KISAH PARA RASUL 6:1-7 (PROBLEM PERTUMBUHAN GEREJA, MENANGANINYA DAN AKIBAT)
PDT. BUDI ASALI. M. DIV.
gadget, bisnis, otomotif |
Kisah Para Rasul 6:1-7 - “(1) Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. (2) Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. (3) Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, (4) dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.’ (5) Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. (6) Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. (7) Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”.
Dengan bertumbuhnya gereja, maka muncullah problem (Kisah Para Rasul 6:1).
I) Apa problemnya? (Kisah Para Rasul 6: 1).
Kisah Para Rasul 6: 1: “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.”.
1) Problem saat itu adalah dalam persoalan pembagian makanan kepada orang yang miskin.
Bdk. Kisah Para Rasul 6: 2: “Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.”.
Adanya pembagian makanan kepada janda-janda menunjukkan bahwa gereja abad pertama melayani bukan hanya dalam hal rohani, tetapi juga dalam hal jasmani!
Dalam pelayanan-Nya, Yesus juga memperhatikan kedua hal ini, yaitu jasmani dan rohani. Contohnya: dalam Markus 6:34 Ia melakukan pelayanan rohani, yaitu mengajar Firman, dan dalam
Markus 6:35-44 Ia melakukan pelayanan jasmani, yaitu memberi makan orang banyak.
Gereja bisa menuju extrim kiri di mana mereka hanya melakukan pelayanan dalam persoalan jasmani, misalnya memperhatikan kebutuhan orang miskin dalam gereja, menyumbang yatim piatu, korban bencana alam, dsb, tetapi tidak memberitakan Injil / Firman Tuhan.
Tetapi gereja juga bisa extrim ke sebelah kanan, di mana gereja begitu menekankan hal rohani, sehingga mengabaikan pelayanan yang bersifat jasmani, seperti menolong orang miskin dalam gereja.
2) Mula-mula hal itu ditangani oleh rasul-rasul sendiri.
Dari Kis 4:35,37 (persembahan untuk orang miskin diletakkan di depan kaki rasul-rasul) bisa ditarik kesimpulan bahwa mungkin sekali sampai saat itu, pelayanan meja ditangani oleh rasul-rasul sendiri. Tetapi mungkin akhirnya mereka menjadi kewalahan menangani hal itu, setelah jumlah jemaat menjadi lebih banyak.
3) Timbul sungut-sungut karena ada yang merasa diperlakukan tidak adil (ay 1).
Kisah Para Rasul 6: 1: “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.”.
Keluhan ini mungkin saja tidak betul. Mungkin mereka hanya merasa seolah-olah diperlakukan dengan tidak adil. Tetapi mungkin juga memang terjadi ketidakadilan, tetapi yang tidak disengaja, karena bertindak adil secara murni terhadap banyak orang merupakan sesuatu yang sangat sukar untuk bisa dilakukan.
4) Problem ini merupakan serangan setan dari dalam.
Kalau dalam Kis 4-5 setan menyerang gereja dengan penganiayaan DARI LUAR, maka sekarang setan menyerang dengan problem DARI DALAM (perpecahan). Kita harus selalu waspada terhadap serangan jenis ini! Setan memang senang memecah-belah kita dengan memberikan rasa iri, sentimen, benci, dsb.
II) Cara rasul-rasul menangani problem itu.
1) Rasul-rasul tak mau menangani sendiri pelayanan meja itu!
Mengapa? Karena mereka tahu tugas mereka yang terutama yaitu memberitakan Firman Tuhan.
Kisah Para Rasul 6: 2-4: “(2) Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. (3) Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, (4) dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.’”.
Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari hal ini:
a) Hamba Tuhan harus tahu bahwa pelayanan utamanya adalah memberitakan Firman Tuhan.
Pelayanan yang lain (bezoek, counselling, organisasi, dsb) sekalipun juga penting, tetapi bukanlah yang terutama. Hal ini harus juga disadari oleh jemaat supaya jemaat tidak menuntut hamba Tuhan melakukan pelayanan-pelayanan sekunder sehingga mengabaikan pelayanan primer!
b) Pelayanan Firman bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Kata-kata ‘memusatkan pikiran’ dalam Kisah Para Rasul 6: 4, menunjukkan bahwa pelayanan Firman Tuhan adalah sesuatu yang berat dan membutuhkan konsentrasi! Jangan anggap bahwa pekerjaan seorang hamba Tuhan itu ringan / enak!
c) Hamba Tuhan tidak boleh menangani semua pelayanan!
Ia harus berani menolak pelayanan yang mengganggu pelayanan Firman Tuhan!
Kisah Para Rasul 6: 2: ‘Kami tak merasa puas’. Ini salah terjemahan!
Terjemahan hurufiahnya sebetulnya adalah: ‘It is not pleasing’ (= Itu tidak menyenangkan).
Tentu saja yang dimaksud adalah ‘tidak menyenangkan Allah’. Allah tidak senang kalau hambaNya melakukan pelayanan-pelayanan remeh / sekunder, sehingga mengabaikan pelayanan yang terutama / primer!
Kalau kita sedang melakukan hal yang terbaik, maka setan sering datang dan menyodorkan kepada kita hal yang baik, supaya kita mengabaikan hal yang terbaik.
Bdk. Lukas 10:38-42 - “(38) Ketika Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.’ (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: ‘Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih BAGIAN YANG TERBAIK, yang tidak akan diambil dari padanya.’”.
Memang bisa saja pada waktu kita mau melakukan hal yang terbaik, setan lalu datang dan menawarkan hal yang berdosa, tetapi ini merupakan serangan yang terlihat dengan jelas. Kelicinan setan justru adalah bahwa pada waktu kita mau melakukan hal yang terbaik, ia bukan menawarkan dosa, tetapi menawarkan hal yang baik.
Dalam suatu renungan harian dikatakan sebagai berikut:
“The great enemy of the life of faith in God is not sin, but the good which is not good enough. The good is always the enemy of the best” (= Musuh besar dari hidup beriman kepada Allah bukanlah dosa, tetapi hal yang baik yang tidak cukup baik. Hal yang baik selalu merupakan musuh dari hal yang terbaik) - ‘My Utmost for His Highest’, tgl 25 Mei.
Penerapan: Uang yang seharusnya bisa diberikan untuk Tuhan / persembahan pembangunan gedung gereja, lalu disumbangkan orang miskin.
Bdk. kata-kata Yesus dalam Yohanes 12:8 - “orang-orang miskin akan selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak selalu ada pada kamu.’”.
Ingat bahwa kalau semua orang Kristen berbuat seperti ini, gerejanya yang akan bangkrut!
2) Rasul-rasul memberi mandat kepada orang lain untuk menangani pelayanan itu (ay 3).
Kisah Para Rasul 6: 3: “Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,”.
a) Hamba Tuhan memang bertugas untuk mendidik jemaat sehingga jemaat bisa melayani (Ef 4:11-12).
Efesus 4:11-12 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (12) UNTUK MEMPERLENGKAPI ORANG-ORANG KUDUS BAGI PEKERJAAN PELAYANAN, BAGI PEMBANGUNAN TUBUH KRISTUS,”.
Pada waktu rasul-rasul merasakan bahwa mereka tidak mungkin melakukan pelayanan meja tanpa mengganggu pelayanan Firman, mereka bukannya menelantarkan pelayanan meja itu, tetapi memberikannya kepada orang lain / jemaat (ay 3). Dengan demikian mereka bukan saja tidak menelantarkan pelayanan mereka, tetapi juga mendidik jemaat untuk melayani.
Hamba Tuhan yang menangani semua pelayanan mungkin adalah hamba Tuhan yang rajin, tetapi bagaimanapun ia tidak benar!
b) Ada 7 orang yang diangkat menjadi diaken-diaken pertama dalam gereja.
Dari mana kita bisa mengatakan bahwa 7 orang ini adalah diaken?
1. Ay 1: kata ‘pelayanan’ dalam bahasa Yunaninya adalah DIAKONIA.
2. Kisah Para Rasul 6: 2: kata ‘melayani’ dalam bahasa Yunaninya adalah DIAKONEIN.
c) Cara mengangkat diaken.
1. Tidak dengan cara diktator, padahal mereka adalah rasul-rasul! Mereka menggunakan cara demokrasi / musyawarah.
a. Ay 2: rasul-rasul memanggil semua murid.
b. Kisah Para Rasul 6: 3: rasul-rasul menyuruh murid-murid itu memilih (ay 3: ‘pilihlah’).
c. Kisah Para Rasul 6: 5: “Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.”.
Perhatikan kata ‘usul’ itu. NIV: ‘proposal’ (= usul).
Sebetulnya kata bahasa Yunaninya adalah LOGOS (= word / kata, atau speech / perkataan). Tetapi dari kata ‘diterima’ dalam ay 5, maka terjemahan ‘usul’ itu bisa diterima. Jadi, rasul-rasul itu mengusulkan, bukan memutuskan semau mereka.
Ini adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan gereja! Tidak ada orang yang berhak mengambil keputusan sendiri, KECUALI DALAM HAL YANG URGENT / MENDESAK, dimana tidak ada waktu untuk mengadakan rapat / pembicaraan. Setiap orang kristen harus belajar untuk tidak mengambil keputusan sendiri, dan juga untuk menghormati keputusan rapat!
Juga bagian ini mengajar bahwa dalam pemilihan pejabat gereja, jemaat terlibat!
2. Tidak dengan memberi kebebasan mutlak!
Rasul-rasul memberikan syarat-syarat (Kisah Para Rasul 6: 3).
Ay 3: “Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,”.
a. Bilangan ‘tujuh’ di sini bukan lambang apa-apa, dan ini bukan merupakan sesuatu yang mutlak. Jadi, ini tidak berarti bahwa gereja harus mempunyai 7 diaken.
b. Perhatikan kata-kata ‘tujuh orang’ [Inggris: ‘seven men’ (= tujuh orang laki-laki)].
Ada yang menganggap hal ini sebagai dasar bahwa diaken harus laki-laki. Tetapi mungkin hal ini terjadi karena pada jaman itu perempuan tidak dianggap, sehingga diaken harus laki-laki.
c. ‘terkenal baik’.
NIV membuang hal ini tanpa alasan!
NASB: ‘of good reputation’ (= dengan reputasi yang baik).
d. ‘penuh Roh’.
Ini bisa terlihat bukan dari karunia bahasa Roh, tetapi dari buah roh (Galatia 5:22-23) dalam hidup mereka.
e. ‘penuh hikmat’.
Artinya: Mengerti Firman Tuhan (bdk. Mazmur 119:98-100), dan takut kepada Allah (Amsal 1:7).
Jadi dalam gereja harus dihindarkan 2 extrim:
1. Cara diktator.
2. Kebebasan mutlak.
Yang benar adalah cara musyawarah, tapi harus ada pengarahan.
d) Diaken-diaken yang diangkat (Kisah Para Rasul 6: 5).
Kisah Para Rasul 6: 5: “Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.”.
BACA JUGA: KEHIDUPAN KRISTEN YANG OTENTIK
Ada beberapa hal yang perlu disoroti:
1. Mereka mau diangkat sebagai diaken / diberi pelayanan untuk menangani meja.
Penerapan: Banyak jemaat yang sadar bahwa hamba Tuhannya harus mengkhususkan diri dalam pelayanan Firman, tetapi pada waktu ada pelayanan yang tidak bisa ditangani oleh hamba Tuhan dan lalu diberikan kepada mereka, mereka menolak. Kalau saudara adalah orang seperti ini sadarlah bahwa secara tidak langsung saudara menghendaki hamba Tuhannya yang menangani semua pelayanan.
2. Stefanus ditonjolkan, mungkin karena ia lebih baik / hebat dari yang lain, tetapi lebih mungkin lagi, karena Lukas (penulis Kisah Rasul) ingin bercerita tentang Stefanus dalam Kisah Para Rasul 6:8-7:60.
3. Nikolaus. Tidak ada dasar untuk beranggapan bahwa ia adalah Nikolaus dalam Wah 2:6,15 - “(6) Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. ... (15) Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus.”.
4. Semua nama dari ke tujuh orang itu adalah nama Yunani. Jadi, mereka berasal dari golongan yang merasa diperlakukan secara tidak adil! Inilah kebijaksanaan dari gereja abad pertama itu! Dengan demikian sekarang tidak ada alasan untuk merasa diperlakukan dengan tidak adil.
3) Jadi jelas bahwa sekalipun rasul-rasul tidak menangani sendiri pelayanan meja itu, tetapi mereka tetap menyelesaikan problem pelayanan meja itu.
Sesuatu yang penting diperhatikan adalah: sekalipun ini adalah problem dari orang-orang miskin dalam gereja, tetapi rasul-rasul tetap mau membereskannya. Bandingkan dengan banyak pendeta yang hanya mau menangani problem dari jemaat yang kaya, tetapi mengabaikan problem jemaat yang miskin.
III) Akibat (Kisah Para Rasul 6: 7).
Kisah Para Rasul 6: 7: “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”.
Firman Tuhan tersebar. Artinya: Firman Tuhan diterima oleh lebih banyak orang. Dengan kata lain: gereja bertumbuh.
Karena rasul-rasul memusatkan perhatiannya pada pemberitaan Firman Tuhan dengan jalan mengoperkan sebagian pelayanan kepada orang-orang lain, maka gereja bertumbuh!
Karena itu dalam satu gereja, baik pendeta, majelis, maupun jemaat, harus sama-sama berusaha supaya hamba Tuhan bisa berkonsentrasi penuh pada persiapan dan pemberitaan Firman Tuhan!
-AMIN-