1 SAMUEL 6:1-7:1 (TABUT ALLAH DAN RASA HORMAT YANG BENAR)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
I) Pengembalian tabut Allah (1 Samuel :6:1-12,16).
1) Orang Filistin meminta nasehat para imam dan petenung mereka (1 Samuel : 6:1-2).
Dalam 1Sam 5 kita telah melihat bahwa mereka telah memutuskan untuk mengembalikan tabut itu ke Israel, tetapi mereka tidak tahu cara yang tepat untuk melakukan hal itu. Mungkin mereka takut kalau caranya salah, Tuhan akan menghajar mereka dengan lebih hebat. Karena itulah mereka minta nasehat kepada para imam dan petenung mereka
2) Nasehat dari para imam dan petenung (1 Samuel : 6:3-9):
a) Salah satu hal yang menarik dan bijaksana dalam nasehat ini adalah bahwa mereka mau belajar dari sejarah / pengalaman orang lain (1 Samuel : 6:6).
Mereka tahu bahwa Mesir dan Firaun dihajar oleh Tuhan karena berkeras hati dengan tidak mau membiarkan bangsa Israel pergi, dan mereka tidak mau mengalami apa yang dialami oleh Mesir / Firaun. Karenanya mereka menasehati untuk tidak berkeras hati (6:6a).
Penerapan: Dari pengalaman orang lain, kita harus belajar bukan hanya untuk melakukan hal yang positif, tetapi juga untuk tidak melakukan hal yang negatif!
b) Mereka menasehatkan untuk tidak mengembalikan tabut Allah itu dengan tangan hampa, tetapi dengan membayar tebusan salah kepada Tuhan (6:3), yaitu: lima borok emas dan lima tikus emas, sesuai dengan tulah yang Tuhan berikan kepada mereka (6:4-5).
Orang-orang kafir ini berusaha membayar tebusan salah, dan ini menunjukkan bahwa manusia sebetulnya tahu bahwa dosa-dosanya terhadap Allah membutuhkan penebusan! Tetapi sayangnya mereka memberikan tebusan salah sekehendak mereka sendiri. Satu-satunya tebusan salah yang bisa memadamkan amarah Tuhan adalah pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib! Bdk. 2Korintus 5:18-21 1Petrus 1:18-19. Karena itulah maka tanpa Kristus tak mungkin ada keselamatan!
c) Mereka juga menasehatkan untuk mengembalikan tabut itu dengan menggunakan:
· sebuah kereta baru (6:7).
Penggunaan kereta baru (bukannya kereta bekas) ini jelas menunjukkan takut dan hormat mereka kepada Tuhan / tabut.
· 2 ekor lembu yang:
* menyusui, yang anak-anaknya ditahan di rumah (1 Samuel : 6:7).
* belum pernah kena kuk (6:7)
d) Menguji apakah memang tangan Tuhan yang mendatangkan malapetaka yang hebat itu atau tidak. Kalau lembu-lembu itu langsung pergi ke Bet Semes (kota Israel yang terdekat dengan Ekron), maka itu berarti semua itu memang dari Tuhan, dan kalau tidak, maka semua itu menimpa mereka secara kebetulan (1 Samuel : 6:9).
· Perlu diketahui bahwa penggunaan 2 ekor lembu yang menyusui dan penahanan anak-anak lembu itu di rumah, mempunyai hubungan dengan pengujian ini. Mengapa? Karena lembu yang menyusui tidak akan mau meninggalkan anak-anaknya yang ditahan di rumah. Karena itu kalau ternyata lembu-lembu itu mau meninggalkan anak-anaknya dan pergi ke Israel, itu merupakan bukti bahwa tangan Tuhanlah yang melakukan semua itu.
· Demikian juga dengan penggunaan lembu yang belum pernah kena kuk. Ini bukan berarti sekedar penggunaan lembu baru untuk menghormati Tuhan / tabut, tetapi juga berhubungan dengan pengujian dalam 6:9 ini, karena lembu yang belum pernah memakai kuk, biasanya berontak pada waktu diberi kuk dan disuruh menarik kereta.
Bahwa mereka melakukan pengujian ini, menunjukkan bahwa mereka sebetulnya belum 100 % yakin bahwa Tuhanlah yang menyebabkan malapetaka. Mereka masih menganggap adanya kemungkinan bahwa semua itu terjadi secara kebetulan (6:9b).
Penerapan:
Ada sesuatu yang bisa kita pelajari dari sini. Kalau kita mengalami malapetaka, dan kita memperkirakan adanya kemungkinan (belum pasti) bahwa malapetaka itu terjadi karena ‘suatu hal’ yang kita lakukan (atau ‘suatu hal’ yang tidak kita lakukan), maka kita harus mencoba dengan untuk ‘bertobat dari hal itu’. Dengan demikian kita bisa tahu apakah malapetaka itu terjadi karena ‘hal itu’ atau tidak.
Catatan: ‘Hal itu’ bukanlah sesuatu yang jelas-jelas adalah dosa. Kalau jelas merupakan dosa, maka tidak perlu diuji. Kita harus langsung bertobat dari dosa itu. Tetapi kalau bisa dosa bisa tidak, maka perlu diuji. Misalnya kita pindah gereja, atau pindah pelayanan, atau memindahkan perpuluhan kita dari gereja A ke gereja B, dsb.
3) Orang-orang Filistin mentaati nasehat dari para imam dan petenung mereka (6:10-12).
Apa yang lalu terjadi? Perhatikan 1 Samuel : 6:12. Ternyata lembu-lembu itu:
a) Langsung menunju ke Bet Semes dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri.
b) berjalan sambil menguak.
Kebanyakan penafsir berpendapat bahwa menguaknya lembu-lembu itu menunjukkan bahwa mereka ingin pergi kepada anak-anaknya, tetapi karena tangan Tuhan mengarahkan mereka ke Bet Semes, maka mereka terpaksa pergi ke Bet Semes dengan menguak.
Penerapan:
Kedua lembu ini memang dipaksa oleh Tuhan untuk melayani / mentaati Dia. Tetapi terhadap kita manusia, Tuhan berfirman supaya kita tidak seperti kuda atau bagal yang baru mau menurut kalau dikendalikan dengan kekang (Mazmur 32:8-9).
Sebetulnya semua ini juga membuktikan bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan! Segala sesuatu, tanpa kecuali, diatur oleh Tuhan / Providence of God. Bdk. 1Raja-raja 22:34 Matius 10:29-31 Keluaran 21:13 (bdk. Ulangan 19:4-5).
4) Semua ini disaksikan oleh para raja orang Filistin yang mengikuti lembu-lembu itu dari belakang (6:12b,16).
Dengan demikian mereka mendapatkan bukti bahwa semua malapetaka yang menimpa mereka bukanlah barang kebetulan, tetapi sengaja dilakukan oleh Tuhan supaya mereka mengembalikan tabut itu.
Tetapi sekalipun mereka melihat semua itu, mereka tetap tidak mau meninggalkan Dagon dan berpaling kepada Allah Israel!
II) Tabut Allah di Israel (6:12-7:1).
1) Tabut Allah bisa kembali sendiri (1 Samuel : 6:13).
Orang Israel tidak mengusahakan kembalinya tabut itu, karena mereka takut kepada orang Filistin. Tetapi ternyata berbeda dengan Dagon yang pada waktu jatuh tidak bisa kembali sendiri dan harus dikembalikan ke tempatnya oleh para penyembahnya (5:3), maka Allah bisa membuat tabut Allah pulang sendiri! Bdk. Hak 6:28-32.
2) Sikap orang Israel pada waktu tabut kembali (1 Samuel : 6:13-15).
Berbeda dengan ladang orang Filistin yang dihancurkan oleh tikus, ladang orang Israel ternyata memberikan hasil yang baik, sehingga mereka bisa menuai gandum (6:13a). Jelas saat itu mereka sedang sangat sibuk (dengan pekerjaan / hal duniawi), tetapi pada waktu mereka melihat tabut itu kembali, mereka bersukacita, dan meninggalkan pekerjaan / hal duniawi itu, dan mengurusi tabut Allah itu! Ini menunjukkan bahwa orang-orang Israel itu mengutamakan Tuhan / hal rohani di atas pekerjaan mereka / hal duniawi! Bandingkan tindakan mereka ini dengan tindakan banyak orang yang justru meninggalkan gereja demi pekerjaan / hal-hal duniawi!
Penerapan:
· Yang mana yang saudara utamakan? Tuhan atau pekerjaan? Tuhan atau uang? Tuhan atau study? Tuhan atau pacar? Tuhan atau anak? Tuhan atau suami / istri? Tuhan atau hobby? Ingat bahwa Kel 20:3 berkata: Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu!
· Pergi ke Pemahaman Alkitab tidak bisa, tetapi kalau ke bioskop / pesta pernikahan / orang mati bisa! Ini mengutamakan hal duniawi lebih dari Tuhan!
· Kalau hujan tidak bisa ke gereja, tetapi tetap bisa kerja / sekolah! Ini juga mengutamakan hal duniawi!
3) Kesalahan orang Israel:
a) Orang Israel lalu membelah kayu kereta itu dan mempersembahkan lembu-lembu itu sebagai korban bakaran (1 Samuel : 6:15).
Seorang penafsir yang bernama Matthew Poole mengatakan bahwa di sini sebetulnya tindakan mereka sudah mengandung kesalahan, karena mereka mempersembahkan lembu betina sebagai korban bakaran, sedangkan Imamat 1:3 dan Imamat 22:19 mengatakan bahwa untuk korban bakaran harus digunakan lembu jantan.
Kesalahan ini masih ditoleransi oleh Tuhan (dalam arti tidak langsung dihukum), mungkin karena Tuhan melihat bahwa semua itu mereka lakukan karena semangat mereka bagi Tuhan.
Tetapi bagaimanapun dari sini kita bisa mengambil suatu pelajaran, yaitu bahwa kita harus hati-hati supaya pada waktu sukacita kita tidak lalu bertindak sembarangan / tak sesuai Firman Tuhan.
b) Ada orang-orang Bet Semes yang melihat ke dalam tabut itu.
Tuhan tidak mau menoleransi kesalahan yang ini dan mereka langsung dihukum mati (6:19), sesuai dengan Bil 4:5-6,15,20.
Beberapa hal yang bisa kita pelajari dari bagian ini:
· Dalam bagian ini ada problem tentang berapa jumlah orang yang mati.
Kitab Suci Indonesia, RSV, dan NIV menyebutkan 70 orang (sesuai pandangan Josephus, ahli sejarah Yahudi), tetapi KJV dan NASB menyebutkan 50.070 orang (lima puluh ribu tujuh puluh orang).
Syriac dan Arabic menyebutkan 5.070 orang (lima ribu tujuh puluh orang).
Footnote NIV mengatakan bahwa hanya beberapa manuscript Ibrani yang menyebutkan 70 orang sedangkan mayoritas manuscript Ibrani dan juga LXX / Septuaginta menyebutkan 50.070 orang.
Sekalipun didukung oleh mayoritas manuscript, tetapi bilangan 50.070 itu perlu diragukan karena:
* kota kecil seperti Bet Semes jumlah seluruh penduduknya tidak akan mencapai 50.000, dan lebih tidak mungkin lagi bahwa 50.000 orang semuanya melihat ke dalam tabut.
* Secara hurufiah, terjemahannya adalah: ‘seventy men, fifty thousand men’ (= 70 orang, 50.000 orang). Ini aneh, karena biasanya dalam bahasa Ibrani, bilangan besar diletakkan di depan (fifty thousand men, seventy men).
Ini menyebabkan beberapa penafsir menganggap bahwa terjadi kesalahan pengcopyan pada pengcopyan awal.
· hati-hatilah dengan keingin-tahuan yang berdosa. Ada keingin-tahuan yang baik, seperti ingin lebih banyak tahu tentang Firman Tuhan, dsb. Tetapi ada banyak keingin-tahuan yang salah yang tidak boleh kita turuti.
Penerapan: seringkah saudara ingin tahu rahasia orang dengan menguping pembicaraan orang?
· Hati-hatilah dengan sikap sembrono / tidak hormat kepada Tuhan!
Penerapan:
* datang terlambat.
* menyambut orang yang terlambat. Ingat bahwa pada waktu saudara menyambut orang yang datang terlambat, maka pada saat itu saudara sudah mengabaikan kebaktian yang sedang berlangsung, sehingga otomatis saudara juga mengabaikan Tuhan.
* membiarkan anak saudara ribut dalam kebaktian.
* mengantuk / ngelamun / omong-omong waktu kebaktian.
· Hal yang memberatkan dosa mereka ini adalah bahwa Bet Semes adalah kota imam (bdk. Yos 21:16), sehingga orang-orang Bet Semes itu seharusnya tahu lebih baik tentang peraturan Tuhan terhadap tabut. Memang berat ringannya hukuman dipengaruhi oleh banyaknya pengetahuan / terang dalam diri orang yang berbuat dosa itu.
· Pulpit Commentary:
“What is sent as a blessing is often turned by men themselves into a curse” (= Apa yang dikirimkan sebagai berkat sering diubah oleh manusia menjadi kutuk).
Karena itu, kita harus bersikap benar terhadap berkat Tuhan, supaya berkat itu tidak menjadi kutuk.
c) Menyingkirkan tabut dari Bet Semes (1 Samuel : 6:20-7:1).
· dari kesalahan yang satu mereka jatuh pada kesalahan yang lain. Seharusnya mereka melakukan introspeksi dan bertobat, tetapi mereka malah menyalahkan Allah, dan menganggapnya terlalu keras sehingga mustahil bahwa mereka bisa tahan berdiri di hadapan Allah (6:20).
BACA JUGA: PERUMPAMAAN SEORANG PENABUR (MATIUS 13:1-23)
· Pertanyaan “Kepada siapakah Ia akan berangkat meninggalkan kita?” (6:20b), menunjukkan bahwa mereka sukar menemukan daerah yang mau menerima tabut Allah itu.
Penerapan:
Apakah saudara takut melayani Allah karena kerasnya Allah? (atau karena kerasnya Pak Budi?). Jadi majelis takut, jadi guru sekolah minggu takut, jadi chairman juga takut, jadi apa yang tidak takut? Anehnya, mengapa tidak takut jadi orang kristen yang ngangguran? Apa saudara pikir Allah yang kudus dan keras itu senang dengan hal itu?
· Anehnya, mengapa tabut tidak diletakkan di Silo?
* Ada yang berkata bahwa mereka menempatkan tabut di seadanya tempat yang mau menerimanya. Ini menunjukkan bejatnya Israel, karena mereka memisahkan tabut dengan Kemah Suci di Silo.
* Ada juga yang berkata bahwa mungkin karena Silo sudah dihancurkan oleh orang Filistin (bdk. Mazmur 78:60-64 Yeremia 7:12 Yeremia 26:9 yang menunjukkan dihancurkannya Silo).
· Tabut itu akhirnya diambil oleh orang Kiryat-Yearim (1 Samuel : 6:21-7:1).
* Orang Bet Semes meminta orang Kiryat-Yearim untuk mengambil tabut itu; mereka tidak mau menanggung resiko dengan mengirimkan tabut itu! Sekalipun banyak yang tidak mau, tetapi tetap ada yang mau. Yang tidak mau berarti menolak berkat Tuhan, yang mau berarti menerima berkat Tuhan!
Berusahalah jadi seperti orang Kiryat-Yearim yang tidak meniru / ikut-ikutan mereka yang takut!
* Seseorang membandingkan sikap orang Betsemes dalam 6:20-21 dengan sikap orang Kiryat Yearim di sini dan berkata sebagai berikut: “Here we have an incidental contrast a religion characterised by dread, and a religion of true reverence. The religion of true reverence is a sense of infinite holiness and power toned by a trustful love” (= Di sini kita menjumpai suatu kontras antara agama yang bercirikan rasa takut dan agama yang berdasarkan rasa hormat yang benar. Agama yang didasarkan rasa hormat yang benar adalah pengertian / perasaan akan kesucian dan kuasa yang tidak terbatas yang diselaraskan dengan kasih yang penuh kepercayaan).
Penerapan: apakah saudara mengikut Tuhan dengan takut atau dengan rasa hormat yang benar?
-AMIN-