Buku ‘Hikmat Bagi Pria’ (Editor: Eddy Leo)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

“Manhood and Christlikeness are synonymous”
Buku ‘Hikmat Bagi Pria’ (Editor: Eddy Leo)
otomotif, gadget
Tulisan ini ada di cover depan buku, artinya: “Ke-pria-an dan keserupaan dengan Kristus adalah sama”.
Kalau demikian, lalu bagaimana dengan wanita / perempuan? Mereka tak bisa menyerupai Kristus?

Intro: “Apakah Christian Men’s Network? Christian Men’s Network adalah sebuah jaringan pelayanan pria, yang didirikan oleh DR Edwin Louis Cole pada tahun 1979. “Saya percaya Allah telah memanggil saya untuk berbicara dengan suara kenabian kepada pria-pria generasi ini. Dia telah menetapkan saya dengan pelayanan yang berfokus kepada pria, untuk membawa mereka kepada keserupaan dengan Kristus dan menjamah mereka dengan kenyataan bahwa ‘Menjadi pria sejati dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama’ (DR Edwin L Cole)”.

Intro: “Sejak diperkenalkan, Christian Men’s Network (CMN) telah melayani para pria di 210 negara, membangun 70 kantor nasional dan melayani jutaan pria melalui pertemuan pria Kristen, retreat, pelayanan gereja, video, radio, televisi, buku, kaset, dan siaran satelit. Ribuan pria mengalami perubahan hidup, perkawinan dipulihkan, hubungan dipulihkan, pelayan-pelayan Tuhan bangkit dan dikuatkan, serta lebih dari seratus pelayanan pria dilahirkan. Di Indonesia, pelayanan ini lahir pada tahun 1997 dan baru pada tahun 1999 diresmikan secara internasional di Texas, Amerika Serikat dengan ketuanya Ir. Eddy Leo, M.Th.”.

Pengetahuan di otak kita akan memotivasi tindakan-tindakan kita. Dan tindakan-tindakan kita akan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan kita. Dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menghasilkan karakter dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, issue pintar dan bodoh di Alkitab bukanlah soal seseorang mempunyai gelar (jabatan) atau tidak, melainkan tentang karakter” (hal 2).
Penerapan: nyatanya pengetahuan mereka kacau balau, lalu bagaimana mau menghasilkan karakter yang benar?

“Dalam Matius 7:24-27 dijelaskan ada 2 macam rumah yang dibangun diatas dasar yang berbeda. Rumah berbicara tentang kehidupan dimana pria menjadi imamnya. Pria yang bijaksana (pintar) adalah pria yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Pria tersebut membangun kehidupannya dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kuat dari Firman Tuhan.” (hal 2).
Penerapan: ajaran mereka amburadul, dan bahkan terlihat dalam kalimat di atas ini yang mengatakan pria menjadi imam! Dalam Perjanjian Baru tak ada imam selain Yesus Kristus! Sobeknya tirai Bait Allah pada saat Yesus mati membuang seluruh Bait Allah dengan korban-korban, upacara-upacara, dan imam-imamnya!

“Isilah otak (pikiran) kita dengan Firman Tuhan dan hiduplah di dalamnya, karena Firman Allah adalah pribadi Allah. Allah adalah Firman, dan Firman adalah Allah, Yoh 1:1. (RO)” (hal 2).
Catatan: RO rupanya adalah Rubin Ong, Youth Minister Fellowship Pemimpin Christian Men’s Network di Indonesia (lihat book cover bagian depan buku ini).
Ini ajaran sesat dan tolol! ‘Firman’ dalam Yoh 1:1,14 merupakan gelar dari Yesus, dan tidak menunjuk pada kata-kata Allah!
Bandingkan dengan “tetapi berpikiran seperti Firman Tuhan berpikir (hal 14).
Ini lagi-lagi ketololan yang searah dengan ajaran di atas! Firman Tuhan tidak bisa berpikir! Kalau ia mengatakan Firman Tuhan berpikir, lagi-lagi ia menganggap Firman Tuhan sebagai pribadi!

“Ketika istri anda bertanya, ‘Apakah kamu mencintaiku?’ Jawaban yang benar adalah: ‘Apakah langit masih biru? Apakah air masih basah? Apakah gunung masih tinggi? Begitulah cintaku padamu!!!” (hal 17).
“Katakan kepada istri anda setiap hari, bahwa dia adalah hadiah dari Tuhan buat anda, dan bahwa anda mencintainya” (hal 19).

Mengatakan bahwa itu adalah ‘jawaban yang benar’ menunjukkan bahwa jawaban seperti itu mutlak diharuskan. Tetapi bagaimana kalau ternyata pria itu sudah luntur cintanya? Apakah tetap harus mengatakan kata-kata seperti itu, dan dengan demikian berdusta?

“Semakin banyak kita menabur kata-kata cinta baginya, semakin banyak pula kita akan menuai keindahan cinta darinya (2Kor 9:6)” (hal 20).
Ayat ini berurusan dengan persembahan (baca 2Kor 9:7nya - “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”.
Jadi, penggunaan ayat seperti ini, merupakan penggunaan yang salah (out of context).

“Kata-kata positif dan membangun yang diberikan oleh suami bagi istrinya akan membuat sang istri bertumbuh dan berbuahkan pula hal-hal yang positif dan baik pula (Mat 12:33        ). (RS)” (hal 20).

Catatan: RS adalah Ronny Soedjak, Gembala GPDI Moria, Jatibening, Bekasi. Coordinator House of Blessing (Pelayanan Keluarga). Pemimpin Christian Men’s Network di Indonesia (lihat book cover di bagian depan buku ini).
Ini lagi-lagi menggunakan ayat secara out of context!

Matius 12:33 - “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal”.

“Hal yang terbesar yang bisa dilakukan seorang ayah bagi anak-anaknya adalah mencintai ibu mereka” (hal 21).
Ini ajaran extrim! Apakah penginjilan kepada anak-anak itu tidak lebih besar dari tindakan mencintai ibu mereka? Apakah mengasihi Allah tidak lebih besar bagi anak-anak dari tindakan mencintai ibu mereka?

“Keharmonisan hubungan otoritas (papa dan mama) akan menciptakan suasana rukun atau atmosfer kemesraan bagi anak-anak. Dan Tuhan akan memerintahkan berkat mengalir atasnya (Mzm 133:1-3)” (hal 22).
Lagi-lagi penggunaan ayat yang out of context.
Maz 133:1-3 - “(1) Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! (2) Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. (3) Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya”.
Kata ‘saudara-saudara’ jelas menunjuk kepada ‘saudara-saudara seiman’, bukan pada ‘keluarga’.

“Tuhan menginginkan pria memiliki konsistensi, ketegasan dan kekuatan. Sedangkan wanita adalah utusan atau dutanya Tuhan bagi pria (Kej 2:22); Tuhan adalah bos atau penguasanya dan wanita mengemban tugas melaksanakan visi dan misi Tuannya” (hal 30).
Ajaran gila! Kalau demikian, wanita ada di atas pria! Dan ayat yang digunakan sangat tidak cocok!
Kejadian 2:22 - “Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu.
Dari mana terlihat kalau perempuan itu utusan / duta Tuhan bagi pria?

“Pria yang sudah ditebus oleh darah Yesus adalah pria yang hidup dalam terang. Dan ciri dari terang adalah hidup secara terang-terangan / keterbukaan. Pengakuan adalah kunci pemulihan. Jangan takut mengaku kalau memang salah. Akui dan minta maaf” (hal 8).
“Kunci utama sebuah komunikasi yang berhasil adalah keterbukaan, sebaliknya ketertutupan adalah hal yang menghancurkan komunikasi. Para pria, terbukalah di hadapan Tuhan, keluarga, dan di hadapan orang lain” (hal 36).
Pertanyaannya: seterbuka apa? Jujur tak berarti harus membuka semua rahasia!
Bdk. 1Sam 16:1-5 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagiKu.’ (2) Tetapi Samuel berkata: ‘Bagaimana mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.’ Firman TUHAN: ‘Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. (3) Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagiKu orang yang akan Kusebut kepadamu.’ (4) Samuel berbuat seperti yang difirmankan TUHAN dan tibalah ia di kota Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya dengan gemetar dan berkata: ‘Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?’ (5) Jawabnya: ‘Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan ini.’ Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu”.
Tuhan sendiri tak menyuruh Samuel bersikap terbuka!

Juga bagaimana kalau cinta kepada istri memang sudah luntur? Harus mengaku secara terbuka, atau tetap menyatakan cinta seperti diperintahkan dalam hal 17,19 dalam buku ini????

“Lemah lembut adalah power under control yang berarti mempunyai kekuatan tetapi tidak mau membalas dengan kekuatannya” (hal 38).
Ini definisi ngawur!

“Tuhan Yesus adalah imam besar (Mediator kita) atas perkataan-perkataan kita” (hal 42).
Ini omongan apa? Tuhan Yesus adalah mediator antara kita dengan Allah (1Tim 2:5), bukan mediator atas perkataan-perkataan kita! Kalau mediator / pengantara, harus antara 2 pihak! Mana pihak ke 2? Antara perkataan-perkataan kita dengan apa / siapa?

“Kedewasaan seorang pria tidak diukur dari umur tetapi dari penerimaan akan tanggung jawab. ... Apabila pria tidak mau menerima dan melakukan tanggung jawab yang Tuhan taruh dalam kehidupannya, dan jika pria tidak mau bertanggung jawab sebagai kepala di dalam keluarganya, maka keluarganya akan mengalami kehancuran” (hal 67,68).
“Itulah Yesus sang pria sejati” (hal 70).
Padahal Yesus tidak menikah. Lalu tanggung jawab sebagai kepala keluarga dimana?

“Di Kis 13:22 dikatakan, setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud, Allah telah menyatakan: ‘Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hatiKu dan yang melakukan segala kehendakKu.’ Tuhan mencari seorang yang taat untuk melakukan kehendak Tuhan. ... Perhatikanlah, di dalam Firman Tuhan, setiap kali Tuhan ingin melakukan sesuatu untuk kepentingan kerajaan atau umatNya, Tuhan selalu mencari seorang pria terlebih dahulu untuk dapat melakukannya. Setelah Tuhan menemukan pria yang tepat seperti yang Dia inginkan, barulah Tuhan memberitahukan metode apa yang harus dipakainya untuk menyelesaikan semua rencana Tuhan tersebut.” (hal 74).
Ini ajaran Arminian! Dalam Reformed, Tuhan pilih dulu, baru menjadikan orang itu sesuai kehendakNya. Bandingkan dengan:
Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.
Ef 1:4,5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.

“Bila Tuhan memulihkan seorang pria bagi keluarganya, Dia juga menyelamatkan seluruh keluarganya. Bila keluarga terselamatkan, berarti bangsa juga telah terselamatkan” (hal 77).
Ini ajaran sesat dan tolol, mana dasarnya??? Kis 16:31? Tidak cocok, karena arti ayat itu bukan demikian. Abraham selamat, mengapa Hagar dan Ismael tidak? Ishak selamat, mengapa Esau tidak? Daud selamat, mengapa Absalom tidak?

“Kehormatan tertinggi yang Tuhan taruh di dalam kehidupan seorang pria adalah menjadi ayah. Karena itu, Tuhan juga memilih untuk menyebut dan memanggil diriNya sebagai Bapa. Kebapaan adalah pekerjaan yang terutama bagi para pria. Tidak ada yang lebih lengkap bagi seorang pria untuk mencapai kepenuhan kecuali menjadi ayah” (hal 78).
Ini betul-betul gila dan tolol.
a)   Allah bukan memilih untuk menyebut diriNya sebagai Bapa, tetapi Ia memang adalah Bapa, dan Yesus adalah AnakNya.
b)   Bukan kebapaan manusia yang menjadi pola dari kebapaan Allah, tetapi sebaliknya!
c)   Bagaimana dengan Yesus, yang tidak pernah menjadi bapa, karena tak pernah menikah? Jadi, Ia tidak lengkap untuk mencapai kepenuhan?

“Satu-satunya yang tidak pernah berubah di dalam kehidupan adalah perubahan itu sendiri” (hal 80).
Hanya Allah yang tidak berubah!

Tentang Ibrani 5:8-9 - “(8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya, (9) dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya”.

“Alkitab berkata bahwa Yesus belajar taat untuk mencapai kesempurnaanNya sebagai manusia (hal 82).

“Kalau hati kita berbalik kepada Tuhan, maka selubung (penghalang) kita diambil, sehingga komunikasi kita dengan Tuhan kembali tercipta, dan pewahyuan dari Tuhan menjadi nyata atas kita, sehingga kita tidak berjalan dalam kehendak kita sendiri tetapi berjalan di dalam kehendak Tuhan” (hal 88).

Lembut artinya hati yang tidak mudah terluka. Kelembutan adalah kekuatan seorang pria. Bagaimana menjadi pria yang lembut? Belajarlah pada Yesus, Dia berkata: ‘Belajarlah padaKu sebab Aku lemah lembut.’ Datanglah pada salibNya ketika saudara mengalami tekanan. Taatilah FirmanNya dalam kehidupan saudara sehari-hari. Niscaya saudara akan mempunyai hati yang lembut” (hal 102).

Pertanyaannya: apa artinya lemah lembut?

“Adam tidak bertindak ketika Hawa dibujuk oleh ular untuk memakan buah pohon terlarang. Adam seharusnya mencegah Hawa memakan buah itu, tetapi tidak dilakukannya” (hal 114).
Alkitab tidak mengatakan (sekalipun bisa diartikan demikian dari ay 6) bahwa Adam ada bersama Hawa ketika Hawa digodai setan. Ay 6 bisa diartikan bahwa setelah mengambil dan memakan buah itu baru Hawa memberikan kepada Adam ketika ia bersama / bertemu dia.

“Nabi, imam dan raja: jadilah seorang pria sejati. Seorang pria adalah seorang: Imam: Yaitu seorang mediator antara Allah dengan keluarganya. Anda tidak akan pernah bisa membawa Allah kepada keluarga Anda sebelum Anda membawa keluarga Anda kepada Allah. Nabi: Yaitu seorang yang menyampaikan suara Allah kepada keluarga. Dia menetapkan standar hidup keluarganya berdasarkan firman Tuhan. Raja: Yaitu seorang yang mempimpin (govern), melindungi (guard) dan menuntun (guide) keluarganya. Jika anda melakukan ketiga fungsi ini, keluarga anda akan menjadi keluarga yang diberkati Tuhan” (hal 119-120).

Betul-betul lelucon! Jabatan Imam, Nabi dan Raja itu hanya untuk Yesus. Dan tak ada imam selain Yesus dalam jaman Perjanjian Baru!

Buku “Menjadi pria sejati”
(Edwin Louis Cole)
Edisi Revisi

“Saya bahagia sekali menjadi seorang pria. ... Namun demikian, saya belum menjadi manusia yang benar-benar sesuai dengan potensi diri saya yang sesungguhnya sebagai seorang pria. Saat ini saya dapat melangkah dengan mantap dalam perjalanan saya mencapai kepenuhan sebagai seorang pria. Sebelumnya, dalam usaha saya menjadi seorang pria yang sejati, selama bertahun-tahun saya hanya terombang-ambing ke sana kemari tanpa arah yang pasti. Itu disebabkan karena saya tidak pernah diajari cara-cara untuk menjadi pria yang sesungguhnya. Melalui berbagai pergumulan dan kesukaran, keberhasilan serta penghargaan, akhirnya saya belajar banyak hal mengenai hakikat serta cara yang sebenarnya untuk menjadi pria. Sekarang saya dapat mengatakan bahwa hidup sebagai seorang pria adalah suatu kehidupan yang indah” (hal 3).
Dia bukan menjadi seperti itu karena belajar Firman Tuhan! Bdk. Ef 4:11-dst.

“Dalam diri Yesus, Allah mewujudkan secara nyata apa yang telah difirmankanNya, yaitu bahwa Ia menciptakan pria ‘menurut gambarNya’ ... Bagaimana kita dapat menghampiri Allah-manusia, Yesus Kristus ini? Bahkan bagaimana mungkin kita dapat menyamai sifat-sifat ilahi dari Allah yang Mahakudus yang menyatakan diri di bumi sebagai seorang Pria? Saya mengakui bahwa saya belum mendapatkan seluruh jawabannya.” (hal 8).
Gila, siapa yang menyuruh kita menyamai sifat ilahi dari Yesus?

“Dalam suatu kebaktian, lebih dari dua ribu pria memadati sebuah auditorium di Boston. Banyak di antara hadirin itu yang menerima prinsip dan kebenaran yang akan saya ajarkan, menganutnya, kemudian mengajarkannya kepada pria lain, yang selanjutnya mengajar pria yang lain lagi, dan dengan demikian kebenaran itu pun menyebar luas. Pada hari itu, ketika saya berbicara kepada kumpulan orang banyak tersebut, pengungkapan tentang Pribadi Yesus yang sesungguhnya dan perbuatan-perbuatan yang telah dilakukanNya bagi manusia, khususnya kaum pria, seakan-akan menghunjam ke dalam pikiran dan hati setiap pria yang hadir di sana. Bobot kebenaran itu menciptakan suatu kesenyapan yang begitu hening di antara mereka. Beberapa saat kemudian, keheningan itu pun pecah menjadi ungkapan sukacita yang penuh gairah. Saya berhenti berbicara dan memberi kesempatan bagi para pria yang belum pernah mengambil keputusan untuk menjadi ‘pria sejati’ agar maju dan menyatakan sikap mereka. Sewaktu ratusan pria beringsut maju ke depan, pria-pria yang lain bersorak gemuruh, ‘Yesus, Yesus, Yesus!’ Sewaktu mereka berseru demikian, keyakinan yang terbentuk terasa begitu nyata. Para pria tersebut tiba-tiba menyadari bahwa menjadi pria sejati artinya adalah menjadi seperti Yesus, satu-satunya Pria yang pernah hidup tepat sesuai dengan kehendak dan tujuan Allah dalam menciptakan diriNya” (hal 8-9).
Catatan: kalau perlu baca terus hal 9nya.

a)   Ini tidak bisa tidak harus mengajarkan doktrin tentang Kristus (Kristologi). Kok bisa mereka anggap doktrin tak perlu?
b)   Kata-kata ‘khususnya kaum pria’ adalah omong kosong. Perbuatan apa yang Yesus lakukan hanya bagi pria, dan tidak bagi wanita?
c)   Ia menulis seakan-akan yang ia adakan adalah suatu KKR penginjilan. Kalau memang KKR penginjilan maka ini bisa saja. Tetapi kalau hanya ajaran tentang ‘pria yang sejati’, itu omong kosong!
d)   Kalau ajaran pria yang sejati menekankan hubungan suami istri dengan anak-anak, bagaimana Yesus bisa mereka teladani mengingat Yesus tidak pernah kawin / punya anak jasmani?
e)   Bagaimana orang-orang yang maju ke depan dalam kebaktian itu bisa membuang botol-botol minumannya (hal 9)? Apakah mereka datang ke kebaktian dengan membawa botol-botol minuman mereka? Atau mereka pulang dulu mengambil botol-botol itu dan lalu membuangnya ke altar gereja?

Hal 14-15, penggunaan ayat / perumpamaan yang out of context.

“Yesus adalah kebenaran! Karena itu, Yesus adalah juga kesejatian!” (hal 27).
Apa maksudnya??

“... dapat menghapuskan keselamatan jiwa Anda” (hal 30).
Ini pandangan Arminian!

“Kita tidak diselamatkan oleh sistem budaya yang kita miliki, tetapi oleh darah Kristus” (hal 29).
Ini bagus dan Injili!
Tetapi sekaligus merupakan sesuatu yang membuat buku ini berbahaya, karena apa yang bagus dicampur dengan apa yang sesat. Orang-orang bodoh akan membela buku ini dengan menunjuk pada hal-hal bagus seperti ini! Kalau makanan baik dicampur dengan racun, maka bagian yang baik menjadi tidak baik, tetapi beracun juga!

Hal 32, cerita tentang Rehabeam yang mengganti perisai emas dengan perisai tembaga (2Taw 12:9-10), tetapi ditafsirkan secara alegoris, dan disamakan dengan orang yang mengganti keselamatan dengan kebudayaan, mengganti keilahian dengan kemanusiawian, dan mengganti iman dengan perbuatan, dsb!

“Jadi, keselamatan itu kita peroleh bukan karena kebaikan kita, melainkan dianugerahkan Allah berdasarkan kemurahan dan kasihNya yang tidak bersyarat” (hal 33).
Ini Reformed! Jadi, buku ini mencampur hal-hal yang Reformed dengan yang Arminian!!!

“Allah memang memberkati kita karena memberi adalah tabiat Allah. Dia tidak dapat untuk tidak memberi” (hal 33).
‘Memberi’ merupakan tabiat Allah???

“Tutur kata adalah ungkapan sifat manusia, sebagaimana firman Allah juga mengungkapkan sifat-sifat Allah. ‘Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah’ (Yohanes 1:1). Kristus datang sebagai penjelmaan Firman Allah” (hal 47-48).

Hal 53-61,64,66,69,70,71,72,74,98 - Yesus ditekankan kepriaanNya! Semua kata ‘orang’ atau ‘manusia’ yang ditujukan kepada Yesus, diubah menjadi ‘Pria’! Padahal sekalipun Yesus memang seorang pria, tetapi dalam kelahiranNya, penderitaanNya, pengadilan terhadapNya, kematianNya dsb, yang ditekankan dari Dia adalah bahwa Ia adalah manusia sama seperti kita (Ibr 2:14-17), bukan kepriaanNya. Apa bahayanya menekankan kepriaan Yesus? Bahayanya: ini bisa mengarah pada ajaran bahwa Ia tidak mati untuk wanita!
“Allah bermegah dalam diri pria yang mau datang kepadaNya dengan rendah hati, yang dengan jujur berusaha berubah untuk menjadi semakin serupa dengan citra seorang pria yang terdapat dalam diri Yesus Kristus, yaitu menjadi seorang ‘pria sejati’” (hal 74).
“Dia memerintahkan murid-muridNya agar melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang telah dilakukanNya, berdasarkan iman (Yohanes 14:12). Dengan berbuat demikian, para pria akan memuliakan Allah seperti Dia juga telah memuliakan Allah. Hanya dengan cara itulah harapan akan menjadi kenyataan. Kaum pria akan mendapatkan penggenapan dan kepuasan dalam menjalani proses pendewasaan menjadi pria yang sesungguhnya, dan pada saat itulah seorang pria akan dapat bersikap sama, baik terhadap orang lain, terhadap dirinya sendiri maupun terhadap Allah” (hal 74-75).
Tak berlaku untuk wanita??

“Dikandung oleh Roh Kudus, Yesus lahir ke dunia sebagai ....” (hal 64).
Seharusnya ‘dikandung dari pada / dari Roh Kudus’. Bdk. Mat 1:18.

“Dia mengatakan bahwa Dia hanya melakukan hal-hal yang dilihatNya dilakukan oleh Bapa (Yohanes 5:19). Jadi, berdasarkan prinsip itu kita juga harus melakukan hal-hal yang kita lihat telah dilaksanakan oleh Kristus” (hal 71).
Ini jelas merupakan salah tafsir tentang Yoh 5:19.

Yoh 5:19 - “Maka Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak”.

1)         ‘Yesus menjawab mereka’ (ay 19a).
Kalau kita melihat kontex sebelum ayat ini, maka kita akan mendapat­kan bahwa kontex itu diakhiri dengan kata-kata Yesus (ay 17), bukan kata-kata orang-orang Yahudi. Kalau demikian, mengapa di sini dikata­kan bahwa ‘Yesus menjawab’? Karena Yesus menjawab pikiran mereka, bukan kata-kata mereka. Bahwa Yesus bisa mengetahui pikiran mereka menunjukkan kemahatahuan Yesus.

2)   ‘Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri’ (ay 19b  bdk. ay 30a: ‘Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri’).

Ayat ini dipakai oleh Arius / Arianisme (yang nantinya menjadi dasar dari ajaran Saksi Yehuwa) untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak bisa melakukan apapun dari diriNya sendiri.
Tetapi sebetulnya ayat ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan Yesus! Dalam kontex dimana Yesus menunjukkan diriNya seba­gai Anak Allah, dan menyamakan diriNya dengan Allah (ay 17-18), tidak mungkin tahu-tahu Ia justru menunjukkan ketidak-mampuanNya.
Kalau demikian, apa arti / maksud kata-kata Yesus ini? Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus dengan Bapa, yang menyebabkan Yesus tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa Bapapun tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Yesus!
Jadi, Yesus dan Bapa tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah pekerjaan Bapa, dan pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.
Dengan demikian, kata-kata Yesus ini menjawab serangan mereka bahwa Yesus melanggar Sabat dan menghujat Allah (ay 18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan menghujat Allah, maka itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa. Tetapi Yesus tidak bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu jelas bahwa Ia tidak bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.

3)   ‘Jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang diker­jakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak’ (ay 19c).

a)   Jangan mengartikan bagian ini seakan-akan Yesus itu cuma bisa meniru BapaNya! Tentang bagian ini NICNT mengutip kata-kata seo­rang yang bernama Westcott, yang memberikan komentar yang indah sebagai berikut:
“The things that the Father does that the Son does, too, not in imitation, but in virtue of His sameness of nature” (= Hal-hal yang dilakukan oleh Bapa juga dilakukan oleh Anak, bukan dalam peniruan, tetapi berdasarkan kesamaan hakekatNya).

b)   Kata ‘apa’ dalam bagian ini seharusnya adalah ‘apapun’.
RSV/NIV/NASB: whatever (= apapun).
KJV: what things soever (= hal-hal apapun juga).
Jadi kata-kata Yesus di sini menunjukkan bahwa Anak / Yesus melaku­kan apapun juga yang dilakukan oleh Bapa. Padahal, apa yang dila­kukan oleh Bapa jelas merupakan pekerjaan ilahi, seperti mencipta­kan alam semesta dengan segala isinya, membangkitkan orang mati, dsb. Bahwa Yesus melakukan apapun juga yang dilakukan Bapa, menun­jukkan bahwa Yesus / Anak adalah Allah!

Sebagai tambahan:
Kalau Nono / Unitarianisme menganggap kata-kata Yesus dalam ay 19 ini merupakan suatu bantahan terhadap tuduhan (yang salah) dari orang-orang Yahudi bahwa Ia setara dengan Allah, maka tanya apa arti ay 19 itu bagi mereka. Kalau dilihat kata-kata dari ay 19 maka Yesus cuma bisa meniru apa yang Bapa lakukan. Kalau demikian, bagaimana mungkin Yesus mencipta alam semesta? Kapan Yesus pernah melihat Bapa melakukan hal itu? Lalu pada waktu Yesus berinkarnasi, lalu menderita dan mati untuk menebus dosa kita, kapan Dia melihat Bapa melakukan hal itu? Bapa bahkan tidak bisa mati, karena berbeda dengan Yesus / Anak, Bapa tidak pernah berinkarnasi menjadi manusia.

Tentang ini lihat Shedd vol III, hal 133.
Shedd: “In these passages the doctrine is taught that while each person is so distinct from the others that he can speak of himself as doing acts that are peculiar to himself and not to the others, yet the distinctness is not so great as to make him another Being who does the acts a]f’ e]autou (= of himself) exclusively and apart from the others” (= ) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol III, hal 133.

Hal 71 bawah, penafsiran alegoris tentang Musa dan tongkatnya.

“Manusia terlahir dari daging dan tidak memiliki kodrat ilahi melalui kelahiran alami. Itulah sebabnya Yesus mengatakan kepada Nikodemus bahwa ia harus dilahirkan kembali (Yohanes 3:3). Dia mengajarkan bahwa Allah adalah Roh, dan oleh karena itu untuk dapat menerima kodrat Allah, kita harus dilahirkan dari RohNya sebagaimana kita dilahirkan dari daging. Ketika Roh Kristus masuk ke dalam kehidupan seorang manusia, terjadilah suatu ‘kelahiran’, karena dengan cara itu manusia dibuat hidup di dalam Roh” (hal 72).
Yang warna biru sinting, yang merah Arminian.
“Dalam kemanusiaanNya, Dia mengambil bagian dalam kedagingan kita; dan oleh RohNya kita mengambil bagian dalam keilahianNya, sehingga kita menjadi kebenaran Allah di dalam Kristus Yesus (2Petrus 1:4)” (hal 73).

2Petrus 1:4 - “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.

supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘divine nature’ (= hakekat / sifat ilahi).

Calvin: But the word ‘nature’ is not here essence but quality. The Manicheans formerly dreamt that we are a part of God, and that after having run the race of life we shall at length revert to our original. There are also at this day fanatics who imagine that we thus pass over into the nature of God, so that his swallows up our nature. Thus they explain what Paul says, that God will be all in all (1 Corinthians 15:28,) and in the same sense they take this passage. But such a delirium as this never entered the minds of the holy Apostles; they only intended to say that when divested of all the vices of the flesh, we shall be partakers of divine and blessed immortality and glory, so as to be as it were one with God as far as our capacities will allow [= Tetapi kata ‘nature’ (Yunani: PHUSEOOS - PHUSIS) di sini bukanlah ‘hakekat’ tetapi ‘kwalitet’. Para Manichean dahulu bermimpi bahwa kita adalah sebagian dari Allah, dan bahwa setelah menyelesaikan kehidupan kita akhirnya kembali pada keadaan orisinil kita. Pada saat ini juga ada orang-orang fanatik yang membayangkan / mengkhayalkan bahwa kita akan melewati ke dalam hakekat / sifat dari Allah, sehingga sifat / hakekatNya menelan sifat / hakekat kita. Maka mereka menjelaskan apa yang Paulus katakan, bahwa Allah akan menjadi semua dalam semua (1Kor 15:28), dan dalam arti yang sama mereka mengartikan text ini. Tetapi kegilaan seperti ini tidak pernah memasuki pikiran-pikiran dari Rasul-rasul yang kudus; mereka hanya bermaksud untuk mengatakan bahwa pada waktu dibebaskan / dilepaskan dari semua sifat buruk / jahat dari daging, kita akan menjadi pengambil bagian dari ketidak-bisa-binasaan dan kemuliaan yang ilahi dan diberkati, sehingga seakan-akan menjadi satu dengan Allah sejauh diijinkan oleh kapasitas kita].
Catatan: Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa Manicheism merupakan suatu filsafat yang bersifat agama yang diajarkan pada abad ke 3-7 M. oleh seorang Persia bernama Manes atau Manicheus dan murid-muridnya.
1Kor 15:28 - “Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

Calvin: “we, disregarding empty speculations, ought to be satisfied with this one thing, - that the image of God in holiness and righteousness is restored to us for this end, that we may at length be partakers of eternal life and glory as far as it will be necessary for our complete felicity” (= kita, mengabaikan spekulasi yang kosong, harus puas dengan satu hal ini, - bahwa gambar Allah dalam kekudusan dan kebenaran dipulihkan bagi kita untuk tujuan ini, supaya kita akhirnya bisa menjadi pengambil bagian dari kehidupan dan kemuliaan kekal sejauh itu perlu untuk kebahagiaan lengkap / sempurna kita).

Barnes’ Notes: “it cannot be taken in so literal a sense as to mean that we can ever partake of the divine ‘essence,’ or that we shall be ‘absorbed’ into the divine nature so as to lose our individuality. ... It is in the nature of the case impossible. There must be forever an essential difference between a created and an uncreated mind. ... The reference then, in this place, must be to the ‘moral’ nature of God; and the meaning is, that they who are renewed become participants of the same ‘moral’ nature; that is, of the same views, feelings, thoughts, purposes, principles of action. Their nature as they are born, is sinful, and prone to evil (Eph. 2:3), their nature as they are born again, becomes like that of God. They are made LIKE God; and this resemblance will increase more and more forever, until in a much higher sense than can be true in this world, they may be said to have become ‘partakers of the divine nature.’” [= ini tidak bisa diambil dalam arti begitu hurufiah sehingga berarti bahwa kita bisa mengambil bagian dari ‘hakekat’ ilahi, atau bahwa kita akan ‘dihisap’ ke dalam hakekat ilahi sehingga kehilangan keindividuan kita. ... Kasus itu merupakan sesuatu yang mustahil. Pasti akan ada untuk selama-lamanya perbedaan antara pikiran yang dicipta dan yang tidak dicipta. ... Jadi, kata-kata di tempat ini harus menunjuk pada sifat ‘moral’ dari Allah; dan artinya adalah bahwa mereka yang diperbaharui menjadi pengambil bagian dari sifat ‘moral’ yang sama; yaitu, dari pandangan, perasaan, pemikiran, tujuan, prinsip tindakan yang sama. Sifat mereka pada waktu dilahirkan adalah berdosa dan condong pada dosa (Ef 2:3), sifat mereka pada waktu dilahirkan kembali, menjadi serupa dengan sifat Allah. Mereka dibuat menjadi SEPERTI Allah; dan kemiripan ini akan makin meningkat selama-lamanya, sampai dalam arti yang jauh lebih tinggi dari yang ada dalam dunia ini, mereka dikatakan telah menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’].

“Yesus menanggalkan segala kemuliaan yang dimilikiNya di sorga, merendahkan diriNya hingga menjadi sedikit lebih rendah dari malaikat, menjadi serupa dengan manusia, .... ” (hal 74).
Seharusnya bukan ‘serupa’ tetapi ‘sama’!! Ibr 2:14-17  Fil 2:7.
Tetapi bagaimana dengan Ro 8:3?

“Dalam menjalani kehidupanNya, Dia bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus, agar kita dapat menerima Roh Kudus yang sama, sehingga kita dapat hidup sama seperti ketika Dia hidup di muka bumi ini” (hal 74).
Yesus hidup suci, bukan supaya kita dapat menerima Roh Kudus!

“Sebelum manusia sepakat dengan penilaian Allah atas kesalahan mereka dan dengan persediaanNya bagi kepentingan kekal mereka, maka manusia akan berada di luar wewenang dan kemampuan Allah (hal 78).
Lucu sekali!!!!

“... menjadi nyata bagi saya selama masa puasa empat puluh hari yang pernah saya lakukan” (hal 78).

“Kalvari adalah tempat Kristus menukar kebenaranNya dengan keadaan kita yang berdosa, supaya kita dapat menyerahkan keberdosaan kita dan menerima kebenaranNya” (hal 79).
Jadi, Ia menjadi berdosa?

“Yesus memberikan keseimbangan antara pertobatan dan iman yang membuat pintu sorga terbuka” (hal 79).
Apa arti dari ‘keseimbangan’? Kalimat ini mengarah pada keselamatan karena iman + perbuatan baik???

“Tetapi di dalam Kristus, baik kehidupan maupun kematian merupakan milik manusia (1Korintus 3:22)” (hal 81).
Apa maksudnya????

Tahun Yobel merupakan lambang kematian dan kebangkitan??
“Pengampunan semacam itu adalah lambang kematian dan kebangkitan” (hal 82).

“Selain ada kematian, ada pula ‘roh kematian’. Roh kematian itu mirip dengan gejala penyakit. Orang yang baru mengalami gejala suatu penyakit belum tentu benar-benar menderita penyakit tersebut, karena sering kali gejala-gejala tersebut hanya mendorong orang merasa bahwa dirinya sakit, padahal sesungguhnya ia tidak sakit. Kalau gejala-gejala tersebut ditolak, disangkal, dan ditengking, maka gejala-gejala itu tidak akan mendatangkan pengaruh apa pun. ‘Roh kematian’ sering kali hanya berusaha menekan agar manusia tunduk dan menyerah kepada kematian, namun kalau roh itu diusir dalam nama Yesus, kematian itu pun tidak akan dapat menelan mangsanya (hal 82-83).
Ini bau Kharismatik, dan merupakan ajaran gila!!!!

“Allah tidak membiarkan Elia mati, tetapi membantunya untuk bangkit kembali. Allah membuat roh kematian menyingkir dari diri Elia, lalu memulihkan keadaan Elia sehingga ...” (hal 83-84).
Tak ada yang menengking kok roh kematian bisa menyingkir???

“Meskipun Paulus sudah terlepas dari belenggu dosa, namun bayangan masa lalunya masih terus mengikutinya. Pada masa ia sedang gencar-gencarnya menganiaya orang Kristen, ia telah memerintahkan agar mereka dipenjarakan, dibunuh, atau dilempari batu. Setelah menjadi orang percaya, ia melakukan ibadah bersama-sama dengan kaum ibu yang menjadi janda karena kebencian Paulus dahulu terhadap orang Kristen, dan dengan bapak-bapak yang anaknya mati akibat penganiayaan yang dilakukannya. Rasa bersalah dari masa lalunya itu merupakan beban yang terlalu berat untuk ditanggungnya. Ia membandingkan dirinya dengan orang-orang yang dihakimi karena bersalah melakukan pembunuhan yang direncanakan. Pada waktu itu hukuman yang dijatuhkan bagi orang-orang yang terbukti secara sengaja merencanakan dan melakukan pembunuhan terasa tidak lazim bagi kita, namun benar-benar sepadan dengan kejahatan yang telah diperbuat, yaitu mayat korban pembunuhan akan diikatkan dengan rantai pada tubuh orang yang telah membunuhnya, sehingga ke mana pun pembunuh itu pergi, ia terpaksa menyeret-nyeret mayat itu. Dengan sendirinya pembunuh itu akan dikucilkan oleh masyarakat, sehingga akan sulit baginya untuk tetap bertahan hidup. ... Begitulah Paulus menggambarkan keadaan dirinya, di mana ia merasa seolah-olah dosa, rasa bersalah, dan aib dari masa lalunya itu diikatkan dengan rantai pada dirinya. Semuanya itu menjadi suatu beban yang terlalu berat untuk ditanggung, dan kalau tidak dilepaskan, beban itu akhirnya akan membunuhnya. Tetapi, kemudian ia mendapatkan kebebasan dari semua belenggu masa lalunya itu. Adapun kebebasan itu ia peroleh dari sumber yang juga telah memberitakan kabar keselamatan bagi dirinya. Ia ingin seluruh dunia mengetahui hal ini, maka ia menulis, ‘Syukurlah kepada Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.’ Ia sudah bebas!” (hal 84-85).

“Ketika Allah menciptakan manusia menurut gambar dan keserupaan moralnya, Dia memperlengkapi kita dengan lima kemampuan yang memungkinkan kita menjalani kehidupan yang serupa dengan kehidupan Kristus. Dengan demikian Allah telah mencurahkan sebagian keunggulan sorga ke bumi ini. Kelima kemampuan itu adalah:
(1)        Kemampuan untuk mengetahui kebenaran
(2)        Kemampuan untuk mengenali keutamaan moral
(3)        Kekuatan untuk melakukan kehendak kita
(4)        Daya cipta melalui perkataan kita
(5)        Hak dan kemampuan untuk berkembang biak” (hal 94).
Mana dasar Alkitabnya? Keserupaan moral? Keutamaan moral???

“Yesus berkata, ‘Dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada’ (Lukas 12:34). Setelah menyadari bahwa orang yang harus membayar untuk mendapatkan sesuatu akan menjadi jauh lebih berminat pada hal yang dibayarnya daripada sekadar menjadi penonton, maka kami pun menarik biaya pendaftaran untuk kegiatan yang kami laksanakan. Hasilnya memang terlihat nyata karena kini kaum pria yang mengikuti acara kami itu dapat bertahan mengikuti seluruh kegiatan hingga selesai dan mereka tetap hadir sekalipun cuaca sangat buruk. Uang pendaftaran itu bagi mereka menjadi suatu harta yang mereka tanamkan dalam kegiatan-kegiatan kami, sehingga hati mereka pun berada dalam pertemuan itu. Prinsip itu sekaligus juga mengajarkan bahwa Anda tidak mungkin membangun sebuah jemaat apabila anggota-anggotanya tidak mau membayar persepuluhan atau menanamkan uang mereka dalam pekerjaan Allah tersebut. Karena mereka tidak menanamkan harta mereka di situ, hati mereka pun tidak berada di tempat itu” (hal 107).
Ini omong kosong gila!
a)   Kata-kata Yesus dalam Luk 12:34 hanya mengkontraskan harta terletak di surga atau di dunia. Lihat kontextnya!
b)   Kalau yang dikatakan di atas ini memang benar, mengapa hanya menekankan uang pendaftaran dan persembahan persepuluhan? Mengapa tidak sekalian mengharuskan orang yang mau masuk keanggotaan suatu gereja / dibaptis membayar uang pangkal???
c)         Bagaimana ini bisa diharmoniskan dengan:
Mat 10:8 - “Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
1Kor 9:12,15,18 - “(12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. ... (15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! ... (18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.
2Kor 11:7 - “Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kamu, karena aku memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma?”.
2Raja 5:16-17 - “(16) Tetapi Elisa menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, yang di hadapanNya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.’ Dan walaupun Naaman mendesaknya supaya menerima sesuatu, ia tetap menolak. (17) Akhirnya berkatalah Naaman: "Jikalau demikian, biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN”.
d)   Tuhan memberikan keselamatan secara cuma-cuma kepada kita (Ro 3:24). Kalau begitu Tuhan tidak bijaksana, karena kita pasti tidak akan menghargai keselamatan itu!

“Suatu keluarga seharusnya menjalani proses pemuridan berdasarkan pola yang alkitabiah, yaitu: gembala sidang memuridkan kaum pria (ayah) dan para ayah memuridkan keluarganya. Namun, selama dua generasi terakhir ini para gembala telah mengajar para ayah untuk membawa keluarganya ke gereja dan gereja kemudian mengambil alih tanggung jawab untuk memuridkan keluarga melalui sekolah Minggu, kegiatan remaja, pendalaman Alkitab kaum wanita, dan berbagai kegiatan lainnya. Dengan demikian, gembala menjadi ayah angkat bagi setiap anggota keluarga yang mengunjungi gereja. Beban ini tentu saja terlalu berat untuk ditanggung oleh satu orang saja” (hal 112).
a)         Mana dasar Alkitabnya???
b)   Ini bertentangan dengan:
Neh 8:3-4 - “(3) Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. (4) Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu”.
Ezra 10:1 - “Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah Allah, berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis keras-keras”.
Mat 14:21 - “Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
1Tim 5:1-2 - “(1) Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, (2) perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian”.
2Tim 1:5 - “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu”.
Yesus pada usia 12 tahun belajar di Bait Allah; apakah Yusuf tidak memuridkan keluarganya, dan apakah Yesus salah karena tidak belajar dari Yusuf?

“Menggali sumur melambangkan bahwa kedua keturunan Abraham tersebut perlu melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan ayah mereka agar mereka dapat memenuhi persyaratan seperti yang dimiliki ayah mereka, yaitu persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin” (hal 127).
Ini pengalegorian terhadap kata-kata ‘menggali sumur’!

“Adapun orang yang memiliki hak untuk memberikan suaranya namun tidak menggunakan haknya itu sebenarnya sama saja dengan berbuat kejahatan. Dalam perumpamaan tentang talenta, Yesus menyebut hamba yang tidak melakukan apa-apa itu sebagai orang yang jahat, malas, lamban, dan kurang ajar” (hal 129).
Ini penyamaan yang ngawur seenaknya sendiri; penggunaan ayat Kitab Suci secara sama sekali salah.
Disamping Yesus hanya mengatakan hamba itu sebagai jahat, malas, dan tidak berguna; tak pernah ada kata-kata ‘kurang ajar’.
Mat 25:26-30 - “(26) Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? (27) Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. (28) Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. (29) Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (30) Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

“Allah secara langsung menugaskan Adam untuk membimbing, mengawasi, dan memerintah bumi beserta proses perkembang-biakannya. Ketika Hawa diciptakan dan kemudian terbentuk sebuah keluarga, maka Adam pun bertugas mengurus seluruh keluarganya. Adapun tugas tersebut juga mencakup tiga tanggung jawab serupa: membimbing, mengawasi, memerintah” (hal 129).
a)   Dia membalik urut-urutannya, karena dalam Kej 1:26-27 Allah menciptakan manusia (laki-laki dan perempuan / Adam dan Hawa), dan baru dalam Kej 1:28 Allah menyuruh MEREKA berdua untuk berkembang biak dan memenuhi dan menaklukkan bumi.
b)   Jadi, tak bisa ditafsirkan bahwa Adam bertugas membimbing, mengawasi, memerintah Hawa!
c)   Kata-kata ‘membimbing, mengawasi dan memerintah’ itu muncul dari mana?

“Dalam Efesus 5:28-29 ketiga tanggung jawab itu disebut sebagai: mengasihi, mengasuh, merawat, mengarahkan, melindungi, memperbaiki. Memelihara, menghargai, menegur” (hal 129).
Ef 5:28-29 - “(28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat”.
Hanya tiga kata pertama yang ada, lalu kata-kata ‘mengarahkan, melindungi, memperbaiki, memelihara, menghargai, menegur’ muncul dari mana?

“Para teolog menjelaskan tentang kedudukan Allah, Anak, dan Roh Kudus dalam Tritunggal Allah, sebagai berikut:
Anak = Visioner (pemegang visi)
Roh Kudus = Administrator (pengelola)
Bapa = penguasa” (hal 129-130).
Teolog tolol yang mana yang mengatakan ini? Ini teori sinting / sesat tentang Allah Tritunggal. Juga ini dinyatakan tanpa dasar Alkitab!
Disamping dalam apa yang ia bahas, sebetulnya ia sama sekali tak perlu bicara tentang Allah Tritunggal, tetapi tahu-tahu nyelonong ke Allah Tritunggal tanpa ada perlunya, dan memasukkan ajaran sesat ini!

“Ketika Kristus datang ke dunia, Dia menyatakan diriNya sebagai nabi, imam, dan raja. Para ayah juga dipanggil untuk menjadi nabi, imam, dan raja bagi keluarga mereka. Nabi berbicara sebagai wakil Allah kepada umatNya; imam berbicara kepada Allah mewakili umat Allah; dan raja memerintah atas dasar kerelaannya untuk melayani. Para pria dituntut untuk menjalankan ketiga peranan ini. ... Jadi, tanggung jawab seorang pria terhadap keluarganya adalah mengarahkan, melindungi, dan memperbaiki; memelihara, menghargai, menegur; menjadi nabi, imam, dan raja. ... Seorang pria bisa saja sukses dalam mengelola usahanya, namun gagal menjadi perantara Allah bagi keluarganya (hal 130,131).
Ini juga ajaran sesat!
a)   Kristus memang adalah nabi, imam, dan raja, tetapi atas dasar apa mengatakan bahwa para ayah juga dipanggil untuk melakukan tugas / jabatan Kristus itu? Mengapa tidak sekalian mengharuskan para ayah menjadi Juruselamat / Penebus dosa keluarga?
b)   Jaman Perjanjian Baru, setelah kematian Kristus, tirai Bait Allah sobek, menunjukkan penghapusan seluruh Bait Allah dengan semua korban, upacara, dan juga imam! Jadi, tidak mungkin bisa ada imam, dan mengatakan bahwa ayah adalah imam dalam keluarga, merupakan ajaran sesat!

“Dari nada bicaranya saya segera dapat merasakan bahwa Allah sendiri yang telah mengilhaminya untuk berbicara demikian” (hal 134).
Ini lagi-lagi sesat. Kalau ada ilham, maka apa yang dikatakan orang itu harus jadi Alkitab jilid 2! Dan dari mana / bagaimana Edwin Louis Cole bisa ‘merasakan’ ilham itu???? Penulis-penulis Alkitab sendiri belum tentu merasakan kalau Allah mengilhaminya dalam menuliskan Alkitab.

“Pengajarannya tentang ‘Sembilan Prinsip Syafaat’ itulah yang mengubah kehidupan pernikahan saya dan Nancy. ... Kami menerima tantangan tersebut dan mulai mempraktekkan sembilan langkah dalam bersyafaat yang diajarkan Joy. Hasilnya sungguh luar biasa” (hal 134).
Kalau begitu seluruh sisa Alkitab yang begitu banyak dibuang saja. Toh yang sembilan langkah sudah cukup!

“Bertahun-tahun kemudian, Tuhan kembali menyampaikan firmanNya secara khusus kepada saya. Ketika itu saya sedang berpuasa dan seperti biasa, pagi itu saya juga berjalan-jalan menyusuri pantai seorang diri di tengah-tengah udara yang masih terasa begitu dingin dan berkabut. Saya kemudian berseru kepada Allah dan RohNya menyampaikan kelima ‘firman’ ini kepada roh saya:
‘Kuduskanlah dirimu.’
‘Beritakanlah Firman Tuhan.’
‘Jangan ragu akan apapun.’
‘Gunakanlah emas, namun jangan jamah kemuliaannya.’
‘Naikkanlah doa yang terdapat dalam Kisah Rasul 4:24.’” (hal 135).

Orang ini memang sinting dan sesat. Bandingkan dengan kata-kata 2 orang di bawah ini.

Dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’, hal 138, Victor Budgen mengutip kata-kata John Owen, seorang ahli theologia Reformed yang hidup pada tahun 1616-1683. John Owen berkata sebagai berikut tentang ‘revelations’ (= wahyu):
“They are of two sorts - objective and subjective. Those of the former sort, whether they contain doctrines contrary unto that of Scripture, or additional thereunto, or seemingly confirmato­ry thereof, they are universally to be rejected, the former being absolutely false, the latter useless. ... By subjective revelations, nothing is intended but that work of spiritual illumination whereby we are enabled to discern and understand the mind of God in the Scripture; which the apostle prays for in the behalf of believers (Eph 1:16-19) ...” [= Mereka (Wahyu-wahyu) terdiri dari 2 macam - obyektif dan subyektif. Yang tergolong jenis pertama (wahyu obyektif), apakah itu berisikan ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci, atau ajaran yang ditambahkan pada Kitab Suci, atau ajaran yang kelihatannya meneguhkan Kitab Suci, harus ditolak secara universal, yang pertama karena palsu, yang terakhir karena tidak berguna. ... Yang dimaksud dengan wahyu subyektif tidak lain adalah pekerjaan pencerahan rohani dengan mana kita dimampukan untuk melihat dan mengerti pikiran Allah dalam Kitab Suci; yang untuknya sang rasul berdoa demi orang percaya (Ef 1:16-19) ...].

Lalu dalam buku yang sama, hal 183, Victor Budgen mengutip lagi dari Charles Haddon Spurgeon (1834-1892) sebagai berikut:
“Every now and then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or some lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always fools ready to follow any impostor” (= Sesekali muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan mengoceh; atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya, dan selalu ada orang-orang tolol yang siap untuk mengikuti seadanya penipu).

“Dalam waktu dua puluh empat jam kemudian saya segera mengundurkan diri dari tugas penggembalaan di gereja dan dari semua jabatan organisasi yang saya pegang. Empat puluh delapan jam kemudian, di garasi rumah saya, saya memulai tugas pelayanan saya yang baru. Mulai saat itu saya menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu yang khusus melayani kaum pria” (hal 135).
Apakah ini pria yang bertanggung jawab? Membuang pelayanan dalam 24 jam pasti mengacaukan gereja! Dan itu datang dari Tuhan?


“Tiba-tiba anak perempuan kami, Joann, berkata: ‘Pa, tahukah Papa kalau dosa seksual akan merupakan masalah yang melanda gereja pada dasa warsa delapan puluhan nanti? Pada akhir minggu pertama bulan Februari 1980 dalam sebuah retreat kaum pria di Oregon, saya mengutarakan hal itu. Saat itu saya tidak menyadari nubuat yang terkandung dalam pernyataan tersebut” (hal 135,136).
Anaknya bernubuat!!!

Roh kita selanjutnya juga akan bersaksi kepada Allah dan kepada orang lain” (hal 137).

“Itu sebabnya kita harus memperhatikan perkataan para nabi” (hal 137).
Nabi Perjanjian Lama atau nabi jaman sekarang??? Kelihatannya ia percaya jaman sekarang masih ada nabi.

“nasihat Gamaliel yang berasal dari Allah ...” (hal 137).

“Allah memberikan kodrat baru kepada kita (2 Petrus 1:4)” (hal 137).

“Anda harus dapat menjadi wahyu Allah yang dinyatakan bagi orang-orang tersebut. Sebagaimana dahulu Yesus menjadi wahyu Allah yang dinyatakan di atas bumi, demikian pula kaum pria harus berdiri mewakili Kristus dan menjadi wahyu Allah bagi sesamanya” (hal 138).

“Pola kerja Allah secara garis besar adalah sebagai berikut: Allah menyampaikan suatu firman, memberi firman tersebut wujud berupa suatu ‘tubuh’, dan menyembuhkan seluruh dunia.
·         Pola tersebut terlihat nyata dalam kehidupan Yesus. Yesus datang sebagai ‘Firman’, Dia datang dalam wujud tubuh manusia (yang terdiri dari darah dan daging, dan menyampaikan kabar anugerah serta penebusan yang membawa kesembuhan bagi dunia.
·         Allah menyampaikan berita Injil kepada para murid, yang kemudian menjadi tubuh Kristus, dan selanjutnya mereka membawa kesembuhan bagi seluruh dunia” (hal 138-139).

“Martin Luther. ... Orang-orang yang mempercayai firman tersebut dan mengikuti Luther kemudian disebut sebagai ‘kaum Lutheran’, ...” (hal 139).
Orang ini tak mengerti sejarah!

Baik Luther, Wesley, Holiness movement, gerakan Pentakosta, maupun gerakan Kharismatik, semua berasal dari Allah! (hal 139). Bagaimana mungkin? Padahal mereka semua bertentangan satu sama lain?

Hal 140-148 - istilah ‘wahyu’ maupun ‘inspirasi’ digunakan dalam arti yang ngawur!
Hal 141,142,143,145,146,147,148 - istilah-istilah ‘wahyu yang baru’ dan ‘inspirasi yang baru’.

“Dalam hubungan antar manusia, formalitas menjadi pertanda adanya jarak dalam hubungan tersebut, sebab dalam hubungan yang intim tidak terdapat lagi bentuk-bentuk formalitas. Jadi, semakin formal bentuk penyembahan yang dilakukan, semakin jauh pula jarak antara si penyembah dengan wahyu yang mula-mula diterimanya” (hal 141).
Ini sinting! Kalau Allah sendiri memberi peraturan-peraturan tentang penyembahan, dan itu kita turuti, maka itu bukan formalitas. Kelihatannya ia menyerang liturgi kebaktian dari protestan yang memang lebih formil dari dalam gereja Kharismatik.
Di samping, hubungan antar manusia, yang memang setingkat, tak bisa dianalogikan dengan hubungan antara manusia dengan Penciptanya!!!

“Apabila orang menolak wahyu yang baru, maka ia akan terjerumus ke dalam proses kristalisasi. Padahal, Tuhan adalah Allah yang tidak mengenal kemandekan. Dia terus menerus menyatakan diriNya untuk memulihkan segala sesuatu sebelum kedatangan Kristus yang keduakalinya” (hal 142-143).
Jadi, tak ada henti-hentinya Ia memberi wahyu? Lalu mengapa tak keluar Alkitab jilid 2,3 dst?

“... semuanya itu hendaknya tidak membuat manusia lupa untuk kembali kepada Allah guna mendapatkan lagi wahyu yang baru. Bangsa Israel harus mengumpulkan manna segar setiap hari (Keluaran 16:16-21) sebab jika lewat dari satu hari, manna itu akan membusuk. Kalau kita berusaha memuaskan diri dengan wahyu mula-mula saja dan tidak berusaha mencari wahyu baru dari Allah, kita akan mengalami kemerosotan dan menjadi orang yang ‘setengah-setengah’ saya atau bahkan ke tingkat yang lebih rendah lagi” (hal 148-149).
Ini lagi-lagi alegori yang ngawur. Kalau manna diartikan wahyu, maka pada hari Sabat mereka tidak mendapat wahyu, karena Tuhan tak beri manna pada hari Sabat!

“Kemudian dengan mengandalkan pengalaman tersebut, mereka menyerbu kota Ai, namun ternyata justru mengalami kekalahan hebat (Yosua 6-7). Penyebabnya adalah: mereka merasa sudah kuat sehingga lupa berdoa” (hal 149).
Ini ngawur. Mereka kalah karena pencurian yang dilakukan oleh Akhan!!! Ini dinyatakan secara explicit dalam Yos 7:10-12 - “(10) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: ‘Bangunlah! Mengapa engkau sujud demikian? (11) Orang Israel telah berbuat dosa, mereka melanggar perjanjianKu yang Kuperintahkan kepada mereka, mereka mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu, mereka mencurinya, mereka menyembunyikannya dan mereka menaruhnya di antara barang-barangnya. (12) Sebab itu orang Israel tidak dapat bertahan menghadapi musuhnya. Mereka membelakangi musuhnya, sebab mereka itupun dikhususkan untuk ditumpas. Aku tidak akan menyertai kamu lagi jika barang-barang yang dikhususkan itu tidak kamu punahkan dari tengah-tengahmu.


“‘Percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai (bahasa Inggris: setia) yang juga cakap mengajar orang lain’ (2 Timotius 2:2). Ini adalah suatu prinsip pemuridan yang terdapat dalam Alkitab. Namun, manusia secara salah telah memutarbalikkan prinsip itu menjadi: ‘Percayakanlah kepada orang yang cakap yang nantinya akan setia.’ Padahal, yang diandalkan oleh Allah adalah karakter, bukan talenta” (hal 153).
Lagi-lagi ngawur! Memang karakter penting tetapi talenta (atau lebih tepat ‘karunia’) juga penting. Kata-kata ‘cakap mengajar orang lain’ dalam 2Tim 2:2b jelas menunjuk pada ‘karunia’!
Dan DR Edwin Louis Cole mengatakan dalam buku ini (hal 213) sebagai berikut: “Beberapa tahun yang lalu saya berkesempatan untuk bergabung dengan suatu kelompok pelayanan radio Kristen. Sewaktu pertama kali dimulai, orang-orang yang berminat dan ikut bergabung dengan pelayanan itu adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah, namun sangat kurang keahliannya dalam bidang media komunikasi baik secara tehnis maupun teoritis. Mereka adalah orang-orang rohani yang tekun berdoa, baik, penuh iman, dan sangat bergairah untuk bekerja secara sukarela. Namun, ketika sudah semakin berkembang, pelayanan itu membutuhkan ketrampilan dan kemampuan untuk berproduksi, bukan hanya kemampuan untuk berdoa. Pada saat itulah timbul suatu bahaya karena selama beberapa waktu, seiring dengan semakin berkembangnya pelayanan itu, ketekunan berdoa tersebut belum juga digantikan dengan kemampuan untuk berproduksi. Padahal sesungguhnya diperlukan suatu keseimbangan dalam hal ini.

“Yesus juga mengatakan, ‘Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?’ (Lukas 16:12)” (hal 157).

Luk 16:12 - “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”.
Dalam ayat ini ada 2 istilah yaitu ‘harta orang lain’ (yang menunjuk pada uang / harta yang ada pada kita) dan ‘hartamu sendiri’ (yang menunjuk pada harta surgawi).

Tetapi penerapan yang diberikan oleh DR Edwin Louis Cole terhadap ayat ini dalam hal 157-160 kacau balau.

“Nehemia bersikap loyal terhadap visi untuk membangun kembali tembok dan Bait Suci di Yerusalem ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan. Ia membangun Bait Suci itu dengan mempertaruhkan nyawanya; dengan satu tangannya memegang peralatan dan tangan yang lain memegang senjata. Meskipun bait itu kemudian dikenal sebagai Bait Zerubabel, namun penghargaan tetap diberikan kepada Nehemia dan orang-orang yang setia menyertainya” (hal 161).
Dia ngawur saja: Nehemia tidak membangun Bait Suci, tetapi hanya tembok Yerusalem!

“‘Kebocoran’ ini disebabkan oleh orang-orang yang menyebarluaskan hal-hal yang seharusnya mereka jaga kerahasiaannya” (hal 162).
DR Edwin Louis Cole menekankan keharusan menjaga rahasia, tetapi kelihatannya orang-orang dalam pria sejati tidak demikian!

“Nabi Natan menegur Raja Daud dengan mengatakan bahwa perzinaannya dengan Batsyeba merupakan penghujatan bagi nama Yehova” (hal 163).
Ini salah.
ITB 2 Samuel 12:9 Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
KJV 2 Samuel 12:9 Wherefore hast thou despised the commandment of the LORD, to do evil in his sight? thou hast killed Uriah the Hittite with the sword, and hast taken his wife to be thy wife, and hast slain him with the sword of the children of Ammon.
RSV 2 Samuel 12:9 Why have you despised the word of the LORD, to do what is evil in his sight? You have smitten Uriah the Hittite with the sword, and have taken his wife to be your wife, and have slain him with the sword of the Ammonites.
NIV 2 Samuel 12:9 Why did you despise the word of the LORD by doing what is evil in his eyes? You struck down Uriah the Hittite with the sword and took his wife to be your own. You killed him with the sword of the Ammonites.
NASB 2 Samuel 12:9 'Why have you despised the word of the LORD by doing evil in His sight? You have struck down Uriah the Hittite with the sword, have taken his wife to be your wife, and have killed him with the sword of the sons of Ammon.

“Pendurhakaan bukanlah pekerjaan Iblis seperti anggapan sejumlah orang, melainkan perbuatan manusia yang tabiatnya lepas dari kendali Roh Kudus” (hal 164).
Iblis jelas ikut campur dalam semua dosa. Sekarang bandingkan dengan ceritanya di bawah ini.
“Dalam sebuah pertemuan hamba-hamba Tuhan di New York, saya berbicara tentang dosa pendurhakaan ini serta sifat dan akibatnya yang mengerikan. Sewaktu pertemuan itu berakhir, seorang pria datang mendekat, merangkul saya, lalu menangis sambil berbisik, ‘Saya tidak mengetahuinya.’ Setelah tenang kembali, ia pun menceritakan rahasianya. ‘Sekitar sepuluh bulan yang lalu, seorang saudara seiman dari gereja yang biasa saya kunjungi dulu menelpon saya dan bertanya apakah saya mau bekerja sama dengannya dalam gereja baru yang dirintisnya.’ ‘Ia adalah seorang wakil gembala sewaktu saya pertama kali mengenalnya, dan hubungan kami cukuplah akrab, maka saya pun mengatakan, saya akan datang dan membantu. Sekitar empat bulan yang lalu saya melihat adanya perubahan dalam diri anak-anak perempuan saya dan tiga bulan yang lalu saya merasakan mereka mulai sering memberontak. Sebelumnya mereka tidak pernah bersikap seperti itu, dan saya tidak bisa memperkirakan penyebabnya.’ ‘Kemudian, seminggu yang lalu istri saya mulai menyinggung tentang perceraian, padahal selama ini saya sudah berusaha semampu saya untuk menjadi suami, ayah, dan anggota gereja yang baik, tetapi ternyata hidup saya malah hancur berantakan. Hari ini, sewaktu saya mendengar Anda berbicara tentang pendurhakaan, saya benar-benar tertempelak. Gembala yang saya bantu itu sebenarnya merintis jemaatnya dengan mengumpulkan ‘pecahan’ dari jemaat tempat ia semula menjadi wakil gembala.’ ‘Waktu itu saya tidak memandangnya sebagai masalah yang penting karena kejadian seperti itu seringkali kita jumpai. Namun, sekarang saya menyadari bahwa ia menyimpan roh pendurhakaan sewaktu meninggalkan gerejanya yang semula itu. Maka, ketika saya membawa keluarga saya ke dalam jemaat itu, mereka pun terpengaruh oleh rohnya, dan sikap memberontaknya itu pun merasuk ke dalam hati keluarga saya.’ Setelah saya menyampaikan kisah pria itu, ada orang lain yang menulis, ‘Saya menulis kepada Anda karena selama empat tahun yang terasa amat panjang ini saya telah mencari-cari jawaban atas suatu persoalan. Pada tahun 1987 saya berhenti dari tugas penggembalaan saya karena istri dan keluarga saya tidak tahan lagi. Setelah kami pergi kami mendapati bahwa kami telah membawa sekelompok orang, beserta dengan wakil gembala mereka yang memisahkan diri dari jemaat lain.’ ‘Saya akhirnya bersedia menggembalakan mereka, namun berbagai persoalan mulai muncul di rumah kami. Anak perempuan saya berpisah dengan suaminya, anak lelaki tertua saya memiliki masalah dengan istrinya. Kehidupan saya sedemikian merosotnya. Saya lalu meninggalkan gereja dan pelayanan dengan perasaan gagal dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang telah terjadi pada diri saya.’ ‘Hari ini ketika saya mendengar Anda menceritakan tentang pria di New York yang menderita akibat roh pendurhakaan dalam diri gembala yang diikutinya itu, saya sadar bahwa saya juga mengalami hal yang sama. Saya telah menghimpun orang-orang yang memberontak dan, bukannya saya berhasil menolong mereka, justru mereka hampir menghancurkan saya.’ ‘Hari ini saya bertobat, mengampuni mereka dan wakil gembala yang telah menjerumuskan saya ke dalam kekacauan ini, dan berdoa bersama istri saya ... Sekarang saya tidak sabar lagi untuk segera melayani anggota keluarga saya yang lain. Terima kasih.’” (hal 167-169).
Ini kegilaan! Dan mengapa ia sekarang mengatakan ‘roh pendurhakaan’? Jadi setan ikut campur, bukan?
Lalu dalam hal 169 DR Edwin Louis Cole mengatakan “Kalau Anda telah menjadi korban pendurhakaan, terlibat di dalamnya, dan tercemari olehnya, maka dalam nama Allah, usirlah roh itu dari kehidupan Anda!”.
Usir dalam nama Allah??? ‘Usirlah roh itu’???

“Yesus mengatakan, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup’ (Yohanes 14:6). Kebenaran merupakan titik tumpu bagi jalan dan juga kehidupan. ‘Jalan’ adalah arah kita dalam kehidupan ini, ‘kebenaran’ adalah dasar moral dan intelektual untuk kehidupan, sedangkan ‘kehidupan’ adalah buah hubungan kita dengan Yesus. Semakin banyak kita mendasarkan kehidupan ini kepada kebenaran, akan semakin baik jalan kita dan semakin luar biasa pula kehidupan kita (hal 172).
Rasanya bau ajaran Kharismatik / theologia kemakmuran.

“Istri dan keluarga harus lebih didahulukan daripada bisnis, pelayanan, atau karier. Sedangkan Allah harus didahulukan daripada istri dan keluarga” (hal 184).
Memang Allah dan pelayanan tak bisa diidentikkan, tetapi kalau pelayanan itu memang diperintahkan oleh Allah, maka pelayanan itu harus diutamakan dari keluarga!
Bdk. Mat 10:37  Mat 19:27-29  Kej 12:1  Kej 22:1-12.

“Peganglah kebenaran erat-erat, bukan sebagai milik Anda, melainkan sebagai juruselamat, tuan, dan gembala Anda. Kebenaran adalah perisai dan kekuatan Anda. Kebenaran adalah salah satu ‘perlengkapan senjata Allah’ untuk melawan ‘bapa segala dusta’. Hanya kebenaran yang dapat mengalahkan dusta. Kebenaran adalah alat untuk bertahan dan sekaligus menyerang dalam setiap pertempuran yang harus kita hadapi. Kebenaran membela dirinya sendiri, dan kebenaran itu kekal. Orang berusaha membunuh Kebenaran dengan cara menyalibkanNya, namun Kebenaran bangkit kembali pada hari ketiga, dan Kebenaran itu tetap hidup selamanya!” (hal 185).
Orang ini mengacaubalaukan kebenaran dalam arti ‘truth’ (Yunani: ALETHEIA), misalnya dalam Yoh 14:6 dan Yoh 17:17, dan ‘righteousness’ (Yunani: DIKAIOSUNE), misalnya dalam Ef 6:14.
Kalau ia mengatakan kebenaran itu sebagai salah satu perlengkapan senjata Allah, ia pasti memaksudkan Ef 6:14, tetapi kalau ini yang dimaksudkan, ini bukan senjata untuk menyerang atau bertahan. Untuk itu Firman Tuhan yang cocok. Kebenaran dalam Ef 6:14 itu adalah kebenaran yang kita dapatkan pada saat percaya kepada Kristus.

“Sedangkan lawan dari kasih adalah hawa nafsu” (hal 189).

“Suatu hari Yesus berhadapan dengan roh najis di rumah ibadah” (hal 192).
Ayat yang ia pakai Luk 4:34 dan Mat 8:29. Dari mana ia dapat istilah ‘roh najis’?

“Pendurhakaan itu pada mulanya terjadi di sorga, yaitu sewaktu iblis yang saat itu disebut Lucifer, tidak lagi bersedia memimpin penyembahan bagi Allah, melainkan ingin dirinya sendiri yang disembah. Dengan penuh keangkuhan ia memimpin pemberontakan untuk mendurhakai Allah sehingga kemudian ia diusir keluar dari sorga dan ditempatkan di suatu kawasan bernama neraka yang disediakan Allah bagi semua orang yang memberontak terhadap Allah. Pada mulanya neraka diciptakan bagi iblis dan para malaikat yang jatuh bersamanya. Namun ketika iblis merenggut kedudukan Allah dalam kehidupan manusia di Taman Eden, neraka kemudian dipakai juga untuk menampung semua orang yang mengikuti pola perbuatan iblis yang bersifat merusak dan mendatangkan maut itu. Sejak Adam yang pertama kehilangan hubungannya dengan Allah, Allah merasa perlu mengutus Adam yang lain untuk menebus umat manusia ...” (hal 208).
Lucifer???
Allah berubah rencana?

“Allah adalah Pencipta; iblis adalah pemalsu. Iblis memalsukan segala sesuatu yang diciptakan Allah. Misalnya, ruangan bar ia pakai untuk memalsukan gereja dan penjaga bar seakan-akan berfungsi sebagai gembala; orang-orang datang ke bar untuk bersekutu, menerima nasihat, dan dipenuhi dengan berbagai macam minuman keras (Dalam bahasa Inggris dipakai satu kata yang sama untuk menyebut minuman keras dan roh, yaitu kata spirits, Red.) Itulah gereja palsu!” (hal 209-210).
Dalam bahasa Inggris seperti itu, tetapi tidak dalam bahasa Ibrani dan Yunani.
Kalau iblis memalsukan gereja dengan sebuah bar, itu tolol sekali!

“Sebagai contoh, ada suatu prinsip yang mengatakan bahwa doa membuahkan keintiman. Salah satu penyimpangan yang dilakukan iblis sehubungan dengan prinsip ini adalah menjanjikan keintiman melalui pornografi dan bukan doa” (hal 210).
Lagi-lagi suatu pemalsuan yang tolol!


“Bukan hanya doa yang dipandang penting oleh Yesus, melainkan juga perbuatan atau usaha untuk menghasilkan sesuatu. Pada dasarnya Yesus mengatakan, ‘Jika tidak ada usaha, tebang saja’ (Lukas 13:9)” (hal 213).
Lukas 13:9 itu bicara tentang buah!!!

“Allah memerintahkan manusia untuk menyenangkan hatiNya, dan selanjutnya Dia akan membereskan hubungan manusia itu dengan sesamanya (Amsal 16:7). Orang yang berusaha menyenangkan hati Allah umumnya juga akan disenangi oleh orang lain. Semakin dekat seseorang dengan Allah, akan semakin besar pula kasihnya kepada sesamanya” (hal 216).
Ini omong kosong. Ayat dalam Amsal tak bisa diartikan secara mutlak. Yang sering terjadi, justru adalah sebaliknya. Orang yang menyenangkan hati Allah sering dimusuhi oleh dunia! Baik Yesus, Paulus dsb banyak musuhnya. Kalau tidak demikian, dimana peranan setan?
Baca Yoh 16:1-4a  Yoh 15:18-21  Yoh 17:14  Luk 6:22-23.

“Orang yang hanya memperhatikan hal-hal yang ada di luar saja tentu akan mengutamakan talenta dan memusatkan dirinya pada perbuatan yang terlihat oleh mata. Tetapi Allah melihat hati (1Samuel 16:7), mengutamakan karakter, dan menghargai nilai suatu perbuatan. Ingatlah, Abraham memasang kemahnya, namun membangun mezbahnya (Kejadian 13:4). Manusia lebih sering memasang mezbah dan membangun kemahnya. Dengan cara begitu ia telah menciptakan masalah bagi dirinya sendiri. Perbuatan semacam itu tentu menghasilkan nilai yang berbeda. Anda boleh saja memasang kepribadian, namun tetap harus membangun karakter. Allah menghendaki agar di dalam gereja dibangun pilar-pilar kokoh untuk menyokong pekerjaan gereja, bukan sekedar pasak-pasak yang dipancangkan. Ketika muncul tekanan dalam gereja, orang-orang yang berdiri sebagai pilar itu akan menjaga stabilitas gereja. Bila orang-orang itu hanya berfungsi sebagai pasak, mereka akan runtuh karena tidak kuat menahan beban tanggung jawab yang harus mereka pikul. Prinsip-prinsip bersifat tetap, sedangkan kepribadian bersifat seketika. Kepribadian yang ‘dipasang’ dapat diubah dalam sekejap, sedangkan karakter yang dibangun berdasarkan prinsip akan tetap berdiri teguh. Apabila hal yang internal bersifat ilahi, maka hal yang eksternal akan memancarkan keilahiannya itu” (hal 218).
Penafsiran alegoris yang kacau balau.

“Kita harus percaya bahwa Allah bekerja untuk mendatangkan hal-hal yang terbaik bagi kita dan bahwa Dia selalu menepati janjiNya” (hal 219).
Ro 8:28 mengatakan ‘baik’ bukan ‘terbaik’.

“Ada perbedaan yang sangat besar antara Madonna dan Ibu Teresa. Tenar merupakan istilah yang tepat untuk Madona, sedangkan kata Besar layak disandang oleh Ibu Teresa” (hal 226).
Orang ini tak bisa lihat kesesatan dari Ibu Teresa yang adalah orang Katolik!

“Pada bab terdahulu kita telah berbicara tentang Hawa yang menyerah pada tiga pencobaan dasar yang disebut ‘dosa asal’. Sekarang kita akan melihat peranan Adam dalam hal ini. Allah secara langsung memerintahkan Adam untuk tidak menyentuh buah pohon pengetahuan yang ada di tengah Taman Eden” (hal 226).
Hawa tak ada urusannya dengan dosa asal! Allah melarang untuk memakan, bukan menyentuh!

“Selanjutnya ketika Adam dan Hawa mendengar suara Allah memanggil mereka di Taman Eden untuk bersekutu denganNya, mereka pun bersembunyi. Ketika Allah bertanya kepada Adam, ia mengakui bahwa ia bersembunyi karena merasa bersalah dan ketakutan. Pertanyaan Allah selanjutnya adalah apakah Adam telah melanggar perintahNya dan memakan buah itu” (hal 226).
Ia ngawur saja dalam menceritakan. Adam tak pernah akui bersalah! Dan kalau Adam sudah mengaku bersalah, mengapa kemudian ditanya lagi tentang apakah ia sudah makan buah itu??

“Allah menghendaki Adam benar-benar menjadi seorang pria. Oleh karena itulah Dia mengajukan pertanyaan berikut ini kepada Adam, ‘Jawab pertanyaan ini: Engkau memakannya atau tidak?’ Namun, Adam ternyata menjawabnya demikian, ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’ Adam telah gagal dalam menghadapi ujian jati diri pria yang diajukan Allah. ... Jawaban Adam tersebut menentukan jalan kehidupan seluruh kaum pria sejak saat itu” (hal 227).

“Beberapa ahli Alkitab berpendapat bahwa Adam diusir dari Taman Eden bukan karena ia berbuat dosa, melainkan karena ia menolak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Alasan para ahli itu adalah karena Allah tentu akan mengampuni Adam kalau saja ia mau mengakui dosanya, bertobat, dan meminta ampun dengan hati yang tulus. Tetapi, Adam tidak berbuat demikian sehingga Allah tidak dapat membiarkannya tetap tinggal di Taman Eden” (hal 227).
Ini theologia gila dari orang yang kacau theologianya! Apakah Allah bisa mengampuni tanpa penebusan???

“Dakwaan Adam terhadap Allah yang bertujuan untuk membenarkan dirinya sendiri itu menunjukkan kerja sama Adam dengan iblis yang disebut sebagai pendakwa saudara-saudara (Wahyu 12:10). Dengan mendakwa Allah, itu berarti Adam telah menyangkal kemahakuasaan Allah. Kemahakuasaan Allah terletak pada hak mutlak yang dimilikiNya untuk menentukan apa yang benar dan yang salah bagi manusia ciptaanNya (hal 228).

Allah menciptakan Adam sebagai seorang anak. Allah juga memperlakukan Adam sebagai seorang anak. Namun, Adam kemudian jatuh ke dalam dosa. Akibatnya sifat Allah sebagai Bapa sorgawi baru dapat disingkapkan secara sempurna pada saat kedatangan Adam yang lain yang disebut ‘Anak tunggal’ Allah. Yesus sebagai ‘Adam yang akhir’ telah menyingkapkan kebenaran tentang Allah sebagai Bapa. Oleh karena kedudukannya sebagai Anak Allah, Yesus memampukan manusia menjadi anak-anak Allah, yaitu dengan cara manusia harus dilahirkan kembali oleh Roh Allah seperti yang telah dialami Yesus (hal 228).

Ada banyak kesalahan yang besar / kesesatan di sini:

a)   Siapa mengatakan Adam adalah anak Allah? Kalau ia memang anak Allah, ia tak akan dibuang! Kalau dalam Luk 3:38 Adam disebut ‘anak Allah’, itu dalam arti ‘ciptaan Allah’. Kata ‘Bapa’ bisa berarti Pencipta, dan kata ‘anak’ bisa berarti ‘yang dicipta’. Misalnya:
Ibr 12:9 - “Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?”.
Yoh 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.
Kata-kata ‘Bapa yang kekal’ oleh para penafsir dikatakan seharusnya adalah ‘bapa dari kekekalan’, dan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah pencipta / sumber dari kekekalan!

‘Bapa yang kekal’.
KJV/RSV/NIV: ‘everlasting Father’ (= Bapa yang kekal).
NASB: ‘eternal Father’ (= Bapa yang kekal).
Apa arti istilah ‘Bapa yang kekal’ ini?
Barnes’ Notes: “Literally, it is the Father of eternity” (= Secara hurufiah, ini adalah Bapa dari kekekalan) - hal 193.
Barnes’ Notes: “He is not merely represented as everlasting, but he is introduced, by a strong figure, as even ‘the Father of eternity’, as if even everlasting duration owed itself to his paternity” (= Ia tidak semata-mata digambarkan sebagai kekal, tetapi ia diperkenalkan dengan suatu penggambaran yang kuat bahkan sebagai ‘Bapa dari kekekalan’, seakan-akan bahkan kekekalan berhutang dirinya sendiri kepada kebapaannya) - hal 193.

Calvin mengartikan istilah ini sebagai ‘Bapa dari kekekalan’, dimana ‘Bapa’ diartikan author’ / ‘pencipta’ atau ‘sumber’.
Calvin: The name Father is put for Author, because Christ preserves the existence of his Church through all ages, and bestows immortality on the body and on the individual members. Hence we conclude how transitory our condition is, apart from him; for, granting that we were to live for a very long period after the ordinary manner of men, what after all will be the value of our long life? We ought, therefore, to elevate our minds to that blessed and everlasting life, which as yet we see not, but which we possess by hope and faith. (Romans 8:25.) (= ).

b)   Oleh karena kedudukannya sebagai Anak Allah, Yesus memampukan manusia menjadi anak-anak Allah.
Yesus memampukan manusia jadi anak-anak Allah bukan karena Ia adalah Anak Allah, tetapi karena Ia yang adalah Allah, sudah menjadi manusia, dan mati di salib untuk menebus dosa kita.

c)         “manusia harus dilahirkan kembali oleh Roh Allah seperti yang telah dialami Yesus.
Ini puncak dari kegilaan dan kesatan orang ini! Kalau Yesus dilahirkan kembali, berarti tadinya Ia mati dalam dosa, seperti kita!

“Begitu juga sikap Allah terhadap anak-anakNya. Ia mengharapkan kita menjadi pria yang bersedia memikul tanggung jawab. Adam adalah pria pertama yang tidak mau bertanggung jawab dan ternyata ia bukan pria yang terakhir yang berlaku demikian” (hal 229).

“Jati diri Daud sebagai pria sejati telah terbukti melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi krisis. ... Paulus mau menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan bagi setiap kaum pria yang percaya pada zamannya, dengan mengatakan, ‘Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus’ (1Korintus 11:1)” (hal 230).

“Jack King adalah perwakilan ladang misi bagi Christian Men’s Network. Kami sering bekerja, berdoa, mengadakan perjalanan, dan melayani bersama-sama ke seluruh dunia. Ia masuk ke dalam lembaga pelayanan ini dengan suatu kesaksian yang mengesankan. ‘Pembunuhan Bergaya Hukuman Mati’, bergitulah bunyi kepala berita di surat kabar ketika ayah Jack ditemukan terbunuh dengan luka tembakan di wajahnya. Selama bertahun-tahun kemudian Jack selalu menenteng pistol ke mana pun ia pergi dan sebagian besar waktunya dihabiskan untuk merencanakan pembalasan yang setimpal bagi orang yang telah membunuh ayahnya. Sebagai mantan sersan pelatih di Angkatan Darat Amerika Serikat, Jack memiliki tabiat yang keras dan kasar yang kini berubah menjadi kebencian yang mendalam terhadap si pembunuh dan kehausan untuk membalas dendam. Lebih buruk lagi, ia merasa tahu pasti orang yang membunuh ayahnya - seorang rekan bisnis ayahnya. Suatu hari Jack bertobat dan Yesus Kristus mengubah kehidupannya sehingga seketika itu juga ia terlepas dari kebenciannya yang mendarah daging itu. Namun, sekalipun ia sudah lahir baru, perasaan terluka akibat kematian ayahnya itu masih menggores di hatinya. Suatu malam dalam kebaktian di gereja, firman Allah seakan-akan berbicara secara langsung kepadanya bahwa kalau ia tidak mengampuni, Allah juga tidak akan mengampuninya. Pada saat itu juga ia berdoa dan meminta pengampunan Allah atas kebencian dan usaha pembunuhan yang pernah direncanakannya itu. Ia percaya Allah mendengar dan menjawab doanya, namun ia sama sekali belum siap sewaktu Allah langsung memberinya ujian. Beberapa malam kemudian istrinya memintanya pergi ke toko daging untuk membeli daging sapi. Ketika sedang mengendarai mobilnya menembus kegelapan malam, ia melihat sekumpulan orang banyak sedang menyaksikan kebakaran yang terjadi di seberang jalan. Setelah makin dekat, Jack segera mengenali daerah itu sebagai konpleks gudang tempat ia menemukan mayat ayahnya. Gudang itu sekarang dimiliki oleh pria yang diyakini Jack bertanggung jawab atas kematian ayahnya. Sambil menggumam, ‘Rasain kamu,’ Jack terus melanjutkan perjalanannya ke toko daging. Namun, ada ‘suara kecil’ dalam hatinya yang mengatakan bahwa ia perlu menemui pria itu dan meminta ampun kepadanya. Ketika meninggalkan toko dan bersiap pulang, suara itu masih tetap berbicara dan membuat Jack tiba-tiba berbelok ke jalan itu untuk mencari bekas musuhnya. Jack turun dari mobil tepat di tempat ayahnya ditemukan tewas. Ia lalu berjalan menyusuri gang yang gelap sambil mengamati keributan akibat kebakaran itu dan matanya sibuk mencari rekan bisnis ayahnya itu. Dalam kilasan lampu-lampu mobil pemadam kebakaran Jack melihat ada seseorang yang juga berdiri di gang yang gelap itu. Dengan menajamkan pandangan matanya menembus kegelapan dan gumpalan asap, Jack melihat bahwa itu adalah orang yang dicarinya. Dikumpulkannya segenap kekuatannya, lalu ia melangkah mendekati orang itu dan bertanya, ‘Anda kenal saya?’ ‘Rasanya saya kenal,’ jawab orang itu tercekat. ‘Saya Jack King.’ Meskipun keadaan di tempat itu cukup gelap, Jack dapat melihat wajah orang itu pucat pasi karena ketakutan. Belakangan Jack baru mengetahui bahwa orang itu mengira Jack telah sengaja membakar gudang itu dan kini hendak menuntaskan pembalasannya. ‘Allah telah mengubah kehidupan saya,’ kata Jack kepadanya ‘dan saya datang untuk meminta Anda mengampuni saya karena saya telah menuduh Anda membunuh ayah saya. Saya mau membereskan kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan sebelum bertobat. Salah satunya adalah meminta Anda mengampuni saya karena saya telah membenci Anda dan mengejar-ngejar Anda selama beberapa tahun belakangan ini. Juga karena saya pernah berusaha menghancurkan kehidupan Anda, keluarga Anda, dan kerier Anda.’ ‘Yah, baik,’ jawab orang itu. ‘Saya ingin Anda mengampuni saya atas semua kejahatan yang telah saya lakukan pada Anda,’ desak Jack. ‘Ampunilah saya.’ ‘Baiklah. Anda sudah saya ampuni,’ kata orang itu cepat-cepat. Jelas terlihat bahwa ia ingin percakapan itu segera berakhir saja. ‘Tidak,’ desak Jack dengan nada yang semakin tegas. ‘Saya ingin Anda benar-benar mengampuni saya, bukan sekadar dengan perkataan, namun juga dengan sikap yang nyata. Saya tidak mau lagi melukai Anda atau berniat buruk terhadap Anda. Saya ingin Anda tahu itu.’ Keduanya terdiam untuk sesaat lamanya. Akhirnya orang itu menarik napas dalam-dalam, kemudian dengan sikap mantap ia mengampuni Jack. Jack meraih tangan orang itu dan mereka bersalaman” (hal 231-233).

Jack belum menyakiti orang itu, dan Allah suruh ia minta ampun kepada orang itu? Menurut saya ini kegilaan. Lalu pembunuhan dibiarkan begitu saja? Di hal 234 DR Edwin Louis Cole mengutip Ro 12:19 (pembalasan adalah hakKu). Apakah ia tidak menyadari bahwa Allah juga yang mengangkat pemerintah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat? Ro 13:4.

“Jack bersukacita karena menyadari dirinya telah bertindak sebagai ‘pria sejati’. Sejak saat itu Jack King telah benar-benar berubah menjadi pria yang baru. ... Tetapi akhirnya ia menyadari bahwa kesediaan memikul tanggung jawab atas perbuatannya sendiri serta kerelaan untuk mengampuni orang lain membuatnya menemukan jati dirinya sebagai pria sejati yang tidak mungkin diperolehnya dengan cara lain” (hal 234).

“Dengan memiliki hikmat yang ilahi manusia akan memperoleh umur panjang, kekayaan, kehormatan, kebahagiaan, dan damai sejahtera (Amsal 3:16-17). Hikmat yang ilahi menyediakan segala kebutuhan manusia” (hal 236).
Theologia kemakmuran???? Perjanjian Lama beda dengan Perjanjian Baru!!

“Adam adalah manusia pertama yang diberi roh hikmat (hal 236).
Mana dasar Alkitabnya?

“Yang mula-mula diinginkan dalam kehidupan ini adalah masuk sorga, namun hal itu baru akan terlaksana di akhir kehidupan. Sebelum keinginan itu terlaksana, kita harus melakukan berbagai persiapan untuk menghadapinya. Mulai sekarang kita harus menyusun suatu rencana dan menjalani kehidupan ini sesuai dengan rencana tersebut agar keinginan mula-mula kita itu dapat tercapai” (hal 238).
Salvation by faith and works??????

Yeh 28:14-16 menunjuk pada kejatuhan iblis??? (Hal 239).

“Iblis adalah makhluk yang paling gila karena ia tidak henti-hentinya percaya bahwa dirinya sanggup mengalahkan Allah” (hal 239).
Mana dasar ayatnya????

“Selanjutnya hikmat Allah itu akan menjadi kunci untuk meraih kemenangan dalam hampir setiap bidang kehidupan ini” (hal 240).
Lagi-lagi bau theologia kemakmuran / Kharismatik.

“‘Ada orang yang mungkin kehilangan kesempatan oleh karena kebodohannya sendiri, tetapi ia menyalahkan Tuhan untuk itu’ (Amsal 19:3)” (hal 243).
Ini ayat dari mana???? Amsal 19:3 tak berbunyi seperti itu!
Amsal 19:3 - “Kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN”.

“Mereka semua, gembala dan jemaat, secara jasmani mulai menuai hasil kerja mereka, yaitu rasa percaya diri dan harga diri. Kedua hal tersebut merupakan hasil yang mereka peroleh setelah mereka melakukan rencana Allah dengan cara menjadi kreatif ” (hal 263).
Alkitab justru mengecam PD! Yak 4:13-17 dan banyak ayat-ayat Perjanjian Lama.

“Yesus mengajarkan perumpamaan tentang seorang Farisi yang berdoa di muka umum dengan membenarkan dirinya sendiri dan seorang pemungut cukai yang berdoa secara tersembunyi dengan merendahkan diri. Orang Farisi itu sebenarnya tidak memberikan apa pun dan lebih banyak membanggakan diri, sedangkan pemungut cukai itu tidak dapat membanggakan apa-apa dari dirinya sendiri dan hanya dapat memberikan dirinya sendiri (hal 266).
Perumpamaan ini hanya berurusan dengan orang yang sombong rohani / merasa diri benar (orang Farisi) dan orang yang sadar akan dosanya (pemungut cukai), dan sama sekali tak berurusan dengan menyerahkan diri sendiri atau tidak.

DR Edwin Louis Cole mendukung Robert Schuller, tokoh dari positive thinking! (Hal 267).

“Itulah sebabnya Yesus sering duduk di Bait Allah sambil memperhatikan orang-orang memberikan persembahannya. ‘Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.’ (Matius 6:21)” (hal 269).

“Pada minggu terakhir dari masa puasa selama empat puluh hari yang saya lakukan, saya merasa begitu peka terhadap Roh Allah. Pada saat itulah saya mendapat dorongan yang kuat untuk ..... Ketika akhirnya saya merenungkan kejadian itu, saya mendengar suara lembut Roh Kudus berbicara dalam hati dan pikiran saya dan menyampaikan perkataan Yesus” (hal 270).
Lalu ada dialog dia dan Roh Kudus (hal 271).

“Sejak saat itu saya tidak pernah mengkhawatirkan segala sumbangan yang saya berikan. Saya tidak mempersoalkan apa yang dilakukan orang dengan pemberian saya. Kadang-kadang berdasarkan dorongan yang paling lemah sekalipun saya bahkan memberi juga kepada orang-orang yang saya rasa tidak akan memperlakukan pemberian saya secara benar. Tetapi, bukankah mereka sendiri kelak yang harus bertanggung jawab kepada Allah atas sikap mereka terhadap uang itu, dan bukan saya?” (hal 271).
Ini bertentangan dengan Amsal 3:27-28. Ini juga suatu sikap tidak bertanggung jawab, dan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain! Ini juga merupakan pemberian yang merusak orang, dan karena itu bukan tindakan kasih!

“Penggelapan uang yang dilakukan beberapa pegawai bank tidak membuat saya berhenti menabung di bank. Sebagian uang pajak yang saya bayar mungkin menyelinap ke saku seseorang, namun demikian saya tetap membayar pajak. Dan, meskipun ada hamba Tuhan yang menggunakan pemberian umat Tuhan secara egois, untuk memuaskan hawa nafsu dan kepentingan mereka sendiri, saya tetap tidak akan berhenti memberi untuk Tuhan. Tanggung jawab saya kepada Allah tidak berdasarkan kepada hubungan orang lain dengan Dia. Meskipun demikian, bukan berarti saya sengaja memberi dengan tidak bertanggung jawab, tidak teratur, atau sembrono. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk selalu memberi dengan penuh tanggung jawab dan dengan murah hati agar menyenangkan hati Allah (hal 271).
Yang saya garis-bawahi kok bertentangan dengan kata-katanya di atas???

“Persepuluhan adalah ‘buah sulung’ dari penghasilan atau kekayaan seseorang, ...” (hal 271).

“Orang yang tidak memberi persepuluhan sama dengan orang yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Keduanya sama-sama tidak bertanggung jawab” (hal 272).

“Roh Kudus berbicara kepada saya, ...” (hal 274).

“Dia mengakui bahwa Dia hanya melakukan apa yang dilihatNya dilakukan oleh Bapa, dengan begitu Dia tidak merasa tertekan karena harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri. Dia ditopang oleh kekuatan sorgawi dalam segala hal yang dilakukanNya (Yohanes 5:19-20)” (hal 286).
Ini penafsiran ngawur dan sesat!

Setelah mengutip Mat 7:29 - “sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”, DR Edwin Louis Cole lalu berkata:
“Kuasa ini muncul dari pengenalanNya akan diriNya sendiri, tujuanNya dalam hidup ini dan dari identitas diri yang diterimaNya secara sempurna” (hal 286-287).
Apa dasarnya????

“Stres diperlukan untuk terjadinya pertumbuhan rohani (Yakobus 1:2-4)” (hal 287).
Yak 1:2-4 - “(2) Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. (4) Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun”.
Apakah pencobaan sama dengan stres???

“Stres membuahkan kasih yang semakin besar dalam diri orang-orang yang setia (Roma 5:3-5)” (hal 287).
Ro 5:3-5 - “(3) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, (4) dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. (5) Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.
Apa urusan text ini dengan stres?

“Stres menghasilkan kehidupan yang semakin kudus (1 Petrus 4:1)” (hal 288).
1Pet 4:1 - “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, - karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa -,”.
Stress tidak = penderitaan badani!

“Ujian mempersiapkan Anda untuk menghadapi pekerjaan yang lebih besar (Wahyu 3:12)” (hal 288).
Wah 3:12 - “Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci AllahKu, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama AllahKu, nama kota AllahKu, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari AllahKu, dan namaKu yang baru”.
Ayat ini tentang sorga, dan tak ada urusannya dengan stres. Tetapi DR Edwin Louis Cole menghapuskan kata ‘stres’ dalam kalimat ini, padahal di awal ia membicarakan ‘aspek positif dari stres’ (hal 287).

“Stres memperbesar kebutuhan akan doa (Filipi 4:6)” (hal 288).
Fil 4:6 - “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.
Ini juga tak bicara tentang stres.

“Stres timbul pada saat kita melawan iblis (1 Petrus 5:9)” (hal 288).
1Pet 5:9 - “Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama”.
Apa urusan ayat ini dengan stres? Dan apa aspek positif dari stres dari kalimat ini?

“Ujian harus dijalani untuk seperti memperoleh kemenangan (Yakobus 1:12; Roma 8:35-37)” (hal 288).
Yak 1:12 - “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”.
Ro 8:35-37 - “(35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (36) Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.’ (37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita”.
Lagi-lagi ia tidak bicara tentang stres tetapi tentang ujian / pencobaan. Ini 2 hal yang berbeda.

“Stres mendorong kita mencari Allah, dan dengan cara itu kita akan memuliakan Dia (1 Petrus 4:12-13)” (hal 288).

“Elia seharusnya belajar dari seorang nabi lain yang hidup berabad-abad kemudian. Nabi ini mengajarkan bahwa Allah tidak akan menyangkal umat-Nya dalam kelemahan mereka. ‘Tetapi sekalipun pada waktu kita ini demikian lemah sehingga tidak beriman, Ia tetap setia dan menolong kita, karena Ia tidak dapat menyangkal kita yang merupakan bagian dari diri-Nya sendiri dan janji-janji-Nya kepada kita akan selalu dilaksanakan-Nya’ (2 Timotius 2:13, Alkitab versi Firman Allah yang Hidup)” (hal 289).
DR Edwin Louis Cole mengambil terjemahan dari FAYH / LB yang justru kacau. Alkitab bahasa Inggris pada umumnya menggunakan kata ‘faithless’, yang di sini harus diartikan ‘tidak setia’, bukan ‘tidak beriman’, karena dikontraskan dengan sikap Allah yang ‘setia / faithful’. Dan bagian belakang dari ayat ini dalam FAYH / LB betul-betul kacau.

Ahitofel = jurubicara Allah??? (hal 294).

“Tidaklah mengherankan bila ada kuasa, kebebasan, kedamaian dan sukacita yang luar biasa dalam Salib! Yesus sendiri mengatakan, ‘Kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan’ (Matius 11:30). Pria yang mengenakan kuk penipuan, penggelapan, pencurian, kecanduan, kesia-siaan ataupun keangkuhan adalah pria yang menanggung beban yang amat berat. Pria yang mengenakan kuk kebenaran, kejujuran, kasih, pertobatan, dan iman menanggung beban yang ringan. Bandingkanlah kedua macam beban itu, dan hanya orang bodohlah yang tidak mau menukarkan belenggu penindasan dengan kemerdekaan” (hal 299).
Ini penerapan yang ngawur dari Mat 11:30 itu!

Segala sesuatu dalam hidup ini ada dalam kekuasaan pilihan kita, dan begitu suatu pilihan kita tentukan, kita akan menjadi hamba dari pilihan tersebut” (hal 302).
Bahkan memilih percaya Yesus atau tidak, tidak ada dalam kekuasaan kita! Yoh 6:44,65!

“Dalam kedamaian ada perhentian yang berasal dari Allah (Ibrani 4:9). Perhentian ini akan mengalahkan kekhawatiran yang ada” (hal 304).
Ibr 4:9 - “Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah”.
Ayat ini bicara tentang perhentian di surga!

“Dalam kedamaian ada perasaan telah menemukan sesuatu melalui Allah (Lukas 17:21). Ini akan mengakhiri pengembaraan jiwa kita” (hal 304).
Luk 17:21 - “juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.’”.
Betul-betul gila menggunakan ayat ini untuk pernyataannya! Sama sekali tak ada hubungannya.

“Allah tidak menciptakan kekacauan (1 Korintus 14:33). Dia justru menyediakan damai sejahtera melalui Yesus Kristus” (hal 304).
1Kor 14:33 berbicara tentang kekacauan dalam kebaktian / pertemuan ibadah, bukan kekacauan yang ia maksudkan di sini!

Setelah menceritakan hal-hal yang bagus tentang Winston Churchill, DR Edwin Louis Cole lalu berkata:
“Ketiga ciri di atas sebenarnya diteladani dari Yesus Kristus” (hal 308).

“Dia menyamakan diriNya sepenuhnya dengan Bapa (Yohanes 10:30)” (hal 308).
Satu dengan Bapa (Yoh 10:30), atau setara dengan Bapa (Yoh 5:18  Fil 2:6) berbeda dengan menyamakan diri sepenuhnya dengan Bapa. Yang terakhir ini menjadi ajaran Sabelianisme.
Catatan: Yoh 5:18 versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan. Seharusnya bukan ‘menyamakan diri’ tetapi ‘membuat diri setara’.

Kristus tidak hanya memiliki ketiga ciri yang dinamis ini, namun juga keenam syarat yang ditetapkan Allah bagi pemimpin sejati. Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus berdasarkan ilham Roh Kudus memberikan persyaratan bagi penilik jemaat yang sesungguhnya berlaku juga bagi setiap pemimpin di muka bumi ini. Dalam persyaratan itu disebutkan bahwa seorang pemimpin harus tidak bercacat (tidak tercela), suami dari satu istri, dapat menahan diri, ....” (hal 309).
Bagaimana Yesus bisa memiliki syarat ‘suami dari satu istri’???

Setelah menceritakan tentang seorang pria yang melayani Tuhan sampai mengorbankan keluarganya, dan menyebabkan kerusakan pada keluarganya, DR Edwin Louis Cole berkata:
“Gairah semacam itulah pula telah menyebabkan Musa membunuh seorang pria Mesir” (hal 310).
DR Edwin Louis Cole tahu-tahu tanpa ada gunanya nyelonong ke Musa, dan memberikan suatu pernyataan yang sama sekali tidak cocok

“Etika bukanlah sekedar mata kuliah bagi mahasiswa yang menekuni jurusan filsafat” (hal 311).
Saya tak mengerti apa hubungan etika dan filsafat!

“Kaum Saduki adalah orang yang gemar mengubah hal-hal yang mutlak menjadi bersifat relatif” (hal 312).
Aya iya? Apa dasarnya mengatakan hal ini?

“Keberanian moral merupakan suatu kebajikan dalam diri seorang pria, sedangkan kepengecutan moral akan menghancurkan sifat kepriaannya” (hal 312).
Tak berlaku untuk perempuan????

“Seorang pria bernama Hal pernah merasa begitu terancam oleh orang-orang di sekelilingnya. Ia sebenarnya bertanggung jawab untuk memimpin sekelompok besar kaum pria di kotanya dan harus banyak berurusan dengan orang-orang yang terkenal, kaya, berkuasa dan berprestise. Ia sendiri belum pernah mengalami keberhasilan semacam itu sehingga merasa rendah diri. Perasaan rendah dirinya itu semakin menjadi-jadi dan ia mulai meragukan kemampuannya sebagai seorang pemimpin. Kami bertiga, yaitu Hal, pendetanya, dan saya kemudian meluangkan waktu khusus untuk berdoa bersama-sama. Pada waktu berdoa, pendeta Hal itu mengucapkan kata-kata hikmat yang luar biasa dan akhirnya menjadi kata-kata kesembuhan bagi Hal. ‘Tuhan, ajarkanlah kepada Hal, bahwa ia tidak perlu menjadi sejajar dengan orang-orang yang dilayaninya itu,’ begitulah kata-kata hikmat dari pendeta itu. Kata-kata tersebut segera melepaskan Hal dari segala rasa takut dan rendah dirinya terhadap orang-orang yang dipimpinnya dan memberinya kepercayaan diri untuk melanjutkan kepemimpinannya itu. Masalah yang dialami Hal ini juga sering menimpa banyak gembala sidang yang dipanggil untuk menggembalakan orang-orang yang sukses dan terkemuka. Untuk mengatasinya, mereka tentu saja juga memerlukan kata-kata hikmat yang telah menyembuhkan penyakit rendah diri dari Hal itu” (hal 314).
Banyak kesalahan dalam kata-kata ini:
a)   Pendeta itu berdoa untuk Hal, tetapi kelihatannya bukan jawaban doa dari Tuhan yang menyembuhkan Hal, tetapi ‘kata-kata hikmat’ dari pendeta itu.
b)         DR Edwin Louis Cole mengatakan ‘kata-kata hikmat yang luar biasa’.
Bdk. 1Kor 2:1-5 - “(1) Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. (2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. (3) Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. (4) Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, (5) supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah”.
c)   Hal segera lepas dari rasa rendah diri. Ini tak masuk akal. Perubahan hidup / pengudusan biasanya berjalan sedikit demi sedikit. Karena itu digambarkan sebagai ‘buah’ (Gal 5:22-23), yang membesar dan matang secara bertahap.
d)   Setelah sembuh Hal menjadi percaya diri. Ini justru dikecam / dikutuk oleh Alkitab.
e)   Apa yang mujarab untuk Hal, diharuskan terjadi untuk orang-orang lain. Ini lagi-lagi salah, karena pengalaman seseorang, kecuali itu didukung oleh Alkitab, tidak harus menjadi pengalaman orang lain.
f)    Semua ini dinyatakan oleh DR Edwin Louis Cole tanpa dasar Alkitab. Ini ajaran yang hanya didasarkan pada pengalaman.

Setelah menceritakan tentang raja Asa yang tidak menghancurkan ‘bukit-bukit pengorbanan’ / tempat-tempat tinggi, yang akhirnya menimbulkan kembali penyembahan berhala, DR Edwin Louis Cole lalu mengalegorikannya sebagai berikut:
“‘Tempat-tempat tinggi’ dalam pikiran kaum pria adalah pikiran-pikiran yang tersembunyi, berupa benteng-benteng nostalgia, sentimen pribadi, dan khayalan-khayalan yang kadang-kadang dijadikan tempat menyepi untuk memuaskan hawa nafsu manusia mereka.” (hal 317).

“Biasakanlah membasuh pikiran Anda dengan air firman Allah (Efesus 5:26)” (hal 318).
ITB Ephesians 5:26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
KJV Ephesians 5:26 That he might sanctify and cleanse it with the washing of water by the word,
RSV Ephesians 5:26 that he might sanctify her, having cleansed her by the washing of water with the word,
NIV Ephesians 5:26 to make her holy, cleansing her by the washing with water through the word,
NASB Ephesians 5:26 so that He might sanctify her, having cleansed her by the washing of water with the word,
Catatan: kata Yunani yang digunakan adalah EN, yang memang bisa diterjemahkan macam-macam.
Saya sendiri menganggap ‘air’ di sini beda’ dengan ‘firman’. ‘Air’ menunjuk pada baptisan.
Dari pada menggunakan ayat yang meragukan artinya seperti ini, bukankah lebih baik menggunakan ayat-ayat seperti Yoh 15:3  Yoh 17:17????

“Pada tahun 1987 di Harare, Zimbabwe, tiga orang wanita menyampaikan ‘suatu perkataan dari Allah’ kepada saya. Pada mulanya seorang mantan inspektur polisi yang membantu mempersiapkan kebaktian kaum pria yang akan kami adakan di negeri itu suatu sore mengatakan kepada saya bahwa ada tiga wanita yang merasa yakin bahwa saya perlu mendengar perkataan mereka. Jadwal saya yang demikian ketat membuat saya tidak dapat bertemu langsung dengan mereka, sehingga inspektur polisi itu menjadi perantara yang menyampaikan pesan tersebut kepada saya. Sebelum menyampaikan pesan itu, sebagai seorang mantan pejabat milter, is terlebih dahulu membeberkan secara singkat latar belakang negaranya. Negara yang sebelumnya bernama Rhodesia ini dilanda bencana peperangan selama 14 tahun hingga akhirnya berganti nama menjadi Zimbabwe. Pada masa perang itu kaum pria Zimbabwe berjuang di medan tempur selama enam minggu penuh lalu selama enam minggu berikutnya berada di rumah untuk mencari nafkah dan kemudian kembali lagi ke medan perang. Dapat dibayangkan betapa besar ketegangan dan kecemasan yang dirasakan oleh para keluarga dan seluruh bangsa di negeri itu. Wanita-wanita saleh yang ada di negeri itu mulai bangkit dan melakukan doa syafaat bagi kaum pria dan negeri mereka. Seiriang dengan berlalunya waktu, mereka mulai menyadari bahwa diri mereka telah berperan sebagai ‘Ester’. Alkitab mencatat Ester abg ratu yang bersyafaat demi keselamatan bangsa dan negerinya dan memohonkan semuanya itu kepada raja yang merupakan suaminya sendiri. .... Kaum wanita Rhodesia yang berdoa bagi bangsanya itu menjadi yakin bahwa mereka bertindak demi bangsanya untuk menghadapi masa perang itu. Akhirnya perang itu pun selesai. Rhodesia berubah menajdi Zimbabwe. Kaum pria pun kembali ke keluarganya. Tetapi, kini muncul persoalan baru yang juga memerlukan perhatian dan doa syafaat mereka seperti yang mereka lakukan di masa perang. Di mata mereka, kaum pria itu telah berubah menjadi pasif, mudah berpuas diri, dan patah semangat. Para ‘Ester’ ini melihat bahwa di masa damai itu dibutuhkan juga doa syafaat yang sama banyaknya dengan yang dibutuhkan pada masa perang. Selama 7 tahun berikutnya mereka terus menaikkan doa syafaat tanpa berkeputusan. Suatu hari ketika sedang berdoa, ketiga wanita ini terkesan dengan sesuatu yang mereka yakini sebagai ‘firman’ yang ditujukan bagi kaum pria di negeri mereka. Mereka terus memelihara ‘firman’ itu dan ‘menanti saatnya’ yang tepat untuk menyampaikannya (Habakuk 2:3). Setahun kemudian mereka mendengar bahwa ‘kesempurnaan seorang pria itu sama dengan keserupaan dengan Kristus’. Ini adalah pengajaran yang kami sampaikan di negeri mereka. Setelah mendengar pengajaran itu, mereka yakin bahwa ‘firman’ yang mereka terima itu perlu disampaikan kepada saya dan lembaga pelayanan kami, Christian Men’s Network. ‘Firman’ yang mereka sampaikan itu begitu sederhana hingga hampir saya mengabaikannya. Namun, selang beberapa lama, ‘firman’ itu bertumbuh terus dalam roh saya dan saat ini saya merasa yakin bahwa ‘firman’ itu sesungguhnya berlaku bukan saja bagi kaum pria Zimbabwe, melainkan juga bagi seluruh pria yang hidup di dunia saat ini - khususnya kaum pria yang telah membiarkan wanita memegang tampuk kepemimpinan di gereja, rumah tangga, dan negara. Firman yang disampaikan ketiga wanita itu adalah ‘Dahulu adalah waktu bagi para Ester, namun kini adalah waktu bagi para Daniel’. Sungguh suatu firman yang penuh kuasa. Para Ester itu adalah kaum wanita yang harus menanggung beban dalam teriknya sengatan kehidupan ini dan harus memikul tanggung jawab yang ditinggalkan kaum pria ketika mereka pergi berperang, yang kemudian tidak mereka ambil alih kembali setelah perang usai. Para wanita Zimbabwe itu melihat bahwa keadaan itulah yang menimpa kehidupan bangsa mereka; tetapi saya melihatnya sebagai suatu masalah yang melanda kaum pria di seluruh dunia. Sudah tiba waktunya bagi kaum pria untuk mau memegang kepemimpinan rohani dan moral dalam keluarga, gereja, serta masyarakat. Kaum pria diharapkan menjadi para Daniel masa kini yang memimpin keluarga, gereja, dan negaranya. Ini merupakan panggilan dari Allah, bukan sekadar seruan kaum wanita” (hal 319-321).
Ini cerita yang konyol!
Juga ayat Habakuk itu tidak cocok.
Hab 2:3 - “Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh”.
Ini membicarakan penggenapan dari suatu penglihatan, bukan penyampaian dari ‘firman’ yang diterima seseorang kepada orang lain!

“Sifat dasar Allah adalah selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain, dan Dialah Juruselamat yang menjadi hamba bagi semua orang. Roh yang memampukan Yesus menjadi demikian itu juga bekerja di dalam diri kita untuk:
·         menciptakan hati seorang hamba” (hal 326).
Mat 10:24  Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya.
Mat 10:25  Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.
Mat 12:18  "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.
Mat 24:45  "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?
Mat 24:46  Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
Mat 24:48  Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:
Mat 24:49  Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk,
Mat 24:50  maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,
Mat 25:14 ¶ "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
Mat 25:16  Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
Mat 25:17  Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
Mat 25:18  Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
Mat 25:19  Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
Mat 25:20  Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
Mat 25:22  Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
Mat 25:24  Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
Mat 25:26  Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
Mat 25:30  Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
Yoh 13:16  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.
Yoh 15:20  Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.
Kis 3:13  Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan.
Kis 3:26  Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."
Kis 4:27  Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi,
Kis 4:30  Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus."
Kol 3:24  Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.

Tetapi bagaimana dengan ayat di bawah ini?
Fil 2:7  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Ini hanya menunjukkan perendahan yang Yesus alami pada waktu berinkarnasi. Allah menjadi manusia, Tuhan menjadi hamba. Tetapi hamba siapa? Tak pernah dikatakan Yesus menjadi hamba kita! Ia menjadi hamba Allah! Terhadap kita, Ia adalah Tuhan kita!
Yoh 13:13  Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.


“Nilai-nilai itu juga merupakan ciri-ciri yang harus ada pada seorang wanita sejati, karena nilai-nilai tersebut tidak terbatasi oleh jenis kelamin” (hal 326-327).

“Apa kaitan hal-hal di atas dengan pernikahan? Sederhana saja: Allah, Pria yang paling sempurna itu berkepentingan untuk membentuk para suami menjadi pria yang memiliki nilai-nilai kepriaan yang sejati” (hal 327).
Allah adalah seorang pria??????

“Kelemahlembutan adalah salah satu buah Roh, yang juga merupakan tanda kekuatan sejati seorang pria, dan sama sekali bukan tanda kelemahan. Seorang pria yang mengenal kekuatannya akan mampu bersikap lemah lembut. Semakin kuat seorang pria, semakin lemah lembutlah ia. Pria yang merasa tidak aman akan menutupi kekurangan mereka itu dengan bertindak kasar dan menyakiti orang lain. ... Raja Daud, yang memiliki catatan kemenangan perang yang gilang gemilang, kekayaan yang melimpah, dan nama baik, ketika berbicara mengenai hubunganNya dengan Allah mengatakan, ‘Kelemahlembutan-Mu membuat aku besar.’” (hal 328).
a)         Kata ‘lemah lembut’ artinya bukan demikian (dikontraskan dengan ‘kasar’).
b)         Ayat itu dikutip dari mana?
Ada 2 ayat yang memungkinkan, tetapi keduanya diterjemahkan secara berbeda-beda.

2Sam 22:36  Juga Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, dan kebaikan-Mu telah membuat aku besar.
KJV 2 Samuel 22:36 Thou hast also given me the shield of thy salvation: and thy gentleness hath made me great.
RSV 2 Samuel 22:36 Thou hast given me the shield of thy salvation, and thy help made me great.
NIV 2 Samuel 22:36 You give me your shield of victory; you stoop down to make me great.
NASB 2 Samuel 22:36 "You have also given me the shield of Your salvation, And Your help makes me great.

Maz 18:35  (18-36) Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, tangan kanan-Mu menyokong aku, kemurahan-Mu membuat aku besar.
KJV Psalm 18:35 Thou hast also given me the shield of thy salvation: and thy right hand hath holden me up, and thy gentleness hath made me great.
RSV Psalm 18:35 Thou hast given me the shield of thy salvation, and thy right hand supported me, and thy help made me great.
NIV Psalm 18:35 You give me your shield of victory, and your right hand sustains me; you stoop down to make me great.
NASB Psalm 18:35 You have also given me the shield of Your salvation, And Your right hand upholds me; And Your gentleness makes me great.


“Hal lain yang cukup mengagetkan adalah cara mereka membicarakan kaum pria yang penuh dengan nada menyerang dan kekasaran yang dahulu hanya dapat dijumpai di lingkungan kaum pria. Sifat-sifat kewanitaan adalah perbendaharaan seorang wanita, yang merupakan kekuatan kodratinya dan kemuliaan bagi dirinya. Mengapa harus mengorbankan hal-hal tersebut dalam konflik persaingan?” (hal 329).
Lagi-lagi kelihatannya secara implicit ia memaksudkan bahwa kelembutan adalah sikap feminine! Ini salah!

Kerendahan hati bukanlah suatu kelemahan (Efesus 4:2, Kolose 3:12). Sikap ini berasal dari Roh Allah. Musa disebut sebagai orang yang paling lembut hatinya (Bilangan 12:3), namun ia sama sekali bukan orang yang lemah” (hal 329).
Yang ia bicarakan kerendahan hati atau kelembutan? Kok campur aduk?

“Kemampuan untuk mengakui keunikan orang lain merupakan suatu kekuatan tersendiri. Kaum wanita diciptakan dengan suatu keunikan yang berasal dari Allah sendiri. Apabila seorang suami mampu menerima dan menghargai keunikan itu, maka istrinya akan menjadi istri dan sahabat terbaik baginya, dan akan menyempurnakan kehidupannya. Kalau keunikan seorang wanita diabaikan, dipadamkan, atau hanya dipandang sebagai pembangkit hawa nafsu, maka ia akan menjadi wanita yang tidak utuh dan tidak pernah dapat merasakan kepuasan dalam hidupnya” (hal 330-331).
a)   Keunikan apa yang ia maksudkan? Hanya kaum wanita punya keunikan itu? Menurut saya setiap orang, pria atau wanita, adalah unik!
b)   Bagian bawah kutipan itu menunjukkan seakan-akan kebahagiaan seseorang secara mutlak tergantung sikap orang lain terhadap dia. Saya tak setuju hal itu. Tak peduli bagaimana sikap orang lain terhadap dia, kalau ia menghadapinya dengan benar, ia bisa bahagia!

“Seorang ayah harus menjadi kepala dalam keluarga sebagaimana halnya Kristus adalah kepala bagi jemaatNya. Ia juga harus melayani keluarganya seperti Kristus melayani jemaatNya, yaitu sebagai nabi, imam, dan raja. Sebagai nabi, ia menyampaikan perkataan Allah kepada anak-anaknya. Sebagai imam, ia berbicara mewakili anak-anaknya kepada Allah. Sebagai raja, ia memerintah dan memimpin dengan suatu kerelaan untuk melayani mereka” (hal 335).
Ini sesat. Tak ada imam dalam Perjanjian Baru. Dan tentang nabi, apakah Allah tak bisa bicara kepada anak-anak tanpa melalui ayahnya?

“Raja Daud adalah ayah yang buruk bagi Adonia, namun merupakan ayah yang menakjubkan bagi Salomo. Alkitab mencatat, ‘Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegur dia’ (1Raja-raja 1:6). Tidak ada koreksi dan teguran dari ayahnya telah menghancurkan Adonia” (hal 342).
Ini merupakan pengutipan sebagian ayat yang menyebabkan artinya menjadi lain dari yang seharusnya.
1Raja 1:5-6 - “(5) Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: ‘Aku ini mau menjadi raja.’ Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di depannya. (6) Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan ucapan: ‘Mengapa engkau berbuat begitu?’ Iapun sangat elok perawakannya dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom”.
Kalau dilihat dari text ini, Daud hanya dinyatakan tidak pernah menegur Adonia dalam hal ia meninggikan diri dengan mengatakan ‘Aku ini mau menjadi raja’. Sama sekali tidak berarti Daud tak pernah menegur Adonia dalam segala hal.

“Menurut penulis tersebut, falsafah bangsa Yunani kuno adalah, ‘Jangan terlalu membusungkan dada, nanti dewa-dewa cemburu dan memukulmu roboh.’ ... Saya lebih senang kalau kita membuang dewa-dewa Yunani kuno itu dan mencoba Allah yang lain. Allah yang tidak pernah cemburu, ... ” (hal 357).
Ini bertentangan dengan dengan Kel 20:5.

“Hati dan pikiran para veteran perang Vietnam yang sebelumnya selalu dihantui mimpi buruk, kepahitan, kedengkian, permusuhan, dan kebencian saat itu dibasuh oleh firman dan Roh Yesus Kristus” (hal 359).
Bukan darah Kristus yang membasuh? Tetapi firman dan Roh Yesus Kristus?

“Minggu lalu saya menerima surat dari seorang hamba Tuhan yang menulis tentang ‘hari-hari akhir’ dan penghakiman yang akan Allah lakukan terhadap dunia ini. Memang kita perlu memikirkan hal-hal tersebut. Namun, jangan sampai berita negatif itu menghimpit berita yang positif, yaitu bahwa manusia juga dapat menyenangkan hati Allah!” (hal 359).
Berita tentang akhir jaman dan penghakiman ia sebut berita negatif?? Apa yang ia sebut berita positif tak akan terjadi kalau tidak ada ‘berita negatif’ itu!

“Allah berkenan tidak hanya kepada keilahian Yesus, tetapi juga kepada kemanusiaan yang diperlihatkanNya” (hal 361).
Ini omongan apa???

Buku ‘menjadi pria sejati’ selesai

Buku “Kesempurnaan seorang pria”
Edwin Louis Cole

“Saya juga telah menambahkan beberapa bab yang tidak hanya menguatkan apa yang telah ditulis pada awalnya, tetapi juga memberikan pewahyuan yang luas dan makna yang lebih dalam ....” (hal 0 / prakata untuk edisi baru).

“Berkhotbah dan mengajar merupakan kerja keras yang mulia. Ringkasan rencana khotbah sering harus saya persiapkan di antara deretan kursi-kursi di dalam pesawat. Kebanyakan persiapan pelayanan saya di ruangan yang sempit itu, yakni di atas meja sandaran kursi yang ada di dalam pesawat terbang” (hal 1).
Apakah ini pelayanan yang bertanggung jawab? Tidak heran khotbahnya tak karuan, persiapannya pasti tanpa buku tafsiran / theologia, mungkin karena ia dapat wahyu!

“Mesin jet menderu di belakang badan pesawat. Alkitab dan buku catatan saya terbuka di atas meja lipat yang ada di hadapan saya. Tetapi, di dalam perenungan ini, saya seperti kehilangan kesadaran akan keadaan di sekitar saya. Sesuatu sedang bergejolak di dalam roh saya. Saya sadar, hadirat Allah hadir” (hal 2).

“Campbell berbicara dari Surat Paulus yang Pertama kepada jemaat di Korintus, pasal kesepuluh, mulai dari ayat keenam sampai ayat kesepuluh. ... Inilah kelima alasan yang sudah tercatat di dalam firman Tuhan perihal mengapa bangsa Israel gagal mencapai Tanah Perjanjian.
Berbuat jahat
Menyembah berhala
Berbuat cabul / berzina
Mencobai Tuhan
Bersungut-sungut
Ketika saya mencoba untuk memperhatikan daftar kelima alasan yang dikemukakan oleh Campbell tersebut, saya kira dosa yang paling menonjol adalah berbuat cabul (hal 3).
Apa alasannya? Dalam Perjanjian Lama dosa yang paling Tuhan benci jelas adalah penyembahan berhala.

“Pesawat United Airlines membawa saya semakin mendekati tujuan. Momen demi momen mendekatkan saya pada retret yang harus saya layani. Tiba-tiba saya ingin menulis. Saya sadar bahwa Roh Allah di dalam diri saya mengilhami dan menuntun pena saya untuk menuliskan sesuatu di dalam buku catatan” (hal 5).
Terlihat lagi cara persiapan khotbah dari orang ini, tanpa buku-buku yang dipelajari, hanya bergantung pada pimpinan Roh Kudus. Perhatikan khususnya kata ‘mengilhami’!

“Sebenarnya perkara ini terlalu keras, terlalu tajam - bahkan untuk seorang nabi-pengkhotbah seperti saya, yang sudah berkhotbah di hadapan ribuan orang” (hal 5).

Tanah Kanaan selalu digunakan Allah sebagai simbol potensi maksimal dari umat manusia. Tanah Kanaan adalah suatu tempat Allah menggenapi janji-janji-Nya di dalam kehidupan kita - tempat Allah memaksimalkan potensi umat-Nya, baik secara pribadi maupun bersama. ... Di dalam Perjanjian Lama, Tanah Kanaan adalah tempat yang diinginkan Allah untuk ditempati oleh bangsa Israel setelah Ia membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Mereka akan hidup dengan iman mereka di sana. Dan, Allah akan menggenapi janji-janji-Nya atas mereka. Saya ingin Anda mengerti bahwa Kanaan adalah Tanah Perjanjian, tempat di mana Allah menginginkan Anda hidup dengan iman saat ini. Di tempat itu, Allah akan menggenapi janji-janji-Nya atas kehidupan Anda. Di sana Anda dapat meraih potensi maksimal Anda” (hal 8).
Penyimbolan yang ngawur!

“Bagi beberapa hamba Tuhan, kadang-kadang pelayanan mereka bisa menjadi berhala bagi mereka. Mereka begitu bertekun terhadapnya, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk menyembah Tuhan, berdiam diri di dalam hadirat-Nya, dan menghabiskan waktu untuk melayani-Nya secara pribadi (hal 10).
Ini bahasa Kharismatik.

“Allah berjanji bahwa orang yang bisa mengalahkan dosa percabulan akan duduk bersama-sama dengan Dia di takhta-Nya. Orang yang bisa mengalahkan dosa percabulan tersebut adalah orang yang akan sanggup mencapai kekudusan” (hal 12).
Apa dasarnya? Bagaimana kalau seseorang bisa mengalahkan dosa percabulan, tetapi ia suka berdusta, mencuri, tidak disiplin dsb? Yang benar adalah: setiap orang kristen punya kelemahan! Bisa dalam percabulan, dusta, pelit, dan sebagainya.

“Ketika orang banyak meminta Kristus turun dari salib, sesungguhnya mereka sedang mencobai Tuhan. Mencobai Kristus adalah menuntut Allah untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya atau yang tidak sesuai dengan kerakter-Nya. Sekarang ini, orang-orang masih melakukan hal yang sama, yaitu dengan menuntut Allah untuk menyediakan jalan keselamatan yang lain selain salib” (hal 12).
Ini memiringkan arti dari ‘mencobai Tuhan’!

Perkataan yang Allah berikan kepada saya ketika saya masih berada di dalam pesawat menuju retret di Oregon secara spesifik dan langsung tertuju kepada salah satu dari dosa-dosa tersebut: berbuat cabul. Hal ini sungguh memiliki kekuatan dan dampak yang fenomenal. Dua ratus enam puluh lima orang berlari menuju ke depan panggung dan ingin bertobat di hadapan Allah. Malam itu, kuasa Allah begitu kuat, tak seorang pun di antara mereka yang pulang tanpa dijamah atau diubahkan” (hal 14).

Lagi-lagi bau Kharismatik.

“ketika saya berdoa bersama orang-orang tersebut di kapel kecil di Oregon tersebut, saya merasakan Roh Kudus membisikkan kepada saya untuk juga menjangkau yang lain” (hal 15).

Ada Injil (hal 20). Ini bagus!

“Beberapa waktu yang lalu, saya diundang menjadi salah seorang yamu di dalam acara talkshow Kristen. Selama pertunjukkan saya mengatakan kepada pembawa acara dan asistennya bahwa Tuhan menuntun saya untuk memerintahkan kaum pria untuk bertobat. Ada selang waktu untuk beristirahat selama acara berlangsung. Pembawa acara memiringkan badannya ke arah saya dan dengan corong mikrofon yang terpasang mati ia berkata: ‘Tidak, tidak, tidak! Kita tidak memerintahkan orang Kristen, tetapi mengundang orang yang berdosa.’ ‘Tidak, tidak, tidak,’ saya memberikan respons balik dengan bisikan. ‘Kisah Para Rasul 17:30 mengatakan bahwa ‘Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.’ Ada kunci perbedaan antara memerintahkan dan mengundang. Bila saya memberi undangan kepada Anda, Anda mempunyai kebebasan untuk memilih. Anda bisa saja menerima atau menolak undangan saya itu. Tetapi, bila saya memerintahkan Anda, Anda tidak punya pilihan. Anda harus mentaatinya atau menolaknya. ... Di zaman modern ini, dalam mempsikologikan pekabaran Injil di atas mimbar, kita sering ‘mengundang’ orang-orang untuk menerima Yesus. Kita memberi mereka pilihan, dan mereka menolaknya” (hal 28).

Ini tolol! Secara prinsip tak ada beda antara memerintahkan dan mengundang seseorang untuk percaya kepada Yesus. Kalau Tuhan mengundang dan kita tidak menerimanya, itu merupakan penghinaan, dan membuat murka Allah. Dan tak ada bedanya menolak undangan dan menolak untuk mentaati suatu perintah. Juga, banyak ayat yang menunjukkan undangan, seperti:
Mat 11:28 - “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.
Mat 22:1-14 - “(1) Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: (2) ‘Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. (3) Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. (4) Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. (5) Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, (6) dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. (7) Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. (8) Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. (9) Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. (10) Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. (11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. (12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. (14) Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’”.
Luk 14:15-24 - “(15) Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: ‘Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.’ (16) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. (17) Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. (18) Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. (19) Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. (20) Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. (21) Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. (22) Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. (23) Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. (24) Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuanKu.’”.

“Ketidaktaatan menghancurkan kedamaian. Karena itu, tidak pernah ada roh ketidaktaatan yang masuk ke dalam sorga. Hanya dengan satu roh ketidaktaatan, kedamaian akan menjadi rusak berantakan. Hanya pernah terjadi sekali - Lucifer. Allah langsung memaksa Lucifer angkat kaki dari sorga. Tidak akan pernah ada lagi” (hal 30).
Siapa yang mengatakan komandan setan namanya Lucifer?
Apakah ‘Lucifer’ yang ia bicarakan itu bisa merusak kedamaian dari Allah?

“Dosa yang tidak diakui adalah dosa yang tidak dimaafkan. Dosa hanya bisa hilang dari dalam kehidupan manusia melalui mulut.” (hal 32).
Penjahat yang bertobat di kayu salib tak pernah mengaku dosa, tetapi ia diampuni!

“Saya sering melihat kaum pria yang bertobat dari dosa mereka, dan mereka sungguh-sungguh merasakan pengampunan itu. Mereka meninggalkan ruang doa dengan rasa puas atas kondisi kerohanian mereka, meskipun mereka menemukan diri mereka memohon pengampunan untuk dosa yang sama, dan kemudian membutuhkan pengampunan yang sama. Kehendak Allah adalah mengampuni kita, kemudian membasuh kita agar kita tidak melanjutkan kebiasaan untuk berbuat dosa. Bebaskanlah diri Anda dari berbuat dosa” (hal 32).
Ini kemunafikan dari orang yang ‘self-righteous’. Tidak ada orang yang tidak mengulang dosa, dan darah Yesus tercurah untuk dosa-dosa yang diulangi itu. Memang ini bukan hal ideal, tetapi ini fakta! Tak berarti bahwa kita boleh membiarkan fakta itu berlangsung terus. Kita memang harus berusaha menghentikan dosa, tetapi tak seorangpun bisa tidak pernah mengulang dosa yang sudah ia akui.
Pengudusan digambarkan sebagai ‘buah Roh Kudus’ (Gal 5:22-23), dan ini menunjukkan suatu proses seumur hidup, yang baru selesai pada saat kita mati, atau sesaat setelah kita mati, dimana kita disempurnakan.
Ibr 12:23 - “dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.

“Di lain pihak, beberapa orang takut untuk mengatakan kebenaran. Mereka takut melukai hati orang lain, atau mereka takut kehilangan kasih dari mereka. Mereka sesungguhnya tidak menyadari bahwa hal itu merupakan kebenaran, yakni membicarakannya di dalam kasih merupakan satu-satunya cara untuk menyatakan kasih yang sebenarnya. Saya menyebut bentuk kasih yang terakhir ini sebagai kasih sayang terbaik. Izinkanlah saya memberikan sebuah ilustrasi. Ketika saya sedang berkhotbah, di tengah-tengah acara kebaktian, seseorang mengangkat tangannya sambil menggenggam sebuah catatan yang mengatakan bahwa rumah salah seorang dari jemaat yang hadir dalam kebaktian baru saja terbakar. Apa yang harus saya perbuat? Orang tersebut berada dalam situasi berbahaya dan ia segera akan kehilangan segala sesuatu yang ia miliki. Tetapi, bila saya menyela acara kebaktian itu dan mengatakan hal itu kepadanya, saya akan membuatnya bingung dan mungkin pula akan merasa sedih, atau malah mungkin akan membuat hatinya terluka. Karena itu, saya tidak ingin ia mengalami banyak kesulitan, kesedihan, atau kebingungan. Dan, saya akhirnya memutuskan untuk tidak memberitakan informasi itu. Kemudian, setelah kebaktian, dalam keadaan ketakutan seorang anggota jemaat datang sambil menangis, ‘Rumah saya hangus terbakar!’ ‘Ya, saya sudah tahu,’ respons saya. Anggota jemaat yang mengalami musibah itu menatap saya dengan mata terbelalak. ‘Anda sudah tahu?’ ‘Betul,’ saya menegaskan. ‘Masih ingatkah Anda dengan tangan yang teracung ke atas sambil memegang catatan ketika acara kebaktian sedang berlangsung? Catatan itu mengatakan, bahwa rumah Anda terbakar.’ ‘Mengapa Anda tidak mengatakannya kepada saya?’ Dan, jawaban saya sederhana saja: ‘Saya tidak ingin mengatakannya kepada Anda karena saya tahu hal itu akan membuat Anda sedih.’ Aneh. Hampir setiap hari kita melihat hal yang serupa ini terjadi. Banyak ibu yang menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tetapi akhirnya menghancurkan anaknya dengan cara tersebut, yang menurutnya adalah cara yang terbaik. Hanya ibu yang kurang waras yang melakukan hal yang demikian. Ibu mertua juga sering berusaha untuk menolong anaknya, tetapi malah menghancurkan pernikahan mereka melalui bentuk kasih yang dia anggap adalah kasih yang terbaik” (hal 33-34).
Saya tidak mengerti omongan kacau balau ini. Apa yang ia lakukan bertentangan dengan apa yang ia katakan. Apakah ilustrasi itu bukan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, dan hanya mengilustrasikan ketololan seandainya ia lakukan?

“Rohnya terlihat sangat lapar” (hal 35).
Bagaimana kelihatannya roh yang sangat lapar???

“Allah mengasihi orang berdosa, meskipun Allah sendiri membenci dosa. Tujuan kekal Yesus di atas Golgota adalah memisahkan kita dari dosa kita. Allah murka terhadap dosa. Selama kita masih identik dengan dosa, kita tetap menjadi sasaran murka Allah. Tetapi, melalui kelahiran baru, kita diidentikkan kembali dengan Yesus Kristus dan kebenaranNya, dan karena itu tidak ada lagi murka, yang ada adalah anugerah” (hal 35).
Kata-kata ini aneh. Apa artinya ‘identik dengan dosa’ dan ‘diidentikkan kembali dengan Yesus Kristus dan kebenaranNya’???

Cerita di hal 36 konyol dan tak bisa saya mengerti apa maksudnya.

“Dosa yang tidak diakui adalah dosa yang tidak diampuni” (hal 37).

Hal 39-40, cerita tentang anaknya yang mau meminjam mobilnya, dan lalu bersikap kurang ajar pada waktu permintaannya ditolak. Dia mau marah tetapi Roh Kudus melarangnya!!!
“Saya akan mengajarnya. Tetapi, Roh Kudus melangkah masuk, dengan tenang, dan hening, Ia membisikkan sebuah kalimat di dalam hati saya: ‘Bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu.’” (hal 40).
Ia lalu minta ampun kepada Tuhan, bertobat, mengakui kesalahannya kepada anaknya, dan meminjamkan mobil itu kepada anaknya
Apakah Roh Kudus mengajar kita untuk tidak mendisiplin anak dan memanjakan anak? Ini bertentangan dengan Ibr 12:5-dst!

“Saya sedang berada di Cleveland saat saya sedang membuat kesimpulan khotbah yang baru saja saya sampaikan, ketika seorang pria meminta saya bersama-sama dengan dia berdoa untuk keselamatan kedua anaknya. Ketika kami mulai berdoa, ia berkata: ‘Kedua anak saya pecandu berat alkohol, dan saya tahu, bila Allah menyelamatkan mereka, mereka akan terbebas dari hal itu. ... ‘Apakah Anda pernah menjadi pecandu alkohol juga?’ saya bertanya kepadanya. ... ‘Ya,’ ia menjawab dengan sangat perlahan, bahkan hampir seperti berbisik. ‘Apakah ketika itu anak-anakmu ada di rumah?’ ‘Ya.’ ‘Pernahkah Anda mendatangi anak-anak Anda di rumah dan meminta maaf kepada mereka karena ketika mereka masih kanak-kanak, Anda sudah menjadi seorang pecandu alkohol?’ ... Pria itu menunduk, ‘Belum pernah.’ ... ‘Datangi anak-anak Anda, meminta maaf kepada mereka karena Anda pernah menjadi pecandu alkohol,’ saya mengatakan hal itu, dan kemudian menatapnya dengan sungguh-sungguh, menanti jawabannya. Dia menatap saya kembali, kemudian setuju. ... Dengan memaafkan dosa seseorang, kita sesungguhnya sedang membebaskan mereka, tetapi bila kita tidak memaafkan mereka, dosa yang sudah ia lakukan itu akan tetap mengikatnya. Inilah prinsip Kerajaan Allah. Anak laki-lakinya sangat membenci kebiasaan ayahnya yang kecanduan alkohol. Anak-anaknya tidak pernah memaafkan ayahnya untuk perkara itu. Karena mereka tidak pernah memaafkan hal itu, mereka menyimpan dosa ayah mereka di dalam hati mereka, dan perkara itu menjadi sesuatu yang akhirnya membuat mereka benci terhadap ayahnya. Kebencian akan mengikat dosa tetap berada di dalam diri mereka. Mereka mengikat diri mereka kepada dosa ayahnya” (hal 41-43).

Ini tolol dan salah, karena berarti bahwa pengudusan kita tergantung pada orang kepada siapa kita berbuat salah! Bagaimana kalau kita sudah minta maaf tetapi orang itu tak mau memaafkan?
Dan terutama, mana ayat dasar dari ajaran ini?
Dan cerita ini membingungkan, karena contohnya tidak cocok dengan pernyataannya. Karena tidak adanya pemaafan, yang terikat dosa itu ayahnya atau anak-anaknya?

“Bila Anda tidak memaafkan dosa yang sudah diperbuat oleh seseorang terhadap Anda, sesungguhnya Anda sedang menanggung dosa tersebut; menahannya. Akibatnya Anda akan membuat kesalahan-kesalahan yang sama terhadapnya” (hal 44).
Lagi-lagi suatu kegilaan. Mana dasar Alkitabnya???
Memang ‘tidak memaafkan / mengampuni’ mereka dosa. Tetapi itu tidak menjadikan kita melakukan kesalahan-kesalahan yang sama terhadapnya. Sebagai contoh: kalau seorang gadis diperkosa oleh seorang pemuda, dan ia tidak mau mengampuni pemuda itu, apakah nanti ia akan memperkosa pemuda itu atau menjadi seorang pemerkosa?

“Di Charlotte, North Carolina, ada seorang pria yang tidak pernah memaafkan rekan bisnisnya yang terdahulu. Rekan bisnisnya ini membawa kabur semua uangnya. Akibatnya, ia membayar sendiri semua utang-utangnya. Pria yang marah ini terus mengalami masalah di dalam bisnisnya, sebelum ia memaafkan rekan bisnisnya tersebut pada malam itu. Sekarang ini, ia sungguh-sungguh mengalami keberhasilan yang belum pernah ia alami sebelumnya” (hal 44-45).

Cerita di hal 45 juga sama gilanya.

Seluruh pelajaran / bab ini penuh dengan contoh-contoh, tetapi tak ada dasar Alkitab. Tetapi lucunya di hal 45 bawah ia berkata “Banyak orang yang bekerja di dinas-dinas sosial, badan penyuluhan sekolah, dan kepolisian yang tidak memahami prinsip yang sudah diajarkan oleh Yesus ini. Diajarkan oleh Yesus dimana????

“Yesus menyatakan kelembutan-Nya dengan penuh kasih di dalam pesan-pesan-Nya, karya-Nya, di dalam kesembuhan dan penghiburan, dan melalui kematian-Nya di atas kayu salib. Tetapi, Yesus juga ingin mengusap dan membelai anak kecil, dan merangkul mereka ke lengan-Nya dengan erat. Di sisi lain, Yesus juga menunggangbalikkan meja-meja penukar uang dan orang-orang yang berdagang di dalam Bait Allah. Dari hal ini kita bisa melihat suatu gambaran bahwa Yesus adalah Anak  Manusia, sekaligus juga Anak Allah” (hal 51).
Yang mana yang menunjukkan Yesus sebagai Anak  Manusia dan yang mana yang menunjukkan Yesus sebagai Anak Allah?

“Kesempurnaan seorang pria dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama. Begitu juga dengan kata menyerupai Kristus dan wanita yang sempurna.” (hal 52).
Kalau begitu, maka wanita yang sempurna = pria yang sempurna????

Setelah membicarakan Luk 13 yang menunjukkan seorang petani yang mengharapkan buah pohon ara, sama seperti Allah mengharapkan buah dari kehidupan kita, ia lalu berkata:
“Buah itu adalah ‘karakter kepriaan kita yang sempurna’. ... Hai para pria, Allah menciptakan kita sebagai pria dan menanamkan roh-Nya di dalam diri kita; Ia berharap dapat memperoleh buah kepriaan dari kita.” (hal 52,53).

“Kita bisa saja memperoleh kerohanian dari kaum wanita, tetapi kekuatan selalu datang dari kaum pria. Gereja, keluarga, dan bangsa akan menjadi kuat bila kaum prianya juga kuat” (hal 59).
Tadi, di hal 52 ia mengatakan pria yang sempurna = keserupaan dengan Kristus = wanita yang sempurna. Sekarang kok jadi lain???


“Semakin banyak firman yang ada di dalam hati Anda, Anda akan semakin menyerupai firman, dengan kata lain semakin menyerupai Kristus. Firman harus diperoleh di dalam roh” (hal 60).
Jadi, firman = Kristus? Dan bagaimana cara memperoleh firman di dalam roh? Apa maksudnya?

Di dalam keluarga Anda haruslah ada seorang imam dan Allah sudah menentukan hal itu untuk diperankan oleh kaum pria. Entah Anda seorang murid sekolah Alkitab atau tidak, bila Anda seorang pria, Anda adalah seorang imam. Anda tetaplah seorang imam, entah Anda mempercayainya, menerimanya, menghidupinya, atau tidak menghiraukannya. Tugas seorang imam bukan hanya untuk melayani Tuhan, melainkan juga orang-orang yang dipercayakan ke dalam pemeliharaannya. Artinya, seorang pria harus melayani istri dan anak-anaknya. ... Banyak pria yang gagal memehami bahwa mereka harus memenuhi tugas pelayanan mereka sebagai seorang imam di dalam keluarga. ... Seorang imam di dalam keluarga harus mau berdoa bagi istrinya (hal 61, 63).
Karena istri bukan imam, jadi istri tidak perlu berdoa untuk keluarganya?


“Hal yang sama juga terjadi atas diri wanita Kristen. Mereka menginginkan suami mereka yang belum diselamatkan mendengarkan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Dan, mereka begitu menginginkan hal ini dan sering juga mereka berbuat salah. Mereka kelihatannya percaya bahwa ‘tidak ada laki-laki yang datang kepada Bapa kecuali istri mereka menarik mereka.’ Tidak ada seorang wanita pun yang mampu menarik seorang pria datang kepada Allah - hanya Roh Kudus yang mampu melakukannya. Tidak terkira banyaknya wanita yang sudah menyerahkan tubuh, pikiran, dan jiwa mereka terhadap maksud gila-gilaan ini, mereka mencoba menggantikan tugas Allah Roh Kudus. Berkali-kali para konselor mengatakan kepada para wanita, ‘Jangan mempermainkan Allah.’” (hal 65).

“Yakinlah bahwa kaum pria adalah imam, dan Allah sudah mengarahkan mereka untuk masuk ke dalam posisi itu. Seorang wanita tidak bisa mendorong seorang pria. Dorongan seorang wanita akan membantu hanya ketika seorang pria memang sudah siap ditarik atau dipimpin oleh Roh Allah menjadi seperti yang Allah inginkan. Kaum pria dapat mengubah kebiasaannya. Tetapi, hanya Allah yang mampu mengubah sifat alamiahnya. Para wanita, janganlah mempermainkan Allah!” (hal 65-66).

Apa urusannya ini dengan ‘mempermainkan Allah’??? Dan, kalau pria yang melakukan hal itu, apakah mereka juga mempermainkan Allah?

“Wanita yang merasa bahwa suaminya adalah pria yang tidak percaya - atau seorang suami Kristen yang kurang memaksimalkan potensinya sebagai seorang pria sejati - ada dua langkah kunci yang terdapat dalam Alkitab. Pertama, yakinkanlah diri Anda bahwa Anda sudah mengampuni semua dosa suami Anda. Banyak istri yang tidak mengampuni suami mereka. Tanpa pengampunan, sesungguhnya seorang istri sedang menahan dosa suaminya dan mengikat dosa tersebut di dalam diri sang suami. Pengampunan membuka; tidak adanya pengampunan menutup. Pengampunan membebaskan, tidak adanya pengampunan mengikat. Banyak pria yang sungguh-sungguh ingin menjadi pria sejati seperti yang Allah inginkan atas hidup mereka, dan sering menjumpai diri mereka sedang berjuang untuk terbebas dari perbudakan karena tidak adanya pengampunan dari istri mereka. Kedua, cinatilah suami Anda.” (hal 66).
Ini sesat! Siapapun butuh pengampunan dari Tuhan, bukan dari pasangannya!
Dan lucunya, wanita / istri itu tidak disuruh memberitakan Injil kepada suami yang belum Kristen itu.

“Karena kaum pria adalah kepala rumah tangga, perubahan harus dimulai dari kaum pria!” (hal 83).
Bagaimana kalau suami tidak Kristen, sedangkan istrinya Kristen?
Bdk. 1Kor 7:16a - Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?”.
1Pet 3:1-2 - “(1) Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, (2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.

Ia menceritakan tentang seorang yang bernama Rick.
“Selama berada di pekarangan, ia mendengar suara dari dalam dirinya yang berkata, ‘Pergilah.’ Pada kesempatan lain, suara yang sama mengatakan hal yang sama lagi. ... Ia ingin tahu, ‘Apakah Roh Kudus yang berbicara kepada saya, ataukah setan - atau yang lain?’ Semakin kami banyak bercakap-cakap, semakin saya menyadari bahwa Allah sedang bekerja di dalam kehidupannya. Tetapi, Rick belum menyadari hal itu. ... Dan kemudian, saya masih tetap mendengar suara ini berkata di dalam diri saya, pergilah.’’. Rick sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya beberapa tahun yang lalu. Tetapi, ia belum pernah membuat sebuah komitmen secara menyeluruh. Beberapa bagian dari kehidupannya masih berada di bawah pengawasan pribadi, bukan di bawah pengawasan Allah. Setelah kami berbincang-bincang, kami berdoa bersama. Sinar terang mulai menyeruak di dalam hati Rick. Suara yang ada di dalam diri Rick sesungguhnya adalah suara Allah yang berbicara melalui Roh Kudus. ‘Pergilah’ berarti, pergilah, bebaskan dirimu dan kemudian serahkanlah dirimu sepenuhnya ke dalam genggaman tangan Tuhan, percaya penuh kepada-Nya. Rick memahami perkataan Allah yang sederhana itu, ‘Tinggalkan semua caramu sendiri, dan bergantung sepenuhnya di dalam Aku.’” (hal 84-85).
Kok ya aneh, kata ‘pergilah’ di artikan seperti itu??? Dan itu disebut ‘sederhana’?

“Kemudian, Joan menjelaskan dampak yang luar biasa akibat perubahan yang sudah dialami Rick. ‘Kami tidak mengatakan kepada anak-anak apa yang sudah dialami Rick. Kami hanya ingin membiarkan segala sesuatunya terjadi secara wajar.’ Tetapi, tiga hari setelah Rick datang ke rumah, anak perempuan saya menghampiri saya dan berkata, ‘Mama, apa yang terjadi dengan papa? Papa kelihatannya berubah.’ Rick, Joan, dan anak-anak mereka menemukan bahwa perubahan selalu datangnya dari kepala keluarga” (hal 85).
Lucu, hanya berdasar pengalaman, tanpa dasar Alkitab!

Satu ton doa tidak akan pernah menghasilkan satu ons keinginan untuk hidup taat. Setelah Anda mengucapkan semua doa Anda, bila Anda tidak taat, Anda sedang menyangkal doa-doa Anda itu. Percaya ditambah dengan perbuatan sama dengan iman (hal 86).
Dua kalimat yang gila / sesat!
a)   Justru doa menyebabkan kita diberi kekuatan untuk taat! Kalau doa memang tak memberikan keinginan untuk taat, untuk apa Yesus memerintahkan kata-kata dalam ayat-ayat di bawah ini?
Mat 6:13 - dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.].
Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’”.
Luk 21:34-36 - “(34) ‘Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. (35) Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. (36) Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.’”.
Luk 22:40,46 - “(40) Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: ‘Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.’ ... (46) KataNya kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.’”.
b)         Percaya ditambah dengan perbuatan sama dengan iman????????

“Banyak kaum pria saat ini yang sanggup mengubah istri, anak-anak, bisnis, dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, sedangkan diri mereka sendiri tidak diubahkan. ... Anda adalah seorang pria - Jika Anda berubah, keluarga Anda juga akan berubah. Jika Anda diubahkan, maka bisnis Anda pun akan diubahkan. Hai kaum pria, perubahan harus dimulai pertama-tama di dalam diri Anda” (hal 89-90).
Kalimat yang atas bertentangan dengan kalimat yang bawah!

“Di dalam Kitab Efesus 5:23 disebutkan bahwa dalam rumah tangga, kaum pria setara dengan Kristus sebagai Kepala gereja. Perkara ini memiliki makna yang dahsyat di dalam diri kaum pria. Kebenaran: Sebagaimana Kristus adalah Juruselamat gereja, yang menyediakan jalan keluar terhadap masalah-masalah jemaat, demikian pula dengan kaum pria. Kaum pria mengambil tugas yang sama di dalam keluarga mereka. Jalan keluar terhadap masalah keluarga tetap diprakarsai oleh kaum pria” (hal 91).
Ef 5:23 - “karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh”.
Saya tak terlalu setuju dengan kata-kata ini. Kalau suami memang adalah kepala keluarga bukankah ia boleh mengatur sehingga persoalan-persoalan tertentu dibereskan oleh istri?
Bdk. Priskila dan Akwila, juga Zipora pada waktu menyelamatkan Musa dengan menyunatkan anaknya.

“Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, ia merupakan contoh dari pria yang sempurna. Ketika kepriaan tersebut dirusak oleh dosa, Yesus Kristus datang memulihkan citra kaum pria sebagai Adam yang kedua. Kristus datang sebagai ‘pengungkap citra’ Allah, yang mengatakan kepada kita, bahwa kita harus terlebih dahulu ‘dilahirkan kembali’ dan menerima sifat-sifat Allah ke dalam roh kita. Kita harus mempunyai pikiran dan hati yang sudah diperbaharui kembali. Baru kehidupan kita diubahkan, ‘yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.’ Tanpa Yesus Kristus, kaum pria tidak akan pernah bisa dipulihkan ke dalam citra Allah sebagai ‘buatan Allah, diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan yang baik.’ Hanya bersama dengan Yesus hal itu bisa dilakukan saat ini. Dengan gambaran baru tentang kepriaan ini - yang sudah diberikan oleh Yesus - dimeteraikan di dalam pikiran kita, perilaku kita, sikap, dan keinginan kita, semuanya akan menjadi baru” (hal 106).

“Kaum prialah yang menghasilkan suatu bangsa. Suatu bangsa akan besar bila kaum prianya besar. Suatu bangsa akan kuat bila kaum prianya kuat” (hal 111).
Ini penghinaan terhadap kaum wanita!

“Kepriaan ada di dalam roh” (hal 112).
???????

“E. M. Bounds menulis, ‘Kaum pria adalah metode-metode Allah.’ Ketika kaum pria mencari metode yang lebih baik, Allah mencari kaum pria yang lebih baik (hal 112).
Bagaimana dengan kaum wanita?
Allah tergantung manusia kaum pria?

“Perkara terbesar yang bisa dilakukan oleh seorang ayah bagi anak-anaknya adalah dengan mengasihi ibu mereka” (hal 113).
Bukan memberitakan Injil kepada mereka dan mengasihi Tuhan, tetapi mengasihi ibu mereka??? Ini extrim!

“Hidup dan mati merupakan keputusan kita” (hal 114).

“Yesus berkata di dalam Yohanes 10:10, ‘Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan.’ Televisi bertindak seperti seorang pencuri” (hal 117).
Ini out of context!

“Berkali-kali melalui firman-Nya Allah mengatakan, ‘Barangsiapa bertelinga hendaknya ia mendengar!’ Allah menempatkan suatu penghargaan di dalam mendengar” (hal 120).
Benar, tetapi mendengar apa? Kontext jelas menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah mendengar Firman Tuhan. Tetapi dalam seluruh penjelasan di dalam hal 119-121 DR Edwin Louis Cole menerapkannya pada mendengar orang (istri, anak, teman dsb).

“Pria dan wanita adalah berbeda. Sangat berbeda. Sebagai contoh, pria hanya menyampaikan pokok berita; dan wanita adalah orang yang mencetaknya dengan baik dan terperinci” (hal 121).
Saya tak percaya hal ini, apa dasar Alkitabnya?

“Dosa karena kelalaian - tidak percaya dan tidak menerima Yesus - itu adalah dasar perpisahan kekal umat manusia dari Allah. Dengan tidak dilahirkan kembali - dan dengan itu manusia tidak menerima Roh Yesus Kristus di dalam hidupnya - sebenarnya manusia sedang mengerjakan semua bentuk pelanggaran dan dosa secara berulang” (hal 123).
Konsep tentang kelahiran baru pasti kacau balau.

“Akan tetapi Tim sudah dipengaruhi oleh firman Allah dan kepada pewahyuan dari jiwanya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat pribadinya” (hal 126).
Apa yang orang ini maksudkan dengan ‘pewahyuan dari jiwanya’??? Apa yang ia maksudkan dengan istilah ‘wahyu’????

Cerita di hal 126-128 omong kosong dan salah. Dua orang yang pacaran melakukan hubungan sex. Tak ada perkosaan. Lalu mengapa wanitanya marah? Dan mengapa pria yang disalahkan dan harus minta maaf? Keduanya salah, dan harus minta ampun kepada Tuhan bukan satu kepada yang lain!

“Kebutuhan gereja yang paling besar adalah memiliki pria yang sejati yang bekerja di dalam pelayanan” (hal 136).
Bagaimana mungkin pria sejati itu bisa melakukan pelayanan kalau tuntutan rumah tangga (istri dan anak-anak) begitu besar? Ia juga masih harus bekerja mencari nafkah. Adalah omong kosong itu bisa melakukan semuanya kecuali ia mempunyai 48 jam dalam 1 hari!

“Anda bisa memperoleh kerohanian di dalam gereja dari kaum wanita, tetapi Anda hanya mendapatkan kekuatan dari kaum pria” (hal 136).
Apa bisa ada kekuatan tanpa kerohanian?

“Berjuta anak tanpa orang tua akan menjadi masalah, seperti yang telah dinubuatkan oleh Yesaya: ‘penguasa mereka ialah anak-anak’.” (hal 139-140).
Yes 3:12 - “Adapun umatKu, penguasa mereka ialah anak-anak, dan perempuan-perempuan memerintah atasnya. Hai umatKu, pemimpin-pemimpinmu adalah penyesat, dan jalan yang kamu tempuh mereka kacaukan!”.
KJV Isaiah 3:12 As for my people, children are their oppressors, and women rule over them. O my people, they which lead thee cause thee to err, and destroy the way of thy paths.
RSV Isaiah 3:12 My people -- children are their oppressors, and women rule over them. O my people, your leaders mislead you, and confuse the course of your paths.
NIV Isaiah 3:12 Youths oppress my people, women rule over them. O my people, your guides lead you astray; they turn you from the path.
NASB Isaiah 3:12 O My people! Their oppressors are children, And women rule over them. O My people! Those who guide you lead you astray And confuse the direction of your paths.
Jamieson, Fausset & Brown: “Oppressors - literally, exactors; i.e., exacting princes (Isa 60:17). They who ought to be protectors are exactors: as unqualified for rule as ‘children,’ as effeminate as ‘women.’ Perhaps it is also implied that they were under the influence of their harem, the women of their court” (= ).
Barnes’ Notes: [As for my people, children are their oppressors] This refers, doubtless, to their civil rulers. They who "ought" to have been their "protectors," oppressed them by grievous taxes and burdens. But whether this means that the rulers of the people were "literally" minors, or that they were so in "disposition and character," has been a question. The original word is in the singular number m­±owleel, and means a "child," or an infant. It may, however, be taken collectively as a noun of multitude, or as denoting more than one. To whom reference is made here cannot easily be determined, but possibly to "Ahaz," who began to reign when he was twenty years old; 2 Kings 16:2. Or it may mean that the "character" of the princes and rulers was that of inexperienced children, unqualified for government. [Are their oppressors] literally, 'are their exactors,' or their "taxers" - the collectors of the revenue. [And women rule over them] This is not to be taken literally, but it means either that the rulers were under the influence of the "harem," or the females of the court; or that they were effeminate and destitute of vigor and manliness in counsel. The Septuagint and the Chaldee render this verse substantially alike: 'Thy exactors strip my people as they who gather the grapes strip the vineyard.' (= ).
Dari penjelasan ini terlihat bahwa Yes 3:12 tak ada hubungannya dengan anak-anak yang menjadi masalah karena tak ada orang tua. Ini sama sekali bukan nubuat tentang hal itu. Ini merupakan penafsiran yang membengkokkan ayat semaunya sendiri.

“Allah menginginkan keadaan seperti kanak-kanak, tetapi ia membenci kekanak-kanakan” (hal 140).
Bdk. 1Kor 14:20 - “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”.
Jadi, tak selalu Allah menginginkan keadaan seperti kanak-kanak! Dalam kejahatan kita harus seperti kanak-kanak (Lit: ‘bayi’), tetapi dalam pemikiran kita harus seperti orang dewasa!

“Salah satu sifat umum kekanak-kanakan dalam diri pria masa kini adalah kecanduan terhadap pornografi” (hal 140).
Saya tak bisa melihat bahwa ini kekanak-kanakan. Ini dosa!

“Setiap pria mempunyai pilihan untuk menjadi seorang pria yang kekanak-kanakan, seorang pria dewasa atau seorang pria perjanjian. Yesus bertanya, ‘Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?’ Kemudian Yesus menjawab sendiri pertanyaan itu, ‘Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya’ (Luk 7:32-35). Dalam bahasa kontemporer, ‘Jika aku tidak bermain menurut peraturanmu, kau akan mengambil bola dan pulang!’ Pria yang sedang bertumbuh berkata kepada istrinya, ‘Ikuti cara saya.’ Kekanak-kanakan!” (hal 141-142).
Ini lagi-lagi penggunaan text secara out of context!

“Dr. Pearsall datang kepada seorang dokter dan menyatakan bahwa ia sedang sakit dan membutuhkan perawatan. Selama enam bulan para dokter mengatakan kepadanya bahwa ia tidak menderita sakit sampai akhirnya salah seorang dokter setuju melakukan MRI untuk membuktikannya. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sebuah tumor, yang bisa menjadi kanker, di daerah panggul, tepat di tempat yang dirasakan sakit oleh Dr. Pearsall. Ia percaya bahwa hatinya mengatakan suatu hal yang tidak bisa dipahami oleh orang lain. Termasuk dalam temuannya adalah keyakinannya bahwa hati berbicara lebih dulu daripada pikiran dalam mengatakan kepada kita tentang tubuh kita, dan hidup kita. Hal yang menarik! Dalam kandungan, hati dibentuk lebih dahulu sebelum otak. Kita harus lebih banyak mendengarkan hati kita daripada pikiran kita, demikian kata Dr. Pearsall. Ketika ia memberikan kuliah tentang topik ini, seorang psikiater yang hadir dalam kuliah itu bercerita tentang pasiennya. Seorang gadis berusia delapan tahun adalah penerima jantung transplantasi dari seorang donor berusia sepuluh tahun yang juga adalah seorang anak gadis. Gadis donor itu sebelumnya telah diperkosa dan dibunuh. Ibu dari gadis berusia delapan tahun itu mulai berpikir keras ketika anak gadisnya itu menceritakan mimpi-mimpi yang ia alami. Ibu itu membawa putrinya itu ke seorang psikiater untuk mengkonsultasikan tentang masalah itu, dan mereka akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada polisi perihal mimpi-mimpi anak gadis itu. Berdasarkan laporan itu, polisi menangkap tetangga dari anak gadis yang diperkosa dan dibunuh itu. Gadis penerima jantung transplantasi itu melukiskan secara terperinci tentang rumah di mana pembunuhan itu terjadi, bentuk kamarnya, percakapan yang terjadi antara korban dan pembunuh itu, dan semua gambaran yang diberikan oleh gadis itu tepat dan benar sehingga akhirnya si tetangga itu dinyatakan sebagai pembunuh gadis berusia sepuluh tahun itu. Coba pikirkan, seorang gadis berusia delapan tahun penerima jantung transplantasi dari gadis donor berusia sepuluh tahun bisa menceritakan secara terperinci tentang pembunuhan yang telah terjadi. Hati (jantung menurut pengertian Bahasa Inggris) mengetahui semua yang terjadi. Hati tetap hidup. Tubuh dan otak dari gadis donor itu telah tiada, tetapi hatinya tetap hidup karena transplantasi itu dan semua ingatan tentang pembunuhan itu tersimpan di dalam hatinya. ... Hati Dr. Pearsall berbicara kepada dirinya bahwa ia menderita sakit, tetapi pikiran manusia tidak bisa memahami pengetahuan yang berasal dari hati. Hati mengenal apa yang tidak dapat dipahami oleh pikiran. Dalam hal inilah kita terlalu banyak kehilangan. Mengapa? Karena kita terlalu banyak mendengar dengan pikiran kita sehingga kita kehilangan apa yang dikatakan oleh hati kita” (hal 146-147, 148).

Ada beberapa hal:
a)   Dr. Pearsall merasakan sakit di tempat tertentu dari tubuhnya. Itu bukan urusan hati! Tetapi DR Edwin Louis Cole mengatakan ‘hatinya mengatakan’, ‘hati Dr. Pearsall berbicara kepada dirinya ...’.
b)   Orang ini mengacau-balaukan hati (heart) sebagai pusat manusia, dan jantung (heart) sebagai organ tubuh! Dan ini terus ia lakukan dalam buku ini hal 146-149.
c)   Merupakan kegilaan dan bahkan kesesatan untuk mengatakan bahwa hati gadis itu hidup terus karena ditransplantasikan ke gadis lain! Dan apakah pengetahuan lain, seperti misalnya yang dipelajari di sekolah, juga ditransfer ke gadis penerima jantung itu? Kalau demikian, ia bisa naik dua tingkat / kelas dalam sekolahnya! Saya berpendapat ada kemungkinan-kemungkinan penjelasan lain untuk cerita ini (kalau ceritanya memang benar):
1.   Allah yang memberikan mimpi-mimpi itu untuk memberikan petunjuk.
2.   Gadis yang mati itu tadinya kerasukan setan, dan setelah ia mati setannya pindah ke gadis penerima jantung itu, dan mentransfer (sebagian) pengetahuan gadis pertama. Ini mirip seperti kasus anak yang tahu tentang masa lalunya, dan setelah diselidiki ternyata semua benar.
d)   Apakah semua orang yang menerima transplantasi jantung juga mendapat pengetahuan dari pendonornya? Kalau demikian, orang Kristen awam yang menerima jantung dari seorang profesor theologia, bisa langsung mempunyai pengetahuan Alkitab yang hebat. Seandainya ini benar, saya mau mendonorkan jantung saya pada saat saya mati, supaya pengetahuan Alkitab yang telah saya dapatkan tidak hilang.
e)   Saya sangat meragukan bahwa dalam kandungan, hati (heart - jantung) dibentuk lebih dulu dari otak! Harus belajar Embriology!

“Apa yang Anda percaya tentang Allah menunjukkan apa yang Anda percaya tentang diri Anda sendiri” (hal 151).
?????

“Yang menjadi topik saat ini adalah pesan dari kisah penginjilan dan kebenaran utamanya. Kebenaran ini adalah tentang salib, simbol kekristenan. Simbol itu bukanlah palungan atau kubur kosong, tetapi salib di Golgota. Yesus lahir dalam sebuah palungan dan bangkit dari dalam kubur, tetapi penebusan manusia dilakukan di atas kayu salib. ... Salib merupakan topik utama dari Alkitab. ... Salib adalah puncak penyembahan; pertama adalah altar, lalu tabernakel, rumah ibadah dan akhirnya Golgota (hal 151,152).

“‘Bawalah hidupmu kepada salib’ adalah judul dan tema di mana terjadi perubahan kekal dalam hidup kita. Kita membawa:
Kesalahan - dan mendapatkan pengampunan
Pertobatan - dan kita mendapatkan iman (hal 152).
?????

Melanggar satu perintah sama dengan melanggar semuanya. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat taat tanpa cacat kepada perintah-perintah itu, kebanyakan kita sudah pernah melanggar perintah-perintah itu” (hal 152).

“Jika hukum itu tidak dipahami sepenuhnya, maka orang berdosa tidak akan menghargai kasih karunia Allah yang terpancar dari salib. Mengkhotbahkan tentang anugerah tanpa pengetahuan tentang hukum sama dengan memberikan obat kepada seseorang sementara ia sendiri tidak tahu bahwa ia menderita sakit. Orang tidak dapat menghargai suatu pengobatan jika ia tidak tahu bahwa ia menderita sakit. Hukum menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang sakit karena dosa. Kita membutuhkan pengobatan. Pengobatan itu adalah pemberian cuma-cuma, yaitu keselamatan di dalam Kristus Yesus, tetapi jika kita tidak mengakui bahwa kita menderita sakit, maka pengobatan itu tidak ada artinya bagi kita” (hal 153).
Alkitab tidak mengatakan bahwa orang berdosa itu sakit, tetapi mati dalam dosa (Yoh 10:10  Ef 2:1-3). Karena itu, kita membutuhkan kelahiran baru, bukan pengobatan.

“Tuhan kita memikul salib-Nya di Taman Getsemani, tetapi Ia dipaku di kayu salib di Golgota. Ketika Ia berdoa di Taman Getsemani hingga peluh yang keluar dari pori-pori-Nya seperti darah, Ia meminta bahwa sekiranya mungkin, Bapa tidak membiarkan Dia menuju salib itu. Ia dibuat berdosa karena kita, memikul kutuk atas dosa, merasakan kematian dan hal itu merupakan sesuatu yang sangat mencela diri-Nya yang tidak berdosa itu. ‘Jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki’ adalah doa yang Yesus ucapkan. Ketika Ia berserah kepada kehendak Bapa dan menyatakan kerelaan-Nya untuk mati agar kita dapat memperoleh kehidupan, Ia memikul salib-Nya. Salib-Nya adalah kerelaan-Nya untuk melakukan kehendak Bapa, walaupun harus mengorbankan nyawa-Nya. Ia menyuruh Anda dan saya untuk memikul salib kita untuk mengikut Dia sebagai murid-murid-Nya. Apakah salib kita? Sama seperti salib-Nya! Salib kita adalah kerelaan kita untuk melakukan kehendak Allah, walaupun harus mengorbankan diri (hal 155).
Apakah itu arti dari ‘memikul salib’????

“Catatan firman Tuhan tentang Musa dalam perjalanannya menuju kepemimpinan atas Israel mengatakan bahwa ia sakit sampai hampir mati. Istrinya, Zipora, menyunatkan anak sulungnya, dan Musa menjadi sembuh, lalu melanjutkan perjalanannya ” (hal 159).
“Adalah tanggung jawab Musa untuk menyunatkan anaknya, namun ia gagal melakukan tanggung jawab itu. Mengapa? Saya tidak tahu. Dari pengalaman praktis saya bisa membayangkan betapa sibuknya dia dengan panggilan Allah di dalam hidupnya sehingga ia menyerahkan tanggung jawabnya itu kepada istrinya untuk memperhatikan keluarganya. Istrinya, Zipora, tidak memiliki kesamaan dalam hal didikan, warisan budaya atau pengertian tentang Yehovah; oleh karena itu ketika ia dipaksa  melakukan tugas itu, ia marah. Dosa Musa karena mengabaikan aspek yang terpenting dalam hidupnya ini - yaitu membapai - kemungkinan disebabkan oleh keterikatannya dengan seorang Midian, yang terlalu baik kepada anaknya, sementara Musa terlalu baik kepada perempuan itu (hal 160).

a)   Sekalipun mungkin, tetapi Alkitab tak pernah mengatakan / menuliskan bahwa ‘Musa sakit sampai hampir mati’. Alkitab hanya menuliskan bahwa Tuhan ‘berikhtiar untuk membunuhnya’. Alkitab juga tidak pernah menuliskan bahwa setelah penyunatan itu ‘Musa menjadi sembuh’ (sekalipun ini mungkin saja). Alkitab hanya menuliskan ‘Lalu TUHAN membiarkan Musa’.
Kel 4:24-26 - “(24) Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. (25) Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: ‘Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku.’ (26) Lalu TUHAN membiarkan Musa. ‘Pengantin darah,’ kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu”.
Calvin: Certain Rabbins, then, are unwise in their conjecture, that Moses had provoked God’s vengeance on this occasion against himself, because he took his wife and children with him as being a useless charge, which would be likely to encumber him. They pronounce also, too boldly, on the nature of his scourge, viz., that he was afflicted by a severe disease, which endangered his life. Be it sufficient for us to know that he was terrified by the approach of certain destruction, and that, at the same time, the cause of his affliction was shewn him, so that he hastened to seek for a remedy (= ).

b)   Biarpun tak dikatakan secara explicit tetapi kelihatannya anak yang disunat oleh Zipora itu bukan anak sulung tetapi anak kedua / bungsu.
Kel 2:21-22 - “(21) Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa. (22) Perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, maka Musa menamainya Gersom, sebab katanya: ‘Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.’”.
Kel 4:20 - “Kemudian Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di tangannya”.
Anak sulung Musa adalah Gersom (Kel 2:22), dan dalam Kel 4:20 ia sudah mempunyai anak-anak (bentuk jamak). Bdk. Kel 18:3-4 dan 1Taw 23:15 yang mengatakan bahwa anak-anak Musa adalah Gersom dan Eliezer.
Kel 18:3-4 - “(3) dan kedua anak laki-laki Zipora; yang seorang bernama Gersom, sebab kata Musa: ‘Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing,’ (4) dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: ‘Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun.’”.
1Taw 23:15 - “Anak-anak Musa ialah Gersom dan Eliezer”.

Yang disunat oleh Zipora dalam Kel 4:25 adalah ‘anak’nya (bentuk tunggal), dan kelihatannya ini adalah anak yang kedua / bungsu.
Keil & Delitzsch (tentang Kel 4:24-26): “From the word ‘her son,’ it is evident that Zipporah only circumcised one of the two sons of Moses (v. 20); so that the other, not doubt the elder, had already been circumcised in accordance with the law” (= ).
Ada kemungkinan waktu anak pertama, yaitu Gersom disunat, dan penyunatan itu membuat anak itu sangat menderita / kesakitan, rupanya Musa / Zipora kasihan kepada anak yang kedua, sehingga lalu menunda penyunatan anak yang kedua ini. Tetapi ini membuat Allah murka sampai mau membunuh dia!

Calvin: But it is worthy of observation, that whereas Moses had two sons with him, mention is here only made of one; from whence is deduced the probable conjecture that one of the two was circumcised. Some think that Eliezer, the eldest, was not so, because Moses had not dared to confess his religion so soon, and to awaken hatred on account of it. But I should rather imagine that when, in regard to one he had experienced the hostility of his family, he omitted it in the case of the second, to avoid the anger of his wife or his father-in-law; for if, in the lapse of time, he had attained more courage, he would not have hesitated to correct the former omission; but, worn out by domestic quarrels, he at last departed from his duty (= ).
Catatan: Calvin salah dengan mengatakan bahwa Eliezer adalah anak sulung Musa. Seharusnya yang anak sulung adalah Gersom, dan Eliezer adalah anak kedua / bungsu.

Tetapi kalau ini merupakan penyunatan terhadap anak kedua saja, mengapa kata ‘sunat’ pada akhir dari Kel 4:26 dalam bahasa Ibraninya menggunakan bentuk jamak?
Keil & Delitzsch (tentang Kel 4:24-26): “This she said, as the historian adds, after God had let Moses, go, ‎lamuwlowt‎, ‘with reference to the circumcisions.’ The plural is used quite generally and indefinitely, as Zipporah referred not merely to this one instance, but to circumcision generally” (= ).
Catatan: Kitab Suci bahasa Inggris (KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV) menterjemahkan kata itu dalam bentuk tunggal, tetapi sebetulnya dalam bahasa Ibrani kata itu ada dalam bentuk jamak.

c)   Dalam kutipan kedua (hal 160) itu, mula-mula DR Edwin Louis Cole mengatakan ia tidak tahu mengapa Musa tidak menyunatkan anaknya, tetapi mungkin karena kesibukannya, ia lalu melemparkan tugas itu kepada istrinya. Tetapi kata-katanya pada bagian bawah (yang saya beri garis bawah ganda) mengatakan bahwa penyebab tidak disunatnya anak itu adalah: Zipora terlalu baik kepada anak itu, dan Musa terlalu baik kepada Zipora. Ini dua hal yang bertentangan!
Menurut saya adalah tidak mungkin Musa melalaikan penyunatan anak itu karena kesibukannya. Penyunatan tidak membutuhkan banyak waktu, dan ia tidak harus menyunat anak itu dengan tangannya sendiri, tetapi bisa menyuruh orang untuk menyunatkan anak itu.
Ada kemungkinan bahwa Musa dan / atau Zipora merasa kasihan kepada anak sulungnya, yaitu Gersom, ketika ia disunat. Karena itu, anak kedua, yaitu Eliezer (Kel 18:4), ditunda penyunatannya.
Atau, seperti dikatakan oleh Calvin, Musa tidak menyunatkan anaknya karena mertua / istrinya tidak menyetujuinya, dan ia lebih ingin menyenangkan orang dari pada Tuhan.

“Abraham adalah bapa segala orang percaya di bumi ini. ... Pekerjaan-pekerjaan apa saja yang Abraham turunkan kepada keturunannya? Pertama, ia dibenarkan karena iman; kedua, ia taat memberikan persepuluhan; ketiga, ia menyelamatkan Lot; keempat, ia memimpin keluarganya. Allah mengangkat Abraham sebagai pemimpin atas keluarga sorgawi yang ada di atas bumi ini melalui kepemimpinannya atas keluarga duniawinya” (hal 159-160).
a)   Dari mana tahu-tahu muncul persepuluhan? Abraham memang memberikan 1/10 hasil rampasan kepada Melkisedek (Kej 14:20), tetapi ini tidak bisa dianggap sebagai ketaatan, karena pada saat itu hal itu belum diwajibkan. Memberikan persembahan persepuluhan baru diwajibkan pada jaman Musa.
b)         Penyelamatan Lot juga tak pernah ditekankan sebagai ketaatan Abraham.
c)   Abraham memimpin keluarganya? Inipun tak pernah ditekankan sebagai ketaatan Abraham. Perlu diingat bahwa Abraham melakukan polygamy, karena mengambil Hagar menjadi istri / gundik, biarpun itu ia lakukan atas saran dari Sarai.
d)   Abraham tidak diangkat menjadi pemimpin atas keluarga sorgawi yang ada di atas bumi melalui kepemimpinannya atas keluarga duniawinya! Abraham disebut sebagai ‘bapa orang beriman’ bukan karena keberhasilannya memimpin keluarga duniawinya, tetapi karena imannya!
Ro 4:9-13 - “(9) Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran. (10) Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya. (11) Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka, (12) dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat. (13) Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman.
Ro 4:16-25 - “(16) Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, - (17) seperti ada tertulis: ‘Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa’ - di hadapan Allah yang kepadaNya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada. (18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’ (19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. (20) Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, (21) dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. (22) Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. (23) Kata-kata ini, yaitu ‘hal ini diperhitungkan kepadanya,’ tidak ditulis untuk Abraham saja, (24) tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, (25) yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”.

“Pikirkan pekerjaan-pekerjaan seorang ayah sejati, seorang anak Abraham yang sejati, seorang anak Allah yang sejati. Pertama, sunatkan anak laki-lakimu. Dalam Perjanjian Baru pekerjaan penyunatan anak ini (secara rohani) sama dengan memastikan bahwa anak-anak Anda adalah orang-orang Kristen yang sejati, yang lahir dari Roh Allah (hal 161).
Ini penafsiran / ajaran gila, dan juga sesat, karena apa hubungan sunat dan kesejatian iman? Dalam Perjanjian Lamapun tak ada hubungan seperti itu!
Dan kalau mau mengikuti ajaran DR Edwin Louis Cole, itu berarti kita hanya perlu memastikan bahwa anak laki-laki kita adalah orang-orang Kristen sejati. Lalu bagaimana dengan anak-anak perempuan kita?

BACA JUGA: BUKTI ALLAH TRITUNGGAL

“Menjadi ayah tiri memerlukan hikmat dan kasih yang lebih besar daripada menjadi seorang ayah yang alamiah, karena seorang ayah tiri harus mendapatkan hak kuasa, sedangkan ayah alamiah secara otomatis memiliki hak itu dalam keluarga. Prinsip yang diberikan Yesus sangat penting bagi para ayah tiri dan anak-anak tirinya. ‘Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?’” (hal 162).
Lagi-lagi pengutipan ayat yang ngawur!

“Mengapa pria itu begitu penting? Lima kitab pertama dalam Alkitab adalah kisah tentang tujuh orang pria. Kisah Allah tersingkap melalui manusia (pria???). Allah menyingkapkan Diri-Nya sebagai Bapa kita” (hal 163).
Siapa tujuh orang pria itu????

“Karena imam dalam Perjanjian Lama merupakan perantara antara Allah dan manusia, seorang penengah, yaitu orang yang menyatakan anugerah Allah kepada umat dan disebut ‘bapak’, maka ayah di dalam rumah bertindak sebagai ‘imam’ bagi keluarga” (hal 163).

“Ketika saya menulis bagian pertama dari buku ini, kuasa Allah hadir dan mempercepat apa yang saya tulis, dan saya merasakan bahwa apa yang ditulis itu begitu baik. Saya sadar bahwa urapan Allah hadir, dan kebenaran dalam buku ini telah mengubah hidup banyak pria di seluruh dunia. Di Zimbabwe, ketika saya sedang berbicara dalam sebuah konferensi, seorang pria yang takut akan Allah menantang saya. Pendeta Perkins telah menjadi seorang utusan Injil lebih dari tiga puluh tahun di Zambia dan ia dihormati dan dikasihi. Ia pernah dianiaya dan ditinggalkan di tepi jalan, tubuhnya dibungkus dengan kawat berduri dan dibiarkan agar dia mati. Ia tidak hanya bisa hidup, tetapi menikmati umur yang panjang sampai ia bisa menyaksikan orang-orang yang telah menyiksa dia itu dibawa kepada Kristus. Itulah keadilan yang ia rindukan. Pertama kali saya melihat dia ketika ia diperkenalkan untuk berbicara dalam konferensi itu, dan ia berjalan ke podium dengan perlahan, tetapi penuh empati. Ia berdiri dan menatap para hadirin selama beberapa menit. Lalu, ia mengamati saya di deretan kursi depan. Apa yang kemudian terjadi sungguh mengejutkan semua hadirin dan saya terpana. ‘Di manakah Anda ketika saya membutuhkan Anda?’ ia berteriak kepada saya. ‘Saya telah menghabiskan waktu untuk berkhotbah kepada kaum wanita dan anak-anak, dan baru sekarang ini saya membaca buku Anda, Maximized Manhood. Seandainya saya menghabiskan waktu hidup saya untuk belajar tentang pria, maka pasti saya sudah menyelamatkan bangsa saya. Anda harus masuk ke hutan di mana Anda dibutuhkan di sana.’” (hal 165,166).

“Suatu ketika saya sedang melayani seorang pendeta di Chicago, tiba-tiba Roh Kudus mengambil alih ‘saat-saat Allah’ itu. Sambil memandang jemaatnya, saya berkata bahwa ada beberapa orang anggota jemaat yang sedang mencari kesalahan pendeta, ....” (hal 168).

“Setelah hampir lima puluh tahun dalam pelayanan dan lima puluh empat tahun pernikahan, saya masih selalu bepergian, menulis, mengajar dan berkhotbah. Hidup bagi Kristus adalah satu-satunya petualangan terbesar di muka bumi ini. Tidak ada bandingannya. ... Saya ingin berkobar-kobar bagi Allah sampai akhir hidup saya” (hal 166,170).
Zeal without knowledge!!!

“Istri saya, Nancy, masih menjadi ‘Wanita Tercantik di Bumi Ini’, dan tidak pernah kehilangan kemampuannya untuk menolong saya. ... Kami telah menikah selama lebih dari lima puluh tahun. Orang-orang bertanya kepada saya apakah saya telah menikah dengan orang yang sama selama tahun-tahun itu. Jawaban saya selalu sama, ‘TIDAK! Dia adalah seorang yang penuh kasih, lebih ramah, setia, taat kepada Allah, lebih tulus dibandingkan sebelumnya. Dia adalah seorang ibu yang luar biasa, istri seorang pelayan, kekasih, dan orang Kristen terbaik yang pernah saya temui sepanjang hidup saya” (hal 176).
Tulus / jujurkah kata-kata ini???

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post