YESAYA 52:13 – 53:10a (TUHAN YANG MENDERITA)
Ev. Andree Kho.
BACA JUGA: FILIPUS DAN SIDA-SIDA
Demikianlah kehidupan dan pengorbanan Kristus dilukiskan secara detail oleh Yesaya dalam bentuk puisi nubuatan yang paling agung dalam seluruh Perjanjian Lama. Dan perwujudan dari nubuat inilah yang kita peringati bersama dalam Peringatan Jumat Agung, Hari Kesengsaraan Tuhan.
Yesaya 52:12-15 (TB-LAI).
(Yesaya 52:12) Sungguh, kamu tidak akan buru-buru keluar dan tidak akan lari-lari berjalan, sebab TUHAN akan berjalan di depanmu, dan Allah Israel akan menjadi penutup barisanmu. (13) Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. (14) Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia–begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi– (Yesaya 52:15) demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.
Yesaya 53:1-12 (TB-LAI)
(Yesaya 53:1) Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? (2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. (4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. (9) Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. (11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. (Yesaya 53:12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.
Salah satu ajaran paling kontroversial dalam kekristenan adalah hal tentang Allah yang menjadi manusia dan menanggung penderitaan. Di dalam dunia filsafat Yunani, Allah dikenal sebagai keberadaan yang tertinggi, yang melampaui dunia materi. Allah yang seperti itu, tidak mungkin menjadi manusia apalagi menderita.
Demikian juga di dalam konsep semua agama, Allah dikenal sebagai oknum yang transenden, yang melampaui dan tidak mungkin terikat dengan dunia materi yang fana, kecuali faham panteisme yang mengajarkan keilahian yang merembes ke dalam setiap unsur ciptaan. Tapi ajaran panteisme seperti itu bukan pemahaman secara umum tentang “Allah”.
Yang dimengerti secara umum dalam istilah “Allah”, adalah oknum tertinggi dalam alam semesta ini, yang daripada-Nya segala sesuatu bersumber. Keberadaan oknum ini adalah sepenuhnya bersifat ilahi, dan karenanya tidak bisa disamakan dengan dunia materi yang sementara. Dia tidak bisa diukur dengan ukuran manusia di dalam segala hal, termasuk emosi dan perasaan-Nya.
Dia tidak mungkin dibatasi dengan tubuh manusia dan mengalami penderitaan seperti layaknya manusia. Pemikiran berlatar belakang silogisme berdasarkan akal manusia yang terbatas seperti itu, menjadikan ajaran Kristen yang bersumber pada wahyu Allah sendiri sebagai ajaran yang aneh bahkan dianggap lelucon dan menjadi batu sandungan bagi orang dunia.
Tapi itulah rahasia besar yang dibukakan Allah kepada manusia, khususnya bagai umat pilihan-Nya. Tujuh ratus tahun sebelum kedatangan Messias, Sang Juruselamat, melalui hamba-Nya Yesaya, Allah menyampaikan suatu nubuat berisikan rahasia besar tentang misi sang Messias, bahwa misi tersebut adalah suatu misi penderitaan.
Nubuat tersebut disampaikan dengan gaya sastra puisi, dalam bentuk syair, sehingga ketika diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain maka sudah hampir dipastikan akan ‘kehilangan’ keindahannya atau tidak lagi tertangkap secara utuh. Tapi bagaimanapun, beberapa inti ajarannya jelas tetap dapat ditangkap secara jelas.
Dan sehubungan dengan makna dari puisi agung ini, tidak ada penjelasan lain yang lebih tepat bisa diberikan untuk apa yang dibicarakan di dalamnya selain lukisan daripada kehidupan dan karya Kristus di atas salib. Inilah “Via Dolorosa” yang dilukiskan lewat perspektif nabi; rahasia keselamatan yang gagal dimengerti bahkan oleh Israel sendiri, tapi yang dibukakan kepada orang-orang yang punya kepekaan mata rohani untuk menangkapnya.
Dia adalah Messias yang Menang (Yesaya 52:12; 53:10b-12)
Sejak awal, nubuat tersebut menyatakan bahwa misi sang Messias adalah misi kemenangan. Dia akan berhasil, Dia akan disanjung dan dimuliakan. Ini bukan misi untung-untungan, bukan misi yang penuh spekulasi semacam ‘mission impossible’. Kemenangan yang akan dicapai-Nya adalah hal yang pasti karena misi ini adalah misi Allah sendiri. Seketika Dia nampak gagal karena beberapa unsur atau kriteria yang tidak sesuai dengan pemahaman manusia, tetapi Dia tidak akan dan tidak mungkin gagal.
Dia akan melihat buah-buah dari karya-Nya yang kekal, Dia akan mengerjakan dengan sempurna seluruh rencana Allah berkenaan dengan penyelamatan orang-orang dari penyakit rohani yang paling parah yaitu dosa. Setelah apa yang akan dialami-Nya, Dia akan dipuaskan. Dia akan memperoleh upah-Nya secara penuh; Dia akan menerima semua orang yang diberikan Bapa kepada-Nya sebagai buah dari apa yang Dia lakukan bagi mereka, yaitu orang-orang yang dibenarkan melalui kebenaran-Nya sendiri.
Kemenangan yang akan dicapai-Nya bukan hanya sekadar pengakuan saja, tapi adalah jiwa-jiwa yang ditebus-Nya menjadi milik-Nya sendiri. Orang-orang ini akan direbut dari dalam kondisi di mana mereka terikat tidak berdaya. Tapi Dia jelas lebih berkuasa dari situasi yang mengikat itu dan situasi itu tidak berdaya melawan orang-orang ‘jarahan’ ini, Dia akan terus ditinggikan dan dimuliakan sampai Dia menerima seluruh hormat dan kemuliaan ketika seluruh rencana Allah tergenapi oleh-Nya. Kemenangan ini masih dalam proses, sehingga dalam penyampaiannya, dilukiskan dalam bentuk tata bahasa “akan“.
Jikalau ini adalah gambarang kemenangan Allah, maka memang sewajarnyalah demikian, Allah mencapai kemenangan akhir dan menerima segala kemuliaan, itu adalah hal yang wajar. Tapi cara yang dilukiskan dalam puisi ini tentang bagaimana kemenangan besar tersebut diperoleh, itulah yang menjadi ganjalan terbesar bagi hati dan akal manusia. Kemenangan itu, dicapai melalui perendahan diri dan penderitaan yang tidak terpikirkan dan tidak terukur oleh kemampuan akal.
Dia adalah Tuhan yang Menderita (Yesaya 52:13 – 53:10a)
Secara pasti, Messias akan mencapai kemenangan akhir secara mutlak. Tapi kemenangan itu akan dicapai lewat berbagai macam penderitaan sampai puncaknya. Inilah kebenaran besar yang terkandung dalam inkarnasi Kristus menjadi manusia. Allah menjadi manusia, yang ilahi menjadi yang fana dan terbatas; ini sudah satu bentuk penderitaan. Tapi bukan itu saja. Dia menderita, dalam bentuk dan derajat yang jauh-jauh lebih berat lagi.
Dia Ditolak Oleh Manusia Ciptaan-Nya sendiri
Dia adalah Allah Anak, oknum kedua Allah Tritunggal. Sekiranya Dia datang sebagai pahlawan, seorang Raja yang memimpin gerakan perlawanan terhadap pemerintahan Romawi dan menang, sekiranya Dia datang sebagai orang kaya yang dermawan dengan jubah mahal dan membagi-bagikan harta kepada semua orang…Sekiranya demikian tentunya Dia akan diterima dan disanjung.
Tetapi Dia datang dengan rupa yang lain; penampakan-Nya biasa, pakaian-Nya sederhana, Dia tidak mengendarai seekor kuda jantan yang perkasa melainkan seekor keledai betina, dan Dia terlahir sebagai seorang anak tukang kayu. Dia dilukiskan sebagai tunas yang baru tumbuh, kelihatannya begitu lemah.
Di datang ke dalam dunia bukan untuk mencelakakan manusia. Dia datang karena didorong oleh kasih yang terlalu besar dan dalam untuk dilukiskan dengan kata-kata, Dia datang untuk melawat manusia ciptaan-Nya yang telah jatuh dalam dosa, Dia datang untuk menyelamatkan mereka. Tetapi Dia ditolak mentah-mentah dengan ejekan dan penghinaan yang luar biasa.
Dia ditolak secara aklamasi, Dia tersingkir dari arena laga yang mengagungkan kekuatan eksternal. Penolakan itu membuat Dia lebih menderita dan terhina lagi karena siapa Dia adanya. Dia yang sepantasnya disanjung dan dimuliakan, kini ditolak dengan kebencian tanpa alasan. Dia adalah pencipta yang ditolak oleh ciptaan-Nya sendiri.
Dia Difitnah dan Dikhianati
Dia difitnah oleh mereka yang disebut sebagai pemimpin agama, dikhianati oleh murid-Nya sendiri, dan diadili oleh orang-orang berdosa yang seharusnya diadili oleh-Nya. Padahal setiap hari Dia mengajarkan kebenaran, melakukan kebajikan dan menolong orang banyak. Dia melakukan perkara-perkara besar yang hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri, tapi kemudian Dia dituduh menghujat Allah hanya karena Dia mengatakan kebenaran, tanpa mereka bisa membuktikan kesalahan-Nya.
Selama tiga setengah tahun Dia membimbing dan mengajar murid-murid-Nya, selama itu juga mereka melihat dan mengalami sendiri kuasa keilahian-Nya. Tapi akhirnya, Dia harus menerima pengkhianatan dari salah satu murid-Nya sendiri. Dan Dia menerima semuanya itu dengan sikap diam bagaikan seekor anak domba yang dibawa ke pembantaian, seperti seekor induk domba yang kelu tidak berdaya di depan orang-orang yang menggunting bulunya.
Dia Dianiaya dan Dibunuh
Untuk seketika waktunya, orang melihat-Nya bagaikan bukan manusia lagi, yaitu ketika Dia diperlakukan dengan cara begitu terhina sehingga Dia kelihatan begitu rendah, begitu hina, seperti manusia yang telah kehilangan martabatnya.
Dua ditelanjangi, dianiaya secara fisik, dipermainkan, diludahi, ditempeleng, dicambuk, mahkota duri ditancapkan di atas kepala-Nya, bahkan akhirnya Dia dibunuh secara terhina. Dia bukan penjahat tapi diperlakukan lebih daripada sekadar penjahat, Dia bukan perampok tapi Dia disamakan dengan perampok. Dia menyembuhkan penyakit banyak orang tapi Dia sendiri yang harus mengalami banyak luka pada tubuh-Nya.
Dia adalah sang Messias yang telah dijanjikan, Dia adalah juruselamat umat manusia karena Dia adalah Allah sendiri yang mengambil rupa manusia. Tapi Dia justru dianiaya dan dibunuh oleh manusia ciptaan-Nya sendiri.
Dia Diremukkan Oleh Allah
Dia mengalami penderitaan demi penderitaan, dan sebagai puncak dari segala penderitaan-Nya Dia diganjar, diremukkan oleh Allah sendiri. Ketika orang-orang menertawakan Dia, mengira bahwa apa yang dialami-Nya adalah tulah dan kutuk dari Allah, sesungguhnya Dia sedang menanggung penderitaan yang paling dahsyat, yang sesuai dengan rencana dan kehendak Allah sendiri.
Memang benar, Dia datang untuk menderita, untuk mengalami suatu penderitaan yang paling mengerikan. Mungkin tidak ada seorang pun yang akan pernah mengerti sepenuhnya, derajat penderitaan yang satu ini, yaitu ketika Dia berteriak dengan nada yang tak terlukiskan: “Eli, Eli, lama sabakhtani“.
Orang-orang mengira bahwa Dia sedang dikutuk oleh Allah, tanpa mereka pernah mengerti bahwa memang itulah yang sedang diderita-Nya. Dia sedang mengalami puncak penderitaan di dalam seluruh misi kedatangan-Nya. Dan ini memang adalah bagian inti dari seluruh rencana dan kehendak Allah, berkenaan dengan jalan keselamatan bagi orang-orang berdosa.
Itu sebabnya dalam kitab Yesaya dimana meskipun peristiwanya belum terjadi tetapi semua penderitaan ini dilukiskan dalam bentuk sudah lampau, atau yang di dalam tata bahasa Inggris disebut ‘past tense’; suatu peristiwa yang telah terjadi. Di dalam rencana kekal Allah, penderitaan Kristus yang dilukiskan Yesaya ini adalah suatu ketetapan yang tidak akan berubah atau gagal, sesuatu yang pasti terjadi. Tapi mengapa?
Mengapa Dia Harus Menderita?
Dia menderita, untuk menanggung ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi umat-Nya. Dia menderita, untuk membuka satu jalan kesembuhan bagi penyakit rohani yang tidak tersembuhkan dengan cara lain. Dia menanggung penderitaan sebagai PENGGANTI bagi umat-Nya yang melakukan kejahatan, yang seharusnya dihukum Allah.
Inilah batu sandungan terbesar bagi orang dunia yang rohaninya telah dibutakan dosa. Orang berdosa mengira dirinya sanggup membayar “hutang” dosanya sendiri terhadap kesucian dan keadilan Allah, dan menertawakan kebenaran tentang kematian sang Messias yang menggantikan, padahal sanksi ilahi atas dosa adalah kematian (MAUT), dan tidak pernah ada orang yang membuktikan dia mampu menghadapi dan mengatasinya.
Dia merelakan diri-Nya menderita semua itu, untuk menanggung hukuman atas dosa umat-Nya. Bukan karena Dia pantas diperlakukan seperti itu, tidak! Tapi Dia terima semuanya itu supaya melalui penderitaan-Nya umat-Nya bisa diselamatkan dari murka dan keadilan ilahi yang maha-dahsyat, yang mengancam atas mereka. Dia telah menanggung hukuman itu, menerima hukuman itu ditimpakan keatas diri-Nya, supaya domba-domba-Nya orang-orang yang dikasihi-Nya tidak lagi mengalami hukuman yang mereka tidak mampu tanggung sendiri.
BACA JUGA: FILIPUS DAN SIDA-SIDA
Demikianlah kehidupan dan pengorbanan Kristus dilukiskan secara detail oleh Yesaya dalam bentuk puisi nubuatan yang paling agung dalam seluruh Perjanjian Lama. Dan perwujudan dari nubuat inilah yang kita peringati bersama dalam Peringatan Jumat Agung, Hari Kesengsaraan Tuhan.
Semoga refleksi yang sangat terbatas ini membakar kembali hati kita oleh anugerah-Nya yang begitu besar kepada kita, dan menguatkan kembali hidup kita untuk menghadapi hari-hari kesusahan sekarang ini, dengan rasa syukur yang melimpah atas apa yang telah diderita-Nya bagi kita. Dia telah menderita. Dia telah menderita bagi Saudara dan saya.YESAYA 52:13 – 53:10a (TUHAN YANG MENDERITA).