DOKTRIN KENAIKAN KRISTUS KE SURGA (SIGNIFIKASI DAN RELEVANSI)

Pdt. William Liem, M.Th.
DOKTRIN KENAIKAN KRISTUS KE SURGA (SIGNIFIKASI DAN RELEVANSI)
DOKTRIN KENAIKAN KRISTUS KE SURGA (SIGNIFIKASI DAN RELEVANSI). Alkitab tidak mencatat peristiwa kenaikan Kristus ke surga sebanyak peristiwa kebangkitan Kristus dari kematian. Lukas hanya mencatat di dua tempat, yakni Lukas 24:50-53 dan Kisah Para Rasul 1:6-11. 

Markus menunjuk kepada pasal 16:19 dan Paulus juga menyinggungnya dalam Efesus 4:8-10 dan 1Timotius 3:16. Kurangnya informasi dalam Alkitab tentang kenaikan Kristus ke surga dibandingkan dengan peristiwa kebangkitan, tidak berarti bahwa peristiwa kenaikan Kristus tidak mempunyai signifikasi doktrinal yang penting. 

Menurut Louis Berkhof, kekurangan data ini ada kemungkinan berhubungan dengan fakta bahwa peristiwa kenaikan Kristus hanya pelengkap atau penyempurna kebangkitan Kristus. Perpindahan Kristus ke tingkat kehidupan mulia yang lebih tinggi, dimulai dengan kebangkitan dan disempurnakan dengan kenaikan ke surga (Berkhof, Systematic Theology, hal. 350).

Apakah signifikasi doktrinal kenaikan Kristus ke surga? Bilamana kita mempelajari peristiwa ini dalam terang firman Tuhan, setidaknya ada Tiga hal yang penting.

Pertama, kenaikan Kristus ke surga menyatakan ia pergi ke suatu tempat. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus masih berada di bumi selama 40 hari (Kisah 1:3). Pada hari yang telah ditetapkan, Ia membawa murid-murid-Nya keluar kota sampai dekat Betania. “Disitu Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga” (Lukas 24:50-51). Catatan yang serupa juga diberikan oleh Lukas dalam bagian pembukaan Kisah Para Rasul 1:9-11

“Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dia orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka ‘Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga’” (Kisah 1:9-11).

Kedua cerita diatas menguraikan suatu peristiwa yang dengan jelas ingin ditunjukkan kepada murid-murid bahwa Yesus pergi ke suatu tempat. Yesus tidak secara mendadak menghilang dari hadapan mereka, tapi secara perlahan-lahan terangkat sebagaimana yang disaksikan oleh para murid, dan kemudian awan (rupanya awan kemuliaan Tuhan) menutup-Nya dari pandangan mereka. Segera setelah itu dua malaikat berkata kepada mereka bahwa “Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.”

Wayne Grudem berpendapat bahwa dengan adanya catatan dalam Alkitab tentang “orang-orang yang naik ke surga” (seperti yang terjadi pada Yesus dan nabi Elia) atau turun dari surga (seperti para malaikat dalam mimpi Yakub, Kejadian 28:12), maka kita dibenarkan untuk berpikir tentang surga sebagai suatu tempat di atas bumi(Grudem, Systematic Theology, hal. 617). 

Pada halaman yang sama, Grudem melanjutkan penjelasannya, kita perlu mengakui bahwa bumi ini bulat dan berotasi dengan demikian amat sulit mengatakan dimanakah surga itu berada secara tepat. Tapi penekanan yang berulang-ulang bahwa Yesus pergi ke suatu tempat (seperti yang terjadi dengan nabi Elia, 2Raja-raja 2:11), dan fakta bahwa Yerusalem yang baru akan turun dari surga dari Allah (Wahyu 21:2), semua ini memberikan indikasi yang jelas bahwa ada suatu lokasi surga dalam ruang waktu alam semesta ini.

Memang ada beberapa teolog Injili yang ragu-ragu menegaskan bahwa surga adalah suatu tempat atau Yesus naik ke suatu lokasi tertentu di suatu tempat dalam ruang waktu alam semesta ini. Saat ini kita memang tidak dapat melihat dimana Yesus berada, dimana hal ini bukan disebabkan Ia masuk ke dalam “suatu keberadaan yang sangat halus” sehingga tidak dapat terdeteksi di dalam lokasi manapun di alam semesta ini, tetapi lebih dikarenakan mata jasmani kita tidak mampu melihat dunia rohani yang ada di sekitar kita. 

Ada malaikat-malaikat di sekitar kita, tetapi kita tidak dapat melihat mereka karena mata kita tidak mempunyai kapasitas itu. Nabi Elisa dikelilingi oleh pasukan malaikat dan kereta berapi yang melindunginya dari kepungan orang-orang Aram di Dotan, tapi pembantu Elisa tidak dapat melihat malaikat-malaikat itu sampai Allah membuka matanya sehingga ia dapat melihat hal-hal yang berada di dimensi rohani (2Raja-raja 6:17). 

Hal yang serupa terjadi dengan Stefanus yang hampir meninggal dunia, Allah memberikan kepadanya suatu kemampuan khusus untuk melihat dunia rohani yang sekarang ini tersembunyi dari mata kita. Stefanus berkata: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah” (Kisah 7:56). Yesus sendiri berkata: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi kesitu untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yohanes. 14:2).

Kedua, kenaikan Kristus ke surga menyatakan Ia telah menyelesaikan pekerjaan penebusan dan dipersilakan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Perjanjian Lama menubuatkan bahwa Mesias akan duduk di sebelah tangan kanan Bapa. Demikianlah firman Tuhan kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu” (Mazmur 110:1). Ketika Kristus naik kembali ke surga Ia menerima penggenapan janji itu: “…Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi” (Ibrani 1:3). 

Dalam hal ini Kristus seperti seorang ksatria yang meninggalkan pelataran raja untuk melakukan suatu tugas yang berbahaya dan menakutkan, dan setelah melaksanakan tugas itu dengan baik, Ia kembali ke hadapan raja dengan kemenangan untuk menerima kemuliaan dan hormat sebagai sang Pemenang (Barclay, The Gospel of John, Vol. 2, hal. 207).

Selanjutnya, ungkapan “duduk di sebelah kanan Bapa” jangan ditafsirkan terlalu hurufiah, tapi simbolis. Ungkapan “duduk di sebelah kanan Bapa” bukan saja suatu deskripsi simbolik untuk tempat kehormatan, teapi merupakan suatu gambaran tentang suatu istana di negeri Timur dimana seorang raja duduk di atas tahtanya, dan dikelilingi oleh pembantu-pembantunya. Para pembantu berdiri di hadapan raja untuk memperlihatkan hormat mereka.

Diminta oleh raja untuk mengambil tempat duduk di samping sebelah kanan adalah penghormatan yang tertinggi yang dapat diterima seseorang. Simon Kistemaker dalam bukunya “Hebrews”, New Testament Commentary, hal. 31, berkata: “Duduk di dekat raja merupakan suatu tanda kedekatan dan bersahabat dengan raja, karena hanya mereka yang berkenan kepada raja berdiri dekat dengan raja. Akan tetapi, duduk dekat raja ketika ia duduk di atas tahtanya merupakan tanda kedudukan, kemuliaan dan kuasa dalam kerajaan. Duduk di sebelah kanan atau kiri raja merupakan posisi yang terhormat dalam kerajaan.”

Dengan demikian ide Yesus “duduk di sebelah kanan Bapa” menyatakan 

(1) suatu hak khusus yang diberikan kepada Kristus yang sangat dihormati Bapa (Mazmur. 110); 

(2) suatu peninggian (exalation) dan supremasi Kristus (supremacy of Christ) untuk memerintah. 

Ketika Kristus duduk di sebelah kanan Bapa, ini menunjukkan bahwa Ia adalah seorang yang amat dihormati Bapa dan juga kepada-Nya diberikan otoritas untuk memerintah kerajaan-Nya yang terbentang luas di permukaan bumi dan di surga. Kerajaan Allah menjadi milik-Nya, dan Tuhan memberikan kepada-Nya: “nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!’” (Filipi. 2:9-11).

Perintah duduk di sebelah kanan Bapa, tidak pernah diberikan kepada malaikat. Para malaikat hanya mengelilingi tahta Allah dan siap diutus untuk melayani mereka yang memperoleh keselamatan (Ibrani 1:14). Kita tidak perlu memikirkan Yesus terus menerus duduk di sebelah kanan Bapa. Stefanus, sebelum diseret keluar Yerusalem untuk dibunuh, berkata: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah” (Kisah Para Rasul 7:56). 

Yesus tidak secara diam-diam menghabiskan waktu-Nya untuk duduk atau berdiri. Ia menyediakan sebuah tempat untuk pengikut-pengikut-Nya dan menaklukkan musuh-musuh-Nya (Kistemaker, “Acts” New Testament Commentary, hal. 279). Kristus juga akan menjadi Jurusyafaat dan Pembela kita di hadapan Bapa (Ibrani 7:25, 1Yohanes 2:1). Ia juga akan mengutus Roh Kudus ke dunia untuk membangun gereja-Nya melalui umat-Nya (Yohanes 14:2). Dengan kehadiran Roh Kudus, pekerjaan penebusan Kristus akan direalisasi dengan baik (Barackman, “Practical Christian Theology”, hal. 140).

Ketiga, kenaikkan Kristus ke surga mempunyai relevansi yang aktual dengan hidup orang percaya. Sama seperti kebangkitan Kristus mempunyai implikasi yang dalam dengan kehidupan Kristen, demikian pula dengan kenaikan Kristus ke surga. Wayne Grudem, dalam bukunya “Systematic Theology”, hal. 619-620, menyebutkan tiga bagian:

(1) Karena kita telah dipersatukan dengan Kristus dalam setiap aspek dari pekerjaan penebusan-Nya, maka kenaikkan Kristus ke surga membayangi menaikan orang percaya ke surga bersama dengan Dia di masa yang akan datang. Dalam 1Tesalonika 4:17, Paulus berkata: “sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. 

Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.” Dan Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa pada suatu hari Ia akan kembali menjemput kita pulang ke surga besama diri-Nya (Yohanes. 14:3).

(2) Kenaikkan Kristus ke surga memberikan suatu jaminan bahwa pada suatu hari rumah kita yang terakhir adalah di dalam surga bersama dengan Dia. Yesus berkata: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yohanes 14:2). 

Yesus adalah seorang manusia seperti kita dalam segala aspek, hanya tidak berdosa, dan Ia telah mendahului kita supaya pada akhirnya kita dapat mengikuti-Nya ke sana dan tinggal bersama dengan Dia selamanya. Fakta bahwa Yesus telah naik ke surga dan mencapai tujuan (goal) yang telah ditetapkan dihadapan-Nya, memberikan jaminan kepada kita bahwa pada akhirnya kita juga akan pergi ke sana.

(3) Karena kesatuan kita dengan Kristus yang telah naik ke surga, maka pada masa sekarang kita dapat berbagian dalam otoritas Kristus di permukaan bumi ini, dan kita akan berbagian penuh di masa yang akan datang. Ini seperti yang dinyatakan Paulus ketika ia berkata bahwa “dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga” (Efesus 2:6). Berbagian dalam otoritas Kristus di masa yang akan datang juga disebutkan oleh Paulus di surat yang lain: “Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat?” (1Korintus 6:3). 

Tuhan Yesus berjanji: “Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk–sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku” (Wahyu 2:26-27). Ini adalah janji-janji yang amat menakjubkan yang akan dialami oleh orang-orang percaya dimana untuk saat ini kita belum bisa memahami sepenuhnya.DOKTRIN KENAIKAN KRISTUS KE SURGA (SIGNIFIKASI DAN RELEVANSI).
Next Post Previous Post