Predestinasi Dobel dan Free will
Oleh:John Liem.
Predestinasi Dobel dan Free will. Kita tahu Agustinus mengajarkan konsep pemilihan Allah atas manusia-manusia berdosa untuk diselamatkan. Pemilihan ini menurut Agustinus tidak berdasarkan kepada perbuatan baik manusia, juga tidak berdasarkan pada iman manusia itu di masa depan. Menurut Agustinus, pemilihan ini semata-mata oleh karena anugerah Allah.
Allah yang memberikan anugerah keselamatanNya kepada seorang manusia akan menyebabkan manusia ini bisa beriman. Jadi di sini iman adalah produk dari anugerah yang diberikan Allah untuk menyelamatkan manusia.
Nah yang jadi pertanyaan sekarang bagaimanakah manusia yang tidak selamat. Jikalau Allah memilih manusia berdasarkan anugerahNya untuk diselamatkan, apakah di sisi lain Allah juga memilih manusia untuk binasa? Ajaran predestinasi dobel adalah untuk menjawab pertanyaan sukar ini. Dan jawabannya adalah TENTU SAJA! Konsep predestinasi dobel itu adalah konsekuensi dari doktrin predestinasi yang diajarkan Agustinus.
Mari saya ilustrasikan doktrin predestinasi dobel ini. Anda tentu tahu di setiap tim sepak bola akan ada 11 pemain inti yang akan turun ke lapangan. Apakah anda tahu total jumlah pemain dari sebuah tim? Kurang lebih sekitar 30, mereka ini mencakup pemain-pemain cadangan yang siap mengganti pemain inti ini setiap saat .
Tentunya anda tahu, sang manager lah yang akan menentukan siapa-siapa yang akan turun ke lapangan hari itu. Ya, sang managerlah yang akan memilih 11 orang yang masuk ke lapangan hari itu. Nah yang jadi pertanyaan bagaimanakah dengan yang sisa 19 orang itu? Sudah tentu mereka tidak dipilih untuk main hari itu. Hal ini juga berarti sang manager sudah memilih 19 orang untuk duduk di kursi hari itu!
Begitu jugalah dengan konsep predestinasi dobel ini. Bila hanya sebagian manusia yang dipilih Allah untuk Dia selamatkan, maka konsekuensinya adalah juga ada sebagian manusia yang dipilih Allah untuk TIDAK Dia selamatkan. Sebagian manusia ini dipilih Allah untuk mendapatkan kebinasaan! Lalu apakah hal ini menjadikan Allah sebagai sosok monster yang kejam? Jelas TIDAK!
Mayoritas calvinis memegang ajaran predestinasi dobel yang postitif-negatif. Apakah ajaran positif-negatif ini? Pertama-tama harus kita sadari dulu manusia yang dilahirkan dalam dosa ini melakukan dosa atas kerelaan mereka sendiri. Tidak ada siapa pun yang memaksa mereka.Allah tidak membuat mereka melakukan dosa. Manusia bahkan menikmati tindakan dosa mereka.
Nah ajaran predestinasi dobel positif-negatif ini adalah sebagai berikut:
1. Secara POSITIF, Allah mengintervensi ke dalam hidup sebagian manusia berdosa ini. Allah yang sudah memilih manusia berdosa ini untuk diselamatkan maka Allah akan mengubah hati mereka, Allah akan memberikan iman kepada mereka dan Allah akan menuntun mereka untuk mendapatkan keselamatan itu.
2. Sebaliknya, Allah tidak perlu untuk melakukan apa2 di dalam diri sebagian manusia berdosa yang tidak Dia selamatkan.
Yang dilakukan Allah HANYALAH membiarkan manusia ini dalam keberdosaannya dengan tidak mengintervensi ke dalam hidupnya. Jikalau manusia itu mendapatkan kebinasaan pada akhirnya, itu bukan disebabkan karena Allah bekerja di dalam hidup manusia ini untuk membuat dia melakukan dosa. Yang dilakukan Allah hanyalah bersikap pasif saja kepoada manusia ini. Inilah yang dimaksud dengan makna NEGATIF dari predestinasi dobel.
Saya tutup dengan kutipan dari Agustinus yang dia tulis di buku The Enchiridion.
These are the great works of the Lord, sought out according to all His pleasure, and so wisely sought out, that when the intelligent creation, both Angelic and human, sinned, doing not His will but their own, He used the very will of the creature which was working in opposition to the Creator's will as an instrument for carrying out His will, the supremely Good thus turning to good account even what is evil,to the condemnation of those whom in His justice He has predestined to punishment, and for the salvation of those whom in His mercy He has predestined to grace.Terjemahan: Hal ini adalah pekerjaan-pekerjaan besar Tuhan, sesuai dengan kerelaan kehendakNya yang dikerjakan dengan penuh hikmatNya, bahwa mahluk ciptaan2 yang berintelek, yaitu malaikat dan manusia, saat mereka berdosa, mereka tidak melakukan kehendak Tuhan melainkan kehendak mereka sendiri. Tuhan memanfaatkan kehendak dari mahluk itu sendiri yang menentang kehendak Sang Pencipta sebagai instrumen untuk melaksanakan kehendakNya. Oleh karenanya Tuhan yang maha baik memakai kejahatan untuk kebaikan, untuk mengkondemnasi mereka-mereka yang lewat keadilanNya sudah Dia predestinasikan untuk binasa dan untuk menyelamatkan mereka-mereka lewat kemurahanNya sudah Dia predestinasikan untuk mendapatkan anugerah. Inilah konsep predestinasi dobel!
---------
Buat yang mengikuti topik ini, sekarang saya masuk ke babak yang baru untik menjelaskan tentang free will. Anda sudah saya tunjukan tentang tulisan Agustinus mengenai doktrin pemilihan Allah yang berdasarkan anugerahNya semata-mata.
Allah tidak mempertimbangkan perbuatan baik manusia, Dia juga tidak mempertimbangkan iman manusia untuk menjadi basis dari pemilihanNya. Selain itu sudah saya tunjukan Agustinus mengajarkan konsep dobel predestinasi, di mana hanya sebagian manusia yang dipilih Allah untuk selamat dan sisanya dibiarkan Allah untuk binasa.
Nah, sekarang saya akan menjelaskan pandangan Agustinus tentang free will. Di dalam tulisannya, Agustinus menyatakan keberadaan free will. Agustinus tidak menolak keberadaan free will. Menurut Agustinus, semua manusia mempunyai free will! Nah yang jadi pertanyaan, apakah dengan mempercayai free will maka Agustinus mengoreksi konsep ajaran dobel predestinasi nya? JELAS TIDAK. Hanya orang yang tidak mengerti pandangan Agustinus tentang free will yang menyatakan Agustinus meralat doktrin dobel predestinasi.
Agustinus TIDAK pernah meralat doktrin predestinasi yang dia ajarkan dengan ajaran free will. Nah, sekarang apa itu free will bagi Agustinus? Sayangnya Agustinus tidak memberi penjelasan mendetil tentang free will. Penjelasan tentang free will yang paling masuk akal baru muncul di abad 17 dan ini dilakukan oleh seorang teolog terbesar yang pernah lahir di Amerika yaitu Jonathan Edwards (Ref: RC Sproul di buku eksposisi kitab Roma).
Apakah free will (atau kehendak bebas) itu? Perhatikan contoh berikut: 1. Misalnya anda nonton di bioskop lalu di penjualan tiket, si petugas karcis menanyakan anda mau duduk di mana. Maka anda pun memakai free will anda untuk memilih kursi yang anda mau duduki.
2. Misalnya anda masuk ke restoran, lalu si pelayan menyodorkan anda menu makanan. Maka anda pun memesan makanan anda dengan menggunakan free will anda.
3. MIsalnya di hari minggu ini, hujan turun deras. Lalu anda yang merasa kurang enak badan, anda punya 2 pilihan: tetap pergi ke gereja atau diam di rumah. Maka anda pun akan memakai free will anda untuk menentukan bagaimana anda mengisi waktu anda hari ini.
Nah, dari ketiga contoh di atas, apa sebenarnya yang disebut sebagai free will itu? Di sinilah Jonathan Edwards memberikan definisi free will yang paling logis yang tidak pernah dijelaskan orang-orang sebelumnya. Jonathan Edwards mengatakan free will is the mind choosing. Kehendak bebas itu adalah pemikiran kita yang melakukan tindak pemilihan atas opsi-opsi yang ada di hadapan kita.
Di ketiga contoh di atas itu, pemikiran andalah yang akan melakukan tindak pemilihan untuk duduk di kursi yang mana, untuk makan apa dan apakah harus ke gereja hari ini. Anda sebagai seorang actor yang bebas sudah menggunakan pemikiran anda untuk menentukan pilihan anda terhadap opsi-opsi yang sedang anda hadapi itu.
Nah yang menjadi pertanyaan penting apakah free will anda itu benar-benar free? Apakah kehendak bebas anda benar-benar bebas? Inilah jawaban yang MAHA penting. Free will anda TIDAKlah bebas.
Free will (kehendak bebas) manusia tidak pernah benar-benar bebas. Di tiga contoh di atas:
1. Tentu saja pengalaman anda nonton bioskop membuat anda menolak duduk di kursi depan. Lalu juga pengalaman-pengalaman anda akan membuat anda memilih duduk di kursi belakang yang dekat dengan pintu keluar, dsb dsb. Dengan kata lain free will anda itu sudah dibelenggu oleh pengalaman anda nonton bioskop sebelumnya.
2. Selera anda dan tentunya kondisi kantong anda akan menentukan pilihan anda atas makanan yang disodorkan si pelayan. Walaupun anda kepingin makan enak, tentunya realita akan menentukan pilihan anda. Apa yang menjadi free will anda sudah dibelenggu oleh 2 hal itu.
3. Ketaatan rohani anda dan keinginan anda untuk sembuh akan menentukan apakah hari ini anda ke gereja. Sekali lagi anda lihat free will anda tidaklah benar-benar free.
BACA JUGA: KEMATIAN YESUS KRISTUS
Lalu apakah hubungannya dengan keselamatan manusia? Apakah free will manusia sewaktu diberikan opsi untuk mengikut Yesus atau menolak Yesus adalah free will yang bebas? Nah dengan argumen yang sama pula free will manusia untuk menerima Yesus atau menolak Yesus bukanlah free will yang bebas melainkan free will yang terbelenggu. Apakah yang sudah membelenggu free will manusia untuk menerima atau menolak Yesus? Nanti saya sambung.
-------
Apakah yang membelenggu free will kita sewaktu kita diberikan pilihan untuk menerima dan mengikut Yesus atau tidak menerima Yesus? Untuk menjawab hal ini, terlebih dahulu kita harus mengerti apa yang membentuk kemanusiaan kita.
Kemanusiaan kita mempunyai 2 unsur yaitu unsur materi dan non materi. Yang berupa materi adalah daging, darah, tulang, otot, otak dan organ2 tubuh kita. Lalu apakah yang non materi itu? Martyn Lloyd Jones dalam bukunya mengatakan 5 hal berikut ini yang membentuk unsur non materi kita yaitu pemikiran, ingatan, rasa suka/selera/perasaan, keinginan dan nurani.
Hal-hal inilah yang menjadi bagian dari diri kita. Tapi tahukah anda, ada sesuatu di dalam diri kita yang mengontrol ke lima hal di atas. Sesuatu itu disebut sebagai disposition of the soul (disposisi jiwa). Apakah disposisi jiwa itu? Untuk menjelaskan hal ini, ilustrasi berikut sangat membantu.
Apakah yang membedakan seseorang itu kita sebut sebagai orang baik-baik dan yang satu lagi kita sebut orang jahat. Apakah perbuatan mereka? Ya tentu saja. Tapi tahukah anda, disposisi jiwa merekalah yang menyebabkan kita bisa menyebut satu orang sebagai orang baik dan satu lagi orang jahat. Perhatikan yang berikut ini:
1. Seseorang yang memikirkan hal-hal yang jahat kepada sesamanya, memikirkan hal-hal yang rusak, apakah kita sebut sebagai orang baik atau orang jahat?
2. Seseorang yang selalu mengingat-ingat hal-hal yang buruk yang pernah dilakukan orang lain kepadanya tanpa pernah mengingat kebaikan yang dia pernah terima, apakah dia disebut orang baik atau orang jahat?
3. Begitu pula orang yang berselera kepada hal-hal yang tidak patut dilakukan, yang berkeinginan hal-hal yang tidak baik dan tidak memiliki kepekaan nurani lagi, apakah mereka disebut sebagai orang baik atau orang jahat?
Nah sewaktu Tuhan melihat disposisi jiwa manusia, apakah manusia itu orang yang baik atau orang jahat di mataNya? Saya rasa anda tahu jawabannya. Kita semua adalah orang jahat di mata Tuhan. Disposisi jiwa kita ini sudah tercemar oleh dosa karena kita lahir di dalam dosa. Dosa ini sudah mencemari disposisi jiwa kita sehingga kita TIDAK AKAN PERNAH menginginkan Tuhan di dalam hidup kita. Ingat, hal seperti itulah yang dilakukan Adam dan Hawa pada saat mereka jatuh ke dalam dosa.
Bukan saja keinginan jita sudah tercemar, pemikiran kita pun juga menolak Tuhan (itulah yang dilakukan oleh orang-orang atheis). Tentu saja tercemarnya disposisi jiwa kita, akan membuat free will kita TIDAK MENGINGINKAN Yesus. Inilah kematian rohani yang dimiliki oleh semua manusia berdosa. Kita tidak akan pernah memilih Yesus karena kita tidak menginginkan Yesus di dalam hidup kita. Inilah efek dari dosa yang ada di dalam diri kita!
Lalu mengapa ada manusia yang menjadi Kristen? Mengapa ada manusia yang menginginkan Yesus akhirnya? Hal itu jelas bukan disebabkan karena free will dari manusia itu yang sudah tercemar dosa. Manusia bisa menginginkan Yesus karena anugerah Allah sudah tiba di dalam dirinya.
Allah sudah merubah disposisi jiwa manusia ini. Dengan kata lain Allah sudah membangkitkan kerohanian manusia ini dari kematian. Allah sudah menghidupkan dia secara rohani dengan merubah disposisi jiwanya. Inilah yang disebut sebagai kelahiran baru. Inilah kelahiran rohani yang hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri. Sama seperti kelahiran jasmani kita, di mana kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk membuat kita lahir secara jasmani, hanya Allah sendirilah yang bisa melahir barukan kita secara rohani lewat anugerahNya.
Lalu apakah anugerah Allah ini diberikan kepada semua manusia? Apakah Allah merubah disposisi jiwa dari semua manusia? Apakah semua manusia menerima dan mengikut Yesus? Saya rasa anda sudah tahu jawabannya. Hanya sebagian manusia saja yang pada akhirnya mengikut Yesus. Hal ini karena Allah tidak memberikan anugerahNya kepada semua manusia. Dia hanya memberikan anugerah itu kepada orang-orang yang Dia memang mau berikan.
Inilah doktrin predestinasi yang diakjarkan Agustinus. Inilah yang diajarkan Agustinus sewaktu dia berdebat dengan Pelagius. Pelagius tidak mempercayai keberadaan dosa asal dalam diri manusia. Sedang Agustinus menjelaskan keberadaan dosa asal yang akhirnya akan mencemari semua unsur kemanusiaan kita sampai pada free will kita.
Itulah sebabnya, Agustinus mengajarkan bukan iman maupun perbuatan baik manusia yang menjadi basis dari pemilihan Allah. Karena iman dan perbuatan baik manusia, hanya bisa dimungkinkan sesudah manusia itu mendapatkan anugerah Allah. Dan anugerah ini tidak diturunkan kepada semua orang.
---------
Mayoritas orang kristen akan menolak konsep universalis yang menyatakan semua manusia (terlepas dari iman dan kepercayaanya) diselamatkan oleh Yesus Kristus. Mayoritas orang kristen menganut konsep “penebusan Kristus adalah mencakup semua manusia akan tetapi hanya efektif untuk sebagian manusia.” Lalu apakah yang menyebabkan penebusan Kristus itu hanya efektif untuk sebagian manusia saja? Mereka akan menjawab hal itu disebabkan oleh free will manusia itu yang menerima/menolak penebusan Kristus.
Anda tahu di mana letak permasalahan dari konsep penebusan seperti ini? Letak masalahnya ada pada tujuan dari penebusan Kristus itu sendiri. Sewaktu Yesus berkorban 2000 tahun yang lalu, apakah Yesus bertujuan untuk menyelamatkan manusia ataukah tidak?
Apakah Allah Bapa memiliki rencana untuk menyelamatkan manusia dan Yesus berkorban untuk menggenapi rencana itu? Jikalau anda mengatakan “penebusan Kristus adalah mencakup semua manusia” maka seharusnya semua manusia harus selamat! Memangnya siapa yang bisa menggagalkan rencana Allah jikalau Allah memang bermaksud untuk menyelamatkan semua manusia?
Nah sewaktu anda mengatakan “penebusan Kristus adalah mencakup semua manusia akan tetapi hanya efektif untuk sebagian manusia.”, secara tidak langsung anda sudah mengatakan free will manusia itu telah membatasi bahkan menggagalkan rencana Allah! Karena free will manusia itulah, sehingga rencana penebusan Allah hanya efektif untuk sebagian manusia.
Dan tentu saja orang Kristen penganut konsep ini akan menolak tuduhan itu. Mereka akan menolak tuduhan bahwa free will manusia telah menggagalkan rencana Allah untuk menebus semua manusia. Lalu bagaimana mereka berkelit dari dilema ini? Mereka akan mengatakan sewaktu Yesus mati di kayu salib 2000 tahun yang lalu, sebenarnya Yesus tidak menebus siapa-siapa.
Tidak ada satu manusia pun yang ditebus Yesus di kayu salib. Yang dilakukan Yesus hanyalah membuka jalan agar manusia bisa masuk ke dalam. Manusia akan ditebus apabila manusia itu memakai free willnya untuk menerima penebusan Kristus itu. Lalu apakah penjelasan seperti ini bisa diterima? TIDAK!
Alkitab sudah menunjukan dengan jelas Yesus benar-benar menebus manusia di kayu salib.
Yesus bukan sekedar membuka jalan supaya manusia bisa ditebus. Yesus benar-benar menebus manusia lewat kematianNya. Di Yoh 10:15 Yesus sudah berkata “Aku menyerahkan nyawaku bagi domba-dombaku”. Paulus menulis di Roma 5:8, “Sewaktu kita masih berdosa, Kristus sudah mati bagi kita”. Alkitab SUDAH berbicara dengan gamblang bahwa Yesus mati untuk menebus manusia-manusia bukan sekedar membuka jalan bagi mereka.
Nah jikalau anda menerima bahwa Yesus benar-benar mati bagi manusia dan anda juga menerima bahwa tidak semua manusia itu selamat, maka tidak ada cara lain lagi: anda harus menyakini bahwa Yesus datang untuk menebus manusia-manusia yang memang Dia selamatkan. Yesus tidak menebus golongan kambing,
Dia hanya menebus golongan domba yaitu orang-orang yang diselamatkan. Inilah yang disebut dengan penebusan yang terbatas (limited atonement atau definite atonment). Maksudnya penebusan Yesus hanya terbatas pada orang-orang yang dia selamatkan (terbatas dalam hal quantitas) tetapi penebusan itu secara PASTI menyelamatkan mereka.
------
Salah satu keberatan yang sering diajukan terhadap konsep dobel predestinasi adalah pertanyaan seputar kasih Tuhan. Bukankah Tuhan mengasihi semua manusia? Jikalau Tuhan mengasihi semua manusia maka bagaimana mungkin Dia mempredestinasikan mayoritas manusia untuk dibiarkan binasa?
Lagipula bagaimana dengan ayat Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Bhs Inggrisnya (NKJV) For God so loved the world that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him should not perish but have everlasting life. Bukankah jelas ayat itu menulis:
1. Allah mengasihi semua manusia berdosa sehingga Dia mengirimkan Yesus untuk menebus. Jikalau Allah benar-benar mengasihi semua manusia berdosa, bagaimana mungkin Dia mempredestinasikan manusia berdosa untuk binasa? Bagaimana mungkin Dia mempredestinasikan hanya sebagian manusia saja untuk selamat?
2. Supaya setiap orang yang percaya jangan binasa. Maksudnya jikalau semua orang yang percaya Yesus bisa selamat, bukankah ini berarti bahwa semua manusia punya kemampuan untuk percaya dengan free will sendiri? Bukankah doktrin dobel predestinasi mengajarkan free will manusia tidak bisa membawa dia untuk percaya Yesus? Bukankah di ayat ini ditulis jelas semua manusia mampu ber free will untuk percaya Yesus ini?
Sebelum menjawab 2 pertanyaan ini, terlebih dahulu saya harus jelaskan terjemahan Yoh 3:16 di atas baik bahasa Inggris maupun bahasa Indonesianya tidak tepat. Di bahasa aslinya, kalimat yang dipakai sangat jauh berbeda dengan yang diterjemahkan itu. Tapi untuk sementara iniu, baiklah kita anggap terjemahan Indonesia (maupun Inggrisnya) adalah tepat. Mari kita bedah ayat ini.
Pertama-tama mari kita teliti kalimat "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal". Benarkah ayat ini menyatakan Allah mengasihi semua manusia berdosa (yaitu kata dunia di sana)? Memang benar bahwa Allah mengasihi semua manusia, Allah mencintai semua manusia berdosa sehingga Dia mengirimkan Yesus.
Tetapi tahukah anda kata "kasih" di sana punya berbagai pengertian. Ilustrasinya, apakah anda mengasihi anak tetangga? Tentu saja anda menjawab mengasih anak tetangga, tetapi apakah kasih anda kepada anak tetangga sama levelnya dengan kasih anda kepada anak sendiri? Jelas tidak bukan?
Nah begitu juga dengan konsep kasih Allah ini. Kasih Allah mempunyai 3 kategori (Ref: RC Sproul, Eksposisi Roma) yang bisa dibedakan sebagai berikut:
1. Allah mengasihi manusia berdosa dalam arti Allah tidak memiliki motivasi yang buruk terhadap manusia berdosa. Allah tidak berkeinginan yang buruk-buruk bagi manusia berdosa. Faktanya bahwa manusia berdosa melakukan dosanya setiap hari dan tetap hidup adalah bukti dari kasih Allah di level ini.
2. Allah mengasihi manusia berdosa dalam arti Allah melakukan tindakan baikNya untuk manusia berdosa. Contohnya, Allah menurunkan hujan baik kepada orang yang baik maupun orang jahat. Allah memberikan talenta (kepandaian, kekayaan, dsb) bukan saja kepada orang kristen, bahkan lebih banyak orang yang bukan kristen yang mendapat talenta pemberian Allah.
3. Allah mengasihi manusia berdosa dalam arti kasih ilahiNya. Contohnya Allah mengasihi anakNya yang tunggal dengan kasih yang tak terbatas, kasih ilahi, kasih yang sempurna dan tanpa syarat. Nah kasih Allah kepada Yesus dan juga umat pilihanNya berada pada kategori nomor ini.
Kalimat Yohanes 3:16 itu menunjukan kasih Allah kepada manusia berdosa dalam kategori 1 dan 2. Allah tidak mengharapkan hal yang buruk-buruk untuk terjadi pada manusia bedosa, Allah tidak mengharapkan manusia binasa oleh karena itulah Allah melakukan tindakanNya dengan mengutus Yesus. Allah berharapan manusia untuk datang kepada Yesus.
Terus kalimat selanjutnya dari Yohanes 3:16
"supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Nah di sinilah letak masalah utamanya! Apakah kalimat "supaya yang percaya" di sana berarti punya kemampuan untuk percaya? Allah memang menginginkan manusia untuk percaya Yesus, tetapi apakah ini berarti manusia punya kemampuan untuk percaya kepada Yesus?
Perhatikan baik-baik kalimat "supaya yang percaya jangan binasa" ini TIDAK MENUNJUKAN manusia punya kemampuan untuk percaya. Kalimat ini hanya menunjukan, pertama Allah sudah mengasihi manusia berdosa. Kedua, manusia berdosa yang percaya Yesus tidak akan binasa. Tetapi tidak ada apa pun di kalimat ini yang menunjukan manusia punya kemampuan untuk percaya.
Berikut ini adalah ilustrasinya: anda tahu toko berlian bukan? Anda tahu si pedagang berlian yang menwarkan berlian di tokonya menginginkan pembeli untuk membeli dagangannya bukan? Anda tahu semua orang yang mampu membayar harga berlian, akan mendapatkan berlian yang dijual si pedagang bukan? Nah, pertanyaannya apakah semua orang mampu membayar harga berlian? Jelas tidak bukan? Ini berlian bukan kacang goreng!
Nah, walaupun tawaran berlian itu ditawarkan kepada semua orang, tetapi tidak berarti semua orang punya kemampuan untuk membeli berlian! Hal itulah yang juga didapati di ayat Yohanes 3:16 ini.
Allah mengharapkan yang terbaik bagi manusia berdosa dengan mengirimkan Yesus Kristus, Allah menginginkan manusia berdosa selamat dengan mempercayai Yesus Kristus tetapi hal ini tidak berarti semua manusia bisa percaya dan menerima Yesus Kristus.
Doktrin predestinasi yang diajar Agustinus mengajarkan hanya anugerah Tuhan yang bisa menyebabkan manusia berdosa bisa percaya Yesus. Orang yang tidak mendapatkan anugerah itu, tidak akan pernah datang karena mereka tidak bisa dan yang penting mereka TIDAK MAU datang kepada Kristus!
Sebelumnya sudah saya tuliskan terjemahan bhs Indonesia dan Inggris atas ayat ini kurang tepat. Sekarang saya tuliskan makna kata per kata terjemahan yang langsung diambil dari bhs aslinya (yaitu bhs Grika). Ini saya kutip dari sebuah blog.
Bhs asli:
Ou[twj ga.r hvga,phsen o` qeo.j to.n ko,smon( w[ste to.n ui`o.n auvtou/ to.n monogenh/ e; dwken( i[na pa/j o` pisteu,wn eivj auvto.n mh. avpo,lhtai( avllV e;ch| zwh.n aivw,nionĂ…
Terjemahan bhs Inggris kata per kata:
"In this way, loved God the world, that for this reason - this Son,the only unique one, He gave in order that every one of those who are continuously believing in Him, will NOT EVER perish, but will keep on having life without end."Bhs Indonesianya: "Dengan cara ini, oleh karena cinta Allah kepada dunia, sehingga oleh karenanya - anakNya, yang satu-satuNya itu, Dia berikan supaya semuanya yang tetap percaya kepadaNya, tidak akan pernah binasa, melainkan memiliki hidup sampai selamanya."
Perhatikan baik-baik: Tidak ada itu kalimat "supaya siapa yang percaya" di bhs aslinya, yang ada adalah "supaya semuanya yang tetap percaya". Jelas bukan, kalimat ini bahwa tidak mengajarkan semua orang bisa percaya? Karena yang tertulis adalah "semua orang yang tetap percaya" bukan "siapa saja yang percaya".
--
Lalu bagaimana dengan ayat yang menyatakan Tuhan menghendaki semua manusia untuk selamat? 1 Timotius 2:3-4 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan keb
Jikalau Tuhan menghendaki semua manusia untuk selamat, bukankah predestinasi Tuhan terhadap siapa-siapa yang selamat dan yang tidak adalah suatu kontradiksi?
Nah Agustinus membagi 2 kategori kehendak Tuhan yaitu kehendak yang aktif dan kehendak yang pasif. Kehendak Tuhan yang aktif adalah kehendak Tuhan yang benar-benar Dia laksanakan sehingga kehendakNya pasti terjadi.
Contohnya, sewaktu Tuhan berkehendak menciptakan alam semesta, Dia berkata "Jadilah terang". Dan terang pun tidak bisa tidak tejadi. Terang harus terjadi karena itu adalah kehendak Tuhan. Inilah yang disebut kehendak Tuhan yang aktif.
Kehendak Tuhan yang pasif, adalah kehendak Tuhan sebatas kehendak saja dan ini tidak Dia "paksakan" untuk terwujud. Contohnya, Tuhan berkata "Semua buah pohon di taman ini boleh kau makan, tetapi hanya satu yang tidak boleh yaitu buah pengetahuan yang baik dan jahat". Inilah kehendak Tuhan yang pasif. Tuhan berkehendak agar manusia taat pada perintah ini tapi Dia tidak memaksa agar manusia benar taat.
Begitu pula dengan pemberian 10 hukum Taurat, Tuhan berkehendak agar semua manusia mentaati semua hukum Taurat, tetapi Tuhan tidak memaksa dengan membuat semua manusia menjadi taat Taurat. Anda tentu tahu sendiri, tidak ada satu manusia pun yang taat Taurat. Nah ayat 1 Timotius di atas menunjuk pada kehendak Tuhan yang pasif. Tuhan menghendaki agar semua manusia diselamatkan,
Tuhan menghendaki agar semua manusia datang ke Kristus, tetapi Tuhan tidak membuat (atau memaksa) manusia untuk datang kepada Kristus. Tuhan tidak mencabut kebebasan manusia walaupun dia jatuh ke dalam dosa, Tuhan berkehendak manusia untuk datang kepadaNya untuk mendapat keselamatan. Hanya saja, manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa memang tidak menginginkan Tuhan, mereka bahkan berusaha untuk lari dari Tuhan.
Tetapi, manusia yang tidak menginginkan Tuhan, itu kan disebabkan oleh karena dia lahir di dalam dosa. Masalahnya saya tidak bisa menolak untuk tidak lahir dalam dosa. Jikalau saya menolak Tuhan karena dosa saya, yang saya tidak punya kuasa untuk mencegahnya, bukankah ini tidak adil buat saya jika Tuhan tidak menyelamatkan saya?
Dengan kata lain, saya menolak Tuhan karena saya lahir dengan dosa asal dari Adam. Mengapa Tuhan menghukum saya kalau dosa asal ini membuat saya tidak mau datang kepadaNya?
----------
Nah, jikalau manusia berdosa tidak mampu dan tidak mau datang kepada Kristus oleh karena free willnya yang sudah dicemari dosa itu (dosa yang dibawa dari lahir yaitu dosa asal), apakah predestinasi Tuhan kepada manusia berdosa untuk binasa adalah sebuah keadilan?
Bukankah manusia menolak Kristus karena dia memang lahir seperti itu? Nah, pertanyaan ini mempunyai 2 aspek penting:
1. Apakah dosa asal yang dimiliki semua turunan Adam adalah adil adanya?
2. Apakah penghukuman Allah kepada manusia berdosa yang tidak datang kepada Kristus oleh karena dosa manusia itu juga adil adanya?
Sekarang saya jelaskan hal yang pertama dulu. Apakah dosa asal yang dimiliki semua manusia itu adil adanya? Bukankah ini semua disebabkan kesalahan Adam? Mengapa semua manusia harus ikut menanggung kesalahan Adam ini?
Pada dasarnya ada 2 teori yang dipakai untuk menjelaskan tentang dosa pertama Adam dan hubungannya dengan semua manusia yang lahir sesudahnya.
1. Yang pertama adalah teori realistik. Teori ini menyatakan semua manusia itu sesungguhnya turut hadir bersama-sama dengan Adam (di dalam benih Adam) di peristiwa Taman Eden. Oleh sebab itu sewaktu Adam jatuh ke dalam dosa, maka dosa ini juga turun kepada semua manusia yang turut berada dalam benihnya. Teori ini memakai penjelasan ayat Ibrani 7:9-10 yang menuliskan Lewi membayar perpuluhan kepada Melkisedek di dalam Abraham.
Tentu saja yang membayar perpuluhan kepada Melkisedek adalah Abraham karena Lewi belum lahir saat itu. Nah kenyataannya ayat ini menyatakan Lewi yang ada dalam benih Abraham juga membayar perpuluhan kepada Melkisedek.
Ada keberatan-keberatan terhadap teori ini. Para teolog menyatakan sesungguhnya interpretasi yang benar terhadap Ibrani 7:9-10 ini bukanlah seperti di atas (saya tidak akan jelaskan apa interpretasi yang benar atas ayat ini karena hal itu tidak berhubungan dengan topik dosa asal ini). Keberatan lainnya dari teori ini adalah di sini dosa dilukiskan sebagai suatu materi (seperti gen manusia) yang bisa diturunkan dari bapa ke anak dan seterusnya.
Jikalau dosa menjadi seperti materi, pertanyaannya adalah mengapakah hanya dosa pertama Adam saja yang turun kepada keturunan selanjutnya?
Mengapakah dosa-dosa Adam yang kedua, ketiga, dan seterusnya tidak ikut turun juga?
2. Penjelasan yang kedua adalah teori federal (perwakilan). Adam adalah wakil dari semua manusia. Arti nama Adam adalah manusia, sehingga dia telah menjadi representatif semua manusia yang akan lahir ke dunia.
Sama seperti sebuah kepala negara yang merepresentasikan bangsanya, apa yang dilakukan oleh kepala negara itu akan membawa imbas kepada semua orang yang menjadi bagian dari bangsa itu. Contohnya, sewaktu kaisar Jepang menyatakan menyerah kepada sekutu, maka semua bangsa Jepang secara otomatis juga ada dalam kondisi menyerah kepada sekutu.
Nah menurut teori ini Adam yang jatuh ke dalam dosa, juga secara otomatis menjadikan semua manusia turut jatuh ke dalam dosa. Problem dari teori ini, di ilustrasi kepala negara itu, semua bangsa menyatakan persetujuannya bahwa kepala negara itu telah menjadi wakil dari mereka. Sedangkan kita, pernahkah kita menyetujui Adam sebagai wakil kita? Bukankah ini tidak adil? Bukankah seharusnya Tuhan memilih manusia yang lebih "bagus" kualitasnya yaitu yang tidak jatuh ke dalam dosa seperti yang dilakukan Adam?
Bagaimana menjawab pertanyaan ini? Di dalam hal ini, sesungguhnya tidak ada satu manusia pun yang melebihi kualitas Adam. Ada sudah diciptakan tanpa cacat dan noda, dia ada dalam kesempurnaan sebagai manusia. Tidak ada lagi manusia lainnya yang bisa melebihi kesempurnaan seperti ini.
Saya pribadi menerima teori yang kedua. Saya menerima bahwa semua manusia telah jatuh ke dalam dosa bersama-sama dengan Adam. Nah sekarang pertanyaan berikutnya, adilkah bila Tuhan hanya mempredestinasikan menyelamatkan sebagian manusia saja dan menghukum yang lainnya? Padahal semua manusia itu sama-sama berdosa.
-------------
Apakah Tuhan itu berlaku adil bila Dia mempredestinasikan hanya sebagian manusia untuk selamat dan membiarkan sisanya (mayoritasnya) untuk binasa kekal? Bukankah semua manusia itu sama-sama berdosa, yaitu terlahir dengan dosa asal? Lalu di manakah keadilan Tuhan dalam hal ini? Kita berasumsi supaya adil Tuhan harus memperlakukan semua manusia sama rasa sama.
Padahal, aLkitab dengan gamblang menulis Tuhan tidak memperlakukan semua manusia sama rasa sama rata. Tuhan tidak memperlakukan Esau dama dengan Dia memperlakukan Yakub. Tuhan tidak memperlakukan Musa sama dengan cara Dia memperlakukan Firaun. Tuhan tidak memperlakukan Yudas sama dengan Dia memperlakukan Petrus. Tuhan tidak memperlakukan Paulus sama dengan Dia memperlakukan orang Farisi lainnya. Apakah ini sebuah ketidakadilan dari Tuhan? Tentu bukan. Lalu apa?
RC Sproul di buku eksposisinya atas kitab Roma memberikan pengajaran tentang konsep keadilan Tuhan. Dia memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata berikut: justice, injustice dan non-justice. Tetapi sebelumnya dia mengilustrasikan konsep ini dengan menjelaskan tentang makna theisme.
Tentunya kita mengetahui apa yang disebut sebagai theisme. Theisme adalah sebuah konsep yang menyatakan kepercayaan akan keberadaan Tuhan, yang bisa saja percaya pada satu Tuhan (monotheisme) atau banyak Tuhan (multitheisme). Nah, lawan dari kata theisme adalah non-theisme yaitu atheisme yang menyatakan tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Dengan ilustrasi seperti ini, RC Sproul menjelaskan tentang konsep justice (adil). Kita tentu mengerti yang disebut sebagai justice (adil). Apakah yang menjadi lawan dari kata justice (adil) ini? Apakah injustice (tidak adil)? Jelas bukan!
Seperti juga lawan dari kata theisme adalah atheisme (atau non theisme). Maka lawan dari justice bukanlah injustice melainkan non-justice. Anda tahu apa bedanya antara injustice dengan non-justice? Injustice adalah sebuah dosa, injustice adalah hal yang buruk. Bila seorang hakim berlaku injustice di pengadilan maka dia itu adalah hakim yang korup. Lalu bagaimana dengan yang disebut mercy
(belas kasihan) itu? Apakah mercy itu masuk ke kategori justice (adil)?
Jelas tidak! Mercy bukanlah justice, mercy juga bukan injustice! Mercy adalah termasuk dalam kategori non-justice. Jadi dalam hal ini, ada 2 elemen yang masuk ke dalam kategori non-justice yaitu injustice (ketidakadilan) dan mercy (belas kasihan).
Lalu apakah Tuhan berlaku injustice bila dia mempredestinasikan sebagian manusia selamat dan membiarkan sisanya binasa? Tidak! Tuhan tidak berlaku injustice (tidak adil). Tuhan hanya berlaku non-justice, dalam hal ini Tuhan memberikan belas kasihannya (mercy) kepada orang-orang yang dia selamatkan.
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak dia selamatkan? Tuhan sudah memberlakukan yang disebut sebagai justice kepada mereka. Ya, justice lah yang diterima oleh manusia-manusia yang tidak dipredestinasi selamat ini, manusia-manusia yang melakukan dosa atas keinginan dia sendiri, tanpa ada yang memaksa. Bukan itu saja, mereka pun menikmati keberdosaan mereka.
Jadi di dalam predestinasi Tuhan, tidak ada satu manusia pun yang diperlakukan injustice (tidak adil) oleh Tuhan! Untuk manusia yang dipredestinasi selamat, mereka mendapatkan mercy (belas kasihan). Yang dibiarkan binasa, mereka mendapatkan justice (keadilan). Tidak ada satu orang yang mendapatkan injustice (ketidakadilan)!