YOHANES PEMBAPTIS VS AHOK (3): MATIUS 11:2-6
PDT.BUDI ASALI,M.DIV.
Matius 11:2-6 - “(2) Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, (3) lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepadaNya: ‘Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?’ (4) Yesus menjawab mereka: ‘Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: (5) orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. (6) Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.’”.
gadget, otomotif, asuransi |
2) Matius 11: 6: “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.’”.
Secara arti, terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia ini tidak mutlak salah. Mungkin artinya benar, setidaknya mencakup sebagian dari arti yang sebenarnya. Tetapi mari kita melihat artinya secara strict / ketat.
Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia menggunakan 2 kata kerja, yaitu ‘kecewa’ dan ‘menolak’. Padahal sebetulnya hanya ada satu kata kerja.
KJV: ‘shall not be offended’ [= tidak akan tersinggung / marah / tersandung].
RSV: ‘takes no offense’ [= merasa terhina / tersinggung / tersandung].
NIV: ‘does not fall away’ [= tidak murtad].
NASB: ‘keeps from stumbling’ [= menjaga dari tersandung].
Yunani: σκανδαλισθῇ (SKANDALISTHE) yang berasal dari kata dasar σκανδαλισω (SKANDALIZO = ‘to cause to stumble’ = menyebabkan tersandung).
a) Arti kata ini dalam bahasa Yunaninya maupun dalam bahasa Inggrisnya.
Kata ini harus sangat diperhatikan artinya, dalam bahasa Yunaninya maupun dalam bahasa Inggrisnya!
Adam Clarke: “the word SKANDALISTHEE, in its root, signifies to hit against or stumble over a thing, which one may meet with in the way.” [= kata SKANDALISTHE, dalam akar katanya, berarti membentur atau tersandung pada sesuatu, yang seseorang bisa jumpai di jalan.].
Lenski: “The figure in σκανδαλίζω is that of a trap with a crooked stick to which the bait is affixed and which, when touched, springs the trap and catches and kills the victim. The point of this verb is that the trap is fatal, the victim is killed. The verb does not refer to stumbling; for one may stumble and even fall and yet not be killed. As regards the metaphorical ‘to offend,’ this would have to be offense that destroys faith.” [= Gambaran dalam SKANDALIZO adalah gambaran dari sebuah jebakan dengan sebuah tongkat / batang yang bengkok pada mana umpan dilekatkan dan yang, pada waktu disentuh, melepaskan jebakan itu dan menangkap dan membunuh korbannya. Gagasan dari kata kerja ini adalah bahwa jebakan itu mematikan, korbannya dibunuh. Kata kerja itu tidak menunjuk pada tindakan tersandung; karena seseorang bisa tersandung dan bahkan jatuh tetapi tidak terbunuh. Berkenaan dengan kiasan ‘to offend’ / ‘tersandung’, ini harus adalah ‘offense’ / ‘sandungan’ yang menghancurkan iman.].
Catatan: dalam kalimat terakhir, Lenski memunculkan pandangan Arminiannya.
‘Offend’ adalah kata kerjanya dan ‘offense’ / ‘offence’ adalah kata bendanya.
Kata kerja ‘offend’ mempunyai banyak arti:
1. Menjengkelkan, menghina, menghasilkan ketidak-senangan.
2. Mempengaruhi secara tidak menyenangkan.
3. Melanggar (hukum / peraturan).
4. Menyakiti.
5. Menyebabkan jatuh (ke dalam dosa).
Vincent: “‘Be offended’ SKANDALISTHE. See the note at Matt 5:29.” [= ‘Tersandung’. SKANDALISTHE. Lihat catatan pada Matius 5:29.].
Barnes’ Notes: “The word ‘offence’ means a ‘stumbling-block.’ See the notes at Matt 5:29. This verse might be rendered, ‘Happy is he to whom I shall not prove a stumbling-block.’” [= Kata ‘offence’ berarti suatu ‘batu sandungan’. Lihat catatan pada Mat 5:29. Ayat ini bisa diterjemahkan, ‘Berbahagialah ia bagi siapa Aku tak terbukti / terlihat sebagai suatu batu sandungan’.].
Matius 5:29 - “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.”.
KJV: ‘offend thee’ [= menyandungi engkau].
Yunani: SKANDALIZEI - SKANDALIZO.
Vincent (tentang Matius 5:29): “‘Offend’ SKANDALIZEI. The word ‘offend’ carries to the English reader the sense of giving offence, provoking. Hence, the English Revised Version (1885), by restoring the picture in the word, restores its true meaning, ‘causeth to stumble.’ The kindred noun is SKANDALON a later form of SKANDALEETHRON, the stick in a trap on which the bait is placed, and which springs up and shuts the trap at touch of an animal. Hence, generally, a ‘snare,’ a ‘stumbling-block.’” [= ‘Menyandungi / tersandung’. SKANDALIZEI. Kata ‘offend’ membawa kepada pembaca bahasa Inggris arti dari memberi hinaan, tindakan membuat marah. Karena itu, English Revised Version (1885), dengan mengembalikan gambaran dalam kata ini, mengembalikan artinya yang benar, ‘menyebabkan tersandung’. Kata benda yang sekeluarga / mempunyai asal usul yang mirip adalah SKANDALON, suatu bentuk belakangan dari SKANDALETHRON, tongkat / batang dalam suatu jebakan pada mana umpan ditempatkan, dan yang meloncat dan menutup jebakan pada sentuhan dari seekor binatang. Karena itu, secara umum, suatu ‘jerat’, suatu ‘batu sandungan’.].
Pulpit Commentary (tentang Matius 5:29): “‘offend thee;’ ... Perhaps the verb ORIGINALLY referred to the stick of a trap (σκάνδαλον, a Hellenistic word, apparently equivalent to σκανδάληθρον) striking the person’s foot, and so catching him in the trap; but when found in literature (almost solely in the New Testament) it has apparently lost all connotation of the trap, and only means causing a person to stumble” [= ‘menyandungi engkau’; ... Mungkin kata kerjanya MULA-MULA menunjuk pada tongkat / batang dari sebuah jebakan (SKANDALON, suatu kata yang berhubungan dengan kebudayaan Yunani, kelihatannya sama dengan SKANDALETHRON) memukul / menangkap kaki orang, dan dengan demikian menangkapnya dalam jebakan; tetapi pada waktu ditemukan dalam literatur (hampir semuanya dalam Perjanjian Baru) KATA ITU KELIHATANNYA TELAH KEHILANGAN SEMUA HUBUNGAN DENGAN SEBUAH JERAT, dan hanya berarti menyebabkan seseorang tersandung].
Dengan demikian, argumentasi Lenski yang menggunakan kata ini untuk mendukung pandangan Arminiannya di atas, hancur.
Barnes’ Notes (tentang Matius 5:29): “‘Offend thee.’ The noun from which the verb ‘offend,’ in the original, is derived, commonly means a stumbling-block, or a stone placed in the way, over which one might fall. It also means a net, or a certain part of a net against which, if a bird strikes, it springs the net, and is taken. It comes to signify, therefore, anything by which we fall, or are ensnared; and applied to morals, means anything by which we fall into sin, or by which we are ensnared. The English word ‘offend’ means now, commonly, to displease; to make angry; to affront. This is by no means the sense of the word in Scripture. It means to cause to fall into sin.” [= ‘Menyandungi engkau’. Kata benda dari mana kata kerja ‘offend’ dalam aslinya diturunkan, pada umumnya berarti suatu batu sandungan, atau sebuah batu yang ditempatkan di jalan, pada mana seseorang bisa jatuh. Kata itu juga berarti sebuah jaring, atau suatu bagian tertentu dari sebuah jaring terhadap mana, jika seekor burung menabraknya, burung itu meloncatkan / menjalankan jaring itu, dan terjerat; dan diterapkan pada moral, berarti apapun oleh / dengan mana kita jatuh ke dalam dosa, atau oleh / dengan mana kita terjerat. Kata bahasa Inggris ‘offend’ sekarang secara umum berarti, membuat tak senang; membuat marah; menghina dengan sengaja. Ini sama sekali bukan arti dari kata itu dalam Kitab Suci. Itu berarti menyebabkan jatuh ke dalam dosa.].
b) Matius 11: 6 menunjukkan bahwa kalau kita ikut Yesus, kita pasti akan mengalami banyak hal-hal yang mengecewakan kita (secara daging / duniawi). Misalnya:
1. Tidak ditolong dari problem / penderitaan.
2. Tidak dijawab doanya.
Dengan kata lain, ‘fakta’ tak sesuai dengan ‘harapan’!
Tetapi semua ini tidak boleh menyebabkan kita berhenti ikut Yesus, atau menjauhi Tuhan, lari ke dalam dosa, dan sebagainya.
c) Alkitab memang menggambarkan Kristus sebagai batu sandungan bagi orang-orang tertentu!
Calvin: “Christ himself is justly denominated a ‘rock of offense and stone of stumbling, by which many fall,’ (1 Peter 2:8.)” [= Kristus sendiri secara benar diberi nama / disebut suatu ‘batu sentuhan dan batu sandungan, oleh mana banyak orang jatuh,’ (1Pet 2:8).].
Catatan: dalam Alkitab bahasa Inggris bagian itu masuk dalam awal dari ay 8, tetapi dalam Alkitab Indonesia bagian itu masuk dalam ay 7 akhir.
Matthew Henry: “Thus he is set for the fall of many, even in Israel (Luke 2:34), a Rock of offence, 1 Peter 2:8.” [= Demikianlah Ia ditentukan untuk kejatuhan dari banyak orang, bahkan di Israel (Luk 2:34), suatu batu sentuhan / sandungan, 1Petrus 2:8.].
Lukas 2:34 - “Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ‘Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan”.
Artinya: orang yang tidak percaya kepada Yesus akan dijatuhkan sedangkan orang yang percaya kepada Yesus akan dibangkitkan (bdk. 1Petrus 2:4-7).
1Petrus 2:4-8 - “(4) Dan datanglah kepadaNya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. (6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: ‘Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.’ (8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.”.
Catatan: kata-kata ‘kepada Firman Allah’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.
Jay E. Adams (tentang 1Petrus 2:7-8): “Christ divides; some build on Him, others stumble over Him.” [= Kristus membagi / memisahkan; sebagian membangun di atasNya, yang lain tersandung padaNya.] - hal 62.
Pikirkan dan putuskan, saudara mau termasuk kelompok yang mana.
d) Ayat-ayat lain yang menggunakan kata dasar Yunani yang sama.
1. Mat 13:54-58 - “(54) Setibanya di tempat asalNya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: ‘Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? (55) Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? (56) Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?’ (57) Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: ‘Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.’ (58) Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakanNya di situ.”.
KJV: ‘And they were offended in him.’ [= Dan mereka tersandung pada Dia].
Jelas bahwa dalam text di atas ini, asal usul Yesus (sebagai manusia) dan keadaanNya pada saat Ia hidup di dunia, menjadi ‘batu sandungan’ bagi banyak orang.
Bdk. Yesaya 53:2-3 - “(2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.”.
Kata-kata terakhir diterjemahkan berbeda dalam Alkitab bahasa Inggris.
KJV/RSV/NIV: ‘and we esteemed him not’ [= dan kita tidak menghormati / menganggap dia].
NASB: ‘and we did not esteemed him’ [= dan kita tidak menghormati / menganggap dia].
Seandainya Yesus datang sebagai seorang raja duniawi yang perkasa, pasti orang-orang akan menghormati dan menganggap Dia. Tetapi dalam faktanya Ia datang melalui kelahiran di tempat hewan dan dalam keluarga tukang kayu yang miskin, dan sama sekali tak ada kemegahan dalam diriNya. Ini menyebabkan Dia tak dihargai, bahkan sebaliknya, menyebabkan Dia dihina.
2. Mat 26:31,33 - “(31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. ... (33) Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’”.
Catatan: dalam bahasa Yunaninya tak ada kata ‘imanmu’ (ay 31), dan kata ‘imannya’ (ay 33).
KJV: ‘be offended’ [= tersandung].
Penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap Yesus, begitu menyedihkan para murid, sehingga menyandungi mereka (untuk sementara). Mereka sedih, kecewa, putus asa, karena gambaran / pemikiran dan harapan mereka tentang Yesus sama sekali berbeda dengan fakta yang terjadi.
Baik Yohanes Pembaptis maupun Ahok (dan juga kita semua) bisa tersandung dalam arti seperti ini! Mereka / kita bisa mempunyai gambaran / pemikiran bahwa Yesus akan menolong, tetapi ternyata harapannya tak sesuai dengan faktanya! Ini bisa membuat kita ‘capek’ untuk hidup / ikut Tuhan!
3. 1Korintus 1:22-24 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”.
KJV: ‘a stumblingblock’ [= suatu batu sandungan].
Kristus yang tersalib, sangat sering menjadi batu sandungan bagi orang yang mendengar berita itu. Sebetulnya seluruh Injil bisa menjadi batu sandungan! Hal ini perlu kita ingat pada waktu kita melakukan pemberitaan Injil!
4. Matius 13:21 - “Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan KARENA FIRMAN ITU, orang itupun segera murtad.”.
KJV: ‘is offended’ [= tersandung].
RSV/NIV/NASB: ‘falls away’ [= murtad].
ASV: ‘stumbleth’ [= tersandung].
NKJV: ‘stumbles’ [= tersandung].
Yunani: SKANDALIZETAI - SKANDALIZO.
Jadi, firman bisa membuat orang dianiaya. Jelas orang itu mendengar firman, dan mentaatinya, tetapi ketaatannya itu membuat dia dianiaya, sehingga ia tersandung!
Lagi-lagi, baik Yohanes Pembaptis maupun Ahok (dan juga kita semua) bisa tersandung dalam arti seperti ini!
5. Matius 24:9-10 - “(9) Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa OLEH KARENA NAMAKU, (10) dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci.”.
KJV: ‘be offended’ [= tersandung].
Bdk. Markus 13:9 - “Tetapi kamu ini, hati-hatilah! Kamu akan diserahkan kepada majelis agama dan kamu akan dipukul di rumah ibadat dan kamu akan dihadapkan ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja karena Aku, sebagai kesaksian bagi mereka.”.
Ini menunjukkan bahwa iman kepada Kristus, dan kesetiaan dan cinta kita kepada Kristus, bisa menjadikan kita dibenci / dihina / diejek / dimusuhi / disiksa / diadili (bahkan dibunuh), dan ini bisa membuat kita tersandung.
Bdk. Yoh 16:1-4a - “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, SUPAYA KAMU JANGAN KECEWA DAN MENOLAK AKU. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (3) Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. (4a) Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.’”.
Ay.1 (KJV): ‘These things have I spoken unto you, THAT YE SHOULD NOT BE OFFENDED.’ [= Hal-hal ini telah Aku katakan kepadamu, SUPAYA KAMU TIDAK TERSANDUNG.].
Yunani: SKANDALISTHETE - SKANDALIZO.
Calvin: “he calls us to share in his afflictions;” [= Ia memanggil kita untuk berpartisipasi dalam penderitaan-penderitaanNya;].
Sekarang mari kita melihat beberapa contoh dimana orang percaya diejek / dihina karena iman, cinta, kesetiaannya kepada Tuhan:
a. Peristiwa Mikhal yang malu karena Daud ‘telanjang’ demi memuliakan Tuhan, dan lalu menghina Daud!
2Samuel 6:14-23 - “(14) Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. (15) Daud dan seluruh orang Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala. (16) Ketika tabut TUHAN itu masuk ke kota Daud, maka Mikhal, anak perempuan Saul, menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya. (17) Tabut TUHAN itu dibawa masuk, lalu diletakkan di tempatnya, di dalam kemah yang dibentangkan Daud untuk itu, kemudian Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan TUHAN. (18) Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam. (19) Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesudah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing-masing ke rumahnya. (20) Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: ‘Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!’ (21) Tetapi berkatalah Daud kepada Mikhal: ‘Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, - di hadapan TUHAN aku menari-nari, (22) bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu; engkau akan memandang aku rendah, tetapi bersama-sama budak-budak perempuan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati.’ (23) Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya.”.
Catatan: Pada jaman itu, ‘tanpa jubah’ (ay 14), sudah dianggap sebagai ‘telanjang’ (ay 20).
Daud, karena iman dan cintanya kepada Tuhan, tidak merasa malu karena apa yang ia lakukan itu. Tetapi Mikhal tidak bisa mengerti hal itu, sehingga ia lalu meremehkan / menghina Daud karena tindakannya itu, padahal tindakan Daud lahir dari iman dan cintanya kepada Tuhan! Tetapi bagusnya, Daud tidak tersandung, dan dia tidak mempedulikan / menggubris dia, dan bahkan membalas Mikhal dengan kata-kata keras. Ay 23 jelas menunjukkan hukuman Tuhan atas Mikhal.
b. Maria yang dicela / dikritik karena ‘memboroskan’ minyak wangi yang mahal untuk mengurapi kaki Yesus.
Yohanes 12:3-8 - “(3) Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. (4) Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: (5) ‘Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?’ (6) Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. (7) Maka kata Yesus: ‘Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburanKu. (8) Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.’”.
Dalam bagian paralelnya, bukan hanya Yudas Iskariot yang mengkritik, tetapi juga murid-murid yang lain (mungkin terpengaruh oleh kata-kata Yudas Iskariot).
Matius 26:8 - “Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: ‘Untuk apa pemborosan ini?”.
Mereka ini, khususnya Yudas Iskariot, tidak bisa mengerti apa yang Maria lakukan, memboroskan minyak wangi yang mahal, karena cintanya kepada Yesus! Orang yang pelit sangat tidak bisa mengerti bagaimana orang yang cinta Tuhan itu bisa begitu ‘boros’ untuk Tuhan, baik dalam memberi persembahan persepuluhan maupun persembahan sukarela. Ini juga berlaku dalam ‘pemborosan’ waktu, tenaga, pikiran dan sebagainya!
c. Ayub yang dicela oleh istrinya karena ia tetap bertekun / setia kepada Tuhan dalam penderitaannya.
Ayub 2:9-10 - “(9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: ‘Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!’ (10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: ‘Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’ Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.”.
Istri Ayub tidak bisa mengerti bagaimana Ayub yang sudah menderita begitu hebat masih setia kepada Tuhan, dan lalu mengeluarkan kata-kata hinaan seperti itu. Seringkali, orang-orang yang dekat dengan kita (keluarga kita dsb), bisa tidak mengerti, dan tidak senang, melihat waktu, tenaga, pikiran, uang, yang kita curahkan untuk Tuhan! Mereka akan memprotes kita, mengajak kita gegeran, dan sebagainya. Apakah kita mau tersandung karena kritikan ini, lalu mundur, dan menuruti tuntutan itu?
6. Matius 15:12 - “Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Engkau tahu bahwa perkataanMu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?’”.
KJV: ‘were offended’ [= tersandung].
Ajaran Yesus / firman Tuhan yang Yesus ajarkan, bisa menjadi batu sandungan!
Calvin: “his doctrine is totally at variance with our senses.” [= ajaranNya tidak sesuai secara total dengan pikiran / perasaan kita.].
Saya sendiri sudah mengalami, dimana ajaran saya, yang saya yakini sesuai dengan firman Tuhan, menjadi batu sandungan bagi orang yang membaca / mendengarnya. Mengapa? Karena saya sering mengajarkan ajaran-ajaran yang tidak umum. Ajaran itu saya sudah saya beri dasar Alkitab dan argumentasi-argumentasi yang sekuat mungkin, dan kalau itu tetap menjadi batu sandungan, saya anggap orang itu tersandung pada firman Tuhan, dan saya tetap akan mengajarkan ajaran yang saya anggap benar itu.
Ini harus diperhatikan oleh semua pengajar firman!! Beranilah mengajarkan ajaran yang ‘tidak populer’, bahkan yang menentang ‘pandangan populer’, selama saudara mempunyai argumentasi yang kuat berdasarkan firman Tuhan! Kalau ada banyak orang yang tersandung oleh ajaran yang benar, itu salah mereka sendiri, dan itu urusan mereka dengan Tuhan! Tetapi kita sendiri, sebagai pengajar firman, harus tetap mengajarkan kebenaran, dan bukannya menyesuaikannya dengan kesenangan orang / pendengar kita!
7. 1Korintus 8:9,13 - “(9) Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. ... (13) Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.”.
Catatan: ay 9 menggunakan kata Yunani yang berbeda (PROSKOMMA), tetapi ay 13 menggunakan 2 x kata Yunani yang berasal dari kata dasar yang sama (SKANDALIZEI / SKANDALIZO).
Ay 13 (KJV): ‘make ... to offend’ [= membuat ... tersandung].
Jadi, kehidupan yang salah dari orang-orang Kristen, bisa menjadi batu sandungan bagi orang-orang lain. Pada waktu kita melakukan hal yang sebetulnya tidak salahpun, itu bisa menjadi batu sandungan, seperti dalam 1Kor 8 di atas ini. Apalagi kalau kita melakukan hal-hal yang benar-benar salah!
Tetapi satu hal perlu diingat! Kalau ada orang, yang tersandung oleh dosa dari orang Kristen, sehingga lalu tidak percaya Yesus, sekalipun orang Kristen itu salah, TETAPI ORANG YANG TIDAK PERCAYA ITU TETAP MASUK NERAKA! Tuhan tidak akan membenarkan orang yang tidak percaya Yesus DENGAN ALASAN APAPUN!
Calvin: “unbelievers have no excuse, though they plead the existence of innumerable offenses.” [= orang-orang yang tidak percaya tidak mempunyai dalih, sekalipun mereka mengajukan alasan / argumentasi tentang keberadaan dari batu-batu sandungan yang tak terhitung banyaknya.].
Dari semua ayat-ayat ini kita bisa melihat bahwa ada banyak hal yang bisa menjadi batu sandungan. Karena itu, kita harus sangat berhati-hati dalam mengikut Tuhan, supaya kita tidak tersandung!
c) Penerapan kata-kata Yesus dalam Matius 11:6 ini.
1. Bagi Yohanes Pembaptis dan orang-orang Yahudi pada jaman itu.
A. T. Robertson: “This beatitude is a rebuke to John for his doubt even though in prison. Doubt is not a proof of superior intellect, scholarship, or piety. John was in the fog and that is the time not to make serious decisions. ‘In some way even the Baptist had found some occasion of stumbling in Jesus’ (Plummer).” [= Ucapan bahagia / berkat ini merupakan suatu teguran / kritikan kepada Yohanes untuk keragu-raguannya sekalipun dalam penjara. Keragu-raguan bukanlah suatu bukti dari intelek, pengetahuan, atau kesalehan yang superior / lebih tinggi. Yohanes sedang bingung dan itu bukanlah waktu untuk membuat keputusan-keputusan yang serius. ‘Dalam cara / jalan tertentu bahkan sang Pembaptis telah mendapati beberapa peristiwa / kejadian penyandungan dalam Yesus’ (Plummer).].
Pulpit Commentary: “Some were offended. They found stumbling-blocks in our Lord’s humility, in the lowliness of his earthly surroundings, in his tenderness to outcasts and sinners, in his long-suffering patience, in his delay to execute judgment. Perhaps John the Baptist himself found for a time a stumbling-block in some of these things. Blessed is he who is not offended in Christ; who recognizes Christ’s spiritual greatness, Christ’s infinite goodness, Christ’s deep and holy love. Blessed is he who sees nothing in Christ to repel, but everything to attract and to convince. He is blessed, for he will find in Christ all that he needs - peace, comfort, hope, rest for his soul. Such blessedness; we may be sure, the holy Baptist found, even if he wavered for a moment through that human frailty which belonged even to his exalted character.” [= Beberapa orang tersandung. Mereka menemukan batu-batu sandungan dalam kerendahan hati Tuhan kita, dalam kerendahan dari keadaan duniawi disekitarNya, dalam kelembutanNya kepada orang-orang yang dibuang / dikucilkan dan orang-orang berdosa, dalam kepanjang-sabaranNya, dalam penundaanNya untuk melaksanakan penghakiman. Mungkin Yohanes Pembaptis sendiri menemukan untuk suatu waktu suatu batu sandungan dalam beberapa dari hal-hal ini. Diberkatilah dia yang tidak tersandung dalam Kristus; yang mengenali kebesaran / keagungan rohani Kristus, kebaikan yang tak terbatas dari Kristus, kasih yang dalam dan kudus dari Kristus. Diberkatilah ia yang tidak melihat apapun dalam Kristus untuk menolakNya, tetapi segala sesuatu untuk menarik dan meyakinkan. Ia diberkati, karena ia akan menemukan dalam Kristus semua yang ia butuhkan - damai, penghiburan, pengharapan, istirahat untuk jiwanya. Keberkatan seperti itu; kita bisa yakin, sang Pembaptis yang kudus telah temukan, sekalipun ia merasa ragu-ragu untuk suatu waktu melalui kelemahan manusia, yang menjadi bagian bahkan dari karakternya yang mulia.].
Batu sandungan yang dibuat-buat oleh orang-orang Yahudi pada jaman itu.
Matius 11:16-19 - “(16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. (18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.’”.
Catatan: ay 17b, yang saya garis-bawahi, diterjemahkan secara berbeda oleh KJV, tetapi RSV/NIV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia.
KJV: ‘we have mourned unto you, and ye have not lamented.’ [= kami telah berkabung bagi kamu, dan kamu tidak meratap.].
Calvin: “through the stratagems of Satan, many disturbances arise, with the view of slandering and rendering hateful the name of Christ and the Gospel; and because every one, as if on purpose, rears up a mass of offenses, being instigated by not less malignity than zeal to withdraw from Christ.” [= melalui tipu daya setan / iblis, banyak gangguan muncul, dengan tujuan memfitnah dan menjadikan nama Kristus dan Injil dibenci; dan karena setiap orang, seakan-akan dengan sengaja, mendirikan suatu tumpukan batu-batu sandungan, karena dihasut lebih oleh kejahatan dari pada semangat, untuk berbalik dari Kristus.].
Pulpit Commentary: “IV. BUT THE JEWS WOULD NEITHER LISTEN TO THE FORERUNNER NOR TO THE KING HIMSELF. 1. Their opposition to the Baptist. The Jews in our Lord’s time were perverse; they were like wilful children who will not be amused. They reproached John with his asceticism; they said it was severe and unsocial. John (they said) separated himself from society; he would not share in its amusements; his austerity was unnatural, ungenial; he had no sympathy with human life. ‘We have piped unto you,’ they said, ‘and ye have not danced.’ They did not understand his lofty character. He was not of the world; he had higher aspirations, holier joys; he did not need the pleasures which so many seek; he had no taste for these things, for his whole heart was given to God and to the world to come.” [= IV. TETAPI ORANG-ORANG YAHUDI TIDAK MAU MENDENGAR KEPADA SI PENDAHULU ATAUPUN KEPADA SANG RAJA SENDIRI. 1. Oposisi mereka kepada sang Pembaptis. Orang-orang Yahudi dalam jaman Tuhan kita adalah jahat / bejat; mereka seperti anak-anak yang tegar tengkuk yang tidak mau dihibur / diajak bersenang-senang. Mereka mencela Yohanes dengan kehidupan pertapaannya; mereka berkata bahwa itu adalah keras / ketat dan tidak sosial. Yohanes (kata mereka) memisahkan dirinya sendiri dari masyarakat; ia tidak mau menikmati / berpartisipasi dalam kesenangan-kesenangannya; kehidupan pertapaannya tidak alamiah, tidak ramah / bersahabat; ia tak mempunyai simpati dengan kehidupan manusia. ‘Kami meniup seruling bagimu’, kata mereka, ‘dan kamu tidak menari’. Mereka tidak mengerti karakternya yang agung / mulia. Ia bukan dari dunia; ia mempunyai tujuan-tujuan yang lebih tinggi, sukacita-sukacita yang lebih kudus; ia tidak membutuhkan kesenangan-kesenangan yang dicari begitu banyak orang; ia tidak mempunyai selera untuk hal-hal ini, karena seluruh hatinya diberikan kepada Allah dan kepada dunia yang akan datang.].
Pulpit Commentary: “2. Their opposition to Christ. He lived a social life among men, sharing in their innocent enjoyments. He would have us sanctify the whole life, its business and its recreations, as well as its times of prayer and devotion. Therefore he set us an example in all the relations of life. He worked as a carpenter at Nazareth; he mixed freely with men, accepting invitations from time to time, even when publicans and sinners were to sit at meat with him. His conduct was condemned as well as that of the Baptist. Men called him, in their wicked slander, a gluttonous man and a wine-bibber. ... They contrasted his life with the asceticism of the Pharisees and the disciples of John. He and his disciples fasted not as they did. They had mourned unto him, and he had not lamented. The world hates holiness; it will attribute unworthy motives to the best of men; it will misrepresent their conduct and try to blacken their character. Whatever they do, whether they live in society or in retirement, they will not escape censorious criticism. Some will be called self-indulgent, others harsh and puritanical. They must not be distressed. They are not alone in this unkind treatment, these false constructions. They suffer no more than the Baptist, who in the Lord’s judgment was inferior to no one that had been born of women; no more than the Lord Christ himself. The ambition of the Christian must be to please the Lord. The world’s judgment is a very small matter; the judgment of God is of momentous importance.” [= 2. Oposisi mereka terhadap Kristus. Ia menjalani kehidupan sosial di antara orang-orang, berpartisipasi dalam penikmatan-penikmatan mereka yang tidak berdosa. Ia mau kita menguduskan seluruh kehidupan, bisnis / kesibukannya dan rekreasi-rekreasinya, maupun waktu-waktu doa dan ibadahnya. Karena itu Ia memberi kita suatu teladan dalam semua hubungan dari kehidupan. Ia bekerja sebagai seorang tukang kayu di Nazaret; Ia bergaul dengan bebas dengan orang-orang, kadang-kadang menerima undangan-undangan, bahkan pada waktu pemungut-pemungut cukai dan orang-orang berdosa duduk makan dengan Dia. Tingkah lakuNya maupun tingkah laku sang Pembaptis dikecam. Orang-orang menyebut Dia, dalam fitnah jahat mereka, seorang pelahap dan peminum anggur. ... Mereka mengkontraskan kehidupanNya dengan kehidupan pertapa dari orang-orang Farisi dan murid-murid Yohanes. Ia dan murid-muridNya tidak berpuasa seperti yang mereka lakukan. Mereka telah berkabung bagi dia, dan dia tidak meratap (KJV). Dunia membenci kekudusan; dunia menghubungkan motivasi-motivasi yang tidak layak kepada orang-orang yang terbaik; dunia menggambarkan secara salah tingkah laku mereka dan berusaha untuk menghitamkan / mencemarkan / memfitnah karakter mereka. Apapun yang mereka lakukan, apakah mereka hidup dalam masyarakat atau dalam kesendirian / pengasingan, mereka tidak akan lolos dari kritikan yang mencari kesalahan. Sebagian orang disebut orang yang memuaskan diri, yang lain disebut tidak menyenangkan dan keras dalam ketaatan agamawi. Mereka tidak boleh sedih. Mereka tidak sendirian dalam perlakuan yang tidak baik ini, penjelasan-penjelasan / penafsiran-penafsiran palsu ini. Mereka menderita tak lebih dari sang Pembaptis, yang dalam penilaian Tuhan tidak lebih rendah dari siapapun yang telah dilahirkan perempuan; tidak lebih dari Tuhan Kristus sendiri. Ambisi dari orang Kristen haruslah untuk menyenangkan Tuhan. Penilaian dunia adalah suatu persoalan yang sangat kecil; penilaian Allah adalah persoalan yang sangat penting.].
YOHANES PEMBAPTIS VS AHOK (03)
Pulpit Commentary: “3. But there were a faithful few. ... They received the Saviour; they recognized the wisdom of God in his teaching, in his most holy life. They saw that there was wisdom both in the life of the Baptist and in the life of Christ. The mission of the Baptist was not that of Christ. His conduct was suitable for the task assigned to him; so was the life of Christ for his most sacred work. The children of God honour holiness wherever they find it; they recognize true holiness in all its forms, under all its varying aspects.” [= 3. Tetapi di sana ada beberapa / sedikit orang-orang yang setia / percaya. ... Mereka menerima sang Juruselamat; mereka mengenali hikmat Allah dalam ajaranNya, dalam kehidupanNya yang paling kudus. Mereka melihat bahwa di sana ada hikmat dalam kehidupan sang Pembaptis dan dalam kehidupan Kristus. Misi dari sang Pembaptis bukanlah misi dari Kristus. Tingkah lakunya cocok untuk tugas yang diberikan kepadanya; demikian juga kehidupan Kristus cocok untuk pekerjaanNya yang paling kudus. Anak-anak Allah menghormati kekudusan dimanapun mereka mendapatinya; mereka mengenali kekudusan yang benar dalam semua bentuknya, di bawah semua aspeknya yang bermacam-macam.].
2. Bagi Ahok, keluarganya, dan kita semua yang adalah orang-orang percaya.
Calvin: “By this concluding statement Christ intended to remind them, that he who would adhere firmly and steadfastly to the faith of the Gospel must encounter offenses, which will tend to interrupt the progress of faith. This is said by way of anticipation, to fortify us against offenses; for we shall never want reasons for rejecting it, until our minds are raised above every offense. The first lesson, therefore, to be learned is, that we must contend with offenses, if we would continue in the faith of Christ;” [= Dengan pernyataan yang menyimpulkan ini Kristus bermaksud untuk mengingatkan mereka, bahwa ia yang mau melekat dengan teguh dan dengan setia pada iman dari Injil harus bertemu / menghadapi batu-batu sandungan, yang akan cenderung untuk menghentikan kemajuan iman. Ini dikatakan melalui antisipasi, untuk menguatkan kita terhadap batu-batu sandungan; karena kita tidak akan pernah kekurangan alasan untuk menolaknya, sampai pikiran kita diangkat di atas setiap batu sandungan. Karena itu, pelajaran pertama yang harus dipelajari adalah bahwa kita harus berjuang / bergumul dengan batu-batu sandungan, jika kita mau terus dalam iman Kristus;].
Pulpit Commentary: “Ver. 6. - ‘And blessed is he, whosoever shall not be offended (ch. 5:29, note) in me;’ ... But exhibits perfect trust under delay and disappointment (Jas. 1:12).” [= Ay 6. - ‘Dan diberkatilah ia, yang tidak tersandung (psl 5:29, catatan) dalam Aku’; ... Tetapi menunjukkan kepercayaan yang sempurna di bawah PENUNDAAN dan KEKECEWAAN (Yak 1:12).].
Yakobus 1:12 - “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”.
Pulpit Commentary: “There are those to whom it seems unintelligible that Christ’s work is so slow, that he is so tardy in making any marked impression on the world, that things should go on so much as if he had no power in heaven or on earth. In times of need they are tempted to ask, ‘Art thou he that should come?’ But blessed are ye who, thus tempted, are able to accept Christ’s way, not in sullen resignation, but believing that it is unintelligible to you only because his aim is higher than yours, his love greater, his wisdom more unclouded, his methods more radical. He will not always explain; he expects you will trust him warmly and lovingly, and so grow to understand his spirit; he will trust you for coming at last to see as he sees, and he leaves with you this loving word.” [= Ada orang-orang bagi siapa kelihatannya tak bisa dimengerti bahwa pekerjaan Kristus begitu lambat, bahwa Ia begitu lambat dalam membuat kesan yang nyata apapun pada dunia, sehingga hal-hal berjalan sedemikian rupa seakan-akan Ia tidak mempunyai kuasa di surga dan di bumi. Pada saat-saat kebutuhan mereka dicobai untuk bertanya, ‘Engkaukah yang akan datang itu?’ Tetapi diberkatilah kamu yang sekalipun dicobai seperti itu, bisa menerima jalan / cara Kristus; bukan dalam penyerahan / ketundukan yang cemberut / muram, tetapi percaya bahwa itu tidak bisa dimengerti bagimu hanya karena tujuanNya lebih tinggi dari tujuanmu, kasihNya lebih besar, hikmatNya lebih terang / cerah, metode-metodeNya lebih radikal. Ia tidak selalu mau menjelaskan; Ia mengharapkan kamu mau mempercayaiNya dengan hangat dan dengan kasih, dan dengan demikian bertumbuh untuk mengerti roh / semangatNya; Ia mempercayai kamu untuk akhirnya melihat sebagaimana Ia melihat, dan Ia meninggalkan padamu kata-kata kasih ini.].
Matthew Henry: “They are happy who get over these offences. Blessed are they. The expression intimates, that it is a difficult thing to conquer these prejudices, and a dangerous thing not to conquer them;” [= Mereka berbahagia yang mengatasi batu-batu sandungan ini. Diberkatilah mereka. Ungkapan / pernyataan ini secara implicit menunjukkan, bahwa merupakan suatu hal yang sukar untuk mengalahkan prasangka-prasangka ini, dan suatu hal yang berbahaya untuk tidak mengalahkan mereka;].
Orang yang tersandung, apapun alasannya, tidak berbahagia / diberkati. Hanya yang tidak tersandung yang berbahagia / diberkati. Orang percaya bisa tersandung, bahkan berulangkali, TETAPI HANYA UNTUK SEMENTARA. Kalau orang tersandung UNTUK SELAMANYA, ia bukan orang percaya / orang pilihan!
III) Lanjutan cerita ini: penekanan hanya kepada Kristus!
Kalau kita membaca lanjutan cerita ini, yaitu ay 7-dst, maka tidak diceritakan tentang penyampaian kata-kata Yesus oleh murid-murid Yohanes Pembaptis kepada Yohanes Pembaptis, dan juga tidak diceritakan bagaimana reaksi Yohanes Pembaptis mendengar kata-kata Yesus itu, tetapi Matius melanjutkan ceritanya tetang Yesus (sekalipun dalam lanjutan cerita ini Yesus membahas tentang Yohanes Pembaptis).
BACA JUGA: YOHANES PEMBAPTIS VS AHOK (1): MATIUS 11:2-6
Mengapa? William Hendriksen menjawab: karena Matius mau memfokuskan ceritanya kepada Yesus dan bukan pada hal-hal yang lain.
Penerapan:
1. Dalam menyampaikan Firman Tuhan, baik melalui khotbah, renungan, pelajaran sekolah minggu, pelajaran agama, sharing, penginjilan pribadi dsb, kita harus bisa memegang arah pembicaraan! Ini khususnya harus dipertahankan dalam penginjilan pribadi; jangan turuti rasa ingin tahu dari si pendengar Firman Tuhan tersebut!
2. Hidup kita juga harus berpusatkan pada Kristus. Setan ingin kita mengalihkan pandangan kita pada hal-hal lain seperti problem-problem kita, keuangan / pekerjaan kita, keluarga kita, kesenangan-kesenangan duniawi, dsb, tetapi kita harus selalu menjaga supaya kita terus memandang kepada Kristus dan mengarahkan hidup kita kepada Kristus.
-AMIN