Iman: Pekerja Ajaib
“… orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” Habakuk 2:4.
Manusia hidup berbahagia saat di taman Eden, hidup di dalam gambar dan perkenan Penciptanya, tetapi setelah kejatuhan manusia, betapa sia-sianya pengejaran yang dilakukan manusia untuk mengembalikan kebahagiaannya! Ia bagaikan orang-orang di Sodom yang sedang meraba-raba di depan pintu rumah Lot, atau bagaikan orang buta menuntun orang buta di tengah-tengah kesemrawutan kesalahan. Orang yang serakah, ketika diberkati dengan kepemilikkan harta benda, menyukakan jiwanya seakan-akan dia telah menerima apa yang benar-benar paling berharga.
Orang yang penuh hawa nafsu, ketika merasa puas dengan kulit ari/sekam kesenangan, berteriak bahwa ia sedang menjalani hidup yang bahagia seperti seorang raja. Orang yang penuh ambisi, ketika ia telah memanjat bukit kehormatan yang terjal dan licin, berpikir ia tengah berada di alam kebahagiaan tertinggi. Celaka! Tidakkah mereka ini menyadari bahwa mereka sedang berada di kamar kematian? Mereka sudah mati sementara mereka kelihatan hidup. Mereka seperti hantu-hantu gentayangan dalam bentuk manusia yang hidup. Hanya ada satu jalan yang benar-benar membawa kita kepada kebahagiaan. Pandanglah kebahagiaan sejati di dalam kehidupan Rasul Paulus.
Bukankah ia mempertunjukkan sikap penuh kesukaan dan kebahagiaan yang stabil dan menetap? Sesungguhnya kebahagiaan lahiriahnya telah diwujudnyatakan karena ia hidup oleh iman di dalam Tuhan Yesus Kristus (Galatia. 2:20). Oleh karena itu marilah datang setiap orang yang berhasrat melihat hari-hari baiknya, untuk berpegang erat pada cara hidup beriman di dalam Tuhan Yesus Kristus. Oleh iman kita memiliki hidup penuh kesukaan dan penghiburan yang membuat ceria jiwa di tengah-tengah semua pencobaan dan kesesakan/kesulitan.
Ayub saat di lembah baying-bayang maut dapat bersuka dan mempercayai Penebusnya yang hidup. Rasul Paulus di tengah-tengah malapetaka telah menjadi seorang yang lebih dari pemenang (Roma. 8:37).
Baca Juga: Doktrin Pembenaran Oleh Iman
Orang yang penuh hawa nafsu, ketika merasa puas dengan kulit ari/sekam kesenangan, berteriak bahwa ia sedang menjalani hidup yang bahagia seperti seorang raja. Orang yang penuh ambisi, ketika ia telah memanjat bukit kehormatan yang terjal dan licin, berpikir ia tengah berada di alam kebahagiaan tertinggi. Celaka! Tidakkah mereka ini menyadari bahwa mereka sedang berada di kamar kematian? Mereka sudah mati sementara mereka kelihatan hidup. Mereka seperti hantu-hantu gentayangan dalam bentuk manusia yang hidup. Hanya ada satu jalan yang benar-benar membawa kita kepada kebahagiaan. Pandanglah kebahagiaan sejati di dalam kehidupan Rasul Paulus.
Bukankah ia mempertunjukkan sikap penuh kesukaan dan kebahagiaan yang stabil dan menetap? Sesungguhnya kebahagiaan lahiriahnya telah diwujudnyatakan karena ia hidup oleh iman di dalam Tuhan Yesus Kristus (Galatia. 2:20). Oleh karena itu marilah datang setiap orang yang berhasrat melihat hari-hari baiknya, untuk berpegang erat pada cara hidup beriman di dalam Tuhan Yesus Kristus. Oleh iman kita memiliki hidup penuh kesukaan dan penghiburan yang membuat ceria jiwa di tengah-tengah semua pencobaan dan kesesakan/kesulitan.
Ayub saat di lembah baying-bayang maut dapat bersuka dan mempercayai Penebusnya yang hidup. Rasul Paulus di tengah-tengah malapetaka telah menjadi seorang yang lebih dari pemenang (Roma. 8:37).
Baca Juga: Doktrin Pembenaran Oleh Iman
Iman menyediakan secara berlimpah segala yang diperlukan berkaitan dengan kehidupan dan kesalehan. Oh iman! Tatkala aku merenungkanmu, ketika aku merasakan bagian manapun dari kebajikanmu, aku menyadari bahwa engkau (iman) adalah pekerja yang ajaib. Di antara semua pemberian anugerah Allah, tidak ada yang lebih bermanfaat daripada iman. Iman sangat bermanfaat (menguntungkan) untuk hidup saat ini dan hidup mendatang. Ia bermanfaat untuk semua bagian dan tujuan di dalam hidup kita. Penggunaan iman akan melipat-gandakan dan memperkaya kita di dalam setiap cara hidup yg patut.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya Samuel Ward (1572-1643), ‘Sermons’, pp.17-21 . https://teologiareformed.blogspot.com/
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya Samuel Ward (1572-1643), ‘Sermons’, pp.17-21 . https://teologiareformed.blogspot.com/