Arti Limited Atonement / Penebusan Terbatas.
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Arti Limited Atonement / Penebusan Terbatas. Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan, bukan untuk menebus semua manusia di dunia ini.
gadget, education, insurance |
Arthur W. Pink: “For whom did Christ die? ... We answer, Christ died for ‘God’s elect.’” (=Untuk siapa Kristus mati? ... Kami menjawab, Kristus mati untuk ‘orang pilihan Allah’) - ‘The Sovereignty of God’, hal 56.
John Murray: “The atonement was designed for those, and for those only, who are ultimately the beneficiaries of what it is in its proper connotation. And likewise, when we think of Christ’s ‘dying for’ in the substitutionary terms which are its proper import, we must say that he did not die for those who never become the beneficiaries of that substitution; he did not ‘die for’ the non-elect” (=Penebusan direncanakan bagi mereka, dan hanya bagi mereka, yang pada akhirnya adalah ahli-ahli waris dalam arti yang sebenarnya. Dan juga, pada waktu kita berpikir tentang Kristus ‘mati untuk / bagi’ dalam arti menggantikan yang merupakan maknanya yang benar, kita harus berkata bahwa Ia tidak mati bagi / untuk mereka yang tidak pernah menjadi ahli-ahli waris dari penggantian itu; Ia tidak ‘mati bagi / untuk’ orang-orang bukan pilihan) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 69.
2) Yang dibatasi adalah tujuan penebusan, bukan nilai penebusan.
Tujuan penebusan Kristus adalah untuk menebus orang-orang pilihan saja, bukan untuk menebus semua manusia di dunia. Keterbatasan penebusan ini hanya dalam tujuannya, tetapi tidak dalam kuasa / nilainya.
Loraine Boettner: “While the value of the atonement was sufficient to save all mankind, it was efficient to save only the elect” (=Sementara nilai dari penebusan cukup untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, itu hanya efisien untuk menyelamatkan orang-orang pilihan saja) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 152.
Loraine Boettner: “This doctrine does not mean that any limit can be set to the value or power of the atonement which Christ made. The value of the atonement depends upon, and is measured by, the dignity of the person making it; and since Christ suffered as a Divine-human person the value of His suffering was infinite. ... The atonement, therefore, was infinitely meritorious and might have saved every member of the human race had that been God’s plan” (=Doktrin ini tidak berarti bahwa kita bisa menetapkan suatu batasan pada nilai atau kuasa dari penebusan yang dibuat oleh Kristus. Nilai dari penebusan tergantung pada, dan diukur oleh, kewibawaan dari Pribadi yang membuatnya; dan karena Kristus menderita sebagai Pribadi ilahi-manusia, maka nilai penderitaanNya adalah tidak terhingga. ... Karena itu, penebusan itu mendapatkan hasil secara tidak terhingga dan bisa menyelamatkan setiap anggota umat manusia seandainya itu adalah rencana Allah) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 151.
Charles Hodge: “the question does not concern the value of Christ’s satisfaction. That Augustinians admit to be infinite” (=pertanyaannya tidak mempersoalkan nilai dari penebusan Kristus. Itu diakui oleh penganut Agustinus sebagai tidak terhingga) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 544.
Charles Hodge: “It is a gross misrepresentation of the Augustinian doctrine to say that it teaches that Christ suffered so much for so many; that He would have suffered more had more been included in the purpose of salvation” (=Merupakan suatu penyalah-tafsiran dari doktrin Augustinian untuk mengatakan bahwa doktrin itu mengajarkan bahwa Kristus menderita sekian untuk sejumlah orang; bahwa Ia akan menderita lebih banyak seandainya lebih banyak orang dicakup dalam rencana keselamatan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 544.
Charles Hodge: “All that Christ did and suffered would have been necessary had only one human soul been the object of redemption; and nothing different and nothing more would have been required had every child of Adam been saved through his blood” (=Semua yang Kristus lakukan dan derita akan tetap perlu andaikata hanya satu jiwa manusia merupakan obyek dari penebusan; dan tidak ada perbedaan dan tidak ada tambahan yang dibutuhkan andaikata setiap keturunan Adam diselamatkan melalui darahNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 545.
Charles Hodge: “Christ died sufficiently for all, efficaciously only for the elect. There is a sense, therefore, in which He died for all, and there is a sense in which He died for the elect alone” (=Kristus mati secara cukup untuk semua, secara efisien hanya untuk orang pilihan. Karena itu, dalam arti tertentu Ia mati untuk semua orang, dan dalam arti tertentu yang lain Ia mati untuk orang pilihan saja) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 546.
William G. T. Shedd: “Atonement must be distinguished from redemption. The latter term includes the application of the atonement. ... Atonement is unlimited, and redemption is limited” (=Atonement harus dibedakan dari redemption. Istilah yang terakhir mencakup penerapan dari atonement. ... Atonement tidak terbatas, dan redemption terbatas) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, Vol II, hal 469,470.
3) Hubungan ‘kematian / penebusan Kristus’ dengan ‘orang non pilihan’.
Charles Hodge: “It is obvious that if there be no election of some to everlasting life, the atonement can have no special reference to the elect. ... But it does not follow from the assertion of its having a special reference to the elect that it had no reference to the non elect” (=Adalah jelas bahwa andaikata tidak ada pemilihan terhadap sebagian orang kepada hidup yang kekal, maka penebusan tidak bisa mempunyai hubungan khusus dengan orang pilihan. ... Tetapi penegasan bahwa penebusan mempunyai hubungan khusus dengan orang pilihan, tidak berarti bahwa penebusan itu tidak mempunyai hubungan dengan orang yang bukan pilihan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 545.
Loraine Boettner: “Arminians hold that Christ died for all men alike, while Calvinists hold that in the intention and secret plan of God Christ died for the elect only, and that His death had only an incidental reference to others in so far as they are partakers of common grace” (=Orang Arminian menganggap bahwa Kristus mati secara sama untuk semua manusia, sedangkan orang-orang Calvinist menganggap bahwa dalam maksud dan rencana rahasia Allah, Kristus mati hanya untuk orang-orang pilihan, dan bahwa kematianNya hanya mempunyai efek samping dengan orang-orang lain sejauh mereka mendapat bagian dalam kasih karunia yang bersifat umum) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 150.
Catatan: ‘incidental’ = terjadi atau mungkin terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang lebih penting. Jadi bisa diartikan sebagai ‘efek samping’.
Loraine Boettner: “There is, then, a certain sense in which Christ died for all men, and we do not reply to the Arminian tenet with an unqualified negative. But what we do maintain is that the death of Christ had special reference to the elect in that it was effectual for their salvation, and that the effects which are produced in others are only incidental to this one great purpose” (=Jadi ada arti tertentu dimana Kristus mati untuk semua orang, dan kita tidak menjawab ajaran Arminian dengan penolakan total / mutlak. Tetapi apa yang kita pertahankan adalah bahwa kematian Kristus mempunyai hubungan khusus dengan orang pilihan dalam arti itu bersifat efektif / pasti berhasil untuk keselamatan mereka, dan bahwa akibat yang dihasilkan dalam orang lain hanyalah merupakan efek samping dari satu tujuan yang besar ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 161.
Illustrasi: seseorang bekerja untuk anak-anaknya, tetapi dengan pekerjaannya itu masyarakat juga mendapat manfaatnya. Tetapi bagaimanapun ia tidak bekerja dengan tujuan memberi manfaat kepada masyarakat, tetapi untuk anak-anaknya.
Louis Berkhof: “It is perfectly true, of course, that the design of God in the work of Christ pertained primarily and directly, not to the temporal well-being of men in general, but to the redemption of the elect; but secondarily and indirectly it also included the natural blessings bestowed on mankind indiscriminately. All that the natural man receives other than curse and death is an indirect result of the redemptive work of Christ” (=Tentu saja merupakan sesuatu yang benar bahwa rencana Allah dalam pekerjaan Kristus berhubungan terutama dan secara langsung bukan dengan kesejahteraan yang bersifat sementara dari manusia secara umum, tetapi dengan penebusan orang pilihan; tetapi secara sekunder dan tak langsung itu juga mencakup berkat-berkat alamiah / biasa yang diberikan kepada umat manusia tanpa pandang bulu. Semua yang diterima oleh manusia berdosa / manusia di luar Kristus selain kutukan dan kematian merupakan akibat / hasil tidak langsung dari pekerjaan penebusan Kristus) - ‘Systematic Theology’, hal 438-439.
John Murray: “all the good showered on this world, dispensed by Christ in the exercise of his exalted lordship, is related to the death of Christ and accrues to man in one way or another from the death of Christ. If so, it was designed to accrue from the death of Christ. Since many of these blessings fall short of salvation and are enjoyed by many who never become the possessors of salvation, we must say that the design of Christ’s death is more inclusive than the blessings that belong specifically to the atonement. That is to say that even the non-elect are embraced in the design of the atonement in respect of those blessings falling short of salvation which they enjoy in this life. This is equivalent to saying that the atonement sustains this reference to the non-elect and it would not be improper to say that, in respect of what is entailed for the non-elect, Christ died for them” [=semua yang baik yang dicurahkan pada dunia ini, disalurkan / dikeluarkan oleh Kristus dalam pelaksanaan / penggunaan dari keTuhanannya yang ditinggikan, dihubungkan dengan kematian Kristus dan datang sebagai keuntungan bagi manusia dengan cara bagaimanapun juga dari kematian Kristus. Jika demikian, itu direncanakan untuk datang sebagai keuntungan bagi manusia dari kematian Kristus. Karena banyak dari berkat-berkat ini tidak mencapai keselamatan dan dinikmati oleh banyak orang yang tidak pernah menjadi pemilik dari keselamatan, kita harus mengatakan bahwa rencana / tujuan dari kematian Kristus mencakup hal-hal yang lebih luas dari pada berkat-berkat yang menjadi milik secara spesifik dari penebusan. Maksudnya adalah bahwa bahkan orang-orang bukan pilihan dicakup dalam rencana penebusan berkenaan dengan berkat-berkat yang tidak mencapai keselamatan yang mereka nikmati dalam hidup ini. Ini sama dengan mengatakan bahwa penebusan menyokong hubungan dengan orang-orang bukan pilihan ini dan tidak salah untuk mengatakan bahwa berkenaan dengan apa yang diwarisi secara terbatas oleh orang-orang bukan pilihan, Kristus mati untuk mereka] - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 64.
John Murray: “Our particular interest now is that he is represented as sanctified in the blood of Christ. Whatever may be the particular complexion of the sanctification in view, there can be no question but that it is derived from the blood of Christ and, if so, it was designed to accrue from the blood of Christ. The benefit was only temporary and greater guilt devolves upon the person from the fact that he participated in it and then came to count the blood by which it was conveyed an unholy thing. But nevertheless, it was a benefit the blood of Christ procured, and procured for him. We must say that, to that extent Jesus shed his blood for his benefit. Other passages are probably in the same category. But this one suffice to show that there are benefits accruing from the death of Christ for those who finally perish. And in view of this we may say that in respect of these benefits Christ may be said to have died for those who are the beneficiaries. In any case it is incontrovertible that even those who perish are the partakers of numberless benefits that are the fruits of Christ’s death and that, therefore, Christ’s death sustains to them this beneficial reference, a beneficial reference, however, that does not extend beyond this life ” (=Perhatian khusus kami saat ini adalah bahwa orang itu digambarkan sebagai ‘dikuduskan dalam darah Kristus’. Apapun yang menjadi warna / sifat khusus dari pengudusan yang sedang dipertimbangkan, tidak diragukan bahwa itu didapatkan dari darah Kristus, dan jika demikian, itu direncanakan datang sebagai keuntungan dari darah Kristus. Keuntungan itu hanya bersifat sementara dan kesalahan yang lebih besar bergulir kepada orang itu dari fakta bahwa ia telah mengambil bagian di dalamnya dan lalu menganggap darah dengan mana itu diberikan sebagai sesuatu yang najis. Tetapi bagaimanapun, itu merupakan keuntungan yang didapatkan dari darah Kristus, dan didapatkan bagi dia. Kita harus mengatakan bahwa, sampai pada tingkat itu Yesus mencurahkan darahNya untuk keuntungannya. Text-text yang lain mungkin ada dalam kategori yang sama. Tetapi yang satu ini cukup untuk menunjukkan bahwa ada keuntungan-keuntungan yang datang sebagai keuntungan dari kematian Kristus bagi mereka yang akhirnya binasa. Dan mengingat hal ini kita bisa mengatakan bahwa berkenaan dengan keuntungan-keuntungan ini Kristus boleh dikatakan telah mati bagi mereka yang adalah penerima / pewaris keuntungan ini. Bagaimanapun juga merupakan sesuatu yang tidak bisa disangkal bahwa bahkan mereka yang binasa adalah pengambil-pengambil bagian dari tak terhitung banyaknya keuntungan yang merupakan buah dari kematian Kristus dan bahwa karena itu kematian Kristus menyokong mereka dalam hubungan keuntungan ini, suatu hubungan keuntungan yang tidak menjangkau di atas kehidupan ini) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 64-65.
Dalam tafsirannya tentang Ibrani 10:29, yang berbunyi “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”, John Murray memberikan komentar di bawah ini.
John Murray: “The non-elect enjoy many benefits that accrues from the atonement but they do not partake of the atonement. ... it is one thing to say that the non-elect are the recipients of many benefits that accrue from Christ’s death, it is something entirely different to say that they are partakers or were intended to be the partakers of the vicarious substitution which ‘died for’ properly connotes. To sum up, there is a radical differentiation between the benefits accruing from Christ’s death for the non-elect and the benefits accruing for the elect, and it is the latter that belong to the atonement in its biblical definition” (=Orang-orang bukan pilihan menikmati banyak keuntungan yang dihasilkan dari penebusan, tetapi mereka tidak mengambil bagian dalam penebusan itu. ... merupakan sesuatu yang sama sekali berbeda untuk mengatakan bahwa orang-orang bukan pilihan merupakan penerima dari banyak keuntungan yang dihasilkan oleh kematian Kristus, dengan mengatakan bahwa mereka adalah pengambil bagian, atau direncanakan untuk menjadi pengambil bagian, dari penggantian yang merupakan arti sebenarnya dari kata-kata ‘mati untuk’. Kesimpulannya, ada suatu perbedaan yang radikal antara keuntungan yang dihasilkan oleh kematian Kristus bagi orang-orang bukan pilihan, dan keuntungan yang dihasilkan bagi orang-orang pilihan, dan yang terakhir inilah yang menjadi milik dari penebusan dalam definisi yang Alkitabiah) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol 1, hal 69.
Louis Berkhof: “The question may be raised, whether the atonement wrought by Christ for the salvation of the elect, and of the elect only, has any wider bearing. The question is often discussed in Scottish theology, whether Christ did not die, in some other than a saving sense, also for the non-elect. It was discussed by several of the older theologians, such as Rutherford, Brown, Durham, and Dickson, but was answered in the negative. ... The phrase that Christ died sufficiently for all was not approved, because the ‘for’ seemed to imply some reality of actual substitution.’ Durham denied that any mercy bestowed upon the reprobate, and enjoyed by them, could be said to be the proper fruit of, or the purchase of, Christ’s death; but at the same time maintained that certain consequences of Christ’s death of an advantageous kind must reach wicked men, though it is doubtful whether these can be regarded as a blessing for them. This was also the position of Rutherford and Gillespie. ... Several Reformed theologians hold that, though Christ suffered and died only for the purpose of saving the elect, many benefits of the cross of Christ do actually - and that also according to the plan of God - accrue to the benefit of those who do not accept Christ by faith. They believe that the blessings of common grace also result from the atoning work of Christ” (=Bisa ditanyakan, apakah penebusan yang dibuat oleh Kristus untuk keselamatan orang-orang pilihan, dan hanya untuk orang-orang pilihan, mempunyai hubungan / sangkut paut yang lebih luas. Pertanyaan itu sering didiskusikan dalam theologia Skotlandia, apakah Kristus tidak mati, dalam arti lain dari pada menyelamatkan, juga bagi orang-orang bukan pilihan. Itu didiskusikan oleh beberapa ahli theologia yang lebih tua / kuno, seperti Rutherford, Brown, Durham, dan Dickson, tetapi dijawab ‘tidak’. ... Ungkapan bahwa ‘Kristus mati secara cukup bagi semua orang’ tidak disetujui, karena kata ‘untuk’ kelihatannya secara tak langsung menunjuk pada realita dari penggantian yang sungguh-sungguh’. Durham menyangkal bahwa ada belas kasihan apapun, yang diberikan kepada orang-orang bukan pilihan, dan yang dinikmati oleh mereka, bisa dikatakan sebagai buah yang benar dari, atau merupakan pembelian dari, kematian Kristus; tetapi pada saat yang sama mempertahankan bahwa konsekwensi-konsekwensi tertentu yang menguntungkan dari kematian Kristus pasti mencapai orang-orang jahat, sekalipun merupakan sesuatu yang diragukan bahwa ini bisa dianggap sebagai suatu berkat bagi mereka. Ini juga merupakan posisi dari Rutherford dan Gillespie. ... Beberapa ahli theologia Reformed mempercayai bahwa, sekalipun Kristus menderita dan mati hanya dengan tujuan untuk menyelamatkan orang-orang pilihan, banyak keuntungan dari salib Kristus yang sungguh-sungguh menghasilkan keuntungan bagi mereka yang tidak menerima Kristus dengan iman, dan ini juga sesuai dengan rencana Allah. Mereka percaya bahwa berkat-berkat dari kasih karunia yang bersifat umum, juga dihasilkan oleh pekerjaan penebusan Kristus) - ‘Systematic Theology’, hal 398-399.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
AMIN_