I YOHANES 2:12-17 (PERINGATAN: JANGAN MENGASIHI DUNIA)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
1Yohanes 2:12-17 - “(12) Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena namaNya. (13) Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat. (14) Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat. (15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. (17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.
bisnis, gadget |
Kalau dalam 1Yohanes 2: 7-11 Yohanes telah berbicara tentang kasih kepada sesama, sekarang ia berbicara tentang bahayanya kalau kasih yang diarahkan kepada obyek yang salah, yaitu ‘dunia’.
I) Problem 1Yohanes 2: 12-14.
1Yohanes 2: 12-14: “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena namaNya. (13) Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat. (14) Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat”.
Catatan: 1Yohanes 2: 14a dalam Kitab Suci Indonesia (yang saya cetak miring) dianggap sebagai 1Yohanes 2: 13c dalam Kitab Suci Inggris.
Ada problem-problem yang membingungkan dengan ayat-ayat ini:
1) Perubahan tenses.
a) 3 x kata ‘Aku menulis’ dalam 1Yohanes 2: 12-13 menggunakan present tense (I write).
b) 3 x kata ‘Aku menulis’ dalam 1Yohanes 2: 14 menggunakan aorist / past tense (I wrote).
2) Istilah ‘anak’, ‘bapa’, dan ‘orang muda’ menunjuk kepada siapa?
Problem ini masih ditambah dengan persoalan dimana kata ‘anak’ dalam 1Yohanes 2: 12 menggunakan kata Yunani TEKNIA, sedangkan kata ‘anak’ dalam ay 14 menggunakan kata Yunani PAIDIA.
Ada bermacam-macam penafsiran untuk menyelesaikan problem-problem ini:
1) Perubahan tenses.
a) Ada yang mengatakan bahwa rasul Yohanes menuliskan 1Yohanes 2: 12-13, dan lalu karena sesuatu hal ia berhenti sebentar, dan setelah beberapa saat melanjutkan dengan 1Yohanes 2: 14 sehingga ia lalu menggunakan aorist / past tense.
b) Ada yang mengatakan bahwa aorist / past tensenya menunjuk kepada Injil Yohanes, sedangkan present tensenya menunjuk kepada surat Yohanes ini (Pulpit Commentary, hal 23).
c) Ada yang mengatakan bahwa aorist / past tensenya menunjuk kepada bagian surat Yohanes yang sudah selesai ditulis, sedangkan present tensenya menunjuk kepada bagian surat Yohanes yang sedang dan akan ditulis (Barclay, hal 51).
d) Ada yang menganggap bahwa present tense ditinjau dari sudut rasul Yohanes sendiri sebagai penulis surat, sedangkan aorist / past tensenya ditinjau dari sudut para pembacanya, dan ini disebut dengan istilah ‘epistolary aorist’.
Herschel H. Hobbs: “He uses what is called an epistolary aorist, which may be translated as a present tense” (= Ia menggunakan apa yang disebut epistolary aorist / past tense yang berkenaan dengan penulisan surat, yang boleh diterjemahkan sebagai suatu present tense) - hal 54.
Barclay: “Greek letter-writers had a habit of using the past instead of the present tense because they put themselves in the position of the reader. To the writer of a letter a thing may be present because at the moment he is doing it; but to the reader of the letter it will be past because by that time it has been done. ... That is the Greek epistolary or letter-writer’s aorist” (= Penulis-penulis surat dalam bahasa Yunani mempunyai kebiasaan untuk menggunakan past tense dan bukannya present tense, karena mereka menempatkan diri mereka sendiri dalam posisi dari si pembaca surat. Bagi si penulis surat suatu hal ada dalam masa sekarang karena pada saat itu ia sedang melakukannya; tetapi bagi si pembaca dari surat itu hal itu akan ada dalam masa lampau karena pada saat ia membaca surat itu, hal itu telah dilakukan. ... Itulah epistolary aorist / past tense penulis surat dalam Yunani) - hal 50.
Untuk menggambarkan bahwa waktu / tenses dari penulis dan pembaca surat sering kacau, perhatikan lelucon di bawah ini.
Reader’s Digest: “A woman left this note for her milkman: ‘Don’t leave milk today. Of course when I say today, I mean tomorrow because I am writing this yesterday.’” (= Seorang perempuan meninggalkan catatan / surat ini untuk tukang susunya: “Jangan meninggalkan susu hari ini. Tentu saja pada waktu aku berkata ‘hari ini’, aku memaksudkan ‘besok’, karena aku sedang menulis surat ini kemarin”.).
Kalau penafsiran tentang ‘epistolary aorist’ ini benar, maka aorist / past tense dalam ay 14 tidak ada bedanya dengan present tense dari 1 Yohanes 2:12-13, dan semua harus diterjemahkan dalam bentuk present tense, seperti dalam terjemahan NIV.
Saya tidak bisa menentukan yang mana yang benar dari ke 4 penafsiran di atas, karena semua mempunyai kelemahannya sendiri-sendiri. Saya agak condong pada penafsiran yang ketiga (point c).
2) Arti dari istilah ‘anak’, ‘bapa’, dan ‘orang muda’.
Saya hanya memberikan 3 penafsiran di sini:
a) Ada 3 golongan, yang disebut ‘anak’, ‘bapa’, dan ‘orang muda’.
Keberatan terhadap pandangan ini:
1. Yohanes sering menyebut pembacanya, tanpa mempedulikan usia, dengan istilah ‘anak’, seperti dalam 1Yohanes 2:1.
2. Mengapa urut-urutannya ‘anak’, ‘bapa’, dan ‘orang muda’, dan bukannya ‘anak’, ‘orang muda’, ‘bapa’? Atau ‘bapa’, ‘orang muda’, ‘anak’?
b) Bagian ini tidak menggolongkan orang kristen dalam 3 golongan, tetapi hanya dalam 2 golongan, karena kata ‘anak’ menunjuk kepada semua orang kristen / pembacanya, yang lalu dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ‘bapa’ dan ‘orang muda’.
1. Kata ‘anak’ bukan menunjuk kepada anak kecil ataupun bayi Kristen, tetapi menunjuk kepada semua orang kristen tanpa mempedulikan usia biologis maupun usia kekristenan mereka.
Barclay mengatakan (hal 52) bahwa istilah ‘anak-anak’ sering digunakan oleh Yohanes (bdk. 2:1,28 3:7 4:4 5:21) dan jelas bahwa dalam ayat-ayat itu kata ‘anak-anak’ tidak digunakan untuk menunjuk kepada anak kecil. Barclay menambahkan bahwa pada waktu menuliskan surat ini usia rasul Yohanes sudah sekitar 100 tahun, dan karena itu semua jemaat jauh lebih muda dari dia, dan merupakan ‘anak-anak’ bagi dia.
Disamping itu, kata ‘anak’ dalam ay 12 (TEKNIA) tidak terlalu dibedakan dengan kata ‘anak’ dalam 1Yohanes 2: 14 (PAIDIA).
Pulpit Commentary tentang kata PAIDIA: “It is a word which points to his hearers not so much as objects of his affection, as placed under his authority and care” (= Itu merupakan suatu kata yang menunjuk kepada para pendengarnya bukan sebagai obyek dari kasihnya, tetapi menempatkan mereka di bawah otoritas dan perhatiannya) - hal 66.
Barclay: “TEKNIA indicates a child young in age and PAIDIA a child young in experience, and, therefore, in need of training and discipline” (= TEKNIA menunjuk seorang anak yang muda dalam usia dan PAIDIA menunjuk kepada seorang anak yang muda dalam pengalaman, dan karena itu membutuhkan latihan dan disiplin) - hal 51.
Editor dari Calvin’s Commentary: “The objection that teknia in ver. 12, is paidia in ver 13, is not valid, for he uses the latter in the same sense as the former in ver. 18, as denoting Christians in general” (= Keberatan bahwa teknia dalam 1Yohanes 2: 12 adalah paidia dalam ay 13 tidak sah, karena ia menggunakan paidia dalam arti yang sama seperti teknia dalam ay 18, dan menunjuk kepada orang kristen secara umum) - hal 185, footnote.
Dalam 1Yohanes 2: 12 dikatakan bahwa anak-anak / orang-orang kristen itu sudah diampuni dosa-dosanya.
1Yohanes 2: 12: “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena namaNya”. Bandingkan dengan:
a. Lukas 24:47 - “dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem”.
b. Kis 10:43 - “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.
Calvin mengatakan bahwa kalau sebelum ini Yohanes sudah menekankan kesalehan / ketaatan / kasih, maka sekarang dalam ay 12 ia menekankan pengampunan dosa hanya karena nama Kristus, supaya kita tidak menekankan kesalehan / ketaatan lebih dari yang seharusnya.
Jemaat harus berhati-hati dengan Pengakuan Iman Athanasius No 39: “Dan mereka yang telah berbuat baik akan pergi ke dalam kehidupan kekal; mereka yang telah berbuat jahat ke dalam api yang kekal”. Ini tidak mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik. Ini tidak boleh dipisahkan dari No 27-28: “Tetapi adalah perlu untuk keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia / benar inkarnasi dari Tuhan kita Yesus Kristus. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia”, yang menekankan pentingnya iman kepada Kristus untuk keselamatan kita. Jadi No 39 itu hanya merupakan buah / hasil dari iman dan keselamatan. Keselamatan / pengampunan dosa didapat hanya karena iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat!
Lalu dalam 1Yohanes 2: 14a dikatakan bahwa anak-anak / orang-orang kristen itu mengenal Bapa (ay 14a).
NIV: ‘you have known the Father’ (= engkau telah mengenal Bapa).
Dalam bahasa Yunaninya ini menggunakan perfect tense, yang oleh Hobbs diartikan sebagai ‘have come to know and still know’ (= telah mengenal dan tetap mengenal).
Memang ada hubungan yang erat antara pengampunan dosa dan pengenalan terhadap Bapa. Orang yang belum mendapat pengampunan dosa jelas belum mengenal Kristus, dan orang yang belum mengenal Kristus jelas juga tidak mengenal Bapa.
Bdk. Yohanes 14:7a - “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu”
2. Kata ‘bapa’ dan ‘orang muda’ menunjukkan 2 golongan orang kristen.
Ada penafsir yang menafsirkan bahwa yang dimaksudkan bukanlah usia biologis, tetapi usia kekristenan mereka. Tetapi ada juga penafsir yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah usia biologis.
Calvin mengatakan (hal 183) bahwa sekarang ia menyebutkan usia yang berbeda-beda untuk menunjukkan bahwa apa yang ia ajarkan cocok untuk setiap mereka. Calvin juga mengatakan bahwa orang tua biasanya tidak mau belajar dengan alasan sudah tua / sudah melewati usia belajar atau karena menganggap diri sudah berhikmat, dan orang muda tidak mau belajar karena merasa masih terlalu muda, sedangkan orang-orang usia pertengahan tidak mau belajar karena mereka disibukkan dengan banyak hal lain.
a. Tentang ‘bapa’ dikatakan bahwa mereka ‘mengenal Dia, yang ada dari mulanya’ (ay 13a,14b), dan kata-kata ‘Dia, yang ada dari mulanya’ ini pada umumnya ditafsirkan menunjuk kepada Kristus.
b. 1Yohanes 2: 13b,14b ditujukan kepada orang-orang muda, yang ada di puncak kekuatan mereka. Biasanya orang-orang di usia ini mabuk dengan kekuatan mereka sendiri, dan karena itu Yohanes mengingatkan mereka tentang kekuatan yang benar, yaitu kekuatan rohani, supaya mereka tidak bermegah dalam kekuatan daging.
Perhatikan 1Yohanes 2: 14b: “Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat”.
Ada hubungan yang erat antara ‘kuat’, ‘mengalahkan yang jahat’, dan ‘Firman Allah diam di dalam kamu’. Tanpa Firman Tuhan kita tidak mungkin kuat / mengalahkan si jahat.
Herschel H. Hobbs: “The Word of God constantly abiding in them makes them strong and victorious” (= Firman Allah yang terus menerus ada di dalam mereka membuat mereka kuat dan menang) - hal 55.
Pulpit Commentary mengatakan (hal 57) bahwa rasul Yohanes tidak mungkin memaksudkan bahwa orang-orang muda ini telah mengalahkan setan sepenuhnya, karena setan akan terus menerus berusaha menyerang orang kristen. Yang ia maksudkan adalah bahwa pada saat mereka bertobat / datang kepada Kristus, mereka sudah mendapatkan kemenangan. Sebetulnya dalam arti ini semua orang kristen yang sejati telah mendapatkan kemenangan.
c) Barclay beranggapan (hal 52-53) bahwa setiap kata (anak, bapa, orang muda) mencakup semua orang kristen, dan tidak ada penggolongan di sini. Alasannya: predikat yang diberikan kepada anak, bapa, dan orang muda dalam 1Yohanes 2: 12-14 itu cocok untuk semua orang kristen. Semua orang kristen seperti anak, karena semua bisa mendapatkan kembali ketidakbersalahan (innocence) mereka oleh pengampunan dari Yesus Kristus. Semua orang kristen adalah seperti bapa, seperti orang dewasa yang bertanggung jawab, yang bisa berpikir dan belajar makin lama makin dalam dalam pengenalan terhadap Yesus Kristus. Semua orang kristen seperti orang muda, yang mempunyai kekuatan / semangat untuk berperang dan memenangkan pertempuran mereka terhadap si penggoda.
Pandangan Barclay ini tidak saya temui dalam buku tafsiran yang lain, tetapi rasanya memang masuk akal, karena penggambaran-penggambaran tentang anak, bapa dan orang muda itu sebetulnya memang cocok bagi semua orang kristen yang sejati. Tetapi problemnya adalah: mengapa / untuk apa Yohanes menggunakan 3 istilah yang berbeda itu, kalau semua memaksudkan hal yang sama / semua orang kristen?
Dari 3 penafsiran ini, saya agak condong pada penafsiran yang kedua (point b).
II) Peringatannya: jangan mengasihi dunia.
1) Jangan mengasihi dunia.
1Yohanes 2: 15a: “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya”.
a) Kata untuk ‘mengasihi’ adalah AGAPATE.
Herschel H. Hobbs: “The love involved is AGAPE, the highest kind of love, which involves selflessness and absolute loyalty to its object. Therefore, it must be a directed love bestowed upon the proper object” [= Kasih yang dimaksudkan adalah AGAPE, kasih jenis yang tertinggi, yang mencakup sifat mati bagi diri sendiri (selflessness) dan kesetiaan mutlak kepada obyeknya. Karena itu, itu harus merupakan kasih yang terarah yang diberikan kepada obyek yang benar] - hal 53.
b) Kata ‘love’ (= mengasihi) di awal ay 15 merupakan present imperative (= kata perintah bentuk present), yang merupakan perintah yang harus dilakukan terus menerus, dan lalu ditambahi dengan kata Yunani ME (= tidak). Jadi artinya: ‘berhentilah mempunyai kebiasaan untuk mengasihi (dunia)’.
Memang semua dosa bisa menjadi kebiasaan, dan demikian juga dengan kasih kepada dunia. Dan kita bukan hanya harus berhenti dari hal itu pada saat-saat tertentu, tetapi senantiasa!
c) Apakah bagian ini bertentangan dengan Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”?
Tidak? Karena baik ‘kasih’ maupun ‘dunia’ digunakan dalam arti yang berbeda. Kasih dalam ay 15 ini adalah kasih yang egois, sedangkan dalam Yoh 3:16 tidak demikian. Kata ‘dunia’ dalam 1Yohanes 2: 15 ini menunjuk pada hal-hal duniawi / elemen-elemen berdosa dari kehidupan manusia, sedangkan dalam Yohanes 3:16 menunjuk kepada manusianya.
Pulpit Commentary: “Obviously, both ‘love’ and ‘the world’ are used in a different sense in John 3:16, where it is said that ‘God loved the world.’ The one love is selfish, the other unselfish. In the one case ‘the world’ means the sinful elements of human life, in the other the human race” (= Jelas bahwa kata ‘kasih’ dan ‘dunia’ digunakan dalam arti yang berbeda dalam Yoh 3:16, dimana dikatakan bahwa ‘Allah mengasihi dunia’. Kasih yang satu bersifat egois, kasih yang lain tidak. Dalam kasus yang satu ‘dunia’ berarti elemen-elemen berdosa dari kehidupan manusia, dalam kasus yang lain berarti umat manusia) - hal 24.
2) Mengapa kita tidak boleh mengasihi dunia?
a) Karena kalau kita mengasihi dunia, kita tidak mungkin bisa mengasihi Bapa.
1Yohanes 2: 15: “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu”.
Pulpit Commentary: “the duty of loving in one direction must involve the corresponding duty of not loving in an opposite and alien direction” (= kewajiban untuk mengasihi ke satu arah mencakup kewajiban yang bersesuaian untuk tidak mengasihi ke arah yang berlawanan / bertentangan) - hal 35.
Herrick Johnson: “Buying, possessing, accumulating, this is not worldliness. But doing this in the love of it, with no love to God paramount, doing it so that thoughts of God and eternity are an intrusion, doing it so that one’s spirit is secularized in doing it, this is worldliness” (= Membeli, memiliki, mengumpulkan, ini bukan keduniawian. Tetapi melakukan ini dan mengasihinya, tanpa kasih kepada Allah, melakukannya sehingga pemikiran tentang Allah dan kekekalan merupakan gangguan, melakukannya sehingga roh seseorang menjadi duniawi oleh karena hal itu, ini adalah keduniawian) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 705.
George Whetstone: “What is this world? A net to snare the soul” (= Apakah dunia ini? Suatu jaring untuk menjerat jiwa) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 708.
Anonymous: “The ship’s place is in the sea, but God pity the ship when the sea gets into it. The Christian’s place is in the world, but God pity the Christian if the world gets the best of him” (= Tempat dari kapal adalah di laut, tetapi Allah mengasihani / menyesalkan kapal pada saat laut masuk ke dalamnya. Tempat dari orang kristen adalah di dunia, tetapi Allah menyesalkan orang kristen jika dunia mendapatkan yang terbaik darinya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 703.
Anatole France: “One is happy in the world only when one forgets the world” (= Seseorang berbahagia di dunia hanya pada waktu ia melupakan dunia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 705.
Herschel H. Hobbs: “Divided effort and interest explains the unhappiness in the lives of so many Christians” (= Usaha dan kesenangan yang terbagi menjelaskan ketidak-bahagiaan dalam kehidupan begitu banyak orang kristen) - hal 56.
Herschel H. Hobbs: “If this highest love is bestowed upon the world, then this love cannot be given to God. ... Love for the world, rather than for God actually is idolatry, which Paul defines as covetousness, the desire for more - whether it be money, sex, or worldly glory (Col. 3:5)” [= Jika kasih yang tertinggi ini diberikan kepada dunia, maka kasih ini tidak bisa diberikan kepada Allah. ... Kasih untuk dunia dan bukannya untuk Allah, sesungguhnya merupakan pemberhalaan, yang oleh Paulus didefinisikan sebagai ketamakan, keinginan untuk lebih - apakah itu uang, sex, atau kemuliaan duniawi (Kolose 3:5)] - hal 56,57.
Pulpit Commentary: “We can love either God or the world. But no human heart can hold the two opposing at the same time. ... No man can serve God and mammon. The attempt has been made to form a God-and-mammon guild. But all such attempts must be miserable failures” (= Kita bisa mengasihi Allah atau dunia. Tetapi tidak ada hati manusia yang bisa mempunyai kedua kasih yang bertentangan itu pada saat yang sama. ... Tidak ada orang yang bisa melayani Allah dan mammon. Telah diusahakan untuk membentuk serikat Allah dan mammon. Tetapi usaha seperti itu pasti gagal secara menyedihkan) - hal 36.
Bandingkan 1Yohanes 2: 15 ini dengan:
1. Matius 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.
Kata ‘mengabdi’ [NIV/NASB: ‘serve’ (= melayani)] dalam bahasa Yunaninya adalah DOULEUEIN, yang sebetulnya berarti ‘melayani sebagai budak’. Semua orang yang mau mendapatkan uang dengan cara yang berdosa / tidak jujur, sudah memperbudakkan dirinya kepada mammon / dewa uang!
2. Yakobus 4:4 - “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah”.
b) Karena semua yang ada di dalam dunia bukan berasal dari Bapa, tetapi dari dunia, dan semua itu sedang berlalu dengan cepat.
1Yohanes 2: 16-17: “(16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. (17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.
1. Untuk ‘semua yang ada dalam dunia’ diberikan 3 hal, yaitu:
a. Keinginan daging.
Barclay: “anyone who lives in luxury while others live in want, ... is the servant of the flesh’s desire” (= siapapun yang hidup dalam kemewahan sementara orang-orang lain hidup dalam kekurangan, ... adalah pelayan dari keinginan daging) - hal 58.
Reader’s Digest menceritakan sebuah lelucon: Ada orang yang bertanya kepada dokternya: ‘Menurutmu apakah aku bisa hidup 50 tahun lagi?’. Dokternya bertanya kembali: ‘Berapa umurmu sekarang?’. Ia menjawab: ’40 tahun’. Dokternya bertanya lagi: ‘Apakah engkau suka minum minuman keras, berjudi, atau mengejar perempuan?’. Pasien itu menjawab: ‘Tidak, aku tidak minum, aku tidak pernah berjudi, dan aku benci perempuan’. Dokter itu lalu bertanya: ‘Kalau demikian, untuk apa kamu ingin hidup 50 tahun lagi?’.
BACA JUGA: 2 MODEL KETAATAN (YOHANES 2: 1-11)
Banyak orang yang menganggap hidup itu sia-sia kecuali kita bisa memuaskan keinginan daging. Tetapi Kitab Suci justru melarang hal tersebut.
b. Keinginan mata.
Banyak yang jatuh karena keinginan mata, seperti Hawa (yang melihat buah terlarang), Daud (yang melihat Batsyeba).
c. Keangkuhan hidup.
Kata ‘keangkuhan’ di sini menunjuk kepada seorang pembual, yang suka menyombongkan diri. Ini bisa dilakukan tentang banyak hal, seperti kecantikan, kepopuleran, kepandaian, kesuksesan, kekayaan, dan sebagainya.
Bdk. Amsal 27:2 - “Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri”.
Semua ini dikatakan bukan berasal dari Bapa, tetapi dari dunia.
2. Dunia sedang lenyap dengan keinginannya (1Yohanes 2: 17a).
Karena dunia ini sedang berlalu dengan cepat, jika kita memusatkan hidup kita pada hal-hal yang bersifat daging dan materi, kita akan tidak mempunyai apa-apa.
Herschel H. Hobbs: “If I live only to satisfy the lusts of the flesh or eye, then I live only for passing pleasures. If I boast about my possessions, not knowing that they really possess me, I can lose them in a day. At death I certainly must leave them behind. Having lived only for these things, the bottom line of my account with God reads ZERO” (= Jika saya hidup untuk memuaskan nafsu dari daging atau mata, maka aku hidup hanya untuk kesenangan-kesenangan yang sedang berlalu. Jika aku membanggakan tentang milikku, tanpa mengetahui bahwa sebetulnya hal-hal itulah yang memiliki aku, aku bisa kehilangan hal-hal itu dalam satu hari. Pada saat mati aku pasti harus meninggalkan hal-hal itu. Kalau aku telah hidup untuk hal-hal itu dalam sepanjang hidupku, rekeningku pada Allah tercatat NOL) - hal 58.
Pulpit Commentary: “To love the world is to lose everything, included the thing loved” (= Mengasihi dunia berarti kehilangan segala sesuatu, termasuk hal yang dikasihi) - hal 25.
3. Kontras dengan dunia yang berlalu dengan cepat, dikatakan bahwa orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1Yohanes 2: 17b).
Pulpit Commentary: “Some men would have it that the external world is the one thing that is certain and permanent, while religion is based on a mere hypothesis, and is ever changing its form. St. John assures us that the very reverse is the case. The world is waning: it is God alone and his faithful servants who abide” (= Sebagian manusia menganggap bahwa dunia lahiriah ini adalah apa yang pasti dan menetap, sementara agama semata-mata didasarkan pada dugaan, dan selalu berubah-ubah dalam bentuknya. Santo Yohanes meyakinkan kita bahwa kasusnya adalah kebalikannya. Dunia ini sedang mendekati akhirnya: adalah Allah saja dan pelayan-pelayanNya yang setia yang tinggal) - hal 25.
Pulpit Commentary juga mengatakan bahwa ‘kehendak Allah’ adalah sesuatu yang sangat kontras dengan ‘hal-hal yang ada dalam dunia’.
otomotif |
Pulpit Commentary: “And if we ever ask, ‘Lord, what wilt thou have me to do?’ our duty will be revealed to us (1) in the Word, (2) by the opening of Providence, and (3) the teachings of the Holy Ghost” [= Dan sekiranya kita bertanya: ‘Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan?’, kewajiban kita akan dinyatakan kepada kita (1) dalam Firman, (2) oleh pembukaan dari Providensia, dan (3) pengajaran dari Roh Kudus] - hal 37.
Herschel H. Hobbs: “I have only one life to live. It soon will be passed. And only that which I do for God will last. God’s will is that I trust in His Son as my Saviour, and dedicate my life to His service” (= Aku hanya mempunyai satu kehidupan. Itu akan segera berakhir. Dan hanya apa yang aku lakukan bagi Allah yang akan bertahan. Kehendak Allah adalah bahwa aku percaya kepada AnakNya sebagai Juruselamatku, dan mendedikasikan hidupku untuk melayani Dia) - hal 58.
Pulpit Commentary menceritakan (hal 37) tentang seorang pendeta yang bernama Thomas Craig, yang setelah melayani selama 62 tahun lalu dipanggil pulang oleh Tuhan. Dalam pelayanannya ia sering menyatakan keinginannya untuk mati dalam pekerjaannya. Setelah kematiannya, ditemukan sebuah khotbah setengah jadi di meja kerjanya. Khotbah itu diambil dari text ini: “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”.
Penutup.
Sir Thomas Browne: “For the world I count it not an inn, but a hospital, and a place not to live, but to die in” (= Aku menganggap dunia ini bukan sebagai tempat penginapan, tetapi sebuah rumah sakit, bukan sebagai suatu tempat untuk hidup, tetapi sebagai suatu tempat untuk mati) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 704.
Ini bukan kata-kata yang menunjukkan / menganjurkan keputus-asaan, tetapi kata-kata yang menekankan bahwa hidup kita bukan untuk dunia ini.
St. Clement: “The world that is and the world to come are enemies ... We cannot be the friends of both; but must bid farewell to this world to consort with that to come” (= Dunia yang sekarang ini bermusuhan dengan dunia yang akan datang ... Kita tidak bisa menjadi teman dari keduanya; tetapi harus mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini untuk berkawan dengan dunia yang akan datang) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 705.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-