EFESUS 2:1-10 (DOSA, FIRMAN DAN KESELAMATAN)

Pdt. Dr. Stephen Tong.
Efesus 2:1-5.

Di Efesus 2, Paulus membawa kita kembali menelusuri hidup kita yang lama, untuk mengingatkan kita akan keadaan kita yang lampau. Orang yang berada di dalam dosa, tidak menyadari akan bahaya dan keadaan dirinya yang sesungguhnya. 

Ketika seorang yang berhasil melewati bahaya menoleh ke belakang, barulah dia tahu bahwa kuasa dosa telah membelenggu dirinya sebegitu rupa, sehingga dia tidak mempunyai kebebasan yang sejati. 

Sebab itu, Paulus mengajak semua orang Kristen untuk melihat kembali akan keberadaan kita yang dulu, karena itulah gambaran dari keadaan seluruh umat manusia. Calvin berkata, jangan mengira bahwa orang berdosa adalah hanya sekelompok orang saja yang hidup di dalam dunia ini, tetapi kita perlu mengerti bahwa dosa telah melanda seluruh dunia, semua keturunan Adam. Tidak satupun dari mereka yang lolos. Seperti yang dituliskan oleh Paulus di Roma 3:23, sekaliannya telah berbuat dosa.

Yesus berkata, Aku datang bukan untuk mencari orang benar, melainkan orang berdosa. Sepertinya ada pertentangan antara Kristus dengan Paulus. Perkataan Paulus menggolongkan semua umat manusia sebagai orang berdosa: hanya ada satu macam manusia di dunia. Sedangkan proklamasi Kristus menggolongkan manusia menjadi dua macam: yang benar dan yang berdosa. 

Adakah pertentangan antara ajaran Paulus dengan Yesus? TIDAK. Waktu Yesus mengatakan, Aku datang bukan untuk mencari orang yang benar, melainkan untuk mencari orang berdosa dan memanggil mereka untuk bertobat, adalah menggunakan sindiran untuk mengisyaratkan adanya sebagian orang berdosa yang tidak menyadari dirinya adalah orang berdosa, sebaliknya malah menganggap diri sebagai orang benar, orang yang seperti itu tidak layak menjadi murid-Ku. 

Pada waktu Yesus mengatakan kalimat itu, Dia menyinggung orang-orang yang sudah mengetahui atau melakukan sebagian dari Taurat, lalu merasa dirinya lebih baik dari orang lain.

Paulus berkata, sebelum kau diselamatkan, sebelum darah Kristus menyucikan dirimu, sebelum kau memperoleh hidup baru, kau berada di dalam status yang bagaimana? Kalimat pertama yang dia tuliskan adalah kalimat yang begitu berani, singkat dan tepat: dulu, kamu telah mati di dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

Istilah mati muncul pertama kali di dalam Kejadian 2 di dalam perintah Allah kepada Adam: Aku telah menyediakan semua pohon dengan buah-buah yang baik untuk dipandang dan untuk dimakan, hanya saja, buah dari pohon yang terletak di tengah-tengah taman tidak boleh kau makan. Allah sudah memperingatkan Adam, pada hari kau memakannya, kau akan mati. Istilah mati muncul di dalam perintah pertama yang Allah berikan kepada manusia, maka wahyu Allah dari permulaan adalah bersangkut paut dengan mati hidupnya manusia.

Yesus Kristus dikirim bukan untuk menjadi teladan yang baik saja, atau menjadi pengajar moral yang terhebat, atau menjadi guru etika yang tertinggi di dalam sejarah, melainkan supaya barangsiapa percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Terlihat di sini, kekristenan dari mula sampai akhir selalu memandang mati dan hidup, lebih mendasar, lebih prinsipil, lebih penting dibandingkan dengan baik dan jahat.

Sejak di Taman Eden, Tuhan sudah memberikan tantangan, hai Adam, mana yang kau pilih hidup atau mati? Kalau kau memilih hidup, taatlah kepada Allah, kalau kau mati adalah karena kau melawan Tuhan Allah. Musa tidak mengakhiri Taurat dengan mengatakan, berbuatlah baik jangan berbuat jahat. Dia mengakhiri Taurat dengan berkata, Aku sudah menunjukkan jalan hidup dan jalan mati kepadamu. Mati hidup adalah cara untuk membedakan keadaan spiritual kita dan juga merupakan cara memperingatkan kita bahwa kita hanya bisa memilih salah satu.

Efesus 2: 1, dulu kamu sudah mati di dalam pelanggaran-pelanggaran dosamu, tapi ayat 2, kamu hidup di dalamnya. Bukan kah ini sesuatu yang paradoks? Siapakah kita? Kita mati. Mati di mana? Mati di dalam dosa. Dosa apa? Hidup di dalam pelanggaran. Dengan demikian orang yang mati adalah orang yang hidup di dalam dosa. 

Orang yang hidup di dalam dosa adalah orang yang statusnya mati di mata Allah. Orang yang mati di dalam pelanggaran tidak tahu kalau dirinya sedang melawan Tuhan. Orang yang mati di dalam pelanggaran tidak menyadari dirinya sedang jatuh dari Tuhan, bahkan tidak mungkin bereaksi terhadap suara Tuhan.

Istilah mati di dalam Kitab Suci mempunyai tiga arti:

1.Mati adalah perceraian; perpisahan dari sumber hidup.
Inilah yang disebut sebagai kematian status, kematian hidup rohani.

2.Mati adalah kerusakan dari semua fungsi tubuh jasmaniah kita.
Mati berarti tubuh kita sudah menjadi mortal, rusak, sehingga kita tidak lagi bisa melihat, mendengar, mencium, berbicara, bersensasi, atau bergerak.

3.Mati adalah dibuang dari hadapan Tuhan Allah, dibuang ke neraka untuk selama-lamanya.
Itulah yang disebut dengan mati untuk kedua kalinya. Mati yang kekal, dipisahkan dari Tuhan yang mulia untuk selama-lamanya, tidak mungkin kembali lagi.

Waktu manusia terpisah dari Tuhan Allah, dia secara jasmani tetap utuh, matanya tajam, hidungnya mancung, wajahnya cantik, postur tubuhnya begitu indah, tetapi semua itu tidak ada hubugan dengan penguasanya. 

Jika dia sudah terpisah dari sumber hidup, maka dia disebut sebagai orang yang sudah mati secara status, bukan secara kondisi. Mati kondisi adalah mati secara fenomena, secara supervisial. Sebelum kita mati secara jasmani, kita sudah mati secara rohani, karena sudah terpisah dari Tuhan. Itulah ayng dimaksudkan di sini, dulu kamu mati di dalam pelanggaran, mati di dalam segala dosa-dosamu.

Paulus mengangkat dua istilah: pelanggaran dan dosa. Di Roma 5-8 istilah hamartia yang Paulus pakai dalam bagian itu adalah berbentuk singular. Sedangkan di Roma 1-4, dia menggunakan istilah dosa dalam bentuk plural. Apakah bedanya? Dosa dibagi menjadi status dosa dan kuasa dosa. Yang satu berkenaan dengan status dan yang lain berkenaan dengan pelanggaran-pelanggaran, kepingan-kepingan perbuatan salah yang disebut sebagai perbuatan dosa. 

Dosa tidak seharusnya hanya dimengerti sebagai perbuatan salah saja, melainkan harus dimengerti sebagai suatu status yang melawan Tuhan Allah, di mana kita berada di dalam cengkeraman setan dan di bawah murka Tuhan. Orang mati adalah orang yang berada di dalam status dosa, sudah terputus dari pada sumber hidup.

Tapi di Efesus 2: 2, Paulus mengatakan, kamu hidup di dalamnya. Orang yang mati rohaninya, hidup di dalam dosa. Dengan cara hidup yang bagaimana? Mengikuti jalan dunia ini. Di setiap zaman, setiap tempat ada cara hidup yang melawan kehendak Allah. Kita harus bersyukur bahwa kebudayaan diperbolehkan oleh Tuhan untuk berada di dunia ini, tetapi sebagai orang Kristen, janganlah kita lupa bahwa di dalam kebudayaan terdapat unsur-unsur setani, yaitu benih yang setan letakkan di dalam kebudayaan. 

Sebagai contoh kebudayaan yang mengajarkan hal menghormati orang tua, ini adalah hal yang benar. Tetapi kalau berkembang sampai menjadikan orang tua sebagai Allah, bersembah sujud, berbakti kepada mereka, dan merasa tidak lagi perlu berbakti kepada Tuhan Allah, itulah yang dimaksud dengan mengandung unsur setan di dalamnya.

Jika kita mengikuti kebudayaan tanpa menyaringnya dengan perspektif wawasan Kristen, kita akan menjadi orang yang secara tidak sadar tetap hidup di dalam kematian. Semua budaya adalah hasil dari sifat budaya yang Tuhan tanamkan di dalam diri manusia pada waktu Tuhan menciptakan manusia. 

Kita harus menghargai agama, karena beragama adalah hasil dari sifat agama yang sudah Tuhan tanamkan di dalam diri manusia, sebagai umat yang disebut sebagai peta dan teladan Allah. Maka sifat agama dan sifat budaya adalah dua dasar dari sistem nilai ke luar dan ke dalam yang paling penting, sehingga manusia bisa disebut sebagai manusia.

Namun demikian, kita harus mengetahui bahwa tidak ada keselamatan di dalam agama manapun yang kita hargai, kecuali kita mengenal Yesus Kristus.

Paulus berkata, kamu hidup di dalamnya karena kamu mengikuti jalan dunia ini. “Mengikuti jalan dunia ini” adalah terjemahan Bahasa Indonesia yang sangat sederhana, di dalamnya terkandung dua arti:

1.The spirit of the ages in this world.
2.Adat istiadat yang telah membelenggu dunia.

Di sini terdapat dua unsur: unsur sejarah dan unsur pikiran. Kalau keduanya digabungkan akan menjadi semangat yang dominan, yang menguasai manusia secara individu. Kalau kau bermukim di Indonesia, cara hidup di sini mempengaruhimu. Itu adalah hal yang pasti. Artinya manusia sulit mempunyai pendirian yang tegas untuk melewati arus. Arus selalu menghanyutkan kita, secara tidak sadar, kita juga terbawa oleh arus, akhirnya kita tidak lagi bisa berdiri di atas kaki sendiri. 

Orang Kristen seharusnya tidak mengikuti arus, tidak terjerumus di dalam arus, sebaliknya justru membuat arus sendiri. Kita perlu mempunyai pemikiran kita sendiri, mempunyai cara kebudayaan kita sendiri, mempunyai gaya hidup sendiri. Dulu kamu mati di dalam dosa, mati di dalam pelanggaran, mengikuti akan zaman dunia ini.

Setiap zaman mempunyai roh zaman yang mempengaruhi segala bidang. Tetapi kita mempunyai Roh yang kekal, Roh Kudus yang melampaui zaman. Kecuali kau mempunyai hidup dari Roh Tuhan, kau tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus yang besar seperti itu. Kita hidup di dalam dosa, hidup melawan Tuhan, hidup terputus dari sumber hidup. 

Bukan saja demikian, kita berada di tengah-tengah mereka, kita mengikuti adat dunia, mengikuti semua arus dunia ini, dan bahkan kita taat kepada roh yang berada di angkasa, yaitu roh jahat yang sedang bekerja di dalam hati manusia. Sampai di sini, barulah kita melihat satu cosmic drama, di mana terdapat dalang yang berada di belakang layar.

Manusia tidak bebas. Manusia bebas di dalam ikatan-ikatan konsep, ikatan-ikatan pengaruh, manusia bebas di dalam kuasa setan yang membelenggu, sehingga manusia tidak bebas lagi. Menurut Martin Luther, sebuah kelereng berada di satu dataran, dia bergerak ke kanan, kiri, depan, belakang, kelihatannya bebas, tapi bila kelereng itu terjatuh di tempat yang rendah, dia tetap bisa bergerak ke kanan, kiri, depan, belakang. 

Cara geraknya sama, bedanya apa? Tetap bebas, tapi bebas di bawah, tidak lagi bisa ke atas. Untuk ke bawah tidak memerlukan kekuatan, bisa jatuh sendiri, tapi untuk ke atas diperlukan kekuatan dari luar, bukan dari kelereng itu sendiri. Inilah yang Paulus maksudkan dengan kamu sedang taat kepada seorang penguasa yang ada di angkasa. Rohnya sedang bekerja di dalam hati setiap orang.

Jangan mengira orang yang membunuh adalah orang yang membunuh dengan bebas. Memang waktu dia membunuh, dia sedang menggunakan kebebasannya, tapi di balik kebebasannya terdapat dalang, yang mengakibatkan dia harus menggunakan kebebasan dengan salah. Ketika dalang itu mempengaruhi dia, mau tidak mau, dia harus menjalankan kejahatan, karena dia telah menggunakan kebebasan, memberi diri untuk dikuasai oleh dalang.

Maka di dunia ini tidak ada hal yang netral. Seluruh dunia sudah berada di dalam kuasa dosa, seluruh dunia berada di dalam tangan setan, seluruh dunia bertendensi menuju kepada kejahatan. Kau berada di dalam status dan keadaan seperti ini, dan Paulus melanjutkannya dengan kami juga. Kami dulu juga begini, kamu dulu juga adalah anak-anak durhaka, yang patut dimurkai, yang menuruti nafsu.

Secara status, tidak ada orang yang lebih baik dari orang lain. Secara dosa, memang ada orang yang melakukan dosa besar dan dosa kecil, tapi secara status, tidak ada seorangpun yang cukup baik yang tidak perlu diselamatkan. Tidak ada seorangpun yang tidak berdosa, tidak membutuhkan Yesus mati baginya. Tidak ada seorang pun yang tanpa berbuat dosa, sehingga tidak perlu diperanakkan pula oleh Roh Kudus.

Firman dan Kebebasan

Efesus 2:3-7

Jika kita memandang dari pandangan Tuhan, haruslah kita tahu, siapakah diri kita. Kita adalah orang yang mengikuti arus dunia ini, mengikuti kebiasaan orang-orang yang belum bertobat, sehingga dari hidup kita, kita tidak memancarkan sifat dan peta teladan Tuhan.

Jika kita menyandang nama Kristen, tetapi kita tidak betul-betul mengutamakan Tuhan, kita akan melalui hidup yang sama dengan orang dunia: kita mengikuti segala adat dan tata cara hidup orang duniawi, bahkan kita mengira diri kita bebas. Padahal Alkitab mengatakan, kita bukan bebas, melainkan dikuasai oleh roh jahat di angkasa, dan sekarang menguasai anak-anak durhaka. Karena di balik kebebasan mereka terdapat dia yang menyetir. 

Manusia tidak mungkin bebas lagi. Manusia memakai kebebasan dirinya untuk melakukan segala sesuatu menurut kemauan dirinya sendiri, itu adalah fenomena yang palsu. Karena pada waktu kau memakai kebebasanmu untuk berbuat jahat, kebebasan itu sendiri sudah dicemari oleh iblis, sudah tidak netral lagi. Karena kebebasan yang netral hanya ada sebelum Adam berbuat dosa.

Menurut Agustinus, sebelum Adam berbuat dosa, dia hanya mempunyai dua kemungkinan: dia mungkin berdosa, dia mungkin juga tidak berdosa. Pada waktu Tuhan memberikan netralitas kebebasan kepadanya, maka dia mempunyai kemungkinan pose non pigare dan kemungkinan pose pigare. Disini dimaksudkan bahwa dia masih dalam keadaan netral. 

Tetapi orang yang netral selalu kehilangan kenetralannya, pada waktu dia mulai menerima pengaruh dari dia yang sudah memihak pada suatu kutub. Sebab itu, pada waktu setan datang dan berkata kepada Adam dan Hawa, mereka memakai kebebasannya di bawah pengaruh atau gangguan iblis, mereka menggunakan kebebasan, setelah mereka menerima sodoran atau tawaran setan.

Allah adalah Allah yang adil, Dia berkata, Aku memberikan buah-buah dari semua pohon yang ada untuk kau makan, hanya buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, janganlah kau memakannya. Perintah ini diberikan bukan untuk mengganggu kebebasan manusia, melainkan untuk memberikan jaminan, supaya manusia terus menerus berada di dalam kebajikan. Firman dan kebebasan diberikan kepada manusia, tapi setan meniru cara Tuhan Allah, untuk berkata-kata kepada manusia sehingga manusia mempunyai dua pilihan. 

Bedanya, apa yang Tuhan beritakan adalah sesuatu yang berdasarkan kejujuran, tapi apa yang dikatakan oleh iblis tidak didasarkan atas kejujuran. Di dalam kitab Yeremia dituliskan, Tuhanmu tidak pernah mempunyai suatu niat yang jahat. Dia hanya mempunyai niat yang baik terhadapmu. Dia memberikan nasehat dan firman kepadamu. Sebab itu, ketika tawaran iblis mulai mengganggu Adam, sepertinya Adam masih bisa menggunakan kebebasannya untuk berbuat jahat atau baik, taat kepada Tuhan atau iblis, taat kepada Tuhan dan firman-Nya atau taat kepada diri dan keinginannya. 

Sayang, pengaruh ketidak-jujuran dari perkataan iblis sudah membuatnya tidak mungkin netral lagi. Maka sejak hari Adam mengikuti iblis, melakukan pemberontakan terhadap Tuhan sampai sekarang, kebebasan manusia sudah tidak netral lagi: tidak ada kebebasan yang netral, tidak ada kebebasan yang sesungguhnya.

Kecuali Kristus memberikan kemerdekaan yang sejati, tidak pernah ada kebebasan yang sejati. Itulah sebabnya, di Yohanes 8:36 Yesus Kristus berkata, jikalau Anak Manusia memerdekakan kamu, haruslah kau sungguh-sungguh dimerdekakan. Iblis tidak pernah gagal memberikan penawaran yang hanya menguntungkan dirimu dan merugikan dirinya, tapi iblis selalu menang. 

Dia selalu menginjak-injak kebebasan dan harkat manusia, yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Kecuali manusia menaklukan diri ke bawah pimpinan Tuhan, taat kepada Roh Kudus, kalau tidak, janganlah manusia mengira dirinya cukup pandai, cukup bisa menjaga diri, cukup berkemampuan mempertahankan apa yang kita miliki. Karena itu adalah mimpi dan penipuan diri.

Jika kita tidak berdoa demi nama Yesus Kristus, tidak mungkin kita mengalahkan setan dan doa kita tidak mungkin sampai kepada Allah. Allah menginginkan kita berdoa kepada-Nya, tetapi ada pencegah yang tidak disusun oleh Tuhan Allah, yaitu kuasa setan yang merintangi doa, menghambat doa. Tidak ada satu doa manusia yang didasarkan atas kuasa atau jasa agamanya bisa sampai kepada Tuhan. 

Di antara Allah dan manusia hanya terdapat satu-satunya Pengantara, yaitu Yesus Kristus, yang adalah Allah menjadi manusia, yang mati dan bangkit, yang sudah diberi nama di atas segala nama, nama yang melampaui semua pemerintah, semua penguasa, baik yang di bumi maupun yang di angkasa. 

Kalau kita sudah jelas akan hal ini, maka kita tahu bahwa roh yang bekerja di dalam hati orang-orang yang murtad, yang melawan Tuhan, yang berbuat dosa, bukanlah roh yang tertinggi, orang Kristen berani melawannya karena orang Kristen mempunyai Roh yang lebih tinggi dari pada roh jahat yang berada di angkasa. Sebab itu Efesus 2 paling sedikit memberikan empat nama bagi orang yang belum diselamatkan:

1.Anak durhaka, anak yang melawan dan memberontak, yang tidak taat akan pimpinan Tuhan.
2.Orang yang melampiaskan nafsu. Anak-anak nafsu berahi. Mereka mengikuti kemauan nafsunya sendiri.
3.Orang yang berbuat sesuka hati, menurut kebebasan kemauannya sendiri.
4.Anak-anak yang patut mendapat murka Tuhan.

Itulah keadaan kita sebelum diselamatkan.

Kapankah kau menjadi baik, sehingga kau bisa datang kepada Tuhan? Alkitab berkata, saat kita berada di dalam pelanggaran, saat kita masih cemar, saat kita berdosa, saat itulah Tuhan menyelamatkan kita. Bukan berdasarkan kemauan kita. Di I Yohanes 4. Kalau kita bisa mencintai Tuhan, adalah karena Tuhan lebih dahulu mencintai kita.

Orang yang belum merasa dirinya berada di dalam belenggu dosa, bagaimana dia bisa menggunakan kebebasannya untuk keluar? Orang yang belum bertobat, dirinya berada di dalam murka Allah, bagaimana dia merasa perlu untuk minta berdamai dengan Allah? Orang yang belum sadar dirinya sedang melawan kehendak Allah, bagaimana dia bisa merasa perlu bertobat, meninggalkan segala kejahatan? Tidak mungkin!

Di sini kita melihat penggembalaan memang penting, tetapi penginjilan yang betul-betul menyatakan kuasa dan bijaksana Allah adalah lebih penting. Karena hal itu akan menggugah manusia untuk bangun, sadar dirinya berada dalam malapetaka, barulah dia bertanya, bolehkah saya terus menerus seperti ini? Tidak, saya tidak mau mati, saya mau hidup. Saat itu, barulah dia berkata, saya mau mengunakan kebebasan untuk memilih Tuhan Yesus.

Itu sebabnya, kalimat yang dipakai di sini begitu keras, kamu mati di dalam dosa. Tapi selanjutnya dikatakan, pada saat kamu mati di dalam dosa, Dia menghidupkan kamu kembali. Maksudnya di dalam hal kita diselamatkan atau diperanakan pula, kita sama sekali pasif adanya. Sampai kuasa Allah yang memperanakan kita itu beredar di dalam diri kita, kita dihidupkan, dibangkitkan kembali, barulah kita boleh mengatakan, Tuhan, saya bertobat, saya mau menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.

Tatkala Roh Kudus bekerja di dalam diri seseorang, dia akan mengerti standar Tuhan, menyadari kebobrokan dirinya, dan menyesali dosa-dosanya. Pertobatan adalah buah yang dihasilkan oleh pekerjaan Tuhan. Pertobatan adalah suatu pernyataan dirinya telah memiliki hidup baru. Tanpa mempunyai hidup baru, seseorang tidak mungkin mempunyai standar untuk menyesali kehidupannya yang lama. 

Kalau kau memiliki hidup baru artinya kau menyadari hidupmu begitu jauh dari kehendak Tuhan, hidupmu terlalu melarat, maka kau menangisinya. Orang yang lahir baru dari Roh Kudus, salah satu buahnya adalah mulai menyesali, menyadari dirinya adalah manusia ciptaan Tuhan, hanya saja sudah begitu jauh dari Tuhan. Maka dia minta pengampunan dari Tuhan dengan rendah hati, bahkan ketakutan dirinya tidak diterima oleh Tuhan. 

Orang yang ketakutan tidak diterima Tuhan, adalah orang yang sudah diterima oleh Tuhan. Orang yang ketakutan hidupnya dibuang oleh Tuhan, adalah orang yang sudah menerima hidup baru dari Tuhan. Ini paradoks. Justru orang yang tidak takut jatuh, gampang jatuh. Orang yang merasa dirinya cukup baik, justru jauh dari Tuhan. Orang yang merasa dirinya jauh dari Tuhan, sedang didekati oleh Tuhan. Ini adalah pengalaman rohani.

Ketika kita mati di dalam dosa, Tuhan menghidupkan kita kembali. Kalimat ini ditulis dua kali: menghidupkan kita bersama Kristus dan membangkitkan kita di dalam Kristus. Calvin mengatakan, only through Jesus Christ we can be resurrected, inilah satu-satunya jalur, wadah di mana kita memperoleh hidup. 

Karena Kristuslah satu-satunya yang mati dan bangkit pula, kuasa untuk mengalahkan kematian dan kunci untuk kebangkitan hanya ada pada Kristus. Di PL (Perjanjian Lama) terjadi beberapa kali orang mati dibangkitkan, tetapi kebangkitan-kebangkitan itu berkaitan dengan kebangkitan Yesus Kristus. 

Di PB juga terjadi kebangkitan-kebangkitan: Paulus membangkitkan Dorkas dan lain-lain, tapi untuk mengalahkan kematian, yaitu musuh kita yang terakhir, kita hanya bisa bersandar pada kebangkitan Kristus yang adalah buah sulung dari semua orang yang dibangkitkan. Semua orang yang dibangkitkan akan mati lagi, tetapi Kristus bangkit dan tidak mati lagi. Itulah sebabnya kita diberi kebangkitan rohani. Jiwa kita mati di dalam dosa, kita dibangkitkan bersama Kristus artinya kita dipulihkan dalam status hidup, di mana kita bangkit beserta Kristus.

Mengapa sudah mendapatkan hidup bersama dengan Kristus, masih perlu dibangkitkan lagi? Bukankah seolah-olah terdapat dua tahap? Status kita adalah status yang baru, yang hidup, lalu kita dibangkitkan pula beserta Kristus, artinya kita yang sudah memperoleh hidup baru boleh mengalami kuasa kebangkitan Kristus. 

Setelah kita dihidupkan kembali, artinya kita sudah memperoleh hidup baru, sudah diperanakkan pula, tapi itu masih tidak cukup. Kita perlu dipimpin untuk mengalami kuasa kebangkitan Kristus, sehingga kita mempunyai pengalaman bangkit bersama dengan Kristus. Dengan demikian, maka kuasa kebangkitan bekerja di dalam diri kita. Setiap kali kita berusaha, berperang untuk melawan dosa, dan kita bisa menang karena kita bersandar pada Tuhan, di saat seperti itulah kita mengalami kuasa kebangkitan. 

Setiap kali kita berjuang untuk melawan nafsu yang berada di dalam diri kita, dan kita menang, itulah saatnya kita sekali lagi mengalami kuasa kebangkitan Kristus. Kita dibangkitkan, mendapatkan hidup yang baru, mengalahkan kuasa kematian.

Kalimat terakhir di bagian ini mengatakan, kita diberi tempat di sorga. Terjemahan bahasa Indonesia kurang bagus, terjemahan yang lain adalah: and now, we are sitting in heaven together with Jesus Christ; sekarang kita duduk di sorga bersama Kristus (present tense). Ini menandakan kita berlainan dengan orang dunia. 

Di dalam keadaan yang sama, orang Kristen berbeda dengan orang yang bukan Kristen. Saat mengalami goncangan yang sama, orang Kristen dan orang non-Kristen itu berbeda. Saat mengalami ujian yang berat, orang Kristen dan orang non-Kristen lain adanya. Mengapa? Kita harus selalu ingat, kita mempunyai kedudukan di sorga, dan sekarang ini saya duduk bersama dengan Tuhan di sorga.

Di sini terdapat kalimat yang mengatakan, hal ini akan dinyatakan pada zaman-zaman yang akan datang. Apakah artinya? Suatu jaminan, apa yang kita peroleh di dalam kehidupan rohani kita sekarang ini akan terus menjadi saksi sampai akhir zaman. Even in the day of glorification; pada saat kita dipermuliakan, semua ini akan dinyatakan benar. Bukan hanya itu, zaman-zaman yang akan datang menyaksikan kita mempunyai hidup yang menang.

Iman, Anugerah, dan Keselamatan

Efesus 2:8-10

Kita adalah anak-anak durhaka, anak-anak yang patut dimurkai yang mengikuti segala kemauan nafsu kita karena roh setan yang berada di balik semua itu merangsang kita untuk melakukan segala sesuatu seturut dengan kehendaknya. Maka manusia tidak mempunyai kebebasan yang netral, manusia tidak mungkin mempunyai inisiatif untuk melakukan segala hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan. 

Namun demikian, anugerah Tuhan tiba di atas diri kita, dengan mengirim Kristus mati di atas kayu salib. Dia membangkitkan kita bahkan mendudukan kita di sorga. Sebab itu, kita mempunyai status yang berlainan dengan orang dunia. Orang dunia hanyut bersama arus dunia ini, tapi kita tidak. Kita berada pada posisi yang lebih tinggi daripada arus yang menghanyutkan. 

Kita duduk bersama dengan Kristus di sorga, sebab itu, kita berpegang teguh pada pengharapan yang kekal, kita hidup di dunia sebagai wakil sorga, hidup dengan bijaksana kekekalan, hidup berpegang pada pegangan yang tidak berubah sesuai dengan sifat Allah yang tidak berubah. Allah yang duduk di atas tahta-Nya.

Paulus berkata di dalam Efesus 2: 6-7, hal ini dinyatakan kepada zaman-zaman yang akan datang. Itu berarti kemenangan orang Kristen atas kesulitan-kesulitan dibunuh dan sebagainya atas arus yang menghanyutkan adalah kemenangan yang terus menerus berbicara kepada zaman-zaman yang akan datang. 

Di dalam sejarah tidak terdapat kesaksian orang Kristen yang sudah menerima pengajaran seperti ini. Karena mereka sadar, mereka mengerti, mereka bertahan, mereka mengikut Tuhan dengan setia. Maka meskipun mereka dibakar, dibuang ke dalam dapur api, dibuang ke dalam mulut singa, mereka tetap menyatakan kemenangan, dan memuliakan Tuhan dengan iman yang teguh.

Di Efesus 2: 8 Paulus berkata, sebab karena kasih karunia, kamu diselamatkan. Istilah kasih karunia di sini berarti anugerah Tuhan. Jika bukan karena anugerah Tuhan, maka tidak ada seorangpun yang mempunyai kelayakan kesempatan, kemungkinan untuk menerima apapun yang berasal dari tangan Tuhan. Anugerah Tuhan diberikan atas kedaulatan Allah, atas bijaksana Allah atas kerelaan kehendak Allah sendiri. 

Anugerah bukanlah upah. Kita diselamatkan berdasarkan anugerah, berarti bukan karena kita layak, maka saya diselamatkan. Saya tidak layak menerima apapun. Di hadapan Tuhan, kita tidak mempunyai syarat yang cukup, kita tidak mempunyai kemungkinan untuk memperkenankan-Nya. Karena kita adalah pemberontak, kita adalah orang yang berdosa, orang yang jauh dari pada-Nya. Allah disebut sebagai Allah yang berjanji, dan manusia disebut sebagai Adam yang merusak janji.

Apakah sebabnya Allah harus berjanji kepada manusia? Apakah sebabnya Allah harus memberi janji dan menjamin dengan kesetian-Nya? Bukan karena kita mempunyai kebaikan apa-apa, melainkan karena Dia adalah Allah yang mau memberikan anugerah kepada orang yang tidak layak. Alkitab berkata, Tuhanlah yang berjanji, Dialah yang selalu memberikan promise, memberikan nubuat tentang janji yang akan datang. 

Dia akan mencurahkan anugerah, karena Dia adalah Allah yang berdaulat, yang mau memberikan kemurahan, memberikan berkat kepada kita. Anugerah dan janji yang terbesar yang Dia berikan kepada kita adalah menyelamatkan kita dan memberi hidup yang kekal di dalam Yesus Kristus.

Alkitab mengajarkan dengan jelas, tidak satupun kebajikan yang berasal dari diri kita sendiri. Seorang yang berdosa tidak mungkin mengeluarkan sesuatu yang baik. Segala kebajikan, kebaikan yang berada di dalam diri kita adalah anugerah Tuhan, yang diletakkan di dalam diri kita.

Jika Tuhan sudah memberikan talenta, maka waktu kita kembali kepada-Nya Tuhan akan menilai, adakah kau sudah menggunakannya dengan setia? Maka anugerah bukanlah sesuatu yang membuat kita merasa bangga, karena kita harus mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan. Sebab itu, orang yang mempunyai banyak talenta harus lebih gentar dari pada mereka yang mempunyai lebih sedikit talenta. 

Orang yang mempunyai lebih banyak karunia harus lebih hati-hati dari pada mereka yang karunia dan bakatnya lebih sedikit. Orang yang mempunyai kesempatan, kebebasan, kepintaran, uang yang lebih banyak harus lebih hati-hati dari pada mereka yang mempunyai uang lebih sedikit. Karena kepada yang diberi banyak akan dituntut lebih banyak, kepada yang diberi sedikit akan lebih dituntut sedikit. Inilah prinsip keadilan di hadapan Tuhan Allah.

Kamu diselamatkan karena anugerah, bukan karena jasamu, bukan karena kebaikanmu, bukan karena kelakuanmu, maka kita perlu mengerti teologi anugerah yang akan mengakibatkan kita memberikan reaksi syukur kepada Tuhan Allah, yang pantas menerima kemuliaan. Kalau apa yang saya miliki adalah anugerah semata-mata, maka saya tidak boleh congkak. Kalau saya tidak boleh congkak, berarti saya tidak boleh menghina orang lain. Untuk tidak menghina orang lain, saya harus mengingat akan anugerah Tuhan, harus memuliakan Tuhan dan bersyukur kepada-Nya.

Ayat selanjutnya mengajarkan, karena kamu diselamatkan dengan anugerah oleh iman. Inilah yang membuat manusia merasa keselamatan dirinya terdiri dari dua unsur. Unsur pertama adalah anugerah yang dari atas, unsur kedua adalah iman yang dari diri saya sendiri. Banyak orang mengira ayat ini boleh ditafsirkan seperti itu, padahal tidak! Karena kamu diselamatkan dengan anugerah oleh iman, tidak berarti anugerah dan iman fifty-fifty. 

Apa sebabnya? Karena iman itu sendiri merupakan akibat dari firman yang diberitakan oleh seseorang. Kalau pengertian yang tuntas ini telah dipahami, barulah kita mendapatkan pengertian yang berkesinambungan tentang cara Allah bekerja. Saya beriman kepada Tuhan, itu adalah reaksi. Reaksi terhadap firman dan janji yang diberikan. Waktu saya bereaksi, reaksi ini adalah akibat mendengar firman. Mengapa kau bisa mendengar firman? Karena Tuhan memberi kesempatan. Mengapa Tuhan memberikan firman? Karena Dia mau kau mengerti. 

Jadi, Allah yang menghendaki kau mengerti memberikan pengertian di dalam dirimu. Allah juga memberikan firman melalui nabi dan rasul. Allah memberikan Alkitab yang tercetak itu bisa jatuh di dalam tanganmu. Allah memberikan firman melalui hamba-hamba Tuhan yang dikirim untuk mengkhotbahkan, menjelaskan kebenaran Tuhan. 

Semua ini adalah pekerjaan Tuhan Allah, sebelum kau bisa memberikan reaksi apapun. Maka iman yang adalah reaksi terhadap firman adalah akibat anugerah. Itulah yang membuat saya bisa berkata, Tuhan, benar, aku mau percaya. Anugerah Tuhan mendahului respon manusia. 

Tidak ada seorangpun yang lebih dahulu cinta Tuhan, sampai Tuhan merasa sungkan dan merasa perlu membalas cintanya. Alkitab mengajarkan, kalau kita mencintai Tuhan adalah karena Tuhan lebih dahulu mencintai kita. 

Allah yang senantiasa berinisiatif, yang lebih dahulu mengasihi kita, yang lebih dahulu memberikan anugerah kepada kita, yang lebih dahulu mewahyukan kebenaran untuk memperkenalkan diri kepada kita, yang lebih dahulu mengirim Roh Kudus, untuk memberikan penjelasan, iluminasi, pencerahan kepada kita. Allahlah yang terlebih dahulu memberikan anugerah yang bertubi-tubi di dalam diri kita, kemudian menghasilkan buah, beriman kepada Tuhan.

Paulus mengatakan, kau diselamatkan karena anugerah oleh iman, tetapi itu… Apakah maksud dari istilah itu di sini? Apakah itu berarti keselamatan, atau anugerah, atau iman? Saya percaya, bahwa semua yang dibahas oleh Paulus di sini adalah anugerah yang membuat kita diselamatkan, anugerah yang merangsang kita beriman, anugerah yang membawa kita menormalisasi kehendak kita sampai kita mengatakan ya kepada Tuhan. 

Kehendak kita yang sudah rusak, yang sudah tidak mungkin memberikan reaksi yang baik itu Tuhan pulihkan sehingga kita bisa berkata “Ya Tuhan, aku mau Tuhan.” Itu adalah pekerjaan dari Tuhan sendiri. Maka istilah itu di sini mengandung tiga unsur: iman, anugerah, dan keselamatan. Dan seluruhnya bukan hasil usahamu, melainkan pekerjaan Tuhan semata. Itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang memegahkan diri.  Efesus 2: 10, di sini kita melihat akan satu hal yang indah luar biasa. Kita adalah karya Tuhan yang diciptakan di dalam Kristus. 

Bukankah karya penciptaan sudah selesai pada hari yang keenam? Di sini kita melihat, Tuhan masih mencipta, yang dimaksud dengan cipta di sini adalah penciptaan ulang. Ciptaan yang tercatat di dalam Kitab Kejadian adalah ciptaan yang pertama, dan yang di dalam Kristus adalah ciptaan gelombang kedua, ciptaan baru: the new creation.

Di dalam ciptaan yang pertama, kita semua diciptakan di dalam Adam, sehingga kita mirip Adam, kelakuan kita juga mirip Adam, bahkan pemberontakan Adam pun menjadi contoh yang kita ulangi terus menerus di dalam hidup kita sehari-hari. Tetapi di dalam Kristus, kita dicipta ulang, supaya kita menjadi mirip Kristus, bukan lagi mirip Adam. Maka Tuhan mengirim Roh Kudus, supaya setiap hari kita hidup di dalam ketaatan kepada Allah. Setelah kita menjadi ciptaan baru, apa yang harus kita lakukan? Melakukan kebajikan.

Apakah perbuatan baik itu penting? Penting! Setelah kau diselamatkan, bukan sebelum kau diselamatkan. Sebelum diselamatkan, perbuatan kita yang terbaikpun tidak mungkin menggantikan pengampunan dosa yang dari Tuhan, tetapi setelah diselamatkan, perbuatlah kebajikan untuk memuliakan nama Tuhan. Jangan lagi melakukan hal yang jelek, yang mempermalukan nama Tuhan. Perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan kita, tidak bisa menggantikan anugerah keselamatan, tetapi perbuatan baik adalah bukti bahwa kita sudah diselamatkan, dan kita harus menjadi saksi Tuhan di dalam dunia.


Perbuatan baik yang bagaimanakah? Apakah kita harus melakukan semua kebaikan? Jawabnya, tidak. Kalau kau mau melakukan semua kebajikan, sampai matipun tidak akan selesai, akhirnya kau malah belum mengerjakan pekerjaan yang telah Tuhan sediakan bagimu. Jadi, berbuatlah kebaikan yang Tuhan sediakan bagimu. Bukan maksudnya yang lain itu tidak baik, semuanya baik, tetapi prioritasnya yang harus diperhatikan. 

Kalau kita mempunyai perpuluhan, kemampuan, apa yang harus kita lakukan? Apakah pada waktu kita mendengar kesulitan di India, lalu kita mengirimkan semua uang ke India? Sesudah dikirim baru sadar, kita akan mendirikan STTRII, membina orang untuk menjadi hamba Tuhan, tetapi uangnya sudah tersedot ke pemberian bantuan ke India. 

Kita mendengar ada kebutuhan di Kalimantan, di Irian Jaya, maka kita mengirim semua uang ke sana, setelah itu baru sadar, kita menginjili orang, kita membutuhkan traktat, tetapi uang kita sudah habis. Inilah maksudnya, untuk menggunakan uang, melakukan perbuatan baik, memilih apa yang harus kita lakukan, kita membutuhkan bijaksana yang menyeluruh, hingga kita mempunyai proporsi yang penting dalam membagi-bagikan uang itu.

Efesus 2: 10, karena kita adalah perbuatan Allah, diciptakan di dalam Kristus Yesus, untuk melakukan perbuatan yang baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya Artinya, ada rencana Tuhan untuk perbuatan baik kita. Baik dalam memberikan waktu, uang, bantuan, maupun dalam memberikan sumbangan pikiran dan sebagainya, kita perlu mengaturnya. Bahkan sebelum kau mengaturnya, Tuhan sudah mempersiapkan bagimu. 

Maksudnya, Tuhan mempunyai rencana untuk hal-hal apa saja yang harus kita kerjakan, mana yang primer dan mana yang sekunder, mana yang penting, dan mana yang tidak penting. Selain kita perlu mengetahui urutannya, kita juga perlu mempunyai penilaian akan penting dan tidak pentingya hal itu. 

Ada seorang pendeta, penuh dengan cinta kasih, uangnya dipakai untuk membantu, kemudian hari baru diketahui bahwa orang yang mendapatkan bantuan adalah mereka yang mengajarkan ajaran bidat, ajaran yang menyimpang dari Alkitab. Saat itu barulah dia menyadari teguran papanya dulu benar adanya. Dulu dia mengira papanya kurang cinta kasih. EFESUS 2:1-10 (DOSA, FIRMAN DAN KESELAMATAN).
Next Post Previous Post