maka ada orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke HADES’ berarti ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’.

Keberatan terhadap penafsiran ini:
Penafsiran ini tidak cocok dengan kontext dari 12 Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah dikatakan bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’ diartikan ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari itu, kalimat yang tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak jelas.

b) Adajuga yang beranggapan bahwa Kristus benar-benar turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka untuk menebus dosa kita.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

. Antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada dalam kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Luk 23:43,46).

Lukas 23:43,46 - “(43)Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘my spirit’ [= rohKu].
Karena itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka tersebut.

2. Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30). Ini menunjukkan bahwa penderitaanNya untuk menanggung hukuman dosa umat manusia sudah sele­sai, sehingga tidak ada lagi penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus dosa kita.

c) Roma Katolik.
Sesudah mati, Kristus pergi ke LIMBUS PATRUM [= tempat penantian dimana orang-orang suci jaman Perjanjian Lama menantikan kebangkitan Kristus], menyampaikan Injil kepada mereka dan lalu membawa mereka ke surga.
Dasar Kitab Suci yang dipakai adalah:
Mazmur 107:16 - “sebab dipecahkanNya pintu-pintu tembaga, dan dihancurkanNya palang-palang pintu besi.”.
Zakh 9:11 - “Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair.”.

Keberatan terhadap ajaran ini:

1. Ayat-ayat itu ditafsirkan out of context [= keluar dari kontexnya]. Bacalah seluruh kontex dari ayat-ayat itu dan saudara akan melihat bahwa baik Maz 107:16 maupun Zakh 9:11 menunjuk pada pembebasan / pertolongan yang Allah lakukan terhadap orang yang tadinya mengalami penderitaan sebagai hukuman dosa mereka.

Mazmur 107:10-16 - “(10) Ada orang-orang yang duduk di dalam gelap dan kelam, terkurung dalam sengsara dan besi. (11) Karena mereka memberontak terhadap perintah-perintah Allah, dan menista nasihat Yang Mahatinggi, (12) maka ditundukkanNya hati mereka ke dalam kesusahan, mereka tergelincir, dan tidak ada yang menolong. (13) Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkanNyalah mereka dari kecemasan mereka, (14) dibawaNya mereka keluar dari dalam gelap dan kelam, dan diputuskanNya belenggu-belenggu mereka. (15) Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setiaNya, karena perbuatan-perbuatanNya yang ajaib terhadap anak-anak manusia, (16) sebab dipecahkanNya pintu-pintu tembaga, dan dihancurkanNya palang-palang pintu besi.”.

Zak 9:9-13 - “(9) Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. (10) Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi. (11) Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair. (12) Kembalilah ke kotabentengmu, hai orang tahanan yang penuh harapan! Pada hari ini juga Aku memberitahukan: Aku akan memberi ganti kepadamu dua kali lipat! (13) Sebab Aku melentur Yehuda bagiKu, busur Kuisi dengan Efraim, dan Aku mengayunkan anak-anakmu, hai Sion, terhadap anak-anakmu, hai Yunani, dan Aku akan memakai engkau seperti pedang seorang pahlawan.”.
Kalau kita melihat kontext dari kedua ayat tersebut, jelas sekali bahwa kedua ayat itu tidak berbicara tentang orang-orang yang sudah mati, tetapi tentang orang-orang yang masih hidup!

Jadi, ayat-ayat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Kristus turun ke neraka / Hades / Limbus Patrum.
2. Orang suci jaman Perjanjian Lama itu adalah orang percaya; lalu mengapa / untuk apa mesti diinjili lagi?
3. Pandangan ini bertentangan dengan 2Raja 2:11 yang menyatakan bahwa Elia naik ke surga, bukan pergi ke Limbus Patrum.
2Raja 2:11 - “Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorgadalam angin badai.”.
4. Apa perlunya Kristus pergi ke sana? Kalau hanya untuk membebaskan mereka, Kristus tidak perlu pergi ke sana.

d) Lutheran.
‘Turun ke HADES’ merupakan tahap pertama dari pemuliaan Kristus. Kristus turun ke HADES untuk menyelesaikan kemenanganNya atas setan dan untuk menyampaikan hukuman mereka.

Keberatan terhadap ajaran ini:
1. Tidak ada dasar Kitab Sucinya.
2. Pemuliaan Kristus baru dimulai pada saat Kristus bang­kit.
3. Agak sukar membayangkan bahwa kata ‘turun’ bisa menun­juk pada ‘pemuliaan Kristus’.

e) The church of England.
Tubuh Kristus ada di kuburan, tetapi roh / jiwaNya pergi ke HADES, atau, lebih khusus lagi, ke Firdaus, tempat penantian dari roh orang-orang benar dan memberi penjelasan tentang kebenaran.

Keberatan terhadap ajaran ini:
1. Tak ada dasar Kitab Sucinya.
2. Orang benar yang sudah mati tidak perlu diajar lagi.
3. Firdaus bukanlah tempat penantian orang benar, tetapi Firdaus jelas adalah surga. Hal ini bisa terlihat dari:

a. Membandingkan Luk 23:43 dengan Luk 23:46.
Luk 23:43,46 - “(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.

b. Membandingkan 2Kor 12:2 dengan 2Korintus 12:4.
2Kor 12:2,4 - “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. ... (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.

c. Membandingkan Wah 2:7 dengan Wah 22:2,14,19.
Wahyu 2:7 - “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.’”.

Wah 22:2,14,19 - “(2) Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. ... (14) Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kotaitu. ... (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.’”.

Wah 21-22 jelas bicara tentang surga. Dan Wah 22:2,14,19 menunjukkan bahwa pohon kehidupan ada di surga, tetapi Wah 2:7 mengatakan bahwa pohon kehidupan ada di Firdaus. Ini lagi-lagi mengharuskan kita untuk menafsirkan bahwa Firdaus adalah surga.

f) Calvin.
‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan setelah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Matius 27:46).

Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan kebangkitanNya, roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada di kuburan.

g) Adajuga orang Reformed yang menganggap bahwa ‘turun ke neraka / Kerajaan Maut’ berarti bahwa Yesus ada dalam kuasa maut sampai hari yang ke 3.

‘Westminster Confession of Faith’, chapter VIII, 4 berbunyi sebagai berikut: “... was crucified, and died, was buried, and remained under the power of death, yet saw no corruption. On the third day He arose from the dead ...”[= ... disalibkan, dan mati, dan dikuburkan, dan tetap ada di bawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi rusak / busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati ...].
Sama seperti penafsiran Calvin, pandangan yang inipun tidak mempercayai bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka / HADES.

Catatan:
Ada keberatan terhadap ajaran yang mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak turun kemana-mana tetapi naik ke surga, karena setelah kebangkitanNya, dalam Yoh 20:17 Yesus berkata kepada Maria: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa,”.

Yohanes 20:17 - “Kata Yesus kepadanya: Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”.
Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke surga.

Jawaban terhadap keberatan ini:

a) Yoh 20:17 ini tidak boleh ditafsirkan bertentangan dengan Lukas 23:43,46 yang jelas menunjukkan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus naik ke surga.

b) Adalah sesuatu yang tidak masuk akal kalau Yesus melarang Maria memegang (dalam arti ‘menyentuh’) Dia, karena dalam Mat 28:9 dan Yohanes 20:27 Ia mengijinkan diriNya untuk dipegang.

Matius 28:9 - “Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya.”.

Yohanes 20:27 - “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKudan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.

Karena itu, kata ‘memegang’ dalam Yohanes 20:17 seharusnya diartikan ‘memegang erat-erat / menahan / nggandoli’.

Bandingkan dengan terjemahan NASB yang mengatakan ‘Stop clinging to Me’ [= Berhentilah berpegang teguh kepadaKu], dan juga terjemahan NIV yang mengatakan ‘Do not hold on to Me’ [= Jangan berpegang erat-erat kepadaKu].

c) Selanjutnya, kata-kata ‘Aku belum pergikepada Bapa’dalam Yoh 20:17a itu, tidak menunjuk ke masa lampau pada saat antara kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi menunjuk ke masa depan pada hari kenaikanNya ke surga. Ini terlihat dengan jelas karena dalam Yoh 20:17b yang berbunyi ‘sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’, kata ‘pergi’ ini jelas menunjuk pada kenaikanNya ke surga.
Jadi kesimpulannya, arti dari Yoh 20:17 adalah: jangan nggandoli / menahan Aku, karena Aku harus pergi kepada Bapa / naik ke surga. Rupa-rupanya Yesus tahu akan isi hati Maria yang begitu mencintai Dia, sehingga ingin menahan Dia terus menerus dan tidak mau berpisah lagi dengan Yesus. Karena itulah Ia lalu mengucapkan Yoh 20:17 ini.
Dengan demikian jelaslah bahwa Yoh 20:17 ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak naik ke surga.
-o0o
Next Post Previous Post