HAL / ARTI DOA BAPA KAMI: MATIUS 6:7-15
PDT. BUDI ASALI. M. DIV.
Matius 6:7-15 - “(Matius 6:7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. (8) Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya. (9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, (10) datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.Amin.] (14) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. (Matius 6:15) Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.’”.
I) Pendahuluan
1) Larangan berdoa dengan bertele-tele.
Matius 6:7-8a: “(7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. (8a) Jadi janganlah kamu seperti mereka,”.
Matius 6:7: ‘janganlah kamu bertele-tele’
Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan ‘bertele-tele’ adalah kata yang unik yang tidak dijumpai di tempat lain. Karena itu, kata itu tidak diketahui dengan tepat terjemahannya.
KJV: ‘use not vain repetitions’ (= janganlah menggunakan pengulangan yang sia-sia).
RSV: ‘do not heap up empty phrases’ (= janganlah menumpuk ungkapan-ungkapan yang kosong).
NIV: ‘do not keep up babbling’ (= janganlah terus menerus mengoceh).
NASB: ‘do not use meaningless repetition’ (= janganlah menggunakan pengulangan yang tidak berarti).
Banyak penafsiran tentang hal ini:
a) Ini menunjuk pada doa yang dipanjang-panjangkan.
Perhatikan kata-kata ‘banyaknya kata-kata’ dalam Matius 6:7. Calvin menganggap kata-kata ini berarti ‘pembicaraan yang tidak berarti’.
Bdk. Markus 12:38-40a - “(38) Dalam pengajaranNya Yesus berkata: ‘Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, (39) yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, (40a) yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang.”.
Calvin: “Christ reproves the folly of those who, with the view of persuading and entreating God, pour out a superfluity of words. ... the grace of God is not obtained by an unmeaning flow of words;” (=Kristus menegur ketololan dari mereka yang dengan pemikiran untuk menggerakkan Allah dengan argumentasi dan meminta dengan sungguh-sungguh kepada Allah, mencurahkan kata-kata yang berlebih-lebihan dan tidak perlu. ... kasih karunia Allah tidak didapatkan oleh aliran kata-kata yang tak berarti;).
Tetapi ini tak berarti bahwa orang Kristen tak boleh berdoa panjang.
Matthew Henry: “Not that all long prayers are forbidden; Christ prayed all night, Matius 6:12.” (= Bukan bahwa semua doa-doa yang panjang dilarang; Kristus berdoa sepanjang malam, Matius 6:12.).
Matius 6:12 - “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.”.
b) Ini menunjuk pada doa yang isinya kalimat-kalimat yang sama diulang-ulang, padahal kalimatnya tidak berarti.
Tetapi ini berbeda dengan doa berulang-ulang yang merupakan perwujudan dari kesungguhan dan ketekunan. Yang ini jelas diperbolehkan / dianjurkan.
Bandingkan dengan:
1. Lukas 18:1-8 - “(1) Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. (2) KataNya: ‘Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. (3) Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. (4) Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, (5) namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.’ (6) Kata Tuhan: ‘Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! (7) Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? (8) Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?’”.
2. Matius 26:39-44 - “(39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’ (40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-muridNya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: ‘Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’ (42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’ (43) Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. (44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa YANG ITU JUGA.”.
Matthew Henry: “It is not all repetition in prayer that is here condemned, but vain repetitions.” (=Bukan semua pengulangan dalam doa yang dikecam di sini, tetapi pengulangan yang sia-sia.).
c) Ini menunjuk pada doa yang hanya dengan bibir / lidah, tetapi tidak dengan hati.
d) Ini menunjuk pada doa dengan tujuan memberi informasi kepada Tuhan.
Bdk. Matius 6:8: “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.”.
Contoh:
1. 1Raja-raja 18:25-29 - “(25) Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: ‘Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.’ (26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: ‘Ya Baal, jawablah kami!’ Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.’ (28) Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. (29) Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan [KJV: ‘they prophesied’ (= mereka bernubuat)] sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.”.
2. Kisah Para Rasul 19:34 - “Tetapi ketika mereka tahu, bahwa ia adalah orang Yahudi, berteriaklah mereka bersama-sama kira-kira dua jam lamanya: ‘Besarlah Artemis dewi orang Efesus!’”.
3. Doa rosario dalam Katolik.
Jamieson, Fausset & Brown: “In the Church of Rome, not only is it carried to a shameless extent, but, as Tholuck justly observes, the very Prayer which our Lord gave as an antidote to vain repetitious is the most abused to this superstitious end; the number of times it is repeated counting for so much more merit.” (= Dalam Gereja Roma, bukan hanya itu dibaca sampai pada tingkat yang tak tahu malu, tetapi, seperti secara benar diperhatikan / dikatakan oleh Tholuck, Doa yang justru diberikan oleh Tuhan kita sebagai suatu obat / pencegahan bagi pengulangan yang sia-sia adalah yang paling banyak disalah-gunakan bagi tujuan yang bersifat takhyul ini; berapa kali doa itu diulang dianggap memberikan lebih banyak pencapaian.).
4. Doa Bapa Kami dalam kebaktian, sekalipun tidak selalu, tetapi sering menjadi doa seperti itu.
2) Alasan dari larangan di atas adalah: Tuhan tahu kebutuhan kita sebelum kita berdoa.
Untuk mengatasi kesalahan dalam Matius 6:7 itu, lalu Yesus mengatakan Matius 6:8.
Matius 6:8: “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.”.
Bdk. Mazmur 38:10 - “Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhkupun tidak tersembunyi bagiMu;”.
Bdk. Yesaya 65:24 - “Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya.”.
Tetapi hal ini menimbulkan problem: Kalau Allah tahu apa yang kita perlukan sebelum kita meminta hal itu kepadaNya, lalu apa gunanya kita berdoa? Calvin mengatakan bahwa orang kristen berdoa bukan untuk memberi informasi kepada Tuhan tentang hal-hal yang tidak diketahuiNya, atau untuk mendorongNya untuk melakukan kewajibanNya, atau untuk mendesak Dia untuk melakukan sesuatu yang segan dilakukanNya. Orang kristen berdoa supaya:
a) Mereka menggerakkan diri mereka sendiri untuk mencari Dia.
b) Mereka bisa mempraktekkan iman pada janji-janjiNya.
c) Mereka bisa menenangkan kekuatiran mereka dengan mencurahkannya kepada Tuhan.
d) Mereka bisa menyatakan bahwa hanya dari Dia saja mereka mengharapkan hal-hal yang baik, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
Calvin: “We must, ... maintain both of these truths, that He freely anticipates our wishes, and yet that we obtain by prayer what we ask” (= Kita harus, mempertahankan kedua kebenaran ini, bahwa Ia dengan bebas mengantisipasi / mendahului keinginan-keinginan kita, tetapi sekalipun demikian kita mendapatkan melalui doa apa yang kita minta) - hal 314.
3) Doa Bapa Kami versi Matius dan versi Lukas.
Lukas 6:9-13: “(9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, (10) datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]”.
Lukas 11:2-4 - “(2) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah namaMu; datanglah KerajaanMu. (3) Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya (4) dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.’”.
a) Calvin mengatakan bahwa tidak ada kepastian apakah Yesus mengajar Doa Bapa Kami ini hanya satu kali atau dua kali. Ada orang yang menganggap dua kali, karena dalam Injil Matius Yesus mengajarkan tanpa diminta sedangkan dalam Injil Lukas Yesus mengajarkan setelah diminta. Tetapi Calvin mengatakan bahwa mungkin saja Matius tidak menceritakan tentang permintaan itu.
b) Dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus mengajarkan doa ini atas permintaan murid-murid.
Bdk. Lukas 11:1 - “Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-muridNya kepadaNya: ‘Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.’”.
Kita memang perlu meminta agar Tuhan mengajar kita berdoa. Bandingkan dengan Ro 8:26-27 - “(26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhanyang tidak terucapkan. (27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”.
Karena itu, merupakan sesuatu yang penting untuk memulai doa kita dengan permintaan: ‘Tuhan, tolong pimpin aku supaya bisa berdoa sesuai dengan kehendakMu.’.
4) Tujuan pemberian Doa Bapa Kami BUKAN untuk didoakan kata demi kata.
Calvin: “Christ does not enjoin his people to pray in a prepared form of words” (= Kristus tidak memerintahkan umatNya untuk berdoa dengan suatu bentuk / susunan kata-kata yang sudah disiapkan) - hal 316.
Pada catatan kakinya diberikan terjemahan yang lain, dimana dikatakan: “Christ does not command his people to adhere to certain words” (= Kristus tidak memerintahkan umatNya untuk berpegang pada kata-kata tertentu) - hal 316 (footnote).
Calvin melanjutkan: “It was not the intention of the Son of God ... to prescribe the words which we must use, so as not to leave us at liberty to depart from the form which he has dictated” (= Bukanlah merupakan maksud dari Anak Allah ... untuk menentukan kata-kata yang harus kita gunakan, sehingga tidak memberikan kita kebebasan untuk menyimpang dari bentuk yang telah Ia diktekan / perintahkan) - hal 316.
Jadi, menurut Calvin (dan saya setuju dengan dia), tujuan Yesus dalam memberikan Doa Bapa Kami bukanlah untuk didoakan kata demi kata seperti yang dilakukan oleh banyak gereja-gereja Protestan dan Katolik.
Bukti / alasan dari pandangan ini:
a) Lukas 6:9: ‘berdoalah demikian’.
RSV: ‘Pray then like this’ (= Maka berdoalah seperti ini).
NASB: ‘pray, then, in this way’ (= Maka, berdoalah dengan cara ini).
KJV: ‘After this manner therefore pray ye’ (= Karena itu, berdoalah menurut cara ini).
NIV: ‘This, then, is how you should pray’ (= Maka, inilah / beginilah bagaimana kamu harus berdoa).
Tidak dikatakan ‘pray in these words’ (= berdoalah dengan kata-kata ini).
Jadi, kita tidak harus berdoa persis seperti itu kata demi kata.
The Bible Exposition Commentary: “Jesus did not give this prayer to us to be memorized and recited a given number of times. In fact, He gave this prayer to keep us from using vain repetitions. Jesus did not say, ‘Pray in these words.’ He said, ‘Pray after this manner’; that is, ‘Use this prayer as a pattern, not as a substitute.’” (= Yesus tidak memberikan doa ini bagi kita untuk dihafalkan dan diucapkan luar kepala sekian kali. Dalam faktanya, Ia memberikan doa ini untuk mencegah kita dari penggunaan pengulangan yang sia-sia. Yesus tidak berkata, ‘Berdoalah dalam / dengan kata-kata ini’. Ia berkata, ‘Berdoalah menurut cara ini’; artinya, ‘Gunakanlah doa ini sebagai suatu pola, bukan sebagai suatu pengganti’.).
b) Doa Bapa Kami versi Matius 6:7-15 berbeda dengan versi Lukas. Mengapa? Ada 2 kemungkinan:
1. Lukas 11:2-4 adalah singkatan dari Matius 6:9-13.
2. Tuhan Yesus mengajar lebih dari satu kali, dan bentuknya berbeda.
Yang manapun yang benar dari 2 kemungkinan ini, tidak terlalu jadi soal. Tetapi ini jelas menunjukkan bahwa kita tidak harus berdoa persis seperti itu, karena kalau kita memang harus berdoa seperti itu kata demi kata, maka tidak mungkin bisa ada 2 versi! Semua gereja yang menggunakan Doa Bapa Kami dalam kebaktian dan menganggapnya sebagai suatu keharusan perlu merenungkan: mengapa mereka tidak menggunakan Doa Bapa Kami versi Lukas?
5) Doa Bapa Kami diberikan sebagai contoh / model doa, tentang apa yang seharusnya kita minta dalam doa.
Calvin: “Christ ... only points out what ought to be the object of all our wishes and prayers” (= Kristus ... hanya menunjukkan apa yang seharusnya merupakan obyek dari semua keinginan dan doa kita) - hal 316.
Calvin: “His intention rather was, to guide and restrain our wishes, that they might not go beyond those limits” (= MaksudNya adalah, untuk memimpin dan mengekang keinginan-keinginan kita, supaya tidak melampaui batas) - hal 316.
6) Doa Bapa Kami bukan mantera.
Gereja Katolik menggunakan Doa Bapa Kami, doa Salam Maria dan sebagainya sebagai semacam mantera (harus berdoa tiga kali dan sebagainya). Ini tidak pernah diajarkan dalam Kitab Suci.
II) Arti Doa Bapa Kami.
a) Pada permulaan doa, bahkan sebelum doa, kita harus sadar kepada siapa kita berbicara. Kita berbicara bukan sekedar kepada manusia biasa tetapi kepada Bapa yang di surga! Sekalipun ini merupakan sesuatu yang sangat jelas, tetapi kenyataanya banyak orang melupakan hal ini! Ini menyebabkan mereka bisa berdoa dengan sikap kurang ajar / tidak hormat, seenaknya sendiri, main perintah seperti boss, dan sebagainya.
b) Kata ‘Bapa’ menunjukkan hubungan yang dekat, kasihNya, dsb.
Matthew Henry mengatakan bahwa kata ‘Bapa’ menunjukkan bahwa doa harus ditujukan kepada Allah, bukan kepada malaikat-malaikat, orang-orang suci (Santa / Santo), atau kepada seseorang / sesuatu yang lain.
Kalau saudara tidak yakin bahwa Allah adalah Bapa saudara, atau bahwa saudara adalah anakNya, maka sebetulnya saudara tidak layak untuk berdoa kepadaNya. Jadi, percayalah dahulu kepada Yesus, supaya saudara menjadi anak Allah (Yohanes 1:12), dan barulah saudara boleh berdoa kepadaNya.
Juga kalau saudara memberikan counseling / bimbingan kepada orang kafir / orang kristen KTP yang sedang menderita, terkena musibah dsb, jangan menyuruh dia berdoa kalau ia belum percaya kepada Kristus. Itu tidak ada gunanya. Memang kadang-kadang Tuhan bisa mendengar dan mengabulkan doa dari orang yang belum percaya kepadaNya (mungkin dengan tujuan supaya orang itu mau percaya), tetapi pada umumnya Ia tidak mau mendengarkan doa orang yang bukan anakNya!
Calvin: “as it would be the folly and madness of presumption, to call God our Father, except on the ground that, through our union to the body of Christ, we are acknowledged as his children, we conclude, that there is no other way of praying aright, but by approaching God with reliance on the Mediator.” [= sebagaimana merupakan kelancangan yang bodoh dan gila untuk menyebut Allah Bapa kita, kecuali atas dasar bahwa melalui persatuan kita dengan tubuh Kristus, kita diakui sebagai anak-anakNya, kami menyimpulkan bahwa tidak ada jalan lain untuk berdoa dengan benar, kecuali dengan mendekati Allah dengan bersandar pada sang Pengantara.] - hal 317-318.
Bdk. 1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.
c) Kata-kata ‘di surga’ bukan menekankan ‘tempat dari Allah’ dan tidak berarti bahwa Allah hanya ada di surga (karena Ia maha ada).
Jadi, yang ditekankan oleh kata-kata ini adalah penghormatan kepadaNya, dan juga keilahian, otoritas, kuasa dari Allah.
Calvin: “in the next clause, ‘who art in heaven,’ he gives us a lofty idea of the power of God. When the Scripture says, that God is ‘in heaven,’ the meaning is, that all things are subject to his dominions, - that the world, and everything in it, is held by his hand, - that his power is everywhere diffused, - that all things are arranged by his providence.” [= dalam anak kalimat selanjutnya, ‘yang di sorga’, Ia memberikan kepada kita gagasan yang tinggi / superior tentang kuasa Allah. Pada waktu Kitab Suci berkata bahwa Allah ada ‘di sorga’, artinya adalah, bahwa segala sesuatu tunduk pada kekuasaanNya, - bahwa dunia / alam semesta, dan segala sesuatu di dalamnya, digenggam oleh tanganNya, - bahwa kuasaNya disebarkan dimana-mana, - bahwa segala sesuatu diatur oleh ProvidensiaNya.].
Calvin: “When God is said to be ‘in heaven,’ we must not suppose that he dwells only there; but, on the contrary, must hold what is said in another passage, that ‘the heavens of heavens do not contain him,’ (2 Chronicles 2:6). This mode of expression separates him from the rank of creatures, and reminds us that, when we think of him, we ought not to form any low or earthly conceptions: for he is higher than the whole world.” [= Pada waktu Allah dikatakan ada ‘di sorga’, kita tidak boleh menganggap bahwa Ia hanya tinggal di sana; tetapi sebaliknya, harus memegang apa yang dikatakan dalam text yang lain, bahwa ‘sorga / langit dari sorga / langit tidak bisa menampungNya’ (2Taw 2:6). Cara pengungkapan ini memisahkan Dia dari tingkatan makhluk-makhluk ciptaan, dan mengingatkan kita bahwa pada waktu kita berpikir tentang Dia, kita tidak boleh membentuk konsep yang rendah atau duniawi: karena Ia lebih tinggi dari seluruh dunia / alam semesta.].
2Taw 2:6 - “Tetapi siapa yang mampu mendirikan suatu rumah bagi Dia, sedangkan langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Dia? Dan siapakah aku ini, sehingga aku hendak mendirikan suatu rumah bagi Dia, kecuali sebagai tempat untuk membakar korban di hadapanNya?”.
d) Kata-kata ‘Bapa’ dan ‘yang di sorga’ harus ditekankan secara seimbang. Kalau hanya ditekankan ‘Bapa’ kita akan datang kepada Dia dengan kurang ajar / tidak hormat. Kalau hanya ditekankan ‘di sorga’, kita akan takut datang kepada Dia.
e) Kata ‘kami’.
Matthew Henry mengatakan bahwa kata ‘kami’ ini menunjukkan bahwa kita bukan hanya harus berdoa secara pribadi / sendirian, tetapi juga dalam persekutuan bersama-sama dengan saudara-saudara seiman.
Saya tekankan kata ‘seiman’ karena saya tidak percaya doa bersama yang banyak dilakukan BERSAMA dengan orang-orang dari agama lain.
f) Kata-kata ‘Bapa kami yang di sorga’ ini merupakan suatu penyembahan.
Bible Knowledge Commentary: “Prayer is to begin with worship. God is addressed as Our Father in heaven. Worship is the essence of all prayer.” [= Doa harus dimulai dengan penyembahan. Allah dipanggil / disapa sebagai Bapa Kami yang di sorga. Penyembahan adalah hakekat dari semua doa.].
2) ‘Dikuduskanlah namaMu’ (Matius 6:9).
a) ‘Nama Allah’ berarti ‘diri Allah’ sendiri. Ini terlihat dari ayat-ayat seperti:
1. Mazmur 9:11 - “Orang yang mengenal namaMu percaya kepadaMu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN.”.
2. Yohanes 17:6,26 - “(6) Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu. ... (26) dan Aku telah memberitahukan namaMu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.’”.
Kata ‘namaMu’ dalam ayat-ayat di atas ini jelas tidak menunjuk pada nama YHWH / YAHWEH, tetapi menunjuk pada diri Allah sendiri.
b) Bagian ini adalah suatu doa supaya Allah dihormati / dimuliakan dan diakui oleh manusia. Calvin berkata bahwa kebalikan dari ini adalah pada waktu manusia berbicara tentang Allah tanpa rasa hormat kepadaNya.
Calvin melanjutkan: “the highest dishonour that can be done to him is unbelief and contempt of his word.” [= sikap tidak hormat tertinggi yang bisa dilakukan terhadap Dia adalah ketidak-percayaan dan sikap menghina / memandang rendah terhadap firmanNya.] - hal 319.
Calvin (tentang 2Timotius 3:16): “we owe to the Scripture the same reverence which we owe to God; because it has proceeded from him alone, and has nothing belonging to man mixed with it” (= kita berhutang kepada Kitab Suci penghormatan yang sama seperti kepada Allah; karena Kitab Suci telah keluar hanya dari Dia, dan tidak mempunyai apapun milik manusia yang dicampur dengannya) - hal 249.
John Murray memberikan komentar tentang seorang teman seja¬watnya yang bernama E. J. Young (yang memang sangat getol dalam mempertahankan otoritas Kitab Suci) sebagai berikut: “He knew nothing of an antithesis between devotion to the Lord and devotion to the Bible. He revered the Bible because he revered the Author.” (= Ia tidak mengenal pertentangan antara kesetiaan / pembaktian diri terhadap Tuhan dan kese¬tiaan / pembaktian diri terhadap Alkitab. Ia menghormati Alkitab karena ia menghormati Pengarangnya.).
Bandingkan ini dengan sikap orang-orang Liberal yang kelihatannya menghormati Allah / Yesus tetapi tidak menghormati Alkitab / firmanNya.
3) ‘Datanglah kerajaanMu’ (Matius 6:10).
Bagian ini adalah suatu doa supaya Allah memerintah. Memang Allah sudah memerintah, tetapi ada banyak orang yang tidak mengakuiNya sebagai Raja. Kita berdoa supaya orang-orang itu mau mengakuiNya sebagai Raja.
Ini tidak berarti kita hanya perlu berdoa seperti ini dan tidak perlu memberitakan Injil. Kita harus berdoa dan bekerja! Jadi, kita harus berdoa supaya semua orang mau tunduk pada pemerintahan Allah, tetapi kita juga harus memberitakan Injil / Firman Tuhan supaya semua orang bisa percaya dan tunduk kepada Kristus.
Calvin mengatakan (hal 320) bahwa tanpa pekerjaan Roh Kudus, maka pemberitaan Firman Tuhan tidak akan ada gunanya. Jadi keduanya harus digabungkan supaya Kerajaan Allah bisa ditegakkan. Karena itu kita berdoa supaya Allah bekerja, baik melalui firmanNya maupun RohNya, supaya seluruh dunia tunduk kepadaNya.
4) ‘Jadilah kehendakMu’ (Matius 6:10).
Istilah ‘kehendak Allah’ bisa menunjuk pada rencana kekalNya yang pasti akan terlaksana, tetapi bisa juga menunjuk pada firmanNya.
Dalam arti yang pertama, ini merupakan suatu pernyataan bahwa kita mau menerima kehendak Allah (bdk. Matius 26:42 - doa Yesus di Taman Getsemani).
Dalam arti yang kedua, ini adalah suatu doa supaya firman / hukum-hukum Allah ditaati. Kalimat selanjutnya dari Doa Bapa Kami ini menunjukkan bahwa di surga malaikat-malaikat sudah mentaati Allah, dan kita berdoa supaya di bumi hal itu juga terjadi.
5) ‘Di bumi seperti di surga’ (Matius 6:10).
Kalimat ini berhubungan bukan hanya dengan kalimat ke 4 di atas, tetapi berhubungan dengan kalimat ke 2, ke 3, ke 4.
Di surga hal-hal tersebut di atas (no 2-4) sudah terjadi. Kita berdoa supaya hal-hal tersebut juga terjadi di bumi.
Saksi-Saksi Yehuwa menafsirkan bahwa ini menunjuk pada bumi yang akan disempurnakan (yang mereka sebut ‘Firdaus’), yang akan menjadi tempat tinggal dari orang-orang yang diselamatkan, selain dari 144.000 orang yang masuk surga. Ini jelas merupakan penafsiran yang sesat.
6) ‘Berikanlah kepada kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya’ (Matius 6:11)
KJV/RSV/NASB: ‘Give us this day our daily bread’ [= Berilah kami hari ini roti harian kami].
NIV: ‘Give us today our daily bread’ [= Berilah kami hari ini roti harian kami].
a) Kata ‘makanan’ secara hurufiah adalah ‘roti’.
1. Ada yang menganggap bahwa dengan ‘roti / makanan’ di sini bukanlah betul-betul roti / makanan karena mereka menganggap permintaan seperti itu terlalu duniawi. Mereka lalu menafsirkan ‘roti’ sebagai Firman Tuhan / Perjamuan Kudus. Tetapi ini salah! Allah memang juga memperhatikan kebutuhan jasmani kita.
Yohanes 6:5 - “Ketika Yesus memandang sekelilingNya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya, berkatalah Ia kepada Filipus: ‘Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?’”.
Matius 6:31-32 - “(31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.”.
2. Calvin menganggap bahwa kata ‘roti’ mencakup segala macam makanan, dan bahkan segala kebutuhan jasmani kita.
b) Kata Yunani yang diterjemahkan ‘yang secukupnya’ dalam Kitab Suci Indonesia, oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘daily’ [= harian] adalah EPIOUSION.
Calvin menafsirkan bahwa arti dari kata ini adalah ‘terus menerus’. Jadi, karena kita tiap hari mempunyai kebutuhan jasmani, maka kita meminta supaya setiap hari Tuhan memberikan kebutuhan kita secara terus menerus / tanpa terputus.
Editor dari Calvin’s Commentary mengatakan bahwa kata ini tidak pernah muncul di bagian lain dari Kitab Suci kita, dan bahkan juga tidak dalam tulisan-tulisan non kristen, sehingga sukar diketahui artinya. Ia sendiri menganggap bahwa arti dari kata itu adalah ‘yang secukupnya’ (seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia).
Bible Knowledge Commentary: “‘Daily’ (EPIOUSION, used only here in the NT) means ‘sufficient for today.’” [= ‘Harian’ (EPIOUSION, digunakan hanya di sini dalam PB) berarti ‘cukup untuk hari ini’.].
Tetapi sebetulnya terjemahan ‘daily’ [= harian] dari KJV/RSV/NIV/NASB juga memberikan arti yang tidak terlalu berbeda.
Jadi, kata ini mengajar kita untuk:
1. Tidak meminta secara serakah. Mintalah apa yang benar-benar dibutuhkan.
Bdk. Amsal 30:8-9 - “(8) Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. (9) Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.”.
2. Bergantung setiap hari kepada Tuhan.
Mungkin kita bertanya: ‘Kalau aku orang kaya, yang mempunyai uang cukup untuk 10 keturunan, apakah aku perlu berdoa seperti dalam kalimat ini?’.
Calvin: “But here an objection may be urged. It is certain, that Christ has given a rule for prayer, which belongs equally to all the godly. Now, some of their number are rich men, who have their yearly produce laid up in store. Why does he command them to ask what they have at home, and to ask every day those things of which they have an abundant supply for a year? The reply is easy. These words remind us that, unless God feed us daily, the largest accumulation of the necessaries of life will be of no avail. Though we may have abundance of corn, and wine, and every thing else, unless they are watered by the secret blessing of God, they will suddenly vanish, or we will be deprived of the use of them, or they will lose their natural power to support us, so that we shall famish in the midst of plenty. There is therefore no reason to wonder, if Christ invites the rich and poor indiscriminately to apply to their Heavenly Father for the supply of their wants.” [= Tetapi di sini suatu keberatan bisa dinyatakan. Adalah pasti bahwa Kristus telah memberikan suatu peraturan untuk doa, yang berlaku secara sama bagi semua orang saleh / percaya. Beberapa dari mereka adalah orang-orang kaya, yang mempunyai hasil tahunan mereka tersimpan sebagai persediaan. Mengapa Ia memerintah mereka untuk meminta apa yang mereka punyai di rumah, dan untuk meminta setiap hari hal-hal itu tentang mana mereka mempunyai suplai berlimpah-limpah untuk satu tahun? Jawabannya mudah. Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa, kecuali Allah memberi kita makan setiap hari, pengumpulan yang terbesar dari kebutuhan-kebutuhan kehidupan tidak ada gunanya. Sekalipun kita mempunyai jagung / gandum, dan anggur, dan segala sesuatu yang lain secara berlimpah-limpah, kecuali hal-hal itu diairi oleh berkat rahasia dari Allah, hal-hal itu akan tiba-tiba lenyap, atau kita akan tidak bisa menggunakannya, atau hal-hal itu akan kehilangan kekuatan alamiah mereka untuk menyokong kita, sehingga kita akan menderita kelaparan di tengah-tengah kelimpahan. Karena itu tidak ada alasan untuk bertanya-tanya, jika Kristus mengundang orang kaya dan orang miskin tanpa pembedaan untuk memohon kepada Bapa surgawi mereka untuk menyuplai kebutuhan-kebutuhan mereka.].
Calvin: “A certain man has abundant wine and grain. Since he cannot enjoy a single morsel of bread apart from God’s continuing favor, his wine and granaries will not hinder him from praying for his daily bread.” [= Seorang tertentu mempunyai anggur dan padi / gandum berlimpah-limpah. Karena ia tidak bisa menikmati sepotong kecil rotipun terpisah dari kemurahan / kebaikan hati yang terus menerus dari Allah, anggur dan lumbung-lumbungnya tidak menghalangi dia untuk berdoa untuk roti hariannya.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XX, No 7.
Illustrasi / contoh: beberapa waktu yang lalu sebuah pesawat jatuh di pegunungan. Ada orang-orang yang tidak mati pada saat pesawat jatuh, tetapi pada waktu ditemukan mereka sudah mati dengan perut terikat. Mengapa? Untuk menahan lapar, karena mereka tidak mempunyai makanan. Mereka bisa naik pesawat, jadi pasti bukan termasuk orang miskin. Tetapi mereka bisa mati kelaparan. Ini menunjukkan bahwa tanpa berkat dari Tuhan, semua kekayaan tidak berguna. Orang kayapun butuh diberi makan oleh Tuhan!
c) Adanya doa ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu bekerja.
Bdk. 2Tesalonika 3:10b - “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”.
Sebaliknya, kalau kita bekerja, dan bisa mendapatkan makanan, kita tidak boleh sombong dan menganggap bahwa kita bisa mencukupi kebutuhan kita sendiri. Pekerjaan kita, kalau bukan karena berkat Tuhan, tidak akan ada hasilnya / gunanya. Baik binatang maupun manusia, bisa mendapatkan makanannya karena berkat Tuhan saja!
Bdk. Mazmur 104:21,27-28 - “(21) Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah. ... (27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan.”.
Bdk. Mazmur 127:1-2 - “(1) [Nyanyian ziarah Salomo.] Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. (2) Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah - sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur.”.
Calvin: “The fields must, no doubt, be cultivated, labour must be bestowed on gathering the fruits of the earth, and every man must submit to the toil of his calling, in order to procure food. But all this does not hinder us from being fed by the undeserved kindness of God, without which men might waste their strength to no purpose. We are thus taught, that what we seem to have acquired by our own industry is his gift” [= Tidak diragukan bahwa ladang-ladang harus diusahakan / ditanami, jerih payah harus diberikan untuk mengumpulkan buah-buah dari bumi, dan setiap orang harus bekerja sesuai panggilannya, untuk mendapatkan makanan. Tetapi semua ini tidak menghalangi diri kita untuk diberi makan oleh kebaikan yang tidak layak kita dapatkan dari Allah, tanpa mana orang-orang akan menghabiskan kekuatan mereka tanpa ada gunanya. Maka kita diajar bahwa apa yang kelihatannya kita dapatkan oleh kerajinan kita adalah pemberianNya] - hal 325.
7) ‘Dan ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami’ (Matius 6:12).
a) Kata ‘kesalahan’ seharusnya adalah ‘hutang’ (Inggris: ‘debts’). Bagian paralelnya dalam Lukas 11:4 menggunakan istilah ‘dosa’ (Yunani: HAMARTIA). Dosa memang adalah suatu hutang (bdk. Lukas 7:36-50 Matius 18:21-35)! Dan karena itu, pada waktu Kristus sudah membayar hutang kita, kita tak perlu lagi membayarnya sendiri!
b) Ini merupakan doa pengakuan dosa, dan ini merupakan sesuatu yang penting sekali. Dosa merusak persekutuan dengan Allah, menghalangi doa kita sehingga tidak bisa mencapai Allah (Yesaya 59:1-2), menghalangi berkat Tuhan, menarik kita pada dosa-dosa lain, menghancurkan damai dan sebagainya. Karena itu, dosa harus dibereskan secepatnya. Calvin beranggapan (hal 326) bahwa kita harus memulai doa kita dengan pengakuan dosa.
c) Jangan beranggapan bahwa semua orang mempunyai hak untuk meminta ampun atas dosa-dosanya! Kata pertama dalam Doa Bapa Kami ini adalah ‘Bapa’. Ini menunjukkan bahwa yang boleh meminta ampun atas dosa-dosanya adalah ‘anak-anak Allah’ saja, yaitu orang-orang yang percaya kepada Yesus (Yohanes 1:12). Kalau kita bukan anak Allah karena iman kita kepada Yesus Kristus, kita tidak akan pernah mendapatkan pengampunan dosa!
Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
1. Lukas 24:47 - “dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.”.
2. Kisah Para Rasul 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.
3. Kisah Para Rasul 13:38 - “Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa.”.
4. Kisah Para Rasul 26:18 - “untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepadaKu memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.”.
d) ‘seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami’.
Bagian ini diperluas dalam Matius 6: 14-15: “(14) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. (15) Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.’” (bdk. Matius 18:22-35 - perumpamaan orang yang berhutang 10.000 talenta).
Ini tidak boleh diartikan bahwa pengampunan yang kita berikan menyebabkan kita diampuni. Mengapa? Karena kalau diartikan seperti ini akan menjadi ajaran ‘keselamatan karena perbuatan baik’ yang merupakan ajaran sesat yang bertentangan dengan banyak ayat-ayat Kitab Suci seperti Ef esus 2:8-9 dan sebagainya. Jadi, bagaimana artinya? Iman kita yang menyebabkan kita diampuni, tetapi iman harus dibuktikan dengan maunya kita mengampuni orang lain.
Calvin: “This condition is added, that no one may presume to approach God and ask forgiveness, who is not pure and free from all resentment. And yet the forgiveness, which we ask that God would give us, does not depend on the forgiveness which we grant to others: ... Christ did not intend to point out the cause, but only to remind us of the feelings which we ought to cherish towards brethren, when we desire to be reconciled to God.” [= Syarat ini ditambahkan, supaya tak seorangpun berani mendekati Allah dan meminta pengampunan, jika ia tidak murni dan bebas dari semua kemarahan / kebencian. Tetapi pengampunan yang kita minta Allah berikan kepada kita, tidak tergantung pada pengampunan yang kita berikan kepada orang-orang lain: ... Kristus tidak bermaksud untuk menunjukkan penyebabnya, tetapi hanya mengingatkan kita tentang perasaan yang harus kita pelihara terhadap saudara-saudara kita, pada waktu kita ingin diperdamaikan dengan Allah.] - hal 327.
e) Kita minta ampun langsung kepada Bapa.
Pengantara kita adalah Yesus Kristus, bukan pendeta, pastor dan sebagainya.
1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.
Bandingkan dengan orang Katolik yang mengaku dosa kepada pastor!
f) Satu pertanyaan yang dibahas oleh Calvin adalah: pemberesan dosa tentu lebih penting dari makanan. Lalu mengapa doa tentang makanan didahulukan dari pada doa tentang pengakuan / pengampunan dosa? Calvin menjawab: “Though the forgiveness of sins is to be preferred to food, as far as the soul is more valuable than the body, yet our Lord commenced with bread and the supports of an earthly life, that from such a beginning he might carry us higher” [= Sekalipun pengampunan dosa harus lebih didahulukan dari makanan, sebagaimana jiwa lebih berharga dari tubuh, tetapi Tuhan kita mulai dengan roti dan penopang dari kehidupan duniawi, supaya dari permulaan seperti itu Ia bisa membawa kita lebih tinggi] - hal 322.
8) ‘Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat’ (Matius 6:13).
Ada 2 problem dengan kalimat ini:
1. Allah tidak mencobai kita (Yakobus 1:13). Lalu untuk apa kita berdoa seperti itu?
2. Pencobaan bermanfaat bagi kita (Yakobus 1:2-4). Lalu mengapa kita minta supaya terhindar dari pencobaan?
Jawab:
1. Pencobaan di sini adalah pencobaan di dalam hati / pikiran. Kita tidak minta dijauhkan dari pencobaan dari luar karena yang ini membawa kebaikan. Kita minta dihindarkan dari pencobaan di dalam karena yang ini adalah dosa.
2. Ini bukan permintaan supaya terhindar dari pencobaan / tidak terkena pencobaan, tetapi permintaan supaya tidak jatuh ke dalam dosa pada waktu menghadapi pencobaan. Jadi, ini adalah suatu permintaan supaya Tuhan tidak mengijinkan kita untuk mendapatkan pencobaan yang akan menjatuhkan kita dalam dosa.
9) [‘Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.Amin.’] (Matius 6:13b).
Jewish New Testament Commentary: “The oldest New Testament manuscripts lack it, hence the brackets. Roman Catholics do not include it when reciting the Lord’s Prayer; Protestants do.” [= Manuscript-manuscript Perjanjian Baru yang paling tua tidak mempunyainya, dan karena itu ada tanda kurung. Orang-orang Roma Katolik tidak memasukkan kalimat ini pada waktu mereka mengucapkan Doa Bapa Kami; orang-orang Protestan memasukkannya.].
Ada 2 alasan mengapa kalimat ini diperdebatkan keasliannya:
a) Adanya manuscript-manuscript yang mempunyainya dan manuscript-manuscript yang tidak mempunyainya.
BACA JUGA: DOA BAPA KAMI: MATIUS 6:9-13
b) Manuscript-manuscript yang mempunyainya, kalimatnya bervariasi / berbeda satu dengan yang lain.
Karena itu bagian ini diletakkan di dalam tanda kurung tegak. Memang kalau kalimat ini tidak ada, doa Bapa Kami ini menjadi ‘aneh’, karena terhenti secara tiba-tiba. Tetapi bagaimanapun juga, Lukas 11:2-4 juga tidak memiliki bagian itu.
Pandangan saya: kalimat ini tidak ada dalam Alkitab asli / orisinilnya!
III) Peninjauan terhadap Arti Doa Bapa Kami secara keseluruhan.
1) Matius 6:9-10: 3 permintaan untuk kemuliaan Allah.
Matius 6:11-13: 3 permintaan untuk diri sendiri.
Jadi, dalam doa kemuliaan Allah harus lebih diutamakan dari kepentingan diri sendiri, tetapi permintaan untuk diri sendiri tetap tidak boleh diabaikan.
Calvin: “in prayer Christ enjoins us to consider and seek the glory of God, and, at the same time, permits us to consult our own interest” [= dalam doa, Kristus memerintahkan kita untuk memikirkan dan mencari kemuliaan Allah, dan pada saat yang sama, mengijinkan kita untuk mempertimbangkan / mengingat kepentingan kita sendiri] - hal 316.
Calvin: “we must not be so exclusively occupied with what is advantageous to ourselves, as to omit, in any instance, to give the first place to the glory of God” [= kita tidak boleh sibuk / dipenuhi semata-mata dengan apa yang menguntungkan diri kita sendiri, sehingga menghapuskan, dalam keadaan apapun, untuk memberikan tempat pertama bagi kemuliaan Allah] - hal 322.
Karena itu, tentu saja kalau kepentingan kita sendiri bertentangan dengan kemuliaan Allah, maka kemuliaan Allahlah yang harus kita cari / doakan!
2) Bagian yang untuk diri sendiri (Matius 6:11-13) terdiri dari permintaan yang bersifat jasmani dan rohani. Kedua-duanya perlu dalam hidup kita!
Kalau saudara berdoa apakah saudara meminta hanya hal-hal yang bersifat jasmani saja? Atau sebaliknya saudara hanya meminta hal-hal yang bersifat rohani saja? Mintalah kedua-duanya!
PENUTUP:
Dalam doa Bapa Kami ini permintaan untuk jasmani didahulukan. Ini tidak berarti bahwa jasmani lebih penting dari rohani. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
a) Markus 2:1-12 - Yesus mengampuni dosa dahulu, baru menyembuhkan penyakit orang itu.
b) Matius 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.
c) 1Timotius 4:7-8 - “(7) Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. (8) Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.”.
3) Masa lampau, sekarang, dan yang akan datang, tercakup dalam doa ini.
Matius 6: 11: ‘hari ini’. Ini masa sekarang.
Matius 6: 12: tentang kesalahan / dosa. Ini menunjuk pada masa lampau.
Matius 6: 13: tentang pencobaan. Ini menunjuk pada masa yang akan datang.
Jadi, seluruh hidup diserahkan kepada Tuhan dalam doa.
4) Allah Tritunggal merupakan obyek dari doa kita.
Matius 6: 11: minta makanan. Ini diarahkan kepada Bapa.
Matius 6: 12: minta ampun. Ini diarahkan kepada Yesus.
Matius 6: 13: minta tolong dalam menghadapi pencobaan. Ini diarahkan kepada Roh Kudus.
Jadi, dalam doa, kita minta supaya Allah Tritunggal campur tangan dalam hidup kita.
-AMIN-