PAULUS MENERIMA PENGLIHATAN DAN PERNYATAAN (2 KORINTUS 12:1-10)

Pdt. Budi Asali, M. Div.
2 Korintus 12:1-10 - (1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. (5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. (7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.
PAULUS MENERIMA PENGLIHATAN DAN PERNYATAAN
gadget, otomotif, bisnis
I) Pengalaman luar biasa dari Paulus.

2 Korintus 12: 2-4: “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.

1) Pauluskah yang mengalami semua ini?

a) “Aku tahu tentang seorang Kristen”.

Kata-kata seorang Kristen secara hurufiah adalah seperti dalam terjemahan KJV/RSV/NIV/NASB: a man in Christ (= seseorang dalam Kristus).

Bdk. Filipi 3:8-9 - (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.”.

b) Ini jelas adalah diri Paulus sendiri; ini terlihat dengan jelas dari 2 Korintus 12: 5-7.

2 Korintus 12: 5-7: “(5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. (7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.”.

Matthew Henry: doubtless he himself is the man in Christ of whom he speaks (= tak diragukan ia sendiri adalah orang dalam Kristus tentang siapa ia berbicara).

Adam Clarke: Of such a one will I glory. Through modesty he does not mention himself, though the account can be understood of no other person; for, did he mean any other, the whole account would be completely irrelevant (= Tentang orang seperti itu aku mau bermegah. Melalui kerendahan hati ia tidak menyebut dirinya sendiri, sekalipun cerita ini tidak bisa dimengerti tentang orang lain; karena seandainya ia memaksudkan orang lain manapun, seluruh cerita akan menjadi sama sekali tidak relevan.) - hal 367.

c) Mengapa Paulus berbicara tentang dirinya sendiri bukan dalam bentuk orang pertama (aku / saya), tetapi dalam bentuk orang ketiga (orang itu, ia)?

Orang Pertama Orang Kedua Orang Ketiga

Tunggal I (= saya / aku) You (= kamu) He / she (= ia / dia)

Jamak We (= kami) You (= kamu) They (= mereka)

The Bible Exposition Commentary: Jewish rabbis were accustomed to speaking about themselves in the third person, and Paul adopted that approach as he unfolded this experience to his friends (and enemies) at Corinth [= Rabi-rabi Yahudi terbiasa berbicara tentang diri mereka sendiri dalam orang ketiga, dan Paulus mengadopsi cara itu pada waktu ia membukakan pengalaman ini kepada teman-temannya (dan musuh-musuhnya) di Korintus].

The Bible Exposition Commentary: “to avoid exalting himself, Paul described his experience in the third person rather than the first person” (= untuk menghindari peninggian diri sendiri, Paulus menggambarkan pengalamannya dalam orang ketiga dan bukannya dalam orang pertama).

Pulpit Commentary: Why should he speak of himself in the third person? It is because of that modesty of nature which is ever the characteristic of a truly great soul. Humility is an essential attribute of piety (= Mengapa ia berbicara tentang dirinya sendiri dalam orang ketiga? Karena sifat rendah hati yang selalu merupakan ciri dari jiwa yang betul-betul agung. Kerendahan hati adalah suatu sifat kesalehan yang hakiki).

IVP Bible Background Commentary: Because later Jewish teachers sometimes used that person as you or I, it is possible that Paul here relates his own experience in the third person to avoid boasting. Some Greek writers suggested that one should describe ones experience as anothers if one were ashamed to speak of it openly; analogously, some Jewish apocalyptists may have transferred their own visions to those heroes of the past in whose name they composed their writings. Willing to boast only in his weaknesses, Paul will not accept any praise for his personal revelations (cf. Prov 27:2) [= Karena guru-guru Yahudi belakangan kadang-kadang menggunakan orang itu sebagai kamu atau aku, adalah mungkin bahwa Paulus di sini menceritakan pengalamannya sendiri dalam orang ketiga untuk menghindari pembanggaan. Beberapa penulis Yunani mengusulkan bahwa orang harus menggambarkan pengalamannya sebagai pengalaman orang lain jika orang itu malu untuk berbicara tentangnya secara terbuka; analoginya, beberapa penulis wahyu Yahudi bisa telah memindahkan penglihatan-penglihatan mereka sendiri kepada pahlawan-pahlawan dari masa lampau dalam diri siapa mereka menggubah / menyusun tulisan-tulisan mereka. Karena hanya ingin membanggakan dalam kelemahan-kelemahannya, Paulus tidak mau menerima pujian apapun untuk wahyu-wahyu pribadinya (bdk. Amsal 27:2)].

Amsal 27:2 - Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri..

2) “empat belas tahun yang lampau”.

a) Kapan persisnya hal ini terjadi?

Ada bermacam-macam dugaan kapan hal ini persisnya terjadi dalam kehidupan Paulus.

The Bible Exposition Commentary: This marvelous experience had taken place fourteen years before the writing of this letter, which would place the experience in about the year A.D. 43. This would be the period in Pauls life between his departure for Tarsus (Acts 9:30) and his visit from (?) Barnabas (Acts 11:25-26). There is no record of the details of this event, and it is useless for us to speculate.” [= Pengalaman yang mengagumkan ini telah terjadi 14 tahun sebelum penulisan surat ini, yang menempatkan pengalaman ini pada sekitar tahun 43 M. Ini adalah masa dalam kehidupan Paulus di antara kepergiannya ke Tarsus (Kis 9:30) dan kunjungannya dari (?) Barnabas (Kis 11:25-26). Tidak ada catatan tentang detail-detail dari peristiwa ini, dan adalah sia-sia bagi kita untuk berspekulasi.].

Kis 9:29-30 - (29) Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia. (30) Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus..

Kis 11:25-26 - (25) Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. (26) Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen..

Adam Clarke mengatakan bahwa kalau surat 2Korintus ini ditulis tahun 57 M., maka 14 tahun yang lampau adalah tahun 42-43 M., dan itu kira-kira adalah saat dimana Barnabas membawa Paulus dari Tarsus ke Antiokhia (Kis 11:25-30) dimana ia dan Paulus diutus oleh Gereja Antiokhia dengan membawa persembahan untuk gereja Yerusalem.

Kis 11:25-30 - (25) Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. (26) Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. (27) Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. (28) Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius. (29) Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea. (30) Hal itu mereka lakukan juga dan mereka mengirimkannya kepada penatua-penatua dengan perantaraan Barnabas dan Saulus..

Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini terjadi pada saat ia dan Barnabas diutus oleh gereja Antiokhia, dan itulah saat ia memulai kerasulannya.

Cornelius À Lapide: “Above fourteen years ago. Hence we conclude that this rapture of S. Paul took place about nine years after his conversion, which took place a.d. 36; Paul, therefore, was taken up a.d. 44, which was the ninth year from his conversion. It was in this year that, by the direction of the Holy Spirit, he was ordained, with Barnabas, Apostle and Doctor of the Gentiles (Acts 13:2), that is to say, a little before he began this apostleship. This is evident, because, as I said at the beginning of this Epistle, S. Paul wrote this a.d. 58, in the second year of Nero. This rapture of S. Paul did not take place, therefore, in the year of his conversion (Acts 9:12), i.e., a.d. 36, though some join S. Thomas in assigning it to that year.” [= Di atas 14 tahun yang lalu. Maka kami menyimpulkan bahwa pengangkatan dari Santo Paulus ini terjadi sekitar 9 tahun setelah pertobatannya, yang terjadi pada tahun 36 M.; dan karena itu, Paulus diangkat tahun 44 M., yang merupakan tahun ke 9 dari pertobatannya. Dalam tahun inilah maka, oleh pengarahan dari Roh Kudus, ia ditahbiskan, dengan Barnabas, Rasul dan Doktor dari orang-orang non Yahudi (Kis 13:2), yang berarti sedikit sebelum ia memulai kerasulan ini. Ini nyata karena, seperti saya katakan pada permulaan dari surat ini, Santo Paulus menulis surat ini pada tahun 58 M., dalam tahun ke 2 dari Nero. Karena itu, pengangkatan dari Santo Paulus ini tidak terjadi dalam tahun pertobatannya (Kis 9:12), yaitu, tahun 36 M., sekalipun beberapa orang bergabung dengan Santo Thomas dalam menentukannya pada tahun itu.] - Libronix.

Kis 13:1-3 - “(1) Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. (2) Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka. (3) Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.”.

b) Apa tujuan Tuhan melakukan hal ini?

Ada yang menganggap bahwa pengangkatan ini diberikan / dilakukan oleh Tuhan untuk menguatkan iman Paulus, karena banyaknya penderitaannya. Tetapi kalau memang demikian, aneh juga bahwa nanti pengangkatan ini menyebabkan ia diberi duri dalam dagingnya, yang jelas merupakan suatu penderitaan yang sangat berat baginya.

c) Selama 14 tahun Paulus tidak pernah membicarakan pengalaman ini.

The Bible Exposition Commentary: The interesting thing is that Paul kept quiet about this experience for fourteen years! During those years, he was buffeted by his thorn in the flesh, and perhaps people wondered why he had such a burdensome affliction. The Judaizers may have adopted the views of Jobs comforters and said, This affliction is a punishment from God. (Actually, it was a gift from God.) Some of Pauls good friends may have tried to encourage him by saying, Cheer up, Paul. One day youll be in heaven! Paul could have replied, Thats why I have this thorn - I went to heaven! [= Hal yang menarik adalah bahwa Paulus tetap diam tentang pengalaman ini selama 14 tahun! Selama tahun-tahun itu, ia dipukuli oleh duri dalam dagingnya, dan mungkin orang-orang bertanya-tanya mengapa ia mempunyai penderitaan yang berat seperti itu. Orang-orang dari kalangan Yudaisme mungkin telah mengadopsi pandangan dari penghibur-penghibur Ayub dan berkata, Penderitaan ini adalah suatu hukuman dari Allah. (Sesungguhnya, itu adalah suatu karunia dari Allah). Beberapa dari sahabat-sahabat baik Paulus mungkin telah mencoba untuk menguatkan hatinya dengan mengatakan, Bergembiralah, Paulus. Suatu hari kamu akan berada di surga!. Paulus bisa telah menjawab, ‘Itulah alasan mengapa aku mempunyai duri ini - Aku telah pergi ke surga!].

Matthew Henry: The modest and humble manner in which the apostle mentions this matter is observable. One would be apt to think that one who had had such visions and revelations as these would have boasted greatly of them; but, says he, It is not expedient for me doubtless to glory, v. 1. He therefore did not mention this immediately, nor till above fourteen years after, v. 2. And then it is not without some reluctancy, as a thing which in a manner he was forced to by the necessity of the case. Again, he speaks of himself in the third person, and does not say, I am the man who was thus honoured above other men. Again, his humility appears by the check he seems to put upon himself (v. 6), which plainly shows that he delighted not to dwell upon this theme. Thus was he, who was not behind the chief of the apostles in dignity, very eminent for his humility. Note, It is an excellent thing to have a lowly spirit in the midst of high advancements; and those who abase themselves shall be exalted.” [= Cara yang sederhana dan rendah hati dalam mana sang rasul menyebutkan pokok ini patut diperhatikan. Seseorang mungkin akan berpikir bahwa seseorang yang telah mendapatkan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan seperti ini akan telah sangat membanggakan hal-hal itu; tetapi katanya, pasti tidaklah bijaksana bagiku untuk bermegah, ay 1. Karena itu, ia tidak segera menyebutkan ini, sampai 14 tahun setelahnya, ay 2. Dan lalu bukan tanpa keseganan, seakan-akan seperti suatu hal dimana ia dipaksa untuk melakukan oleh keharusan dari kasusnya. Lalu, ia berbicara tentang dirinya sendiri dalam orang ketiga, dan tidak berkata, Aku adalah orang yang begitu dihormati di atas orang-orang lain. Lalu, kerendahan hatinya terlihat oleh pengekangan yang kelihatannya ia berikan kepada dirinya sendiri (ay 6), yang secara jelas menunjukkan bahwa ia tidak senang untuk tinggal pada thema ini. Demikianlah ia, yang tidak lebih rendah dari rasul-rasul yang luar biasa itu dalam kewibawaan, sangat menonjol dalam kerendahan hatinya. Perhatikan, Merupakan suatu hal yang sangat bagus untuk mempunyai suatu roh yang rendah hati di tengah-tengah pencapaian-pencapaian yang tinggi; dan mereka yang merendahkan diri mereka sendiri akan ditinggikan.].

Barnes Notes: This vision Paul had kept secret for fourteen years. He had doubtless often thought of it; and the remembrance of that glorious hour was doubtless one of the reasons why he bore trials so patiently and was willing to endure so much. But before this he had had no occasion to mention it. He had other proofs in abundance that he was called to the work of an apostle; and to mention this would savor of pride and ostentation. It was only when he was compelled to refer to the evidences of his apostolic mission that he refers to it here (= Paulus telah merahasiakan penglihatan ini untuk 14 tahun. Tak diragukan bahwa ia telah sering memikirkannya; dan ingatan tentang saat yang mulia itu tak diragukan merupakan salah satu alasan mengapa ia memikul godaan / pencobaan dengan begitu sabar dan rela menahan begitu banyak. Tetapi sebelum ini ia tidak mempunyai alasan untuk menyebutkannya. Ia mempunyai bukti-bukti lain yang berlimpah-limpah bahwa ia dipanggil pada pekerjaan dari seorang rasul; dan menyebutkan ini akan mengecap kesombongan dan sikap pamer. Hanya pada saat ia dipaksa untuk menunjukkan bukti-bukti dari missi kerasulannya maka ia menunjukkannya di sini) - hal 901.

Alangkah kontrasnya dengan orang-orang jaman sekarang yang ‘mengaku’ diangkat ke surga.

The Bible Exposition Commentary: “Such an honor as this would have made most people very proud. Instead of keeping quiet for fourteen years, they would have immediately told the world and become famous.” [= Kehormatan seperti itu akan sudah membuat kebanyakan orang sangat bangga / sombong. Dari pada tetap diam selama 14 tahun, mereka akan sudah menceritakan dengan segera kepada dunia dan menjadi terkenal.].

Lenski: “Another person might shout: I, I have been in Paradise! and exalt himself above all his fellow men. Another man might tell about it on every possible occasion. Paul kept it a secret for fourteen years; it is now forced from him only by utter necessity. Even under this compulsion he is able to tell about it only as though it had happened to another person.” (= Orang lain mungkin berteriak: Aku, aku telah berada di surga / Firdaus! dan meninggikan dirinya sendiri di atas semua sesama manusianya. Orang lain mungkin menceritakan tentangnya pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Paulus menyimpannya sebagai suatu rahasia selama 14 tahun; itu sekarang dipaksa dari dia hanya oleh keharusan mutlak.).

Lenski: “Pauls humble character is here revealed. We have the rarest of all examples: a boastless boast. More than that, an extreme boast without a trace of common boasting.” (= Karakter rendah hati dari Paulus dinyatakan di sini. Kita mendapatkan yang paling jarang dari semua contoh: suatu pembanggaan tanpa pembanggaan. Lebih dari itu, suatu pembanggaan extrim tanpa jejak dari pembanggaan yang umum / biasa.).

3) “entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya”.

Pulpit Commentary: He was so charged with spiritual things that he had lost all consciousness of matter and his relations to it. The man whose soul is flooded with the higher elements of being does not know for the time whether he is in the body or out of the body. (= Ia begitu diliputi dengan hal-hal rohani sehingga ia telah kehilangan semua kesadaran tentang zat / bahan dan hubungannya dengannya. Orang yang jiwanya dibanjiri dengan elemen-elemen dari keberadaan yang lebih tinggi untuk saat itu tidak tahu apakah ia ada ‘di dalam tubuh’ atau ‘di luar tubuh’.).

Bible Knowledge Commentary: “‎Temporal and spatial sensations were absent (whether he was in the body or apart from the body he did not know) [= Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu dan ruang tidak ada (apakah ia ada di dalam tubuh atau terpisah dari tubuh ia tidak tahu)].

Ada yang mengatakan bahwa Paulus tak tahu apakah pada saat ia diangkat ke surga itu, seluruh dirinya diangkat atau hanya rohnya saja (UBS New Testament Handbook Series).

The Bible Exposition Commentary: So wonderful was this experience that Paul was not quite sure whether God had taken him bodily to heaven, or whether his spirit had left his body. (= Begitu luar biasa pengalaman ini sehingga Paulus tidak terlalu yakin apakah Allah telah mengangkat dia dengan tubuhnya ke surga, atau apakah rohnya telah meninggalkan tubuhnya.).

Calvin: he means, that God dealt with him in such a way, that he did not himself understand the manner of it. ... he does not know, whether he was wholly taken up - soul and body - into heaven, or whether it was his soul only, that was caught up.” (= ia memaksudkan, bahwa Allah menanganinya dengan cara sedemikian rupa, sehingga ia sendiri tidak mengerti caranya. ... ia tidak tahu, apakah ia diangkat seluruhnya - jiwa dan tubuh - ke dalam surga, atau apakah itu hanya jiwanya saja, yang diangkat.) - hal 367.

Calvin menganggap bahwa mungkin ini adalah pengalaman yang sama dengan yang ada dalam Kis 22:17 - Sesudah aku kembali di Yerusalem dan ketika aku sedang berdoa di dalam Bait Allah, rohku diliputi oleh kuasa ilahi.”.

KJV: I was in a trance (= aku ada dalam keadaan trance).

Dan Clarke mengatakan bahwa ini adalah suatu trance, sama seperti peristiwa yang dialami oleh Petrus dalam Kis 10:9-dst.

Bdk. Kis 10:10 - Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi..

KJV: he fell into a trance (= ia jatuh dalam keadaan trance).

Barnes Notes: Whether in the body, I cannot tell. ... I do not know how it occurred. ... Whether the body was caught up to heaven; whether the soul was for a time separated from the body; or whether the scene passed before the mind in a vision, so that he seemed to have been caught up to heaven, he does not pretend to know. ... It is clear only that he lost all consciousness of anything about him at that time, and that he saw only the things in heaven. It may be added here, however, that Paul evidently supposed that his soul might be taken to heaven without the body, and that it might have separate consciousness and a separate existence. He was not, therefore, a materialist, and he did not believe that the existence and consciousness of the soul was dependent on the body.” (= Apakah dalam tubuh, Aku tak tahu. ... Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi. ... Apakah tubuh diangkat ke surga; apakah jiwa untuk sementara waktu terpisah dari tubuh; atau apakah adegan itu lewat di hadapan pikirannya dalam suatu penglihatan, ia tidak berpura-pura untuk tahu. ... Yang jelas hanyalah bahwa ia kehilangan semua kesadaran tentang apapun di sekitarnya pada saat itu, dan bahwa ia hanya melihat hal-hal di surga. Tetapi bisa ditambahkan di sini bahwa Paulus secara jelas menganggap bahwa jiwanya bisa diangkat ke surga tanpa tubuh, dan bahwa jiwa itu bisa mempunyai kesadaran yang terpisah dan keberadaan yang terpisah. Karena itu, ia bukanlah seorang materialist, dan ia tidak percaya bahwa keberadaan dan kesadaran dari jiwa tergantung pada tubuh.).

Catatan: saya berpendapat bahwa bagian yang saya garis-bawahi itu salah.

Barnes Notes: God knoweth. With the mode in which it was done God only could be acquainted. Paul did not attempt to explain that. That was to him of comparatively little consequence, and he did not lose his time in a vain attempt to explain it. How happy would it be if all theologians were as ready to be satisfied with the knowledge of a fact, and to leave the mode of explaining it with God, as this prince of theologians was. Many a man would have busied himself with a vain speculation about the way in which it was done; Paul was contented with the fact that it had occurred.” (= Allah mengetahuinya. Cara dalam mana itu dilakukan hanya Allah yang tahu. Paulus tidak berusaha menjelaskan itu. Itu bagi dia merupakan sesuatu yang tidak penting, dan ia tidak membuang waktunya dalam suatu usaha yang sia-sia untuk menjelaskannya. Alangkah bahagianya seandainya semua ahli theologia siap untuk puas dengan pengetahuan dari suatu fakta, dan meninggalkan cara penjelasannya pada Allah, seperti pangeran dari ahli theologia ini. Banyak orang yang akan sudah menyibukkan dirinya sendiri dengan suatu spekulasi yang sia-sia tentang cara dalam mana itu dilakukan; Paulus puas dengan fakta bahwa itu telah terjadi.) - hal 902.

Catatan: semua tafsiran ini berlaku juga untuk kata-kata yang serupa dalam 2 Korintus 12: 3.

4) “orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.”.

a) diangkat.

Jewish New Testament Commentary: “Snatched up. The term is used at only one other place in the New Testament, 1 Th 4:17, where believers are described being snatched up to meet the Lord in the air.” [= Diangkat. Istilah ini digunakan hanya satu kali di tempat lain dalam Perjanjian Baru, 1Tes 4:17, dimana orang-orang percaya digambarkan sebagai diangkat untuk bertemu dengan Tuhan di udara.].

1Tesalonika 4:17 - sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa..

The Biblical Illustrator: He says, I was caught up; according to the word used in the original, I was forcibly carried away. (= Ia berkata, Aku diangkat; menurut kata-kata yang digunakan dalam bahasa aslinya, Aku dibawa / diangkat dengan kekerasan.).

Charles Hodge: “Though heaven is a state, it is also a place. According to the scriptural representation, more is necessary to our introduction into heaven than merely opening the eyes to what is now about us and around us. The glorified body of our Lord is somewhere, and not every where.” (= Sekalipun surga adalah suatu keadaan, itu juga adalah suatu tempat. Menurut penggambaran Alkitabiah, lebih banyak yang dibutuhkan bagi pemasukan kita ke dalam surga dari pada sekedar membuka mata kita pada apa yang sekarang ada di sekitar kita. Tubuh yang dimuliakan dari Tuhan kita ada di suatu tempat, dan bukan ada dimana-mana.).

Catatan: saya kira bagian yang saya garis-bawahi itu maksudnya adalah, untuk bisa masuk surga tak bisa hanya membuka mata kita, tetapi dibutuhkan lebih dari itu, yaitu mengangkat kita untuk masuk ke dalamnya. Jadi, ini menunjukkan bahwa surga bukan hanya suatu keadaan, tetapi juga suatu tempat.

b) ‘ke tingkat yang ketiga dari sorga.

The Bible Exposition Commentary: Paul affirmed here the reality of heaven and the ability of God to take people there. The third heaven is the same as Paradise, the heaven of heavens where God dwells in glory. Thanks to modern science, men today have visited the heaven of the clouds (we fly above the clouds) and the heaven of the planets (men have walked on the moon), but man cannot get to Gods heaven without Gods help. [= Paulus menegaskan di sini kenyataan dari surga dan kemampuan Allah untuk membawa orang-orang ke sana. Surga yang ketiga adalah sama dengan Firdaus, surga dari surga dimana Allah tinggal dalam kemuliaan. Berkat ilmu pengetahuan modern, orang-orang jaman sekarang telah mengunjungi surga dari awan-awan (kita terbang di atas awan-awan) dan surga dari planet-planet (orang-orang telah berjalan di bulan), tetapi manusia tidak bisa sampai ke surga Allah tanpa pertolongan Allah.].

Barnes Notes: The Jews sometimes speak of seven heavens, ... But the Bible speaks of but three heavens; and among the Jews in the apostolic ages, also, the heavens were divided into three: (1) The aerial, including the clouds and the atmosphere, the heavens above us, until we come to the stars. (2) The starry heavens - the heavens in which the sun, moon, and stars appear to be situated. (3) The heavens beyond the stars. That heaven was supposed to be the residence of God, of angels, and of holy spirits. It was this upper heaven, the dwelling-place of God, to which Paul was taken, and whose wonders he was permitted to behold - this region where God dwelt, where Christ was seated at the right hand of the Father, and where the spirits of the just were assembled [= Orang-orang Yahudi kadang-kadang berbicara tentang tujuh langit / surga. ... Tetapi Alkitab berbicara hanya tentang 3 langit / surga; dan di antara orang-orang Yahudi dalam jaman rasul-rasul, langit / surga juga dibagi menjadi 3: (1) Udara, termasuk awan-awan dan atmosfir, langit di atas kita, sampai kita sampai pada bintang-bintang. (2) Langit / surga dengan bintang-bintang - langit di mana matahari, bulan, dan bintang-bintang diletakkan. (3) Langit / surga di atas bintang-bintang. Langit / surga itu dianggap sebagai tempat tinggal Allah, malaikat-malaikat, dan roh-roh yang kudus. Surga bagian atas inilah, tempat tinggal dari Allah, kemana Paulus diangkat, dan diijinkan untuk melihat keajaiban-keajaibannya - daerah ini dimana Allah tinggal, dimana Kristus duduk di sebelah kanan Bapa, dan dimana roh-roh dari orang-orang benar dikumpulkan] - hal 902.

Jewish New Testament Commentary: The third heaven is not the air (the first heaven) or the sky where the stars are (the second heaven), but the place where God is, a spiritual realm.” [= Surga ketiga itu bukanlah udara (surga pertama) atau langit dimana bintang-bintang berada (surga kedua), tetapi tempat dimana Allah ada, suatu alam rohani.].

Lenski: “The first heaven is that of the clouds, the second that of the far firmament of the sky and the stars, the third is the actual abode of God, of the angels, and of departed saints in glory.” (= Surga pertama adalah surga dari awan-awan, surga yang kedua adalah surga dari cakrawala yang jauh di langit dan bintang-bintang, surga ketiga adalah tempat tinggal sungguh-sungguh dari Allah, dari malaikat-malaikat, dan dari orang-orang kudus yang sudah mati dalam kemuliaan.).

Contoh ayat untuk 3 langit / surga.

1. Langit pertama ( Daniel 4:11 - “pohon itu bertambah besar dan kuat, tingginya sampai ke langit, dan dapat dilihat sampai ke ujung seluruh bumi.”. Juga Kejadian 11:4 - Juga kata mereka: Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi..

2. Langit kedua ( Kej 22:17 - maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.”.

3. Langit ketiga ( Mat 6:9 - Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu,”.

Ini yang sungguh-sungguh adalah surga.

Jadi pada waktu Paulus mengatakan bahwa ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari surga, maksudnya adalah bahwa ia diangkat ke surga.

5) 2 Korintus 12: 3-4: “(3) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.

a) Ini merupakan pengulangan dari kata-kata Paulus dalam 2 Korintus 12: 2.

Lenski: “Paul repeats in solemn refrain, the words are almost identical until the last clause is reached. The old prophets often repeated with solemnity in the same way.” (= Paulus mengulangi dalam bagian pengulangan yang sama yang khidmat, kata-katanya hampir identik sampai anak kalimat terakhir dicapai. Nabi-nabi kuno sering mengulang dengan kekhidmatan dengan cara yang sama).

b) “ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus”.

Pembahasan tentang arti dari kata Firdaus ini penting, karena:

1. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa tempat penantian itu terdiri dari 2 bagian, yaitu SHEOL / HADES untuk orang-orang yang tidak percaya, dan Firdaus untuk orang-orang yang percaya.

2. Para Saksi Yehuwa mempercayai bahwa Firdaus merupakan dunia / bumi ini, yang NANTINYA AKAN DISEMPURNAKAN.

Dalam pembahasan ini saya ingin menunjukkan bahwa kedua pandangan ini merupakan pandangan-pandangan yang salah.

Kata Firdaus berasal dari kata bahasa Yunani PARADEISOS, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘paradise’ (= surga). Kata Yunani itu muncul hanya 3 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam 2Kor 12:4, Wah 2:7, dan Lukas 23:43. Mari kita melihat ketiga ayat ini.

a. 2Kor 12:2,4 - “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. ... (4) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.

Kalau kita membandingkan 2Korintus 12:4 dengan 2Korintus 12:2, maka jelas bisa kita dapatkan bahwa Firdaus adalah surga, karena dalam 2Kor 12:2 Paulus mengatakan diangkat ke sorga, sedangkan dalam 2Kor 12:4 Paulus mengatakan diangkat ke Firdaus.

Tetapi Adam Clarke mempunyai pandangan yang berbeda: Among Christian writers it generally means the place of the blessed, or the state of separate spirits. Whether the third heaven and paradise be the same place we cannot absolutely say; they probably are not; and it is likely that Paul, at the time referred to, had at least two of these raptures (= Di antara penulis-penulis Kristen itu biasanya berarti tempat dari orang-orang yang diberkati, atau keadaan dari roh-roh yang terpisah. Apakah surga yang ketiga dan Firdaus adalah tempat yang sama atau tidak kita tidak bisa mengatakannya secara mutlak; mereka mungkin tidak sama; dan adalah mungkin bahwa Paulus, pada saat yang ditunjuk, mempunyai / mengalami sedikitnya 2 x pengangkatan ini) - hal 367.

Tetapi penafsir-penafsir yang lain membantah pandangan Clarke ini.

Barnes Notes: Some have supposed that Paul here by the word paradise means to describe a different place from that denoted by the phrase the third heaven; but there is no good reason for this supposition. The only difference is that this word implies the idea of a place of blessedness; but the same place is undoubtedly referred to (= Beberapa orang menganggap bahwa dengan kata Firdaus Paulus di sini bermaksud untuk menggambarkan suatu tempat yang berbeda dari yang ditunjukkan oleh ungkapan surga ketiga; tetapi di sana tidak ada alasan yang baik untuk anggapan ini. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa kata ini secara implicit menunjuk pada gagasan tentang suatu tempat yang diberkati; tetapi tak diragukan tempat yang sama yang ditunjuk) - hal 902.

Charles Hodge: “it is plain that the third heaven and paradise are synonymous terms; and paradise, as is admitted, at least by those who suppose that Paul here speaks as a Jew, means heaven” (= adalah jelas bahwa surga ketiga dan firdaus adalah istilah-istilah yang sinonim; dan firdaus, seperti yang diakui, setidaknya oleh mereka yang menganggap bahwa di sini Paulus berbicara sebagai seorang Yahudi, berarti surga).

Charles Hodge: “This is a repetition of v. 2, with the exception of the substitution of the word paradise for the phrase the third heaven. Paradise is a word of Sanscrit origin, and signifies a park, or garden. It is used in the Septuagint, Genesis 2:8, in the description of Eden, which was a paradise or garden. The word was early used among the Jews as a designation of heaven, or the abode of the blessed after death, as appears from Luke 23:43, (compare Ecclesiasticus 40:17, 28.) In Revelation 2:7, it occurs in the same sense” [= Ini merupakan suatu pengulangan dari ay 2, kecuali ada penggantian kata firdaus untuk ungkapan surga ketiga. Firdaus adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Sansekerta, dan berarti suatu kebun atau taman. Itu digunakan dalam Septuaginta, Kej 2:8, dalam penggambaran dari Eden, yang merupakan suatu kebun atau taman. Kata itu mula-mula digunakan di antara orang-orang Yahudi sebagai suatu penunjukkan dari surga, atau tempat tinggal dari orang-orang yang diberkati setelah kematian, seperti terlihat dari Luk 23:43, (bdk. Ecclesiasticus 40:17,28). Dalam Wah 2:7, kata itu muncul dalam arti yang sama].

Catatan:

Ecclesiasticus adalah salah satu dari kitab-kitab Apocrypha, yang tak ada dalam Alkitab kita tetapi ada dalam Deuterokanonika Katolik.

Dalam bahasa Indonesia disebut Sirakh.

Rupanya ay 28nya seharusnya adalah 2 Korintus 12: 27.

Jangan kacaukan kitab ini dengan kitab Ecclesiastes (= Pengkhotbah), yang ada dalam Perjanjian Lama dari Alkitab kita.

b. Wahyu 2:7 - “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.”.

Jadi, dalam Wah 2:7 dikatakan bahwa dalam taman Firdaus itu terdapat pohon kehidupan. Sekarang bandingkan dengan:

Wahyu 22:2 - “Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.”.

Wah 22:14 - Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.”.

Wah 22:19 - Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”.

Kontext dari ketiga ayat ini membicarakan tentang surga, dan karena itu terlihat bahwa pohon kehidupan itu ada di surga.

Kesimpulannya lagi-lagi adalah bahwa Firdaus adalah surga!

Barnes Notes tentang Wah 2:7: “Heaven, represented as paradise. To be permitted to eat of that tree, that is, of the fruit of that tree, is but another expression implying the promise of eternal life, and of being happy for ever (= Surga, digambarkan sebagai Firdaus. Diijinkan untuk makan dari pohon, yaitu dari buah dari pohon itu, hanyalah kata-kata lain untuk janji tentang kehidupan kekal, dan tentang kebahagiaan selama-lamanya) - hal 1556.

c. Kata Firdaus dalam Luk 23:43 (kata-kata Yesus kepada penjahat yang bertobat), pasti artinya juga adalah surga, karena Luk 23:46 menunjukkan bahwa Yesus menyerahkan rohNya kepada Bapa, yang identik dengan pergi ke surga.

Luk 23:43,46 - “(43) Kata Yesus kepadanya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawa (roh)Ku. Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.

Perhatikan beberapa komentar dari para penafsir di bawah ini tentang arti kata Firdaus ini.

Barnes Notes (tentang Luk 23:43): Paradise. This is a word of Persian origin, and means a garden, and particularly a garden of pleasure, filled with trees, and shrubs, and fountains, and flowers. In hot climates such gardens were peculiarly pleasant; and hence they were attached to the mansions of the rich, and to the palaces of the princes. ... in Gen. 2:8, the Septuagint renders the word Eden by Paradise. Hence this name in the Scriptures comes to denote the abodes of the blessed in the other world (= Firdaus. Kata ini berasal dari kata bahasa Persia, dan berarti suatu kebun / taman, dan khususnya suatu taman kesenangan, berisikan pohon-pohon, dan semak-semak, dan air mancur, dan bunga-bunga. Pada cuaca panas, taman seperti itu sangat menyenangkan; dan karena itu taman seperti itu selalu ada dalam tempat tinggal orang kaya, dan istana dari pangeran-pangeran. ... Dalam Kej 2:8, Septuaginta menterjemahkan kata Eden dengan Firdaus. Karena itu dalam Kitab Suci nama itu menunjukkan tempat tinggal dari orang-orang yang diberkati dalam dunia yang lain) - hal 255.

Louis Berkhof: the New Testament clearly identifies paradise with heaven in 2Cor. 12:2,4 (= Perjanjian Baru secara jelas mengidentikkan Firdaus dengan surga dalam 2Kor 12:2,4) - Systematic Theology, hal 683.

Calvin (tentang 2Kor 12:4): As every region that is peculiarly agreeable and delightful is called in the Scriptures the garden of God, it came from this to be customary among the Greeks to employ the term paradise to denote the heavenly glory, even previously to Christs advent (= Karena setiap daerah yang menyenangkan disebut dalam Kitab Suci sebagai taman / kebun Allah, maka dari sini lalu timbul kebiasaan di antara orang-orang Yunani untuk menggunakan istilah Firdaus untuk menunjuk pada kemuliaan surgawi, bahkan sebelum kedatangan Kristus) - hal 368-369.

Barnes Notes: The word paradise (PARADEISON) occurs but three times in the New Testament, Luk. 23:43; Rev. 2:7; and in this place. It occurs often in the Septuagint, as the translation of the word garden, Gen. 2:8-10,15,16; 3:1-3,8,10,23,24; 13:10; Numb. 24:6; Isa. 51:3; Ezek. 28:13; 31:8,9; Joel 2:3. And also Isa. 1:30; Jer. 24:5; and of the word Pardes in Neh. 2:8; Eccl. 2:5; Cant. 4:13. It is a word which had its origin in the language of eastern Asia, and which has been adopted in the Greek, the Roman, and other western languages. In Sanscrit, the word paradesha means a land elevated and cultivated; in Armenian, pardes denotes a garden around the house planted with trees, shrubs, grass, for use and ornament. In Persia, the word denotes the pleasure-gardens and parks with wild animals around the country residences of the monarchs and princes. Hence it denotes in general a garden of pleasure; and in the New Testament is applied to the abodes of the blessed after death, the dwelling place of God and of happy spirits; or to heaven as a place of blessedness. Some have supposed that Paul here, by the word paradise, means to describe a different place from that denoted by the phrase the third heaven; but there is no good reason for this supposition. The only difference is, that this word implies the idea of a place of blessedness; but the same place is undoubtedly referred to [= Kata Firdaus (PARADEISON) muncul hanya 3 x dalam Perjanjian Baru, Luk 23:43; Wah 2:7; dan di tempat ini. Kata itu sering muncul dalam Septuaginta, sebagai terjemahan dari kata kebun / taman, Kej 2:8-10,15,16; 3:1-3,8,10,23,24; 13:10; Bil 24:6; Yes 51:3; Yeh 28:13; 31:8,9; Yoel 2:3. Dan juga Yes 1:30; Yer 24:5; dan dari kata Pardes dalam Neh 2:8; Pengkhotbah 2:5; Kidung 4:13. Itu adalah suatu kata yang mempunyai asal usul dalam bahasa Asia Timur, dan yang telah diadopsi dalam bahasa Yunani, Romawi, dan bahasa-bahasa Barat yang lain. Dalam bahasa Sansekerta, kata paradesha berarti suatu tanah yang tinggi dan ditanami; dalam Armenia, pardes menunjuk pada suatu taman / kebun di sekitar rumah yang ditanami dengan pohon-pohon, semak-semak, rumput, untuk kegunaan dan hiasan. Di Persia, kata itu menunjuk kebun kesenangan dan taman dengan binatang-binatang liar di sekitar tempat tinggal dari raja-raja dan pangeran-pangeran. Karena itu kata ini secara umum menunjuk pada taman / kebun kesenangan; dan dalam Perjanjian Baru diterapkan pada tempat tinggal dari orang-orang yang diberkati setelah kematian, tempat tinggal Allah dan roh-roh yang bahagia; atau pada surga sebagai tempat yang penuh berkat. Sebagian orang menganggap bahwa di sini Paulus memaksudkan kata ‘Firdaus’ sebagai tempat yang berbeda dengan yang ditunjukkan oleh ungkapan tingkat yang ketiga dari sorga; tetapi tidak ada alasan yang baik untuk anggapan ini. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa kata ini secara tidak langsung menunjukkan gagasan tentang tempat yang penuh berkat; tetapi tidak diragukan bahwa tempat yang sama yang ditunjuk / dimaksudkan] - hal 902.

b) “dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.

Bible Knowledge Commentary: “‎What he heard he was forbidden to communicate, possibly because it applied to him alone” [= Apa yang ia dengar dilarang untuk disampaikan, mungkin karena itu diterapkan kepada dia saja].

Calvin: “Some one, however, will reply, that what Paul heard was, consequently, needless and useless, for what purpose did it serve to hear, what was to be buried in perpetual silence? I answer, that this took place for the sake of Paul himself, for one who had such arduous difficulties awaiting him, enough to break a thousand hearts, required to be strengthened by special means, that he might not give way, but might persevere undaunted. (= Tetapi seseorang akan menjawab, bahwa konsekwensinya adalah bahwa apa yang Paulus dengar adalah tak diperlukan dan tak berguna, karena apa tujuannya untuk mendengar, apa yang harus dikuburkan dalam ke-diam-an yang kekal? Saya menjawab, bahwa ini terjadi hanya demi Paulus sendiri, karena seseorang yang mempunyai kesukaran-kesukaran yang begitu sulit yang menunggunya, cukup untuk menghancurkan 1000 hati, butuh untuk dikuatkan oleh cara-cara yang khusus, supaya ia tidak menyerah, tetapi bisa bertekun dengan berani.).

Charles Hodge: “The communications made to the apostle he was not allowed to make known to others. The veil which conceals the mysteries and glories of heaven God has not permitted to be raised” (= Penyampaian yang dibuat kepada sang rasul, ia tidak diijinkan untuk menyatakannya kepada orang-orang lain. Kerudung yang menyembunyikan misteri-misteri dan kemuliaan-kemuliaan dari surga, Allah tak ijinkan untuk diangkat).

Ada yang punya pandangan yang berbeda tentang mengapa Paulus dilarang untuk menyampaikannya kepada orang-orang lain.

The Biblical Illustrator (New Testament): And his meaning appears to be simply this: what he had heard and seen during this visit to the other world was of such a peculiar kind that it was absolutely impossible to express it in human language (= Dan maksudnya kelihatannya hanyalah ini: apa yang telah ia dengar dan lihat selama kunjungan ke dunia lain ini adalah dari jenis yang sedemikian rupa sehingga adalah mustahil secara mutlak untuk menyatakannya dalam bahasa manusia.).

Juga ada penafsir yang memberikan tafsiran yang sangat indah tentang hal ini.

The Bible Exposition Commentary: God gave Paul a message that stayed with him. The words Paul heard while in heaven, he was not permitted to share with us; but he did share the words God gave him on earth - and what an encouragement they are (= Allah memberi Paulus suatu pesan yang tinggal dengan dia. Kata-kata yang Paulus dengar ketika ia ada di surga, ia tidak diijinkan untuk membagikan dengan kita; tetapi ia memang membagikan kata-kata / firman yang Allah berikan kepadanya di bumi - dan betapa menguatkannya kata-kata itu.).

Penerapan:

1. Banyak orang yang melakukannya secara terbalik. Mereka yang mengaku pergi ke surga dan neraka, biasanya terus menceritakan hal-hal yang mereka lihat di surga dan neraka sampai mereka tak punya waktu untuk memberitakan firman yang Allah berikan di dunia ini (Alkitab).

2. Kalau Tuhan memang menganggap kata-kata yang Paulus dengar di surga itu penting untuk orang-orang lain, maka Ia pasti justru memerintahkan Paulus untuk memberitakannya. Bahwa dalam faktanya Ia melarang Paulus untuk memberitakannya, menunjukkan bahwa kata-kata itu memang hanya penting untuk diri Paulus sendiri saja.

Dari sudut kita, tak perlu ingin tahu apa yang Tuhan tak inginkan kita untuk tahu. Kalau sesuatu memang ada dalam Alkitab, maka kita harus ingin tahu / mengertinya. Tetapi kalau sesuatu memang jelas-jelas tak ada dalam Alkitab, dan kita tetap ingin tahu, itu adalah rasa ingin tahu yang tidak pada tempatnya.

Misalnya:

a. Banyak orang ingin tahu dimana dan apa yang Yesus lakukan antara usia 12-30 tahun. Itu memang tidak ada dalam Alkitab, dan kita tidak perlu tahu. Juga kita tak perlu memberikan jawaban apapun selain tidak tahu kepada orang-orang yang menanyakannya kepada kita.

b. Banyak orang ingin tahu siapa-siapa yang ditentukan untuk selamat dan siapa-siapa yang ditentukan untuk binasa. Itu sudah pasti Tuhan rahasiakan, dan karena itu kita tak perlu tahu atau berusaha untuk tahu.

c. Kapan Yesus datang untuk kedua-kalinya. Ini jelas-jelas tidak akan diberitahukan kepada siapapun, karena kalau Tuhan beritahukan itu akan menyalahi firmanNya dalam Mat 24:36 - Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri..

Saya memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan nama Tuhan (YHWH). Pada waktu Paulus naik ke surga / Firdaus, ia pasti bertemu dengan Tuhan. Bagaimana ia memanggil Tuhan? Kalau seperti dikatakan oleh para penganut Yahweh-isme, bahwa kita harus memanggil Tuhan dengan nama YHWH itu, maka Paulus pasti akan memanggil Tuhan dengan nama itu. Kalau pemanggilannya salah, karena tidak diketahuinya bagaimana mengucapkan YHWH itu, maka pasti Tuhan memperbaikinya, sehingga Paulus mengetahuinya. Tetapi kalau memang demikian, mengapa Paulus mengatakan bahwa hal itu tidak boleh ia ceritakan kepada orang-orang lain? Semua ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak mengharuskan orang-orang menyebut Dia dengan nama YHWH itu.

II) Sikap Paulus tentang pengalamannya itu.

2 Korintus 12: 1,5-6: “(1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. ... (5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.”.

1) Pengalaman Paulus disebut penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan / wahyu-wahyu.

2 Korintus 12: 1: “Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.”.

Jamieson, Fausset & Brown: Visions refer to things seen; revelations, to things heard (cf. 1 Sam. 9:15) or revealed in any way. Of visions the signification was not always vouchsafed; in revelations there was always an unveiling of truths before hidden (Dan. 2:19,31). [= Penglihatan-penglihatan menunjuk pada hal-hal yang dilihat; penyataan-penyataan / wahyu-wahyu menunjuk pada hal-hal yang didengar (bdk. 1Sam 9:15) atau dinyatakan / diwahyukan dengan cara apapun. Tentang penglihatan-penglihatan artinya tidak selalu diberikan; dalam penyataan-penyataan / wahyu-wahyu di sana selalu ada suatu penyingkapan dari kebenaran-kebenaran yang tadinya tersembunyi (Dan 2:19,31).].

1Sam 9:15 - “Tetapi TUHAN telah menyatakan kepada Samuel, sehari sebelum kedatangan Saul, demikian:”.

Dan 2:19,31 - “(19) Maka rahasia itu disingkapkan [KJV/RSV/NIV/NASB: revealed (= dinyatakan)] kepada Daniel dalam suatu penglihatan malam. Lalu Daniel memuji Allah semesta langit. ... (31) Ya raja, tuanku melihat suatu penglihatan, yakni sebuah patung yang amat besar! Patung ini tinggi, berkilau-kilauan luar biasa, tegak di hadapan tuanku, dan tampak mendahsyatkan.”.

Penerapan: Banyak orang mengaku mendapat penglihatan, tetapi sama sekali tak pernah diberitahu artinya. Ini aneh, karena Tuhan tak melakukan sesuatu tanpa ada gunanya.

2) Paulus bermegah dengan / karena terpaksa.

2 Korintus 12: 1,5-6: “(1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. ... (5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.”.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang cara Paulus bermegah, yang tidak menyebabkan kesombongan.

a) Bermegah tentang sesuatu berbeda dengan mengakui tentang sesuatu.

Calvin (tentang 2 Korintus 12: 1): The graces conferred by God are, indeed, to be acknowledged, that we may be aroused, - first, to gratitude for them, and secondly, to the right improvement of them; but to take occasion from them to boast - that is what cannot be done without great danger. (= Kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah memang harus diakui, supaya kita bisa dibangunkan / diaktifkan, - pertama, untuk bersyukur untuk hal-hal itu, dan kedua, untuk peningkatan yang benar dari hal-hal itu; tetapi menggunakan kesempatan dari hal-hal itu untuk membanggakan diri - itu yang tidak bisa dilakukan tanpa bahaya yang besar.).

b) Paulus bermegah karena terpaksa, dan ia melakukan hal itu betul-betul demi Tuhan.

Lenski: He means that he expects to confer no spiritual profit upon the Corinthians by telling about this phenomenal experience of his. He uses it only in defense of himself as a man who is forced to boast” (= Ia memaksudkan bahwa ia tidak mengharapkan untuk memberikan manfaat rohani kepada orang-orang Korintus dengan menceritakan tentang pengalamannya yang luar biasa. Ia menggunakannya hanya dalam pembelaan dirinya sendiri sebagai seseorang yang dipaksa untuk membanggakan diri.) - hal 1290.

Pembelaan apa? Komentar Adam Clarke di bawah ini menjelaskan tentang hal ini.

Adam Clarke: The plain meaning of the apostle, in this and the preceding chapter, in reference to glorying is, that though to boast in any attainments, or in what God did by him, was in all possible cases to be avoided, as being contrary to the humility and simplicity of the Gospel; yet the circumstances in which he was found, in reference to the Corinthian church, and his detractors there, rendered it absolutely necessary; not for his personal vindication, but for the honour of the Gospel, the credit of which was certainly at stake (= Arti yang jelas dari sang rasul, dalam pasal ini dan pasal sebelumnya, berkenaan dengan bermegah adalah, bahwa sekalipun bermegah dalam pencapaian apapun, atau dalam apa yang Allah lakukan olehnya, merupakan sesuatu yang harus dihindarkan dalam semua kasus yang memungkinkan, karena bertentangan dengan kerendahan hati dan kesederhanaan dari Injil; tetapi keadaan dalam mana ia ada, berkenaan dengan gereja Korintus, dan penyerang-penyerang / pemfitnah-pemfitnahnya di sana, membuatnya mutlak perlu; bukan untuk pembelaan dirinya sendiri, tetapi untuk kehormatan dari Injil, yang kebenaran / kebisa-dipercayaannya sedang dipertaruhkan.) - hal 366.

Paulus tidak mau musuh-musuhnya berpikir secara hina tentang dia, karena kalau ia dianggap hina, maka otomatis Injil dan firman yang ia beritakan juga tak akan dipedulikan.

Tak selalu kita harus diam saja pada waktu orang bicara buruk / memfitnah kita. Karena kalau kita jelek dalam pandangan orang, maka otomatis apa yang kita beritakan juga tidak dipedulikan orang. Jadi, hati-hati dengan ayat ini:

1Kor 4:13 - kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini..

Kita juga harus mermperhatikan ayat di bawah ini.

Roma 14:16 - Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah..

c) Paulus berusaha untuk sesedikit mungkin membicarakan (atau bahkan memikirkan) hal-hal yang hebat tentang dirinya.

Fakta bahwa ia menahan untuk tidak menceritakan pengalamannya selama 14 tahun, sudah menunjukkan hal itu. Dan di sini, sekalipun ia menceritakan (karena terpaksa), tetapi ia menceritakannya sesedikit mungkin / seperlunya saja.

Calvin (tentang ay 1): he admonishes them by his own example, that the more numerous and the more excellent the graces by which any one of us is distinguished, so much the less ought he to think of his own excellence. For such a thought is exceedingly dangerous, (= ia menasehati mereka dengan teladannya sendiri, bahwa makin banyak dan makin bagus kasih karunia dengan mana seseorang dibedakan, makin sedikit ia harus berpikir tentang kebagusannya. Karena pemikiran seperti itu adalah sangat berbahaya,).

Contoh: bahaya dari test IQ. Kalau kita mendapat hasil rendah, kita jadi minder. Sebaliknya kalau hasilnya tinggi / tinggi sekali, kita akan terus memikirkan / menceritakannya, dan itu adalah kesombongan!

Adam Clarke: It is a rare gift to discern when to speak, and when to be silent; and to know when enough is said on a subject, neither too little nor too much (= Merupakan suatu karunia yang jarang untuk membedakan, kapan harus berbicara, dan kapan harus diam; dan tahu kapan adalah cukup untuk berbicara tentang suatu pokok, tidak terlalu sedikit ataupun terlalu banyak.) - hal 368.

d) Paulus bermegah atas kelemahannya.

2 Korintus 12: 5: “Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.”.

Matthew Poole: “Ver. 5. ‘Of such an one will I glory:’ ... The meaning is, that that man who had been thus dignified of God, in such revelations and visions, might well glory of such a favour; but yet (saith he) of myself will I not glory. But how doth the apostle say, that of himself he will not glory, if he were the person intended? ... I should rather interpret it thus: In this the Lord greatly dignified me; but here was nothing of myself; of myself therefore I will not glory in any thing, except those things which I have suffered for the name of God.” [= Ay 5: Tentang orang seperti itu aku mau bermegah: ... Artinya adalah, bahwa orang itu, yang telah ditinggikan seperti itu oleh Allah, dalam wahyu-wahyu dan penglihatan-penglihatan, bisa bermegah tentang kebaikan seperti itu; tetapi (katanya) tentang diriku sendiri aku tidak mau bermegah. Tetapi bagaimana sang rasul bisa berkata bahwa tentang dirinya sendiri ia tidak mau bermegah, jika ia adalah orang yang dimaksudkan? ... Saya lebih baik menafsirkan seperti ini: Dalam hal ini Tuhan sangat meninggikan aku; tetapi di sini tidak ada apapun dari diriku sendiri; karena itu tentang diriku sendiri aku tidak mau bermegah dalam hal apapun, kecuali hal-hal itu yang telah aku derita untuk nama Allah.].

e) Paulus tidak mau orang-orang berpikir terlalu tinggi tentang dirinya.

2 Korintus 12: 6: “Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.”.

Adam Clarke: Lest any man should think of me above. The apostle spoke of these revelations for two purposes: first, lest his enemies might suppose they had cause to think meanly of him; and, secondly, having said thus much, he forbears to speak any further of them lest his friends should think too highly of him. (= Supaya jangan siapapun berpikir tentang aku lebih / di atas. Sang rasul mengatakan tentang wahyu-wahyu ini dengan dua tujuan: pertama, supaya jangan musuh-musuhnya menganggap bahwa mereka mempunyai alasan untuk berpikir secara hina tentang dia; dan kedua, setelah mengatakan sebanyak itu, ia menahan untuk berbicara lebih jauh tentang hal-hal itu supaya jangan sahabat-sahabatnya berpikir terlalu tinggi tentang dia.) - hal 368.

Paulus tak mau orang berpikir secara hina tentang dirinya (karena itu akan menyebabkan injil yang ia beritakan tak dianggap), tetapi sebaliknya, ia juga tidak mau mereka berpikir terlalu tinggi tentang dirinya. Bagian akhir ini yang saya tekankan di sini!

Penerapan:

1. Banyak orang membual tentang banyak hal, supaya orang anggap mereka hebat, padahal mereka tak becus apa-apa.

2. Banyak orang senang beli barang mewah, supaya dianggap sebagai orang kaya, padahal mereka sama sekali tidak kaya!

3. Banyak pengkhotbah dan pengguna facebook yang menggunakan bahasa asli, supaya orang mengira mereka pintar dalam bahasa asli, padahal mereka tak mengerti sama sekali!

III) Duri dalam daging.

2 Korintus 12: 7: “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.”.

1) Kata duri.

Kata duri diterjemahkan dari kata Yunani SKOLOPS.

Adam Clarke: The word ‎skolops ‎signifies a stake, and anaskolopizesthai, to be tied to a stake by way of punishment; and it is used, says Schoettgen, to signify the most oppressive afflictions.” [= Kata SKOLOPS berarti sebuah tiang hukuman, dan anaskolopizesthai, diikat pada suatu tiang sebagai cara dari hukuman, kata Schoettgen, menunjukkan penderitaan-penderitaan yang paling menekan.].

The Bible Exposition Commentary: The word translated thorn means a sharp stake used for torturing or impaling someone. It was a physical affliction of some kind that brought pain and distress to Paul. [= Kata yang diterjemahkan duri berarti suatu tiang hukuman yang tajam yang digunakan untuk menyiksa atau menusuk seseorang. Itu merupakan suatu jenis penderitaan fisik yang membawa rasa sakit dan kesusahan pada Paulus.].

Kalau dilihat dalam Bible Works 8 maka memang arti yang diberikan oleh 2 penafsir ini memungkinkan, tetapi arti duri juga memungkinkan, dan dilihat dari kata-kata tambahan dalam daging, menurut saya adalah tidak masuk akal untuk mengambil arti yang diberikan oleh Clarke ini.

Jadi, saya tetap mengambil arti duri seperti semua Alkitab bahasa Inggris yang juga menterjemahkan thorn (= duri).

2) Apa yang Paulus maksudkan dengan duri dalam daging itu?

Ada macam-macam pandangan tentang arti dari istilah ini.

a) Calvin: ini adalah setiap jenis pencobaan dengan mana Paulus dilatih.

Calvin: “My opinion is, that under this term is comprehended every kind of temptation, with which Paul was exercised.” [= Pandangan saya adalah, bahwa di bawah istilah ini dimengerti setiap jenis pencobaan, dengan mana Paulus dilatih.].

b) Adam Clarke: oposisi yang ia temui di Korintus.

Adam Clarke: “‎I believe the apostle to refer simply to the distresses he had endured through the opposition he met with at Corinth; which were as painful and grievous to him as a thorn in his flesh, or his being bound to a stake; for, if he could have devoted himself to destruction, Rom 9:3, for his rebellious and unbelieving countrymen, what must he have suffered on account of an eminent church being perverted and torn to pieces by a false teacher?” [= Saya percaya bahwa sang rasul menunjuk hanya kepada kesukaran-kesukaran / kesusahan-kesusahan yang telah ia pikul melalui oposisi yang ia temui di Korintus; yang adalah sama menyakitkan dan menyedihkan baginya seperti sebuah duri dalam dagingnya, atau seperti kalau ia diikat pada suatu tiang hukuman; karena, jika ia bisa telah menyerahkan dirinya sendiri pada kehancuran, Ro 9:3, bagi orang-orang sebangsanya yang bersifat memberontak dan tidak percaya, apa yang pasti telah ia derita karena suatu gereja yang menonjol yang sudah disimpangkan dan dicabik-cabik jadi potongan-potongan oleh seorang guru palsu?].

Ro 9:3 - Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani..

c) Penganiayaan yang terus menerus.

IVP Bible Background Commentary: Flesh here need not indicate a physical ailment (like the one in Gal 4:13), as is often supposed (so TEV); Paul may allude to the thorn in Israels side, the Canaanites God left in the land to keep Israel from exalting themselves (Num 33:55; Judg 2:3; cf. Josh 23:13; Ezek 28:24). Scholars debate exactly what Pauls thorn was, but in view of the context and Pauls buffeting (KJV, NASB) in this verse (cf. 1 Cor 4:11), it may be continuing persecutions; or this messenger of Satan might be an ironic insult against his opponents themselves (11:14-15) [= Daging di sini tidak perlu menunjuk suatu penyakit jasmani (seperti penyakit dalam Gal 4:13), seperti yang sering diduga / dianggap (demikian TEV); Paulus mungkin menunjuk secara tak langsung pada duri dalam sisi / rusuk Israel, orang-orang Kanaan yang Allah tinggalkan di negeri untuk menjaga supaya Israel tidak meninggikan diri mereka sendiri (Bil 33:55; Hak 2:3; bdk. Yos 23:13; Yeh 28:24). Para sarjana memperdebatkan apa persisnya duri Paulus itu, tetapi dengan mempertimbangkan kontext dan pemukulan terhadap Paulus (KJV, NASB) dalam ayat ini (bdk. 1Kor 4:11), itu bisa adalah penganiayaan yang terus menerus; atau utusan Iblis ini bisa merupakan suatu penghinaan yang bersifat irony terhadap para penentangnya sendiri (11:14-15)].

Gal 4:13 - “Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku.”.

Catatan: kata sakit bisa diterjemahkan kelemahan seperti dalam KJV, atau penyakit seperti dalam NIV/NASB.

1Kor 4:11 - “Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara,”.

2Kor 11:14-15 - “(14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. (15) Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.”.

Bil 33:55 - Tetapi jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka akan menyesatkan kamu di negeri yang kamu diami itu..

Hak 2:3 - Lagi Aku telah berfirman: Aku tidak akan menghalau orang-orang itu dari depanmu, tetapi mereka akan menjadi musuhmu dan segala allah mereka akan menjadi jerat bagimu..

KJV: ‘as thorns in your sides [= seperti duri-duri di sisi / rusukmu].

Catatan: kata-kata as thorns dalam KJV dicetak miring, yang menunjukkan itu tak ada dalam bahasa aslinya. NIV/NASB/NKJV/ASV juga mempunyai kata thorns itu tetapi semua juga mencetaknya dengan huruf miring. RSV menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia.

Yos 23:13 - maka ketahuilah dengan sesungguhnya, bahwa TUHAN, Allahmu, tidak akan menghalau lagi bangsa-bangsa itu dari depanmu. Tetapi mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu, menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di matamu, sampai kamu binasa dari tanah yang baik ini, yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu..

Yeh 28:24 - Dan tidak akan ada lagi bagi kaum Israel dari semua tetangganya yang menghina mereka, menjadi duri yang menusuk atau onak yang memedihkan. Dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ALLAH..

Barclay mengatakan bahwa Luther menggabungkan b) dan c).

d) Suatu penyakit secara jasmani.

1. Penyakit telinga (ini pandangan dari Tertullian, lihat Adam Clarke).

Tetapi Barclay mengatakan Tertullian dan Jerome mempercayai penyakit itu sebagai sakit kepala.

2. Sakit kepala (ini pandangan Chrysostom, lihat Adam Clarke).

3. Ayan / epilepsi (lihat Barclay).

4. Cyprian: siksaan jasmani yang banyak dan menyedihkan (lihat Adam Clarke).

Ia menggunakan kata torment yang bisa berarti sakit itu disebabkan siksaan, tapi juga bisa sakit itu disebabkan oleh penyakit.

5. Malaria (Barclay).

6. Suatu penyakit mata (The Bible Exposition Commentary).

Barclay menganggap ini sebagai suatu kemungkinan, dengan beberapa alasan ini:

a. Ia pernah mengalami kebutaan dalam Kis 9, yang akhirnya mempertobatkan dia. Mungkin ia tidak sembuh total dari kebutaan itu. Point ini sangat meragukan bagi saya, karena kesembuhan ilahi selalu bersifat total.

Kis 9:17-18 - “(17) Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus. (18) Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis..

b. Gal 4:15 - Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku..

c. Gal 6:11 - “Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri.”.

7. Itu adalah suatu kelemahan / penyakit jasmani, tanpa memerinci kelemahan / penyakit apa itu.

Barnes Notes: it seems more probable to me that he refers to some bodily infirmity. [= kelihatannya lebih memungkinkan bagi saya bahwa ia menunjuk pada suatu kelemahan fisik.].

A. T. Robertson: A thorn in the flesh. ... What was it? Certainly it was some physical malady that persisted. [= Suatu duri dalam daging. ... Apakah itu? Pastilah itu adalah penyakit fisik yang terus menerus.].

Charles Hodge: “it was doubtless some painful bodily affection” [= itu tak diragukan adalah suatu penyakit jasmani yang menyakitkan].

The Biblical Illustrator: This was probably some physical infirmity, and if it did not obstruct him in his ministerial labours, it rendered them difficult and distressing. [= Ini mungkin merupakan suatu kelemahan jasmani / fisik, dan jika itu tidak menghalanginya dalam jerih payah pelayanannya, itu menyebabkan pelayanannya menjadi sukar dan menyakitkan.].

The Biblical Illustrator: A thorn. A thorn is - (a) But a little thing, and indicates a painful but not a killing trial. (b) Yet it is almost a secret thing, not very apparent to any one but the sufferer. (c) A commonplace thing, such as might grow in any field and fall to any mans lot - nothing to make a man remarkable. (d) One of the most wretched intruders that can molest our foot or hand. Those pains which are despised because they are seldom fatal, are frequently the source of the most intense anguish - toothache, headache, earache, what greater miseries are known to mortals? ... In the flesh. The evil had an intimate connection with his body. [= Suatu duri. Suatu duri adalah - (a) Hanya suatu benda kecil, dan menunjukkan suatu ujian / pencobaan yang menyakitkan tetapi tidak membunuh. (b) Tetapi itu hampir merupakan suatu hal yang rahasia, tidak terlalu jelas bagi siapapun kecuali si penderita. (c) Suatu hal yang biasa ditemui / dilihat, seperti yang bisa tumbuh di tanah manapun dan jatuh pada nasib orang manapun - tak ada apapun yang membuat seseorang layak diperhatikan. (d) Satu dari penyusup yang paling buruk yang bisa mengganggu kaki atau tangan kita. Rasa sakit yang diremehkan karena jarang bersifat fatal itu, sering merupakan sumber dari kesedihan yang paling hebat - sakit gigi, sakit kepala, sakit telinga, penderitaan lebih besar apa yang dikenal orang-orang yang fana? ... Dalam daging. Hal yang jahat / bencana itu mempunyai hubungan dekat dengan tubuhnya.].

Alexander MacLaren: “It is of little consequence what his thorn in the flesh may have been. The original word suggests very much heavier sorrow than the metaphor of a thorn might imply. It really seems to mean not a tiny bit of thorn that might lie half concealed in the finger tip, but one of those hideous stakes on which the cruel punishment of impalement used to be inflicted. And Pauls thought is, not that he has a little, trivial trouble to bear, but that he is, as it were, forced quivering upon that tremendous torture. Unquestionably, what he means is some bodily ailment or other. The hypothesis that the thorn in the flesh was the sting of the animal nature inciting him to evil is altogether untenable, because such a thorn could never have been left when the prayer for its removal was earnestly presented; nor could it ever have been, when left, an occasion for glorifying. Manifestly it was no weakness removable by his own effort, no incapacity for service which in any manner approximated to being a fault, but purely and simply some infliction from Gods hand (though likewise capable of being regarded as a messenger of Satan) which hindered him in his work, and took down any proud flesh and danger of spiritual exaltation in consequence of the largeness of his religious privileges.” [= Kecil konsekwensinya apa duri dalam dagingnya itu. Kata aslinya mengusulkan kesedihan yang jauh lebih berat dari pada kiasan yang secara implicit diberikan oleh suatu duri. Itu kelihatannya sungguh-sungguh berarti bukan sebagian kecil dari duri yang tertanam sebagian di ujung jari, tetapi satu dari tiang hukuman yang buruk itu pada mana hukuman penusukan yang kejam biasa diberikan. Dan pemikiran Paulus adalah, bukan bahwa ia mempunyai suatu kesukaran yang kecil, remeh untuk ditanggung, tetapi bahwa ia seakan-akan dipaksa untuk menggelepar pada siksaan yang sangat hebat itu. Tak diragukan, apa yang ia maksudkan adalah suatu penyakit jasmani yang khronis atau yang lain. Hipotesa bahwa duri dalam daging adalah sengat dari sifat binatang yang mendorong dia pada kejahatan sama sekali tak bisa dipertahankan, karena duri seperti itu tidak pernah bisa dibiarkan pada waktu doa untuk penghilangannya dinaikkan dengan sungguh-sungguh; juga kalau itu dibiarkan, itu tidak pernah bisa menjadi suatu kesempatan / alasan untuk bermegah. Jelas itu bukan kelemahan yang bisa disingkirkan oleh usahanya sendiri, bukan suatu ketidak-mampuan untuk pelayanan yang dengan cara apapun dekat dengan keberadaan suatu kesalahan, tetapi secara murni dan sederhana suatu pemberian dari tangan Allah (sekalipun juga bisa dianggap sebagai seorang utusan Iblis) yang menghalanginya dalam pekerjaan / pelayanannya, dan menurunkan / menghancurkan daging yang sombong dan bahaya dari peninggian rohani apapun sebagai konsekwensi dari besarnya hak-hak agamawinya.] - Libronix.

Jamieson, Fausset & Brown: Thorn in the flesh (Num 33:55; Ezek 28:24). Compare the affliction (Gal 4:13-14). But it rather was one that followed the revelation, something affecting him individually, not as an apostle: causing bodily paroxysms of pain (as thorn implies), with shame (buffet: as a slave, 1 Peter 2:20). Messenger of Satan - permitted by God to afflict his saints, as Job (Job 2:7; Luke 13:16). To buffet me - that he may buffet me’ (‎kolafizee‎, present), even now continuously. It was still afflicting him now.” [= ‘Duri dalam daging’ (Bil 33:55; Yeh 28:24). Bandingkan penderitaannya (Gal 4:13-14). Tetapi itu merupakan sesuatu yang mengikuti ‘wahyu / penyataan’, sesuatu yang menyakiti dia secara individuil, bukan sebagai seorang rasul: menyebabkan serangan jasmani terus menerus yang menyakitkan (seperti secara implicit ditunjukkan oleh duri), dengan rasa malu (memukuli: sebagai seorang budak, 1Pet 2:20). Utusan Iblis - diijinkan oleh Allah untuk membuat orang-orang kudusNya menderita, seperti Ayub (Ayub 2:7; Luk 13:16). Memukuli aku - supaya ia bisa memukuli aku (KOLAFIZEE, bentuk present tense), bahkan sekarang secara terus menerus. Itu tetap sedang menyakitinya sekarang.].

Bil 33:55 - Tetapi jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka akan menyesatkan kamu di negeri yang kamu diami itu..

Yeh 28:24 - Dan tidak akan ada lagi bagi kaum Israel dari semua tetangganya yang menghina mereka, menjadi duri yang menusuk atau onak yang memedihkan. Dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ALLAH..

Gal 4:13-14 - (13) Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku. (14) Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri..

Catatan: kata sakit bisa diterjemahkan kelemahan seperti dalam KJV, atau penyakit seperti dalam NIV/NASB.

1Pet 2:20 - Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah..

Ayub 2:7 - Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya..

Luk 13:16 - Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?.

Dua ayat terakhir ini jelas menunjukkan bahwa kalau Tuhan ijinkan, setan bisa memberi penyakit kepada orang, bahkan seorang anak Tuhan seperti Ayub.

Bible Knowledge Commentary: Countless explanations concerning the nature of his thorn in the flesh have been offered. They range from incessant temptation, dogged opponents, chronic maladies (such as ophthalmia, malaria, migraine headaches, and epilepsy), to a disability in speech. No one can say for sure what his was, but it probably was a physical affliction (for the work of Satan in this, cf. 1Cor 5:5; 10:10). [= Penjelasan-penjelasan yang tak terhitung berkenaan dengan sifat dari duri dalam dagingnya telah ditawarkan. Mereka berderet dari pencobaan yang tak henti-hentinya, musuh-musuh yang keras kepala / tekun, penyakit-penyakit yang khronis (seperti penyakit mata, malaria, sakit kepala migren, dan epilepsi / ayan), sampai suatu ketidakmampuan dalam berbicara. Tak seorangpun bisa mengatakan dengan pasti apa duri dalam dagingnya itu, tetapi itu mungkin adalah suatu penderitaan fisik (untuk pekerjaan Iblis dalam hal ini, bdk. 1Kor 5:5; 10:10).].

1Korintus 5:5 - orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan..

1Kor 10:10 - Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut..

Catatan: saya merasa ayat terakhir ini tak cocok.

e) Beberapa penafsir memilih untuk mengatakan tidak tahu apa duri dalam daging itu.

The Bible Exposition Commentary: We do not know what Pauls thorn in the flesh was. .... Some Bible students think that Paul had an eye affliction (see Gal 6:11); but we cannot know for sure. It is a good thing that we do not know, because no matter what our sufferings may be, we are able to apply the lessons Paul learned and get encouragement [= Kita tak tahu apa duri dalam daging Paulus itu. ... Beberapa pelajar Alkitab berpikir bahwa Paulus mempunyai suatu penderitaan mata (lihat Gal 6:11); tetapi kita tidak tahu dengan pasti. Merupakan sesuatu yang baik bahwa kita tidak tahu, karena tak peduli apa adanya penderitaan kita, kita bisa menerapkan pelajaran-pelajaran yang Paulus pelajari dan mendapatkan dorongan / semangat].

Gal 6:11 - Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri..

A. T. Robertson: It is a blessing to the rest of us that we do not know the particular affliction that so beset Paul. Each of us has some such splinter or thorn in the flesh, perhaps several at once [= Merupakan suatu berkat bagi sisa dari kita bahwa kita tidak tahu penderitaan khusus yang begitu mengganggu Paulus. Setiap kita mempunyai selumbar atau duri seperti itu dalam daging, mungkin beberapa sekaligus.].

Saya sendiri lebih condong untuk mengatakan bahwa duri dalam daging itu merupakan suatu penyakit, tetapi tak bisa diketahui penyakit apa. Alasan saya untuk memilih bahwa ini adalah suatu penyakit adalah adanya ay 8-9.

2 Korintus 12: 8-9: “(8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”.

Kalau duri dalam daging itu menunjuk kepada pencobaan, musuh-musuh Paulus / nabi-nabi palsu, atau penganiayaan, maka rasanya aneh kalau Paulus minta supaya utusan Iblis itu mundur dari dia. Dan lebih aneh lagi, pada waktu doanya tidak dikabulkan, Tuhan maupun Paulus menyebutnya sebagai kelemahan (2 Korintus 12: 9).

Effek / akibat dari duri dalam daging dalam diri Paulus / kita.

The Biblical Illustrator: And how many of us can feelingly place ourselves in St. Pauls situation! We have had thorns in our flesh, shameful marks which the world has seen. Sometimes we are ready to say when suffering under any of these, Were we really the servants of Christ, it would not be thus with us, and a scoffing world may say the same; but here is one of the most beloved, honoured, of all the Lords servants in the same situation as we. And the Bible and Church history show that it has been the lot of the holiest men [= Dan betapa banyak dari kita bisa dengan penuh perasaan menempatkan diri kita sendiri dalam situasi Santo Paulus! Kita telah mempunyai duri-duri dalam daging kita, tanda-tanda yang memalukan yang telah dilihat oleh dunia. Kadang-kadang pada waktu kita menderita di bawah hal-hal ini kita siap untuk mengatakan, Seandainya kita sungguh-sungguh adalah pelayan-pelayan Kristus, tidak akan terjadi demikian dengan kita, dan dunia yang mengejek bisa mengatakan hal yang sama; tetapi di sini ada satu dari yang paling dikasihi, dihormati dari semua pelayan-pelayan Tuhan dalam situasi yang sama seperti kita. Dan Alkitab dan sejarah Gereja menunjukkan bahwa itu telah merupakan nasib dari orang-orang yang paling kudus].

Hal ini bisa memalukan, dan menyebabkan orang yang mengalaminya dianggap sebagai bukan hamba Tuhan atau bahkan bukan anak Tuhan oleh orang-orang yang terlalu cepat dalam menghakimi.

Perhatikan text ini:

Gal 4:13-14 - (13) Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku. (14) Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri..

Catatan: kata sakit bisa diterjemahkan kelemahan seperti dalam KJV, atau penyakit seperti dalam NIV/NASB.

Jelas bahwa kelemahan / penyakit ini bisa menyebabkan orang memandang rendah / hina, menganggap jijik dan sebagainya.

Hal ini bisa mengambil bermacam-macam wujud dalam kehidupan anak / hamba Tuhan, seperti:

1. Penyakit, yang menyebabkan orang berkata bahwa itu merupakan hukuman dosa, atau lebih parah lagi, dianggap sebagai adanya roh jahat dalam diri kita.

2. Problem tidur / insomnia sering dianggap sebagai bukti orangnya kurang beriman atau kurang berserah kepada Tuhan.

3. Anak yang sakit / cacat fisik / mental, atau bejat, sering dianggap sebagai hukuman Tuhan.

4. Kebangkrutan / kemiskinan, yang juga sering menyebabkan orang setidaknya berkata kalau kita tidak diberkati oleh Tuhan.

5. Suami atau istri yang tidak beres. Keluarga yang tak harmonis, atau berantakan / cerai.

6. Tidak mendapat jodoh / pasangan hidup.

7. Pelayanan yang tak berkembang.

8. Bencana-bencana lain.

3) Seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku.

Paulus juga menyebut duri dalam daging itu dengan istilah lain, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku.

Kata menggocoh diterjemahkan seperti ini oleh Alkitab bahasa Inggris:

KJV/NASB: to buffet [= memukuli].

RSV: to harass [= mengganggu terus menerus].

NIV: to torment [= menyiksa].

Yunani: KOLAPHIZO [= meninju, memukul, memperlakukan dengan buruk] - Bible Works 8.

a) Utusan.

Pulpit Commentary: The messenger of Satan; rather, an angel of Satan [= Utusan Iblis; atau lebih tepat, seorang malaikat dari Iblis].

Bukan hal aneh kalau setan disebut dengan istilah malaikat, karena ia memang ex malaikat.

Bdk. Mat 25:41 - Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya..

Tetapi KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: messenger [= utusan].

b) Utusan Iblis’.

Calvin: He calls it farther the messenger of Satan on this ground, that as all temptations are sent by Satan, so, whenever they assail us, they warn us that Satan is at hand. Hence, at every apprehension of temptation, it becomes us to arouse ourselves, and arm ourselves with promptitude for repelling Satans assaults [= Ia menyebutnya lebih jauh sebagai utusan Iblis atas dasar ini, bahwa semua pencobaan dikirimkan oleh Iblis, maka kapanpun mereka menyerang kita, mereka memperingati kita bahwa Iblis dekat dengan kita. Jadi, pada setiap pengertian tentang pencobaan, itu merupakan suatu kejadian yang cocok untuk membangunkan diri kita sendiri, dan mempersenjatai diri kita sendiri dengan cepat untuk menolak serangan-serangan Iblis] - hal 374.

Jamieson, Fausset & Brown: “After tasting the bliss of good angels, he is now exposed to an evil angel. The chastisement from hell follows the revelation from heaven. As his sight and hearing had been ravished with heavenly revelations, so his touch is pained with the thorn in the flesh. [= Setelah mengecap kebahagiaan dari malaikat-malaikat yang baik, sekarang ia terbuka terhadap seorang malaikat yang jahat. Pukulan / hajaran dari neraka mengikuti wahyu dari surga. Sebagaimana penglihatan dan pendengarannya telah digairahkan dengan wahyu-wahyu surgawi, begitu juga ketrampilannya disakiti dengan duri dalam daging.].

Pulpit Commentary: Paul recognized Satans hand (see Job 2:7; Luke 13:16). It was used of Satan to annoy, pain, depress, and harass Paul, and with the hope that it would hinder his great work. Satanic malice rejoiced in the anticipation that it might prove the last straw upon the camels back. Paul interfered much with the devils kingdom; it is no wonder that the devil sought to interfere with him. Satan can afford to leave some people alone; but if we faithfully attack his kingdom and his rule we may expect reprisals. [= Paulus mengenali tangan Iblis (lihat Ayub 2:7; Luk 13:16). Itu digunakan oleh Iblis untuk mengganggu, menyakiti, menekan, dan mengusik Paulus, dengan harapan bahwa itu akan menghalangi pekerjaannya yang besar. Kebencian Iblis bersukacita dalam pengharapan bahwa itu bisa didapati sebagai jerami terakhir pada punggung unta. Paulus banyak ikut campur / menentang kerajaan setan; tidaklah mengherankan bahwa setan berusaha untuk ikut campur / menentang dia. Iblis bisa membiarkan beberapa orang sendiri (tak mengganggu mereka); tetapi jika kita dengan setia menyerang kerajaannya dan pemerintahannya kita bisa mengharapkan balasan-balasan.].

c) menggocoh [KJV/NASB: buffet (memukuli)].

Jamieson, Fausset & Brown: To buffet me’ - ‘that he may buffet me’ (‎kolafizee‎, present), even now continuously. It was still afflicting him now.” [= ‘Memukuli aku’ - ‘supaya ia bisa memukuli aku’ (KOLAFIZEE, present tense), bahkan sekarang secara terus menerus. Itu tetap menyakitinya sekarang.].

The Biblical Illustrator: St. Paul speaks of a divided experience of two selves: one Paul in the third heaven, enjoying the beatific vision; another on earth, buffeted by Satan.” [= Santo Paulus berbicara tentang suatu pengalaman yang terpisah dari dua Paulus: satu Paulus di surga / langit ketiga, menikmati penglihatan yang membahagiakan; Paulus yang lain di bumi, dipukuli oleh Iblis.].

The Bible Exposition Commentary: Satan was permitted to buffet Paul. The word means to beat, to strike with the fist. The tense of the verb indicates that this pain was either constant or recurring. When you stop to think that Paul had letters to write, trips to take, sermons to preach, churches to visit, and dangers to face as he ministered, you can understand that this was a serious matter. No wonder he prayed three times (as his Lord had done in the Garden - Mark 14:32-41) that the affliction might be removed from him (2Cor 12:8) [= Iblis diijinkan untuk memukuli Paulus. Kata itu berarti memukul, memukul dengan tinju. Tensa dari kata kerjanya menunjukkan bahwa rasa sakit ini atau konstan atau terjadi berulang-ulang. Pada waktu kamu berhenti untuk memikirkan bahwa Paulus mempunyai surat-surat untuk ditulis, perjalanan-perjalanan untuk dilakukan, khotbah-khotbah untuk dikhotbahkan, gereja-gereja untuk dikunjungi, dan bahaya-bahaya untuk dihadapi pada waktu ia melayani, kamu bisa mengerti bahwa ini merupakan persoalan serius. Tak heran ia berdoa 3 x (seperti Tuhannya telah lakukan di Taman - Mark 14:32-41) supaya penderitaan itu bisa disingkirkan darinya (2Kor 12:8)].

Penderitaan apapun tidak menyenangkan bagi setiap orang, tetapi itu akan lebih menyakitkan (dan memberikan stress) pada waktu itu mengganggu / menghalangi kita melakukan apa yang harus kita lakukan, seperti pekerjaan, pemeliharaan keluarga, dan khususnya pelayanan.

4) Sekarang kita menyoroti kata diberi dalam 2 Korintus 12: 7.

Ay 7: “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.”.

Siapa yang memberi ‘duri dalam daging’ / ‘utusan Iblis untuk menggocoh / memukuli Paulus’? Biarpun ay 7 tidak menyebutkannya secara explicit, tetapi dari kalimatnya, terlihat dengan jelas bahwa Tuhan sendirilah yang memberikan hal itu.

The Bible Exposition Commentary: Not all sickness is caused by sin. The argument of Jobs comforters was that Job had sinned, and that was why he was suffering. But their argument was wrong in Jobs case, as well as in Pauls case. There are times when God permits Satan to afflict us so that God might accomplish a great purpose in our lives.” [= Tidak semua penyakit disebabkan oleh dosa. Argumentasi dari penghibur-penghibur Ayub adalah bahwa Ayub telah berbuat dosa, dan itu adalah mengapa ia sedang menderita. Tetapi argumentasi mereka salah dalam kasus Ayub, maupun dalam kasus Paulus. Ada saat-saat pada waktu Allah mengijinkan Iblis untuk menyerang / membuat kita menderita sehingga Allah bisa mencapai suatu tujuan / rencana yang besar dalam kehidupan kita.].

Pulpit Commentary: Both suffering and Satan are under the direction of God. He uses them as his instruments for good. Satan himself is the servant of the Holy One (= Baik penderitaan maupun Iblis ada di bawah pengarahan Allah. Ia menggunakan mereka sebagai alat-alatNya untuk kebaikan. Iblis sendiri adalah pelayan dari Yang Maha Kudus.).

Pulpit Commentary: Gods hand was in it as well as Satans. This is so with all our tribulations; in one aspect they are messengers of Satan, in the other messengers of God. All depends upon which message we listen to. [= Tangan Allah maupun tangan Iblis ada di dalamnya. Ini adalah demikian dengan semua kesukaran kita; dalam satu aspek itu adalah utusan Iblis, dalam aspek lain itu adalah utusan Allah. Semua tergantung pada pesan yang mana yang kita dengarkan.].

Contoh lain:

a) Kasus Ayub.

Ayub 1:21 - katanya: Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!.

Ayub 1:12 jelas menunjukkan bahwa Tuhan menyerahkan semua milik Ayub ke dalam tangan Iblis, sehingga Iblis lalu menggunakan orang-orang untuk menghabiskan semua milik Ayub.

Ayub 1:12 - Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN..

Tetapi toh Ayub mengatakan Tuhan yang mengambil (Ayub 1:21)!

b) Kasus Yusuf.

Kej 45:5,7,8 - (5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. ... (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”.

Catatan:

1. Bagian yang saya beri garis bawah tunggal salah terjemahan.

KJV: ‘and to save your lives by a great deliverance.’ [= dan untuk menyelamatkan kehidupanmu oleh suatu pembebasan yang besar.].

2. Bagian yang saya beri garis bawah ganda merupakan dusta Yusuf untuk menghibur saudara-saudaranya, dan baru dalam ayat di bawah ini ia mengatakan kebenaran.

Kej 50:20 - “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar..

c) Kasus Daud.

2Sam 16:5-11 - (5) Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk. (6) Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. (7) Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! (8) TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah. (9) Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya. (10) Tetapi kata raja: Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian? (11) Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian..

Catatan: 2 x kata berfirman (ay 10b, 11b) tidak mungkin diartikan bahwa Tuhan betul-betul memerintahkan Simei untuk mengutuki Daud. Ini hanya bisa diartikan Tuhan mengatur kejadian itu dengan ProvidensiaNya’.

Bdk. 1Raja 17:4,9 - (4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana. ... (9) Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan..

d) Kasus Yesus.

Yoh 18:11 - Kata Yesus kepada Petrus: Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?.

Pulpit Commentary: Notice the clear view St. Paul has of the Divine hand in his thorn in the flesh. If he is perfectly assured of the abundance of the revelations, if he can locate the scene in Paradise, if he realizes the sanctity of these disclosures in the unspeakable words, he is just as certain that the thorn was given him. He knew it was a thorn, and he knew whence it came. He acknowledged God in it, and, in this feeling, prayed thrice for its removal. Christians often fail at this point. They doubt at times whether their afflictions come from God. Some Christians cannot be induced to believe that their sufferings are sent from above, and they see in them nothing more than evil casualties. But if they fail to recognize God in the sorrow, they will not find him in the joy of his blessed promise, My grace is sufficient for thee. [= Perhatikan pandangan yang jelas yang dimiliki oleh Santo Paulus tentang tangan Ilahi dalam duri dalam dagingnya. Jika ia yakin sepenuhnya tentang wahyu-wahyu / penyataan-penyataan yang berlimpah, jika ia bisa menentukan tempat dari kejadian di Firdaus, jika ia menyadari kekeramatan dari penyingkapan-penyingkapan ini dalam kata-kata yang tak terucapkan, ia sama pastinya bahwa duri itu diberikan kepadanya. Ia tahu itu adalah duri, dan ia tahu dari mana itu datang. Ia mengakui Allah di dalamnya, dan dalam perasaan ini, berdoa 3 x untuk penyingkirannya. Orang Kristen sering gagal pada titik ini. Mereka kadang-kadang meragukan apakah penderitaan-penderitaan mereka datang dari Allah. Sebagian orang Kristen tidak bisa dibujuk untuk percaya bahwa penderitaan-penderitaan mereka dikirimkan dari atas, dan mereka tidak melihat apa-apa dalam penderitaan-penderitaan itu lebih dari bencana-bencana yang jahat. Tetapi jika mereka gagal untuk mengenali Allah dalam kesedihan, mereka tidak akan mendapati Dia dalam sukacita dari janji yang diberkati, ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu.].

The Biblical Illustrator: Remember that he who sent Paul thorns for his good once wore a thorn-crown Himself for the salvation of sinners; and if you will trust Him you shall be saved from the thorn of unforgiven sin, the fear of the wrath to come.” [= Ingatlah bahwa Ia yang memberikan Paulus duri-duri untuk kebaikannya, pernah sekali memakai sendiri mahkota duri untuk keselamatan orang-orang berdosa; dan jika kamu percaya kepadaNya, kamu akan diselamatkan dari duri dosa yang tak diampuni, rasa takut dari murka yang akan datang.].

5) Alasan pemberian duri dalam daging adalah: supaya Paulus jangan meninggikan diri.

Ay 7: “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.”.

The Biblical Illustrator: The thorn was not pleasant, but it was profitable [= Duri itu tidak menyenangkan, tetapi itu bermanfaat].

The Biblical Illustrator: Others who, because they have more real spiritual knowledge, and a deeper inward experience when they hear the prattle of young beginners, or the blunders of saints, cannot help saying to themselves, Thank God, I do know better than that. They have probably also been successful in sacred work, a legitimate source of rejoicing, but a temptation to boastfulness. Among the flowers of gratitude will grow the hemlock of pride. ... None of the things we have spoken of are justifiable grounds for boasting. What if a believer should have received more Divine illuminations than his fellow? Did not the Lord give them to him? There are two beggars in the street; I give one a shilling and the other a penny; shall the man who obtains the shilling be proud, and glory over his companion? [= Orang-orang lain yang, karena mereka mempunyai lebih banyak pengetahuan rohani yang sungguh-sungguh, dan suatu pengalaman batin yang lebih dalam, pada waktu mereka mendengar ocehan dari pemula-pemula muda, atau blunder-blunder dari orang-orang kudus, tidak bisa tidak mengatakan kepada diri mereka sendiri, Terima kasih Allah, aku tahu lebih baik dari itu. Mereka mungkin juga telah berhasil dalam pekerjaan yang kudus, suatu sumber yang sah untuk bersukacita, tetapi suatu pencobaan pada kesombongan. Di antara bunga-bunga dari rasa terima kasih akan bertumbuh tumbuh-tumbuhan beracun dari kesombongan. Tidak ada dari hal-hal tentang mana kami telah berbicara merupakan dasar-dasar yang bisa dibenarkan untuk sombong. Bagaimana jika seorang percaya telah menerima lebih banyak pencerahan Ilahi dari pada sesamanya? Tidakkah Tuhan yang memberikan itu kepadanya? Ada dua pengemis di jalanan; aku memberi yang satu satu rupiah dan yang lain satu sen; akankah orang yang menerima satu rupiah itu menjadi sombong, dan bermegah atas temannya?].

1Kor 4:7 - “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?.

Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.

KJV: For who maketh thee to differ from another? [= Karena siapa yang membuat engkau berbeda dari yang lain?].

RSV: For who sees anything different in you? [= Karena siapa melihat apapun yang berbeda dalam engkau?].

NIV: For who makes you different from anyone else? [= Karena siapa membuat engkau berbeda dari siapapun yang lain?].

NASB: For who regards you as superior? [= Karena siapa menganggap engkau sebagai lebih tinggi?].

The Biblical Illustrator: It is dangerous for a Christian to be exalted above measure, for if he be - (1) He will rob God of His glory, and this is a high crime and misdemeanour. (2) It is equally evil to the Church. Had Paul been lifted up he would have become the leader of a sect; the rival rather than the servant of Jesus. (3) It would have been bad for ungodly sinners, for proud preachers win not mens hearts. He who is exalted in himself will never exalt the Saviour. (4) It would have been worst of all for the apostle himself, for pride goeth before destruction, and a haughty spirit before a fall [= Merupakan sesuatu yang berbahaya bagi seorang Kristen untuk ditinggikan secara luar biasa, karena jika demikian - (1) Ia akan merampok Allah dari kemuliaanNya, dan ini merupakan kejahatan yang besar dan suatu tindakan yang salah. (2) Itu secara sama juga merupakan kejahatan terhadap Gereja. Seandainya Paulus ditinggikan ia akan menjadi seorang pemimpin dari suatu sekte; saingan dan bukannya pelayan Yesus. (3) Itu akan merupakan sesuatu yang buruk untuk orang-orang berdosa yang jahat, karena pengkhotbah yang sombong tidak akan memenangkan hati manusia. Ia yang ditinggikan dalam dirinya sendiri tidak akan pernah meninggikan sang Juruselamat. (4) Untuk sang rasul sendiri, itu adalah yang terburuk dari semua, karena kesombongan mendahului kehancuran, dan suatu roh yang sombong mendahului kejatuhan.].

Amsal 16:18 - Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan..

The Biblical Illustrator: The Physician frequently, however, sends trials not to heal our spiritual maladies but to prevent them. ... God does not, therefore, require that sin should manifest itself in the outward conduct in order to attract His notice; He beholds its secret risings in the heart; and often before the storm arises He drives us to a place of refuge [= Tetapi, sang Dokter seringkali mengirimkan pencobaan-pencobaan / ujian-ujian bukan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit rohani kita, tetapi untuk mencegah mereka. ... Karena itu, Allah tidak membutuhkan dosa untuk menyatakan dirinya sendiri dalam tingkah laku lahiriah untuk menarik perhatianNya; Ia memperhatikan pemunculan rahasianya dalam hati; dan sering sebelum badai datang Ia mendorong kita ke tempat perlindungan].

The Bible Exposition Commentary: There is something worse than sickness, and that is sin, and the worst sin of all is pride. The healthy person who is rebelling against God is in worse shape than the suffering person who is submitting to God and enjoying Gods grace. It is a paradox - and an evidence of the sovereignty of God - that God used Satan, the proudest of all beings, to help keep Paul humble.” [= Di sana ada sesuatu yang lebih buruk dari penyakit, dan itu adalah dosa, dan dosa yang terburuk adalah kesombongan. Orang sehat yang sedang memberontak terhadap Allah ada dalam keadaan yang lebih buruk dari pada orang yang menderita yang sedang tunduk kepada Allah dan menikmati kasih karunia Allah. Merupakan suatu paradox - dan suatu bukti dari kedaulatan Allah - bahwa Allah menggunakan Iblis, yang tersombong dari semua makhluk, untuk menolong Paulus untuk tetap rendah hati.].

The Bible Exposition Commentary: The Lord knows how to balance our lives. If we have only blessings, we may become proud; so He permits us to have burdens as well. Pauls great experience in heaven could have ruined his ministry on earth; so God, in His goodness, permitted Satan to buffet Paul in order to keep him from becoming proud.” [= Tuhan tahu bagaimana untuk menyeimbangkan hidup kita. Jika kita hanya mempunyai berkat-berkat, kita bisa / mungkin menjadi sombong; maka Ia mengijinkan kita untuk mempunyai beban-beban juga. Pengalaman Paulus yang agung / besar di surga bisa menghancurkan pelayanannya di bumi; maka Allah, dalam kebaikanNya, mengijinkan Iblis untuk memukuli Paulus untuk menjaganya dari menjadi sombong.].

Calvin: And unquestionably, as it was the cause of mans ruin, so it is the last vice with which we have to contend, for other vices have a connection with evil deeds, but this is to be dreaded in connection with the best actions; and farther, it naturally clings to us so obstinately, and is so deeply rooted, that it is extremely difficult to extirpate it.” [= Dan tak perlu dipertanyakan, sebagaimana itu adalah penyebab dari kehancuran manusia, demikian juga itu adalah kejahatan terakhir yang harus kita lawan, karena kejahatan-kejahatan yang lain mempunyai hubungan dengan tindakan-tindakan jahat, tetapi ini harus ditakuti dalam hubungan dengan tindakan-tindakan yang terbaik; dan lebih jauh, ini secara alamiah merangkul / berpegang erat-erat kepada kita dengan begitu keras kepala / sukar berubah, dan berakar dengan begitu dalam, sehingga adalah sangat sukar untuk dihancurkan sama sekali.] - hal 375.

Calvin: Instructed by his example, let us wage war with other vices in such a way, as to lay out our main efforts for the subduing of this one.” [= Diajar oleh teladannya, marilah kita berperang dengan kejahatan-kejahatan yang lain dengan cara sedemikian rupa, sehingga menyiapkan usaha utama kita untuk menundukkan yang satu ini.] - hal 375.

Barnes Notes: Lest I should be spiritually proud; lest I should become self-confident and vain, and suppose that I was a special favorite of Heaven. If Paul was in danger of spiritual pride, who is not? If it was necessary for God to adopt some special measures to keep him humble, we are not to be surprised that the same thing should occur in other cases. There is abundant reason to believe that Paul was naturally a proud man. He was by nature self-confident; trusting in his own talents and attainments, and eminently ambitious. When he became a Christian, therefore, one of his besetting sins would be pride; and as he had been especially favored in his call to the apostleship; in his success as a preacher; in the standing which he had among the other apostles, and in the revelations imparted to him, there was also special danger that he would become self-confident and proud of his attainments. There is no danger that more constantly besets Christians, and even eminent Christians, than pride. There is no sin that is more subtle, insinuating, deceptive; none that lurks more constantly around the heart and that finds a more ready entrance, than pride. He who has been characterized by pride before his conversion will be in special danger of it afterward; he who has eminent gifts in prayer, or in conversation, or in preaching, will be in special danger of it; he who is eminently successful will be in danger of it; and he who has any extraordinary spiritual comforts will be in danger of it. Of this sin he who lives nearest to God may be in most special danger; and he who is most eminent in piety should feel that he also occupies a position where the enemy will approach him in a sly and subtle manner, and where he is in special danger of a fall. Possibly the fear that he might be in danger of being made proud by the flattery of his friends may have been one reason why Paul kept this thing concealed for 14 years; and if people wish to keep themselves from the danger of this sin, they should not be forward to speak even of the most favored moments of their communion with God.” [= Supaya jangan aku menjadi sombong secara rohani; supaya jangan aku menjadi percaya diri sendiri dan sia-sia, dan menganggap bahwa aku adalah seorang favorit khusus dari Surga. Jika Paulus ada dalam bahaya dari kesombongan rohani, siapa yang tidak? Jika adalah perlu bagi Allah untuk mengambil langkah-langkah terencana yang khusus untuk menjaganya tetap rendah hati, kita tidak boleh terkejut bahwa hal yang sama harus terjadi dalam kasus-kasus lain. Di sana ada banyak alasan untuk percaya bahwa Paulus secara alamiah adalah seorang yang sombong. Ia secara alamiah adalah orang yang percaya kepada dirinya sendiri; percaya kepada talenta-talenta dan pencapaian-pencapaiannya sendiri, dan sangat ambisius. Karena itu, pada waktu ia menjadi seorang Kristen, satu dari dosa-dosanya yang terus menerus menyerang / mengepungnya adalah kesombongan; dan karena ia telah lebih disukai secara khusus dalam panggilannya pada kerasulan; dalam kesuksesannya sebagai seorang pengkhotbah; dalam kedudukan yang ia miliki di antara rasul-rasul yang lain, dan dalam wahyu-wahyu yang diberikan kepadanya, di sana juga ada bahaya khusus bahwa ia menjadi percaya diri sendiri dan sombong akan pencapaian-pencapaiannya. Di sana tidak ada bahaya yang lebih secara terus menerus menyerang / mengepung orang-orang Kristen, dan bahkan orang-orang Kristen yang menonjol, dari pada kesombongan. Di sana tidak ada dosa yang lebih licik / halus / tak kentara, licin, menipu; tak ada yang mengintai secara lebih terus menerus di sekitar hati dan yang menemukan suatu pintu masuk yang lebih tersedia, dari pada kesombongan. Ia yang telah mempunyai ciri sombong sebelum pertobatannya akan ada dalam bahaya yang khusus tentangnya belakangan; ia yang mempunyai karunia-karunia yang menonjol dalam doa, atau dalam pembicaraan / percakapan, atau dalam khotbah, akan ada dalam bahaya khusus tentangnya; ia yang sukses secara menonjol akan ada dalam bahaya tentangnya; dan ia yang mempunyai penghiburan-penghiburan rohani yang luar biasa apapun akan ada dalam bahaya tentangnya. Tentang dosa ini, ia yang hidup paling dekat dengan Allah mungkin / bisa ada dalam bahaya yang paling khusus; dan ia yang paling menonjol dalam kesalehan harus merasa bahwa ia juga menempati suatu posisi dimana sang musuh akan mendekatinya dalam suatu cara yang lihai dan licik / halus / tak kentara, dan dimana ia ada dalam bahaya yang khusus dari suatu kejatuhan. Mungkin rasa takut bahwa ia bisa ada dalam bahaya untuk dijadikan sombong oleh umpakan dari teman-temannya mungkin telah menjadi satu alasan mengapa Paulus menjaga hal ini tetap tersembunyi selama 14 tahun; dan jika orang-orang ingin menjaga diri mereka sendiri dari bahaya dari dosa ini, mereka tidak boleh condong untuk berbicara bahkan tentang saat-saat yang paling disukai dari persekutuan mereka dengan Allah.] - hal 904.

Saya pernah mendengarkan suatu khotbah dimana pengkhotbahnya berbicara tentang kesombongan dari orang Farisi dalam perumpamaan Yesus dalam Luk 18, dimana ia bersyukur kepada Allah karena ia tidak seperti pemungut cukai itu. Setelah membahas panjang lebar tentang kesombongan, ia berkata (secara bergurau): Marilah kita bersyukur kepada Tuhan karena kita tidak seperti orang Farisi itu!

Ini memang merupakan suatu gurauan, tetapi dalam faktanya merupakan sesuatu yang bisa betul-betul terjadi!

Barnes Notes: The general truth taught in this verse is, that God will take care that his people shall not be unduly exalted by the manifestations of his favor, and by the spiritual privileges which he bestows on them. He will take measures to humble them; and a large part of his dealings with his people is designed to accomplish this. Sometimes it will be done, as in the case of Paul, by bodily infirmity or trial, by sickness, or by long and lingering disease; sometimes by great poverty and by an humble condition of life; sometimes by reducing us from a state of affluence where we were in danger of being exalted above measure; sometimes by suffering us to be slandered and calumniated, by suffering foes to rise up against us who shall blacken our character and in such a manner that we cannot meet it; sometimes by persecution; sometimes by lack of success in our enterprises, and if in the ministry, by withholding his Spirit; sometimes by suffering us to fall into sin, and thus greatly humbling us before the world. [= Kebenaran umum yang diajarkan oleh ayat ini adalah, bahwa Allah akan berjaga-jaga supaya umatNya tidak akan ditinggikan secara berlebihan oleh perwujudan dari kebaikanNya, dan oleh hak-hak rohani yang Ia berikan kepada mereka. Ia akan bertindak untuk merendahkan mereka; dan bagian terbesar dari penangananNya dengan umatNya dirancang untuk mencapai ini. Kadang-kadang itu akan dilakukan, seperti dalam kasus Paulus, oleh kelemahan atau pencobaan jasmani, oleh penyakit, atau penyakit yang panjang dan berlambat-lambat; kadang-kadang oleh kemiskinan yang besar dan oleh suatu keadaan hidup yang rendah; kadang-kadang dengan merendahkan kita dari suatu keadaan yang berlimpah-limpah dimana kita ada dalam bahaya untuk ditinggikan melebihi batas; kadang-kadang dengan membiarkan kita difitnah dan dituduh, dengan membiarkan musuh-musuh untuk bangkit menentang kita yang akan memburukkan karakter kita dan dengan cara sedemikian rupa sehingga kita tidak bisa menghadapinya / mengatasinya; kadang-kadang dengan penganiayaan; kadang-kadang dengan tidak adanya sukses dalam usaha-usaha kita, dan jika dalam pelayanan, dengan menahan RohNya; kadang-kadang dengan membiarkan kita jatuh ke dalam dosa, dan dengan demikian sangat merendahkan kita di hadapan dunia.].

Barnes Notes: “Such was the case with David and with Peter; and God often permits us to see in this manner our own weakness, and to bring us to a sense of our dependence and to proper humility by suffering us to perform some act that should be ever afterward a standing source of our humiliation; some act so base, so humiliating, so evincing the deep depravity of our hearts as forever to make and keep us humble. How could David be lifted up with pride after the murder of Uriah? How could Peter after having denied his Lord with a horrid oath? Thus, many a Christian is suffered to fall by the temptation of Satan to show him his weakness and to keep him from pride; many a fall is made the occasion of the permanent benefit of the offender.” [= Demikianlah kasusnya dengan Daud dan Petrus; dan Allah sering mengijinkan kita untuk melihat dalam cara ini kelemahan kita sendiri, dan untuk membawa kita pada suatu pengertian tentang ketergantungan kita dan pada kerendahan hati yang benar dengan membiarkan kita untuk melakukan suatu tindakan yang setelah itu selalu merupakan suatu sumber yang tetap dari perendahan kita; suatu tindakan yang begitu hina, begitu merendahkan, begitu menyatakan kebejatan yang dalam dari hati kita sehingga untuk selamanya membuat dan menjaga kita untuk rendah hati. Bagaimana Daud bisa diangkat / ditinggikan dengan kesombongan setelah pembunuhan Uria? Bagaimana Petrus bisa diangkat / ditinggikan dengan kesombongan setelah menyangkal Tuhannya dengan sumpah yang mengerikan? Demikianlah, banyak orang Kristen dibiarkan untuk jatuh oleh pencobaan Iblis untuk menunjukkan kepadanya kelemahannya dan menjaganya dari kesombongan; banyak kejatuhan menjadi alasan / penyebab dari manfaat permanen dari si pelanggar.].

IV) Apa yang Paulus lakukan tentang duri dalam dagingnya itu.

1) Apa yang Paulus TIDAK lakukan.

The Biblical Illustrator: THE APOSTLES CONDUCT UNDER HIS TRIAL. He did not give way to fretfulness or become sullen and dejected; he did not begin to quarrel with God, to charge Him foolishly, to murmur at His dealings, or to insinuate that the same end might have been attained by less severe means. [= Tindakan sang Rasul di bawah ujian / pencobaannya. Ia tidak menyerah pada kerewelan / keresahan atau menjadi cemberut dan tertekan / patah semangat; ia tidak mulai bertengkar dengan Allah, menuduhNya secara bodoh, bersungut-sungut pada perlakuanNya, atau mengusulkan secara tidak langsung bahwa tujuan yang sama bisa telah dicapai dengan cara-cara yang tak terlalu keras.].

2) Yang Paulus lakukan adalah berdoa.

a) Bahwa Paulus berdoa sudah menunjukkan bahwa duri dalam dagingnya adalah suatu berkat.

The Biblical Illustrator: THE IMMEDIATE EFFECT OF THIS THORN UPON PAUL. 1. It drove him to his knees. Anything is a blessing which makes us pray [= Hasil / akibat langsung dari duri ini pada Paulus. 1. Itu mendorong dia kepada lututnya. Apapun yang membuat kita berdoa adalah suatu berkat.].

Kutipan ini sangat membutuhkan perenungan!! Bencana / hal tidak enak apa yang menimpa kita, asal itu menyebabkan kita berdoa, maka hal itu merupakan berkat.

Matthew Henry: Note, Prayer is a salve for every sore, a remedy for every malady; and when we are afflicted with thorns in the flesh we should give ourselves to prayer. Therefore we are sometimes tempted that we may learn to pray. [= Perhatikan, Doa adalah salep untuk setiap luka, suatu obat untuk setiap penyakit; dan pada waktu kita disakiti oleh duri dalam daging, kita harus memberi diri kita sendiri kepada doa. Karena itu, kita kadang-kadang dicobai supaya kita bisa belajar untuk berdoa.].

b) Paulus berdoa kepada siapa?

2 Korintus 12: 8: “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.”.

Alexander MacLaren: “But He who prayed in Gethsemane was He to whom Paul addressed his prayer. For, as is almost always the case in the New Testament, the Lord here evidently means Christ, as is obvious from the connection of the answer to the petition with the Apostles final confidence and acquiescence. For the answer was, My strength is made perfect in weakness; and the Apostles conclusion is, Most gladly will I glorify in infirmity, that the strength or power of Christ may rest upon me. Therefore the prayer with which we have to deal here is a prayer offered to Jesus, who prayed in Gethsemane, and to whom we can bring our petitions and our desires.” [= Tetapi Ia yang berdoa di Getsemani adalah Dia kepada siapa Paulus menujukan doanya. Karena, seperti hampir dalam setiap kasus dalam Perjanjian Baru, yang dimaksudkan dengan Tuhan di sini jelas adalah Kristus, seperti yang jelas terlihat dari hubungan jawaban terhadap permohonan dengan keyakinan dan ketenangan akhir sang Rasul. Karena jawabannya adalah, KekuatanKu dijadikan sempurna dalam kelemahan; dan kesimpulan sang Rasul adalah, Dengan sangat senang aku akan bermegah dalam kelemahanku, supaya kekuatan atau kuasa Kristus menaungi aku. Karena itu doa yang kita tangani di sini adalah suatu doa yang dinaikkan kepada Yesus, yang berdoa di Getsemani, dan kepada siapa kita bisa membawa permohonan-permohonan kita dan keinginan-keinginan kita.] - Libronix.

Barnes Notes: The word Lord in the New Testament, when it stands without any other word in connection to limit its signification, commonly denotes the Lord Jesus Christ; ... The following verse here shows conclusively that it was the Lord Jesus to whom Paul addressed this prayer. ... But if this refers to the Lord Jesus, then it proves that it is right to go to him in times of trouble, and that it is right to worship him. Prayer is the most solemn act of adoration which we can perform; and no better authority can be required for paying divine honors to Christ than the fact that Paul worshipped him and called upon him to remove a severe and grievous calamity. [= Kata Tuhan dalam Perjanjian Baru, pada waktu kata itu berdiri sendirian tanpa berhubungan dengan kata lain apapun untuk membatasi artinya, secara umum / biasanya menunjuk kepada Tuhan Yesus Kristus; ... Ayat selanjutnya di sini menunjukkan secara tak terbantah bahwa adalah Tuhan Yesus kepada siapa Paulus menujukan doa ini. ... Tetapi jika ini menunjuk kepada Tuhan Yesus, maka itu membuktikan bahwa adalah benar untuk pergi kepada Dia pada waktu kesukaran, dan adalah benar untuk menyembahNya. Doa adalah tindakan pemujaan yang paling khidmat yang bisa kita lakukan; dan tak ada otoritas yang lebih baik yang bisa didapatkan untuk memberikan penghormatan ilahi kepada Kristus dari pada fakta bahwa Paulus menyembahNya dan memanggilNya untuk menyingkirkan suatu bencana yang hebat dan menyedihkan.] - hal 905.

Adam Clarke: I besought the Lord. That is, Christ, as the next verse absolutely proves, and the Socinians themselves confess. And if Christ be an object of prayer in such a case as this, or indeed in any case, it is a sure proof of his divinity; for only an omniscient Being can be made an object of prayer. [= Aku meminta dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Yaitu, Kristus, seperti ayat selanjutnya membuktikan secara mutlak, dan para Socinian sendiri mengakui. Dan jika Kristus adalah suatu obyek dari doa dalam kasus seperti ini, atau dalam kasus apapun, itu adalah suatu bukti yang pasti tentang keilahianNya; karena hanya seorang Makhluk yang maha tahu bisa dijadikan suatu obyek dari doa.] - hal 368.

Memang jelas bahwa doa ini ditujukan kepada Yesus.

Ay 8-9: “(8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”.

Dalam ay 8 Paulus berdoa kepada Tuhan. Dan ay 9a merupakan jawaban Tuhan, sehingga dua kali kata Ku dalam ay 9a itu menunjuk kepada Tuhan, sehingga kata kuasaKu berarti kuasa Tuhan. Tetapi ay 9b, lalu mengatakan itu sebagai kuasa Kristus. Jadi, jelas bahwa:

1. Paulus berdoa kepada Kristus / Yesus, dan ini bertentangan dengan pandangan Saksi Yehuwa yang melarang kita untuk berdoa kepada Yesus.

2. Yesus adalah Tuhan.

Bandingkan dengan terjemahan dari Alkitab Saksi Yehuwa.

Ay 8 (TDB): Untuk hal itu, sudah tiga kali aku memohon kepada TUAN agar itu enyah dariku..

Pulpit Commentary: Whilst usually we pray to the Father in the Name of Christ, we may at other times pray to Christ himself. [= Sekalipun biasanya kita berdoa kepada Bapa dalam nama Kristus, kita boleh pada saat-saat lain berdoa kepada Kristus sendiri.].

c) Berapa kali Paulus berdoa?

Ay 8: “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.”.

Calvin berpendapat bahwa bilangan tiga hanya simbol. Paulus sebenarnya berdoa berulang-ulang.

Matthew Henry: The apostle besought the Lord thrice, that it might depart from him, v. 8. ... The apostle prayed earnestly, and repeated his requests; he besought the Lord thrice, that is, often. So that if an answer be not given to the first prayer, nor to the second, we must hold on, and hold out, till we receive an answer. Christ himself prayed to his Father thrice. As troubles are sent to teach us to pray, so they are continued to teach us to continue instant in prayer. [= Sang rasul meminta dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan 3 x, supaya itu meninggalkan dia, ay 8. ... Sang rasul berdoa dengan sungguh-sungguh, dan mengulang permohonannya; ia meminta dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan 3 x, artinya, sering. Sehingga jika suatu jawaban tidak diberikan kepada doa yang pertama, ataupun kepada yang kedua, kita harus tetap bertekun dan tidak menyerah, sampai kita menerima suatu jawaban. Kristus sendiri berdoa kepada BapaNya 3 x. Karena kesukaran-kesukaran dikirim untuk mengajar kita berdoa, demikianlah itu terus mengajar kita untuk terus siap dalam doa.].

d) Apa yang Paulus doakan?

Ay 8: “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.”.

Matthew Poole: “For the removal of this affliction, (of what nature soever it was), for the taking of this thorn out of my flesh, I prayed often. It is lawful for us to pray for the removal of bodily evils, though such prayer must be always attended with a due submission to the wisdom and will of God; they being not evils in themselves, but such trials as God intendeth for our good, (as it was here in Pauls case), and which issue in our spiritual advantage.” [= Untuk penyingkiran dari penderitaan hebat ini (apapun adanya hal itu), untuk penyingkiran dari duri dalam daging ini, saya sering berdoa. Adalah sah bagi kita untuk berdoa untuk penyingkiran dari bencana-bencana secara tubuh / jasmani, sekalipun doa seperti itu harus selalu disertai dengan ketundukan yang seharusnya pada hikmat dan kehendak Allah; karena hal-hal itu bukanlah merupakan hal yang jahat / bencana dalam diri mereka sendiri, tetapi ujian-ujian yang Allah maksudkan untuk kebaikan kita, (seperti dalam kasus Paulus di sini), dan yang berakhir dalam manfaat / keuntungan rohani kita.].

The Biblical Illustrator: Three things are deserving of notice in this prayer of the apostle. 1. The subject of it. He prayed that his affliction might be removed. To be patient and submissive under afflictive dispensations is plainly a Christian duty. But prayer for the removal of our trials is not inconsistent with submission under them. [= Tiga hal yang layak diperhatikan dalam doa sang rasul ini. 1. Pokok doanya. Ia berdoa supaya penderitaannya bisa disingkirkan. Sabar dan tunduk di bawah keadaan menderita jelas adalah suatu kewajiban Kristen. Tetapi doa untuk penyingkiran dari ujian / pencobaan kita bukannya tidak konsisten dengan ketundukan di bawahnya.].

Matthew Henry: Note, Though afflictions are sent for our spiritual benefit, yet we may pray to God for the removal of them: we ought indeed to desire also that they may reach the end for which they are designed. [= Perhatikan, Sekalipun penderitaan-penderitaan dikirim untuk manfaat rohani kita, tetapi kita boleh berdoa kepada Allah untuk penyingkirannya: kita juga harus menginginkan supaya itu bisa mencapai tujuan untuk mana itu dirancang.].

Menjadi seorang Calvinist / Reformed tidak berarti kita harus / boleh bersikap apatis dalam penderitaan, dengan alasan bahwa segala sesuatu itu toh sudah ditentukan oleh Tuhan!

e) Ini menunjukkan bahwa bahkan Paulus bisa tidak tahu apa yang ia minta.

Calvin: we often fall into a serious mistake as to what tends to promote our own welfare [= kita sering jatuh ke dalam kesalahan yang serius berkenaan dengan apa yang cenderung untuk meningkatkan kesejahteraan kita] - hal 377.

The Biblical Illustrator: “Paul prays to be delivered from that which was sent for his good. Note - 1. The ignorance which sometimes marks our prayers. We often, it is to be feared, pray against our own interests like a patient seeking the removal of a medicine which alone could restore him.” [= Paulus berdoa untuk dibebaskan dari apa yang dikirimkan untuk kebaikannya. Perhatikan - 1. Ketidak-tahuan yang kadang-kadang menandai / menjadi ciri doa-doa kita. Dikuatirkan bahwa kita sering berdoa menentang kepentingan-kepentingan kita sendiri seperti seorang pasien yang berusaha untuk menyingkirkan satu-satunya obat yang bisa memulihkan dia.].

V) Jawaban Tuhan terhadap doa Paulus.

2 Korintus 12: 9a: “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.”.

1) Penjelasan tentang kata-kata Tuhan ini.

a) ‘Kasih karunia’.

The Bible Exposition Commentary: What is grace? It is Gods provision for our every need when we need it. It has well been said that God in His grace gives us what we do not deserve, and in His mercy He does not give us what we do deserve. [= Apakah kasih karunia itu? Itu adalah persediaan Allah untuk setiap kebutuhan kita pada waktu kita membutuhkannya. Telah dikatakan dengan benar bahwa Allah dalam kasih karuniaNya memberi kita apa yang tidak layak kita dapatkan, dan dalam belas kasihanNya tidak memberikan kepada kita apa yang layak kita dapatkan.].

b) Cukuplah kasih karuniaKu’.

Charles Hodge: “These words should be engraven on the palm of every believers hand. My grace, either, my love, or metonymically, the aid of the Holy Spirit, which is so often meant by the word grace. The connection is in favor of the common meaning of the term. My love is enough for thee. These are the words of Christ. He says, to those who seek deliverance from pain and sorrow, It is enough that I love you. This secures and implies all other good.” [= Kata-kata ini harus diukirkan pada telapak tangan dari setiap orang percaya. Kasih karuniaKu, atau kasihKu atau secara metonymy, pertolongan Roh Kudus, yang begitu sering dimaksudkan oleh kata kasih karunia. Hubungannya berpihak pada arti yang umum dari istilah itu. KasihKu cukup bagimu. Ini adalah kata-kata Kristus. Ia berkata, kepada mereka yang mencari pembebasan dari rasa sakit dan kesedihan, Adalah cukup bahwa Aku mengasihi kamu. Ini memastikan dan secara implicit menyatakan semua kebaikan yang lain.].

The Bible Exposition Commentary: It was a message of sufficient grace. There is never a shortage of grace. God is sufficient for our spiritual ministries (2 Cor 3:4-6) and our material needs (2 Cor 9:8) as well as our physical needs (2 Cor 12:9). If Gods grace is sufficient to save us, surely it is sufficient to keep us and strengthen us in our times of suffering. [= Itu merupakan suatu pesan / berita tentang kasih karunia yang cukup. Disana tidak pernah ada kekurangan kasih karunia. Allah itu cukup untuk pelayanan-pelayanan rohani kita (2Kor 3:4-6) dan kebutuhan-kebutuhan materi kita (2Kor 9:8) maupun kebutuhan-kebutuhan fisik kita (2Kor 12:9). Jika kasih karunia Allah cukup untuk menyelamatkan kita, pastilah itu cukup untuk menjaga / memelihara kita dan menguatkan kita pada masa penderitaan kita.].

2Kor 3:4-6 - (4) Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. (5) Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. (6) Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan..

2Kor 9:8 - Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan..

c) ‘dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna’.

The Biblical Illustrator: Conscious weakness is Gods instrumentality. Thus there is not the shadow of a doubt who the real worker is. God, not man, to have the glory. Moses rod used to divide the Red Sea. [= Kelemahan yang disadari adalah alat Allah. Jadi di sana tak ada keraguan apapun siapa pelaku yang sebenarnya. Allah, bukan manusia, yang harus mendapat kemuliaan. Tongkat Musa digunakan untuk membelah Laut Merah.].

Calvin: it is only when our weakness becomes apparent, that Gods strength is duly perfected. [= hanyalah pada waktu kelemahan kita menjadi nyata, maka kekuatan Allah disempurnakan secara benar.] - hal 378.

Alexander MacLaren: “God works with broken reeds. If a man conceits himself to be an iron pillar, God can do nothing with or by him. All the self-conceit and confidence have to be taken out of him first. He has to be brought low before the Father can use him for His purposes.” [= Allah bekerja dengan bambu yang patah terkulai. Jika seseorang mengira / mengkhayalkan dirinya sendiri sebagai suatu pilar besi, Allah tidak bisa berbuat apa-apa dengan atau oleh dia. Pertama-tama, semua kesombongan dan keyakinan diri sendiri harus diambil darinya. Ia harus direndahkan sebelum Bapa bisa menggunakannya untuk rencana / tujuanNya.] - Libronix.

2) Dengan demikian, maka kata-kata Tuhan ini menunjukkan bahwa:

a) Ini sebetulnya merupakan jawaban tidak terhadap permintaan Paulus.

Kalau memang duri dalam daging itu adalah penyakit, ini menunjukkan bahwa adalah mungkin bahwa Tuhan membiarkan anakNya / hambaNya untuk TETAP sakit.

Wiersbes Expository Outlines: Spiritual blessings are more important than physical ones. Paul thought he could be a better Christian if he were relieved of his weakness, but just the opposite was true. Faith healers who preach that sickness is a sin have a hard time with this chapter. [= Berkat-berkat rohani lebih penting dari pada berkat-berkat jasmani. Paulus mengira bahwa ia bisa menjadi orang Kristen yang lebih baik seandainya ia dibebaskan dari kelemahannya, tetapi justru kebalikannya yang benar. Penyembuh-penyembuh iman yang mengkhotbahkan bahwa penyakit adalah suatu dosa mempunyai problem dengan pasal ini.].

The Bible Exposition Commentary: There are those who want us to believe that an afflicted Christian is a disgrace to God. If you are obeying the Lord and claiming all that you have in Christ they say, then you Will never be sick. I have never found that teaching in the Bible. It is true that God promised the Jews special blessing and protection under the Old Covenant (Deut 7:12ff) but He never promised the New Testament believers freedom from sickness or suffering. If Paul had access to instant healing because of his relationship to Christ, then why didnt he make use of it for himself and for others, such as Epaphroditus? (Phil 2:25ff) [= Ada orang-orang yang ingin kita percaya bahwa seorang kristen yang menderita adalah sesuatu yang memalukan bagi Allah. Jika kamu sedang mentaati Tuhan dan mengklaim semua yang kamu miliki dalam Kristus, kata mereka, maka kamu tidak akan pernah sakit. Saya tak pernah menemukan ajaran itu dalam Alkitab. Merupakan sesuatu yang benar bahwa Allah menjanjikan orang-orang Yahudi berkat dan perlindungan khusus di bawah Perjanjian Lama (Ul 7:12-dst) tetapi Ia tidak pernah menjanjikan orang-orang percaya Perjanjian Baru kebebasan dari penyakit atau penderitaan. Seandainya Paulus mempunyai jalan masuk pada kesembuhan seketika karena hubungannya dengan Kristus, lalu mengapa ia tidak menggunakannya untuk dirinya sendiri dan untuk orang-orang lain, seperti Epafroditus? (Fil 2:25-dst)].

Ul 7:12-15 - (12) Dan akan terjadi, karena kamu mendengarkan peraturan-peraturan itu serta melakukannya dengan setia, maka terhadap engkau TUHAN, Allahmu, akan memegang perjanjian dan kasih setiaNya yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu. (13) Ia akan mengasihi engkau, memberkati engkau dan membuat engkau banyak; Ia akan memberkati buah kandunganmu dan hasil bumimu, gandum dan anggur serta minyakmu, anak lembu sapimu dan anak kambing dombamu, di tanah yang dijanjikanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepadamu. (14) Engkau akan diberkati lebih dari pada segala bangsa: tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang mandul di antaramu, ataupun di antara hewanmu. (15) TUHAN akan menjauhkan segala penyakit dari padamu, dan tidak ada satu dari wabah celaka yang kaukenal di Mesir itu akan ditimpakanNya kepadamu, tetapi Ia akan mendatangkannya kepada semua orang yang membenci engkau..

Fil 2:25-30 - (25) Sementara itu kuanggap perlu mengirimkan Epafroditus kepadamu, yaitu saudaraku dan teman sekerja serta teman seperjuanganku, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keperluanku. (26) Karena ia sangat rindu kepada kamu sekalian dan susah juga hatinya, sebab kamu mendengar bahwa ia sakit. (27) Memang benar ia sakit dan nyaris mati, tetapi Allah mengasihani dia, dan bukan hanya dia saja, melainkan aku juga, supaya dukacitaku jangan bertambah-tambah. (28) Itulah sebabnya aku lebih cepat mengirimkan dia, supaya bila kamu melihat dia, kamu dapat bersukacita pula dan berkurang dukacitaku. (29) Jadi sambutlah dia dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia. (30) Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku..

Bisa juga ditambahkan kasus Timotius.

1Tim 5:23 - Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah..

b) Tuhan menyortir / menyeleksi doa yang salah, yang kita naikkan karena ketidak-tahuan.

The Biblical Illustrator: We know not what to pray for as we ought. We give way to sense and feeling. But though we may not know what to ask, the Lord well knows what to give. Hence He sifts our prayers before He answers them, sees whether they correspond with our necessities and His purposes. Instead of giving us relief He gives us strength; He leaves the burden on us heavy as ever, but He places His everlasting arm underneath us, and causes it so to bear us up, that we hardly feel our burden. [= Kita tidak tahu apa yang seharusnya didoakan. Kita menyerah pada pikiran dan perasaan. Tetapi sekalipun kita bisa tak tahu apa yang harus kita minta, Tuhan tahu dengan baik apa yang harus diberikan. Karena itu, Ia menampi / menyortir doa-doa kita sebelum Ia menjawabnya, melihat apakah doa-doa itu sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kita dan rencanaNya. Dari pada memberikan kita keringanan / menyingkirkan kesukaran kita Ia memberi kita kekuatan; Ia membiarkan beban pada kita sama beratnya seperti sebelumnya, tetapi Ia meletakkan lenganNya yang kekal di bawah kita, dan menopang kita, sehingga kita hampir tak merasakan beban kita.].

Catatan: kata-kata terakhir, yang saya cetak dengan huruf besar, saya tak terlalu setuju. Yang benar adalah sehingga kita kuat menanggung beban kita, bukan sehingga kita hampir tak merasakan beban kita.

Barnes Notes: it might not be for the good of the individual who prays that the exact thing should be granted. When a parent prays with great earnestness and with insubmission for the life of a child, he knows not what he is doing. If the child lives, he may be the occasion of much more grief to him than if he had died. David had far more trouble from Absalom than he had from the death of the child for which he so earnestly prayed. At the same time it may be better for the child that he should be removed. If he dies in infancy he will be saved. But who can tell what will be his character and destiny should he live to be a man? So of other things. [= itu bisa bukan untuk kebaikan dari individu yang berdoa bahwa hal yang persis harus dikabulkan. Pada waktu orang tua berdoa dengan kesungguhan yang besar dan dengan ketidak-tundukan untuk hidup dari seorang anak, ia tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Jika anak itu hidup, ia bisa menjadi alasan dari kesedihan yang jauh lebih besar baginya dari pada jika ia telah mati. Daud mendapatkan jauh lebih banyak kesukaran dari Absalom dari pada yang ia dapatkan dari kematian anak untuk siapa ia berdoa dengan begitu sungguh-sungguh. Pada saat yang sama mungkin adalah lebih baik bagi anak itu bahwa ia disingkirkan. Jika ia mati pada saat masih bayi, ia akan diselamatkan. Tetapi siapa bisa memberitahu bagaimana jadinya karakter dan nasibnya seandainya ia hidup dan menjadi seorang laki-laki? Demikian juga dengan hal-hal lain.] - hal 905.

c) Allah tidak mengabulkan doa kita sebagai wujud dari kebaikanNya kepada kita.

The Biblical Illustrator: 2. The kindness of God in not always answering our prayers. He knows what is best. He deals with us as a wise and merciful Father. [= 2. Kebaikan Allah dalam tidak selalu menjawab doa-doa kita. Ia tahu apa yang terbaik. Ia menangani kita seperti seorang Bapa yang bijaksana dan penuh belas kasihan.].

Mat 7:7-11 - (7) Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. (8) Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (9) Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, (10) atau memberi ular, jika ia meminta ikan? (11) Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya.”.

d) Allah tak memberikan apa yang Paulus minta tetapi memberikan hal yang lebih baik sebagai gantinya.

Alexander MacLaren: “The Lord said unto me, My grace is sufficient for thee. For My strength (where the word My is a supplement, but a necessary one) is made perfect in weakness. The answer is, in form and in substance, a gentle refusal of the form of the petition, but it is a more than granting of its essence. For the best answer to such a prayer, and the answer which a true man means when he asks, Take away the burden, need not be the external removal of the pressure of the sorrow, but the infusing of power to sustain it. There are two ways of lightening a burden, one is diminishing its actual weight, the other is increasing the strength of the shoulder that bears it.” [= Tuhan berkata kepadaku, Kasih karuniaKu cukup bagimu. Karena kekuatanKu (dimana kata Ku merupakan suatu penambahan, tetapi suatu penambahan yang perlu) dijadikan sempurna dalam kelemahan. Jawabannya adalah, dalam bentuk dan dalam substansinya, suatu penolakan yang lembut terhadap bentuk dari permohonannya, tetapi itu merupakan lebih dari suatu pengabulan terhadap esensinya. Karena jawaban terbaik bagi doa seperti itu, dan jawaban yang seorang yang benar maksudkan pada waktu ia meminta, Ambilllah beban ini, tidak perlu merupakan suatu penyingkiran lahiriah dari tekanan kesedihan, tetapi pemberian kekuatan untuk menahannya. Ada dua jalan untuk meringankan suatu beban, yang pertama adalah pengurangan berat yang sesungguhnya, yang lain adalah peningkatan kekuatan dari bahu yang memikulnya.] - Libronix.

Calvin: By this we are admonished not to give way to despondency, as if our prayers had been lost labour, when God does not gratify or comply with our wishes, but that we must be satisfied with his grace, that is, in respect of our not being forsaken by him. For the reason, why he sometimes mercifully refuses to his own people, what, in his wrath, he grants to the wicked, is this - that he foresees better what is expedient for us, than our understanding is able to apprehend. [= Dengan ini kita dinasehati untuk tidak menyerah pada keputus-asaan, seakan-akan doa-doa kita telah menjadi jerih payah yang terhilang, pada waktu Allah tidak memenuhi atau mengikuti keinginan-keinginan kita, tetapi bahwa kita harus puas dengan kasih karuniaNya, yaitu, berkenaan dengan tidak ditinggalkannya kita oleh Dia. Karena alasan mengapa Ia kadang-kadang menolak dengan belas kasihan kepada umatNya sendiri, apa yang dalam murkaNya Ia kabulkan kepada orang-orang jahat, adalah ini - bahwa Ia melihat lebih dulu dengan lebih baik apa yang berguna bagi kita, dari pada yang bisa dimengerti oleh pengertian kita.] - hal 377.

Contoh pengabulan doa dalam murkaNya adalah pemberian raja Saul untuk menuruti keinginan Israel akan seorang raja (1Sam 8:4-22).

Hos 13:11 - Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu dan mengambilnya dalam gemasKu..

VI) Sikap Paulus terhadap penolakan Tuhan.

Ay 9b-10: “(9b) Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.

Ay 9b (NASB): ‘Most gladly, therefore, I will rather boast about my weaknesses, that the power of Christ may dwell in me.’ [= Karena itu dengan paling senang aku bermegah tentang kelemahanku, supaya kuasa Kristus bisa tinggal dalam aku.].

2 Korintus 12: 10 (NASB): ‘Therefore I am well content with weaknesses, with insults, with distresses, with persecutions, with difficulties, for Christs sake; for when I am weak, then I am strong.’ [= Karena itu aku dengan benar puas dengan kelemahan, dengan penghinaan, dengan bahaya / kesedihan, dengan penganiayaan, dengan kesukaran, demi Kristus; karena pada waktu aku lemah, maka aku kuat.].

1) (9b) Sebab itu terlebih suka aku bermegah ... (10) Karena itu aku senang dan rela ...”.

Ay 10 (KJV): ‘Therefore I take pleasure ...’ [= Karena itu aku senang ...].

Jamieson, Fausset & Brown: Take pleasure in. Too strongly. Rather eudokoo, I am well-contented in. [= Senang dalam. Terlalu kuat. EUDOKOO lebih tepat diterjemahkan Aku puas dengan baik / benar dalam.].

Charles Hodge (tentang ay 9b): “Therefore I will boast all the more gladly about my weaknesses. The sense is not, I will boast about infirmities rather than about other things, but I will boast about infirmities rather than seek deliverance. If Pauls sufferings were to be the occasion of the display of Christs glory, he rejoiced in suffering. This he did all the more gladly - ‘most sweetly - with an acquiescence that was delightful to himself. His suffering thus became the source of the purest and highest pleasure. The Greek does not mean, I glory in the midst of my weaknesses, but on account of them.” [= Karena itu aku akan dengan lebih gembira bermegah tentang kelemahanku. Artinya bukanlah, Aku akan bermegah tentang kelemahan dari pada tentang hal-hal lain, tetapi Aku akan bermegah tentang kelemahan dari pada mencari pembebasan. Jika penderitaan Paulus merupakan alasan / penyebab dari pertunjukan / pameran tentang kemuliaan Kristus, ia bersukacita dalam penderitaan. Ini ia lakukan dengan lebih gembira - dengan paling manis - dengan suatu ketenangan / ketundukan yang menyenangkan bagi dirinya sendiri. Jadi, penderitaannya menjadi sumber dari kesenangan yang paling murni dan paling tinggi. Bahasa Yunaninya tidak berarti, Aku bermegah di tengah-tengah kelemahanku, tetapi karena kelemahanku.].

2) (9b) ... atas kelemahanku, ... (10) ... di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan ...”.

Ay 10 (KJV): ‘in infirmities, in reproaches, in necessities, in persecutions, in distresses’ [= dalam kelemahan, dalam celaan, dalam kebutuhan, dalam penganiayaan, dalam bahaya / kesukaran / kesusahan].

Ay 10 (NIV): ‘in weaknesses, in insults, in hardships, in persecutions, in difficulties’ [= dalam kelemahan, dalam penghinaan, dalam kesukaran, dalam penganiayaan, dalam kesulitan].

Catatan: dalam bahasa Inggris maupun Yunaninya semua kata-kata itu ada dalam bentuk jamak, tetapi dalam bahasa Indonesia semua dijadikan dalam bentuk tunggal.

Saya berpendapat bahwa istilah kelemahan yang digunakan dalam ay 9 itulah yang berhubungan langsung dengan ‘duri dalam daging’nya. Lalu ia membuat hal itu menjadi sesuatu yang berlaku umum dalam ay 10, sehingga ia lalu menyebutkan bermacam-macam istilah, yang semuanya menyebabkan ia menjadi rendah hati, tidak bergantung kepada diri sendiri, dan bergantung hanya kepada Tuhan.

Charles Hodge (tentang ay 10): Weaknesses is a general term, including everything in our condition, whether moral or physical, that is an evidence or manifestation of weakness. From the context it is clear that the reference here is to sufferings, of which insults, hardships, persecutions, and difficulties were different forms.” [= Kelemahan-kelemahan adalah suatu istilah umum, mencakup segala sesuatu dalam keadaan kita, apakah bersifat moral atau fisik, yang merupakan suatu bukti atau perwujudan dari kelemahan. Dari kontext jelaslah bahwa hubungannya di sini adalah pada penderitaan, tentang mana penghinaan, kesukaran, penganiayaan, dan kesulitan adalah bentuk-bentuk yang berbeda.].

Calvin: “Should any one object, that Paul speaks here, not of a failure of strength, but of poverty, and other afflictions, I answer, that all these things are exercises for discovering to us our own weakness; for if God had not exercised Paul with such trials, he would never have perceived so clearly his weakness. Hence, he has in view not merely poverty, and hardships of every kind, but also those effects that arise from them, as, for example, a feeling of our own weakness, self-distrust, and humility. [= Kalau ada orang yang keberatan, bahwa di sini Paulus berbicara bukan tentang suatu kekurangan dari kekuatan, tetapi tentang kemiskinan, dan penderitaan-penderitaan yang lain, saya menjawab, bahwa semua hal-hal ini adalah latihan-latihan untuk menemukan bagi kita kelemahan kita sendiri; karena seandainya Allah tidak melatih Paulus dengan ujian-ujian seperti itu, ia tidak akan pernah mengerti dengan begitu jelas kelemahannya. Jadi, ia melihat bukan semata-mata kemiskinan, dan setiap jenis kesulitan / problem, tetapi juga akibat / hasil yang timbul darinya, seperti, sebagai contoh, suatu perasaan tentang kelemahan kita sendiri, ketidak-percayaan kepada diri sendiri, dan kerendahan hati.].

The Bible Exposition Commentary: Physical affliction need not be a barrier to effective Christian service. Todays saints are too prone to pamper themselves and use every little ache or pain as an excuse to stay home from church or refuse to accept opportunities for service. Paul did not permit his thorn in the flesh to become a stumbling block. In fact, he let God turn that thorn into a stepping-stone. [= Penderitaan fisik tidak perlu menjadi suatu halangan pada pelayanan Kristen yang efektif. Orang-orang kudus jaman sekarang terlalu condong untuk memanjakan diri mereka sendiri dan menggunakan setiap penderitaan atau rasa sakit yang kecil sebagai suatu alasan untuk tak ke gereja dan tinggal di rumah, atau menolak untuk menerima kesempatan-kesempatan untuk pelayanan. Paulus tidak mengijinkan duri dalam dagingnya untuk menjadi batu sandungan. Dalam faktanya, ia membiarkan Allah mengubah duri itu menjadi suatu batu loncatan.].

The Biblical Illustrator: From all this I gather - (1) That the worst trial may be the best possession; that the messenger of Satan may be as good as a guardian angel. (2) That the worst and deepest experience may only be the needful complement of the highest and the noblest; it may be necessary that if we are lifted up we should be cast down. (3) That we must never envy other saints. If we meet with a brother whom God blesses, let us not conclude that his pathway is all smooth. His roses have their thorns, his bees their stings. [= Dari semua ini saya menyimpulkan - (1) Bahwa ujian yang terburuk bisa merupakan milik yang terbaik; bahwa utusan Iblis bisa menjadi sama baiknya seperti seorang malaikat penjaga. (2) Bahwa pengalaman terburuk dan terdalam bisa menjadi pelengkap yang perlu dari orang yang paling tinggi dan paling mulia; adalah sesuatu yang perlu bahwa jika kita mau ditinggikan kita harus direndahkan. (3) Bahwa kita tidak pernah boleh iri hati kepada orang-orang kudus yang lain. Jika kita bertemu dengan seorang saudara yang Allah berkati, hendaklah kita tidak menyimpulkan bahwa jalannya mulus seluruhnya. Bunga mawarnya mempunyai duri-durinya, lebah-lebahnya mempunyai sengatnya.].

Jamieson, Fausset & Brown: The Lord more needs our weakness than our strength: our strength is often His rival; our weakness, His servant, drawing on His resources, and showing forth His glory. Mans extremity is Gods opportunity; mans security, Satans opportunity. Gods way is not to take His children out of, but to give them strength to bear up against trial (John 17:15).” [= Tuhan lebih membutuhkan kelemahan kita dari pada kekuatan kita: kekuatan kita seringkali adalah sainganNya; kelemahan kita pelayanNya, yang mengambil dari sumber-sumberNya, dan memamerkan kemuliaanNya. Kebutuhan yang sangat dari manusia adalah kesempatan Allah; keamanan manusia adalah kesempatan Iblis. Jalan Allah bukanlah mengeluarkan anak-anakNya dari, tetapi memberi mereka kekuatan untuk menahan / memikul, ujian (Yoh 17:15).].

Yoh 17:15 - Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat..

Matthew Henry: He gloried in his infirmities (v. 9), and took pleasure in them, v. 10. He does not mean his sinful infirmities (those we have reason to be ashamed of and grieved at), but he means his afflictions, his reproaches, necessities, persecutions, and distresses for Christs sake, v. 10. [= Ia bermegah dalam kelemahannya (ay 9), dan senang di dalamnya, ay 10. Ia tidak memaksudkan kelemahannya yang bersifat dosa (untuk itu kita mempunyai alasan untuk malu dan sedih tentangnya), tetapi ia memaksudkan penderitaannya, celaan, kebutuhan, penganiayaan, dan bahaya / kesukarannya demi Kristus, ay 10.].

Catatan: saya ragu-ragu apakah dalam kata kelemahan itu tidak juga tercakup kelemahan yang bersifat dosa. Dosa itu sendiri memang harus membuat kita sedih / malu. Tetapi kesadaran tentang kelemahan kita dalam hal itu, tetap merupakan sesuatu yang sama pentingnya dengan kesadaran tentang kelemahan kita dalam hal-hal lain.

3) (10) ... oleh karena Kristus.”.

Charles Hodge (tentang ay 10): For Christs sake. These words belong to all the following terms. It was in the sufferings, of whatever kind, endured for Christs sake, that the apostle delighted - not in suffering itself, not in self-inflicted sufferings, nor in those that were the consequences of his own folly or evil disposition, but in sufferings endured for Christs sake, or considered as the condition of the manifestation of his power.” [= Demi Kristus. Kata-kata ini merupakan milik dari semua istilah-istilah yang mengikutinya. Adalah dalam penderitaan-penderitaan, dari jenis apapun, yang dialami / ditahan demi Kristus, bahwa sang rasul senang - bukan dalam penderitaan itu sendiri, bukan dalam penderitaan yang ditimbulkan sendiri, atau dalam penderitaan-penderitaan yang merupakan konsekwensi-konsekwensi dari kebodohan atau kecondongan jahatnya sendiri, tetapi dalam penderitaan-penderitaan yang dialami / ditahan demi Kristus, atau dianggap sebagai syarat dari manifestasi kuasaNya.].

Catatan: dalam terjemahan RSV dan NIV, kata-kata for Christs sake mendahului istilah-istilah yang bermacam-macam itu.

RSV: ‘For the sake of Christ, then, I am content with weaknesses, insults, hardships, persecutions, and calamities; for when I am weak, then I am strong.

NIV: That is why, for Christs sake, I delight in weaknesses, in insults, in hardships, in persecutions, in difficulties. For when I am weak, then I am strong.

The Biblical Illustrator: What a sad thing it must be not to be a believer in Christ, because thorns we shall have if we are not in Christ, but those thorns will not be blessings to us. I understand drinking bitter medicine, if it is to make me well; but who would drink wormwood and gall with no good result to follow? [= Betul-betul merupakan suatu hal yang menyedihkan untuk tidak menjadi seorang percaya dalam / kepada Kristus, karena duri-duri kita akan mempunyainya jika kita tidak ada di dalam Kristus, tetapi duri-duri itu tidak akan menjadi berkat bagi kita. Saya mengerti peminuman obat yang pahit, jika itu adalah untuk membuat saya sehat; tetapi siapa yang mau meminum sesuatu yang pahit dan empedu tanpa hasil yang baik mengikutinya?].

4) (9b) ... supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”.

Adam Clarke: “That the power of Christ may rest upon me.’ ‎Episkeenoosee ‎‎ep' ‎‎eme‎. That it may overshadow me as a tent, or tabernacle; affording me shelter, protection, safety, and rest. This expression is like that, John 1:14: And the word was made flesh, ‎kai ‎‎eskeenoosen ‎‎en ‎‎heemin‎, and made his tabernacle among us - full of grace and truth. The same eternal WORD promised to make his tabernacle with the apostle, and gives him a proof that he was still the same - full of grace and truth, by assuring him that his grace should be sufficient for him. [= Supaya kuasa Kristus menaungi aku. Episkeenoosee ‎‎ep' ‎‎eme. Supaya kuasa itu menaungi aku seperti sebuah tenda, atau kemah; memberiku naungan, perlindungan, keamanan, dan istirahat / ketenangan. Ungkapan ini adalah seperti ungkapan dalam Yoh 1:14: Dan Firman itu telah menjadi daging / manusia, kai ‎‎eskeenoosen ‎‎en ‎‎heemin‎, dan membuat kemahNya di antara kita - penuh dengan kasih karunia dan kebenaran. FIRMAN kekal yang sama dijanjikan untuk membuat kemahNya bersama sang rasul, dan memberinya suatu bukti bahwa Ia adalah tetap sama - penuh dengan kasih karunia dan kebenaran, dengan meyakinkannya bahwa kasih karuniaNya cukup baginya.].

Yoh 1:14 - Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (KAI ESKENOSEN EN HEMIN), dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran..

Adam Clarke: “The apostle had much glory or honour; both Satan and his apostles were very envious; in himself the apostle, as well as all human beings, was weak, and therefore needed the power of God to defend such glory. Grace alone can preserve grace. When we get a particular blessing we need another to preserve it; and without this we shall soon be shorn of our strength, and become as other men. Hence, the necessity of continual watchfulness and prayer, and depending on the all-sufficient grace of Christ. [= Sang rasul telah mendapatkan banyak kemuliaan dan kehormatan; Iblis dan rasul-rasulnya sangat iri hati; dalam dirinya sendiri sang rasul, maupun semua manusia, adalah lemah, dan karena itu membutuhkan kuasa Allah untuk mempertahankan kemuliaan seperti itu. Hanya kasih karunia yang bisa menjaga / melindungi kasih karunia. Pada waktu kita mendapatkan suatu berkat khusus, kita membutuhkan berkat yang lain untuk menjaga / melindunginya; dan tanpa ini kita akan segera kehilangan kekuatan kita, dan menjadi seperti orang-orang lain. Karena itu kita membutuhkan sikap berjaga-jaga dan doa yang terus menerus, dan kebergantungan pada kasih karunia Kristus yang cukup untuk semua.].

The Biblical Illustrator: “INFERENCES. 1. Every one ought to have in hand something which they feel to be quite beyond them, and therefore compels them to cast themselves on the broad undertaking of God. 2. Whatever is strong in you, whatever you may call your talent, always recognise it as something in you, but not of you. 3. Never be afraid of any work which is clearly duty. Your capital may be nothing; but your resources are infinite. 4. Wherever you find yourself fail in anything, you have nothing to do but to go down a little lower, and make yourself less. Think more of emptying than of filling. To fill, is Gods part; to empty, yours. [= KESIMPULAN-KESIMPULAN. 1. Setiap orang harus mempunyai dalam tangannya sesuatu yang mereka rasakan melampaui mereka, dan karena itu memaksa mereka untuk melemparkan diri mereka sendiri pada usaha / pengerjaan yang besar dari Allah. 2. Apapun yang kuat di dalam kamu, apapun yang kamu bisa sebut sebagai talentamu, selalu akui itu sebagai sesuatu di dalam kamu, tetapi bukan dari kamu. 3. Jangan pernah takut pada pekerjaan apapun yang jelas merupakan kewajibanmu. Modalmu mungkin nihil; tetapi sumber-sumbermu tak terbatas. 4. Dimanapun kamu mendapati dirimu gagal dalam apapun, kamu tak perlu melakukan apapun kecuali turun sedikit lebih rendah, dan membuat dirimu sendiri lebih sedikit. Berpikirlah lebih banyak tentang pengosongan dari pengisian. Mengisi, adalah bagian Allah; mengosongkan, adalah bagianmu.].

5) (10) ... Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.

Charles Hodge (tentang ay 10b): For when I am weak, then am I strong. When really weak in ourselves, and conscious of that weakness, we are in the state suited to the manifestation of the power of God. When emptied of ourselves we are filled with God. Those who think they can change their own hearts, atone for their own sins, subdue the power of evil in their own souls or in the souls of others, who feel able to sustain themselves under affliction, God leaves to their own resources. But when they feel and acknowledge their weakness he communicates to them divine strength.” [= Karena pada waktu aku lemah, maka aku kuat. Pada waktu sungguh-sungguh lemah dalam diri kita sendiri, dan sadar tentang kelemahan itu, kita ada dalam keadaan yang cocok dengan manifestasi dari kuasa Allah. Pada waktu dikosongkan dari diri kita sendiri kita diisi / dipenuhi dengan Allah. Mereka yang berpikir bahwa mereka bisa mengubah hati mereka sendiri, menebus dosa mereka sendiri, menundukkan kuasa jahat dalam jiwa mereka sendiri atau dalam jiwa-jiwa dari orang-orang lain, yang merasa mampu untuk menopang diri mereka sendiri di bawah penderitaan, Allah biarkan pada sumber-sumber mereka sendiri. Tetapi pada waktu mereka merasa dan mengakui kelemahan mereka Ia memberikan kepada mereka kekuatan ilahi.].

The Biblical Illustrator: “Mans impotence invites and gives scope for the opportunity to display Gods omnipotence. So God is strong for us just in proportion as we are helpless. He cannot and will not act where there is self-sufficiency. The ground is pre-occupied. You have only to be weak enough, to put out self enough, and give God range enough, then, if you will only believe it, as necessarily as nature always fills up her vacuums, God will come in to supply all your lack, and His strength will be made perfect in your weakness. [= Ketidak-mampuan manusia mengundang dan memberi ruangan bagi kesempatan untuk menunjukkan kemaha-kuasaan Allah. Jadi Allah itu kuat bagi kita, hanya sebanding dengan ketidak-berdayaan kita. Ia tidak bisa dan tidak mau bertindak dimana disana ada kecukupan diri sendiri. Tempatnya penuh / dipenuhi. Kamu hanya harus cukup lemah, cukup mengeluarkan diri sendiri, dan memberi Allah tempat yang cukup, maka jika saja kamu mempercayainya, sama pastinya seperti alam selalu mengisi kekosongannya, Allah akan masuk untuk menyuplai semua kekuranganmu, dan kekuatanNya akan dijadikan sempurna dalam kelemahanmu.].

Matthew Henry: “This is a Christian paradox: when we are weak in ourselves, then we are strong in the grace of our Lord Jesus Christ; when we see ourselves weak in ourselves, then we go out of ourselves to Christ, and are qualified to receive strength from him, and experience most of the supplies of divine strength and grace. [= Ini adalah suatu paradox Kristen: pada waktu kita lemah dalam diri kita sendiri, maka kita kuat dalam kasih karunia dari Tuhan kita Yesus Kristus; pada waktu kita melihat diri kita lemah dalam diri kita sendiri, maka kita keluar dari diri kita sendiri kepada Kristus, dan memenuhi syarat untuk menerima kekuatan dari Dia, dan mengalami banyak suplai dari kekuatan dan kasih karunia ilahi.].

Alexander MacLaren: “Here is a lesson for all Christian workers. Ministers of the Gospel especially should banish all thoughts of their own cleverness, intellectual ability, culture, sufficiency for their work, and learn that only when they are emptied can they be filled, and only when they know themselves to be nothing are they ready for God to work through them. And here is a lesson for all who stand apart from the grace and power of Jesus Christ as if they needed it not. Whether you know it or not, you are a broken reed; and the only way of your ever being bound up and made strong is that you shall recognise your sinfulness, your necessity, your abject poverty, your utter emptiness, and come to Him who is righteousness, riches, fulness, and say, Because I am weak, be Thou my strength. The secret of all noble, heroic, useful, happy life lies in the paradox, When I am weak, then am I strong, and the secret of all failures, miseries, hopeless losses, lies in its converse, When I am strong, then am I weak.” [= Di sini ada suatu pelajaran bagi semua pekerja Kristen. Pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dari Injil secara khusus harus membuang semua pikiran tentang kepandaian mereka sendiri, kemampuan intelektual, kebudayaan, kecukupan untuk pekerjaan mereka, dan belajar bahwa hanya pada waktu mereka dikosongkan mereka bisa diisi, dan hanya pada waktu mereka mengenal diri mereka sendiri sebagai nihil mereka siap bagi Allah untuk bekerja melalui mereka. Dan di sini ada suatu pelajaran bagi semua orang yang berdiri jauh dari kasih karunia dan kuasa dari Yesus Kristus seakan-akan mereka tidak membutuhkannya. Apakah kamu mengetahuinya atau tidak, kamu adalah buluh yang patah terkulai; dan satu-satunya jalan supaya kamu bisa dikuatkan dan dijadikan kuat adalah bahwa kamu mengenali keberdosaanmu, kebutuhanmu, kemiskinanmu yang hina / rendah, kekosonganmu yang total / sepenuhnya, dan datang kepada Dia yang adalah kebenaran, kekayaan, kepenuhan, dan berkata, Karena aku lemah, jadilah Engkau kekuatanku. Rahasia dari semua kehidupan yang mulia, bersifat pahlawan, bahagia terletak dalam paradox, Pada waktu aku lemah, maka aku kuat, dan rahasia dari semua kegagalan, ketidak-bahagiaan, kehilangan yang tanpa harapan, terletak dalam kebalikannya, Pada waktu aku kuat, maka aku lemah.] - Libronix.


The Biblical Illustrator: “You wonder, perhaps, why you have such feebleness. When you see others with robust frames and unbroken health, you are apt to say, Ah, if I had but their strength how much more might I do for my Saviour!’ But you are mistaken. If you had their strength you might not really be so strong as you are now. [= Mungkin kamu bertanya-tanya, mengapa kamu mempunyai kelemahan seperti itu. Pada waktu kamu melihat orang-orang lain dengan kerangka / badan yang kuat dan kesehatan yang tak terganggu, kamu condong untuk berkata, Ah, seandainya aku mempunyai kekuatan mereka betapa jauh lebih banyak yang bisa aku lakukan untuk Juruselamatku!. Tetapi kamu salah. Seandainya kamu mempunyai kekuatan mereka kamu mungkin tidak sungguh-sungguh sekuat seperti kamu sekarang.].

The Biblical Illustrator: “Christ called Peter a rock; and yet at that stage Peter reminds us rather of those rocks which one meets with in clay-soil regions, which crumble at the touch, and are, least of all stones, fit for foundations. Peter, blustering, forward, boastful, with a great deal of strength of his own, which crumbled into weakness at the first touch of danger - and yet - On this rock will I build My Church, etc. The Church which began under the ministry of weak Peter is surely no feeble factor in to-days society: but the Peter of Pentecost was not the Peter of Gethsemane. Between these two he had learned a great deal about the weakness of human strength and the strength which God makes perfect in human weakness. The consequence is that whereas in Gethsemane Peter asserts himself, at Pentecost he asserts Jesus. Where he asserts himself the issue is a coward and a traitor. Where he passes out of sight behind Jesus, he is the hero of the infant Church, whom we love and honour. [= Kristus menyebut Petrus sebuah batu karang; tetapi pada taraf itu Petrus mengingatkan kita lebih pada batu-batu karang yang bisa dijumpai di daerah yang tanahnya bertanah liat, yang remuk pada waktu disentuh, dan paling tidak cocok dari semua batu untuk dijadikan fondasi. Petrus, berbicara dengan keras, lancang, sombong, dengan banyak kekuatan dari dirinya sendiri, yang remuk menjadi kelemahan pada sentuhan pertama dari bahaya - tetapi - Pada batu karang ini Aku akan mendirikan GerejaKu, dan seterusnya Gereja yang mulai di bawah pelayanan Petrus yang lemah pasti bukan faktor yang lemah dalam masyarakat jaman sekarang: tetapi Petrus dari Pentakosta bukanlah Petrus dari Getsemani. Di antara dua hal itu ia telah belajar banyak tentang kelemahan dari kekuatan manusia dan kekuatan yang Allah jadikan sempurna dalam kelemahan manusia. Konsekwensinya adalah bahwa sekalipun di Getsemani Petrus menonjolkan dirinya sendiri, pada Pentakosta ia menonjolkan Yesus. Pada waktu ia menonjolkan dirinya sendiri, hasilnya adalah seorang pengecut dan pengkhianat. Pada waktu ia tak terlihat di belakang Yesus, ia adalah pahlawan dari Gereja yang masih bayi, yang kita kasihi dan hormati.].

Matius 16:16-18 - (16) Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! (17) Kata Yesus kepadanya: Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga. (18) Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya..

Catatan: sangat dipro-kontrakan apakah batu karang (ay 18) menunjuk kepada Petrus atau pada pengakuan iman dari Petrus (ay 16).

The Biblical Illustrator: “Here is the comfort to our ministry. God does His own work in the way in which He may best magnify Himself. Therefore He does not employ the angels, which excel in strength, but the most unlikely of sinful men (1 Cor 1:26-31). There is much ministerial work in the Church which seems to do great things; but that of which the effect is deep and abiding is almost always that of which, at the time, there was little praise, and no celebrity. [= Inilah penghiburan bagi pelayanan kita. Allah melakukan pekerjaanNya sendiri dengan cara dalam mana Ia bisa dengan cara terbaik membesarkan diriNya sendiri. Karena itu Ia tidak menggunakan malaikat-malaikat, yang menonjol dalam kekuatan, tetapi Ia menggunakan yang paling tidak memungkinkan dari orang-orang berdosa (1Kor 1:26-31). Ada banyak pekerjaan pelayanan dalam Gereja yang kelihatannya melakukan hal-hal yang besar; tetapi yang hasilnya dalam dan menetap hampir selalu adalah yang pada saat ini, ada sedikit pujian, dan tak ada kemasyhuran.].

1Korintus 1:26-31 - (26) Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. (30) Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. (31) Karena itu seperti ada tertulis: Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan..

Kesimpulan / penutup.

Tuhan tak mau membuang duri dalam daging Paulus, tetapi memberinya kasih karunia yang cukup. Duri itu penting untuk menjaga supaya Paulus tidak menjadi sombong, tetapi sebaliknya, dengan kesadaran akan kelemahannya, ia selalu bersandar kepada Tuhan, dan ini membuat ia menjadi kuat oleh kekuatan dari Tuhan. Kutipan terakhir di bawah ini memberi kita peringatan, untuk tidak menghadapi duri dalam daging dengan cara yang salah.

The Biblical Illustrator: It is no small matter when God sends a thorn in the flesh and it answers its end, for in some cases it does not. We have known some whom poverty has made envious, whom sickness has rendered petulant, whom personal infirmity has rendered rebellious against God. Let us labour against this, and if God has been pleased to put a fetter upon us in any shape, let us ask Him not to allow us to make this the occasion for fresh folly, but, on the contrary, to bear the rod and learn its lessons. [= Bukanlah persoalan kecil pada waktu Allah mengirim suatu duri dalam daging, dan itu memenuhi tujuannya, karena dalam beberapa kasus itu tidak memenuhi tujuannya. Kami telah mengetahui beberapa orang yang kemiskinannya telah membuatnya bersikap iri hati, yang penyakitnya telah menyebabkannya menjadi pemarah, yang kelemahan pribadinya telah membuatnya menjadi pemberontak terhadap Allah. Marilah kita berjerih payah menentang hal ini, dan jika Allah telah berkenan untuk meletakkan batasan kepada kita dalam bentuk apapun, hendaklah kita meminta kepadaNya untuk tidak membiarkan kita untuk membuat peristiwa ini untuk kebodohan yang baru, tetapi sebaliknya, menahan tongkat / hajaran itu dan mempelajari pelajaran-pelajarannya.].

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post