Buku ‘Hikmat Bagi Pria’ (Editor: Eddy Leo)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
“Manhood and Christlikeness are synonymous”
Intro: “Apakah Christian Men’s Network? Christian Men’s Network adalah sebuah jaringan pelayanan pria, yang didirikan oleh DR Edwin Louis Cole pada tahun 1979. “Saya percaya Allah telah memanggil saya untuk berbicara dengan suara kenabian kepada pria-pria generasi ini. Dia telah menetapkan saya dengan pelayanan yang berfokus kepada pria, untuk membawa mereka kepada keserupaan dengan Kristus dan menjamah mereka dengan kenyataan bahwa ‘Menjadi pria sejati dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama’ (DR Edwin L Cole)”.
“Tiba-tiba anak perempuan kami, Joann, berkata: ‘Pa, tahukah Papa kalau dosa seksual akan merupakan masalah yang melanda gereja pada dasa warsa delapan puluhan nanti? Pada akhir minggu pertama bulan Februari 1980 dalam sebuah retreat kaum pria di Oregon, saya mengutarakan hal itu. Saat itu saya tidak menyadari nubuat yang terkandung dalam pernyataan tersebut” (hal 135,136).
“Hal yang sama juga terjadi atas diri wanita Kristen. Mereka menginginkan suami mereka yang belum diselamatkan mendengarkan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Dan, mereka begitu menginginkan hal ini dan sering juga mereka berbuat salah. Mereka kelihatannya percaya bahwa ‘tidak ada laki-laki yang datang kepada Bapa kecuali istri mereka menarik mereka.’ Tidak ada seorang wanita pun yang mampu menarik seorang pria datang kepada Allah - hanya Roh Kudus yang mampu melakukannya. Tidak terkira banyaknya wanita yang sudah menyerahkan tubuh, pikiran, dan jiwa mereka terhadap maksud gila-gilaan ini, mereka mencoba menggantikan tugas Allah Roh Kudus. Berkali-kali para konselor mengatakan kepada para wanita, ‘Jangan mempermainkan Allah.’” (hal 65).
Tulisan ini ada di cover depan
buku, artinya: “Ke-pria-an dan keserupaan dengan Kristus adalah sama”.
Kalau demikian, lalu bagaimana
dengan wanita / perempuan? Mereka tak bisa menyerupai Kristus?
Intro: “Apakah Christian Men’s Network? Christian Men’s Network adalah sebuah jaringan pelayanan pria, yang didirikan oleh DR Edwin Louis Cole pada tahun 1979. “Saya percaya Allah telah memanggil saya untuk berbicara dengan suara kenabian kepada pria-pria generasi ini. Dia telah menetapkan saya dengan pelayanan yang berfokus kepada pria, untuk membawa mereka kepada keserupaan dengan Kristus dan menjamah mereka dengan kenyataan bahwa ‘Menjadi pria sejati dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama’ (DR Edwin L Cole)”.
Intro: “Sejak diperkenalkan, Christian
Men’s Network (CMN) telah melayani para pria di 210 negara, membangun 70 kantor
nasional dan melayani jutaan pria melalui pertemuan pria Kristen, retreat,
pelayanan gereja, video, radio, televisi, buku, kaset, dan siaran satelit. Ribuan pria mengalami perubahan hidup, perkawinan dipulihkan,
hubungan dipulihkan, pelayan-pelayan Tuhan bangkit dan dikuatkan, serta
lebih dari seratus pelayanan pria dilahirkan. Di Indonesia, pelayanan ini lahir
pada tahun 1997 dan baru pada tahun 1999 diresmikan secara internasional di
Texas, Amerika Serikat dengan ketuanya Ir. Eddy Leo, M.Th.”.
“Pengetahuan di otak kita akan
memotivasi tindakan-tindakan kita. Dan tindakan-tindakan kita akan menghasilkan
kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan kita. Dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan
menghasilkan karakter dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, issue pintar dan
bodoh di Alkitab bukanlah soal seseorang mempunyai gelar (jabatan) atau tidak,
melainkan tentang karakter” (hal 2).
Penerapan: nyatanya pengetahuan mereka kacau balau, lalu
bagaimana mau menghasilkan karakter yang benar?
“Dalam
Matius 7:24-27 dijelaskan ada 2 macam rumah yang dibangun diatas dasar yang
berbeda. Rumah berbicara tentang kehidupan dimana pria
menjadi imamnya. Pria yang bijaksana
(pintar) adalah pria yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Pria tersebut
membangun kehidupannya dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang kuat dari Firman Tuhan.” (hal 2).
Penerapan: ajaran mereka amburadul, dan bahkan terlihat dalam kalimat di
atas ini yang mengatakan pria menjadi imam! Dalam Perjanjian Baru tak ada imam
selain Yesus Kristus! Sobeknya tirai Bait Allah pada saat Yesus mati membuang
seluruh Bait Allah dengan korban-korban, upacara-upacara, dan imam-imamnya!
“Isilah otak (pikiran) kita dengan Firman Tuhan dan
hiduplah di dalamnya, karena Firman Allah adalah
pribadi Allah. Allah adalah Firman, dan Firman adalah Allah, Yoh 1:1.
(RO)” (hal 2).
Catatan: RO
rupanya adalah Rubin Ong, Youth Minister Fellowship Pemimpin Christian Men’s
Network di Indonesia (lihat book cover bagian depan buku ini).
Ini ajaran sesat dan
tolol! ‘Firman’
dalam Yoh 1:1,14 merupakan gelar dari Yesus, dan tidak menunjuk pada kata-kata
Allah!
Bandingkan dengan “tetapi berpikiran seperti Firman Tuhan berpikir” (hal 14).
Ini lagi-lagi ketololan
yang searah dengan ajaran di atas! Firman Tuhan tidak bisa berpikir! Kalau ia
mengatakan Firman Tuhan berpikir, lagi-lagi ia menganggap Firman Tuhan sebagai
pribadi!
“Ketika
istri anda bertanya, ‘Apakah kamu mencintaiku?’ Jawaban
yang benar adalah: ‘Apakah langit masih biru? Apakah air masih basah?
Apakah gunung masih tinggi? Begitulah cintaku padamu!!!” (hal 17).
“Katakan
kepada istri anda setiap hari, bahwa dia adalah hadiah dari Tuhan buat anda,
dan bahwa anda mencintainya” (hal 19).
Mengatakan bahwa itu adalah
‘jawaban yang benar’ menunjukkan bahwa jawaban seperti itu mutlak diharuskan.
Tetapi bagaimana kalau ternyata pria itu sudah luntur cintanya? Apakah tetap
harus mengatakan kata-kata seperti itu, dan dengan demikian berdusta?
“Semakin
banyak kita menabur kata-kata cinta baginya, semakin banyak pula kita akan
menuai keindahan cinta darinya (2Kor 9:6)”
(hal 20).
Ayat ini berurusan dengan
persembahan (baca 2Kor 9:7nya - “Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati
atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”.
Jadi, penggunaan ayat seperti
ini, merupakan penggunaan yang salah (out of context).
“Kata-kata
positif dan membangun yang diberikan oleh suami bagi istrinya akan membuat sang
istri bertumbuh dan berbuahkan pula hal-hal yang positif dan baik pula (Mat 12:33 ).
(RS)” (hal 20).
Catatan: RS
adalah Ronny Soedjak, Gembala GPDI Moria, Jatibening, Bekasi. Coordinator House
of Blessing (Pelayanan Keluarga). Pemimpin Christian Men’s Network di Indonesia
(lihat book cover di bagian depan buku ini).
Ini lagi-lagi menggunakan ayat
secara out of context!
Matius 12:33 - “Jikalau suatu pohon kamu katakan
baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka
tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal”.
“Hal
yang terbesar yang bisa dilakukan seorang ayah
bagi anak-anaknya adalah mencintai ibu mereka” (hal 21).
Ini ajaran extrim! Apakah
penginjilan kepada anak-anak itu tidak lebih besar dari tindakan mencintai ibu
mereka? Apakah mengasihi Allah tidak lebih besar bagi anak-anak dari tindakan
mencintai ibu mereka?
“Keharmonisan
hubungan otoritas (papa dan mama) akan menciptakan suasana rukun atau atmosfer
kemesraan bagi anak-anak. Dan Tuhan akan memerintahkan berkat mengalir atasnya
(Mzm 133:1-3)” (hal 22).
Lagi-lagi penggunaan ayat yang
out of context.
Maz 133:1-3 - “(1) Nyanyian
ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! (2) Seperti
minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut
Harun dan ke leher jubahnya. (3) Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas
gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan
untuk selama-lamanya”.
Kata ‘saudara-saudara’ jelas
menunjuk kepada ‘saudara-saudara seiman’, bukan pada ‘keluarga’.
“Tuhan
menginginkan pria memiliki konsistensi, ketegasan dan kekuatan. Sedangkan wanita adalah utusan atau dutanya Tuhan bagi pria (Kej 2:22);
Tuhan adalah bos atau penguasanya dan wanita mengemban tugas melaksanakan visi
dan misi Tuannya” (hal 30).
Ajaran gila! Kalau demikian,
wanita ada di atas pria! Dan ayat yang digunakan sangat tidak cocok!
Kejadian 2:22 - “Dan dari rusuk yang diambil TUHAN
Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu”.
Dari mana terlihat kalau
perempuan itu utusan / duta Tuhan bagi pria?
“Pria
yang sudah ditebus oleh darah Yesus
adalah pria yang hidup dalam terang. Dan ciri dari terang adalah hidup secara
terang-terangan / keterbukaan. Pengakuan adalah kunci pemulihan. Jangan takut
mengaku kalau memang salah. Akui dan minta maaf” (hal 8).
“Kunci
utama sebuah komunikasi yang berhasil adalah keterbukaan, sebaliknya
ketertutupan adalah hal yang menghancurkan komunikasi. Para pria, terbukalah di
hadapan Tuhan, keluarga, dan di hadapan orang lain” (hal 36).
Pertanyaannya: seterbuka apa?
Jujur tak berarti harus membuka semua rahasia!
Bdk. 1Sam 16:1-5 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada
Samuel: ‘Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah
Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan
pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara
anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagiKu.’ (2) Tetapi Samuel berkata: ‘Bagaimana
mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.’ Firman TUHAN:
‘Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban
kepada TUHAN. (3) Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku
akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagiKu orang
yang akan Kusebut kepadamu.’ (4) Samuel berbuat seperti yang difirmankan TUHAN
dan tibalah ia di kota Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya
dengan gemetar dan berkata: ‘Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?’ (5) Jawabnya:
‘Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kuduskanlah
dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan ini.’ Kemudian ia
menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke
upacara pengorbanan itu”.
Tuhan sendiri tak menyuruh Samuel
bersikap terbuka!
Juga bagaimana kalau cinta kepada
istri memang sudah luntur? Harus mengaku secara terbuka, atau tetap menyatakan
cinta seperti diperintahkan dalam hal 17,19 dalam buku ini????
“Lemah
lembut adalah power under control yang berarti mempunyai kekuatan tetapi tidak
mau membalas dengan kekuatannya” (hal 38).
Ini definisi ngawur!
“Tuhan
Yesus adalah imam besar (Mediator kita) atas perkataan-perkataan kita”
(hal 42).
Ini omongan apa? Tuhan Yesus
adalah mediator antara kita dengan Allah (1Tim 2:5), bukan mediator atas
perkataan-perkataan kita! Kalau mediator / pengantara, harus antara 2 pihak!
Mana pihak ke 2? Antara perkataan-perkataan kita dengan apa / siapa?
“Kedewasaan
seorang pria tidak diukur dari umur tetapi dari penerimaan akan tanggung jawab.
... Apabila pria tidak mau menerima dan melakukan tanggung jawab yang Tuhan
taruh dalam kehidupannya, dan jika pria tidak mau bertanggung jawab sebagai
kepala di dalam keluarganya, maka keluarganya akan mengalami kehancuran”
(hal 67,68).
“Itulah
Yesus sang pria sejati” (hal 70).
Padahal Yesus tidak menikah. Lalu
tanggung jawab sebagai kepala keluarga dimana?
“Di
Kis 13:22 dikatakan, setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi
raja mereka. Tentang Daud, Allah telah menyatakan: ‘Aku telah mendapat Daud bin
Isai, seorang yang berkenan di hatiKu dan yang melakukan segala kehendakKu.’
Tuhan mencari seorang yang taat untuk melakukan kehendak Tuhan. ...
Perhatikanlah, di dalam Firman Tuhan, setiap kali Tuhan ingin melakukan sesuatu
untuk kepentingan kerajaan atau umatNya, Tuhan selalu mencari seorang pria terlebih
dahulu untuk dapat melakukannya. Setelah Tuhan menemukan pria yang tepat
seperti yang Dia inginkan, barulah Tuhan memberitahukan metode apa yang harus
dipakainya untuk menyelesaikan semua rencana Tuhan tersebut.” (hal
74).
Ini ajaran Arminian! Dalam Reformed,
Tuhan pilih dulu, baru menjadikan orang itu sesuai kehendakNya. Bandingkan
dengan:
Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja.
Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari
Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan
belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang
pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan
panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba
anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi
membenci Esau.’”.
Ef 1:4,5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah
telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat
di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh
Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan
kehendakNya”.
“Bila
Tuhan memulihkan seorang pria bagi keluarganya, Dia juga menyelamatkan seluruh
keluarganya. Bila keluarga terselamatkan, berarti bangsa juga telah
terselamatkan” (hal 77).
Ini ajaran sesat dan tolol, mana
dasarnya??? Kis 16:31? Tidak cocok, karena arti ayat itu bukan demikian.
Abraham selamat, mengapa Hagar dan Ismael tidak? Ishak selamat, mengapa Esau
tidak? Daud selamat, mengapa Absalom tidak?
“Kehormatan
tertinggi yang Tuhan taruh di dalam kehidupan seorang pria adalah menjadi ayah.
Karena itu, Tuhan juga memilih untuk menyebut dan memanggil diriNya sebagai
Bapa. Kebapaan adalah pekerjaan yang terutama bagi para pria. Tidak ada yang
lebih lengkap bagi seorang pria untuk mencapai kepenuhan kecuali menjadi ayah”
(hal 78).
Ini betul-betul gila dan tolol.
a) Allah bukan memilih untuk
menyebut diriNya sebagai Bapa, tetapi Ia memang adalah Bapa, dan Yesus adalah
AnakNya.
b) Bukan kebapaan manusia yang
menjadi pola dari kebapaan Allah, tetapi sebaliknya!
c) Bagaimana dengan Yesus, yang
tidak pernah menjadi bapa, karena tak pernah menikah? Jadi, Ia tidak lengkap
untuk mencapai kepenuhan?
“Satu-satunya
yang tidak pernah berubah di dalam kehidupan adalah perubahan itu sendiri”
(hal 80).
Hanya Allah yang tidak berubah!
Tentang Ibrani 5:8-9 - “(8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia
telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya, (9) dan sesudah
Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua
orang yang taat kepadaNya”.
“Alkitab
berkata bahwa Yesus belajar taat untuk mencapai
kesempurnaanNya sebagai manusia” (hal 82).
“Kalau
hati kita berbalik kepada Tuhan, maka selubung (penghalang) kita diambil,
sehingga komunikasi kita dengan Tuhan kembali tercipta, dan pewahyuan dari Tuhan menjadi nyata atas kita, sehingga
kita tidak berjalan dalam kehendak kita sendiri tetapi berjalan di dalam
kehendak Tuhan” (hal 88).
“Lembut artinya hati yang tidak mudah terluka. Kelembutan
adalah kekuatan seorang pria. Bagaimana menjadi pria yang lembut? Belajarlah
pada Yesus, Dia berkata: ‘Belajarlah padaKu sebab Aku
lemah lembut.’ Datanglah pada salibNya ketika saudara mengalami tekanan.
Taatilah FirmanNya dalam kehidupan saudara sehari-hari. Niscaya saudara akan
mempunyai hati yang lembut” (hal 102).
Pertanyaannya: apa artinya lemah
lembut?
“Adam
tidak bertindak ketika Hawa dibujuk oleh ular untuk memakan buah pohon
terlarang. Adam seharusnya mencegah Hawa memakan buah itu, tetapi tidak
dilakukannya” (hal 114).
Alkitab tidak mengatakan
(sekalipun bisa diartikan demikian dari ay 6) bahwa Adam ada bersama Hawa
ketika Hawa digodai setan. Ay 6 bisa diartikan bahwa setelah mengambil dan
memakan buah itu baru Hawa memberikan kepada Adam ketika ia bersama / bertemu
dia.
“Nabi,
imam dan raja: jadilah seorang pria sejati. Seorang pria adalah seorang: Imam:
Yaitu seorang mediator antara Allah dengan keluarganya. Anda tidak akan pernah
bisa membawa Allah kepada keluarga Anda sebelum Anda membawa keluarga Anda
kepada Allah. Nabi: Yaitu seorang yang menyampaikan suara Allah kepada
keluarga. Dia menetapkan standar hidup keluarganya berdasarkan firman Tuhan.
Raja: Yaitu seorang yang mempimpin (govern), melindungi (guard) dan menuntun
(guide) keluarganya. Jika anda melakukan ketiga fungsi ini, keluarga anda akan
menjadi keluarga yang diberkati Tuhan” (hal 119-120).
Betul-betul lelucon! Jabatan
Imam, Nabi dan Raja itu hanya untuk Yesus. Dan tak ada imam selain Yesus dalam
jaman Perjanjian Baru!
Buku “Menjadi pria sejati”
(Edwin Louis Cole)
Edisi Revisi
“Saya
bahagia sekali menjadi seorang pria. ... Namun demikian, saya belum menjadi
manusia yang benar-benar sesuai dengan potensi diri saya yang sesungguhnya
sebagai seorang pria. Saat ini saya dapat melangkah dengan mantap dalam
perjalanan saya mencapai kepenuhan sebagai seorang pria. Sebelumnya, dalam
usaha saya menjadi seorang pria yang sejati, selama bertahun-tahun saya hanya
terombang-ambing ke sana kemari tanpa arah yang pasti. Itu
disebabkan karena saya tidak pernah diajari cara-cara untuk menjadi pria yang
sesungguhnya. Melalui berbagai pergumulan dan kesukaran, keberhasilan serta
penghargaan, akhirnya saya belajar banyak hal mengenai hakikat serta cara yang
sebenarnya untuk menjadi pria. Sekarang saya dapat mengatakan bahwa
hidup sebagai seorang pria adalah suatu kehidupan yang indah” (hal 3).
Dia bukan menjadi seperti itu
karena belajar Firman Tuhan! Bdk. Ef 4:11-dst.
“Dalam
diri Yesus, Allah mewujudkan secara nyata apa yang telah difirmankanNya, yaitu
bahwa Ia menciptakan pria ‘menurut gambarNya’ ... Bagaimana kita dapat
menghampiri Allah-manusia, Yesus Kristus ini? Bahkan bagaimana
mungkin kita dapat menyamai sifat-sifat ilahi dari Allah yang Mahakudus yang
menyatakan diri di bumi sebagai seorang Pria? Saya mengakui bahwa saya
belum mendapatkan seluruh jawabannya.” (hal 8).
Gila, siapa yang menyuruh kita
menyamai sifat ilahi dari Yesus?
“Dalam
suatu kebaktian, lebih dari dua ribu pria memadati sebuah auditorium di Boston.
Banyak di antara hadirin itu yang menerima prinsip dan kebenaran yang akan saya
ajarkan, menganutnya, kemudian mengajarkannya kepada pria lain, yang
selanjutnya mengajar pria yang lain lagi, dan dengan demikian kebenaran itu pun
menyebar luas. Pada hari itu, ketika saya berbicara kepada kumpulan orang
banyak tersebut, pengungkapan tentang Pribadi Yesus
yang sesungguhnya dan perbuatan-perbuatan yang telah dilakukanNya bagi
manusia, khususnya kaum pria, seakan-akan
menghunjam ke dalam pikiran dan hati setiap pria yang hadir di sana. Bobot
kebenaran itu menciptakan suatu kesenyapan yang begitu hening di antara mereka.
Beberapa saat kemudian, keheningan itu pun pecah menjadi ungkapan sukacita yang
penuh gairah. Saya berhenti berbicara dan memberi kesempatan bagi para pria
yang belum pernah mengambil keputusan untuk menjadi ‘pria sejati’ agar maju dan
menyatakan sikap mereka. Sewaktu ratusan pria beringsut maju ke depan,
pria-pria yang lain bersorak gemuruh, ‘Yesus, Yesus, Yesus!’ Sewaktu mereka
berseru demikian, keyakinan yang terbentuk terasa begitu nyata. Para pria
tersebut tiba-tiba menyadari bahwa menjadi pria sejati artinya adalah menjadi
seperti Yesus, satu-satunya Pria yang pernah hidup tepat sesuai dengan kehendak
dan tujuan Allah dalam menciptakan diriNya” (hal 8-9).
Catatan: kalau
perlu baca terus hal 9nya.
a) Ini tidak bisa tidak harus
mengajarkan doktrin tentang Kristus (Kristologi). Kok bisa mereka anggap
doktrin tak perlu?
b) Kata-kata ‘khususnya kaum
pria’ adalah omong kosong. Perbuatan apa yang Yesus lakukan hanya bagi pria,
dan tidak bagi wanita?
c) Ia menulis seakan-akan yang
ia adakan adalah suatu KKR penginjilan. Kalau memang KKR penginjilan maka ini
bisa saja. Tetapi kalau hanya ajaran tentang ‘pria yang sejati’, itu omong
kosong!
d) Kalau ajaran pria yang sejati
menekankan hubungan suami istri dengan anak-anak, bagaimana Yesus bisa mereka
teladani mengingat Yesus tidak pernah kawin / punya anak jasmani?
e) Bagaimana orang-orang yang
maju ke depan dalam kebaktian itu bisa membuang botol-botol minumannya (hal 9)?
Apakah mereka datang ke kebaktian dengan membawa botol-botol minuman mereka?
Atau mereka pulang dulu mengambil botol-botol itu dan lalu membuangnya ke altar
gereja?
Hal 14-15, penggunaan ayat /
perumpamaan yang out of context.
“Yesus
adalah kebenaran! Karena itu, Yesus adalah juga
kesejatian!” (hal 27).
Apa maksudnya??
“...
dapat menghapuskan keselamatan jiwa Anda” (hal 30).
Ini pandangan Arminian!
“Kita
tidak diselamatkan oleh sistem budaya yang kita miliki, tetapi oleh darah
Kristus” (hal 29).
Ini bagus dan Injili!
Tetapi sekaligus merupakan
sesuatu yang membuat buku ini berbahaya, karena apa yang bagus dicampur dengan
apa yang sesat. Orang-orang bodoh akan membela buku ini dengan menunjuk pada
hal-hal bagus seperti ini! Kalau makanan baik dicampur dengan racun, maka
bagian yang baik menjadi tidak baik, tetapi beracun juga!
Hal 32, cerita tentang Rehabeam
yang mengganti perisai emas dengan perisai tembaga (2Taw 12:9-10), tetapi
ditafsirkan secara alegoris, dan disamakan dengan orang yang mengganti keselamatan
dengan kebudayaan, mengganti keilahian dengan kemanusiawian, dan mengganti iman
dengan perbuatan, dsb!
“Jadi,
keselamatan itu kita peroleh bukan karena kebaikan kita, melainkan
dianugerahkan Allah berdasarkan kemurahan dan kasihNya yang tidak bersyarat”
(hal 33).
Ini Reformed! Jadi, buku ini
mencampur hal-hal yang Reformed dengan yang Arminian!!!
“Allah
memang memberkati kita karena memberi adalah tabiat Allah. Dia tidak dapat
untuk tidak memberi” (hal 33).
‘Memberi’ merupakan tabiat Allah???
“Tutur
kata adalah ungkapan sifat manusia, sebagaimana firman Allah juga mengungkapkan
sifat-sifat Allah. ‘Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah’ (Yohanes 1:1). Kristus datang sebagai
penjelmaan Firman Allah” (hal 47-48).
Hal 53-61,64,66,69,70,71,72,74,98
- Yesus ditekankan kepriaanNya! Semua kata ‘orang’ atau ‘manusia’ yang
ditujukan kepada Yesus, diubah menjadi ‘Pria’! Padahal sekalipun Yesus memang
seorang pria, tetapi dalam kelahiranNya, penderitaanNya, pengadilan
terhadapNya, kematianNya dsb, yang ditekankan dari Dia adalah bahwa Ia adalah
manusia sama seperti kita (Ibr 2:14-17), bukan kepriaanNya. Apa bahayanya
menekankan kepriaan Yesus? Bahayanya: ini bisa mengarah pada ajaran bahwa Ia
tidak mati untuk wanita!
“Allah
bermegah dalam diri pria yang mau datang kepadaNya dengan rendah hati, yang
dengan jujur berusaha berubah untuk menjadi semakin serupa dengan citra seorang pria yang terdapat dalam diri Yesus Kristus,
yaitu menjadi seorang ‘pria sejati’”
(hal 74).
“Dia
memerintahkan murid-muridNya agar melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang
telah dilakukanNya, berdasarkan iman (Yohanes 14:12). Dengan berbuat demikian, para pria akan memuliakan Allah seperti Dia juga telah
memuliakan Allah. Hanya dengan cara itulah harapan akan menjadi kenyataan. Kaum pria akan mendapatkan penggenapan dan kepuasan
dalam menjalani proses pendewasaan menjadi pria
yang sesungguhnya, dan pada saat itulah seorang pria
akan dapat bersikap sama, baik terhadap orang lain, terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap Allah” (hal 74-75).
Tak berlaku untuk wanita??
“Dikandung
oleh Roh Kudus, Yesus lahir ke dunia
sebagai ....” (hal 64).
Seharusnya ‘dikandung dari pada
/ dari Roh Kudus’. Bdk. Mat 1:18.
“Dia
mengatakan bahwa Dia hanya melakukan hal-hal yang dilihatNya dilakukan oleh
Bapa (Yohanes 5:19). Jadi, berdasarkan prinsip itu kita juga harus melakukan
hal-hal yang kita lihat telah dilaksanakan oleh Kristus” (hal 71).
Ini jelas merupakan salah tafsir
tentang Yoh 5:19.
Yoh 5:19 - “Maka
Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak
dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa
mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak”.
1) ‘Yesus
menjawab mereka’ (ay 19a).
Kalau kita
melihat kontex sebelum ayat ini, maka kita akan mendapatkan bahwa kontex itu
diakhiri dengan kata-kata Yesus (ay 17), bukan kata-kata orang-orang
Yahudi. Kalau demikian, mengapa di sini dikatakan bahwa ‘Yesus menjawab’? Karena
Yesus menjawab pikiran mereka, bukan kata-kata mereka. Bahwa Yesus bisa
mengetahui pikiran mereka menunjukkan kemahatahuan Yesus.
2) ‘Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya
sendiri’ (ay 19b bdk.
ay 30a: ‘Aku tidak
dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri’).
Ayat ini
dipakai oleh Arius / Arianisme (yang nantinya menjadi dasar dari ajaran Saksi
Yehuwa) untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak
bisa melakukan apapun dari diriNya sendiri.
Tetapi
sebetulnya ayat ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan Yesus! Dalam
kontex dimana Yesus menunjukkan diriNya sebagai Anak Allah, dan menyamakan
diriNya dengan Allah (ay 17-18), tidak mungkin tahu-tahu Ia justru
menunjukkan ketidak-mampuanNya.
Kalau demikian, apa arti /
maksud kata-kata Yesus ini? Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan
kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus dengan Bapa, yang menyebabkan
Yesus tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa Bapapun
tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Yesus!
Jadi, Yesus dan
Bapa tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah
pekerjaan Bapa, dan pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.
Dengan
demikian, kata-kata Yesus ini menjawab serangan mereka bahwa Yesus melanggar
Sabat dan menghujat Allah (ay 18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan
menghujat Allah, maka itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa.
Tetapi Yesus tidak bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu
jelas bahwa Ia tidak bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.
3) ‘Jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab
apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak’ (ay 19c).
a) Jangan mengartikan bagian ini seakan-akan
Yesus itu cuma bisa meniru BapaNya! Tentang bagian ini NICNT mengutip kata-kata
seorang yang bernama Westcott, yang memberikan komentar yang indah sebagai
berikut:
“The things that the Father does
that the Son does, too, not in imitation, but in virtue of His sameness of
nature” (= Hal-hal yang dilakukan oleh
Bapa juga dilakukan oleh Anak, bukan dalam peniruan, tetapi berdasarkan
kesamaan hakekatNya).
b) Kata ‘apa’
dalam bagian ini seharusnya adalah ‘apapun’.
RSV/NIV/NASB: whatever (= apapun).
KJV: what things soever (= hal-hal apapun
juga).
Jadi kata-kata
Yesus di sini menunjukkan bahwa Anak / Yesus melakukan apapun juga yang
dilakukan oleh Bapa. Padahal, apa yang dilakukan oleh Bapa jelas merupakan
pekerjaan ilahi, seperti menciptakan alam semesta dengan segala isinya,
membangkitkan orang mati, dsb. Bahwa Yesus melakukan apapun juga yang dilakukan
Bapa, menunjukkan bahwa Yesus / Anak adalah Allah!
Sebagai tambahan:
Kalau Nono / Unitarianisme
menganggap kata-kata Yesus dalam ay 19 ini merupakan suatu bantahan terhadap
tuduhan (yang salah) dari orang-orang Yahudi bahwa Ia setara dengan Allah, maka
tanya apa arti ay 19 itu bagi mereka. Kalau dilihat kata-kata dari ay 19 maka
Yesus cuma bisa meniru apa yang Bapa lakukan. Kalau demikian, bagaimana mungkin
Yesus mencipta alam semesta? Kapan Yesus pernah melihat Bapa melakukan hal itu?
Lalu pada waktu Yesus berinkarnasi, lalu menderita dan mati untuk menebus dosa
kita, kapan Dia melihat Bapa melakukan hal itu? Bapa bahkan tidak bisa mati,
karena berbeda dengan Yesus / Anak, Bapa tidak pernah berinkarnasi menjadi
manusia.
Tentang ini lihat Shedd vol III, hal 133.
Shedd: “In these passages the doctrine is
taught that while each person is so distinct from the others that he can speak
of himself as doing acts that are peculiar to himself and not to the others,
yet the distinctness is not so great as to make him another Being who does the
acts a]f’
e]autou (= of himself) exclusively and
apart from the others”
(= ) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol III, hal 133.
Hal 71 bawah, penafsiran alegoris
tentang Musa dan tongkatnya.
“Manusia
terlahir dari daging dan tidak memiliki kodrat ilahi melalui kelahiran alami.
Itulah sebabnya Yesus mengatakan kepada Nikodemus bahwa ia harus dilahirkan
kembali (Yohanes 3:3). Dia mengajarkan bahwa Allah adalah Roh, dan oleh karena
itu untuk dapat menerima kodrat Allah,
kita harus dilahirkan dari RohNya sebagaimana kita dilahirkan dari daging. Ketika Roh Kristus masuk ke dalam kehidupan seorang manusia,
terjadilah suatu ‘kelahiran’, karena dengan cara itu manusia dibuat hidup
di dalam Roh” (hal 72).
Yang warna biru sinting, yang
merah Arminian.
“Dalam
kemanusiaanNya, Dia mengambil bagian dalam kedagingan kita; dan oleh RohNya
kita mengambil bagian dalam keilahianNya, sehingga kita menjadi kebenaran Allah
di dalam Kristus Yesus (2Petrus 1:4)” (hal 73).
2Petrus 1:4 - “Dengan jalan itu Ia
telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat
besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian
dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan
dunia”.
“supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian
dalam kodrat ilahi”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘divine nature’ (= hakekat / sifat ilahi).
Calvin: “But the word ‘nature’ is not here essence but quality. The
Manicheans formerly dreamt that we are a part of God, and that after having run
the race of life we shall at length revert to our original. There are also at
this day fanatics who imagine that we thus pass over into the nature of God, so
that his swallows up our nature. Thus they explain what Paul says, that God
will be all in all (1 Corinthians 15:28,) and in the same sense they take this
passage. But such a delirium as this never entered the minds of the holy
Apostles; they only intended to say that when divested of all the vices of the
flesh, we shall be partakers of divine and blessed immortality and glory, so as
to be as it were one with God as far as our capacities will allow” [= Tetapi kata ‘nature’ (Yunani:
PHUSEOOS - PHUSIS) di sini bukanlah ‘hakekat’ tetapi ‘kwalitet’. Para
Manichean dahulu bermimpi bahwa kita adalah sebagian dari Allah, dan bahwa
setelah menyelesaikan kehidupan kita akhirnya kembali pada keadaan orisinil
kita. Pada saat ini juga ada orang-orang fanatik yang membayangkan /
mengkhayalkan bahwa kita akan melewati ke dalam hakekat / sifat dari Allah,
sehingga sifat / hakekatNya menelan sifat / hakekat kita. Maka mereka
menjelaskan apa yang Paulus katakan, bahwa Allah akan menjadi semua dalam semua
(1Kor 15:28), dan dalam arti yang sama mereka mengartikan text ini. Tetapi
kegilaan seperti ini tidak pernah memasuki pikiran-pikiran dari Rasul-rasul
yang kudus; mereka hanya bermaksud untuk mengatakan bahwa pada waktu dibebaskan
/ dilepaskan dari semua sifat buruk / jahat dari daging, kita akan menjadi
pengambil bagian dari ketidak-bisa-binasaan dan kemuliaan yang ilahi dan
diberkati, sehingga seakan-akan menjadi satu dengan Allah sejauh
diijinkan oleh kapasitas kita].
Catatan: Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa
Manicheism merupakan suatu filsafat yang bersifat agama yang diajarkan pada
abad ke 3-7 M. oleh seorang Persia bernama Manes atau Manicheus dan
murid-muridnya.
1Kor 15:28 - “Tetapi kalau segala sesuatu telah
ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan
diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya
Allah menjadi semua di dalam semua”.
Calvin: “we,
disregarding empty speculations, ought to be satisfied with this one thing, -
that the image of God in holiness and righteousness is restored to us for this
end, that we may at length be partakers of eternal life and glory as far as it
will be necessary for our complete felicity” (= kita, mengabaikan spekulasi
yang kosong, harus puas dengan satu hal ini, - bahwa gambar Allah dalam
kekudusan dan kebenaran dipulihkan bagi kita untuk tujuan ini, supaya kita
akhirnya bisa menjadi pengambil bagian dari kehidupan dan kemuliaan kekal
sejauh itu perlu untuk kebahagiaan lengkap / sempurna kita).
Barnes’ Notes: “it cannot be taken in so literal a sense as
to mean that we can ever partake of the divine ‘essence,’ or that we shall be ‘absorbed’
into the divine nature so as to lose our individuality. ... It is in the nature
of the case impossible. There must be forever an essential difference between a
created and an uncreated mind. ... The reference then, in this place, must be
to the ‘moral’ nature of God; and the meaning is, that they who are renewed
become participants of the same ‘moral’ nature; that is, of the same views,
feelings, thoughts, purposes, principles of action. Their nature as they are
born, is sinful, and prone to evil (Eph. 2:3), their nature as they are born
again, becomes like that of God. They are made LIKE God; and this resemblance
will increase more and more forever, until in a much higher sense than can be
true in this world, they may be said to have become ‘partakers of the divine
nature.’” [= ini tidak
bisa diambil dalam arti begitu hurufiah sehingga berarti bahwa kita bisa
mengambil bagian dari ‘hakekat’ ilahi, atau bahwa kita akan ‘dihisap’ ke dalam
hakekat ilahi sehingga kehilangan keindividuan kita. ... Kasus itu merupakan
sesuatu yang mustahil. Pasti akan ada untuk selama-lamanya perbedaan antara
pikiran yang dicipta dan yang tidak dicipta. ... Jadi, kata-kata di tempat ini
harus menunjuk pada sifat ‘moral’ dari Allah; dan artinya adalah bahwa mereka
yang diperbaharui menjadi pengambil bagian dari sifat ‘moral’ yang sama; yaitu,
dari pandangan, perasaan, pemikiran, tujuan, prinsip tindakan yang sama. Sifat
mereka pada waktu dilahirkan adalah berdosa dan condong pada dosa (Ef 2:3),
sifat mereka pada waktu dilahirkan kembali, menjadi serupa dengan sifat Allah.
Mereka dibuat menjadi SEPERTI Allah; dan kemiripan ini akan makin meningkat
selama-lamanya, sampai dalam arti yang jauh lebih tinggi dari yang ada dalam
dunia ini, mereka dikatakan telah menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’].
“Yesus
menanggalkan segala kemuliaan yang dimilikiNya di sorga, merendahkan diriNya
hingga menjadi sedikit lebih rendah dari malaikat, menjadi serupa dengan manusia, .... ” (hal 74).
Seharusnya bukan ‘serupa’ tetapi
‘sama’!! Ibr 2:14-17 Fil 2:7.
Tetapi bagaimana dengan Ro 8:3?
“Dalam
menjalani kehidupanNya, Dia bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus, agar
kita dapat menerima Roh Kudus yang sama, sehingga kita dapat hidup sama
seperti ketika Dia hidup di muka bumi ini” (hal 74).
Yesus hidup suci, bukan supaya
kita dapat menerima Roh Kudus!
“Sebelum
manusia sepakat dengan penilaian Allah atas kesalahan mereka dan dengan
persediaanNya bagi kepentingan kekal mereka, maka manusia akan berada di luar wewenang dan kemampuan Allah”
(hal 78).
Lucu sekali!!!!
“...
menjadi nyata bagi saya selama masa puasa empat puluh hari yang pernah saya
lakukan” (hal 78).
“Kalvari
adalah tempat Kristus menukar kebenaranNya
dengan keadaan kita yang berdosa, supaya kita dapat menyerahkan keberdosaan
kita dan menerima kebenaranNya” (hal 79).
Jadi, Ia menjadi berdosa?
“Yesus
memberikan keseimbangan antara pertobatan dan iman yang membuat pintu sorga
terbuka” (hal 79).
Apa arti dari ‘keseimbangan’?
Kalimat ini mengarah pada keselamatan karena iman + perbuatan baik???
“Tetapi
di dalam Kristus, baik kehidupan maupun kematian merupakan
milik manusia (1Korintus 3:22)” (hal 81).
Apa maksudnya????
Tahun Yobel merupakan lambang
kematian dan kebangkitan??
“Pengampunan
semacam itu adalah lambang kematian dan kebangkitan” (hal 82).
“Selain
ada kematian, ada pula ‘roh kematian’. Roh kematian itu mirip dengan gejala penyakit. Orang
yang baru mengalami gejala suatu penyakit belum tentu benar-benar menderita
penyakit tersebut, karena sering kali gejala-gejala tersebut hanya mendorong
orang merasa bahwa dirinya sakit, padahal sesungguhnya ia tidak sakit. Kalau gejala-gejala tersebut ditolak, disangkal, dan
ditengking, maka gejala-gejala itu tidak akan mendatangkan pengaruh apa pun.
‘Roh kematian’ sering kali hanya berusaha menekan agar
manusia tunduk dan menyerah kepada kematian, namun kalau roh itu diusir dalam
nama Yesus, kematian itu pun tidak akan dapat menelan mangsanya”
(hal 82-83).
Ini bau Kharismatik, dan
merupakan ajaran gila!!!!
“Allah
tidak membiarkan Elia mati, tetapi membantunya untuk bangkit kembali. Allah
membuat roh kematian menyingkir dari diri Elia,
lalu memulihkan keadaan Elia sehingga ...” (hal 83-84).
Tak ada yang menengking kok roh
kematian bisa menyingkir???
“Meskipun
Paulus sudah terlepas dari belenggu dosa, namun bayangan masa lalunya masih
terus mengikutinya. Pada masa ia sedang gencar-gencarnya menganiaya orang
Kristen, ia telah memerintahkan agar mereka dipenjarakan, dibunuh, atau dilempari
batu. Setelah menjadi orang percaya, ia melakukan ibadah bersama-sama dengan
kaum ibu yang menjadi janda karena kebencian Paulus dahulu terhadap orang
Kristen, dan dengan bapak-bapak yang anaknya mati akibat penganiayaan yang
dilakukannya. Rasa bersalah dari masa lalunya itu merupakan beban yang terlalu
berat untuk ditanggungnya. Ia membandingkan dirinya dengan orang-orang yang
dihakimi karena bersalah melakukan pembunuhan yang direncanakan. Pada waktu itu
hukuman yang dijatuhkan bagi orang-orang yang terbukti secara sengaja
merencanakan dan melakukan pembunuhan terasa tidak lazim bagi kita, namun
benar-benar sepadan dengan kejahatan yang telah diperbuat, yaitu mayat korban
pembunuhan akan diikatkan dengan rantai pada tubuh orang yang telah membunuhnya,
sehingga ke mana pun pembunuh itu pergi, ia terpaksa menyeret-nyeret mayat itu.
Dengan sendirinya pembunuh itu akan dikucilkan oleh masyarakat, sehingga akan
sulit baginya untuk tetap bertahan hidup. ... Begitulah Paulus menggambarkan
keadaan dirinya, di mana ia merasa seolah-olah dosa, rasa bersalah, dan aib
dari masa lalunya itu diikatkan dengan rantai pada dirinya. Semuanya itu
menjadi suatu beban yang terlalu berat untuk ditanggung, dan kalau tidak
dilepaskan, beban itu akhirnya akan membunuhnya. Tetapi, kemudian ia
mendapatkan kebebasan dari semua belenggu masa lalunya itu. Adapun kebebasan
itu ia peroleh dari sumber yang juga telah memberitakan kabar keselamatan bagi
dirinya. Ia ingin seluruh dunia mengetahui hal ini, maka ia menulis, ‘Syukurlah
kepada Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.’ Ia sudah bebas!” (hal 84-85).
“Ketika
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan keserupaan moralnya, Dia memperlengkapi kita dengan lima
kemampuan yang memungkinkan kita menjalani kehidupan yang serupa dengan
kehidupan Kristus. Dengan demikian Allah telah mencurahkan sebagian keunggulan
sorga ke bumi ini. Kelima kemampuan itu adalah:
(1) Kemampuan untuk mengetahui kebenaran
(2) Kemampuan untuk mengenali keutamaan moral
(3) Kekuatan untuk melakukan kehendak kita
(4) Daya cipta
melalui perkataan kita
(5) Hak dan kemampuan untuk berkembang biak”
(hal 94).
Mana dasar Alkitabnya? Keserupaan
moral? Keutamaan moral???
“Yesus
berkata, ‘Dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada’ (Lukas 12:34).
Setelah menyadari bahwa orang yang harus membayar untuk mendapatkan sesuatu
akan menjadi jauh lebih berminat pada hal yang dibayarnya daripada sekadar
menjadi penonton, maka kami pun menarik biaya pendaftaran untuk kegiatan yang
kami laksanakan. Hasilnya memang terlihat nyata karena kini kaum pria yang
mengikuti acara kami itu dapat bertahan mengikuti seluruh kegiatan hingga
selesai dan mereka tetap hadir sekalipun cuaca sangat buruk. Uang pendaftaran
itu bagi mereka menjadi suatu harta yang mereka tanamkan dalam kegiatan-kegiatan
kami, sehingga hati mereka pun berada dalam pertemuan itu. Prinsip itu
sekaligus juga mengajarkan bahwa Anda tidak mungkin membangun sebuah jemaat
apabila anggota-anggotanya tidak mau membayar persepuluhan atau menanamkan uang
mereka dalam pekerjaan Allah tersebut. Karena mereka tidak menanamkan harta
mereka di situ, hati mereka pun tidak berada di tempat itu” (hal 107).
Ini omong kosong gila!
a) Kata-kata Yesus dalam Luk
12:34 hanya mengkontraskan harta terletak di surga atau di dunia. Lihat kontextnya!
b) Kalau yang dikatakan di atas
ini memang benar, mengapa hanya menekankan uang pendaftaran dan persembahan
persepuluhan? Mengapa tidak sekalian mengharuskan orang yang mau masuk
keanggotaan suatu gereja / dibaptis membayar uang pangkal???
c) Bagaimana ini bisa diharmoniskan dengan:
Mat 10:8 - “Sembuhkanlah
orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah
setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah
pula dengan cuma-cuma”.
1Kor 9:12,15,18
- “(12) Kalau orang lain
mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami
mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu.
Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan
rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. ... (15) Tetapi aku tidak pernah
mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini,
supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari
pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! ... (18) Kalau
demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil
tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil”.
2Kor 11:7 - “Apakah
aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kamu, karena aku
memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma?”.
2Raja 5:16-17
- “(16) Tetapi Elisa
menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, yang di hadapanNya aku menjadi pelayan,
sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.’ Dan walaupun Naaman mendesaknya
supaya menerima sesuatu, ia tetap menolak. (17) Akhirnya berkatalah Naaman:
"Jikalau demikian, biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak
muatan sepasang bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban
bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN”.
d) Tuhan memberikan keselamatan
secara cuma-cuma kepada kita (Ro 3:24). Kalau begitu Tuhan tidak bijaksana,
karena kita pasti tidak akan menghargai keselamatan itu!
“Suatu
keluarga seharusnya menjalani proses pemuridan berdasarkan pola yang
alkitabiah, yaitu: gembala sidang memuridkan kaum pria (ayah) dan para ayah
memuridkan keluarganya. Namun, selama dua generasi terakhir ini para gembala
telah mengajar para ayah untuk membawa keluarganya ke gereja dan gereja
kemudian mengambil alih tanggung jawab untuk memuridkan keluarga melalui
sekolah Minggu, kegiatan remaja, pendalaman Alkitab kaum wanita, dan berbagai
kegiatan lainnya. Dengan demikian, gembala menjadi ayah angkat bagi setiap
anggota keluarga yang mengunjungi gereja. Beban ini tentu saja terlalu berat
untuk ditanggung oleh satu orang saja” (hal 112).
a) Mana dasar Alkitabnya???
b) Ini bertentangan dengan:
Neh 8:3-4 - “(3) Lalu pada hari pertama bulan
yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni
baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar
dan mengerti. (4) Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman
di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan
perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian
seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu”.
Ezra 10:1 -
“Sementara
Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah
Allah, berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya,
laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis
keras-keras”.
Mat 14:21 - “Yang ikut makan kira-kira lima
ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak”.
1Tim 5:1-2 - “(1) Janganlah engkau keras
terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah
orang-orang muda sebagai saudaramu, (2) perempuan-perempuan tua sebagai
ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian”.
2Tim 1:5 - “Sebab aku teringat akan imanmu
yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois
dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu”.
Yesus pada usia
12 tahun belajar di Bait Allah; apakah Yusuf tidak memuridkan keluarganya, dan
apakah Yesus salah karena tidak belajar dari Yusuf?
“Menggali
sumur melambangkan bahwa kedua keturunan Abraham tersebut perlu melakukan
pekerjaan seperti yang dilakukan ayah mereka agar mereka dapat memenuhi
persyaratan seperti yang dimiliki ayah mereka, yaitu persyaratan yang
dibutuhkan untuk menjadi pemimpin” (hal 127).
Ini pengalegorian terhadap
kata-kata ‘menggali sumur’!
“Adapun
orang yang memiliki hak untuk memberikan suaranya namun tidak menggunakan
haknya itu sebenarnya sama saja dengan berbuat kejahatan. Dalam perumpamaan
tentang talenta, Yesus menyebut hamba yang tidak melakukan apa-apa itu sebagai
orang yang jahat, malas, lamban, dan kurang ajar” (hal 129).
Ini penyamaan yang ngawur seenaknya
sendiri; penggunaan ayat Kitab Suci secara sama sekali salah.
Disamping Yesus hanya mengatakan
hamba itu sebagai jahat, malas, dan tidak berguna; tak pernah ada kata-kata
‘kurang ajar’.
Mat 25:26-30 - “(26) Maka jawab tuannya itu: Hai
kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai
di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak
menanam? (27) Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang
yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan
bunganya. (28) Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah
kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. (29) Karena setiap orang yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang
tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (30) Dan
campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling
gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.
“Allah
secara langsung menugaskan Adam untuk membimbing, mengawasi, dan memerintah
bumi beserta proses perkembang-biakannya. Ketika Hawa diciptakan dan kemudian
terbentuk sebuah keluarga, maka Adam pun bertugas mengurus seluruh keluarganya.
Adapun tugas tersebut juga mencakup tiga tanggung jawab serupa: membimbing,
mengawasi, memerintah” (hal 129).
a) Dia membalik urut-urutannya,
karena dalam Kej 1:26-27 Allah menciptakan manusia (laki-laki dan perempuan /
Adam dan Hawa), dan baru dalam Kej 1:28 Allah menyuruh MEREKA berdua untuk
berkembang biak dan memenuhi dan menaklukkan bumi.
b) Jadi, tak bisa ditafsirkan
bahwa Adam bertugas membimbing, mengawasi, memerintah Hawa!
c) Kata-kata ‘membimbing, mengawasi
dan memerintah’ itu muncul dari mana?
“Dalam
Efesus 5:28-29 ketiga tanggung jawab itu disebut sebagai: mengasihi, mengasuh,
merawat, mengarahkan, melindungi, memperbaiki. Memelihara, menghargai, menegur”
(hal 129).
Ef 5:28-29 - “(28) Demikian juga suami harus mengasihi
isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya
mengasihi dirinya sendiri. (29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya
sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus
terhadap jemaat”.
Hanya tiga kata pertama yang ada,
lalu kata-kata ‘mengarahkan, melindungi, memperbaiki, memelihara, menghargai,
menegur’ muncul dari mana?
“Para
teolog menjelaskan tentang kedudukan Allah, Anak, dan Roh Kudus dalam
Tritunggal Allah, sebagai berikut:
Anak
= Visioner (pemegang visi)
Roh
Kudus = Administrator (pengelola)
Bapa
= penguasa” (hal 129-130).
Teolog tolol yang mana yang
mengatakan ini? Ini teori sinting / sesat tentang Allah Tritunggal. Juga ini
dinyatakan tanpa dasar Alkitab!
Disamping
dalam apa yang ia bahas, sebetulnya ia sama sekali tak perlu bicara tentang
Allah Tritunggal, tetapi tahu-tahu nyelonong ke Allah Tritunggal tanpa ada
perlunya, dan memasukkan ajaran sesat ini!
“Ketika
Kristus datang ke dunia, Dia menyatakan diriNya sebagai nabi, imam, dan raja. Para ayah juga dipanggil untuk menjadi nabi, imam, dan raja
bagi keluarga mereka. Nabi berbicara sebagai wakil Allah kepada umatNya;
imam berbicara kepada Allah mewakili umat Allah;
dan raja memerintah atas dasar kerelaannya untuk melayani. Para pria dituntut untuk menjalankan ketiga peranan ini.
... Jadi, tanggung jawab seorang pria terhadap keluarganya adalah mengarahkan,
melindungi, dan memperbaiki; memelihara, menghargai, menegur; menjadi nabi, imam, dan raja. ... Seorang pria bisa saja sukses
dalam mengelola usahanya, namun gagal menjadi perantara
Allah bagi keluarganya” (hal 130,131).
Ini juga ajaran sesat!
a) Kristus memang adalah nabi,
imam, dan raja, tetapi atas dasar apa mengatakan bahwa para ayah juga dipanggil
untuk melakukan tugas / jabatan Kristus itu? Mengapa tidak sekalian
mengharuskan para ayah menjadi Juruselamat / Penebus dosa keluarga?
b) Jaman Perjanjian Baru, setelah
kematian Kristus, tirai Bait Allah sobek, menunjukkan penghapusan seluruh Bait
Allah dengan semua korban, upacara, dan juga imam! Jadi, tidak mungkin bisa ada
imam, dan mengatakan bahwa ayah adalah imam dalam keluarga, merupakan ajaran
sesat!
“Dari
nada bicaranya saya segera dapat merasakan bahwa Allah sendiri yang telah
mengilhaminya untuk berbicara demikian” (hal 134).
Ini lagi-lagi sesat. Kalau ada
ilham, maka apa yang dikatakan orang itu harus jadi Alkitab jilid 2! Dan dari
mana / bagaimana Edwin Louis Cole bisa ‘merasakan’ ilham itu????
Penulis-penulis Alkitab sendiri belum tentu merasakan kalau Allah mengilhaminya
dalam menuliskan Alkitab.
“Pengajarannya
tentang ‘Sembilan Prinsip Syafaat’ itulah yang mengubah kehidupan pernikahan
saya dan Nancy. ... Kami menerima tantangan tersebut dan mulai mempraktekkan
sembilan langkah dalam bersyafaat yang diajarkan Joy. Hasilnya sungguh luar
biasa” (hal 134).
Kalau begitu seluruh sisa Alkitab
yang begitu banyak dibuang saja. Toh yang sembilan langkah sudah cukup!
“Bertahun-tahun
kemudian, Tuhan kembali menyampaikan firmanNya secara khusus kepada saya.
Ketika itu saya sedang berpuasa dan seperti biasa, pagi itu saya juga
berjalan-jalan menyusuri pantai seorang diri di tengah-tengah udara yang masih
terasa begitu dingin dan berkabut. Saya kemudian berseru kepada Allah dan
RohNya menyampaikan kelima ‘firman’ ini kepada roh saya:
‘Kuduskanlah
dirimu.’
‘Beritakanlah
Firman Tuhan.’
‘Jangan
ragu akan apapun.’
‘Gunakanlah
emas, namun jangan jamah kemuliaannya.’
‘Naikkanlah
doa yang terdapat dalam Kisah Rasul 4:24.’” (hal 135).
Orang ini memang sinting dan
sesat. Bandingkan dengan kata-kata 2 orang di bawah ini.
Dalam bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’,
hal 138, Victor Budgen mengutip kata-kata John Owen, seorang ahli theologia
Reformed yang hidup pada tahun 1616-1683. John Owen berkata sebagai berikut
tentang ‘revelations’ (= wahyu):
“They
are of two sorts - objective and subjective. Those of the former sort, whether
they contain doctrines contrary unto that of Scripture, or additional
thereunto, or seemingly confirmatory thereof, they are universally to be
rejected, the former being absolutely false, the latter useless. ... By
subjective revelations, nothing is intended but that work of spiritual
illumination whereby we are enabled to discern and understand the mind of God
in the Scripture; which the apostle prays for in the behalf of believers
(Eph 1:16-19) ...” [= Mereka (Wahyu-wahyu) terdiri dari 2 macam - obyektif dan subyektif. Yang tergolong jenis
pertama (wahyu obyektif), apakah itu
berisikan ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci, atau ajaran yang
ditambahkan pada Kitab Suci, atau ajaran yang kelihatannya meneguhkan Kitab
Suci, harus ditolak secara universal, yang pertama karena palsu, yang terakhir
karena tidak berguna. ... Yang dimaksud dengan wahyu subyektif tidak lain
adalah pekerjaan pencerahan rohani dengan mana kita dimampukan untuk melihat
dan mengerti pikiran Allah dalam Kitab Suci; yang untuknya sang rasul berdoa
demi orang percaya (Ef 1:16-19) ...].
Lalu dalam buku yang sama, hal
183, Victor Budgen mengutip lagi dari Charles Haddon Spurgeon (1834-1892)
sebagai berikut:
“Every
now and then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or
some lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always
fools ready to follow any impostor” (= Sesekali
muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan mengoceh;
atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya, dan selalu
ada orang-orang tolol yang siap untuk mengikuti seadanya penipu).
“Dalam
waktu dua puluh empat jam kemudian saya segera mengundurkan diri dari tugas
penggembalaan di gereja dan dari semua jabatan organisasi yang saya pegang.
Empat puluh delapan jam kemudian, di garasi rumah saya, saya memulai tugas
pelayanan saya yang baru. Mulai saat itu saya menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu
yang khusus melayani kaum pria” (hal 135).
Apakah ini pria yang bertanggung
jawab? Membuang pelayanan dalam 24 jam pasti mengacaukan gereja! Dan itu datang
dari Tuhan?
“Tiba-tiba anak perempuan kami, Joann, berkata: ‘Pa, tahukah Papa kalau dosa seksual akan merupakan masalah yang melanda gereja pada dasa warsa delapan puluhan nanti? Pada akhir minggu pertama bulan Februari 1980 dalam sebuah retreat kaum pria di Oregon, saya mengutarakan hal itu. Saat itu saya tidak menyadari nubuat yang terkandung dalam pernyataan tersebut” (hal 135,136).
Anaknya bernubuat!!!
“Roh
kita selanjutnya juga akan bersaksi kepada Allah dan kepada orang lain”
(hal 137).
“Itu
sebabnya kita harus memperhatikan perkataan para nabi” (hal 137).
Nabi Perjanjian Lama atau nabi
jaman sekarang??? Kelihatannya ia percaya jaman sekarang masih ada nabi.
“nasihat
Gamaliel yang berasal dari Allah ...”
(hal 137).
“Allah
memberikan kodrat baru kepada kita (2 Petrus
1:4)” (hal 137).
“Anda
harus dapat menjadi wahyu Allah yang dinyatakan
bagi orang-orang tersebut. Sebagaimana dahulu Yesus menjadi wahyu Allah yang
dinyatakan di atas bumi, demikian pula kaum pria harus berdiri mewakili Kristus
dan menjadi wahyu Allah bagi sesamanya”
(hal 138).
“Pola
kerja Allah secara garis besar adalah sebagai berikut: Allah menyampaikan suatu
firman, memberi firman tersebut wujud berupa suatu ‘tubuh’, dan menyembuhkan
seluruh dunia.
·
Pola
tersebut terlihat nyata dalam kehidupan Yesus. Yesus datang sebagai ‘Firman’,
Dia datang dalam wujud tubuh manusia (yang terdiri dari darah dan daging, dan
menyampaikan kabar anugerah serta penebusan yang membawa kesembuhan bagi dunia.
·
Allah
menyampaikan berita Injil kepada para murid, yang kemudian menjadi tubuh
Kristus, dan selanjutnya mereka membawa kesembuhan bagi seluruh dunia”
(hal 138-139).
“Martin
Luther. ... Orang-orang yang mempercayai firman tersebut dan mengikuti Luther
kemudian disebut sebagai ‘kaum Lutheran’, ...” (hal 139).
Orang ini tak mengerti sejarah!
Baik Luther, Wesley, Holiness
movement, gerakan Pentakosta, maupun gerakan Kharismatik, semua berasal dari
Allah! (hal 139). Bagaimana mungkin? Padahal mereka semua bertentangan satu
sama lain?
Hal 140-148 - istilah ‘wahyu’
maupun ‘inspirasi’ digunakan dalam arti yang ngawur!
Hal 141,142,143,145,146,147,148 -
istilah-istilah ‘wahyu yang baru’ dan ‘inspirasi yang baru’.
“Dalam
hubungan antar manusia, formalitas menjadi pertanda adanya jarak dalam hubungan
tersebut, sebab dalam hubungan yang intim tidak terdapat lagi bentuk-bentuk
formalitas. Jadi, semakin formal bentuk penyembahan yang dilakukan, semakin
jauh pula jarak antara si penyembah dengan wahyu yang mula-mula diterimanya”
(hal 141).
Ini sinting! Kalau Allah sendiri
memberi peraturan-peraturan tentang penyembahan, dan itu kita turuti, maka itu
bukan formalitas. Kelihatannya ia menyerang liturgi kebaktian dari protestan
yang memang lebih formil dari dalam gereja Kharismatik.
Di samping, hubungan antar
manusia, yang memang setingkat, tak bisa dianalogikan dengan hubungan antara
manusia dengan Penciptanya!!!
“Apabila
orang menolak wahyu yang baru, maka ia akan terjerumus ke dalam proses
kristalisasi. Padahal, Tuhan adalah Allah yang tidak mengenal kemandekan. Dia
terus menerus menyatakan diriNya untuk memulihkan segala sesuatu sebelum
kedatangan Kristus yang keduakalinya” (hal 142-143).
Jadi, tak ada henti-hentinya Ia
memberi wahyu? Lalu mengapa tak keluar Alkitab jilid 2,3 dst?
“...
semuanya itu hendaknya tidak membuat manusia lupa untuk kembali kepada Allah
guna mendapatkan lagi wahyu yang baru. Bangsa Israel harus mengumpulkan manna
segar setiap hari (Keluaran 16:16-21) sebab jika lewat dari satu hari, manna
itu akan membusuk. Kalau kita berusaha memuaskan diri dengan wahyu mula-mula
saja dan tidak berusaha mencari wahyu baru dari Allah, kita akan mengalami
kemerosotan dan menjadi orang yang ‘setengah-setengah’ saya atau bahkan ke
tingkat yang lebih rendah lagi” (hal 148-149).
Ini lagi-lagi alegori yang
ngawur. Kalau manna diartikan wahyu, maka pada hari Sabat mereka tidak mendapat
wahyu, karena Tuhan tak beri manna pada hari Sabat!
“Kemudian
dengan mengandalkan pengalaman tersebut, mereka menyerbu kota Ai, namun
ternyata justru mengalami kekalahan hebat (Yosua 6-7). Penyebabnya adalah:
mereka merasa sudah kuat sehingga lupa berdoa” (hal 149).
Ini ngawur. Mereka kalah karena
pencurian yang dilakukan oleh Akhan!!! Ini dinyatakan secara explicit dalam Yos
7:10-12 - “(10) Lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: ‘Bangunlah! Mengapa engkau sujud demikian? (11)
Orang Israel telah berbuat dosa, mereka melanggar perjanjianKu yang
Kuperintahkan kepada mereka, mereka mengambil sesuatu dari barang-barang
yang dikhususkan itu, mereka mencurinya, mereka menyembunyikannya dan mereka
menaruhnya di antara barang-barangnya. (12) Sebab itu orang Israel tidak dapat bertahan menghadapi
musuhnya. Mereka membelakangi musuhnya, sebab mereka itupun dikhususkan
untuk ditumpas. Aku tidak akan menyertai kamu lagi jika barang-barang yang
dikhususkan itu tidak kamu punahkan dari tengah-tengahmu”.
“‘Percayakanlah
itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai (bahasa Inggris: setia) yang juga
cakap mengajar orang lain’ (2 Timotius 2:2). Ini adalah suatu prinsip pemuridan
yang terdapat dalam Alkitab. Namun, manusia secara salah telah memutarbalikkan
prinsip itu menjadi: ‘Percayakanlah kepada orang yang cakap yang nantinya akan
setia.’ Padahal, yang diandalkan oleh Allah adalah karakter, bukan talenta”
(hal 153).
Lagi-lagi ngawur! Memang karakter
penting tetapi talenta (atau lebih tepat ‘karunia’) juga penting. Kata-kata ‘cakap
mengajar orang lain’ dalam 2Tim 2:2b jelas menunjuk pada
‘karunia’!
Dan DR Edwin Louis Cole
mengatakan dalam buku ini (hal 213) sebagai berikut: “Beberapa tahun yang lalu saya berkesempatan untuk
bergabung dengan suatu kelompok pelayanan radio Kristen. Sewaktu pertama kali
dimulai, orang-orang yang berminat dan ikut bergabung dengan pelayanan itu
adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah, namun sangat kurang
keahliannya dalam bidang media komunikasi baik secara tehnis maupun teoritis.
Mereka adalah orang-orang rohani yang tekun berdoa, baik, penuh iman, dan
sangat bergairah untuk bekerja secara sukarela. Namun, ketika sudah semakin berkembang,
pelayanan itu membutuhkan ketrampilan dan kemampuan untuk berproduksi, bukan
hanya kemampuan untuk berdoa. Pada saat itulah timbul suatu bahaya karena
selama beberapa waktu, seiring dengan semakin berkembangnya pelayanan itu,
ketekunan berdoa tersebut belum juga digantikan
dengan kemampuan untuk berproduksi. Padahal
sesungguhnya diperlukan suatu keseimbangan dalam hal ini”.
“Yesus
juga mengatakan, ‘Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta
orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?’
(Lukas 16:12)” (hal 157).
Luk 16:12 - “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain,
siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”.
Dalam ayat ini ada 2 istilah yaitu ‘harta orang lain’ (yang menunjuk pada uang / harta yang ada pada kita) dan ‘hartamu sendiri’ (yang menunjuk pada harta surgawi).
Tetapi penerapan yang diberikan
oleh DR Edwin Louis Cole terhadap ayat ini dalam hal 157-160 kacau balau.
“Nehemia
bersikap loyal terhadap visi untuk membangun kembali tembok dan Bait Suci di
Yerusalem ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan. Ia membangun Bait Suci
itu dengan mempertaruhkan nyawanya; dengan satu tangannya memegang peralatan
dan tangan yang lain memegang senjata. Meskipun bait itu kemudian dikenal
sebagai Bait Zerubabel, namun penghargaan tetap diberikan kepada Nehemia dan
orang-orang yang setia menyertainya” (hal 161).
Dia ngawur saja: Nehemia tidak
membangun Bait Suci, tetapi hanya tembok Yerusalem!
“‘Kebocoran’
ini disebabkan oleh orang-orang yang menyebarluaskan hal-hal yang seharusnya
mereka jaga kerahasiaannya” (hal 162).
DR Edwin Louis Cole menekankan
keharusan menjaga rahasia, tetapi kelihatannya orang-orang dalam pria sejati
tidak demikian!
“Nabi
Natan menegur Raja Daud dengan mengatakan bahwa perzinaannya dengan Batsyeba
merupakan penghujatan bagi nama Yehova” (hal 163).
Ini salah.
ITB 2 Samuel 12:9 Mengapa engkau menghina
TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu,
kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan
dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
KJV 2 Samuel 12:9 Wherefore hast
thou despised the commandment of the LORD, to do evil in his sight? thou
hast killed Uriah the Hittite with the sword, and hast taken his wife to be thy
wife, and hast slain him with the sword of the children of Ammon.
RSV 2 Samuel 12:9 Why have you despised
the word of the LORD, to do what is evil in his sight? You have smitten
Uriah the Hittite with the sword, and have taken his wife to be your wife, and
have slain him with the sword of the Ammonites.
NIV 2 Samuel 12:9 Why did you despise
the word of the LORD by doing what is evil in his eyes? You struck down
Uriah the Hittite with the sword and took his wife to be your own. You killed
him with the sword of the Ammonites.
NASB 2 Samuel 12:9 'Why have you despised
the word of the LORD by doing evil in His sight? You have struck down Uriah
the Hittite with the sword, have taken his wife to be your wife, and have
killed him with the sword of the sons of Ammon.
“Pendurhakaan
bukanlah pekerjaan Iblis seperti
anggapan sejumlah orang, melainkan perbuatan manusia yang tabiatnya lepas dari
kendali Roh Kudus” (hal 164).
Iblis jelas ikut campur dalam
semua dosa. Sekarang bandingkan dengan ceritanya di bawah ini.
“Dalam
sebuah pertemuan hamba-hamba Tuhan di New York, saya berbicara tentang dosa
pendurhakaan ini serta sifat dan akibatnya yang mengerikan. Sewaktu pertemuan
itu berakhir, seorang pria datang mendekat, merangkul saya, lalu menangis
sambil berbisik, ‘Saya tidak mengetahuinya.’ Setelah tenang kembali, ia pun
menceritakan rahasianya. ‘Sekitar sepuluh bulan yang lalu, seorang saudara
seiman dari gereja yang biasa saya kunjungi dulu menelpon saya dan bertanya
apakah saya mau bekerja sama dengannya dalam gereja baru yang dirintisnya.’ ‘Ia
adalah seorang wakil gembala sewaktu saya pertama kali mengenalnya, dan
hubungan kami cukuplah akrab, maka saya pun mengatakan, saya akan datang dan
membantu. Sekitar empat bulan yang lalu saya melihat adanya perubahan dalam
diri anak-anak perempuan saya dan tiga bulan yang lalu saya merasakan mereka
mulai sering memberontak. Sebelumnya mereka tidak pernah bersikap seperti itu,
dan saya tidak bisa memperkirakan penyebabnya.’ ‘Kemudian, seminggu yang lalu
istri saya mulai menyinggung tentang perceraian, padahal selama ini saya sudah
berusaha semampu saya untuk menjadi suami, ayah, dan anggota gereja yang baik,
tetapi ternyata hidup saya malah hancur berantakan. Hari ini, sewaktu saya
mendengar Anda berbicara tentang pendurhakaan, saya benar-benar tertempelak.
Gembala yang saya bantu itu sebenarnya merintis jemaatnya dengan mengumpulkan
‘pecahan’ dari jemaat tempat ia semula menjadi wakil gembala.’ ‘Waktu itu saya
tidak memandangnya sebagai masalah yang penting karena kejadian seperti itu
seringkali kita jumpai. Namun, sekarang saya menyadari bahwa ia menyimpan roh pendurhakaan sewaktu meninggalkan gerejanya yang
semula itu. Maka, ketika saya membawa keluarga saya ke dalam jemaat itu, mereka
pun terpengaruh oleh rohnya, dan sikap memberontaknya itu pun merasuk ke dalam hati keluarga
saya.’ Setelah saya menyampaikan kisah pria itu, ada orang lain yang
menulis, ‘Saya menulis kepada Anda karena selama empat tahun yang terasa amat
panjang ini saya telah mencari-cari jawaban atas suatu persoalan. Pada tahun
1987 saya berhenti dari tugas penggembalaan saya karena istri dan keluarga saya
tidak tahan lagi. Setelah kami pergi kami mendapati bahwa kami telah membawa
sekelompok orang, beserta dengan wakil gembala mereka yang memisahkan diri dari
jemaat lain.’ ‘Saya akhirnya bersedia menggembalakan mereka, namun berbagai
persoalan mulai muncul di rumah kami. Anak perempuan saya berpisah dengan
suaminya, anak lelaki tertua saya memiliki masalah dengan istrinya. Kehidupan
saya sedemikian merosotnya. Saya lalu meninggalkan gereja dan pelayanan dengan
perasaan gagal dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang telah terjadi pada diri
saya.’ ‘Hari ini ketika saya mendengar Anda menceritakan tentang pria di New
York yang menderita akibat roh pendurhakaan
dalam diri gembala yang diikutinya itu, saya sadar bahwa saya juga mengalami
hal yang sama. Saya telah menghimpun orang-orang yang memberontak dan, bukannya
saya berhasil menolong mereka, justru mereka hampir menghancurkan saya.’ ‘Hari
ini saya bertobat, mengampuni mereka dan wakil gembala yang telah menjerumuskan
saya ke dalam kekacauan ini, dan berdoa bersama istri saya ... Sekarang saya
tidak sabar lagi untuk segera melayani anggota keluarga saya yang lain. Terima
kasih.’” (hal 167-169).
Ini kegilaan! Dan mengapa ia
sekarang mengatakan ‘roh pendurhakaan’? Jadi setan ikut campur, bukan?
Lalu dalam hal 169 DR Edwin Louis
Cole mengatakan “Kalau
Anda telah menjadi korban pendurhakaan, terlibat di dalamnya, dan tercemari
olehnya, maka dalam nama Allah, usirlah roh itu
dari kehidupan Anda!”.
Usir dalam nama Allah???
‘Usirlah roh itu’???
“Yesus
mengatakan, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup’ (Yohanes 14:6). Kebenaran
merupakan titik tumpu bagi jalan dan juga kehidupan. ‘Jalan’ adalah arah kita
dalam kehidupan ini, ‘kebenaran’ adalah dasar moral dan intelektual untuk
kehidupan, sedangkan ‘kehidupan’ adalah buah hubungan kita dengan Yesus. Semakin banyak kita mendasarkan kehidupan ini kepada
kebenaran, akan semakin baik jalan kita dan semakin luar biasa pula kehidupan
kita” (hal 172).
Rasanya bau ajaran Kharismatik /
theologia kemakmuran.
“Istri
dan keluarga harus lebih didahulukan daripada bisnis, pelayanan, atau karier.
Sedangkan Allah harus didahulukan daripada istri dan keluarga” (hal
184).
Memang Allah dan pelayanan tak
bisa diidentikkan, tetapi kalau pelayanan itu memang diperintahkan oleh Allah,
maka pelayanan itu harus diutamakan dari keluarga!
Bdk. Mat 10:37 Mat 19:27-29
Kej 12:1 Kej 22:1-12.
“Peganglah
kebenaran erat-erat, bukan sebagai milik Anda, melainkan sebagai juruselamat,
tuan, dan gembala Anda. Kebenaran adalah perisai dan kekuatan Anda. Kebenaran
adalah salah satu ‘perlengkapan senjata Allah’ untuk melawan ‘bapa segala
dusta’. Hanya kebenaran yang dapat mengalahkan dusta. Kebenaran adalah alat
untuk bertahan dan sekaligus menyerang dalam setiap pertempuran yang harus kita
hadapi. Kebenaran membela dirinya sendiri, dan kebenaran itu kekal. Orang
berusaha membunuh Kebenaran dengan cara menyalibkanNya, namun Kebenaran bangkit
kembali pada hari ketiga, dan Kebenaran itu tetap hidup selamanya!”
(hal 185).
Orang ini mengacaubalaukan
kebenaran dalam arti ‘truth’ (Yunani: ALETHEIA), misalnya dalam Yoh 14:6 dan
Yoh 17:17, dan ‘righteousness’ (Yunani: DIKAIOSUNE), misalnya dalam Ef 6:14.
Kalau ia mengatakan kebenaran itu
sebagai salah satu perlengkapan senjata Allah, ia pasti memaksudkan Ef 6:14,
tetapi kalau ini yang dimaksudkan, ini bukan senjata untuk menyerang atau
bertahan. Untuk itu Firman Tuhan yang cocok. Kebenaran dalam Ef 6:14 itu adalah
kebenaran yang kita dapatkan pada saat percaya kepada Kristus.
“Sedangkan
lawan dari kasih adalah hawa nafsu” (hal 189).
“Suatu
hari Yesus berhadapan dengan roh najis di rumah
ibadah” (hal 192).
Ayat yang ia pakai Luk 4:34 dan
Mat 8:29. Dari mana ia dapat istilah ‘roh najis’?
“Pendurhakaan
itu pada mulanya terjadi di sorga, yaitu sewaktu iblis yang saat itu disebut
Lucifer, tidak lagi bersedia memimpin penyembahan bagi Allah, melainkan ingin
dirinya sendiri yang disembah. Dengan penuh keangkuhan ia memimpin
pemberontakan untuk mendurhakai Allah sehingga kemudian ia diusir keluar dari
sorga dan ditempatkan di suatu kawasan bernama neraka yang disediakan Allah
bagi semua orang yang memberontak terhadap Allah. Pada
mulanya neraka diciptakan bagi iblis dan para malaikat yang jatuh
bersamanya. Namun ketika iblis merenggut
kedudukan Allah dalam kehidupan manusia di Taman Eden, neraka kemudian dipakai juga untuk menampung semua orang
yang mengikuti pola perbuatan iblis yang bersifat merusak dan mendatangkan maut
itu. Sejak Adam yang pertama kehilangan
hubungannya dengan Allah, Allah merasa perlu
mengutus Adam yang lain untuk menebus umat manusia ...” (hal 208).
Lucifer???
Allah berubah rencana?
“Allah
adalah Pencipta; iblis adalah pemalsu. Iblis memalsukan segala sesuatu yang
diciptakan Allah. Misalnya, ruangan bar ia pakai untuk memalsukan gereja dan
penjaga bar seakan-akan berfungsi sebagai gembala; orang-orang datang ke bar
untuk bersekutu, menerima nasihat, dan dipenuhi dengan berbagai macam minuman
keras (Dalam bahasa Inggris dipakai satu kata yang sama untuk menyebut minuman keras dan roh, yaitu kata spirits, Red.) Itulah gereja palsu!”
(hal 209-210).
Dalam bahasa Inggris seperti itu,
tetapi tidak dalam bahasa Ibrani dan Yunani.
Kalau iblis memalsukan gereja dengan
sebuah bar, itu tolol sekali!
“Sebagai
contoh, ada suatu prinsip yang mengatakan bahwa doa membuahkan keintiman. Salah
satu penyimpangan yang dilakukan iblis sehubungan dengan prinsip ini adalah
menjanjikan keintiman melalui pornografi dan bukan doa” (hal 210).
Lagi-lagi suatu pemalsuan yang
tolol!
“Bukan
hanya doa yang dipandang penting oleh Yesus, melainkan juga perbuatan atau
usaha untuk menghasilkan sesuatu. Pada dasarnya Yesus mengatakan, ‘Jika tidak
ada usaha, tebang saja’ (Lukas 13:9)” (hal 213).
Lukas 13:9 itu bicara tentang
buah!!!
“Allah
memerintahkan manusia untuk menyenangkan hatiNya, dan selanjutnya Dia akan
membereskan hubungan manusia itu dengan sesamanya (Amsal 16:7). Orang yang
berusaha menyenangkan hati Allah umumnya juga akan disenangi
oleh orang lain. Semakin dekat seseorang dengan Allah, akan semakin
besar pula kasihnya kepada sesamanya” (hal 216).
Ini omong kosong. Ayat dalam
Amsal tak bisa diartikan secara mutlak. Yang sering terjadi, justru adalah
sebaliknya. Orang yang menyenangkan hati Allah sering dimusuhi oleh dunia! Baik
Yesus, Paulus dsb banyak musuhnya. Kalau tidak demikian, dimana peranan setan?
Baca Yoh 16:1-4a Yoh 15:18-21
Yoh 17:14 Luk 6:22-23.
“Orang
yang hanya memperhatikan hal-hal yang ada di luar saja tentu akan mengutamakan
talenta dan memusatkan dirinya pada perbuatan yang terlihat oleh mata. Tetapi
Allah melihat hati (1Samuel 16:7), mengutamakan karakter, dan menghargai nilai
suatu perbuatan. Ingatlah, Abraham memasang kemahnya, namun membangun mezbahnya
(Kejadian 13:4). Manusia lebih sering memasang mezbah dan membangun kemahnya.
Dengan cara begitu ia telah menciptakan masalah bagi dirinya sendiri. Perbuatan
semacam itu tentu menghasilkan nilai yang berbeda. Anda boleh saja memasang
kepribadian, namun tetap harus membangun karakter. Allah menghendaki agar di
dalam gereja dibangun pilar-pilar kokoh untuk menyokong pekerjaan gereja, bukan
sekedar pasak-pasak yang dipancangkan. Ketika muncul tekanan dalam gereja,
orang-orang yang berdiri sebagai pilar itu akan menjaga stabilitas gereja. Bila
orang-orang itu hanya berfungsi sebagai pasak, mereka akan runtuh karena tidak
kuat menahan beban tanggung jawab yang harus mereka pikul. Prinsip-prinsip
bersifat tetap, sedangkan kepribadian bersifat seketika. Kepribadian yang
‘dipasang’ dapat diubah dalam sekejap, sedangkan karakter yang dibangun
berdasarkan prinsip akan tetap berdiri teguh. Apabila hal yang internal
bersifat ilahi, maka hal yang eksternal akan memancarkan keilahiannya itu”
(hal 218).
Penafsiran alegoris yang kacau
balau.
“Kita
harus percaya bahwa Allah bekerja untuk mendatangkan hal-hal yang terbaik bagi kita dan bahwa Dia selalu menepati
janjiNya” (hal 219).
Ro 8:28 mengatakan ‘baik’ bukan
‘terbaik’.
“Ada
perbedaan yang sangat besar antara Madonna dan Ibu Teresa. Tenar merupakan
istilah yang tepat untuk Madona, sedangkan kata Besar layak disandang oleh Ibu
Teresa” (hal 226).
Orang ini tak bisa lihat
kesesatan dari Ibu Teresa yang adalah orang Katolik!
“Pada
bab terdahulu kita telah berbicara tentang Hawa yang
menyerah pada tiga pencobaan dasar yang disebut ‘dosa asal’. Sekarang
kita akan melihat peranan Adam dalam hal ini. Allah secara langsung
memerintahkan Adam untuk tidak menyentuh buah
pohon pengetahuan yang ada di tengah Taman Eden” (hal 226).
Hawa tak ada urusannya dengan
dosa asal! Allah melarang untuk memakan, bukan menyentuh!
“Selanjutnya
ketika Adam dan Hawa mendengar suara Allah memanggil mereka di Taman Eden untuk
bersekutu denganNya, mereka pun bersembunyi. Ketika Allah bertanya kepada Adam,
ia mengakui bahwa ia bersembunyi karena merasa bersalah dan ketakutan. Pertanyaan
Allah selanjutnya adalah apakah Adam telah melanggar perintahNya dan memakan
buah itu” (hal 226).
Ia ngawur saja dalam
menceritakan. Adam tak pernah akui bersalah! Dan kalau Adam sudah mengaku
bersalah, mengapa kemudian ditanya lagi tentang apakah ia sudah makan buah
itu??
“Allah
menghendaki Adam benar-benar menjadi seorang pria. Oleh karena itulah Dia
mengajukan pertanyaan berikut ini kepada Adam, ‘Jawab
pertanyaan ini: Engkau memakannya atau tidak?’ Namun, Adam ternyata
menjawabnya demikian, ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang
memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’ Adam telah gagal dalam
menghadapi ujian jati diri pria yang diajukan
Allah. ... Jawaban Adam tersebut menentukan jalan kehidupan seluruh kaum pria sejak saat itu” (hal 227).
“Beberapa
ahli Alkitab berpendapat bahwa Adam diusir dari Taman Eden bukan karena ia
berbuat dosa, melainkan karena ia menolak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
Alasan para ahli itu adalah karena Allah tentu akan mengampuni Adam kalau saja
ia mau mengakui dosanya, bertobat, dan meminta ampun dengan hati yang tulus.
Tetapi, Adam tidak berbuat demikian sehingga Allah tidak dapat membiarkannya
tetap tinggal di Taman Eden” (hal 227).
Ini theologia gila dari orang
yang kacau theologianya! Apakah Allah bisa mengampuni tanpa penebusan???
“Dakwaan
Adam terhadap Allah yang bertujuan untuk membenarkan dirinya sendiri itu
menunjukkan kerja sama Adam dengan iblis yang
disebut sebagai pendakwa saudara-saudara (Wahyu 12:10). Dengan mendakwa Allah,
itu berarti Adam telah menyangkal kemahakuasaan Allah.
Kemahakuasaan Allah terletak pada hak mutlak yang
dimilikiNya untuk menentukan apa yang benar dan yang salah bagi manusia
ciptaanNya” (hal 228).
“Allah menciptakan Adam sebagai seorang anak.
Allah juga memperlakukan Adam sebagai seorang anak. Namun, Adam kemudian jatuh
ke dalam dosa. Akibatnya sifat Allah sebagai Bapa sorgawi baru dapat
disingkapkan secara sempurna pada saat kedatangan Adam yang lain yang disebut
‘Anak tunggal’ Allah. Yesus sebagai ‘Adam yang akhir’ telah menyingkapkan
kebenaran tentang Allah sebagai Bapa. Oleh karena kedudukannya sebagai Anak
Allah, Yesus memampukan manusia menjadi anak-anak Allah, yaitu dengan cara
manusia harus dilahirkan kembali oleh Roh Allah seperti yang telah dialami
Yesus” (hal 228).
Ada banyak kesalahan yang besar /
kesesatan di sini:
a) Siapa mengatakan Adam adalah
anak Allah? Kalau ia memang anak Allah, ia tak akan dibuang! Kalau dalam Luk
3:38 Adam disebut ‘anak Allah’, itu dalam arti ‘ciptaan Allah’. Kata ‘Bapa’
bisa berarti Pencipta, dan kata ‘anak’ bisa berarti ‘yang dicipta’. Misalnya:
Ibr 12:9 - “Selanjutnya: dari ayah kita yang
sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian
bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh
hidup?”.
Yoh 8:44 -
“Iblislah yang menjadi
bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh
manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak
ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri,
sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.
Yes 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada
di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.
Kata-kata ‘Bapa
yang kekal’ oleh para penafsir dikatakan seharusnya adalah ‘bapa dari
kekekalan’, dan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah pencipta / sumber dari
kekekalan!
‘Bapa yang kekal’.
KJV/RSV/NIV: ‘everlasting Father’ (= Bapa yang
kekal).
NASB: ‘eternal Father’ (= Bapa yang kekal).
Apa arti
istilah ‘Bapa yang kekal’
ini?
Barnes’
Notes: “Literally, it is the
Father of eternity” (= Secara hurufiah, ini adalah
Bapa dari kekekalan) - hal 193.
Barnes’
Notes: “He is not merely
represented as everlasting, but he is introduced, by a strong figure, as even
‘the Father of eternity’, as if even everlasting duration owed itself to his
paternity” (= Ia tidak semata-mata
digambarkan sebagai kekal, tetapi ia diperkenalkan dengan suatu penggambaran
yang kuat bahkan sebagai ‘Bapa dari kekekalan’, seakan-akan bahkan kekekalan
berhutang dirinya sendiri kepada kebapaannya) - hal 193.
Calvin
mengartikan istilah ini sebagai ‘Bapa
dari kekekalan’, dimana ‘Bapa’
diartikan ‘author’ / ‘pencipta’ atau ‘sumber’.
Calvin: “The name
Father is put for Author,
because Christ preserves the existence of his Church through all ages, and
bestows immortality on the body and on the individual members. Hence we
conclude how transitory our condition is, apart from him; for, granting that we
were to live for a very long period after the ordinary manner of men, what
after all will be the value of our long life? We ought, therefore, to elevate
our minds to that blessed and everlasting life, which as yet we see not, but which we possess by hope and faith. (Romans 8:25.)” (= ).
b) “Oleh karena kedudukannya sebagai Anak Allah,
Yesus memampukan manusia menjadi anak-anak Allah”.
Yesus
memampukan manusia jadi anak-anak Allah bukan karena Ia adalah Anak Allah,
tetapi karena Ia yang adalah Allah, sudah menjadi manusia, dan mati di salib
untuk menebus dosa kita.
c) “manusia
harus dilahirkan kembali oleh Roh Allah seperti yang telah dialami Yesus”.
Ini puncak dari
kegilaan dan kesatan orang ini! Kalau Yesus dilahirkan kembali, berarti tadinya
Ia mati dalam dosa, seperti kita!
“Begitu
juga sikap Allah terhadap anak-anakNya. Ia mengharapkan kita menjadi pria yang bersedia memikul tanggung jawab. Adam
adalah pria pertama yang tidak mau bertanggung
jawab dan ternyata ia bukan pria yang terakhir
yang berlaku demikian” (hal 229).
“Jati
diri Daud sebagai pria sejati telah terbukti
melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi krisis. ... Paulus mau menerima
tanggung jawab untuk menjadi teladan bagi setiap kaum
pria yang percaya pada zamannya, dengan mengatakan, ‘Jadilah pengikutku,
sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus’ (1Korintus 11:1)”
(hal 230).
“Jack
King adalah perwakilan ladang misi bagi Christian Men’s Network. Kami sering
bekerja, berdoa, mengadakan perjalanan, dan melayani bersama-sama ke seluruh
dunia. Ia masuk ke dalam lembaga pelayanan ini dengan suatu kesaksian yang
mengesankan. ‘Pembunuhan Bergaya Hukuman Mati’, bergitulah bunyi kepala berita
di surat kabar ketika ayah Jack ditemukan terbunuh dengan luka tembakan di
wajahnya. Selama bertahun-tahun kemudian Jack selalu menenteng pistol ke mana
pun ia pergi dan sebagian besar waktunya dihabiskan untuk merencanakan
pembalasan yang setimpal bagi orang yang telah membunuh ayahnya. Sebagai mantan
sersan pelatih di Angkatan Darat Amerika Serikat, Jack memiliki tabiat yang
keras dan kasar yang kini berubah menjadi kebencian yang mendalam terhadap si
pembunuh dan kehausan untuk membalas dendam. Lebih buruk lagi, ia merasa tahu
pasti orang yang membunuh ayahnya - seorang rekan bisnis ayahnya. Suatu hari
Jack bertobat dan Yesus Kristus mengubah kehidupannya sehingga seketika itu
juga ia terlepas dari kebenciannya yang mendarah daging itu. Namun, sekalipun
ia sudah lahir baru, perasaan terluka akibat kematian ayahnya itu masih
menggores di hatinya. Suatu malam dalam kebaktian di gereja, firman Allah
seakan-akan berbicara secara langsung kepadanya bahwa kalau ia tidak
mengampuni, Allah juga tidak akan mengampuninya. Pada saat itu juga ia berdoa
dan meminta pengampunan Allah atas kebencian dan usaha pembunuhan yang pernah
direncanakannya itu. Ia percaya Allah mendengar dan menjawab doanya, namun ia sama
sekali belum siap sewaktu Allah langsung memberinya ujian. Beberapa malam
kemudian istrinya memintanya pergi ke toko daging untuk membeli daging sapi.
Ketika sedang mengendarai mobilnya menembus kegelapan malam, ia melihat
sekumpulan orang banyak sedang menyaksikan kebakaran yang terjadi di seberang
jalan. Setelah makin dekat, Jack segera mengenali daerah itu sebagai konpleks
gudang tempat ia menemukan mayat ayahnya. Gudang itu sekarang dimiliki oleh
pria yang diyakini Jack bertanggung jawab atas kematian ayahnya. Sambil
menggumam, ‘Rasain kamu,’ Jack terus melanjutkan perjalanannya ke toko daging.
Namun, ada ‘suara kecil’ dalam hatinya yang mengatakan bahwa ia perlu menemui
pria itu dan meminta ampun kepadanya. Ketika meninggalkan toko dan bersiap
pulang, suara itu masih tetap berbicara dan membuat Jack tiba-tiba berbelok ke
jalan itu untuk mencari bekas musuhnya. Jack turun dari mobil tepat di tempat ayahnya
ditemukan tewas. Ia lalu berjalan menyusuri gang yang gelap sambil mengamati
keributan akibat kebakaran itu dan matanya sibuk mencari rekan bisnis ayahnya
itu. Dalam kilasan lampu-lampu mobil pemadam kebakaran Jack melihat ada
seseorang yang juga berdiri di gang yang gelap itu. Dengan menajamkan pandangan
matanya menembus kegelapan dan gumpalan asap, Jack melihat bahwa itu adalah
orang yang dicarinya. Dikumpulkannya segenap kekuatannya, lalu ia melangkah
mendekati orang itu dan bertanya, ‘Anda kenal saya?’ ‘Rasanya saya kenal,’
jawab orang itu tercekat. ‘Saya Jack King.’ Meskipun keadaan di tempat itu cukup
gelap, Jack dapat melihat wajah orang itu pucat pasi karena ketakutan.
Belakangan Jack baru mengetahui bahwa orang itu mengira Jack telah sengaja
membakar gudang itu dan kini hendak menuntaskan pembalasannya. ‘Allah telah
mengubah kehidupan saya,’ kata Jack kepadanya ‘dan saya datang untuk meminta
Anda mengampuni saya karena saya telah menuduh Anda membunuh ayah saya. Saya
mau membereskan kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan sebelum bertobat.
Salah satunya adalah meminta Anda mengampuni saya karena saya telah membenci
Anda dan mengejar-ngejar Anda selama beberapa tahun belakangan ini. Juga karena
saya pernah berusaha menghancurkan kehidupan Anda, keluarga Anda, dan kerier
Anda.’ ‘Yah, baik,’ jawab orang itu. ‘Saya ingin Anda mengampuni saya atas
semua kejahatan yang telah saya lakukan pada Anda,’ desak Jack. ‘Ampunilah
saya.’ ‘Baiklah. Anda sudah saya ampuni,’ kata orang itu cepat-cepat. Jelas
terlihat bahwa ia ingin percakapan itu segera berakhir saja. ‘Tidak,’ desak
Jack dengan nada yang semakin tegas. ‘Saya ingin Anda benar-benar mengampuni
saya, bukan sekadar dengan perkataan, namun juga dengan sikap yang nyata. Saya
tidak mau lagi melukai Anda atau berniat buruk terhadap Anda. Saya ingin Anda
tahu itu.’ Keduanya terdiam untuk sesaat lamanya. Akhirnya orang itu menarik
napas dalam-dalam, kemudian dengan sikap mantap ia mengampuni Jack. Jack meraih
tangan orang itu dan mereka bersalaman” (hal 231-233).
Jack belum menyakiti orang itu,
dan Allah suruh ia minta ampun kepada orang itu? Menurut saya ini kegilaan.
Lalu pembunuhan dibiarkan begitu saja? Di hal 234 DR Edwin Louis Cole mengutip
Ro 12:19 (pembalasan adalah hakKu). Apakah ia tidak menyadari bahwa Allah juga
yang mengangkat pemerintah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang
berbuat jahat? Ro 13:4.
“Jack
bersukacita karena menyadari dirinya telah bertindak sebagai ‘pria sejati’.
Sejak saat itu Jack King telah benar-benar berubah menjadi pria yang baru. ...
Tetapi akhirnya ia menyadari bahwa kesediaan memikul tanggung jawab atas perbuatannya
sendiri serta kerelaan untuk mengampuni orang lain membuatnya menemukan jati
dirinya sebagai pria sejati yang tidak mungkin diperolehnya dengan cara lain”
(hal 234).
“Dengan
memiliki hikmat yang ilahi manusia akan memperoleh umur panjang, kekayaan, kehormatan, kebahagiaan, dan damai
sejahtera (Amsal 3:16-17). Hikmat yang ilahi menyediakan segala kebutuhan
manusia” (hal 236).
Theologia kemakmuran????
Perjanjian Lama beda dengan Perjanjian Baru!!
“Adam
adalah manusia pertama yang diberi roh hikmat” (hal 236).
Mana dasar Alkitabnya?
“Yang
mula-mula diinginkan dalam kehidupan ini adalah masuk sorga, namun hal itu baru
akan terlaksana di akhir kehidupan. Sebelum keinginan itu terlaksana, kita
harus melakukan berbagai persiapan untuk menghadapinya. Mulai sekarang kita
harus menyusun suatu rencana dan menjalani kehidupan ini sesuai dengan rencana
tersebut agar keinginan mula-mula kita itu dapat tercapai” (hal 238).
Salvation
by faith and works??????
Yeh 28:14-16 menunjuk pada
kejatuhan iblis??? (Hal 239).
“Iblis
adalah makhluk yang paling gila karena ia tidak henti-hentinya percaya bahwa
dirinya sanggup mengalahkan Allah” (hal 239).
Mana dasar ayatnya????
“Selanjutnya
hikmat Allah itu akan menjadi kunci untuk meraih kemenangan dalam hampir setiap
bidang kehidupan ini” (hal 240).
Lagi-lagi bau theologia
kemakmuran / Kharismatik.
“‘Ada
orang yang mungkin kehilangan kesempatan oleh karena kebodohannya sendiri,
tetapi ia menyalahkan Tuhan untuk itu’ (Amsal 19:3)” (hal 243).
Ini ayat dari mana???? Amsal 19:3
tak berbunyi seperti itu!
Amsal 19:3 - “Kebodohan menyesatkan jalan orang,
lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN”.
“Mereka
semua, gembala dan jemaat, secara jasmani mulai menuai hasil kerja mereka,
yaitu rasa percaya diri dan harga diri. Kedua
hal tersebut merupakan hasil yang mereka peroleh setelah mereka melakukan
rencana Allah dengan cara menjadi kreatif ” (hal 263).
Alkitab justru mengecam PD! Yak
4:13-17 dan banyak ayat-ayat Perjanjian Lama.
“Yesus
mengajarkan perumpamaan tentang seorang Farisi yang berdoa di muka umum dengan
membenarkan dirinya sendiri dan seorang pemungut cukai yang berdoa secara
tersembunyi dengan merendahkan diri. Orang Farisi itu sebenarnya tidak
memberikan apa pun dan lebih banyak membanggakan diri, sedangkan pemungut cukai
itu tidak dapat membanggakan apa-apa dari dirinya sendiri dan hanya dapat memberikan dirinya sendiri”
(hal 266).
Perumpamaan ini hanya berurusan
dengan orang yang sombong rohani / merasa diri benar (orang Farisi) dan orang
yang sadar akan dosanya (pemungut cukai), dan sama sekali tak berurusan dengan
menyerahkan diri sendiri atau tidak.
DR Edwin Louis Cole mendukung
Robert Schuller, tokoh dari positive thinking! (Hal 267).
“Itulah
sebabnya Yesus sering duduk di Bait Allah sambil memperhatikan orang-orang
memberikan persembahannya. ‘Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu
berada.’ (Matius 6:21)” (hal 269).
“Pada
minggu terakhir dari masa puasa selama empat puluh hari yang saya lakukan, saya
merasa begitu peka terhadap Roh Allah. Pada saat itulah saya mendapat dorongan
yang kuat untuk ..... Ketika akhirnya saya merenungkan kejadian itu, saya
mendengar suara lembut Roh Kudus berbicara dalam hati dan pikiran saya dan
menyampaikan perkataan Yesus” (hal 270).
Lalu ada dialog dia dan Roh Kudus
(hal 271).
“Sejak
saat itu saya tidak pernah mengkhawatirkan segala sumbangan yang saya berikan.
Saya tidak mempersoalkan apa yang dilakukan orang dengan pemberian saya.
Kadang-kadang berdasarkan dorongan yang paling lemah sekalipun saya bahkan
memberi juga kepada orang-orang yang saya rasa tidak akan memperlakukan
pemberian saya secara benar. Tetapi, bukankah mereka sendiri kelak yang harus
bertanggung jawab kepada Allah atas sikap mereka terhadap uang itu, dan bukan
saya?” (hal 271).
Ini bertentangan dengan Amsal 3:27-28.
Ini juga suatu sikap tidak bertanggung jawab, dan melemparkan tanggung jawab
kepada orang lain! Ini juga merupakan pemberian yang merusak orang, dan karena
itu bukan tindakan kasih!
“Penggelapan
uang yang dilakukan beberapa pegawai bank tidak membuat saya berhenti menabung
di bank. Sebagian uang pajak yang saya bayar mungkin menyelinap ke saku
seseorang, namun demikian saya tetap membayar pajak. Dan, meskipun ada hamba
Tuhan yang menggunakan pemberian umat Tuhan secara egois, untuk memuaskan hawa
nafsu dan kepentingan mereka sendiri, saya tetap tidak akan berhenti memberi
untuk Tuhan. Tanggung jawab saya kepada Allah tidak berdasarkan kepada hubungan
orang lain dengan Dia. Meskipun demikian, bukan berarti saya sengaja memberi
dengan tidak bertanggung jawab, tidak teratur, atau sembrono. Saya berusaha
semaksimal mungkin untuk selalu memberi dengan penuh tanggung jawab dan dengan
murah hati agar menyenangkan hati Allah” (hal 271).
Yang saya garis-bawahi kok
bertentangan dengan kata-katanya di atas???
“Persepuluhan
adalah ‘buah sulung’ dari penghasilan atau kekayaan seseorang, ...”
(hal 271).
“Orang
yang tidak memberi persepuluhan sama dengan orang yang tidak menggunakan hak
pilihnya dalam pemilihan umum. Keduanya sama-sama tidak bertanggung jawab”
(hal 272).
“Roh
Kudus berbicara kepada saya, ...” (hal 274).
“Dia
mengakui bahwa Dia hanya melakukan apa yang dilihatNya dilakukan oleh Bapa,
dengan begitu Dia tidak merasa tertekan karena harus bertindak dengan
kekuatanNya sendiri. Dia ditopang oleh kekuatan sorgawi dalam segala hal yang
dilakukanNya (Yohanes 5:19-20)” (hal 286).
Ini penafsiran ngawur dan sesat!
Setelah mengutip Mat 7:29 - “sebab Ia mengajar mereka sebagai
orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”, DR
Edwin Louis Cole lalu berkata:
“Kuasa
ini muncul dari pengenalanNya akan diriNya sendiri, tujuanNya dalam hidup ini
dan dari identitas diri yang diterimaNya secara sempurna” (hal 286-287).
Apa dasarnya????
“Stres
diperlukan untuk terjadinya pertumbuhan rohani (Yakobus 1:2-4)” (hal
287).
Yak 1:2-4 - “(2) Saudara-saudaraku, anggaplah
sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
ketekunan. (4) Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya
kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun”.
Apakah pencobaan sama dengan
stres???
“Stres
membuahkan kasih yang semakin besar dalam diri orang-orang yang setia (Roma
5:3-5)” (hal 287).
Ro 5:3-5 - “(3) Dan bukan hanya itu saja. Kita
malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, (4) dan ketekunan menimbulkan tahan uji
dan tahan uji menimbulkan pengharapan. (5) Dan pengharapan tidak mengecewakan,
karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang
telah dikaruniakan kepada kita”.
Apa urusan text ini dengan stres?
“Stres
menghasilkan kehidupan yang semakin kudus (1 Petrus 4:1)” (hal 288).
1Pet 4:1 - “Jadi, karena Kristus telah menderita
penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran
yang demikian, - karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia
telah berhenti berbuat dosa -,”.
Stress tidak = penderitaan
badani!
“Ujian
mempersiapkan Anda untuk menghadapi pekerjaan yang lebih besar (Wahyu 3:12)”
(hal 288).
Wah 3:12 - “Barangsiapa menang, ia akan
Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci AllahKu, dan ia tidak akan keluar lagi
dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama AllahKu, nama kota AllahKu, yaitu
Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari AllahKu, dan namaKu yang baru”.
Ayat ini tentang sorga, dan tak
ada urusannya dengan stres. Tetapi DR Edwin Louis Cole menghapuskan kata
‘stres’ dalam kalimat ini, padahal di awal ia membicarakan ‘aspek positif dari
stres’ (hal 287).
“Stres
memperbesar kebutuhan akan doa (Filipi 4:6)” (hal 288).
Fil 4:6 - “Janganlah hendaknya kamu kuatir
tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.
Ini juga tak bicara tentang
stres.
“Stres
timbul pada saat kita melawan iblis (1 Petrus 5:9)” (hal 288).
1Pet 5:9 - “Lawanlah dia dengan iman yang
teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung
penderitaan yang sama”.
Apa urusan ayat ini dengan stres?
Dan apa aspek positif dari stres dari kalimat ini?
“Ujian
harus dijalani untuk seperti memperoleh kemenangan (Yakobus 1:12; Roma 8:35-37)”
(hal 288).
Yak 1:12 - “Berbahagialah orang yang bertahan
dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota
kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”.
Ro 8:35-37 - “(35) Siapakah yang akan memisahkan
kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau
kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (36) Seperti ada
tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami
telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.’ (37) Tetapi dalam semuanya itu
kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi
kita”.
Lagi-lagi ia tidak bicara tentang
stres tetapi tentang ujian / pencobaan. Ini 2 hal yang berbeda.
“Stres
mendorong kita mencari Allah, dan dengan cara itu kita akan memuliakan Dia (1
Petrus 4:12-13)” (hal 288).
“Elia
seharusnya belajar dari seorang nabi lain yang hidup berabad-abad kemudian.
Nabi ini mengajarkan bahwa Allah tidak akan menyangkal umat-Nya dalam kelemahan
mereka. ‘Tetapi sekalipun pada waktu kita ini demikian lemah sehingga tidak
beriman, Ia tetap setia dan menolong kita, karena Ia tidak dapat menyangkal
kita yang merupakan bagian dari diri-Nya sendiri dan janji-janji-Nya kepada
kita akan selalu dilaksanakan-Nya’ (2 Timotius 2:13, Alkitab versi Firman Allah
yang Hidup)” (hal 289).
DR Edwin Louis Cole mengambil
terjemahan dari FAYH / LB yang justru kacau. Alkitab bahasa Inggris pada
umumnya menggunakan kata ‘faithless’, yang di sini harus diartikan ‘tidak
setia’, bukan ‘tidak beriman’, karena dikontraskan dengan sikap Allah yang
‘setia / faithful’. Dan bagian belakang dari ayat ini dalam FAYH / LB
betul-betul kacau.
Ahitofel = jurubicara Allah???
(hal 294).
“Tidaklah
mengherankan bila ada kuasa, kebebasan, kedamaian dan sukacita yang luar biasa
dalam Salib! Yesus sendiri mengatakan, ‘Kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku
pun ringan’ (Matius 11:30). Pria yang mengenakan kuk penipuan, penggelapan,
pencurian, kecanduan, kesia-siaan ataupun keangkuhan adalah pria yang
menanggung beban yang amat berat. Pria yang mengenakan kuk kebenaran, kejujuran,
kasih, pertobatan, dan iman menanggung beban yang ringan. Bandingkanlah kedua
macam beban itu, dan hanya orang bodohlah yang tidak mau menukarkan belenggu
penindasan dengan kemerdekaan” (hal 299).
Ini penerapan yang ngawur dari
Mat 11:30 itu!
“Segala sesuatu dalam hidup ini ada dalam kekuasaan pilihan
kita, dan begitu suatu pilihan kita tentukan, kita akan menjadi
hamba dari pilihan tersebut” (hal 302).
Bahkan memilih percaya Yesus atau
tidak, tidak ada dalam kekuasaan kita! Yoh 6:44,65!
“Dalam
kedamaian ada perhentian yang berasal dari Allah (Ibrani 4:9). Perhentian ini
akan mengalahkan kekhawatiran yang ada” (hal 304).
Ibr 4:9 - “Jadi masih tersedia suatu hari
perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah”.
Ayat ini bicara tentang
perhentian di surga!
“Dalam
kedamaian ada perasaan telah menemukan sesuatu melalui Allah (Lukas 17:21). Ini
akan mengakhiri pengembaraan jiwa kita” (hal 304).
Luk 17:21 - “juga orang tidak dapat mengatakan:
Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah
ada di antara kamu.’”.
Betul-betul gila menggunakan ayat
ini untuk pernyataannya! Sama sekali tak ada hubungannya.
“Allah
tidak menciptakan kekacauan (1 Korintus 14:33). Dia justru menyediakan damai
sejahtera melalui Yesus Kristus” (hal 304).
1Kor 14:33 berbicara tentang
kekacauan dalam kebaktian / pertemuan ibadah, bukan kekacauan yang ia
maksudkan di sini!
Setelah menceritakan hal-hal yang
bagus tentang Winston Churchill, DR Edwin Louis Cole lalu berkata:
“Ketiga
ciri di atas sebenarnya diteladani dari Yesus Kristus” (hal 308).
“Dia
menyamakan diriNya sepenuhnya dengan Bapa (Yohanes 10:30)” (hal 308).
Satu dengan Bapa (Yoh 10:30),
atau setara dengan Bapa (Yoh 5:18 Fil
2:6) berbeda dengan menyamakan diri sepenuhnya dengan Bapa. Yang terakhir ini menjadi
ajaran Sabelianisme.
Catatan: Yoh 5:18
versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan. Seharusnya bukan ‘menyamakan diri’
tetapi ‘membuat diri setara’.
“Kristus tidak hanya memiliki ketiga ciri yang dinamis
ini, namun juga keenam syarat yang ditetapkan Allah bagi pemimpin sejati. Dalam
suratnya kepada Timotius, Paulus berdasarkan ilham Roh Kudus memberikan
persyaratan bagi penilik jemaat yang sesungguhnya berlaku juga bagi setiap
pemimpin di muka bumi ini. Dalam persyaratan itu disebutkan bahwa seorang
pemimpin harus tidak bercacat (tidak tercela), suami
dari satu istri, dapat menahan diri, ....” (hal 309).
Bagaimana Yesus bisa memiliki
syarat ‘suami dari satu istri’???
Setelah menceritakan tentang
seorang pria yang melayani Tuhan sampai mengorbankan keluarganya, dan
menyebabkan kerusakan pada keluarganya, DR Edwin Louis Cole berkata:
“Gairah
semacam itulah pula telah menyebabkan Musa membunuh seorang pria Mesir”
(hal 310).
DR Edwin Louis Cole tahu-tahu
tanpa ada gunanya nyelonong ke Musa, dan memberikan suatu pernyataan yang sama
sekali tidak cocok
“Etika
bukanlah sekedar mata kuliah bagi mahasiswa yang menekuni jurusan filsafat”
(hal 311).
Saya tak mengerti apa hubungan
etika dan filsafat!
“Kaum
Saduki adalah orang yang gemar mengubah hal-hal yang mutlak menjadi bersifat
relatif” (hal 312).
Aya iya? Apa dasarnya mengatakan
hal ini?
“Keberanian
moral merupakan suatu kebajikan dalam diri seorang pria,
sedangkan kepengecutan moral akan menghancurkan sifat kepriaannya” (hal 312).
Tak berlaku untuk perempuan????
“Seorang
pria bernama Hal pernah merasa begitu terancam oleh orang-orang di
sekelilingnya. Ia sebenarnya bertanggung jawab untuk memimpin sekelompok besar
kaum pria di kotanya dan harus banyak berurusan dengan orang-orang yang
terkenal, kaya, berkuasa dan berprestise. Ia sendiri belum pernah mengalami
keberhasilan semacam itu sehingga merasa rendah diri. Perasaan rendah dirinya
itu semakin menjadi-jadi dan ia mulai meragukan kemampuannya sebagai seorang
pemimpin. Kami bertiga, yaitu Hal, pendetanya, dan saya kemudian meluangkan
waktu khusus untuk berdoa bersama-sama. Pada waktu berdoa, pendeta Hal itu
mengucapkan kata-kata hikmat yang luar biasa dan
akhirnya menjadi kata-kata kesembuhan bagi Hal. ‘Tuhan, ajarkanlah kepada Hal,
bahwa ia tidak perlu menjadi sejajar dengan orang-orang yang dilayaninya itu,’
begitulah kata-kata hikmat dari pendeta itu.
Kata-kata tersebut segera melepaskan Hal dari
segala rasa takut dan rendah dirinya terhadap orang-orang yang dipimpinnya dan
memberinya kepercayaan diri untuk melanjutkan
kepemimpinannya itu. Masalah yang dialami Hal ini juga sering menimpa banyak
gembala sidang yang dipanggil untuk menggembalakan orang-orang yang sukses dan
terkemuka. Untuk mengatasinya, mereka tentu saja juga
memerlukan kata-kata hikmat yang telah menyembuhkan penyakit rendah diri
dari Hal itu” (hal 314).
Banyak kesalahan dalam kata-kata
ini:
a) Pendeta itu berdoa untuk Hal,
tetapi kelihatannya bukan jawaban doa dari Tuhan yang menyembuhkan Hal, tetapi
‘kata-kata hikmat’ dari pendeta itu.
b) DR Edwin Louis Cole mengatakan ‘kata-kata hikmat yang luar
biasa’.
Bdk. 1Kor 2:1-5
- “(1) Demikianlah pula,
ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak
datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan
kesaksian Allah kepada kamu. (2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak
mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang
disalibkan. (3) Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan
sangat takut dan gentar. (4) Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan,
tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, (5) supaya iman kamu jangan
bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah”.
c) Hal segera lepas dari
rasa rendah diri. Ini tak masuk akal. Perubahan hidup / pengudusan biasanya
berjalan sedikit demi sedikit. Karena itu digambarkan sebagai ‘buah’ (Gal
5:22-23), yang membesar dan matang secara bertahap.
d) Setelah sembuh Hal menjadi
percaya diri. Ini justru dikecam / dikutuk oleh Alkitab.
e) Apa yang mujarab untuk Hal,
diharuskan terjadi untuk orang-orang lain. Ini lagi-lagi salah, karena
pengalaman seseorang, kecuali itu didukung oleh Alkitab, tidak harus menjadi
pengalaman orang lain.
f) Semua ini dinyatakan oleh DR
Edwin Louis Cole tanpa dasar Alkitab. Ini ajaran yang hanya didasarkan pada
pengalaman.
Setelah menceritakan tentang raja
Asa yang tidak menghancurkan ‘bukit-bukit pengorbanan’ / tempat-tempat tinggi,
yang akhirnya menimbulkan kembali penyembahan berhala, DR Edwin Louis Cole lalu
mengalegorikannya sebagai berikut:
“‘Tempat-tempat
tinggi’ dalam pikiran kaum pria adalah pikiran-pikiran yang tersembunyi, berupa
benteng-benteng nostalgia, sentimen pribadi, dan khayalan-khayalan yang
kadang-kadang dijadikan tempat menyepi untuk memuaskan hawa nafsu manusia
mereka.” (hal 317).
“Biasakanlah
membasuh pikiran Anda dengan air firman Allah (Efesus 5:26)” (hal 318).
ITB Ephesians 5:26 untuk
menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
KJV Ephesians 5:26 That he might
sanctify and cleanse it with the washing of water by
the word,
RSV Ephesians 5:26 that he might
sanctify her, having cleansed her by the washing of water with the word,
NIV Ephesians 5:26 to make her
holy, cleansing her by the washing with water through
the word,
NASB Ephesians 5:26 so that He
might sanctify her, having cleansed her by the washing of water with the word,
Catatan: kata Yunani yang digunakan adalah EN, yang memang bisa
diterjemahkan macam-macam.
Saya
sendiri menganggap ‘air’ di sini beda’ dengan ‘firman’. ‘Air’ menunjuk pada
baptisan.
Dari
pada menggunakan ayat yang meragukan artinya seperti ini, bukankah lebih baik
menggunakan ayat-ayat seperti Yoh 15:3
Yoh 17:17????
“Pada
tahun 1987 di Harare, Zimbabwe, tiga orang wanita menyampaikan ‘suatu perkataan dari Allah’ kepada saya. Pada mulanya
seorang mantan inspektur polisi yang membantu mempersiapkan kebaktian kaum pria
yang akan kami adakan di negeri itu suatu sore mengatakan kepada saya bahwa ada
tiga wanita yang merasa yakin bahwa saya perlu mendengar perkataan mereka.
Jadwal saya yang demikian ketat membuat saya tidak dapat bertemu langsung
dengan mereka, sehingga inspektur polisi itu menjadi perantara yang
menyampaikan pesan tersebut kepada saya. Sebelum menyampaikan pesan itu,
sebagai seorang mantan pejabat milter, is terlebih dahulu membeberkan secara
singkat latar belakang negaranya. Negara yang sebelumnya bernama Rhodesia ini
dilanda bencana peperangan selama 14 tahun hingga akhirnya berganti nama
menjadi Zimbabwe. Pada masa perang itu kaum pria Zimbabwe berjuang di medan
tempur selama enam minggu penuh lalu selama enam minggu berikutnya berada di
rumah untuk mencari nafkah dan kemudian kembali lagi ke medan perang. Dapat
dibayangkan betapa besar ketegangan dan kecemasan yang dirasakan oleh para
keluarga dan seluruh bangsa di negeri itu. Wanita-wanita saleh yang ada di
negeri itu mulai bangkit dan melakukan doa syafaat bagi kaum pria dan negeri
mereka. Seiriang dengan berlalunya waktu, mereka mulai menyadari bahwa diri
mereka telah berperan sebagai ‘Ester’. Alkitab mencatat Ester abg ratu yang
bersyafaat demi keselamatan bangsa dan negerinya dan memohonkan semuanya itu
kepada raja yang merupakan suaminya sendiri. .... Kaum wanita Rhodesia yang
berdoa bagi bangsanya itu menjadi yakin bahwa mereka bertindak demi bangsanya
untuk menghadapi masa perang itu. Akhirnya perang itu pun selesai. Rhodesia
berubah menajdi Zimbabwe. Kaum pria pun kembali ke keluarganya. Tetapi, kini
muncul persoalan baru yang juga memerlukan perhatian dan doa syafaat mereka
seperti yang mereka lakukan di masa perang. Di mata mereka, kaum pria itu telah
berubah menjadi pasif, mudah berpuas diri, dan patah semangat. Para ‘Ester’ ini
melihat bahwa di masa damai itu dibutuhkan juga doa syafaat yang sama banyaknya
dengan yang dibutuhkan pada masa perang. Selama 7 tahun berikutnya mereka terus
menaikkan doa syafaat tanpa berkeputusan. Suatu hari ketika sedang berdoa,
ketiga wanita ini terkesan dengan sesuatu yang mereka
yakini sebagai ‘firman’ yang ditujukan bagi kaum pria di negeri mereka.
Mereka terus memelihara ‘firman’ itu dan ‘menanti saatnya’ yang tepat untuk menyampaikannya (Habakuk
2:3). Setahun kemudian mereka mendengar bahwa ‘kesempurnaan
seorang pria itu sama dengan keserupaan dengan Kristus’. Ini adalah
pengajaran yang kami sampaikan di negeri mereka. Setelah mendengar pengajaran
itu, mereka yakin bahwa ‘firman’ yang mereka
terima itu perlu disampaikan kepada saya dan lembaga pelayanan kami, Christian
Men’s Network. ‘Firman’ yang mereka sampaikan itu
begitu sederhana hingga hampir saya mengabaikannya. Namun, selang beberapa
lama, ‘firman’ itu bertumbuh terus dalam roh saya dan saat ini saya
merasa yakin bahwa ‘firman’ itu sesungguhnya berlaku bukan saja bagi kaum pria
Zimbabwe, melainkan juga bagi seluruh pria yang hidup di dunia saat ini
- khususnya kaum pria yang telah membiarkan wanita memegang tampuk kepemimpinan
di gereja, rumah tangga, dan negara. Firman yang
disampaikan ketiga wanita itu adalah ‘Dahulu adalah waktu bagi para Ester,
namun kini adalah waktu bagi para Daniel’. Sungguh suatu firman yang penuh
kuasa. Para Ester itu adalah kaum wanita yang harus menanggung beban
dalam teriknya sengatan kehidupan ini dan harus memikul tanggung jawab yang
ditinggalkan kaum pria ketika mereka pergi berperang, yang kemudian tidak
mereka ambil alih kembali setelah perang usai. Para wanita Zimbabwe itu melihat
bahwa keadaan itulah yang menimpa kehidupan bangsa mereka; tetapi saya
melihatnya sebagai suatu masalah yang melanda kaum pria di seluruh dunia. Sudah
tiba waktunya bagi kaum pria untuk mau memegang kepemimpinan rohani dan moral
dalam keluarga, gereja, serta masyarakat. Kaum pria diharapkan menjadi para
Daniel masa kini yang memimpin keluarga, gereja, dan negaranya. Ini merupakan
panggilan dari Allah, bukan sekadar seruan kaum wanita” (hal 319-321).
Ini cerita yang konyol!
Juga ayat Habakuk itu tidak
cocok.
Hab 2:3 - “Sebab penglihatan itu masih
menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu;
apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan
datang dan tidak akan bertangguh”.
Ini membicarakan penggenapan dari
suatu penglihatan, bukan penyampaian dari ‘firman’ yang diterima seseorang
kepada orang lain!
“Sifat
dasar Allah adalah selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain,
dan Dialah Juruselamat yang menjadi hamba bagi semua orang.
Roh yang memampukan Yesus menjadi demikian itu juga bekerja di dalam diri kita
untuk:
·
menciptakan
hati seorang hamba” (hal 326).
Mat 10:24 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya,
atau seorang hamba
dari pada tuannya.
Mat 10:25 Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi
sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama
seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.
Mat 12:18 "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku
berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum
kepada bangsa-bangsa.
Mat 24:45 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas
orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?
Mat 24:46 Berbahagialah hamba, yang didapati
tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
Mat 24:48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:
Mat 24:49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai
memukul hamba-hamba lain, dan makan minum
bersama-sama pemabuk-pemabuk,
Mat 24:50 maka tuan hamba itu akan datang pada
hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,
Mat 25:14 ¶ "Sebab hal
Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang
memanggil hamba-hambanya
dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
Mat 25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu
beroleh laba lima talenta.
Mat 25:17 Hamba yang menerima dua
talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
Mat 25:18 Tetapi hamba yang menerima satu
talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang
tuannya.
Mat 25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan
mereka.
Mat 25:20 Hamba yang menerima lima
talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima
talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
Mat 25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua
talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku
telah beroleh laba dua talenta.
Mat 25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu
bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak
menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
Mat 25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai
di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak
menanam?
Mat 25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap.
Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
Yoh 13:16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih
tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang
mengutusnya.
Yoh 15:20 Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu:
Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya.
Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau
mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.
Kis 3:13 Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek
moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan
Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan.
Kis 3:26 Dan bagi kamulah pertama-tama Allah
membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya
Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala
kejahatanmu."
Kis 4:27 Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam
kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa
Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi,
Kis 4:30 Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan
orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus."
Kol 3:24 Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan
menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan
kamu hamba-Nya.
Tetapi bagaimana dengan ayat di
bawah ini?
Fil 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Ini hanya menunjukkan perendahan
yang Yesus alami pada waktu berinkarnasi. Allah menjadi manusia, Tuhan menjadi
hamba. Tetapi hamba siapa? Tak pernah dikatakan Yesus menjadi hamba kita!
Ia menjadi hamba Allah! Terhadap kita, Ia adalah Tuhan kita!
Yoh 13:13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
“Nilai-nilai itu juga merupakan ciri-ciri
yang harus ada pada seorang wanita sejati, karena nilai-nilai tersebut tidak
terbatasi oleh jenis kelamin” (hal 326-327).
“Apa
kaitan hal-hal di atas dengan pernikahan? Sederhana saja: Allah, Pria yang paling sempurna itu
berkepentingan untuk membentuk para suami menjadi pria yang memiliki
nilai-nilai kepriaan yang sejati” (hal 327).
Allah adalah seorang pria??????
“Kelemahlembutan
adalah salah satu buah Roh, yang juga merupakan tanda kekuatan sejati seorang
pria, dan sama sekali bukan tanda kelemahan. Seorang pria yang mengenal
kekuatannya akan mampu bersikap lemah lembut. Semakin kuat seorang pria,
semakin lemah lembutlah ia. Pria yang merasa tidak aman akan menutupi
kekurangan mereka itu dengan bertindak kasar dan menyakiti orang lain. ... Raja
Daud, yang memiliki catatan kemenangan perang yang gilang gemilang, kekayaan
yang melimpah, dan nama baik, ketika berbicara mengenai hubunganNya dengan Allah
mengatakan, ‘Kelemahlembutan-Mu membuat aku besar.’”
(hal 328).
a) Kata ‘lemah lembut’ artinya bukan demikian (dikontraskan
dengan ‘kasar’).
b) Ayat itu dikutip dari mana?
Ada 2 ayat yang
memungkinkan, tetapi keduanya diterjemahkan secara berbeda-beda.
2Sam 22:36 Juga Kauberikan kepadaku perisai
keselamatan-Mu, dan kebaikan-Mu telah membuat aku
besar.
KJV 2 Samuel
22:36 Thou hast also given me the shield of thy salvation: and thy gentleness hath made me great.
RSV 2 Samuel
22:36 Thou hast given me the shield of thy salvation, and thy help made me great.
NIV 2 Samuel
22:36 You give me your shield of victory; you stoop
down to make me great.
NASB 2 Samuel
22:36 "You have also given me the shield of Your salvation, And Your help makes me great.
Maz 18:35 (18-36) Kauberikan kepadaku perisai
keselamatan-Mu, tangan kanan-Mu menyokong aku, kemurahan-Mu
membuat aku besar.
KJV Psalm 18:35
Thou hast also given me the shield of thy salvation: and thy right hand hath
holden me up, and thy gentleness hath made me
great.
RSV Psalm 18:35
Thou hast given me the shield of thy salvation, and thy right hand supported
me, and thy help made me great.
NIV Psalm 18:35
You give me your shield of victory, and your right hand sustains me; you stoop down to make me great.
NASB Psalm
18:35 You have also given me the shield of Your salvation, And Your right hand
upholds me; And Your gentleness makes me great.
“Hal
lain yang cukup mengagetkan adalah cara mereka membicarakan kaum pria yang
penuh dengan nada menyerang dan kekasaran yang dahulu hanya dapat dijumpai di
lingkungan kaum pria. Sifat-sifat kewanitaan adalah perbendaharaan seorang
wanita, yang merupakan kekuatan kodratinya dan kemuliaan bagi dirinya. Mengapa
harus mengorbankan hal-hal tersebut dalam konflik persaingan?” (hal 329).
Lagi-lagi kelihatannya secara
implicit ia memaksudkan bahwa kelembutan adalah sikap feminine! Ini salah!
“Kerendahan hati bukanlah suatu kelemahan (Efesus 4:2,
Kolose 3:12). Sikap ini berasal dari Roh Allah. Musa disebut sebagai orang yang
paling lembut hatinya (Bilangan 12:3), namun ia
sama sekali bukan orang yang lemah” (hal 329).
Yang ia bicarakan kerendahan hati
atau kelembutan? Kok campur aduk?
“Kemampuan
untuk mengakui keunikan orang lain merupakan suatu kekuatan tersendiri. Kaum wanita diciptakan dengan suatu keunikan yang berasal
dari Allah sendiri. Apabila seorang suami mampu menerima dan menghargai
keunikan itu, maka istrinya akan menjadi istri dan sahabat terbaik baginya, dan
akan menyempurnakan kehidupannya. Kalau keunikan seorang wanita diabaikan,
dipadamkan, atau hanya dipandang sebagai pembangkit hawa nafsu, maka ia akan
menjadi wanita yang tidak utuh dan tidak pernah dapat merasakan kepuasan dalam
hidupnya” (hal 330-331).
a) Keunikan apa yang ia
maksudkan? Hanya kaum wanita punya keunikan itu? Menurut saya setiap orang,
pria atau wanita, adalah unik!
b) Bagian bawah kutipan itu
menunjukkan seakan-akan kebahagiaan seseorang secara mutlak tergantung sikap
orang lain terhadap dia. Saya tak setuju hal itu. Tak peduli bagaimana sikap orang
lain terhadap dia, kalau ia menghadapinya dengan benar, ia bisa bahagia!
“Seorang
ayah harus menjadi kepala dalam keluarga sebagaimana halnya Kristus adalah
kepala bagi jemaatNya. Ia juga harus melayani keluarganya seperti Kristus
melayani jemaatNya, yaitu sebagai nabi, imam, dan raja. Sebagai nabi, ia menyampaikan perkataan Allah kepada anak-anaknya. Sebagai
imam, ia berbicara mewakili anak-anaknya kepada Allah. Sebagai raja, ia
memerintah dan memimpin dengan suatu kerelaan untuk melayani mereka”
(hal 335).
Ini sesat. Tak ada imam dalam
Perjanjian Baru. Dan tentang nabi, apakah Allah tak bisa bicara kepada
anak-anak tanpa melalui ayahnya?
“Raja
Daud adalah ayah yang buruk bagi Adonia, namun merupakan ayah yang menakjubkan
bagi Salomo. Alkitab mencatat, ‘Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah
menegur dia’ (1Raja-raja 1:6). Tidak ada koreksi dan teguran dari ayahnya telah
menghancurkan Adonia” (hal 342).
Ini merupakan pengutipan sebagian
ayat yang menyebabkan artinya menjadi lain dari yang seharusnya.
1Raja 1:5-6 - “(5) Lalu Adonia, anak Hagit,
meninggikan diri dengan berkata: ‘Aku ini mau menjadi raja.’ Ia melengkapi
dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang
yang berlari di depannya. (6) Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor
dia dengan ucapan: ‘Mengapa engkau berbuat begitu?’ Iapun sangat elok
perawakannya dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom”.
Kalau dilihat dari text ini, Daud
hanya dinyatakan tidak pernah menegur Adonia dalam hal ia meninggikan diri
dengan mengatakan ‘Aku ini mau menjadi raja’. Sama sekali tidak berarti
Daud tak pernah menegur Adonia dalam segala hal.
“Menurut
penulis tersebut, falsafah bangsa Yunani kuno adalah, ‘Jangan terlalu
membusungkan dada, nanti dewa-dewa cemburu dan memukulmu roboh.’ ... Saya lebih
senang kalau kita membuang dewa-dewa Yunani kuno itu dan mencoba Allah yang
lain. Allah yang tidak pernah cemburu, ... ”
(hal 357).
Ini bertentangan dengan dengan
Kel 20:5.
“Hati
dan pikiran para veteran perang Vietnam yang sebelumnya selalu dihantui mimpi
buruk, kepahitan, kedengkian, permusuhan, dan kebencian saat itu dibasuh oleh
firman dan Roh Yesus Kristus” (hal 359).
Bukan darah Kristus yang
membasuh? Tetapi firman dan Roh Yesus Kristus?
“Minggu
lalu saya menerima surat dari seorang hamba Tuhan yang menulis tentang
‘hari-hari akhir’ dan penghakiman yang akan Allah lakukan terhadap dunia ini.
Memang kita perlu memikirkan hal-hal tersebut. Namun, jangan sampai berita
negatif itu menghimpit berita yang positif, yaitu bahwa manusia juga dapat
menyenangkan hati Allah!” (hal 359).
Berita tentang akhir jaman dan
penghakiman ia sebut berita negatif?? Apa yang ia sebut berita positif tak akan
terjadi kalau tidak ada ‘berita negatif’ itu!
“Allah
berkenan tidak hanya kepada keilahian Yesus, tetapi juga kepada kemanusiaan
yang diperlihatkanNya” (hal 361).
Ini omongan apa???
Buku
‘menjadi pria sejati’ selesai
Buku
“Kesempurnaan seorang pria”
Edwin
Louis Cole
“Saya
juga telah menambahkan beberapa bab yang tidak hanya menguatkan apa yang telah
ditulis pada awalnya, tetapi juga memberikan pewahyuan
yang luas dan makna yang lebih dalam ....” (hal 0 / prakata untuk
edisi baru).
“Berkhotbah
dan mengajar merupakan kerja keras yang mulia. Ringkasan rencana khotbah sering
harus saya persiapkan di antara deretan kursi-kursi di dalam pesawat.
Kebanyakan persiapan pelayanan saya di ruangan yang sempit itu, yakni di atas
meja sandaran kursi yang ada di dalam pesawat terbang” (hal 1).
Apakah ini pelayanan yang
bertanggung jawab? Tidak heran khotbahnya tak karuan, persiapannya pasti tanpa
buku tafsiran / theologia, mungkin karena ia dapat wahyu!
“Mesin
jet menderu di belakang badan pesawat. Alkitab dan buku catatan saya terbuka di
atas meja lipat yang ada di hadapan saya. Tetapi, di dalam perenungan ini, saya
seperti kehilangan kesadaran akan keadaan di sekitar saya. Sesuatu sedang
bergejolak di dalam roh saya. Saya sadar, hadirat Allah hadir” (hal 2).
“Campbell
berbicara dari Surat Paulus yang Pertama kepada jemaat di Korintus, pasal
kesepuluh, mulai dari ayat keenam sampai ayat kesepuluh. ... Inilah kelima
alasan yang sudah tercatat di dalam firman Tuhan perihal mengapa bangsa Israel
gagal mencapai Tanah Perjanjian.
Berbuat
jahat
Menyembah
berhala
Berbuat
cabul / berzina
Mencobai
Tuhan
Bersungut-sungut
Ketika
saya mencoba untuk memperhatikan daftar kelima alasan yang dikemukakan oleh
Campbell tersebut, saya kira dosa yang paling menonjol
adalah berbuat cabul” (hal 3).
Apa alasannya? Dalam Perjanjian
Lama dosa yang paling Tuhan benci jelas adalah penyembahan berhala.
“Pesawat
United Airlines membawa saya semakin mendekati tujuan. Momen demi momen
mendekatkan saya pada retret yang harus saya layani. Tiba-tiba saya ingin
menulis. Saya sadar bahwa Roh Allah di dalam diri saya mengilhami
dan menuntun pena saya untuk menuliskan sesuatu di dalam buku catatan”
(hal 5).
Terlihat lagi cara persiapan
khotbah dari orang ini, tanpa buku-buku yang dipelajari, hanya bergantung pada
pimpinan Roh Kudus. Perhatikan khususnya kata ‘mengilhami’!
“Sebenarnya
perkara ini terlalu keras, terlalu tajam - bahkan untuk seorang nabi-pengkhotbah seperti saya, yang sudah berkhotbah di
hadapan ribuan orang” (hal 5).
“Tanah Kanaan selalu digunakan Allah sebagai simbol potensi
maksimal dari umat manusia. Tanah Kanaan adalah suatu tempat Allah menggenapi
janji-janji-Nya di dalam kehidupan kita - tempat Allah memaksimalkan potensi
umat-Nya, baik secara pribadi maupun bersama. ... Di dalam Perjanjian
Lama, Tanah Kanaan adalah tempat yang diinginkan Allah untuk ditempati oleh
bangsa Israel setelah Ia membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Mereka
akan hidup dengan iman mereka di sana. Dan, Allah akan menggenapi
janji-janji-Nya atas mereka. Saya ingin Anda mengerti bahwa Kanaan adalah Tanah
Perjanjian, tempat di mana Allah menginginkan Anda hidup dengan iman saat ini.
Di tempat itu, Allah akan menggenapi janji-janji-Nya atas kehidupan Anda. Di
sana Anda dapat meraih potensi maksimal Anda” (hal 8).
Penyimbolan yang ngawur!
“Bagi
beberapa hamba Tuhan, kadang-kadang pelayanan mereka bisa menjadi berhala bagi
mereka. Mereka begitu bertekun terhadapnya, sehingga mereka tidak mempunyai
waktu untuk menyembah Tuhan, berdiam diri di dalam
hadirat-Nya, dan menghabiskan waktu untuk melayani-Nya secara pribadi”
(hal 10).
Ini bahasa Kharismatik.
“Allah
berjanji bahwa orang yang bisa mengalahkan dosa percabulan akan duduk
bersama-sama dengan Dia di takhta-Nya. Orang yang bisa mengalahkan dosa
percabulan tersebut adalah orang yang akan sanggup mencapai kekudusan”
(hal 12).
Apa dasarnya? Bagaimana kalau
seseorang bisa mengalahkan dosa percabulan, tetapi ia suka berdusta, mencuri,
tidak disiplin dsb? Yang benar adalah: setiap orang kristen punya kelemahan!
Bisa dalam percabulan, dusta, pelit, dan sebagainya.
“Ketika
orang banyak meminta Kristus turun dari salib, sesungguhnya mereka sedang
mencobai Tuhan. Mencobai Kristus adalah menuntut Allah untuk melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan kehendak-Nya atau yang tidak sesuai dengan
kerakter-Nya. Sekarang ini, orang-orang masih melakukan hal yang sama, yaitu
dengan menuntut Allah untuk menyediakan jalan keselamatan yang lain selain
salib” (hal 12).
Ini memiringkan arti dari
‘mencobai Tuhan’!
“Perkataan yang Allah berikan kepada saya ketika saya
masih berada di dalam pesawat menuju retret di Oregon secara spesifik dan
langsung tertuju kepada salah satu dari dosa-dosa tersebut: berbuat cabul. Hal
ini sungguh memiliki kekuatan dan dampak yang fenomenal. Dua ratus enam puluh
lima orang berlari menuju ke depan panggung dan ingin bertobat di hadapan Allah.
Malam itu, kuasa Allah begitu kuat, tak seorang pun di antara mereka yang
pulang tanpa dijamah atau diubahkan”
(hal 14).
Lagi-lagi bau Kharismatik.
“ketika
saya berdoa bersama orang-orang tersebut di kapel kecil di Oregon tersebut, saya merasakan Roh Kudus membisikkan kepada saya untuk
juga menjangkau yang lain” (hal 15).
Ada
Injil (hal 20). Ini bagus!
“Beberapa
waktu yang lalu, saya diundang menjadi salah seorang yamu di dalam acara
talkshow Kristen. Selama pertunjukkan saya mengatakan kepada pembawa acara dan
asistennya bahwa Tuhan menuntun saya untuk memerintahkan kaum pria untuk
bertobat. Ada selang waktu untuk beristirahat selama acara berlangsung. Pembawa
acara memiringkan badannya ke arah saya dan dengan corong mikrofon yang
terpasang mati ia berkata: ‘Tidak, tidak, tidak! Kita tidak memerintahkan orang
Kristen, tetapi mengundang orang yang berdosa.’ ‘Tidak, tidak, tidak,’ saya
memberikan respons balik dengan bisikan. ‘Kisah Para Rasul 17:30 mengatakan
bahwa ‘Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah
memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.’
Ada kunci perbedaan antara memerintahkan dan mengundang. Bila saya memberi
undangan kepada Anda, Anda mempunyai kebebasan untuk memilih. Anda bisa saja
menerima atau menolak undangan saya itu. Tetapi, bila saya memerintahkan Anda,
Anda tidak punya pilihan. Anda harus mentaatinya atau menolaknya. ... Di zaman
modern ini, dalam mempsikologikan pekabaran Injil di atas mimbar, kita sering
‘mengundang’ orang-orang untuk menerima Yesus. Kita memberi mereka pilihan, dan
mereka menolaknya” (hal 28).
Ini tolol! Secara prinsip tak ada
beda antara memerintahkan dan mengundang seseorang untuk percaya kepada Yesus. Kalau
Tuhan mengundang dan kita tidak menerimanya, itu merupakan penghinaan, dan
membuat murka Allah. Dan tak ada bedanya menolak undangan dan menolak untuk
mentaati suatu perintah. Juga, banyak ayat yang menunjukkan undangan, seperti:
Mat 11:28 - “Marilah kepadaKu, semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.
Mat 22:1-14 - “(1) Lalu Yesus berbicara pula
dalam perumpamaan kepada mereka: (2) ‘Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja,
yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. (3) Ia menyuruh hamba-hambanya
memanggil orang-orang yang telah diundang ke
perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. (4) Ia menyuruh
pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang
itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak
piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan
kawin ini. (5) Tetapi orang-orang yang diundang
itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus
usahanya, (6) dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan
membunuhnya. (7) Maka murkalah raja itu, lalu
menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan
membakar kota mereka. (8) Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya:
Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang
diundang tadi tidak layak untuk itu. (9) Sebab itu pergilah ke
persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah
setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. (10) Maka
pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya
di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah
ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. (11) Ketika raja itu masuk untuk
bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. (12)
Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak
mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu
kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke
dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak
gigi. (14) Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’”.
Luk 14:15-24 - “(15) Mendengar itu berkatalah
seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: ‘Berbahagialah orang yang akan dijamu
dalam Kerajaan Allah.’ (16) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ada seorang
mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang
banyak orang. (17) Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya
mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab
segala sesuatu sudah siap. (18) Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang
pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi
melihatnya; aku minta dimaafkan. (19) Yang lain berkata: Aku telah membeli lima
pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. (20) Yang
lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. (21) Maka
kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya:
Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari
orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang
lumpuh. (22) Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu
sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. (23) Lalu kata
tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah
orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. (24) Sebab
Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuanKu.’”.
“Ketidaktaatan
menghancurkan kedamaian. Karena itu, tidak pernah ada roh ketidaktaatan yang
masuk ke dalam sorga. Hanya dengan satu roh ketidaktaatan, kedamaian akan
menjadi rusak berantakan. Hanya pernah terjadi sekali - Lucifer. Allah langsung
memaksa Lucifer angkat kaki dari sorga. Tidak akan pernah ada lagi”
(hal 30).
Siapa yang mengatakan komandan
setan namanya Lucifer?
Apakah ‘Lucifer’ yang ia
bicarakan itu bisa merusak kedamaian dari Allah?
“Dosa
yang tidak diakui adalah dosa yang tidak dimaafkan. Dosa hanya bisa hilang dari
dalam kehidupan manusia melalui mulut.” (hal 32).
Penjahat yang bertobat di kayu
salib tak pernah mengaku dosa, tetapi ia diampuni!
“Saya
sering melihat kaum pria yang bertobat dari dosa mereka, dan mereka
sungguh-sungguh merasakan pengampunan itu. Mereka meninggalkan ruang doa dengan
rasa puas atas kondisi kerohanian mereka, meskipun mereka menemukan diri mereka
memohon pengampunan untuk dosa yang sama, dan kemudian membutuhkan pengampunan
yang sama. Kehendak Allah adalah mengampuni kita, kemudian membasuh kita agar
kita tidak melanjutkan kebiasaan untuk berbuat dosa. Bebaskanlah diri Anda dari
berbuat dosa” (hal 32).
Ini kemunafikan dari orang yang
‘self-righteous’. Tidak ada orang yang tidak mengulang dosa, dan darah Yesus
tercurah untuk dosa-dosa yang diulangi itu. Memang ini bukan hal ideal, tetapi
ini fakta! Tak berarti bahwa kita boleh membiarkan fakta itu berlangsung terus.
Kita memang harus berusaha menghentikan dosa, tetapi tak seorangpun bisa tidak
pernah mengulang dosa yang sudah ia akui.
Pengudusan digambarkan sebagai ‘buah
Roh Kudus’ (Gal 5:22-23), dan ini menunjukkan suatu proses seumur hidup, yang
baru selesai pada saat kita mati, atau sesaat setelah kita mati, dimana kita
disempurnakan.
Ibr 12:23 - “dan kepada jemaat anak-anak
sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi
semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi
sempurna”.
“Di
lain pihak, beberapa orang takut untuk mengatakan kebenaran. Mereka takut
melukai hati orang lain, atau mereka takut kehilangan kasih dari mereka. Mereka
sesungguhnya tidak menyadari bahwa hal itu merupakan kebenaran, yakni
membicarakannya di dalam kasih merupakan satu-satunya cara untuk menyatakan
kasih yang sebenarnya. Saya menyebut bentuk kasih yang terakhir ini sebagai
kasih sayang terbaik. Izinkanlah saya memberikan sebuah ilustrasi. Ketika saya
sedang berkhotbah, di tengah-tengah acara kebaktian, seseorang mengangkat
tangannya sambil menggenggam sebuah catatan yang mengatakan bahwa rumah salah
seorang dari jemaat yang hadir dalam kebaktian baru saja terbakar. Apa yang
harus saya perbuat? Orang tersebut berada dalam situasi berbahaya dan ia segera
akan kehilangan segala sesuatu yang ia miliki. Tetapi, bila saya menyela acara
kebaktian itu dan mengatakan hal itu kepadanya, saya akan membuatnya bingung
dan mungkin pula akan merasa sedih, atau malah mungkin akan membuat hatinya
terluka. Karena itu, saya tidak ingin ia mengalami banyak kesulitan, kesedihan,
atau kebingungan. Dan, saya akhirnya memutuskan untuk tidak memberitakan
informasi itu. Kemudian, setelah kebaktian, dalam keadaan ketakutan seorang
anggota jemaat datang sambil menangis, ‘Rumah saya hangus terbakar!’ ‘Ya, saya sudah
tahu,’ respons saya. Anggota jemaat yang mengalami musibah itu menatap saya
dengan mata terbelalak. ‘Anda sudah tahu?’ ‘Betul,’ saya menegaskan. ‘Masih
ingatkah Anda dengan tangan yang teracung ke atas sambil memegang catatan
ketika acara kebaktian sedang berlangsung? Catatan itu mengatakan, bahwa rumah
Anda terbakar.’ ‘Mengapa Anda tidak mengatakannya kepada saya?’ Dan, jawaban
saya sederhana saja: ‘Saya tidak ingin mengatakannya kepada Anda karena saya
tahu hal itu akan membuat Anda sedih.’ Aneh. Hampir setiap hari kita melihat
hal yang serupa ini terjadi. Banyak ibu yang menginginkan yang terbaik bagi
anaknya, tetapi akhirnya menghancurkan anaknya dengan cara tersebut, yang
menurutnya adalah cara yang terbaik. Hanya ibu yang kurang waras yang melakukan
hal yang demikian. Ibu mertua juga sering berusaha untuk menolong anaknya,
tetapi malah menghancurkan pernikahan mereka melalui bentuk kasih yang dia
anggap adalah kasih yang terbaik” (hal 33-34).
Saya tidak mengerti omongan kacau
balau ini. Apa yang ia lakukan bertentangan dengan apa yang ia katakan. Apakah
ilustrasi itu bukan sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, dan hanya
mengilustrasikan ketololan seandainya ia lakukan?
“Rohnya
terlihat sangat lapar” (hal 35).
Bagaimana kelihatannya roh yang
sangat lapar???
“Allah
mengasihi orang berdosa, meskipun Allah sendiri membenci dosa. Tujuan kekal
Yesus di atas Golgota adalah memisahkan kita dari dosa kita. Allah murka
terhadap dosa. Selama kita masih identik dengan dosa, kita tetap menjadi
sasaran murka Allah. Tetapi, melalui kelahiran baru, kita diidentikkan
kembali dengan Yesus Kristus dan kebenaranNya, dan karena itu tidak ada
lagi murka, yang ada adalah anugerah” (hal 35).
Kata-kata ini aneh. Apa artinya
‘identik dengan dosa’ dan ‘diidentikkan kembali dengan Yesus Kristus dan
kebenaranNya’???
Cerita di hal 36 konyol dan tak
bisa saya mengerti apa maksudnya.
“Dosa
yang tidak diakui adalah dosa yang tidak diampuni” (hal 37).
Hal 39-40, cerita tentang anaknya
yang mau meminjam mobilnya, dan lalu bersikap kurang ajar pada waktu
permintaannya ditolak. Dia mau marah tetapi Roh Kudus melarangnya!!!
“Saya
akan mengajarnya. Tetapi, Roh Kudus melangkah masuk, dengan tenang, dan hening,
Ia membisikkan sebuah kalimat di dalam hati saya: ‘Bapa-bapa, janganlah bangkitkan
amarah di dalam hati anak-anakmu.’” (hal 40).
Ia lalu minta ampun kepada Tuhan,
bertobat, mengakui kesalahannya kepada anaknya, dan meminjamkan mobil itu
kepada anaknya
Apakah Roh Kudus mengajar kita
untuk tidak mendisiplin anak dan memanjakan anak? Ini bertentangan dengan Ibr
12:5-dst!
“Saya
sedang berada di Cleveland saat saya sedang membuat kesimpulan khotbah yang
baru saja saya sampaikan, ketika seorang pria meminta saya bersama-sama dengan
dia berdoa untuk keselamatan kedua anaknya. Ketika kami mulai berdoa, ia
berkata: ‘Kedua anak saya pecandu berat alkohol, dan saya tahu, bila Allah
menyelamatkan mereka, mereka akan terbebas dari hal itu. ... ‘Apakah Anda
pernah menjadi pecandu alkohol juga?’ saya bertanya kepadanya. ... ‘Ya,’ ia
menjawab dengan sangat perlahan, bahkan hampir seperti berbisik. ‘Apakah ketika
itu anak-anakmu ada di rumah?’ ‘Ya.’ ‘Pernahkah Anda mendatangi anak-anak Anda
di rumah dan meminta maaf kepada mereka karena ketika mereka masih kanak-kanak,
Anda sudah menjadi seorang pecandu alkohol?’ ... Pria itu menunduk, ‘Belum
pernah.’ ... ‘Datangi anak-anak Anda, meminta maaf kepada mereka karena Anda
pernah menjadi pecandu alkohol,’ saya mengatakan hal itu, dan kemudian
menatapnya dengan sungguh-sungguh, menanti jawabannya. Dia menatap saya
kembali, kemudian setuju. ... Dengan memaafkan dosa
seseorang, kita sesungguhnya sedang membebaskan mereka, tetapi bila kita tidak
memaafkan mereka, dosa yang sudah ia lakukan itu akan tetap mengikatnya.
Inilah prinsip Kerajaan Allah. Anak laki-lakinya sangat membenci kebiasaan
ayahnya yang kecanduan alkohol. Anak-anaknya tidak pernah memaafkan ayahnya
untuk perkara itu. Karena mereka tidak pernah memaafkan hal itu, mereka
menyimpan dosa ayah mereka di dalam hati mereka, dan perkara itu menjadi sesuatu
yang akhirnya membuat mereka benci terhadap ayahnya. Kebencian akan mengikat
dosa tetap berada di dalam diri mereka. Mereka mengikat diri mereka kepada dosa
ayahnya” (hal 41-43).
Ini tolol dan salah, karena
berarti bahwa pengudusan kita tergantung pada orang kepada siapa kita berbuat
salah! Bagaimana kalau kita sudah minta maaf tetapi orang itu tak mau
memaafkan?
Dan terutama, mana ayat dasar
dari ajaran ini?
Dan cerita ini membingungkan,
karena contohnya tidak cocok dengan pernyataannya. Karena tidak adanya pemaafan,
yang terikat dosa itu ayahnya atau anak-anaknya?
“Bila
Anda tidak memaafkan dosa yang sudah diperbuat oleh seseorang terhadap Anda,
sesungguhnya Anda sedang menanggung dosa tersebut; menahannya. Akibatnya Anda
akan membuat kesalahan-kesalahan yang sama terhadapnya” (hal 44).
Lagi-lagi suatu kegilaan. Mana
dasar Alkitabnya???
Memang ‘tidak memaafkan /
mengampuni’ mereka dosa. Tetapi itu tidak menjadikan kita melakukan
kesalahan-kesalahan yang sama terhadapnya. Sebagai contoh: kalau seorang gadis
diperkosa oleh seorang pemuda, dan ia tidak mau mengampuni pemuda itu, apakah
nanti ia akan memperkosa pemuda itu atau menjadi seorang pemerkosa?
“Di
Charlotte, North Carolina, ada seorang pria yang tidak pernah memaafkan rekan
bisnisnya yang terdahulu. Rekan bisnisnya ini membawa kabur semua uangnya.
Akibatnya, ia membayar sendiri semua utang-utangnya. Pria yang marah ini terus
mengalami masalah di dalam bisnisnya, sebelum ia memaafkan rekan bisnisnya
tersebut pada malam itu. Sekarang ini, ia sungguh-sungguh mengalami
keberhasilan yang belum pernah ia alami sebelumnya” (hal 44-45).
Cerita di hal 45 juga sama
gilanya.
Seluruh pelajaran / bab ini penuh
dengan contoh-contoh, tetapi tak ada dasar Alkitab. Tetapi lucunya di hal 45
bawah ia berkata “Banyak
orang yang bekerja di dinas-dinas sosial, badan penyuluhan sekolah, dan
kepolisian yang tidak memahami prinsip yang sudah diajarkan oleh Yesus ini”.
Diajarkan oleh Yesus dimana????
“Yesus
menyatakan kelembutan-Nya dengan penuh kasih di dalam pesan-pesan-Nya,
karya-Nya, di dalam kesembuhan dan penghiburan, dan melalui kematian-Nya di
atas kayu salib. Tetapi, Yesus juga ingin mengusap dan membelai anak kecil, dan
merangkul mereka ke lengan-Nya dengan erat. Di sisi lain, Yesus juga
menunggangbalikkan meja-meja penukar uang dan orang-orang yang berdagang di
dalam Bait Allah. Dari hal ini kita bisa melihat suatu gambaran bahwa Yesus
adalah Anak Manusia, sekaligus juga Anak
Allah” (hal 51).
Yang mana yang menunjukkan Yesus
sebagai Anak Manusia dan yang mana yang
menunjukkan Yesus sebagai Anak Allah?
“Kesempurnaan
seorang pria dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama. Begitu juga
dengan kata menyerupai Kristus dan wanita yang sempurna.” (hal 52).
Kalau begitu, maka wanita yang
sempurna = pria yang sempurna????
Setelah membicarakan Luk 13 yang
menunjukkan seorang petani yang mengharapkan buah pohon ara, sama seperti Allah
mengharapkan buah dari kehidupan kita, ia lalu berkata:
“Buah
itu adalah ‘karakter kepriaan kita yang sempurna’. ... Hai para pria, Allah
menciptakan kita sebagai pria dan menanamkan roh-Nya di dalam diri kita; Ia
berharap dapat memperoleh buah kepriaan dari kita.” (hal 52,53).
“Kita
bisa saja memperoleh kerohanian dari kaum wanita, tetapi kekuatan selalu datang
dari kaum pria. Gereja, keluarga, dan bangsa akan menjadi kuat bila kaum
prianya juga kuat” (hal 59).
Tadi, di hal 52 ia mengatakan
pria yang sempurna = keserupaan dengan Kristus = wanita yang sempurna. Sekarang
kok jadi lain???
“Semakin
banyak firman yang ada di dalam hati Anda, Anda akan semakin menyerupai firman,
dengan kata lain semakin menyerupai Kristus. Firman harus diperoleh di dalam
roh” (hal 60).
Jadi, firman = Kristus? Dan
bagaimana cara memperoleh firman di dalam roh? Apa maksudnya?
“Di dalam keluarga Anda haruslah ada seorang imam dan
Allah sudah menentukan hal itu untuk diperankan oleh kaum pria. Entah Anda
seorang murid sekolah Alkitab atau tidak, bila Anda
seorang pria, Anda adalah seorang imam. Anda tetaplah seorang imam,
entah Anda mempercayainya, menerimanya, menghidupinya, atau tidak
menghiraukannya. Tugas seorang imam bukan hanya untuk melayani Tuhan, melainkan
juga orang-orang yang dipercayakan ke dalam pemeliharaannya. Artinya, seorang
pria harus melayani istri dan anak-anaknya. ... Banyak pria yang gagal memehami
bahwa mereka harus memenuhi tugas pelayanan mereka sebagai seorang imam di
dalam keluarga. ... Seorang imam di dalam keluarga
harus mau berdoa bagi istrinya” (hal 61, 63).
Karena istri bukan imam, jadi
istri tidak perlu berdoa untuk keluarganya?
“Hal yang sama juga terjadi atas diri wanita Kristen. Mereka menginginkan suami mereka yang belum diselamatkan mendengarkan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Dan, mereka begitu menginginkan hal ini dan sering juga mereka berbuat salah. Mereka kelihatannya percaya bahwa ‘tidak ada laki-laki yang datang kepada Bapa kecuali istri mereka menarik mereka.’ Tidak ada seorang wanita pun yang mampu menarik seorang pria datang kepada Allah - hanya Roh Kudus yang mampu melakukannya. Tidak terkira banyaknya wanita yang sudah menyerahkan tubuh, pikiran, dan jiwa mereka terhadap maksud gila-gilaan ini, mereka mencoba menggantikan tugas Allah Roh Kudus. Berkali-kali para konselor mengatakan kepada para wanita, ‘Jangan mempermainkan Allah.’” (hal 65).
“Yakinlah
bahwa kaum pria adalah imam, dan Allah sudah mengarahkan mereka untuk masuk ke
dalam posisi itu. Seorang wanita tidak bisa mendorong seorang pria. Dorongan
seorang wanita akan membantu hanya ketika seorang pria memang sudah siap
ditarik atau dipimpin oleh Roh Allah menjadi seperti yang Allah inginkan. Kaum
pria dapat mengubah kebiasaannya. Tetapi, hanya Allah yang mampu mengubah sifat
alamiahnya. Para wanita, janganlah mempermainkan
Allah!” (hal 65-66).
Apa urusannya ini dengan
‘mempermainkan Allah’??? Dan, kalau pria yang melakukan hal itu, apakah mereka
juga mempermainkan Allah?
“Wanita
yang merasa bahwa suaminya adalah pria yang tidak percaya - atau seorang suami
Kristen yang kurang memaksimalkan potensinya sebagai seorang pria sejati - ada
dua langkah kunci yang terdapat dalam Alkitab. Pertama, yakinkanlah diri Anda
bahwa Anda sudah mengampuni semua dosa suami Anda. Banyak istri yang tidak
mengampuni suami mereka. Tanpa pengampunan, sesungguhnya seorang istri sedang
menahan dosa suaminya dan mengikat dosa tersebut di dalam diri sang suami.
Pengampunan membuka; tidak adanya pengampunan menutup. Pengampunan membebaskan,
tidak adanya pengampunan mengikat. Banyak pria yang sungguh-sungguh ingin
menjadi pria sejati seperti yang Allah inginkan atas hidup mereka, dan sering
menjumpai diri mereka sedang berjuang untuk terbebas dari perbudakan karena
tidak adanya pengampunan dari istri mereka. Kedua, cinatilah suami Anda.”
(hal 66).
Ini sesat! Siapapun butuh
pengampunan dari Tuhan, bukan dari pasangannya!
Dan lucunya, wanita / istri itu
tidak disuruh memberitakan Injil kepada suami yang belum Kristen itu.
“Karena
kaum pria adalah kepala rumah tangga, perubahan harus dimulai dari kaum pria!”
(hal 83).
Bagaimana kalau suami tidak
Kristen, sedangkan istrinya Kristen?
Bdk. 1Kor 7:16a - “Sebab bagaimanakah engkau
mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu?
Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan
menyelamatkan isterimu?”.
1Pet 3:1-2 - “(1) Demikian juga kamu, hai isteri-isteri,
tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat
kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
(2) jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu”.
Ia menceritakan tentang seorang
yang bernama Rick.
“Selama
berada di pekarangan, ia mendengar suara dari dalam dirinya yang berkata,
‘Pergilah.’ Pada kesempatan lain, suara yang sama mengatakan hal yang sama
lagi. ... Ia ingin tahu, ‘Apakah Roh Kudus yang berbicara kepada saya, ataukah
setan - atau yang lain?’ Semakin kami banyak bercakap-cakap, semakin saya
menyadari bahwa Allah sedang bekerja di dalam kehidupannya. Tetapi, Rick belum
menyadari hal itu. ... Dan kemudian, saya masih tetap mendengar suara ini berkata
di dalam diri saya, pergilah.’’. Rick sudah menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat pribadinya beberapa tahun yang lalu. Tetapi, ia belum pernah
membuat sebuah komitmen secara menyeluruh. Beberapa bagian dari kehidupannya
masih berada di bawah pengawasan pribadi, bukan di bawah pengawasan Allah.
Setelah kami berbincang-bincang, kami berdoa bersama. Sinar terang mulai
menyeruak di dalam hati Rick. Suara yang ada di dalam diri Rick sesungguhnya
adalah suara Allah yang berbicara melalui Roh Kudus. ‘Pergilah’ berarti,
pergilah, bebaskan dirimu dan kemudian serahkanlah dirimu sepenuhnya ke dalam
genggaman tangan Tuhan, percaya penuh kepada-Nya. Rick memahami perkataan Allah
yang sederhana itu, ‘Tinggalkan semua caramu
sendiri, dan bergantung sepenuhnya di dalam Aku.’” (hal 84-85).
Kok ya aneh, kata ‘pergilah’ di
artikan seperti itu??? Dan itu disebut ‘sederhana’?
“Kemudian,
Joan menjelaskan dampak yang luar biasa akibat perubahan yang sudah dialami
Rick. ‘Kami tidak mengatakan kepada anak-anak apa yang sudah dialami Rick. Kami
hanya ingin membiarkan segala sesuatunya terjadi secara wajar.’ Tetapi, tiga
hari setelah Rick datang ke rumah, anak perempuan saya menghampiri saya dan
berkata, ‘Mama, apa yang terjadi dengan papa? Papa kelihatannya berubah.’ Rick,
Joan, dan anak-anak mereka menemukan bahwa perubahan selalu datangnya dari
kepala keluarga” (hal 85).
Lucu, hanya berdasar pengalaman,
tanpa dasar Alkitab!
“Satu ton doa tidak akan pernah menghasilkan satu ons
keinginan untuk hidup taat. Setelah Anda mengucapkan semua doa Anda,
bila Anda tidak taat, Anda sedang menyangkal doa-doa Anda itu. Percaya ditambah dengan
perbuatan sama dengan iman” (hal 86).
Dua kalimat yang gila / sesat!
a) Justru doa menyebabkan kita
diberi kekuatan untuk taat! Kalau doa memang tak memberikan keinginan untuk
taat, untuk apa Yesus memerintahkan kata-kata dalam ayat-ayat di bawah ini?
Mat 6:13 - “dan janganlah membawa kami ke
dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena
Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.
Amin.]”.
Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah,
supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi
daging lemah.’”.
Luk 21:34-36 - “(34) ‘Jagalah dirimu, supaya
hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan
duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu
seperti suatu jerat. (35) Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. (36) Berjaga-jagalah
senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput
dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan
Anak Manusia.’”.
Luk 22:40,46 - “(40) Setelah tiba di tempat itu Ia
berkata kepada mereka: ‘Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam
pencobaan.’ ... (46) KataNya kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidur? Bangunlah
dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.’”.
b) Percaya ditambah dengan perbuatan sama dengan iman????????
“Banyak kaum pria saat ini yang sanggup mengubah istri, anak-anak,
bisnis, dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, sedangkan diri mereka
sendiri tidak diubahkan. ... Anda adalah seorang pria - Jika Anda berubah,
keluarga Anda juga akan berubah. Jika Anda diubahkan, maka bisnis Anda pun akan
diubahkan. Hai kaum pria, perubahan harus dimulai pertama-tama di dalam diri
Anda” (hal 89-90).
Kalimat yang atas bertentangan
dengan kalimat yang bawah!
“Di
dalam Kitab Efesus 5:23 disebutkan bahwa dalam rumah tangga, kaum pria setara
dengan Kristus sebagai Kepala gereja. Perkara ini memiliki makna yang dahsyat
di dalam diri kaum pria. Kebenaran: Sebagaimana Kristus adalah Juruselamat
gereja, yang menyediakan jalan keluar terhadap masalah-masalah jemaat, demikian
pula dengan kaum pria. Kaum pria mengambil tugas yang sama di dalam keluarga
mereka. Jalan keluar terhadap masalah keluarga tetap diprakarsai oleh kaum pria”
(hal 91).
Ef 5:23 - “karena suami adalah kepala isteri
sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh”.
Saya tak terlalu setuju dengan kata-kata
ini. Kalau suami memang adalah kepala keluarga bukankah ia boleh mengatur
sehingga persoalan-persoalan tertentu dibereskan oleh istri?
Bdk. Priskila dan Akwila, juga
Zipora pada waktu menyelamatkan Musa dengan menyunatkan anaknya.
“Adam
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, ia
merupakan contoh dari pria yang sempurna. Ketika
kepriaan tersebut dirusak oleh dosa, Yesus
Kristus datang memulihkan citra kaum pria
sebagai Adam yang kedua. Kristus datang sebagai ‘pengungkap citra’ Allah, yang
mengatakan kepada kita, bahwa kita harus terlebih dahulu ‘dilahirkan kembali’
dan menerima sifat-sifat Allah ke dalam roh kita. Kita harus mempunyai pikiran
dan hati yang sudah diperbaharui kembali. Baru kehidupan kita diubahkan, ‘yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.’ Tanpa Yesus Kristus, kaum pria tidak akan pernah bisa dipulihkan ke dalam
citra Allah sebagai ‘buatan Allah, diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan yang baik.’ Hanya bersama dengan Yesus hal itu bisa
dilakukan saat ini. Dengan gambaran baru tentang kepriaan
ini - yang sudah diberikan oleh Yesus - dimeteraikan di dalam pikiran kita,
perilaku kita, sikap, dan keinginan kita, semuanya akan menjadi baru”
(hal 106).
“Kaum
prialah yang menghasilkan suatu bangsa. Suatu bangsa akan besar bila kaum
prianya besar. Suatu bangsa akan kuat bila kaum prianya kuat” (hal 111).
Ini penghinaan terhadap kaum
wanita!
“Kepriaan
ada di dalam roh” (hal 112).
???????
“E.
M. Bounds menulis, ‘Kaum pria adalah
metode-metode Allah.’ Ketika kaum pria mencari metode
yang lebih baik, Allah mencari kaum pria yang lebih baik”
(hal 112).
Bagaimana dengan kaum wanita?
Allah tergantung manusia kaum
pria?
“Perkara
terbesar yang bisa dilakukan oleh seorang ayah bagi anak-anaknya adalah dengan
mengasihi ibu mereka” (hal 113).
Bukan memberitakan Injil kepada
mereka dan mengasihi Tuhan, tetapi mengasihi ibu mereka??? Ini extrim!
“Hidup
dan mati merupakan keputusan kita” (hal 114).
“Yesus
berkata di dalam Yohanes 10:10, ‘Pencuri datang hanya untuk mencuri dan
membunuh dan membinasakan.’ Televisi bertindak seperti seorang pencuri”
(hal 117).
Ini out of context!
“Berkali-kali
melalui firman-Nya Allah mengatakan, ‘Barangsiapa bertelinga hendaknya ia
mendengar!’ Allah menempatkan suatu penghargaan di dalam mendengar”
(hal 120).
Benar, tetapi mendengar apa?
Kontext jelas menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah mendengar Firman Tuhan.
Tetapi dalam seluruh penjelasan di dalam hal 119-121 DR Edwin Louis Cole
menerapkannya pada mendengar orang (istri, anak, teman dsb).
“Pria
dan wanita adalah berbeda. Sangat berbeda. Sebagai contoh, pria hanya
menyampaikan pokok berita; dan wanita adalah orang yang mencetaknya dengan baik
dan terperinci” (hal 121).
Saya tak percaya hal ini, apa
dasar Alkitabnya?
“Dosa
karena kelalaian - tidak percaya dan tidak menerima
Yesus - itu adalah dasar perpisahan kekal umat manusia dari Allah.
Dengan tidak dilahirkan kembali - dan dengan itu
manusia tidak menerima Roh Yesus Kristus di dalam hidupnya
- sebenarnya manusia sedang mengerjakan semua bentuk pelanggaran dan dosa
secara berulang” (hal 123).
Konsep tentang kelahiran baru
pasti kacau balau.
“Akan
tetapi Tim sudah dipengaruhi oleh firman Allah dan kepada pewahyuan dari jiwanya bahwa Yesus Kristus adalah
Juruselamat pribadinya” (hal 126).
Apa yang orang ini maksudkan
dengan ‘pewahyuan dari jiwanya’??? Apa yang ia maksudkan dengan istilah
‘wahyu’????
Cerita di hal 126-128 omong
kosong dan salah. Dua orang yang pacaran melakukan hubungan sex. Tak ada
perkosaan. Lalu mengapa wanitanya marah? Dan mengapa pria yang disalahkan dan
harus minta maaf? Keduanya salah, dan harus minta ampun kepada Tuhan
bukan satu kepada yang lain!
“Kebutuhan
gereja yang paling besar adalah memiliki pria yang sejati yang bekerja di dalam
pelayanan” (hal 136).
Bagaimana mungkin pria sejati itu
bisa melakukan pelayanan kalau tuntutan rumah tangga (istri dan anak-anak)
begitu besar? Ia juga masih harus bekerja mencari nafkah. Adalah omong kosong
itu bisa melakukan semuanya kecuali ia mempunyai 48 jam dalam 1 hari!
“Anda
bisa memperoleh kerohanian di dalam gereja dari kaum wanita, tetapi Anda hanya
mendapatkan kekuatan dari kaum pria” (hal 136).
Apa bisa ada kekuatan tanpa
kerohanian?
“Berjuta
anak tanpa orang tua akan menjadi masalah, seperti yang telah dinubuatkan oleh
Yesaya: ‘penguasa mereka ialah anak-anak’.” (hal 139-140).
Yes 3:12 - “Adapun umatKu, penguasa mereka
ialah anak-anak, dan perempuan-perempuan memerintah atasnya. Hai umatKu,
pemimpin-pemimpinmu adalah penyesat, dan jalan yang kamu tempuh mereka
kacaukan!”.
KJV Isaiah 3:12 As for my people,
children are their oppressors, and women rule over them. O my people, they
which lead thee cause thee to err, and destroy the way of thy paths.
RSV Isaiah 3:12 My people --
children are their oppressors, and women rule over them. O my people, your
leaders mislead you, and confuse the course of your paths.
NIV Isaiah 3:12 Youths oppress my
people, women rule over them. O my people, your guides lead you astray; they
turn you from the path.
NASB Isaiah 3:12 O My people!
Their oppressors are children, And women rule over them. O My people! Those who
guide you lead you astray And confuse the direction of your paths.
Jamieson, Fausset & Brown:
“Oppressors - literally, exactors;
i.e., exacting princes (Isa 60:17). They who ought to be protectors are
exactors: as unqualified for rule as ‘children,’ as effeminate as ‘women.’
Perhaps it is also implied that they were under the influence of their harem,
the women of their court” (= ).
Barnes’ Notes: “[As for my people, children are their oppressors] This refers,
doubtless, to their civil rulers. They who "ought" to have been their
"protectors," oppressed them by grievous taxes and burdens. But
whether this means that the rulers of the people were "literally"
minors, or that they were so in "disposition and character," has been
a question. The original word is in the singular number m±owleel,
and means a "child," or an infant. It may, however, be taken
collectively as a noun of multitude, or as denoting more than one. To whom
reference is made here cannot easily be determined, but possibly to
"Ahaz," who began to reign when he was twenty years old; 2 Kings 16:2. Or it may mean that the
"character" of the princes and rulers was that of inexperienced
children, unqualified for government. [Are
their oppressors] literally, 'are their exactors,' or their
"taxers" - the collectors of the revenue. [And women rule over them] This is not to be taken literally, but it
means either that the rulers were under the influence of the "harem,"
or the females of the court; or that they were effeminate and destitute of
vigor and manliness in counsel. The Septuagint and the Chaldee render this
verse substantially alike: 'Thy exactors strip my people as they who gather the
grapes strip the vineyard.'” (= ).
Dari penjelasan ini terlihat
bahwa Yes 3:12 tak ada hubungannya dengan anak-anak yang menjadi masalah karena
tak ada orang tua. Ini sama sekali bukan nubuat tentang hal itu. Ini merupakan
penafsiran yang membengkokkan ayat semaunya sendiri.
“Allah
menginginkan keadaan seperti kanak-kanak, tetapi ia membenci kekanak-kanakan”
(hal 140).
Bdk. 1Kor 14:20 - “Saudara-saudara, janganlah sama
seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi
orang dewasa dalam pemikiranmu!”.
Jadi, tak selalu Allah
menginginkan keadaan seperti kanak-kanak! Dalam kejahatan kita harus seperti
kanak-kanak (Lit: ‘bayi’), tetapi dalam pemikiran kita harus seperti orang
dewasa!
“Salah
satu sifat umum kekanak-kanakan dalam diri pria masa kini adalah kecanduan
terhadap pornografi” (hal 140).
Saya tak bisa melihat bahwa ini
kekanak-kanakan. Ini dosa!
“Setiap
pria mempunyai pilihan untuk menjadi seorang pria yang kekanak-kanakan, seorang
pria dewasa atau seorang pria perjanjian. Yesus bertanya, ‘Dengan apakah akan
Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?’
Kemudian Yesus menjawab sendiri pertanyaan itu, ‘Mereka itu seumpama anak-anak
yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu,
tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak
menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum
anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia
makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua
orang yang menerimanya’ (Luk 7:32-35). Dalam bahasa kontemporer, ‘Jika aku
tidak bermain menurut peraturanmu, kau akan mengambil bola dan pulang!’ Pria
yang sedang bertumbuh berkata kepada istrinya, ‘Ikuti cara saya.’
Kekanak-kanakan!” (hal 141-142).
Ini lagi-lagi penggunaan text
secara out of context!
“Dr.
Pearsall datang kepada seorang dokter dan menyatakan bahwa ia sedang sakit dan
membutuhkan perawatan. Selama enam bulan para dokter mengatakan kepadanya bahwa
ia tidak menderita sakit sampai akhirnya salah seorang dokter setuju melakukan
MRI untuk membuktikannya. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sebuah tumor,
yang bisa menjadi kanker, di daerah panggul, tepat di tempat yang dirasakan sakit oleh Dr. Pearsall. Ia
percaya bahwa hatinya mengatakan suatu hal yang
tidak bisa dipahami oleh orang lain. Termasuk dalam temuannya adalah
keyakinannya bahwa hati berbicara lebih dulu daripada pikiran dalam mengatakan
kepada kita tentang tubuh kita, dan hidup kita. Hal yang menarik! Dalam kandungan, hati dibentuk lebih dahulu sebelum otak.
Kita harus lebih banyak mendengarkan hati kita daripada pikiran kita, demikian
kata Dr. Pearsall. Ketika ia memberikan kuliah tentang topik ini, seorang
psikiater yang hadir dalam kuliah itu bercerita tentang pasiennya. Seorang
gadis berusia delapan tahun adalah penerima jantung transplantasi dari seorang
donor berusia sepuluh tahun yang juga adalah seorang anak gadis. Gadis donor
itu sebelumnya telah diperkosa dan dibunuh. Ibu dari gadis berusia delapan
tahun itu mulai berpikir keras ketika anak gadisnya itu menceritakan
mimpi-mimpi yang ia alami. Ibu itu membawa putrinya itu ke seorang psikiater
untuk mengkonsultasikan tentang masalah itu, dan mereka akhirnya memutuskan
untuk melaporkan kepada polisi perihal mimpi-mimpi anak gadis itu. Berdasarkan
laporan itu, polisi menangkap tetangga dari anak gadis yang diperkosa dan
dibunuh itu. Gadis penerima jantung transplantasi itu melukiskan secara
terperinci tentang rumah di mana pembunuhan itu terjadi, bentuk kamarnya, percakapan
yang terjadi antara korban dan pembunuh itu, dan semua gambaran yang diberikan
oleh gadis itu tepat dan benar sehingga akhirnya si tetangga itu dinyatakan
sebagai pembunuh gadis berusia sepuluh tahun itu. Coba pikirkan, seorang gadis
berusia delapan tahun penerima jantung transplantasi dari gadis donor berusia
sepuluh tahun bisa menceritakan secara terperinci tentang pembunuhan yang telah
terjadi. Hati (jantung menurut pengertian Bahasa Inggris) mengetahui semua yang
terjadi. Hati tetap hidup. Tubuh dan otak dari gadis donor itu telah tiada,
tetapi hatinya tetap hidup karena transplantasi itu dan semua ingatan tentang
pembunuhan itu tersimpan di dalam hatinya. ... Hati
Dr. Pearsall berbicara kepada dirinya bahwa ia menderita sakit,
tetapi pikiran manusia tidak bisa memahami pengetahuan yang berasal dari hati. Hati
mengenal apa yang tidak dapat dipahami oleh pikiran. Dalam hal inilah kita
terlalu banyak kehilangan. Mengapa? Karena kita terlalu banyak mendengar dengan
pikiran kita sehingga kita kehilangan apa yang dikatakan oleh hati kita”
(hal 146-147, 148).
Ada beberapa hal:
a) Dr. Pearsall merasakan sakit
di tempat tertentu dari tubuhnya. Itu bukan urusan hati! Tetapi DR Edwin Louis
Cole mengatakan ‘hatinya mengatakan’, ‘hati Dr. Pearsall
berbicara kepada dirinya ...’.
b) Orang ini mengacau-balaukan
hati (heart) sebagai pusat manusia, dan jantung (heart) sebagai organ tubuh!
Dan ini terus ia lakukan dalam buku ini hal 146-149.
c) Merupakan kegilaan dan bahkan
kesesatan untuk mengatakan bahwa hati gadis itu hidup terus karena
ditransplantasikan ke gadis lain! Dan apakah pengetahuan lain, seperti misalnya
yang dipelajari di sekolah, juga ditransfer ke gadis penerima jantung itu?
Kalau demikian, ia bisa naik dua tingkat / kelas dalam sekolahnya! Saya berpendapat
ada kemungkinan-kemungkinan penjelasan lain untuk cerita ini (kalau ceritanya
memang benar):
1. Allah yang memberikan mimpi-mimpi itu untuk
memberikan petunjuk.
2. Gadis yang mati itu tadinya kerasukan setan,
dan setelah ia mati setannya pindah ke gadis penerima jantung itu, dan
mentransfer (sebagian) pengetahuan gadis pertama. Ini mirip seperti kasus anak
yang tahu tentang masa lalunya, dan setelah diselidiki ternyata semua benar.
d) Apakah semua orang yang
menerima transplantasi jantung juga mendapat pengetahuan dari pendonornya?
Kalau demikian, orang Kristen awam yang menerima jantung dari seorang profesor
theologia, bisa langsung mempunyai pengetahuan Alkitab yang hebat. Seandainya
ini benar, saya mau mendonorkan jantung saya pada saat saya mati, supaya
pengetahuan Alkitab yang telah saya dapatkan tidak hilang.
e) Saya sangat meragukan bahwa
dalam kandungan, hati (heart - jantung) dibentuk lebih dulu dari otak! Harus
belajar Embriology!
“Apa
yang Anda percaya tentang Allah menunjukkan apa yang Anda percaya tentang diri
Anda sendiri” (hal 151).
?????
“Yang
menjadi topik saat ini adalah pesan dari kisah penginjilan dan kebenaran
utamanya. Kebenaran ini adalah tentang salib, simbol kekristenan. Simbol itu
bukanlah palungan atau kubur kosong, tetapi salib di Golgota. Yesus lahir dalam
sebuah palungan dan bangkit dari dalam kubur, tetapi penebusan manusia
dilakukan di atas kayu salib. ... Salib merupakan topik utama dari Alkitab. ...
Salib adalah puncak penyembahan; pertama adalah altar,
lalu tabernakel, rumah ibadah dan akhirnya Golgota” (hal 151,152).
“‘Bawalah
hidupmu kepada salib’ adalah judul dan tema di mana terjadi perubahan kekal
dalam hidup kita. Kita membawa:
Kesalahan
- dan mendapatkan pengampunan
Pertobatan - dan kita mendapatkan iman” (hal 152).
?????
“Melanggar satu perintah sama dengan melanggar semuanya.
Tidak ada seorang manusia pun yang dapat taat tanpa cacat kepada
perintah-perintah itu, kebanyakan kita sudah
pernah melanggar perintah-perintah itu” (hal 152).
“Jika
hukum itu tidak dipahami sepenuhnya, maka orang berdosa tidak akan menghargai
kasih karunia Allah yang terpancar dari salib. Mengkhotbahkan tentang anugerah
tanpa pengetahuan tentang hukum sama dengan memberikan obat kepada seseorang
sementara ia sendiri tidak tahu bahwa ia menderita sakit. Orang tidak dapat
menghargai suatu pengobatan jika ia tidak tahu bahwa ia menderita sakit. Hukum
menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang sakit karena dosa. Kita
membutuhkan pengobatan. Pengobatan itu adalah pemberian cuma-cuma, yaitu
keselamatan di dalam Kristus Yesus, tetapi jika kita tidak mengakui bahwa kita
menderita sakit, maka pengobatan itu tidak ada artinya bagi kita”
(hal 153).
Alkitab tidak mengatakan bahwa
orang berdosa itu sakit, tetapi mati dalam dosa (Yoh 10:10 Ef 2:1-3). Karena itu, kita membutuhkan
kelahiran baru, bukan pengobatan.
“Tuhan
kita memikul salib-Nya di Taman Getsemani, tetapi Ia dipaku di kayu salib di
Golgota. Ketika Ia berdoa di Taman Getsemani hingga peluh yang keluar dari
pori-pori-Nya seperti darah, Ia meminta bahwa sekiranya mungkin, Bapa tidak
membiarkan Dia menuju salib itu. Ia dibuat berdosa karena kita, memikul kutuk
atas dosa, merasakan kematian dan hal itu merupakan sesuatu yang sangat mencela
diri-Nya yang tidak berdosa itu. ‘Jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini
lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti
yang Engkau kehendaki’ adalah doa yang Yesus ucapkan. Ketika
Ia berserah kepada kehendak Bapa dan menyatakan kerelaan-Nya untuk mati agar
kita dapat memperoleh kehidupan, Ia memikul salib-Nya. Salib-Nya adalah
kerelaan-Nya untuk melakukan kehendak Bapa, walaupun harus mengorbankan
nyawa-Nya. Ia menyuruh Anda dan saya untuk memikul salib kita untuk mengikut
Dia sebagai murid-murid-Nya. Apakah salib kita? Sama seperti salib-Nya! Salib
kita adalah kerelaan kita untuk melakukan kehendak Allah, walaupun harus
mengorbankan diri” (hal 155).
Apakah itu arti dari ‘memikul
salib’????
“Catatan
firman Tuhan tentang Musa dalam perjalanannya menuju kepemimpinan atas Israel
mengatakan bahwa ia sakit sampai hampir mati. Istrinya, Zipora,
menyunatkan anak sulungnya, dan Musa menjadi sembuh, lalu melanjutkan
perjalanannya ” (hal 159).
“Adalah
tanggung jawab Musa untuk menyunatkan anaknya, namun ia gagal melakukan tanggung
jawab itu. Mengapa? Saya tidak tahu. Dari pengalaman praktis saya bisa
membayangkan betapa sibuknya dia dengan panggilan Allah di dalam hidupnya
sehingga ia menyerahkan tanggung jawabnya itu kepada istrinya untuk
memperhatikan keluarganya. Istrinya, Zipora, tidak memiliki kesamaan dalam
hal didikan, warisan budaya atau pengertian tentang Yehovah; oleh karena itu
ketika ia dipaksa melakukan tugas itu,
ia marah. Dosa Musa karena mengabaikan aspek yang terpenting dalam hidupnya ini
- yaitu membapai - kemungkinan disebabkan oleh
keterikatannya dengan seorang Midian, yang terlalu baik kepada anaknya,
sementara Musa terlalu baik kepada perempuan itu” (hal 160).
a) Sekalipun mungkin, tetapi Alkitab
tak pernah mengatakan / menuliskan bahwa ‘Musa sakit sampai hampir mati’.
Alkitab hanya menuliskan bahwa Tuhan ‘berikhtiar untuk membunuhnya’.
Alkitab juga tidak pernah menuliskan bahwa setelah penyunatan itu ‘Musa
menjadi sembuh’ (sekalipun ini mungkin saja). Alkitab hanya
menuliskan ‘Lalu TUHAN membiarkan Musa’.
Kel 4:24-26 - “(24) Tetapi di tengah jalan, di
suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk
membunuhnya. (25) Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan
anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: ‘Sesungguhnya
engkau pengantin darah bagiku.’ (26) Lalu TUHAN membiarkan Musa. ‘Pengantin
darah,’ kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu”.
Calvin: “Certain Rabbins,
then, are unwise in their conjecture, that Moses had provoked God’s vengeance
on this occasion against himself, because he took his wife and children with
him as being a useless charge, which would be likely to encumber him. They
pronounce also, too boldly, on the nature of his scourge, viz., that he was
afflicted by a severe disease, which endangered his life. Be it sufficient
for us to know that he was terrified by the approach of certain destruction,
and that, at the same time, the cause of his affliction was shewn him, so that
he hastened to seek for a remedy”
(= ).
b) Biarpun tak dikatakan secara
explicit tetapi kelihatannya anak yang disunat oleh Zipora itu bukan anak
sulung tetapi anak kedua / bungsu.
Kel 2:21-22
- “(21) Musa bersedia
tinggal di rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa. (22)
Perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, maka Musa menamainya Gersom,
sebab katanya: ‘Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.’”.
Kel 4:20 -
“Kemudian Musa mengajak
isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai
dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di tangannya”.
Anak sulung
Musa adalah Gersom (Kel 2:22), dan dalam Kel 4:20 ia sudah mempunyai anak-anak
(bentuk jamak). Bdk. Kel 18:3-4 dan 1Taw 23:15 yang mengatakan bahwa
anak-anak Musa adalah Gersom dan Eliezer.
Kel 18:3-4 - “(3) dan kedua anak laki-laki
Zipora; yang seorang bernama Gersom, sebab kata Musa: ‘Aku telah menjadi
seorang pendatang di negeri asing,’ (4) dan yang seorang lagi bernama Eliezer,
sebab katanya: ‘Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari
pedang Firaun.’”.
1Taw 23:15 - “Anak-anak Musa ialah Gersom dan
Eliezer”.
Yang disunat
oleh Zipora dalam Kel 4:25 adalah ‘anak’nya (bentuk tunggal), dan kelihatannya
ini adalah anak yang kedua / bungsu.
Keil &
Delitzsch (tentang Kel 4:24-26): “From
the word ‘her son,’ it is evident that Zipporah only circumcised one of the two
sons of Moses (v. 20); so that the other, not doubt the elder, had already been
circumcised in accordance with the law” (= ).
Ada kemungkinan
waktu anak pertama, yaitu Gersom disunat, dan penyunatan itu membuat anak itu
sangat menderita / kesakitan, rupanya Musa / Zipora kasihan kepada anak yang
kedua, sehingga lalu menunda penyunatan anak yang kedua ini. Tetapi ini membuat
Allah murka sampai mau membunuh dia!
Calvin: “But it
is worthy of observation, that whereas Moses had two sons with him, mention is
here only made of one; from whence is deduced the probable conjecture that one
of the two was circumcised. Some think that Eliezer, the eldest, was not
so, because Moses had not dared to confess his religion so soon, and to awaken
hatred on account of it. But I should rather imagine that when, in regard to
one he had experienced the hostility of his family, he omitted it in the case
of the second, to avoid the anger of his wife or his father-in-law; for if, in
the lapse of time, he had attained more courage, he would not have hesitated to
correct the former omission; but, worn out by domestic quarrels, he at last departed
from his duty” (= ).
Catatan: Calvin salah dengan mengatakan bahwa Eliezer adalah anak sulung
Musa. Seharusnya yang anak sulung adalah Gersom, dan Eliezer adalah anak kedua
/ bungsu.
Tetapi kalau
ini merupakan penyunatan terhadap anak kedua saja, mengapa kata ‘sunat’ pada akhir
dari Kel 4:26 dalam bahasa Ibraninya menggunakan bentuk jamak?
Keil &
Delitzsch (tentang Kel 4:24-26): “This
she said, as the historian adds, after God had let Moses, go, lamuwlowt, ‘with reference to the
circumcisions.’ The plural is used quite generally and indefinitely, as
Zipporah referred not merely to this one instance, but to circumcision
generally” (= ).
Catatan: Kitab Suci bahasa Inggris (KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV)
menterjemahkan kata itu dalam bentuk tunggal, tetapi sebetulnya dalam bahasa Ibrani
kata itu ada dalam bentuk jamak.
c) Dalam kutipan kedua (hal 160)
itu, mula-mula DR Edwin Louis Cole mengatakan ia tidak tahu mengapa Musa tidak
menyunatkan anaknya, tetapi mungkin karena kesibukannya, ia lalu melemparkan
tugas itu kepada istrinya. Tetapi kata-katanya pada bagian bawah (yang saya
beri garis bawah ganda) mengatakan bahwa penyebab tidak disunatnya anak itu
adalah: Zipora terlalu baik kepada anak itu, dan Musa terlalu baik kepada
Zipora. Ini dua hal yang bertentangan!
Menurut saya
adalah tidak mungkin Musa melalaikan penyunatan anak itu karena kesibukannya.
Penyunatan tidak membutuhkan banyak waktu, dan ia tidak harus menyunat anak itu
dengan tangannya sendiri, tetapi bisa menyuruh orang untuk menyunatkan anak
itu.
Ada kemungkinan
bahwa Musa dan / atau Zipora merasa kasihan kepada anak sulungnya, yaitu
Gersom, ketika ia disunat. Karena itu, anak kedua, yaitu Eliezer (Kel 18:4),
ditunda penyunatannya.
Atau, seperti
dikatakan oleh Calvin, Musa tidak menyunatkan anaknya karena mertua / istrinya
tidak menyetujuinya, dan ia lebih ingin menyenangkan orang dari pada Tuhan.
“Abraham
adalah bapa segala orang percaya di bumi ini. ... Pekerjaan-pekerjaan apa saja
yang Abraham turunkan kepada keturunannya? Pertama, ia dibenarkan karena iman;
kedua, ia taat memberikan persepuluhan; ketiga, ia menyelamatkan Lot; keempat,
ia memimpin keluarganya. Allah mengangkat Abraham sebagai pemimpin atas
keluarga sorgawi yang ada di atas bumi ini melalui kepemimpinannya atas
keluarga duniawinya” (hal 159-160).
a) Dari mana tahu-tahu muncul
persepuluhan? Abraham memang memberikan 1/10 hasil rampasan kepada Melkisedek
(Kej 14:20), tetapi ini tidak bisa dianggap sebagai ketaatan, karena pada
saat itu hal itu belum diwajibkan. Memberikan persembahan persepuluhan baru
diwajibkan pada jaman Musa.
b) Penyelamatan Lot juga tak pernah ditekankan sebagai ketaatan
Abraham.
c) Abraham memimpin keluarganya?
Inipun tak pernah ditekankan sebagai ketaatan Abraham. Perlu diingat bahwa
Abraham melakukan polygamy, karena mengambil Hagar menjadi istri / gundik,
biarpun itu ia lakukan atas saran dari Sarai.
d) Abraham tidak diangkat
menjadi pemimpin atas keluarga sorgawi yang ada di atas bumi melalui
kepemimpinannya atas keluarga duniawinya! Abraham disebut sebagai ‘bapa
orang beriman’ bukan karena keberhasilannya memimpin keluarga
duniawinya, tetapi karena imannya!
Ro 4:9-13 - “(9) Adakah ucapan bahagia ini
hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab
telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai
kebenaran. (10) Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau
sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya. (11) Dan tanda
sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang
ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua
orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka,
(12) dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya
bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita,
pada masa ia belum disunat. (13) Sebab bukan karena hukum Taurat telah
diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia,
tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman”.
Ro 4:16-25
- “(16) Karena itulah
kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga
janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga
bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita
semua, - (17) seperti ada tertulis: ‘Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa
banyak bangsa’ - di hadapan Allah yang kepadaNya ia percaya, yaitu Allah
yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firmanNya apa yang
tidak ada menjadi ada. (18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap,
namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak
bangsa, menurut yang telah difirmankan: ‘Demikianlah banyaknya nanti
keturunanmu.’ (19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui,
bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus
tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. (20) Tetapi terhadap janji Allah
ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya
dan ia memuliakan Allah, (21) dengan penuh keyakinan, bahwa Allah
berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. (22) Karena itu hal ini
diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. (23) Kata-kata ini, yaitu ‘hal ini
diperhitungkan kepadanya,’ tidak ditulis untuk Abraham saja, (24) tetapi
ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita
percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara
orang mati, (25) yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan
dibangkitkan karena pembenaran kita”.
“Pikirkan
pekerjaan-pekerjaan seorang ayah sejati, seorang anak Abraham yang sejati,
seorang anak Allah yang sejati. Pertama, sunatkan anak
laki-lakimu. Dalam Perjanjian Baru pekerjaan penyunatan anak ini (secara
rohani) sama dengan memastikan bahwa anak-anak Anda adalah orang-orang Kristen
yang sejati, yang lahir dari Roh Allah” (hal 161).
Ini penafsiran / ajaran gila, dan
juga sesat, karena apa hubungan sunat dan kesejatian iman? Dalam Perjanjian
Lamapun tak ada hubungan seperti itu!
Dan kalau mau mengikuti ajaran DR
Edwin Louis Cole, itu berarti kita hanya perlu memastikan bahwa anak
laki-laki kita adalah orang-orang Kristen sejati. Lalu bagaimana dengan
anak-anak perempuan kita?
BACA JUGA: BUKTI ALLAH TRITUNGGAL
“Menjadi ayah tiri memerlukan hikmat dan kasih yang lebih besar daripada menjadi seorang ayah yang alamiah, karena seorang ayah tiri harus mendapatkan hak kuasa, sedangkan ayah alamiah secara otomatis memiliki hak itu dalam keluarga. Prinsip yang diberikan Yesus sangat penting bagi para ayah tiri dan anak-anak tirinya. ‘Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?’” (hal 162).
“Menjadi ayah tiri memerlukan hikmat dan kasih yang lebih besar daripada menjadi seorang ayah yang alamiah, karena seorang ayah tiri harus mendapatkan hak kuasa, sedangkan ayah alamiah secara otomatis memiliki hak itu dalam keluarga. Prinsip yang diberikan Yesus sangat penting bagi para ayah tiri dan anak-anak tirinya. ‘Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?’” (hal 162).
Lagi-lagi pengutipan ayat yang
ngawur!
“Mengapa
pria itu begitu penting? Lima kitab pertama dalam Alkitab adalah kisah tentang
tujuh orang pria. Kisah Allah tersingkap melalui
manusia (pria???). Allah menyingkapkan Diri-Nya
sebagai Bapa kita” (hal 163).
Siapa tujuh orang pria itu????
“Karena
imam dalam Perjanjian Lama merupakan perantara antara Allah dan manusia,
seorang penengah, yaitu orang yang menyatakan anugerah Allah kepada umat dan
disebut ‘bapak’, maka ayah di dalam rumah bertindak sebagai ‘imam’ bagi keluarga” (hal 163).
“Ketika
saya menulis bagian pertama dari buku ini, kuasa Allah hadir dan mempercepat
apa yang saya tulis, dan saya merasakan bahwa apa yang ditulis itu begitu baik.
Saya sadar bahwa urapan Allah hadir, dan kebenaran dalam buku ini telah
mengubah hidup banyak pria di seluruh dunia. Di Zimbabwe, ketika saya sedang
berbicara dalam sebuah konferensi, seorang pria yang takut akan Allah menantang
saya. Pendeta Perkins telah menjadi seorang utusan Injil lebih dari tiga puluh
tahun di Zambia dan ia dihormati dan dikasihi. Ia pernah dianiaya dan
ditinggalkan di tepi jalan, tubuhnya dibungkus dengan kawat berduri dan
dibiarkan agar dia mati. Ia tidak hanya bisa hidup, tetapi menikmati umur yang
panjang sampai ia bisa menyaksikan orang-orang yang telah menyiksa dia itu
dibawa kepada Kristus. Itulah keadilan yang ia rindukan. Pertama kali saya
melihat dia ketika ia diperkenalkan untuk berbicara dalam konferensi itu, dan
ia berjalan ke podium dengan perlahan, tetapi penuh empati. Ia berdiri dan
menatap para hadirin selama beberapa menit. Lalu, ia mengamati saya di deretan
kursi depan. Apa yang kemudian terjadi sungguh mengejutkan semua hadirin dan
saya terpana. ‘Di manakah Anda ketika saya membutuhkan Anda?’ ia berteriak
kepada saya. ‘Saya telah menghabiskan waktu untuk berkhotbah kepada kaum wanita
dan anak-anak, dan baru sekarang ini saya membaca buku Anda, Maximized Manhood. Seandainya saya
menghabiskan waktu hidup saya untuk belajar tentang pria, maka pasti saya sudah
menyelamatkan bangsa saya. Anda harus masuk ke hutan di mana Anda dibutuhkan di
sana.’” (hal 165,166).
“Suatu
ketika saya sedang melayani seorang pendeta di Chicago, tiba-tiba Roh Kudus mengambil alih ‘saat-saat Allah’ itu. Sambil
memandang jemaatnya, saya berkata bahwa ada beberapa orang anggota jemaat yang
sedang mencari kesalahan pendeta, ....” (hal 168).
“Setelah
hampir lima puluh tahun dalam pelayanan dan lima puluh empat tahun pernikahan,
saya masih selalu bepergian, menulis, mengajar dan berkhotbah. Hidup bagi
Kristus adalah satu-satunya petualangan terbesar di muka bumi ini. Tidak ada
bandingannya. ... Saya ingin berkobar-kobar bagi Allah sampai akhir hidup saya”
(hal 166,170).
Zeal without knowledge!!!
“Istri
saya, Nancy, masih menjadi ‘Wanita Tercantik di Bumi Ini’, dan tidak pernah
kehilangan kemampuannya untuk menolong saya. ... Kami telah menikah selama
lebih dari lima puluh tahun. Orang-orang bertanya kepada saya apakah saya telah
menikah dengan orang yang sama selama tahun-tahun itu. Jawaban saya selalu
sama, ‘TIDAK! Dia adalah seorang yang penuh kasih, lebih ramah, setia, taat
kepada Allah, lebih tulus dibandingkan sebelumnya. Dia adalah seorang ibu yang
luar biasa, istri seorang pelayan, kekasih, dan orang Kristen terbaik yang
pernah saya temui sepanjang hidup saya” (hal 176).
Tulus / jujurkah kata-kata ini???
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America