EKSPOSISI MARKUS 16:1-20

Pdt.Budi Asali, M.Div.


Markus 16:1-20 - “(Markus 16:1) Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. (2) Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. (3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?’ (4) Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. (5) Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, (6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (7) Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’ (8a) Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. (8b) Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-muridNya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu. (9) Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. (10) Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. (11) Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. (12) Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. (13) Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya. (14) Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitanNya. (15) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (16) Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. (17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’ (19) Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. (Markus 16:20) Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.
EKSPOSISI MARKUS 16:1-20
otomotif, gadget, bisnis

Markus 16: 1: “Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.”.

1) “Setelah lewat hari Sabat”.

a) Ketaatan perempuan-perempuan itu terhadap larangan / peraturan Sabat.

Mereka membeli rempah-rempah itu setelah Sabat lewat (ay 1a). Ini disebabkan karena ketaatan mereka terhadap hukum hari Sabat, yang melarang untuk berjual beli pada hari tersebut.

Matthew Henry (tentang Lukas 23:56): “busy as they were in this preparation, they rested on the sabbath day, and did none of this servile work thereon, not only according to the custom of their nation, but according to the commandments of their God” (= sekalipun mereka sibuk dalam melakukan persiapan ini, mereka beristirahat pada hari Sabat, dan tidak melakukan apapun berkenaan dengan pekerjaan pelayanan ini, bukan hanya sesuai dengan tradisi dari bangsa mereka, tetapi sesuai dengan perintah / hukum dari Allah mereka).

Bdk. Keluaran 34:21 - “Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga”.

Masa menabur dan menuai jelas merupakan masa paling sibuk. Tetapi Firman Tuhan tidak mengenal kompromi dan tetap memerintahkan untuk memelihara Sabat sebagai hari perhentian / istirahat pada saat seperti itu.

Kalau orang-orang Yahudi pada jaman itu, berdasarkan ajaran dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terlalu extrim dengan larangan / peraturan Sabat, maka orang-orang Kristen jaman sekarang semuanya jatuh dalam extrim satunya, yaitu terlalu meremehkan peraturan / larangan Sabat. Perhatikan bagaimana perempuan-perempuan ini mentaati peraturan / larangan Sabat dengan tidak mau membeli / belanja pada hari Sabat. Bandingkan dengan dua text di bawah ini.

1. Yeremia 17:21-27 - “(21) Beginilah firman TUHAN: Berawas-awaslah demi nyawamu! Janganlah mengangkut barang-barang pada hari Sabat dan membawanya melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem! (22) Janganlah membawa barang-barang dari rumahmu ke luar pada hari Sabat dan janganlah lakukan sesuatu pekerjaan, tetapi kuduskanlah hari Sabat seperti yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu. (23) Namun mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikannya, melainkan mereka berkeras kepala, sehingga tidak mau mendengarkan dan tidak mau menerima tegoran. (24) Apabila kamu sungguh-sungguh mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan tidak membawa masuk barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat, tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, (25) maka melalui pintu-pintu gerbang kota ini akan berarak masuk raja-raja dan pemuka-pemuka, yang akan duduk di atas takhta Daud, dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka dan pemuka-pemuka mereka, orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem. Dan kota ini akan didiami orang untuk selama-lamanya. (26) Orang akan datang dari kota-kota Yehuda dan dari tempat-tempat sekitar Yerusalem, dari tanah Benyamin dan dari Daerah Bukit, dari pegunungan dan dari tanah Negeb, dengan membawa korban bakaran, korban sembelihan, korban sajian dan kemenyan, membawa korban syukur ke dalam rumah TUHAN. (27) Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintah-Ku untuk menguduskan hari Sabat dan untuk tidak masuk mengangkut barang-barang melalui pintu-pintu gerbang Yerusalem pada hari Sabat, maka di pintu-pintu gerbangnya Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan.’”.

Yang dilarang oleh text ini sebetulnya bukan mengangkut barang, tetapi mengangkut barang dengan tujuan berjualan / berdagang. Jadi, text ini jelas menentang orang berjualan pada hari Sabat. Dan kalau menjual dilarang, maka membeli pasti juga tidak boleh.

2. Nehemia 13:15-22 - “(15) Pada masa itu kulihat di Yehuda orang-orang mengirik memeras anggur pada hari Sabat, pula orang-orang yang membawa berkas-berkas gandum dan memuatnya di atas keledai, juga anggur, buah anggur dan buah ara dan pelbagai muatan yang mereka bawa ke Yerusalem pada hari Sabat. Aku memperingatkan mereka ketika mereka menjual bahan-bahan makanan. (16) Juga orang Tirus yang tinggal di situ membawa ikan dan pelbagai barang dagangan dan menjual itu kepada orang-orang Yehuda pada hari Sabat, bahkan di Yerusalem. (17) Lalu aku menyesali pemuka-pemuka orang Yehuda, kataku kepada mereka: ‘Kejahatan apa yang kamu lakukan ini dengan melanggar kekudusan hari Sabat? (18) Bukankah nenek moyangmu telah berbuat demikian, sehingga Allah kita mendatangkan seluruh malapetaka ini atas kita dan atas kota ini? Apakah kamu bermaksud memperbesar murka yang menimpa Israel dengan melanggar kekudusan hari Sabat?’ (19) Kalau sudah remang-remang di pintu-pintu gerbang Yerusalem menjelang hari Sabat, kusuruh tutup pintu-pintu dan kuperintahkan supaya jangan dibuka sampai lewat hari Sabat. Dan aku tempatkan beberapa orang dari anak buahku di pintu-pintu gerbang, supaya tidak ada muatan yang masuk pada hari Sabat. (20) Tetapi orang-orang yang berdagang dan berjualan rupa-rupa barang itu kemudian bermalam juga di luar tembok Yerusalem satu dua kali. (21) Lalu aku memperingatkan mereka, kataku: ‘Mengapa kamu bermalam di depan tembok? Kalau kamu berbuat itu sekali lagi akan kukenakan tanganku kepadamu.’ Sejak waktu itu mereka tidak datang lagi pada hari Sabat. (22) Juga kusuruh orang-orang Lewi mentahirkan dirinya dan datang menjaga pintu-pintu gerbang untuk menguduskan hari Sabat. Ya Allahku, ingatlah kepadaku juga karena hal itu dan sayangilah aku menurut kasih setiaMu yang besar!”.

Secara hurufiah, Nehemia hanya melarang berjualan, bukan membeli. Tetapi Matthew Henry mengecam baik yang berjualan maupun yang membeli (demikian juga dengan Albert Barnes dalam komentarnya tentang Yeremia 17:21). Dan memang, kalau orang dilarang berjualan, maka sudah jelas bahwa orang juga dilarang membeli, karena para pembeli ini memotivasi para penjual untuk terus berjualan pada hari Sabat.

Jadi, shopping / berbelanja pada hari Sabat / Minggu jelas merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum keempat ini. Ini semua juga memotivasi pemilik toko untuk tetap buka pada hari Sabat / Minggu.

b) Sabat itu adalah Sabat yang menjijikkan.

Matthew Henry: “Never were the sabbath services in the temple such an abomination to God, though they had been often so, as they were now, when the chief priests, who presided in them, had their hands full of blood, the blood of Christ” (= Tidak pernah ada kebaktian Sabat di Bait Allah yang begitu menjijikkan bagi Allah, sekalipun sering demikian, seperti kebaktian Sabat itu sekarang, pada waktu imam-imam kepala, yang memimpin dalam kebaktian Sabat itu, mempunyai tangan-tangan mereka yang dipenuhi dengan darah, darah Kristus).

Bdk. Yesaya 1:10-15 - “(10) Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! (11) ‘Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?’ firman TUHAN; ‘Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. (12) Apabila kamu datang untuk menghadap di hadiratKu, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait SuciKu? (13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagiKu. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. (14) Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagiKu, Aku telah payah menanggungnya. (15) Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah”.

2) “Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome”.

Matius 28:1 - “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu”.

Lukas 23:56-24:1,10 - “(23:56) Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat, (24:1) tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. ... (10) Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul”.

Matius hanya mengatakan tentang 2 Maria; Markus menambahkan Salome; dan Lukas mengatakan banyak perempuan. Ini semua bukan kontradiksi. Merupakan sesuatu yang umum bagi penulis-penulis Kitab Suci untuk tidak menceritakan semua, tetapi hanya sebagian, yang mereka soroti.

Calvin: “So far as regards the narrative, Matthew says only that the two Marys came to see the sepulcher; Mark adds a third, Salome, and says that they bought spices to anoint the body; and from Luke we infer, that not two or three only, but many women came. But we know that it is customary with the sacred writers, when speaking of a great number, to name but a few of them. It may also be conjectured with probability, that Mary Magdalene, with another companion - whether she was sent before, or ran forward of her own accord arrived at the grave before the rest of the women” (= ) - hal 339.

3) “membeli rempah-rempah”.

a) Kapan mereka membeli rempah-rempah?

Markus 16:1 - “Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus”.

Untuk kata ‘membeli’ dalam Markus 16:1, KJV menterjemahkan dalam bentuk past perfect ‘had bought’ (= telah membeli). Tetapi RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV menterjemahkan ‘bought’, karena tense yang digunakan memang adalah aorist / past / lampau. Rupanya KJV mengubahnya menjadi bentuk past perfect untuk menyesuaikan dengan cerita versi Lukas di bawah ini.

Lukas 23:55-24:1 - “(23:55) Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. (23:56) Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat, (24:1) tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka”.

Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa KJV mungkin bisa dibenarkan, karena dari cerita Lukas, mereka sudah menyediakan rempah-rempah dan minyak mur itu sebelum Sabat, atau setelah mereka menguburkan Yesus. Jadi, mungkin itu terjadi pada Jumat sore sebelum pk 6 sore. Dan setelah Sabat, pada minggu pagi mereka hanya membawa apa yang telah mereka siapkan sebelumnya itu ke kubur Yesus.

Calvin menganggap bahwa Markus tidak menceritakan cerita ini secara akurat dalam persoalan waktu. Tetapi apakah ini tak berarti menyalahkan Alkitab?

J. A. Alexander (hal 434) mengatakan bahwa Lukas 23:56, tidak secara jelas menunjukkan kapan perempuan-perempuan itu membeli rempah-rempah itu. Bisa sebelum Sabat mulai, bisa juga sesudah Sabat selesai, dan kalau yang kedua ini yang benar, maka cerita Lukas menjadi sama dengan cerita Markus. Harus diingat bahwa Lukas memang sering menceritakan tanpa mempedulikan khronologis, misalnya dalam Lukas 4:1-13, dimana ia membalik pencobaan kedua dan ketiga (bdk. Matius 4:1-11).

Bisa juga kita membedakan kata ‘membeli’ dalam Markus 16:1 dengan kata ‘menyediakan’ dalam Lukas 23:56. Jadi, mungkin mereka sudah menyediakan sebelum Sabat (ini yang diceritakan oleh Lukas), tetapi setelah Sabat mereka membeli lagi apa yang mereka anggap masih kurang (ini yang diceritakan oleh Markus).

b) Mereka mau mengeluarkan uang demi Yesus. Mereka ‘membeli’ rempah-rempah / minyak untuk mayat Yesus.

Lenski: “The spices were bought on Saturday after sunset, ... The a]rwmata that were bought by the women were liquids because they wanted to anoint the body with them. ... The essences bought for this purpose were quite costly as were the fine linen and the powdered spices” [= Rempah-rempah itu dibeli pada Sabtu setelah matahari terbenam, ... AROMATA (= rempah-rempah) yang dibeli oleh perempuan-perempuan itu berupa cairan karena mereka mau mengurapi tubuh / mayat dengannya. ... Zat-zat yang dibeli untuk tujuan ini sama mahalnya dengan kain lenan halus dan bubuk rempah-rempah] - hal 737.

Pulpit Commentary dalam komentarnya tentang Lazarus dan orang kaya mengatakan: “The fine linen (byssus) was worth twice its weight in gold” (= Kain lenan halus harganya 2 x beratnya dalam emas) - hal 66.

Penerapan: mereka mau membeli rempah-rempah itu, sekalipun mahal, karena kasih mereka kepada Yesus. Bagaimana dengan saudara dalam urusan mengeluarkan uang bagi Tuhan / gereja?

Bdk. Lukas 8:1-3 - “(1) Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas muridNya bersama-sama dengan Dia, (2) dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, (3) Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka”.

c) Mereka bermaksud untuk menyempurnakan apa yang telah dilakukan oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus.

Sebetulnya Jum’at siang / sore Yusuf dan Nikodemus sudah melakukan pemberian mur, minyak gaharu, dan rempah-rempah (Yohanes 19:39-40).

Sekarang pada Minggu pagi para perempuan ini mau melakukan hal itu lagi untuk menyempurnakan apa yang dilakukan dengan tergesa-gesa pada Jum’at siang / sore itu. Ketergesa-gesaan itu disebabkan karena saat itu Sabat hampir tiba.

Pulpit Commentary: “What had been done on the Friday evening had been done in haste, and yet sufficiently for the preservation of the sacred body, if that had been needful, from decay. The remaining work could be done more carefully and tenderly at the tomb” (= Apa yang telah dilakukan pada Jum’at sore telah dilakukan dengan terburu-buru, tetapi cukup untuk mengawetkan tubuh yang kudus itu, seandainya hal itu dibutuhkan, dari pembusukan. Pekerjaan yang tersisa bisa dilakukan dengan lebih teliti dan lembut di kubur) - hal 346.

Catatan: ia memberikan kata-kata ‘seandainya hal itu dibutuhkan’, karena sebetulnya hal itu memang tidak dibutuhkan. Mengapa? Karena Kitab Suci mengatakan bahwa tubuh Kristus tidak akan membusuk (Mazmur 16:10 Kisah Para Rasul 2:27 Kisah Para Rasul 13:35). Tetapi dalam ketiga ayat ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan. Kata ‘kebinasaan’ seharusnya adalah ‘pembusukan’; NIV/NASB menterjemahkan semuanya dengan kata ‘decay’ (= pembusukan).

Matthew Henry: “Nicodemus had bought a very large quantity of dry spices, myrrh and aloes, which served to dry the wounds, and dry up the blood, John 19:39. But these good women did not think that enough; they bought spices, perhaps of another kind, some perfumed oils, to anoint him. Note, The respect which others have showed to Christ’s name, should not hinder us from showing our respect to it” (= Nikodemus telah membeli jumlah yang sangat besar dari rempah-rempah kering, mur, dan gaharu, yang bermanfaat untuk mengeringkan luka, dan mengeringkan darah, Yohanes 19:39. Tetapi perempuan-perempuan yang baik ini tidak menganggapnya cukup; mereka membeli rempah-rempah, mungkin dari jenis yang lain, sejumlah minyak wangi, untuk mengurapiNya. Perhatikan, Rasa hormat yang orang-orang lain telah tunjukkan kepada nama Kristus, tidak boleh menghalangi kita untuk menunjukkan rasa hormat kita kepadanya).

Penerapan: apakah saudara sering menahan persembahan, karena berpikir bahwa ada orang lain (apalagi yang lebih kaya) telah melakukannya?

d) Ini merupakan tindakan kasih yang mereka lakukan kepada Yesus.

William L. Lane (NICNT): “Spices were not used for mummification, which was not a Jewish custom, but to offset the odors from decomposition. ... Since in the climate of Jerusalem deterioration would occur rapidly, the visit of the women with the intention of ministering to the corpse after two nights and a day must be viewed as an expression of intense devotion” (= Rempah-rempah tidak digunakan untuk pembuatan mumi, yang bukan merupakan kebiasaan Yahudi, tetapi untuk menutupi bau dari pembusukan. ... Karena dalam iklim dari Yerusalem, pembusukan akan terjadi dengan cepat, kunjungan dari para perempuan dengan maksud melayani mayat setelah 2 malam dan satu hari harus dipandang sebagai pernyataan bakti yang kuat / hebat) - hal 585.

Pulpit Commentary: “Love will find occasions and ways of expressing itself” (= Kasih akan mendapatkan kesempatan dan cara untuk menyatakan dirinya sendiri) - hal 349.

William Hendriksen: “while we may criticize their lack of sufficient faith - a lack which they shared with the male disciples - let us not overlook their exceptional love and loyalty. They were at Calvary when Jesus died, in Joseph’s garden when their Master was buried, and now very early in the morning, here they are once more, in order to anoint the body. Meanwhile, where were the eleven?” (= sementara kita bisa mengkritik kekurangan iman mereka - suatu kekurangan yang juga terdapat pada para murid laki-laki - marilah kita tidak mengabaikan kasih dan kesetiaan mereka yang luar biasa. Mereka ada di Kalvari pada saat Yesus mati, di taman / kebun Yusuf pada waktu Tuan mereka dikubur, dan sekarang pagi-pagi sekali, sekali lagi mereka ada di sini, untuk mengurapi tubuh Yesus. Sementara itu, dimana 11 rasul itu?) - hal 678.

Pulpit Commentary: “Last at the cross, first at the grave” (= Terakhir di salib, pertama di kubur).

e) Tindakan mengurapi mayat berhubungan dengan pengharapan akan kebangkitan pada akhir jaman.

Maksud untuk melakukan pengurapan ini jelas merupakan sesuatu yang salah, karena ini menunjukkan bahwa mereka tidak beriman pada kata-kata Yesus yang menyatakan akan bangkit pada hari ke 3.

Calvin: “their design to anoint Christ, as if he were still dead, was not free from blame” (= rencana mereka untuk mengurapi Kristus, seakan-akan Ia masih tetap mati, tidak bebas dari kesalahan) - hal 339.

Calvin: “But it may be asked, how could this zeal of the women, which was mixed with superstition, be acceptable to God? I have no doubt, that the custom of anointing the dead, which they had borrowed from the Fathers, was applied by them to its proper object, which was, to draw consolation, amidst the mourning of death, from the hope of life to come. I readily acknowledge that they sinned in not immediately raising their minds to that prediction which they had heard from the lips of their Master, when he foretold that he would rise again on the third day. But as they retain the general principle of the final resurrection, that defect is forgiven, which would vitiated, as the phrase is, the whole of the action. Thus God frequently accepts, with fatherly kindness, the works of the saints, which, without pardon, not only would not have pleased him, but would even have been justly rejected with shame and punishment. It is, therefore, an astonishing display of the goodness of Christ, that he kindly and generously presents himself alive to the women, who did him wrong in seeking him among the dead” (= Tetapi bisa dipertanyakan, bagaimana mungkin semangat dari perempuan-perempuan ini, yang dicampur dengan takhyul, merupakan sesuatu yang bisa diterima bagi Allah? Saya tidak meragukan bahwa kebiasaan mengurapi orang mati, yang telah mereka dapatkan dari Bapa-bapa, diterapkan oleh mereka pada tujuan yang benar, yaitu untuk mendapatkan penghiburan di tengah-tengah perkabungan kematian, dari pengharapan akan kehidupan yang akan datang. Saya mengakui bahwa mereka berdosa dengan tidak segera mengangkat pikiran mereka pada ramalan yang telah mereka dengar dari bibir Tuan / Guru mereka, pada saat Ia meramalkan bahwa Ia akan bangkit kembali pada hari ke 3. Tetapi karena mereka memelihara prinsip umum tentang kebangkitan akhir, cacat itu diampuni, yang seharusnya meniadakan seluruh tindakan mereka. Demikianlah Allah sering menerima, dengan kebaikan seorang bapa, pekerjaan-pekerjaan orang-orang kudus, yang seandainya tanpa pengampunan, bukan hanya akan tidak menyenangkanNya, tetapi bahkan akan secara benar ditolak dengan rasa malu dan penghukuman. Karena itu, ini merupakan suatu pertunjukan yang mengherankan dari kebaikan Kristus, bahwa Ia dengan baik dan dengan murah hati menyatakan diriNya sendiri hidup kepada perempuan-perempuan itu, yang melakukan kesalahan terhadapNya dengan mencari Dia di antara orang mati) - hal 339-340.

Catatan: tetapi awas, ini bisa diextrimkan, misalnya orang yang ke gereja dengan motivasi tidak benar, tetap diterima oleh Allah, dan sebagainya.

Calvin: “the custom of anointing the dead, though it was common among many heathen nations, was applied to a lawful use by the Jews alone, to whom it had been handed down by the Fathers, to confirm them in the faith of the resurrection. For without having this in view, to embalm a dead body, which has no feeling, would be an idle and empty solace, as we know that the Egyptians bestowed great labour and anxiety on this point, without looking for any advantage. But by this sacred symbol, God represented to the Jews the image of life in death, to lead them to expect that out of putrefaction and dust they would one day acquire new vigour. Now as the resurrection of Christ, by its quickening vigour, penetrated every sepulchre, so as to breathe life into the dead, so it abolished those outward ceremonies” (= kebiasaan untuk mengurapi orang mati, sekalipun itu merupakan sesuatu yang umum di antara banyak bangsa kafir, diterapkan pada penggunaan yang benar hanya oleh orang Yahudi, kepada siapa itu diturunkan oleh Bapa-bapa, untuk meneguhkan mereka dalam iman tentang kebangkitan. Karena tanpa memandang pada hal ini, membalsem mayat yang tak mempunyai perasaan merupakan sesuatu penghiburan yang sia-sia dan kosong, seperti kita tahu bahwa orang Mesir bekerja keras dalam hal ini, tanpa mencari manfaat apapun. Tetapi oleh simbol yang kudus / keramat ini, Allah melambangkan kepada orang-orang Yahudi gambaran dari kehidupan dalam kematian, untuk memimpin mereka untuk mengharapkan bahwa dari pembusukan dan debu suatu hari mereka akan mendapatkan tenaga / kekuatan yang baru. Sekarang karena kebangkitan Kristus, oleh tenaga menghidupkannya, menembus setiap kuburan, untuk menghembuskan kehidupan kepada orang mati, maka itu menghapuskan upacara lahiriah itu) - hal 341.

f) Yesus sendiri sebetulnya tidak membutuhkan pengurapan terhadap mayatNya.

Calvin: “For himself, he needed not those aids, but they were owing to the ignorance of the women, who were not yet fully aware that he was free from corruption” (= Untuk diriNya sendiri, Ia tidak membutuhkan pertolongan itu, tetapi itu dilakukan karena ketidakmengertian para perempuan itu, yang belum sepenuhnya sadar bahwa Ia bebas dari pembusukan) - hal 341.

4) “untuk pergi ke kubur”.

Jangan pakai ayat ini untuk mengijinkan orang Kristen ikut ambil bagian dalam Cing Bing!!! Tujuan kepergian mereka ke kubur, dan tujuan pengurapan terhadap tubuh / mayat Yesus yang mereka lakukan, seperti yang sudah dijelas kan oleh Calvin di atas, sama sekali berbeda dengan orang-orang yang merayakan Cing Bing.

5) “dan meminyaki Yesus”.

Ini bukan minyak urapan! Lukas mengatakan ‘minyak mur’.

Lukas 23:56 - “Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat”.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘meminyaki’ dalam Markus 16:1 ini adalah ALEIPHO, dan karena itu terjemahan ‘anoint’ (= mengurapi) kurang tepat. Kata itu juga yang digunakan dalam:

· Yakobus 5:14 - “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan”.

· Markus 6:13 - “dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”.

A. T. Robertson, dalam tafsirannya tentang Yakobus 5:14, mengatakan bahwa kata ini diguna­kan kalau hal pemberian minyak itu dilakukan bukan dalam upacara agama. Kalau dalam upacara agama, diguna­kan kata Yunani CHRIO (= to anoint / mengurapi).

Tetapi anehnya semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan ‘anoint’ (= mengurapi), baik dalam Markus 16:1 ini maupun dalam Yak 5:14 dan Markus 6:13.

A. T. Robertson (tentang Yakobus 5:14): “The use of olive oil was one of the best remedial agencies known to the ancients. They used it internally and externally. Some physicians prescribe it today. It is clear both in Mark 6:13 and here that medicinal value is attached to the use of the oil and emphasis is placed on the worth of prayer. There is nothing here of the pagan magic or of the later practice of ‘extreme unction’ (after the eighth century). It is by no means certain that ALEIFOO here and in Mark 6:13 means ‘anoint’ in a ceremonial fashion rather than ‘rub’ as it commonly does in medical treatises. Trench (New Testament Synonyms) says: ‘ALEIFEIN is the mundane and profane, CHRIEIN the sacred and religious, word.’ At bottom in James we have God and medicine, God and the doctor, and that is precisely where we are today. The best physicians believe in God and want the help of prayer” [= ... Sama sekali tidak pasti bahwa ALEIFOO di sini dan dalam Mark 6:13 berarti ‘mengurapi’ dalam suatu cara upacara dan bukannya ‘menggosok’ seperti yang biasanya dilakukan dalam penanganan medis. Trench (New Testament Synonyms) berkata: ‘ALEIFEIN adalah kata yang biasa / keduniaan dan duniawi, CHRIEIN adalah kata yang keramat dan agamawi’.].

W. E. Vine: “ANOINT, ANOINTING. A. Verbs. 1. ALEIPHO is a general term used for ‘an anointing’ of any kind, whether of physical refreshment after washing, e. g., in the Sept. of Ruth 3:3; 2Sam. 12:20; Dan. 10:3; Micah 6:15; in the NT, Matt. 6:17; Luke 7:38, 46; John 11:2; 12:3; or of the sick, Mark 6:13; Jas. 5:14; or a dead body, Mark 16:1. The material used was either oil, or ointment, as in Luke 7:38,46. In the Sept. it is also used of ‘anointing’ a pillar, Gen. 31:13, or captives, 2Chr. 28:15, or of daubing a wall with mortar, Ezek. 13:10-12,14-15; and, in the sacred sense, of ‘anointing’ priests, in Exod. 40:15 (twice), and Num. 3:3. 2. CHRIO is more limited in its use than No. 1; it is confined to ‘sacred and symbolical anointings’; of Christ as the ‘Anointed’ of God, Luke 4:18; Acts 4:27; 10:38, and Heb. 1:9, where it is used metaphorically in connection with ‘the oil of gladness.’ The title Christ signifies ‘The Anointed One,’ The word (CHRISTOS) is rendered ‘(His) Anointed’ in Acts 4:26, RV. Once it is said of believers, 2Cor. 1:21. Chrio is very frequent in the Sept., and is used of kings, 1Sam. 10:1, and priests, Ex. 28:41, and prophets, 1 Kings 19:16. Among the Greeks it was used in other senses than the ceremonial, but in the Scriptures it is not found in connection with secular matters” [= ALEIPHO merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk ‘suatu pengurapan’ dari jenis apapun, apakah itu dari penyegaran fisik setelah cuci / mandi, misalnya dalam Septuaginta, dari Rut 3:3; 2Samuel 12:20; Dan. 10:3; Mikha 6:15; dalam PB, Matius 6:17; Lukas 7:38, 46; Yohanes 11:2; 12:3; atau dari orang sakit, Markus 6:13; Yakobus 5:14; atau orang mati, Markus 16:1. ... CHRIO lebih terbatas dalam penggunaannya dari pada no 1; itu dibatasi pada ‘pengurapan yang kudus / keramat dan bersifat simbolis’; ... Gelar Kristus berarti ‘orang yang diurapi’, ... Di antara orang-orang Yunani kata itu digunakan dalam arti-arti lain dari pada upacara, tetapi dalam Kitab Suci kata itu tidak ditemukan berhubungan dengan persoalan-persoalan sekuler] - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’.

Catatan: dalam kedua kutipan di atas ini, saya hanya menterjermahkan bagian yang saya garis-bawahi.

Barnes’ Notes: “‘Anoint him.’ Embalm him, or apply these spices to his body to keep it from putrefaction. This is proof that they did not suppose he would rise again; and the fact that they did not ‘expect’ he would rise, gives more strength to the evidence for his resurrection” (= ‘Mengurapi Dia’. Membalsem Dia, atau memberikan rempah-rempah ini kepada tubuhNya untuk menjagaNya dari pembusukan. Ini merupakan bukti bahwa mereka tidak menduga bahwa Ia akan bangkit kembali; dan fakta bahwa mereka tidak ‘mengharapkan’ Ia akan bangkit, memberikan kekuatan yang lebih besar pada bukti untuk kebangkitanNya).

MARKUS 16:1-20(2)

Markus 16:1-8a - “(1) Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. (2) Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. (3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?’ (4) Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. (5) Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, (6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (Markus 16:7) Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’ (8a) Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut”.

Markus 16: 2: “Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur.”.

1) Kontradiksi dalam persoalan saat kepergian mereka ke kubur.

Matius 28:1 - “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu”.

Markus 16:2 - “Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur”.

Lukas 24:1 - “tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka”.

Yohanes 20:1 - “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur”.

Untuk Lukas tidak ada problem, karena waktunya tidak jelas. Tetapi Markus kelihatannya bertentangan dengan Matius dan Yohanes. Lalu bagaimana mengharmoniskannya?

William Hendriksen: “As to the time when these women came: Mark says ‘when the sun was risen,’ Matt. 28:1 ‘at dawn,’ Luke ‘at early dawn,’ and John ‘while it was still dark.’ Probable solution: although it was still dark when the women started out, the sun had risen when they arrived at the tomb” (= Berkenaan dengan saat dimana para perempuan ini datang: Markus mengatakan ‘setelah matahari terbit’, Matius 28:1 ‘menjelang menyingsingnya fajar’, Lukas ‘pada pagi-pagi benar’, dan Yohanes ‘ketika hari masih gelap’. Penyelesaian yang memungkinkan: sekalipun para perempuan itu berangkat ketika masih gelap, tetapi matahari sudah terbit ketika mereka tiba di kubur) - hal 678.

Perlu diketahui bahwa kata Yunani yang diterjemahkan ‘pergi’ dalam keempat ayat di atas semuanya berasal dari kata Yunani ERKHOMAI, yang bisa berarti ‘datang’ ataupun ‘pergi’. Jadi, bisa saja Markus menggunakan kata itu dalam arti ‘datang’ sedangkan Matius dan Yohanes menggunakan kata itu dalam arti ‘pergi / berangkat’.

2) Merupakan sesuatu yang indah bahwa mereka melakukan hal untuk Yesus yang mereka kasihi, pagi-pagi benar. Mereka ingin cepat-cepat, tak ingin menunda, dan sebagainya. Ini merupakan sesuatu yang penting dalam pelayanan, saat teduh, dan sebagainya. Penundaan sering menjadi / menyebabkan pembatalan.

3) Lenski mengatakan (hal 738) bahwa mereka pergi pagi-pagi sekali, karena takut bahwa tubuh Yesus membusuk, dan kalau itu terjadi, maka apa yang mereka akan lakukan menjadi tidak ada gunanya.

Penerapan: ada hal-hal yang tak bisa ditunda, dan kalau ditunda, bisa-bisa menjadi tidak berguna. Misalnya memberitakan Injil kepada orang-orang disekitar kita. Kalau kita tunda, dan mereka mati, maka kita tidak mungkin memberitakan Injil untuk selama-lamanya kepada mereka.

Markus 16: 3-4: “(3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?’ (4) Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling.”.

1) Hanya Markus yang mencatat kebingungan mereka tentang batu kubur itu.

William Barclay: “They were worried about one thing. Tombs had no doors. When the word ‘door’ is mentioned it really means ‘opening’. In front of the opening was a groove, and in the groove ran a circular stone as big as a cart-wheel; and the women knew that it was quite beyond their strength to move a stone like that” (= Mereka kuatir tentang satu hal. Kubur pada jaman itu tidak mempunyai pintu. Pada saat kata ‘pintu’ disebutkan itu sebetulnya berarti ‘pembukaan / lubang’. Di depan lubang yang terbuka itu ada sebuah alur / lekuk / semacam got, dan dalam alur / lekuk itu bergulir sebuah batu bundar sebesar roda kereta; dan para perempuan itu tahu bahwa merupakan sesuatu yang di luar kekuatan mereka untuk menggerakkan batu seperti itu) - hal 368.

2) Kekuatiran perempuan-perempuan itu tentang batu penutup pintu kubur.

Markus 16: 3 menunjukkan kekuatiran itu, tetapi ay 4 menunjukkan bahwa pada waktu mereka sampai ke kubur itu, ternyata apa yang tadi mereka kuatirkan, sudah ‘beres’. Kita sering menguatirkan sesuatu yang ada di masa yang akan datang, padahal pada waktu saat itu tiba ternyata apa yang kita kuatirkan hilang / dibereskan oleh Tuhan.

Pulpit Commentary: “Very similar is much of Christian experience. We perplex ourselves, it may be, with speculative difficulties. ... To our finite and untrained, inexperienced intelligence it must be so. Our penetration is too dull, our wisdom is too short-sighted; our powers, knowledge, and opportunities are all unequal to the task. But all is clear to that Being who is infinitely wise; and when we lift up our eyes we shall in due time see the resolution of our doubts. We perplex ourselves, it may be, with practical difficulties. How shall we do our work - that work being so vast, and we so helpless? How shall we train our family, conduct our business, discharge our responsibilities? ... But, looking unto him, we shall be lightened. He shall bring our way to pass. We perplex ourselves, it may be, with difficulties as to the Church and kingdom of Christ. How shall the Lord’s people be awakened to zeal, or reconciled in unity, or qualified for the work assigned them in a dark and sinful world? Our mind is baffled by the problem, which we have no means of solving. Let us go on our way. When we come to our difficulty, we may perhaps find that it is gone” (= Banyak pengalaman Kristen yang sangat mirip dengan hal ini. Kita bingung sendiri, mungkin karena kesukaran-kesukaran yang bersifat spekulatif. ... Bagi otak / pikiran kita yang terbatas, tak terlatih, dan tak berpengalaman, itu harus demikian. Pengertian kita terlalu tumpul, hikmat kita terlalu pendek penglihatannya; kekuatan, pengetahuan, dan kesempatan kita semuanya tidak setara dengan tugas kita. Tetapi semua itu jelas bagi Makhluk yang bijaksana secara tak terbatas; dan pada waktu kita mengangkat mata kita maka pada saatnya kita akan melihat penyelesaian dari keragu-raguan kita. Kita bingung sendiri, mungkin dengan kesukaran-kesukaran praktis. Bagaimana kita akan mengerjakan pekerjaan kita - pekerjaan itu begitu luas, dan kita begitu tidak berdaya? Bagaimana kita mendidik keluarga kita, memimpin bisnis kita, menunaikan tanggung jawab kita? ... Tetapi, jika kita memandang kepada Dia, kita akan diterangi. Ia akan memberikan jalan kepada kita. Kita bingung sendiri, mungkin dengan kesukaran-kesukaran yang berkenaan dengan Gereja dan kerajaan Kristus. Bagaimana umat Tuhan akan dibangkitkan sehingga menjadi bersemangat, atau diperdamaikan dalam kesatuan, atau dijadikan orang yang memenuhi syarat untuk pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka dalam dunia yang gelap dan berdosa? Pikiran kita dibingungkan oleh banyak problem, yang tidak ada jalan penyelesaiannya. Marilah kita melanjutkan jalan kita. Pada waktu kita sampai pada kesukaran kita, mungkin kita menjumpai bahwa kesukaran itu sudah hilang) - hal 349-350.

Pulpit Commentary: “The stone rolled away may also be regarded by us as a reminder of expected difficulties unexpectedly removed. ... Too often we discourage ourselves by thinking of future difficulties, until they loom so large in our imagination that we turn back from the path of duty. ... let us go on also to attempt our appointed work for God; and the difficulties which are insurmountable by us will be removed by hands mightier than our own” (= Batu yang digulingkan juga bisa kita anggap sebagai pengingat tentang kesukaran-kesukaran yang diharapkan tetapi yang disingkirkan secara tak terduga. ... Terlalu sering kita mengecilkan hati kita sendiri dengan memikirkan kesukaran-kesukaran yang akan datang, sampai semua itu terlihat begitu besar dalam khayalan kita sehingga kita berbalik dari jalan kewajiban. ... marilah kita terus mengusahakan tugas yang ditetapkan Allah untuk kita; dan kesukaran-kesukaran yang tak dapat kita atasi akan disingkirkan oleh tangan yang lebih kuat dari tangan kita) - hal 359.

Richard Glover: “Some do not care to move till they see their way free from all difficulties. Such generally see more difficulties than really exist (a slothful man saith, ‘There is a lion in the street’), and pass their lives in waiting for the difficulties to disappear. But the true-hearted do not assume the insuperableness of any difficulties; they have faith in a large margin of our life being filled with providential help, and bravely go forth to confront what seems the impossible” [= Beberapa orang tidak mau bergerak sampai mereka melihat jalan mereka bebas dari semua kesukaran. Orang-orang seperti itu biasanya melihat lebih banyak kesukaran dari yang betul-betul ada (si pemalas berkata: ‘Ada singa di jalan’), dan melewatkan hidup mereka dengan menunggu sampai kesukaran-kesukaran itu hilang. Tetapi orang yang berhati benar tidak menganggap bahwa ada kesukaran apapun yang tidak bisa diatasi; mereka mempunyai iman pada tempat kosong dalam kehidupan kita yang diisi dengan pertolongan yang bersifat Providensia, dan dengan berani maju untuk menghadapi apa yang kelihatannya mustahil] - - ‘A Teacher’s Commentary on the Gospel of St. Mark’, hal 312.

Amsal 22:13 - “Si pemalas berkata: ‘Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan.’”.

Amsal 26:13 - “Berkatalah si pemalas: ‘Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!’”.

Bdk. Pengkhotbah 11:4-6 - “(4) Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai. (5) Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perempuan yang mengandung, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah yang melakukan segala sesuatu. (6) Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik”.

Richard Glover: “A French proverb says, ‘The worst ill are those that never happen;’ that threaten and frighten men without ever really taking place” (= Sebuah pepatah Perancis berkata: ‘Keburukan yang terburuk adalah yang tidak pernah terjadi’; yang mengancam dan menakutkan orang-orang tanpa pernah betul-betul terjadi) - ‘A Teacher’s Commentary on the Gospel of St. Mark’, hal 312.

Matthew Henry: “Note, They who are carried by a holy zeal, to seek Christ diligently, will find the difficulties that lie in their way strangely to vanish, and themselves helped over them beyond their expectation” (= Perhatikan, Mereka yang didorong oleh suatu semangat yang kudus, untuk mencari Kristus dengan rajin, akan mendapati kesukaran-kesukaran yang terletak di jalan mereka menghilang secara aneh, dan mereka sendiri ditolong untuk mengatasi kesukaran-kesukaran itu dengan cara yang melampaui pengharapan mereka).

Catatan: Saya sama sekali tidak setuju kalau kata-kata Matthew Henry di atas ini dimutlakkan! Justru yang sering terjadi adalah bahwa orang-orang yang betul-betul mencintai Kristus dan punya semangat bagi Kristus, tahu-tahu mengalami halangan / penderitaan dsb, yang sama sekali tidak pernah diharapkan / diduga. Jadi, memang bisa terjadi seperti dalam cerita ini (ay 3-4), tetapi tidak selalu harus demikian, dan kadang-kadang bahkan sebaliknya.

Karena itu, cerita ini tidak boleh menyebabkan kita tidak memikirkan tentang halangan apa yang mungkin akan terjadi di depan kita, ataupun tidak merencanakan bagaimana kita bisa menyingkirkan / mengatasi halangan-halangan itu, kecuali memang tidak ada apapun yang bisa kita lakukan berkenaan dengan halangan-halangan tersebut. Yang benar adalah: kita tidak boleh meremehkan kesukaran-kesukaran yang mungkin terjadi, dan kita juga harus memikirkan / merencanakan bagaimana mengatasinya, sambil berdoa dan bersandar kepada Tuhan, dan tanpa kekuatiran apapun, karena adanya iman kepada Tuhan.

3) Mengapa para perempuan itu tidak menguatirkan tentang tentara-tentara Romawi yang menjaga kubur? Matthew Henry mengatakan bahwa sebetulnya ada dua hal yang seharusnya menjadi halangan bagi para perempuan itu, yaitu batu penutup pintu kubur, dan para penjaga kubur. Tetapi ternyata pada saat mereka sampai di kubur itu, kedua halangan itu sudah hilang. Tetapi Lenski berpendapat (hal 739-740) bahwa perempuan-perempuan itu tidak menguatirkan para penjaga karena mereka tidak tahu kalau ada penjaga-penjaga yang menjaga kubur itu. Kata-kata Lenski ini memang sangat beralasan kalau kita melihat cerita dalam Mat 27:62-66 - “(62) Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, (63) dan mereka berkata: ‘Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. (64) Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-muridNya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama.’ (65) Kata Pilatus kepada mereka: ‘Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya.’ (66) Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya”.

Richard Glover: “It had not occurred to them that the scrupulous men who could put Christ to death, but could not permit His body to hang on the cross on a Sabbath, would themselves break the Sabbath by going to Pilate and getting a guard to keep the dead Christ from rising” (= Tidak terpikirkan oleh mereka bahwa orang-orang yang teliti / njlimet yang bisa membunuh Kristus, tetapi tidak bisa mengijinkan mayatNya tergantung di kayu salib pada hari Sabat, ternyata bisa melanggar Sabat dengan pergi kepada Pilatus dan mendapatkan seorang penjaga untuk menjaga Kristus yang mati dari kebangkitan) - ‘A Teacher’s Commentary on the Gospel of St. Mark’, hal 312.

Bdk. Yohanes 19:31 - “Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib - sebab Sabat itu adalah hari yang besar - maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan”.

Catatan: Sabat itu dikatakan sebagai Sabat yang besar, karena bertepatan dengan Paskah (Paskah Perjanjian Lama).

Sebetulnya mayat tak boleh dibiarkan tergantung di kayu salib didasarkan pada Ulangan 21:22-23 - “(22) ‘Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, (23) maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.

Tetapi karena saat itu sudah menjelang Sabat, dan Sabatnya bertepatan dengan Paskah, maka mereka lebih-lebih takut untuk membiarkan mayat-mayat itu di kayu salib. Betul-betul merupakan suatu kegilaan kalau mereka sangat mempersoalkan soal mayat yang ada di kayu salib pada hari Sabat, tetapi mereka sendiri boleh membunuh Yesus, dan pergi kepada Pontius Pilatus, dan meminta tentara menjaga kubur. Bukankah ini termasuk mempekerjakan orang pada hari Sabat dan jelas-jelas bertentangan dengan larangan hari Sabat?

Keluaran 20:8-11 - “(8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya”.

Bagaimana juga, pelanggaran terhadap Ul 21:22-23 tidak mungkin lebih besar dari pada pelanggaran terhadap hukum ‘jangan membunuh’ (Kel 20:13), dan pelanggaran terhadap larangan bekerja / mempekerjakan orang pada hari Sabat (Kel 20:10). Karena itu tepatlah kata-kata Yesus tentang mereka dalam ayat-ayat di bawah ini.

Matius 23:23-24 - “(23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (24) Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan”.

4) Siapa yang menggulingkan / menyingkirkan batu penutup kubur itu, dan untuk apa?

Ini tidak diceritakan oleh Markus, tetapi diceritakan oleh Matius.

Matius 28:2 - “Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya”.

William Hendriksen: “Why did the angel have to remove the stone? Not to enable Jesus to make his way out - for see John 20:19,26 - but to enable these women, and also Peter and John, to enter the tomb” (= Mengapa malaikat itu harus menyingkirkan batu itu? Bukan untuk memungkinkan Yesus mendapatkan jalan keluar - karena lihat Yoh 20:19,26 - tetapi untuk memungkinkan para perempuan ini, dan juga Petrus dan Yohanes, untuk memasuki kubur) - hal 679.

Yohanes 20:19,26 - “(19) Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ ... (26) Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.

Yang ditekankan text ini adalah bahwa setelah kebangkitanNya Kristus bisa menembus tembok, dan karena itu tentu saja bisa menembus batu penutup kubur. Jadi jelas malaikat membuka / menggulingkan batu penutup kubur itu bukan supaya Yesus bisa keluar. Tanpa dibukapun Yesus bisa menembusnya. Malaikat itu melakukannya untuk para perempuan itu.

5) Pulpit Commentary (hal 346) mengatakan bahwa pada titik ini (Markus 16: 4), Maria Magdalena lari untuk memberitahu Petrus dan Yohanes (Yoh 20:2).

Yohanes 20:2 - “Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: ‘Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.’”.

Tetapi setelah itu ia kembali ke kubur, dan menjadi orang pertama yang bertemu dengan Yesus yang telah bangkit. Ini diceritakan dalam Yoh 20:11-18.

Markus 16: 5-7: “(5) Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, (6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (7) Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’”.

1) “Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan”.

Ada berapa malaikat? Markus mengatakan satu (‘seorang’). Matius juga demikian.

Mat 28:2 - “Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya”.

Tetapi Lukas dan Yohanes mengatakan dua malaikat.

Lukas 24:4 - “Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan”.

Yohanes 20:12 - “dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring”.

Hal seperti ini bukan kontradiksi. Seandainya Matius dan Markus mengatakan ‘hanya satu malaikat’, maka itu merupakan kontradiksi. Tetapi mereka mengatakan ‘seorang malaikat / seorang muda’. Ini tidak salah. Memang ada satu malaikat. Mereka tidak mengatakan bahwa tidak ada malaikat yang kedua. Bahwa ada malaikat yang kedua, mereka tidak wajib untuk menceritakan. Hanya satu dari dua malaikat itu yang menyampaikan pesan dari Tuhan, dan karena itu Matius dan Markus hanya memfokuskan cerita mereka pada satu malaikat itu saja.

Juga kalau Markus 16:5 mengatakan malaikat itu ‘duduk’, dan demikian juga dengan Yoh 20:12, sedangkan Lukas 24:4 mengatakan malaikat-malaikat itu ‘berdiri’, ini bukan kontradiksi. Mungkin mula-mula mereka duduk, lalu setelah itu mereka berdiri.

2) “(5b) Mereka pun sangat terkejut, (6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.” (ay 5b-6b).

a) Terkejut / heran atau takut?

Markus 16: 5b mengatakan mereka ‘terkejut’, tetapi dalam ay 6a malaikat itu berkata ‘Jangan takut!’. Padahal kata Yunani yang digunakan adalah sama, dan bisa diterjemahkan ‘takut’ ataupun ‘heran’ (bukan ‘terkejut’). Terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris terbagi dua antara ‘heran / takjub’ (RSV/NASB/ASV) dan ‘takut’ (KJV/NIV/NKJV).

Saya jauh lebih condong pada arti ‘takut’. Alasan saya:

1. Reaksi nomal seseorang pada saat melihat malaikat, seharusnya adalah takut, bukan heran.

2. Pada akhir ay 8a, jelas-jelas dikatakan ‘takut’, dan di sini semua Kitab Suci bahasa Inggris juga menterjemahkan ‘takut’, karena kata Yunani yang digunakan berbeda dengan yang di atas. Yang ini harus diartikan ‘takut’.

b) Perempuan-perempuan itu menjadi takut pada waktu melihat malaikat.

Matthew Henry: “Thus many times that which should be matter of comfort to us, through our own mistakes and misapprehensions proves a terror to us” (= Demikianlah sering terjadi bahwa hal yang seharusnya merupakan penghiburan bagi kita, karena kesalahan dan kesalah-pahaman kita sendiri, menjadi sesuatu yang menakutkan bagi kita).

c) Perbandingan rasa takut dari para perempuan ini dengan rasa takut dari para tentara Romawi.

Matius 28:2-8 - “(2) Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. (3) Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. (4) Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. (5) Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: ‘Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. (6) Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakanNya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. (7) Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-muridNya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.’ (8) Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus”.

Calvin: “We must attend to the distinction between the two kinds of terror, between which Matthew draws a comparison. The soldiers, who were accustomed to tumults, were terrified, and were so completely overwhelmed by alarm, that they fell down like men who were almost dead; but no power was exerted to raise them from that condition. A similar terror seized the women; but their minds, which had nearly given way, were restored by the consolation which immediately followed, so as to begin, at least, to entertain some better hope. And, certainly, it is proper that the majesty of God should strike both terror and fear indiscriminately into the godly, as well as the reprobate, that all flesh may be silent before his face. But when the Lord has humbled and subdued his elect, he immediately mitigates their dread, that they may not sink under its oppressive influence; and not only so, but by the sweetness of his grace heals the wound which he had inflicted. The reprobate, on the other hand, he either overwhelms by sudden dread, or suffers to languish in slow torments. ... we ought chiefly to attend to this point, that though they, as well as the women, were afraid, no medicine was applied to soothe their terror; for to the women only did the angel say, ‘Fear not.’ He held out to them a ground of joy and assurance in the resurrection of Christ. Luke adds a reproof, ‘Why do you seek the living among the dead?’ as if the angel pulled their ear, that they might no longer remain in sluggishness and despair” (= Kita harus memperhatikan perbedaan antara dua jenis rasa takut, antara mana Matius menggambarkan suatu perbandingan. Tentara-tentara, yang terbiasa pada keributan / huru hara, takut, dan begitu diliputi sepenuhnya oleh rasa takut, sehingga mereka jatuh seperti orang-orang yang hampir mati; tetapi tidak ada kuasa yang digunakan untuk membangkitkan / mengangkat mereka dari keadaan itu. Suatu rasa takut yang mirip mencekam perempuan-perempuan itu, tetapi pikiran mereka, yang hampir menyerah / ambruk, dipulihkan oleh penghiburan yang segera mengikutinya, sehingga sedikitnya mulai mempunyai suatu pengharapan yang lebih baik. Dan pastilah merupakan sesuatu yang tepat bahwa keagungan Allah harus mendatangkan rasa takut secara tak pandang bulu kepada orang-orang saleh maupun kepada orang-orang yang ditentukan untuk binasa, supaya semua daging / manusia bisa diam di hadapan Allah. Tetapi pada waktu Tuhan merendahkan dan menundukkan orang-orang pilihanNya, ia segera meredakan rasa takut mereka, supaya mereka tidak tenggelam di bawah pengaruhnya yang menekan; dan bukan hanya demikian, tetapi oleh kemanisan dari kasih karuniaNya, menyembuhkan luka yang telah Ia timbulkan. Pada sisi yang lain, orang-orang non pilihan, atau Ia liputi / banjiri dengan rasa takut yang mendadak, atau biarkan merana dalam siksaan / kesengsaraan yang lambat. ... kita terutama harus memperhatikan hal ini, bahwa sekalipun mereka, maupun para perempuan itu, takut, tidak ada obat yang diberikan untuk menenangkan rasa takut mereka; karena hanya kepada para perempuan itu malaikat itu berkata, ‘Jangan takut’. Ia menawarkan kepada mereka suatu dasar dari sukacita dan keyakinan dalam kebangkitan Kristus. Lukas menambahkan suatu teguran / celaan, ‘Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?’ seakan-akan sang malaikat menarik / menjewer telinga mereka, supaya mereka tidak lebih lama lagi tinggal dalam sikap lemah / tak bersemangat dan putus asa).

Ada banyak hal yang sama-sama dialami oleh orang percaya maupun orang yang tidak percaya, tetapi sebetulnya ada perbedaannya. Misalnya:

1. Perbedaan ‘nggeblak’nya orang percaya (Yeh 1:28-2:3 Dan 10:2-19 Wah 1:17-18) dan ‘nggeblak’nya orang yang tidak percaya dalam Alkitab (1Sam 19:23-24 Yoh 18:6).

Orang-orang percaya yang ‘nggeblak’ dalam Alkitab mendapatkan kata-kata penghiburan ‘jangan takut’ dsb, dan bahkan diberi kekuatan dan ditegakkan. Semua ini tidak ada dalam kasus orang yang tidak percaya yang ‘nggeblak’ dalam Alkitab. Kasus Saulus / Paulus agak berbeda (Kis 9:3-19a), karena sekalipun pada saat itu ia tidak percaya tetapi ia jelas adalah orang pilihan.

Yehezkiel 1:28-2:3 - “(1:28) Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman. (2:1) FirmanNya kepadaku: ‘Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau.’ (2:2) Sementara Ia berbicara dengan aku, kembalilah rohku ke dalam aku dan ditegakkannyalah aku. Kemudian aku mendengar Dia yang berbicara dengan aku. (2:3) FirmanNya kepadaku: ‘Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga”.

Catatan: kata-kata ‘kembalilah rohku’ (2:2) salah terjemahan. NIV: ‘the Spirit came into me’ [= Roh (Kudus) datang kepadaku].

Dan 10:2-19 - “(2) Pada waktu itu aku, Daniel, berkabung tiga minggu penuh: (3) makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk ke dalam mulutku dan aku tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh. (4) Pada hari kedua puluh empat bulan pertama, ketika aku ada di tepi sungai besar, yakni sungai Tigris, (5) kuangkat mukaku, lalu kulihat, tampak seorang yang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari ufas. (6) Tubuhnya seperti permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat; matanya seperti suluh yang menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara ucapannya seperti gaduh orang banyak. (7) Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi; (8) demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (9) Lalu kudengar suara ucapannya, dan ketika aku mendengar suara ucapannya itu, jatuh pingsanlah aku tertelungkup dengan mukaku ke tanah. (10) Tetapi ada suatu tangan menyentuh aku dan membuat aku bangun sambil bertumpu pada lutut dan tanganku. (11) Katanya kepadaku: ‘Daniel, engkau orang yang dikasihi, camkanlah firman yang kukatakan kepadamu, dan berdirilah pada kakimu, sebab sekarang aku diutus kepadamu.’ Ketika hal ini dikatakannya kepadaku, berdirilah aku dengan gemetar. (12) Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. (13) Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. (14) Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu.’ (15) Ketika dikatakannya hal ini kepadaku, kutundukkan mukaku ke tanah dan aku terkelu. (16) Tetapi sesuatu yang menyerupai manusia menyentuh bibirku; lalu kubuka mulutku dan mulai berbicara, kataku kepada yang berdiri di depanku itu: ‘Tuanku, oleh sebab penglihatan itu aku ditimpa kesakitan, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. (17) Masakan aku, hamba tuanku ini dapat berbicara dengan tuanku! Bukankah tidak ada lagi kekuatan padaku dan tidak ada lagi nafas padaku?’ (18) Lalu dia yang rupanya seperti manusia itu menyentuh aku pula dan memberikan aku kekuatan, (19) dan berkata: ‘Hai engkau yang dikasihi, janganlah takut, sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya, jadilah kuat!’ Sementara ia berbicara dengan aku, aku merasa kuat lagi dan berkata: ‘Berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau telah memberikan aku kekuatan.’”.

Wahyu 1:17-18 - “(17) Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, (18) dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut”.

1Samuel 19:23-24 - “(23) Lalu pergilah ia ke sana, ke Nayot, dekat Rama dan pada diapun hinggaplah Roh Allah, dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi, hingga ia sampai ke Nayot dekat Rama. (24) Iapun menanggalkan pakaiannya, dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang berkata: ‘Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?’”.

Kedua kata ‘kepenuhan’ dalam ay 23 dan ay 24, salah terjemahan. Kesalahan yang sama terjadi dalam 1Sam 19:20,21.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘prophesied’ (= bernubuat).

Yohanes 18:6 - “Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah”.

Semua ini membuktikan bahwa kasus ‘nggeblak’ yang banyak terjadi jaman sekarang, merupakan sesuatu yang tidak Alkitabiah. Saya meyakini hal itu bukan sebagai pekerjaan Roh Kudus, tetapi sebagai pekerjaan setan / kuasa gelap.

2. Baik orang percaya maupun orang yang tidak percaya mengalami penderitaan dan bencana. Tetapi bagi orang percaya yang menderita, Alkitab memberikan penghiburan, dan juga menyatakan bahwa itu bukan hukuman (Ro 8:1), tetapi serangan setan, atau ujian atau hajaran Tuhan. Juga ada penghiburan bahwa semua itu akan membawa kebaikan baginya (Ro 8:28).

3. Baik orang percaya maupun orang yang tidak percaya mengalami pencobaan, tetapi bagi orang percaya pencobaan dibatasi oleh Tuhan sehingga tidak melampaui kekuatannya (1Kor 10:13), sedangkan bagi orang yang tidak percaya tak ada pembatasan seperti itu.

4. Baik orang percaya maupun orang yang tidak percaya akan mati, tetapi bagi orang percaya kematian tak perlu / tak boleh ditakuti karena itu justru akan membawanya ke surga (Fil 1:21,23), sedangkan bagi orang yang tidak percaya itu harus ditakuti karena akan membawanya ke neraka selama-lamanya.

5. Baik orang percaya maupun orang yang tidak percaya akan menghadap takhta pengadilan Kristus, tetapi bagi orang percaya, karena adanya Juruselamat / Penebus yang telah menanggung semua hukuman dosanya, ini tidak jadi masalah sama sekali. Sedangkan bagi orang yang tidak percaya, yang jelas juga punya banyak dosa, tetapi tak punya Juruselamat / Penebus, maka ini betul-betul merupakan masalah yang mengerikan.

MARKUS 16:1-20(3)

Markus 16:1-8a - “(1) Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. (2) Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. (3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?’ (4) Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. (5) Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, (6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (7) Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’ (8a) Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut”.

c) Ayat ini memberikan bukti tentang kebangkitan Yesus yaitu kubur yang kosong.

1. Markus 16: 5-6 kelihatannya menunjukkan bahwa mereka masuk ke kubur ke tempat dimana mayat Yesus diletakkan, dan melihat kubur yang kosong.

Pulpit Commentary: “This seem to imply that the women actually entered the inner chamber, and saw the very place where the Lord lay. Who does not see here how irrefragable is the evidence of his resurrection?” (= Ini kelihatannya menunjukkan bahwa para perempuan itu betul-betul masuk ke bagian dalam, dan melihat tempat dimana Tuhan berbaring. Siapa yang tidak melihat di sini betapa tak terbantahnya bukti kebangkitanNya?) - hal 347.

Catatan: sebetulnya kata-kata bagian akhir dari kata-kata Pulpit Commentary ini kurang tepat. Sekedar kubur kosong tak membuktikan apa-apa. Ini akan saya jelaskan pada point 3. di bawah.

2. Fakta tentang kubur yang kosong ini justru dikuatkan oleh cerita dusta dalam Mat 28:11-15, karena kalau tak ada kubur kosong, justru tak akan muncul cerita seperti itu.

Matius 28:11-15 - “(11) Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. (12) Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu (13) dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuriNya ketika kamu sedang tidur. (14) Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.’ (15) Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini”.

Cerita ini jelas merupakan cerita dusta, karena kalau para tentara / penjaga itu sedang tidur, bagaimana mereka tahu kalau murid-murid Yesus yang mencuri mayat Yesus. Tetapi dusta ini tidak akan dibutuhkan oleh para tokoh Yahudi seandainya mayat Yesus tidak lenyap / kubur itu tidak kosong.

William L. Lane (NICNT): “The story of the theft of the body ... simply confirms that the tomb was in fact empty” (= Cerita tentang pencurian mayat ... hanya meneguhkan bahwa kubur itu dalam faktanya kosong) - hal 588.

Jewish New Testament Commentary: “An atheistic lawyer named Frank Morison investigated Yeshua’s resurrection, intending to write a book disproving it. Instead, the evidence convinced him that it had happened. After coming to faith in God and his Messiah he wrote ‘Who Moved The Stone?’ (London: Faber & Faber, 1958), proving that Yeshua’s resurrection actually took place” [= Seorang pengacara atheis bernama Frank Morison menyelidiki kebangkitan Yesus, bermaksud untuk menulis sebuah buku untuk membantahnya. Sebaliknya, buktinya meyakinkan dia bahwa hal itu memang telah terjadi. Setelah datang pada iman kepada Allah dan Mesias / KristusNya, ia menulis ‘Siapa yang memindahkan batu?’ (London: Faber & Faber, 1958), membuktikan bahwa kebangkitan Yesus betul-betul telah terjadi].

3. Fakta tentang kubur yang kosong itu sebenarnya tidak membuktikan apa-apa, seandainya tidak ada Firman Tuhan yang menjelaskan fakta itu.

Pulpit Commentary: “In this passage there is no direct narrative of the Savior’s resurrection. The evangelist probably tells what, and only what, he had heard from credible and well-known witnesses. There were no such witnesses to the act of the Lord’s emergence from the tomb. But the Marys and Salome had stated what they had seen and heard. They declared that, although they went early to the sepulcher, they found it both open and empty. They related their interview with the young man, the angel, who informed them that Jesus had risen” (= Dalam text ini tidak ada cerita langsung tentang kebangkitan sang Juruselamat. Sang penginjil mungkin menceritakan apa, dan hanya apa, yang telah ia dengar dari saksi-saksi yang dapat dipercaya dan dikenal dengan baik. Tidak ada saksi berkenaan dengan tindakan Tuhan yang muncul / keluar dari kubur. Tetapi Maria-Maria itu dan Salome telah menyatakan apa yang telah mereka lihat dan dengar. Mereka menyatakan bahwa, sekalipun mereka pergi pagi-pagi ke kubur, mereka mendapatinya terbuka dan kosong. Mereka menghubungkan pembicaraan mereka dengan orang muda, sang malaikat, yang memberi informasi kepada mereka bahwa Yesus telah bangkit) - hal 349.

William L. Lane (NICNT): “The action of God is not always self-evident. For this reason it is invariably accompanied by the word of revelation, interpreting the significance of an event ... The emptiness of the tomb possessed no factual value in itself. It simply raised the question, What happened to the body? God, therefore, sent his messenger to disclose the fact of the resurrection. The announcement of the angel is the crystallization point for faith” (= Tindakan Allah tidak selalu jelas dari dirinya sendiri. Untuk alasan ini tindakan Allah ini selalu disertai dengan firman yang diwahyukan, yang menafsirkan arti dari suatu peristiwa. ... Kekosongan dari kubur sebetulnya tidak mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Itu hanya menimbulkan pertanyaan: Apa yang terjadi dengan tubuh / mayat itu? Karena itu, Allah mengutus utusanNya untuk menyingkapkan fakta tentang kebangkitan) - hal 587.

William L. Lane (NICNT): “In the Gospel of Mark, however, the certainty of the resurrection rests solely upon the word of revelation. The empty tomb possessed no evidential value apart from this norm of interpretation” (= Bagaimanapun dalam Injil Markus kepastian tentang kebangkitan bersandar semata-mata pada firman yang diwahyukan. Kubur yang kosong itu tidak mempunyai nilai yang jelas terpisah dari norma penafsiran ini) - hal 588-589.

Sebetulnya bukan hanya Firman Tuhan yang diberitakan malaikat yang menyebabkan para perempuan itu percaya, tetapi juga nubuat / Firman Tuhan yang telah mereka dengar dari Yesus sebelumnya.

Lukas 24:5-8 - “(5) Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? (6) Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakanNya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, (7) yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.’ (8) Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu”.

Calvin (tentang Lukas 24:8): “‘And they remembered his words;’ by which we are taught that, though they had made little proficiency in the doctrine of Christ, still it was not lost, but was choked up, until in due time it yielded fruit” (= ‘Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu’; dengan mana kita diajar bahwa, sekalipun mereka telah membuat sedikit keahlian / kemajuan dalam doktrin / ajaran Kristus, tetap hal itu tidak hilang, tetapi tercekik, sampai pada waktunya ajaran itu mengeluarkan buah).

Bdk. Lukas 24:12 - “Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi”.

Petrus melihat kubur yang kosong, tetapi ‘ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi’. Jelas bahwa kubur kosong itu sendiri, terpisah dari Firman Tuhan, baik yang mereka dengar sebelum, atau sesudah saat itu, tak membuktikan apa-apa.

Tetapi bagaimana mengharmoniskan Luk 24:12 ini dengan Yoh 20:3-9 - “(3) Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. (4) Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. (5) Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. (6) Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, (7) sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. (8) Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. (9) Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati”.

Mungkin harus diartikan bahwa hanya Yohanes yang membandingkan fakta tentang kubur kosong itu dengan apa yang sebelumnya telah ia dengar dari Yesus bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. Ini menyebabkan ia percaya. Tetapi kata-kata ini tidak berlaku untuk Petrus, mungkin karena ia tidak membandingkan kubur kosong itu dengan Firman Tuhan yang sudah pernah ia dengar dari Yesus.

Ini juga berlaku untuk kelahiran, kematian, kenaikan Yesus ke surga. Kalau cuma ada peristiwanya tanpa penjelasan Firman Tuhan, maka kita tidak akan mengerti apa gunanya semua itu. Ini semua makin menunjukkan pentingnya Firman Tuhan. Karena itu rajinlah belajar Firman Tuhan.

4. Kitab Suci tidak pernah menceritakan adanya siapapun yang melihat saat Yesus yang mati itu bangkit.

Pulpit Commentary: “In this passage there is no direct narrative of the Saviour’s resurrection. ... There were no such witnesses to the act of the Lord’s emergence from the tomb” (= dalam text ini tidak ada cerita langsung tentang kebangkitan Sang Juruselamat. ... Di sana tidak ada saksi terhadap tindakan Tuhan yang muncul / keluar dari kubur) - hal 349.

Calvin: “though he manifested his resurrection in a different manner from what the sense of our flesh would have desired, still the method of which he approved ought to be regarded by us also as the best. He went out of the grave without a witness, that the emptiness of the place might be the earliest indication” (= sekalipun Ia menyatakan kebangkitanNya dengan cara yang berbeda dari apa yang diinginkan oleh daging kita, tetap metode / cara yang Ia restui / setujui harus kita anggap juga sebagai yang terbaik. Ia keluar dari kubur tanpa saksi, supaya kekosongan tempat itu bisa menjadi petunjuk yang paling awal) - hal 338.

Bdk. Yesaya 55:8-9 - “(8) Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu”.

5. Pada kelahiran Yesus (Lukas 2:9-14), kebangkitan Yesus (Markus 16:5-7), dan kenaikan Yesus ke surga (Kis 1:10-11), ada malaikat yang memberikan penjelasan / Firman Tuhan tentang peristiwa itu. Tetapi mengapa pada saat kematian Yesus, tidak ada malaikat yang muncul untuk memberitakan Firman Tuhan untuk menjelaskan peristiwa itu? Mungkin untuk menunjukkan bahwa Allah tidak membutuhkan mujijat (malaikat) untuk memberitakan Firman Tuhan untuk menjelaskan suatu peristiwa. Banyak bagian Kitab Suci / Firman Tuhan yang menjelaskan tentang makna / tujuan kematian Yesus, dan itu cukup. Kita hanya diberi Firman Tuhan dalam hal itu, dan kita harus puas dengan itu!

Ini lagi-lagi menekankan pentingnya kita belajar Firman Tuhan!

6. Kata ‘bangkit’ dalam Markus 16: 6 dalam bahasa Yunani ada dalam bentuk aorist pasif (lampau, pasif). Karena itu seharusnya diterjemahkan ‘He was risen’ (= Ia telah dibangkitkan).

Memang dalam banyak ayat Kitab Suci dikatakan bahwa Yesus dibangkitkan (oleh Bapa), tetapi perlu diingat bahwa Yesus adalah Allah dan manusia. Sebagai manusia Ia dibangkitkan, tetapi sebagai Allah, Ia bangkit sendiri / membangkitkan diriNya sendiri. Dan ini didukung oleh beberapa ayat di bawah ini:

a. Yohanes 10:17-18 - “(17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.

b. Yoh 2:19-22 - “(19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ (20) Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’ (21) Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri. (22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus”.

7. Kebangkitan Yesus merupakan sesuatu yang mutlak penting.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Jesus Christ was ‘delivered for our offenses, and was raised again for our justification’ (Rom 4:25). A dead Saviour cannot save anybody. The resurrection of Jesus Christ from the dead is as much a part of the Gospel message as His sacrificial death on the cross (1 Cor 15:1-8). In fact, in the Book of Acts, the church gave witness primarily to the Resurrection (Acts 1:22; 4:2,33). The Resurrection proves that Jesus Christ is what He claimed to be, the very Son of God (Rom 1:4)” [= Yesus Kristus ‘telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita’ (Ro 4:25). Seorang Juruselamat yang mati tidak bisa menyelamatkan siapapun juga. Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati sama-sama merupakan bagian dari berita Injil seperti kematianNya yang bersifat pengorbanan di kayu salib (1Kor 15:1-8). Dalam faktanya, dalam kitab Kisah Rasul, gereja memberi kesaksian terutama pada Kebangkitan (Kis 1:22; 4:2,33). Kebangkitan membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah apa yang Ia claim, Anak Allah (Ro 1:4)].

Kis 1:22 - “yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitanNya.’”.

Kis 4:2,33 - “(2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. ... (33) Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah”.

Bagian yang saya garis-bawahi dari kutipan di atas perlu dijelaskan. Memang kalau dilihat dari khotbah / penginjilan yang dilakukan oleh Petrus maupun Paulus (bdk. Kis 2:14-36 Kis 13:16-41), sekalipun mereka memberitakan baik kematian maupun kebangkitan Yesus, tetapi lebih banyak waktu mereka berikan pada kebangkitanNya. Petrus hanya berbicara singkat tentang kematian Kristus (hanya 1 ayat, yaitu Kis 2:23), tetapi nanti ia berbicara banyak tentang kebangkitan Yesus (Kis 2:24-32). Paulus hanya menggunakan 3 ayat untuk membicarakan kematian Yesus (Kis 13:27-29), tetapi lalu menggunakan banyak ayat untuk berbicara tentang kebangkitan Kristus (Kis 13:30-37). Ini menunjukkan bahwa mereka lebih menekankan kebangkitanNya dalam pemberitaan Injil yang mereka lakukan.

Hal ini berbeda dengan penginjilan jaman sekarang yang lebih menekankan salib / kematian Kristus dari pada kebangkitanNya, karena memang sebetulnya inti dari Injil adalah salib / kematian Kristus, bukan kebangkitanNya.

John Stott: “although Christ’s saving career is one, it is principally by His death that men may be saved. We read in 1 Cor. 15:3ff. ... that ‘Christ died for our sins’, not that ‘Christ rose for our sins’. ... His resurrection did not in itself accomplish our salvation, but rather gave public evidence of its accomplishment by Christ’s death, with which the Father was well pleased. ... That is why ‘we preach Christ crucified’ is the heart of the gospel. ... the emphasis in the New Testament KERYGMA is on the Saviour’s atoning death for the sins of the world” (= Sekalipun karir keselamatan Kristus adalah satu, secara terutama adalah melalui kematianNya manusia bisa diselamatkan. Kita membaca dalam 1Kor 15:3-dst. ... bahwa ‘Kristus telah mati untuk dosa-dosa kita’, bukan bahwa ‘Kristus telah bangkit karena dosa-dosa kita’. ... KebangkitanNya sendiri tidak mengerjakan keselamatan kita, tetapi memberikan bukti tentang penyelesaian / pengerjaannya oleh kematian Kristus, dengan mana Bapa diperkenan. ... Itu sebabnya kata-kata ‘kami memberitakan Kristus yang disalibkan’ merupakan hati / inti dari injil. ... penekanan dalam ajaran Perjanjian Baru adalah pada kematian yang menebus dari sang Juruselamat untuk dosa-dosa dunia) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 40,41.

1Kor 15:3-4 - “(3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci”.

1Kor 1:23 - “tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.

1Kor 2:2 - “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan”.

Lalu bagaimana? Yang mana yang benar? John Stott mengatakan bahwa penginjilan dalam Kisah Rasul lebih menekankan kebangkitan karena pada umumnya penginjilan itu dilakukan kepada orang Yahudi. Mereka membutuhkan pengertian bahwa Yesus itu adalah Mesias yang mereka nanti-nantikan, dan ini tidak akan tercapai kalau kematian Yesus yang ditekankan, karena Mesias yang kalah tidak akan mereka akui sebagai Mesias. Karena itu yang ditekankan adalah kebangkitan Yesus, yang menunjukkan kemenanganNya. Tentu saja ini berbeda dengan penginjilan jaman sekarang, apalagi kalau yang diinjili bukan orang Yahudi.

8. Kepercayaan terhadap kebangkitan Kristus juga merupakan sesuatu yang mutlak penting.

Roma 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”.

Lenski: “One of the decisive tests of the Christian faith is belief in these facts which declare that Jesus rose from the dead. All who alter these facts and in some way or other deny his resurrection can no longer claim the Christian name, for Christianity stands and falls with the resurrection of the Savior” (= Salah satu dari ujian-ujian yang menentukan tentang iman Kristen adalah kepercayaan terhadap fakta-fakta ini yang menyatakan bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati. Semua yang mengubah fakta-fakta ini dan dengan satu atau lain cara menyangkal kebangkitanNya, tidak bisa lagi mengclaim sebutan / nama Kristen, karena kekristenan berdiri atau jatuh / runtuh bersama-sama dengan kebangkitan sang Juruselamat) - hal 736.

Bandingkan dengan tulisan Ioanes Rahmat tentang ‘kubur Yesus di Talpiot’. Nabi palsu itu tak berhak menyandang nama ‘orang Kristen’, apalagi ‘pendeta’!

3) “Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus:” (ay 7a).

Calvin: “He began with the women, and not only presented himself to be seen by them, but even gave them a commission to announce the gospel to the apostles, so as to become their instructors. This was intended, first, to chastise the indifference of the apostles, who were like persons half-dead with fear, while the women ran with alacrity to the sepulcher, and likewise obtained no ordinary reward. For though their design to anoint Christ, as if he were still dead, was not free from blame, still he forgave their weakness, and bestowed on them distinguished honor, by taking away from men the apostolic office, and committing it to them for a short time” (= Ia mulai dengan perempuan-perempuan itu, dan bukan hanya menyatakan diriNya untuk dilihat oleh mereka, tetapi bahkan memberikan mereka suatu otoritas untuk mengumumkan injil kepada rasul-rasul, sehingga menjadi instruktur-instruktur mereka. Ini pertama-tama dimaksudkan, untuk menghajar ketidak-pedulian dari rasul-rasul, yang seperti orang-orang yang setengah mati dengan rasa takut, sementara para perempuan lari dengan sigap ke kuburan, dan juga mendapatkan pahala / upah yang luar biasa. Karena sekalipun rancangan mereka untuk mengurapi Kristus, seakan-akan Ia tetap mati, tidak bebas dari kesalahan, Ia tetap mengampuni kelemahan mereka, dan memberikan kepada mereka kehormatan yang khusus, dengan mengambil dari para pria jabatan / tugas rasuli, dan memberikannya kepada mereka untuk jangka waktu yang pendek) - hal 338-339.

Para perempuan itu mendapatkan suatu hak / keuntungan / kehormatan, untuk menjadi orang-orang pertama yang mendapatkan pengetahuan tentang kebangkitan Yesus melalui pemberitaan malaikat, tetapi sekarang, mereka mendapatkan kewajiban untuk menyampaikan berita itu kepada orang-orang lain!

Penerapan: kalau di gereja ini saudara mendapatkan hak / keuntungan untuk menerima banyak Firman Tuhan, maka sadarilah bahwa saudara juga mendapatkan kewajiban untuk menyampaikannya kepada orang-orang lain!

Calvin: “In this manner also he exhibited an instance of what Paul tells us, that he chooses those things which are foolish and weak in the world to abase the loftiness of the flesh. And never shall we be duly prepared to learn this article of our faith in any other manner than by laying aside all pride, and submitting to receive the testimony of the women” (= Dengan cara ini juga Ia menunjukkan suatu contoh tentang apa yang Paulus katakan kepada kita, bahwa Ia memilih hal-hal itu yang bodoh dan lemah dalam dunia untuk merendahkan / mempermalukan keangkuhan daging. Dan kita tidak akan pernah siap dengan seharusnya untuk mempelajari bagian dari iman kita ini dengan cara lain manapun dari pada dengan menyingkirkan semua kesombongan, dan tunduk untuk menerima kesaksian dari para perempuan itu) - hal 339.

1Kor 1:27-29 - “(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah”.

Kata-kata ‘katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus’ tidak boleh diartikan bahwa Petrus bukan lagi murid. Maksudnya ‘kepada murid-murid, termasuk Petrus’. Jadi, kata-kata ini justru menekankan supaya pemberitaan kebangkitan Kristus itu diberitakan secara khusus kepada Petrus. Mengapa ia ditekankan?

Calvin: “they are expressly enjoined to carry this message to Peter; not because he was at that time higher in rank than the others, but because his crime, which was so disgraceful, needed peculiar consolation to assure him that Christ had not cast him off, though he had basely and wickedly fallen” (= mereka secara explicit diperintahkan untuk membawa pesan ini kepada Petrus; bukan karena ia adalah pada saat itu lebih tinggi kedudukannya dari pada yang lain, tetapi karena kejahatannya, yang begitu memalukan, membutuhkan penghiburan khusus untuk meyakinkan dia bahwa Kristus tidak membuangnya, sekalipun ia telah jatuh secara hina dan jahat).

Barnes’ Notes: “‘Tell his disciples and Peter.’ It is remarkable that Peter is singled out for special notice. It was proof of the kindness and mercy of the Lord Jesus. Peter, just before the death of Jesus, had denied him. He had brought dishonor on his profession of attachment to him. It would have been right if the Lord Jesus had from that moment cast him off and noticed him no more. But he loved him still. Having loved him once, he loved unto the end, John 13:1. As a proof that he forgave him and still loved him, he sent him this ‘special’ message - the assurance that though he had denied him, and had done much to aggravate his sufferings, yet he had risen, and was still his Lord and Redeemer. We are not to infer, because the angel said, ‘Tell his disciples and Peter,’ that Peter was not still a disciple. The meaning is, ‘Tell his disciples, and especially Peter,’ sending to him a particular message. Peter was still a disciple. Before his fall, Jesus had prayed for him that his faith should not fail (Luke 22:32); and as the prayer of Jesus was ‘always’ heard (John 11:42), so it follows that Peter still retained faith sufficient to be a disciple, though he was suffered to fall into sin” [= ‘Katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus’. Merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa Petrus dikhususkan untuk pemberitahuan khusus. Itu merupakan bukti dari kebaikan dan belas kasihan dari Tuhan Yesus. Petrus, persis sebelum kematian Yesus, telah menyangkalNya. Ia telah membawa aib pada pengakuan cintanya kepadaNya. Merupakan sesuatu yang benar seandainya sejak saat itu Tuhan Yesus membuang dia dan tidak memperhatikannya lagi. Tetapi Ia tetap mengasihinya. Setelah sekali mengasihinya, Ia mengasihi sampai akhir, Yoh 13:1. Sebagai suatu bukti bahwa Ia mengampuninya dan tetap mengasihinya, Ia mengirimkan kepadanya pesan ‘khusus’ ini - keyakinan bahwa sekalipun ia telah menyangkalNya, dan telah melakukan banyak hal yang memperberat penderitaanNya, tetapi Ia telah bangkit, dan tetap adalah Tuhan dan Penebusnya. Kita tidak boleh menyimpulkan, karena sang malaikat berkata, ‘katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus’, maka Petrus bukan lagi seorang murid. Artinya adalah, ‘katakanlah kepada murid-muridNya, dan khususnya kepada Petrus’, dan dengan itu mengirimkan kepadanya suatu pesan yang khusus. Petrus tetap adalah seorang murid. Sebelum kejatuhannya, Yesus telah berdoa baginya supaya imannya tidak gugur (Luk 22:32); dan karena doa Yesus selalu didengar (Yoh 11:42), maka sebagai akibatnya Petrus tetap mempertahankan iman cukup untuk menjadi seorang murid, sekalipun ia dibiarkan untuk jatuh ke dalam dosa].

Yoh 13:1 - “Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya”. Bagian yang saya garis-bawahi terjemahannya kurang tepat.

KJV: ‘having loved his own which were in the world, he loved them unto the end’ (= setelah mengasihi milikNya yang ada dalam dunia, Ia mengasihi mereka sampai akhir).

Luk 22:32 - “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.

Yoh 11:42 - “Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.’”.

Penerapan: kalau saudara betul-betul adalah anak Tuhan, dan suatu kali saudara jatuh ke dalam dosa yang sangat besar dan memalukan, bagian ini bisa merupakan suatu penghiburan dan jaminan bahwa Kristus tidak membuang saudara, tetapi tetap mengasihi saudara sebagai anak. Selain bagian ini, ada juga text-text Kitab Suci yang bisa mempunyai fungsi yang sama bagi orang Kristen yang jatuh, seperti:

· Matius 12:20 - “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang”.

· Luk 15:17-24 - “(17) Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. (18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, (19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. (20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (21) Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. (22) Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. (23) Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. (24) Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria”.

· Maz 103:8-14 - “(8) TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (9) Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. (10) Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, (11) tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia; (12) sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. (13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu”.

· 1Yohanes 1:9 - “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.

· Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”.

4) “Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’” (Markus 16: 7b).

William Barclay: “Jesus is not a figure in a book but a living presence. It is not enough to study the story of Jesus like the life of any other great historical figure. We may begin that way but we must end by meeting him. ... Jesus is not someone to discuss so much as someone to meet. ... The Christian life is not the life of a man who knows about Jesus, but the life of a man who knows Jesus” (= Yesus bukanlah seorang tokoh dalam sebuah buku tetapi sebuah kehadiran yang hidup. Tidak cukup untuk mempelajari cerita Yesus seperti kehidupan tokoh sejarah besar yang lain. Kita mungkin memulainya dengan cara itu tetapi kita harus mengakhirinya dengan menemuiNya. ... Yesus lebih merupakan seseorang untuk ditemui dari pada dibicarakan / didiskusikan. ... Kehidupan kristen bukanlah kehidupan seorang manusia yang tahu tentang Yesus, tetapi kehidupan seseorang yang mengenal Yesus) - hal 368-369.

Sudahkah saudara bertemu secara rohani dengan Yesus? Apakah selama ini saudara hanya tahu tentang Yesus atau betul-betul mengenal Yesus? Saudara bertemu Yesus secara rohani dan betul-betul mengenal Dia, kalau saudara datang dan percaya kepadaNya. Maukah saudara datang dan percaya kepadaNya sekarang juga?

Markus 16: 8a: “(8a) Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut.”.


Bdk. Matius 28:8-9 - “(8) Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. (9) Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya”.

Dari perbandingan text Matius dan Markus ini ada 2 hal yang kelihatannya bertentangan.

1) Takut, atau takut dan sukacita?

Kalau Markus mengatakan bahwa ‘gentar dan dahsyat menimpa mereka’ dan ‘karena takut’, sedangkan Matius mengatakan ‘dengan takut dan sukacita yang besar’, ini lagi-lagi bukan merupakan kontradiksi. Matius hanya menambahkan perasaan sukacita yang tidak diceritakan oleh Markus. Jelas perasaan mereka bercampur aduk (A. T. Robertson). Dengan kata lain, Markus hanya menceritakan sebagian perasaan mereka, tetapi Matius menceritakan dengan lebih lengkap tentang perasaan mereka.

Mengapa dalam sukacita mereka masih ada rasa takut? Calvin mengatakan bahwa berita kebangkitan dari malaikat membuat mereka menjadi sukacita, dan seandainya iman mereka kuat, maka mereka tidak akan takut sama sekali. Bahwa mereka masih takut menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya bersandar pada kesaksian dari malaikat. itu. Dan karena itu, Kristus lalu menunjukkan belas kasihanNya, dengan menemui mereka pada waktu mereka masih ragu-ragu, untuk membuang semua keraguan yang tersisa.

2) Memberitahukan berita kebangkitan Yesus (Matius) atau tidak (Markus)?

Markus mengatakan ‘Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut’ tetapi Matius mengatakan ‘berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus’.

Ini sebetulnya juga bukan kontradiksi. Kalau kita gabungkan kedua text ini artinya adalah bahwa mereka tidak memberitahukan hal itu kepada siapapun kecuali kepada murid-murid.

Matthew Henry: “being ordered to tell the disciples, because they were to tell it to all the world, they would not tell it to any one else, they showed not any thing of it to any man that they met by the way, for they were afraid, afraid it was too good news to be true. Note, Our disquieting fears often hinder us from doing that service to Christ and to the souls of men, which if faith and the joy of faith were strong, we might do” [= Karena diperintahkan untuk memberitahu murid-murid, karena mereka (murid-murid itu) akan memberitakannya ke seluruh dunia, mereka tidak memberitakannya kepada siapapun juga yang lain, mereka tidak menunjukkan apapun tentangnya kepada orang manapun yang mereka temui di jalan, karena mereka takut, takut bahwa berita itu terlalu bagus untuk dipercaya. Perhatikan, rasa takut yang membuat kita tidak tenang sering menghalangi kita untuk melakukan pelayanan kepada Kristus dan kepada jiwa-jiwa manusia, yang jika iman dan sukacita dari iman itu kuat, bisa kita lakukan].

Markus 16:1-20(4)

Kalau Markus 16:9-20 tetap mau dipertahankan sebagai Firman Tuhan, maka bagaimana menafsirkan ayat-ayat ini? Di sini saya memberikan exposisi dari Markus 16:9-20, beserta ayat-ayat yang bisa mendukung ayat-ayat yang ada dalam Markus 16:9-20 itu.

Markus 16: 9: “Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.”.

1) Dukungan ayat-ayat Kitab Suci terhadap ayat ini:

a) Peristiwa dimana Yesus untuk pertama kalinya menunjukkan diriNya setelah kebangkitanNya kepada Maria Magdalena (Markus 16: 9a), ada dalam Yoh 20:11-17, yang menceritakannya dengan panjang lebar.

Yoh 20:11-17 - “(11) Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, (12) dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. (13) Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis?’ Jawab Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’ (14) Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.’ (16) Kata Yesus kepadanya: ‘Maria!’ Maria berpaling dan berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani: ‘Rabuni!’, artinya Guru. (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”.

b) Bagian Alkitab yang menunjukkan bahwa Maria Magdalena pernah dibebaskan dari 7 setan yang merasuknya (ay 9b), ada dalam Luk 8:2.

Lukas 8:2 - “dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat”.

2) Yesus menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena.

Markus 16: 9: “Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.”.

Nama ‘Yesus’ sebetulnya tidak ada dalam ay 9 ini.

A. T. Robertson: “‎Jesus is not mentioned by name here, though he is clearly the one meant” (= ‘Yesus’ tidak disebutkan dengan nama di sini, sekalipun jelas bahwa Ialah yang dimaksudkan).

Baik KJV maupun NIV menyebutkan nama ‘Yesus’ (tetapi KJV mencetak dengan huruf miring), tetapi ini salah. Seharusnya seperti dalam RSV dan NASB, dimana nama Yesus memang tidak ada.

RSV: ‘Now when he rose early on the first day of the week, he appeared first to Mary Magdalene, from whom he had cast out seven demons’.

NASB: ‘Now after He had risen early on the first day of the week, He first appeared to Mary Magdalene, from whom He had cast out seven demons’.

3) Bagaimana Maria Magdalena tahu-tahu bisa sendirian? Bukankah tadinya ia bersama-sama dengan beberapa perempuan lain (Markus 16:1-8a)?

Adam Clarke: “‘Mary Magdalene.’ It seems likely that, after this woman had carried the news of Christ’s resurrection to the disciples, she returned alone to the tomb and that it was then that Christ appeared to her, John 20:1-12; and a little after he appeared to all the women together, Matt 28:9; Luke 24:10” (= ‘Maria Magdalena’. Kelihatannya memungkinkan bahwa setelah perempuan ini membawa berita tentang kebangkitan Yesus kepada murid-murid, ia kembali sendirian ke kuburan dan pada saat itulah Kristus menampakkan diri kepadanya, Yoh 20:1-12; dan sebentar lagi Ia menampakkan diri kepada semua perempuan itu bersama-sama, Mat 28:9; Luk 24:10).

Jamieson, Fausset & Brown: “There is some difficulty here, and different ways of removing it have been adopted. She had gone with the other women to the sepulchre (Mark 16:1), parting from them, perhaps, before their interview with the angel, and on finding Peter and John she had come with them back to the spot; and it was at this second visit, it would seem, that Jesus appeared to this Mary, as detailed in John 20:11-18. To a woman was this honour given to be the first that saw the risen Redeemer; and that woman was NOT his virgin-mother” [= Ada beberapa kesukaran di sini, dan telah diambil cara-cara yang berbeda untuk menyingkirkannya. Ia telah pergi dengan perempuan-perempuan yang lain ke kuburan (Mark 16:1), berpisah dengan mereka, mungkin, sebelum pembicaraan mereka dengan malaikat, dan setelah bertemu dengan Petrus dan Yohanes ia kembali dengan mereka ke tempat itu; dan kelihatannya pada kunjungan kedua ini Yesus menampakkan diri kepada Maria ini, seperti diceritakan secara terperinci dalam Yoh 20:11-18. Kepada seorang perempuan kehormatan ini diberikan untuk menjadi orang pertama yang melihat sang Penebus yang telah bangkit; dan perempuan itu BUKANLAH ibuNya yang perawan].

Catatan: Maria Magdalena diistimewakan karena ia juga menunjukkan kasih yang istimewa bagi Kristus, bukan karena seperti yang sering ‘digosipkan’ oleh orang-orang sesat, bahwa Yesus jatuh cinta kepadanya (dengan cinta EROS), atau bahwa Yesus berselingkuh dengannya, apalagi menikah dengannya dan punya anak darinya!

4) Maria Magdalena digambarkan sebagai orang dari siapa Yesus pernah mengusir 7 setan.

Jadi, Maria Magdalena tadinya dirasuk 7 setan, tetapi ternyata bisa dibebaskan, dan menjadi orang percaya yang sangat mencintai Yesus. Ini merupakan sesuatu yang sangat indah, dan bisa juga terjadi pada orang-orang lain yang sangat jahat / dikuasai setan.

The Biblical Illustrator mengutip kata-kata Spurgeon: “Mary Magdalene represents those who have come under the tormenting and distracting power of Satan, and whose lamp of joy is quenched in tenfold night. They are imprisoned not so much in the dens of sin as in the dungeons of sorrow; not so criminal as they are wretched; not so depraved as they are desolate” (= Maria Magdalena mewakili mereka yang telah datang di bawah kuasa setan yang menyiksa dan mengganggu / membingungkan, dan yang lampu sukacitanya dipadamkan dalam malam yang berlipat sepuluh. Mereka dipenjarakan, bukan begitu hebat dalam gua dosa tetapi dalam kamar tahanan di bawah tanah dari kesedihan; bukan begitu kriminal tetapi begitu buruk; bukan begitu bejat tetapi terpencil / terkucil / sendiri).

Catatan: kalimat yang saya garis-bawahi itu agak sukar diterjemahkan, tetapi maksudnya hanyalah bahwa Maria Magdalena, sekalipun dirasuk setan, bukanlah ditunjukkan sebagai orang yang terlalu berdosa, tetapi ditunjukkan sebagai orang yang keadaannya sangat menyedihkan. Ini perlu diperhatikan, khususnya karena ada satu pandangan yang populer tentang Maria Magdalena, yang mengatakan bahwa dulunya ia adalah seorang pelacur. Tetapi ini adalah suatu pandangan yang sama sekali salah, dan tidak pernah ada dasar Alkitabnya! Mungkin pandangan ini muncul karena orang mengacau-balaukan Maria Magdalena dengan perempuan berdosa yang mengurapi Yesus dalam Luk 7:36-50, padahal mereka adalah dua perempuan yang berbeda.

The Biblical Illustrator: “THOSE WHO ARE MOST UNDER SATANIC INFLUENCE, ARE YET WITHIN THE REACH OF THE GOSPEL. ... The gospel not merely delivers men from Satanic influence, but exalts men into the most holy characters” (= Mereka yang paling ada di bawah pengaruh Setan, tetap ada di dalam jangkauan Injil. ... Injil tidak hanya membebaskan manusia dari pengaruh Setan, tetapi meninggikan manusia ke karakter yang paling suci).

Ini tentu tidak berarti bahwa kita harus memberitakan Injil kepada orang-orang yang SEDANG dirasuk setan. Setannya harus dikeluarkan / ditengking dulu, baru orang itu bisa diinjili.

The Biblical Illustrator: “THE GOSPEL CAN EFFECT THE REFORMATION OF THE MOST ABANDONED. No sooner was Mary Magdalene dispossessed, than she devotes herself to the service of her Lord. So with all who heartily embrace Christ’s religion. The power of sin in them is destroyed, the influence of Satan is dissolved, and they become willing captives of Christ’s love. Justin Martyr, in one of his apologies, says, ‘O Emperor; we, who were formerly adulterers, are now chaste; we, who used magic charms, now depend on the immortal God; we, who loved money, now cheerfully contribute to the wants of all; we, who would not sit down with those who were not of the same tribe with us, now cheerfully sit among and pray for the conversion of them that hate us, and persuade them to live according to the excellent precepts of Christ.’” (= Injil bisa menghasilkan reformasi dari orang yang paling ditinggalkan / dibuang. Begitu Maria Magdalena dibebaskan dari kerasukan, ia membaktikan dirinya sendiri pada pelayanan bagi Tuhannya. Demikianlah dengan semua orang yang dengan sungguh-sungguh memeluk agama Kristus. Kuasa dosa dalam diri mereka dihancurkan, pengaruh Setan dibubarkan, dan mereka menjadi mau / rela untuk menjadi tawanan dari kasih Kristus. Justin Martyr, dalam salah satu apologetikanya mengatakan: ‘O Kaisar; kami, yang tadinya pezinah sekarang suci / murni; kami yang tadinya menggunakan kuasa gelap, sekarang bergantung kepada Allah yang kekal; kami yang tadinya mencintai uang, sekarang dengan sukacita memberikan sumbangsih bagi kebutuhan dari semua orang; kami yang tadinya tidak mau duduk bersama-sama mereka yang bukan dari suku yang sama dengan kami, sekarang dengan sukacita duduk di antara, dan berdoa untuk pertobatan dari, mereka yang membenci kami, dan mendesak mereka untuk hidup sesuai dengan perintah-perintah yang indah dari Kristus’).

The Biblical Illustrator mengutip kata-kata Spurgeon: “Hope for the worst: - Until the gate of hell is shut upon a man, we must not cease to pray for him; and if we see him hugging the very door posts of damnation, we must go to the mercy seat and beseech the arm of grace to pluck him from his dangerous position. The case of Mary Magdalene is a looking glass in which many souls, wrung with anguish, may see themselves” (= Pengharapan bagi yang terburuk: - Sampai pintu gerbang neraka tertutup pada seseorang, kita tidak boleh berhenti mendoakannya; dan jika kita melihatnya merangkul pintu dari tempat hukuman, kita harus pergi ke takhta belas kasihan dan memohon lengan dari kasih karunia untuk mengambilnya dari posisinya yang berbahaya. Kasus Maria Magdalena adalah kaca untuk melihat ke dalam mana banyak jiwa, yang diperas dengan kesedihan / penderitaan, bisa melihat diri mereka sendiri).

Markus 16: 10-11: “(10) Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. (11) Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.”.

1) Dukungan Kitab Suci terhadap ay 10-11 ini.

Lukas 24:10-11 - “(10) Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul. (11) Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu”.

Yohanes 20:18 - “Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: ‘Aku telah melihat Tuhan!’ dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya”.

Tetapi ada perbedaan, yaitu dalam Luk 24:10-11 yang memberitahu murid-murid bukan Maria Magdalena saja tetapi beberapa perempuan, sedangkan dalam Yoh 20:18, memang Maria Magdalena yang memberitahu murid-murid tetapi tidak diceritakan reaksi para murid atas pemberitahuan itu.

2) Orang-orang yang tadinya mengiringi Yesus itu sedang berkabung dan menangis (ay 10b).

The Biblical Illustrator: “Unnecessary grief: - A sorrow is none the less sharp because it is founded upon a mistake. Jacob mourned very bitterly for Joseph, though his darling was not torn in pieces, but on the way to be lord over all Egypt. Yet while there is of necessity so much well-founded sorrow in the world, it is a pity that one unnecessary pang should be endured, and endured by those who have the best possible grounds for joy. The case in the text before us is a typical one. Thousands are at this day mourning and weeping who ought to be rejoicing. Oh, the mass of needless grief! Unbelief works for the father of lies in this matter, and works misery out of falsehood among those who are not in truth children of sadness but heirs of light and joy. Rise, faith, and with thy light chase away this darkness! And if ever thou must have thy lamp trimmed by a humble Mary, do not despise her kindly aid” (= Kesedihan yang tidak perlu: - Suatu kesedihan sedikitpun tidak kurang tajamnya karena kesedihan itu didasarkan pada suatu kesalahan. Yakub berkabung dengan sangat pahit untuk Yusuf, sekalipun orang yang ia cintai tidak dicabik-cabik, tetapi sedang dalam perjalanan untuk menjadi tuan atas seluruh Mesir. Tetapi sekalipun dalam dunia ini pasti ada banyak kesedihan yang betul-betul mempunyai dasar, adalah menyedihkan bahwa satu kepedihan yang tidak perlu harus ditanggung, dan ditanggung oleh mereka yang mempunyai dasar terbaik yang memungkinkan untuk sukacita. Kasus dalam text di hadapan kita adalah kasus yang khas. Ribuan orang pada saat ini berkabung dan menangis padahal seharusnya mereka bersukacita. O, begitu banyak kesedihan yang tidak perlu! Ketidak-percayaan bekerja untuk bapa segala dusta dalam hal ini, dan mengerjakan kesengsaraan dengan menggunakan kepalsuan / dusta di antara mereka yang sebenarnya bukanlah anak-anak kesedihan tetapi pewaris-pewaris dari terang dan sukacita. Bangkitlah iman, dan dengan terangmu usirlah kegelapan ini! Dan, jika sumbu lampumu harus dipotong / dibersihkan oleh seorang Maria yang rendah, jangan merendahkan pertolongannya yang murah hati).

Catatan: lampu yang menggunakan minyak, pada saat-saat tertentu, sumbunya harus dipotong / dibersihkan, supaya bisa menyala dengan lebih terang.

3) Setelah mendengar pemberitaan ‘kabar baik’ dari Maria Magdalena bahwa Yesus telah bangkit, mereka tidak percaya (ay 11).

Ini mirip dengan kesedihan Yakub karena ‘kematian Yusuf’, dan pada waktu belakangan ia diberitahu bahwa Yusuf ternyata masih hidup, mula-mula ia juga tidak percaya.

Kej 37:33-35 - “(33) Ketika Yakub memeriksa jubah itu, ia berkata: ‘Ini jubah anakku; binatang buas telah memakannya; tentulah Yusuf telah diterkam.’ (34) Dan Yakub mengoyakkan jubahnya, lalu mengenakan kain kabung pada pinggangnya dan berkabunglah ia berhari-hari lamanya karena anaknya itu. (35) Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati!’ Demikianlah Yusuf ditangisi oleh ayahnya”.

Kej 45:25-28 - “(25) Demikianlah mereka pergi dari tanah Mesir dan sampai di tanah Kanaan, kepada Yakub, ayah mereka. (26) Mereka menceritakan kepadanya: ‘Yusuf masih hidup, bahkan dialah yang menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.’ Tetapi hati Yakub tetap dingin, sebab ia tidak dapat mempercayai mereka. (27) Tetapi ketika mereka menyampaikan kepadanya segala perkataan yang diucapkan Yusuf, dan ketika dilihatnya kereta yang dikirim oleh Yusuf untuk menjemputnya, maka bangkitlah kembali semangat Yakub, ayah mereka itu. (28) Kata Yakub: ‘Cukuplah itu; anakku Yusuf masih hidup; aku mau pergi melihatnya, sebelum aku mati.’”.

Bdk. Mat 2:16-18 - “(16) Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. (17) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: (18) ‘Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.’”.

Markus 16: 12-13: “(12) Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. (13) Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya.”.

1) Markus 16: 12: “Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota”.

a) Dukungan Kitab Suci terhadap ayat ini meragukan!

Markus 16:12 ini kelihatannya paralel dengan Luk 24:13-22 (tetapi Lukas menceritakan dengan panjang lebar). Tetapi kata-kata ‘menampakkan diri dalam rupa yang lain’ dalam Mark 16:12 ini tak ada paralelnya dalam Injil-injil yang lain. Ada beberapa kasus dalam Injil Lukas dan Injil Yohanes yang menunjukkan bahwa orang-orang yang bertemu dengan Yesus tidak mengenaliNya, tetapi alasannya bukan karena ‘Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain’. Mari kita menyoroti ayat-ayat itu.

1. Lukas 24:16 - “Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia”.

Memang tak dijelaskan apa yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak bisa mengenali Yesus, tetapi ini rasanya tidak mungkin diartikan bahwa Yesusnya memang berubah rupa dibandingkan dengan Yesus sebelum mati disalib.

2. Yoh 20:11-16 - “(11) Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, (12) dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. (13) Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis?’ Jawab Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’ (14) Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.’ (16) Kata Yesus kepadanya: ‘Maria!’ Maria berpaling dan berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani: ‘Rabuni!’, artinya Guru”.

Secara explicit tak ada penjelasan dalam text di atas mengapa mula-mula Maria Magdalena bisa tidak mengenali Yesus (ay 14), dan menyangka orang itu sebagai penunggu taman (ay 15). Tetapi ay 11 mengatakan bahwa Maria Magdalena sedang menangis. Jadi, adalah memungkinkan untuk menafsirkan bahwa ia mula-mula tidak mengenali Yesus karena matanya penuh dengan air mata, bukan karena Yesusnya berubah rupa.

3. Yoh 21:4-8 - “(4) Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (5) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?’ Jawab mereka: ‘Tidak ada.’ (6) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. (7) Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’ Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. (8) Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu”.

Dalam text ini murid-murid juga tidak mengenali Yesus, dan tak ada penjelasan explicit mengapa mereka tidak mengenaliNya. Tetapi ada kemungkinan mereka tidak mengenali Dia karena hari masih sangat pagi, dan karena itu masih agak gelap. Kata-kata ‘Ketika hari mulai siang’ pada awal Yoh 21:4 salah terjemahan.

KJV: ‘But when the morning was now come’ (= Tetapi ketika pagi datang).

RSV: ‘Just as day was breaking’ (= Tepat pada waktu hari / pagi menyingsing).

NIV: ‘Early in the morning’ (= Pagi-pagi sekali).

NASB: ‘But when the day was now breaking’ (= Tetapi ketika hari / pagi menyingsing).

Catatan: Dalam bahasa Inggris suatu hari dibagi menjadi ‘day’ (= hari / pagi) dan ‘night’ (= malam / petang).

Selain itu, kalau dilihat dari Yohanes 21:8, mereka berjarak cukup jauh dari Yesus, yaitu sekitar 200 hasta (90 meter).

Jadi, bisa saja mereka tidak mengenali Yesus karena alasan yang alamiah, bukan karena Yesus berubah rupa setelah Ia bangkit dari antara orang mati.

b) Ayat ini menimbulkan penafsiran yang pro kontra tentang bentuk / rupa Yesus setelah kebangkitan.

Lenski: “all the manifestations of the risen Savior were made in a bodily form that differed from his old, ordinary form. We may add, however, that Jesus did not always appear in the same glorified form duting the forty-day period” (= semua manifestasi dari sang Juruselamat yang telah bangkit dibuat dalam suatu bentuk jasmani yang berbeda dengan bentukNya yang lama / biasanya. Tetapi bisa kami tambahkan, bahwa Yesus tidak selalu muncul dalam bentuk yang telah dimuliakan yang sama selama periode 40 hari itu) - hal 761.

J. A. Alexander: “The only discrepancy which has been alleged is Mark’s saying that our Lord ‘appeared to them in another form’, while Luke says that ‘their eyes were holden that they should not know him.’ The one gives the cause and the other the efffect” (= Satu-satunya ketidak-sesuaian yang telah dinyatakan adalah kata-kata Markus bahwa Tuhan kita ‘menampakkan diriNya kepada mereka dalam bentuk / rupa yang lain’, sedangkan Lukas mengatakan bahwa ‘mata mereka ditahan sehingga mereka tidak mengenaliNya’. Yang satu memberikan penyebabnya dan yang lain memberikan akibat / hasilnya) - hal 439-440.

Saya menganggap penafsiran ini dipaksakan. Menurut saya Markus memberikan penyebabnya (‘Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain’), sedangkan Lukas memberikan penyebab maupun akibat / hasilnya (‘Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia’). Kata-kata ‘ada sesuatu yang menghalangi mata mereka’ merupakan penyebabnya, sedangkan kata-kata ‘sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia’ merupakan akibat / hasilnya. Jadi, Mark 16:12 memberikan penyebab yang berbeda dengan penyebab yang diberikan oleh Lukas.

Matthew Henry: “He appeared to two of the disciples, as they went into the country, v. 12. This refers, no doubt, to that which is largely related (Luke 24:13, &c.), of which passed between Christ and the two disciples going to Emmaus. He is here said to have appeared to them in another form, in another dress than what he usually wore, in the form of a traveller, as, in the garden, in such a dress, that Mary Magdalene took him for the gardener; but that he had really his own countenance, appears by this, that their eyes were holden, that they should not know him; and when that restrain on their eyes was taken off, immediately they knew him, Luke 24:16-31” [= Ia menampakkan diri kepada dua murid pada waktu mereka berjalan ke luar kota, ay 12. Ini tak diragukan menunjuk pada apa yang diceritakan dengan banyak (Lukas 24:13 dst), tentang yang terjadi antara Kristus dengan dua murid yang berjalan ke Emaus. Di sini dikatakan Ia menampakkan diri kepada mereka dalam rupa / bentuk yang lain, dalam pakaian yang lain dari pada yang biasanya Ia pakai, dalam bentuk dari seorang pelancong, seperti di taman / kebun, dalam pakaian sedemikian rupa sehingga Maria Magdalena mengira Ia adalah tukang taman / kebun; tetapi bahwa Ia betul-betul mempunyai wajahNya sendiri terlihat dari sini, bahwa mata mereka ditahan, sehingga mereka tidak mengenaliNya; dan pada waktu tahanan / halangan pada mata mereka itu diambil / disingkirkan, mereka langsung / segera mengenaliNya, Luk 24:16-31].

Saya setuju dengan Matthew Henry bahwa dua murid itu tidak mengenali Yesus karena mata mereka ditahan, bukan karena Yesusnya mempunyai wajah yang berbeda. Karena itu pada waktu yang menahan mata mereka itu disingkirkan, mereka segera mengenaliNya. Tetapi saya sangat meragukan penafsiran Matthew Henry tentang Mark 16:12, dimana ia karena ingin mengharmoniskan Markus dengan Lukas, mengatakan bahwa ‘dalam rupa / bentuk yang lain’ itu artinya adalah dalam pakaian yang berbeda dari yang biasanya Ia pakai. Ini mungkin masih bisa diterima dalam kasus Maria Magdalena, kalau Maria Magdalena hanya melihatNya sepintas lalu. Tetapi dalam kasus perjalanan bersama dua murid ke Emaus, mereka berjalan dan bercakap-cakap cukup lama. Mungkinkah hanya karena pakaian yang berbeda lalu mereka tidak mengenali Dia? Ini rasanya sangat tak masuk akal.

Luk 24:13-32 - “(13) Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, (14) dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. (15) Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. (16) Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. (17) Yesus berkata kepada mereka: ‘Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?’ Maka berhentilah mereka dengan muka muram. (18) Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawabNya: ‘Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?’ (19) KataNya kepada mereka: ‘Apakah itu?’ Jawab mereka: ‘Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. (20) Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkanNya. (21) Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. (22) Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, (23) dan tidak menemukan mayatNya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. (24) Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.’ (25) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! (26) Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?’ (27) Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. (28) Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalananNya. (29) Tetapi mereka sangat mendesakNya, katanya: ‘Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.’ Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. (30) Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. (31) Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. (32) Kata mereka seorang kepada yang lain: ‘Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?’”.

The Biblical Illustrator: “II. THE FORM OF CHRIST IS SUSCEPTIBLE OF CHANGE. ‘In another form.’ The form of Christ still changes, as perhaps all forms change. There are constant and legitimate changes in the presentment of Christ; in the expression of evangelical doctrine; in the ritual and government of Christ’s Church. Christ changes the form of His manifestation for great ends. 1. That the form shall not stand between us and the Saviour Himself. We can only know Christ through the form, and up to a certain point any particular form may help us, but at length the form instead of being a medium of revelation may become a screen. Spiritual meaning evaporates from the best definitions; ceremonies are emptied of their meaning; and the Church order which once aided the gospel may become inoperative and obstructive. The form may become a darkened glass to hide Christ, and lest this should be the case the form is ever being changed so that we may all with open face behold as in a glass the glory of the Lord. 2. That He may make Himself known to men of the most diverse character and circumstance. It seems very probable that the appearance of Christ was altered from time to time during the forty days to meet the several cases of the disciples. Our religion, thank God, is for the world, and it has all the richness and versatility of a universal faith. What a scene of infinite variety is this world of ours! How it teems with individuality, originality, eccentricity, divergence, contrast! So the Christian Church does not come with stereotyped language, a rigid ritual, an unalterable rubric, but it meets the infinite richness of human nature with infinite flexibility and inexhaustible resource. Christ comes in many forms that He may meet the multitudiousness and manifoldness of the race. 3. That He may become the Saviour of all generations. With the perpetual and inevitable changes of time Christ constantly reappears in new forms. The world does not outgrow Christ, but Christ confronts successive generations in new forms, appropriate forms, richer forms. Christianity never becomes obsolete; in the midst of a new world it stands forth in a new form, but with all its ancient power and grace” (= II. Bentuk / rupa dari Kristus bisa / mudah berubah. ‘Dalam rupa / bentuk yang lain’. Bentuk / rupa dari Kristus tetap berubah, mungkin seperti semua bentuk berubah. Ada perubahan yang konstan dan sah dalam kehadiran Kristus; dalam pernyataan dari doktrin injili; dalam upacara dan pemerintahan dari Gereja Kristus. Kristus mengubah bentuk dari manifestasiNya untuk tujuan-tujuan yang besar / agung. 1. Supaya bentuk itu tidak berada di antara kita dan sang Juruselamat itu sendiri. Kita hanya bisa mengenal Kristus melalui bentuk, dan sampai pada titik tertentu bentuk khusus apapun bisa menolong kita, tetapi akhirnya bentuk itu bukannya menjadi pengantara dari wahyu tetapi bisa menjadi suatu tabir. Arti-arti rohani menguap dari definisi-definisi yang terbaik; upacara-upacara dikosongkan dari arti mereka; dan sistim Gereja yang pernah membantu injil bisa menjadi tidak berlaku dan bersifat menghalangi. Bentuk bisa menjadi suatu kaca yang digelapkan untuk menyembunyikan Kristus, dan supaya ini tidak terjadi maka bentuk itu selalu diubah sehingga kita semua dengan muka terbuka bisa memandang, seperti dalam kaca, kemuliaan Tuhan. 2. Supaya Ia bisa membuat diriNya sendiri dikenal kepada manusia dari karakter dan keadaan yang paling bermacam-macam. Kelihatannya sangat memungkinkan bahwa penampakan Kristus diubah dari waktu ke waktu sepanjang 40 hari untuk menemui / menyesuaikan dengan beberapa kasus dari murid-murid. Agama kita, syukur kepada Allah, adalah bagi dunia ini, dan itu mempunyai semua kekayaan dan kepandaian yang beraneka ragam dari suatu iman yang universal. Dunia kita ini betul-betul mempunyai variasi yang tak terbatas. Dunia ini penuh dengan keindividualan, keorisinilan, keexentrikan, keberbedaan, kontras! Dengan demikian Gereja Kristen tidak datang dengan bahasa yang sama / monoton, ucapara yang kaku, peraturan ibadah yang tak berubah, tetapi itu menemui kekayaan yang tak terbatas dari manusia dengan kelenturan yang tak terbatas dan sumber yang tak pernah habis. Kristus datang dalam banyak bentuk sehingga Ia bisa menemui banyaknya dan bermacam-macamnya umat manusia. 3. Supaya Ia bisa menjadi Juruselamat dari semua generasi. Dengan perubahan waktu yang terus menerus / kekal dan tak terhindarkan, Kristus secara konstan muncul lagi dalam bentuk-bentuk yang baru. Dunia tidak tumbuh melebihi Kristus, tetapi Kristus menghadapi generasi-generasi yang berturut-turut dalam bentuk-bentuk yang baru, bentuk-bentuk yang lebih cocok, bentuk-bentuk yang lebih kaya. Kekristenan tidak pernah menjadi usang; di tengah-tengah dari dunia yang baru kekristenan berdiri dalam suatu bentuk yang baru, tetapi dengan semua kuasa dan kasih karunianya yang kuno).

Saya tidak tahu apakah saudara menganggap kutipan di atas ini sebagai suatu ajaran yang menarik / bagus, atau tidak. Tetapi bagi saya ini adalah suatu ‘ajaran asing’, dan merupakan contoh tentang ajaran yang semata-mata didasarkan pada bagian dalam Mark 16:9-20, yang diperdebatkan keasliannya ini!

Wycliffe Bible Commentary: “‘In another form.’ Luke 24:16 says that their eyes were somehow affected so that they did not recognize Christ. Whether Christ had actually changed his appearance we do not know” (= ‘Dalam rupa / bentuk yang lain’. Lukas 24:16 mengatakan bahwa mata mereka, entah bagaimana, dipengaruhi sedemikian rupa sehingga mereka tidak mengenali Kristus. Apakah Kristus betul-betul berubah penampilanNya, kami tidak tahu).

Calvin (tentang Lukas 24:16): “‘But their eyes were restrained.’ The Evangelist expressly states this, lest any one should think that the aspect of Christ’s body was changed, and that the features of his countenance were different from what they had formerly been. For though Christ remained like himself, he was not recognized, because the eyes of beholders were held; and this takes away all suspicion of a phantom or false imagination” (= ‘Tetapi mata mereka ditahan’. Sang Penginjil secara explicit menyatakan ini, supaya jangan seseorang berpikir bahwa aspek dari tubuh Kristus diubah, dan bahwa ciri-ciri dari wajahNya berbeda dengan apa yang sebelumnya mereka lihat. Karena sekalipun Kristus tetap seperti diriNya sendiri, Ia tidak dikenali, karena mata dari orang-orang yang melihatNya ditahan; dan ini mengambil semua kecurigaan dari sesuatu yang tidak nyata atau khayalan yang palsu).

Saya sendiri setuju dengan Calvin. Saya tidak percaya bahwa bentuk wajah ataupun bentuk badan Yesus berubah, apalagi terus berubah-ubah, setelah kebangkitanNya. Jangan lupa bahwa Kitab Suci mengajar bahwa apa yang Yesus alami merupakan suatu pola yang akan kita alami. Kalau Yesus berubah-ubah seperti itu, maka itu harus diartikan bahwa nanti (setelah kita dibangkitkan dari antara orang mati) kita juga akan terus berubah-ubah.

2) Markus 16: 13: “Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya.”.

a) Penceritaan oleh 2 orang itu kepada murid-murid diceritakan dalam Luk 24:33-35. Tetapi penceritaan Lukas berbeda dengan ay 13 ini, karena Lukas 24:33-35 berbunyi: “(33) Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. (34) Kata mereka itu: ‘Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.’ (35) Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti”.

Lenski berusaha mengharmoniskan dengan cara di bawah ini.

Lenski: “But note what Luke himself writes in v. 41 after Jesus actually appeared to all the disciples and after he had showed them his hands and his feet: ‘while they were still disbelieving from joy.’ This is the disbelief which Mark records as greeting the report of the Emmaus disciples” (= Tetapi perhatikan apa yang Lukas sendiri tuliskan dalam ay 41 setelah Yesus sungguh-sungguh menampakkan diriNya kepada semua murid dan setelah Ia menunjukkan tanganNya dan kakiNya: ‘ketika mereka belum percaya karena girangnya’. Ini adalah ketidak-percayaan yang dicatat oleh Markus sebagai sambutan dari laporan dari murid-murid Emaus) - hal 761.

Lukas 24:41 - “Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’”.

b) Penolakan yang benar dan yang salah terhadap suatu kesaksian.

Pulpit Commentary: “In some cases we are justified in refusing our assent to testimony; in others we are justified in withholding that assent until the testimony is confirmed. Such was not the case on the occasion under consideration. The evidence was that of credible persons, and of persons whom the eleven knew to be credible. Mary of Magdala, and Cleopas, and his companion were well known to the company of our Lord’s friends and disciples. They were persons of unquestionable veracity. They had been themselves convinced against their own persuasions and prejudices. Mary had gone to the grave to complete the rites of burial - a proof that she was not expecting the resurrection. The two who walked to Emmaus regarded the death of Jesus as the destruction of their hopes; they were sad of countenance and slow of heart. If the testimony of Mary were rejected as that of an enthusiast, how could the testimony of the two companions be disputed? Besides, from the other Gospels we know that the other women had also borne witness to having seen Jesus, and that the Lord had appeared to Simon, who had announced the good news to the others. Testimony so varied, repeated, and credible as this deserved a better reception than was accorded to it. But whatever was said of the rising of the Lord Jesus, the disciples during that day disbelieved” (= Dalam beberapa kasus kita dibenarkan dalam menolak untuk memberikan persetujuan kita terhadap kesaksian; dalam kasus-kasus lain kita dibenarkan dalam menahan persetujuan itu sampai kesaksian itu diteguhkan. Bukan demikian kasusnya pada kejadian yang sedang dipertimbangkan ini. Bukti itu adalah dari orang-orang yang dapat dipercayai, dan dari orang-orang yang diketahui oleh 11 rasul itu sebagai orang-orang yang dapat dipercayai. Maria Magdalena, dan Kleopas, dan temannya, dikenal dengan baik dalam rombongan dari sahabat-sahabat dan murid-murid Tuhan kita. Mereka adalah orang-orang dengan kejujuran yang tidak dipertanyakan. Mereka sendiri telah diyakinkan terhadap / menentang kepercayaan dan prasangka mereka sendiri. Maria telah pergi ke kubur untuk menyelesaikan upacara penguburan - suatu bukti bahwa ia tidak sedang mengharapkan kebangkitan. Dua orang yang berjalan ke Emaus menganggap kematian Yesus sebagai kehancuran dari harapan mereka; mereka mempunyai wajah sedih dan hati yang berat. Jika kesaksian dari Maria ditolak sebagai kesaksian dari seorang penggemar / pecandu, bagaimana kesaksian dari 2 orang ini bisa dibantah? Disamping, dari Injil-injil yang lain kita tahu bahwa perempuan-perempuan yang lain juga memberikan kesaksian bahwa mereka telah melihat Yesus, dan bahwa Tuhan telah menampakkan diri kepada Simon, yang telah mengumumkan kabar baik itu kepada orang-orang yang lain. Kesaksiannya yang begitu bervariasi, diulang-ulang, dan dapat dipercayai seperti ini layak mendapatkan suatu penerimaan yang lebih baik dari pada yang diberikan kepadanya. Tetapi apapun yang dikatakan tentang kebangkitan dari Tuhan Yesus, murid-murid dalam sepanjang hari itu tidak percaya).

Markus 16:1-20(5)

Markus 16: 14: “Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitanNya.”.

1) Ada 3 text dalam Injil-injil yang lain, yang memungkinkan untuk dianggap sebagai bagian yang paralel dengan ay 14 ini, yaitu:

a) Mat 28:16-18 - “(16) Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. (17) Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. (18) Yesus mendekati mereka dan berkata: ‘KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”.

Dalam Mat 28:16-18 ini tidak ada celaan dari Yesus kepada murid-murid, Dan juga tidak dikatakan bahwa mereka sedang makan, tetapi perbedaan-perbedaan seperti ini tidak perlu dipersoalkan, karena bisa saja Matius tidak mencatat hal-hal itu.

b) Lukas 24:36-46 - “(36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (37) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu (roh). (38) Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (roh) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. (44) Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah perkataanKu, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’ (45) Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. (46) KataNya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga”.

Di sini kelihatannya mereka sedang makan, karena Yesus minta makanan dan mereka bisa memberikan sepotong ikan kepadaNya (Luk 24:41-42), dan juga di sini ada celaan karena ketidakpercayaan mereka (Lukas 24:38).

c) Yoh 20:19-29 - “(19) Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (20) Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tanganNya dan lambungNya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. (21) Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’ (22) Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus. (23) Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.’ (24) Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. (25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ (26) Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’ (28) Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’ (29) Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.

Di sini ada dua kali penampakan. Pada kali yang pertama tak ada celaan, dan murid yang hadir hanya 10 orang (tanpa Yudas Iskariot dan Tomas), dan pada penampakan kedua yang hadir 11 orang (dengan Tomas). Tidak dikatakan bahwa mereka sedang makan, dan sekalipun ada celaan tetapi hanya ditujukan kepada Tomas (Yoh 20:27,29).

Albert Barnes menganggap ay 14 paralel dengan penampakan yang pertama dalam Yoh 20 ini.

Barnes’ Notes: “‘Afterward he appeared unto the eleven.’ Judas was dead, and the apostles were then called ‘the eleven.’ This was done even when one of them was absent, as Thomas was on this occasion” (= ‘Setelah itu Ia menampakkan diri kepada ke 11 murid’. Yudas sudah mati, dan rasul-rasul disebut ‘11 murid’. Ini dilakukan bahkan pada saat satu dari mereka sedang absen, seperti Tomas sedang absen pada peristiwa itu).

Calvin dan Pulpit Commentary mempunyai pandangan yang sama dengan Albert Barnes.

2) Mereka ditegur karena ketidak-percayaan mereka terhadap kebangkitanNya.

Matthew Henry: “when he appeared to them, he upbraided them with their unbelief and hardness of heart, ... Note, The evidences of the truth of the gospel are so full, that those who receive it not, may justly be upbraided with their unbelief; and it is owing not to any weakness or deficiency in the proofs, but to the hardness of their heart, its senselessness and stupidity” (= pada waktu Ia menampakkan diri kepada mereka, Ia mencela / memarahi mereka karena ketidak-percayaan dan kekerasan hati mereka, ... Perhatikan, Bukti-bukti dari kebenaran dari injil adalah begitu penuh / lengkap, sehingga mereka yang tidak menerimanya bisa dengan benar dicela / dimarahi karena ketidak-percayaan mereka; dan itu bukan disebabkan karena adanya kelemahan atau kekurangan apapun dalam bukti-bukti itu, tetapi karena kekerasan hati mereka, kebodohan dan ketololannya).

Matthew Henry: “Though they had not till now seen him themselves, they are justly blamed because they believed not them who had seen him after he was risen; and perhaps it was owing in part to the pride of their hearts, that they did not; for they thought, ‘If indeed he be risen, to whom should he delight to do the honour of showing himself but to us?’ And if he pass them by, and show himself to others first, they cannot believe it is he” (= Sekalipun sampai sekarang mereka belum melihatNya sendiri, mereka dengan benar dipersalahkan karena mereka tidak mempercayai mereka yang telah melihatNya setelah Ia dibangkitkan; dan mungkin itu disebabkan karena kesombongan hati mereka, sehingga mereka tidak percaya; karena mereka berpikir, ‘Jika Ia memang dibangkitkan, kepada siapa Ia seharusnya melakukan kehormatan untuk menunjukkan diriNya sendiri kecuali kepada kami?’ Dan jika Ia melewati mereka, dan menunjukkan diriNya sendiri kepada orang-orang lain lebih dulu, mereka tidak bisa percaya bahwa itu adalah Dia).

Catatan: kata-kata Matthew Henry ini memang hanya dugaan saja, tetapi tak ada buktinya.

A. T. Robertson: “‎Doubt is not necessarily a mark of intellectual superiority. One must steer between credulity and doubt” (= Ragu-ragu tidak harus merupakan suatu tanda dari intelek yang lebih tinggi. Seseorang harus mengemudikan di antara sikap terlalu mudah percaya dan keragu-raguan).

Markus 16: 15-16: “(15) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (16) Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”.

1) Ini kelihatannya paralel dengan:

a) Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

b) Lukas 24:47-49 - “(47) dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. (48) Kamu adalah saksi dari semuanya ini. (49) Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.’”.

Bdk. Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

2) Perintah untuk memberitakan Injil (Markus 16: 15).

a) Dalam Markus 16:15 hanya kata ‘beritakanlah’ yang merupakan kata perintah, sedangkan kata ‘pergilah’ sebetulnya bukan kata perintah, tetapi participle. Demikian juga dalam Mat 28:19 hanya kata-kata ‘jadikanlah murid’ yang adalah kata perintah, sedangkan kata ‘pergilah’, ‘baptislah’, dan ‘ajarlah’ bukan kata-kata perintah, tetapi participle.

Catatan: ‘participle’ adalah ‘kata kerja + ing’, seperti going, preaching, walking dan sebagainya.

b) Ada keanehan dalam ay 15 karena kata ‘beritakanlah’ merupakan suatu aorist imperative (kata perintah bentuk lampau), yang biasanya menunjukkan bahwa perintah itu hanya perlu dilakukan satu kali saja. Demikian juga kata-kata ‘jadikan murid’ dalam Mat 28:19 merupakan kata perintah bentuk lampau.

Lenski: “The aorist imperative is peremptory, the commands also stands for all time” (= Kata perintah bentuk lampau ini adalah pasti / tak bisa diubah, perintah-perintah juga berlaku untuk semua waktu / jaman) - hal 765.

3) Siapa yang harus memberitakan Injil?

a) Para rasul itu yang mendapat perintah langsung dari Yesus.

The Biblical Illustrator: “Yet they were far from being perfect men. Just before this commission was addressed to them they were upbraided by Christ with their unbelief and hardness of heart. A perfect man or a perfect preacher is not necessary for the preaching of a perfect gospel” (= Tetapi mereka jauh dari sempurna. Tepat sebelum perintah ini diberikan kepada mereka, mereka dicela / dimarahi oleh Kristus karena ketidak-percayaan dan kekerasan hati mereka. Seorang manusia yang sempurna atau seorang pengkhotbah yang sempurna tidak dibutuhkan untuk memberitakan / mengkhotbahkan injil yang sempurna).

Penerapan:

1. Memang seorang pengkhotbah harus berusaha untuk menjadi sesempurna mungkin, baik dalam hidupnya, pelayanannya, maupun motivasinya. Tetapi ia tidak akan bisa berhasil. Sekalipun ia tidak bisa menjadi sempurna, ia tetap harus memberitakan Injil!

2. Jemaat tidak boleh menuntut pengkhotbah / pendeta yang sempurna, baik dalam kehidupannya, pelayanannya, maupun motivasinya! Tentu saja semua ini harus benar, tetapi ‘benar’ tidak sama dengan ‘sempurna’.

b) Tetapi jelas bahwa bukan hanya rasul-rasul saja yang harus memberitakan Injil.

Sekalipun kata-kata dalam ay 15 atau Mat 28:19 diberikan oleh Yesus kepada rasul-rasul, tetapi mereka lalu diperintahkan untuk mengajarkan segala sesuatu yang telah Yesus ajarkan kepada mereka kepada orang-orang yang menerima Injil yang mereka beritakan.

Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

Jadi, jelas bahwa perintah untuk memberitakan Injil ini juga harus diajarkan kepada mereka. Dan dengan demikian maka pemberitaan Injil juga merupakan tugas / kewajiban dari semua orang kristen yang sejati.

Bdk. Kis 8:1b,4 - “(1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. ... (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil”.

Yang tersebar itu justru adalah orang-orang Kristen yang bukan rasul. Tetapi mereka memberitakan Injil.

William Barclay: “The church has a preaching task. It is the duty of the church, and that means that it is the duty of every Christian, to tell the story of the good news of Jesus to those who have never heard it” [= Gereja mempunyai tugas / kewajiban memberitakan (Injil). Itu merupakan tugas / kewajiban dari gereja, dan itu berarti bahwa itu adalah tugas / kewajiban dari setiap orang Kristen, untuk menceritakan / memberitakan cerita tentang kabar baik tentang Yesus kepada mereka yang tidak pernah mendengarnya] - hal 370.

Catatan: menurut saya, Injil bukan hanya harus diberitakan kepada orang-orang yang belum pernah mendengar Injil, tetapi juga kepada orang-orang yang sudah mendengar Injil tetapi belum mempercayainya.

The Biblical Illustrator: “After these words were spoken, the missionary duty of the Church, in its nearest and remotest extent, was as little a matter of doubt as the resurrection. A thousand other things it may do or neglect; may have elaborate organization or none; may build cathedrals, or pitch tents; may master all learning and art, or know nothing save Christ and Him crucified; but go it must, and preach it must, or it is not Christ’s Church. You little children who love Jesus must tell others of His love. You rich men must work through your money; you wise men by your wisdom; you poor uncultured souls through your prayers. Unless you do your utmost to spread the kingdom, you disobey the first law of the kingdom; unless your love reaches out to all men, you have not the spirit of Christ, who died for all. A positive belief and a missionary spirit have long ago been proved the indispensable characteristics of a living Church” (= Setelah kata-kata ini diucapkan, tugas / kewajiban misionaris dari Gereja, dalam ruang lingkup yang terdekat dan terjauh, sama pastinya seperti kebangkitan. Seribu hal lainnya boleh dilakukan atau diabaikan oleh gereja; gereja boleh mempunyai organisasi yang rumit / terperinci atau tidak sama sekali; gereja boleh membangun kathedral-kathedral atau mendirikan tenda-tenda; gereja boleh menguasai semua pengetahuan dan kesenian atau tidak mengetahui apa-apa selain Kristus, yaitu Dia yang disalibkan; tetapi gereja harus pergi, dan gereja harus memberitakan, atau itu bukanlah Gereja Kristus. Kamu anak-anak kecil yang mengasihi Yesus harus memberitahu orang-orang lain tentang kasihNya. Kamu orang-orang kaya harus bekerja melalui / menggunakan uangmu; kamu orang-orang berhikmat dengan hikmatmu; kamu jiwa-jiwa miskin yang tidak berkebudayaan melalui doa-doamu. Kecuali kamu melakukan usaha terbaikmu untuk menyebarkan kerajaan, kamu tidak mentaati hukum pertama dari kerajaan; kecuali kasihmu menjangkau keluar kepada semua orang, kamu tidak mempunyai roh Kristus, yang mati untuk semua orang. Suatu kepercayaan yang positif dan suatu roh misionaris telah sejak lama terbukti merupakan sifat / karakteristik yang sangat diperlukan dari suatu Gereja yang hidup).

The Biblical Illustrator: “He who saith ‘Go,’ came into the world. He who saith ‘Go ye,’ Himself came: came not by deputy or proxy, but Himself came. He who saith ‘Go ye and preach,’ Himself preached. He who saith ‘Go ye and preach the gospel,’ is the gospel. He who saith ‘Go into the world to every creature,’ is the propitiation for the sins of the world. With such a Master the lack of willing workmen is truly wonderful. Shall we neglect to obey? Shall we undervalue obedience as a means of redemption to others? All cannot preach, but all can repeat the faithful saying, that Jesus Christ came into the world to save sinners, and all can unite in sending forth men qualified to preach, and in sustaining such men by contributions of property, by manifestations of sympathy, and by prayer” (= Ia yang berkata ‘Pergilah’, datang ke dalam dunia. Ia yang berkata ‘Pergilah kamu’, Ia sendiri datang: datang bukan oleh / melalui utusan atau wakil, tetapi Ia sendiri datang. Ia yang berkata ‘Pergilah kamu dan beritakanlah’, Ia sendiri memberitakan. Ia yang berkata ‘Pergilah kamu dan beritakanlah injil’, adalah injil itu sendiri. Ia yang berkata ‘Pergilah ke dalam dunia untuk setiap makhluk ciptaan’, adalah pendamaian untuk dosa-dosa dunia. Dengan Tuan / Guru yang seperti itu ketidak-mauan dari para pekerja betul-betul merupakan sesuatu yang luar biasa. Apakah kita akan lalai untuk mentaati? Apakah kita akan menilai rendah ketaatan sebagai cara dari penebusan kepada orang-orang lain? Tidak semua bisa berkhotbah / memberitakan, tetapi semua bisa mengulang kata-kata yang setia, bahwa Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, dan semua bisa bersatu dalam mengirimkan / mengutus orang-orang yang memenuhi syarat untuk memberitakan / berkhotbah, dan dalam menopang orang-orang seperti itu oleh sumbangan kekayaan, oleh perwujudan dari simpati, dan oleh doa).

Kita harus menjadi orang yang mempunyai ‘jiwa penginjilan’! Bandingkan dengan kata-kata Paulus dalam:

· 1Kor 1:22-23 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.

· 1Korintus 2:2 - “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan”.

· 1Korintus 9:16 - “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil”.

The Biblical Illustrator mengutip kata-kata Spurgeon: “The duty of spreading the gospel: - Huber, the great naturalist, tells us that if a single wasp discovers a deposit of honey or other food, he will return and impart the good news to his companions, who will then sally forth in great numbers to partake of the fare which has been discovered for them. Shall we who have found honey in the rock Christ Jesus be less considerate of our fellow men than wasps are of their fellow insects?” (= Tugas / kewajiban menyebarkan injil: - Huber, penyelidik alam yang besar, memberitahu kita bahwa jika seekor tawon menemukan tumpukan madu atau makanan lain, ia akan kembali dan memberikan kabar baik itu kepada kawan-kawannya, yang lalu akan bergerak maju dalam jumlah yang besar untuk ambil bagian dari makanan yang telah ditemukan bagi mereka. Apakah kita, yang telah menemukan madu dalam batu karang Kristus Yesus kurang perhatian terhadap sesama manusia kita dari pada tawon-tawon terhadap sesama serangga mereka?).

Spurgeon: “I will not believe that you have tasted of the honey of the gospel if you can eat it all yourself” (= Aku tidak akan percaya bahwa engkau sudah mengecap madu Injil jika engkau bisa memakan sendiri semuanya) - ‘Morning and Evening’, February 19, evening.

4) Kepada siapa injil harus diberitakan?

Injil harus diberitakan kepada semua orang / bangsa, bukan kepada makhluk-makhluk yang bukan manusia, benda dsb.

a) Injil harus diberitakan kepada semua manusia.

Sampai saat ini mereka hanya boleh memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi, tetapi sejak saat ini mereka harus memberitakan Injil kepada ‘segala makhluk’ (ay 15). Kata-kata ‘segala makhluk’ tentu hanya harus diartikan ‘semua orang’, dan pasti tidak mencakup hewan, setan / malaikat yang jatuh, tumbuh-tumbuhan, apalagi benda-benda.

Alasan:

1. Kata-kata ‘segala makhluk’ sebetulnya adalah ‘segala / seluruh ciptaan’.

Vincent: “‘To every creature’ ‎(pasee ‎‎tee ‎‎ktisei)‎. Rightly, as the English Revised Version (1885): ‘to the whole creation.’” [= ‘Kepada setiap makhluk ciptaan’ (PASEE TEE KTISEI). Secara benar, seperti ERV (1885): ‘kepada seluruh ciptaan’.].

Jadi, kalau ada orang, yang berdasarkan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia ini, lalu memberikan ajaran extrim, yang mengharuskan penginjilan kepada hewan dan setan, maka kita bisa menghancurkan argumentasinya dengan lebih mengextrimkannya lagi. Kalau ay 15 ini memang mau dihurufiahkan dan lalu diterapkan kepada binatang dan setan, maka mestinya juga secara konsisten juga diterapkan pada tanaman, pohon, batu, laut, bulan, matahari, bintang dan sebagainya.

2. Mat 28:19, yang kelihatannya merupakan ayat yang paralel dengan Mark 16:15, mengatakan bahwa sasaran penginjilan adalah ‘segala bangsa’, yang jelas menunjuk kepada manusia. Demikian juga Luk 24:47.

Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

Lukas 24:47 - “dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem”.

3. Tidak pernah ada teladan dalam Alkitab, baik dari Yesus, rasul-rasul maupun orang-orang Kristen abad pertama, yang menerapkan penginjilan kepada siapapun kecuali kepada manusia.

4. Binatang bukan makhluk bermoral, dan tidak punya sifat kekal.

Binatang bukan makhluk bermoral, dan karena itu binatang tidak bisa dikatakan berdosa. Karena itu, penebusan dosa menjadi sesuatu yang tidak relevan untuk binatang. Juga binatang bukan makhluk kekal (binatang musnah pada waktu mati), sehingga hidup kekal juga tidak relevan bagi binatang.

5. Setan memang makhluk bermoral dan kekal, tetapi Tuhan tidak pernah memberikan penebusan untuk setan / malaikat yang jatuh.

Karena malaikat yang jatuh tidak pernah ditebus, maka tidak mungkin kita melakukan penginjilan kepada setan. Jadi, memang tidak ada jalan keselamatan bagi malaikat yang jatuh.

Yesus yang adalah Allah, menjadi manusia, karena Ia mau menebus dosa manusia, bukan dosa dari makhluk-makhluk lain (setan atau hewan).

Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.

b) Adakah orang yang dikecualikan, kepada siapa kita tidak perlu memberitakan Injil?

The Biblical Illustrator: “WHAT IS THE EXTENT OF THIS COMMISSION? No limit as to where this gospel is to be preached. No limit as to the persons to whom it is to be preached” (= Apa luas / batasan dari perintah ini? Tak ada batasan berkenaan dengan dimana injil ini harus diberitakan. Tak ada batasan berkenaan dengan pribadi-pribadi / orang-orang kepada siapa injil harus diberitakan).

Kata-kata ini tidak boleh dimutlakkan. Maksudnya hanya bahwa kita tidak boleh membatasi pemberitaan Injil kepada bangsa / suku bangsa tertentu, orang kaya saja, orang berpendidikan saja, orang dewasa saja, dan sebagainya.

Tetapi jelas bahwa ada perkecualian, terhadap siapa Injil tidak perlu / tidak boleh diberitakan. Perkecualiannya hanyalah orang-orang yang tidak bisa mengerti Injil itu, seperti:

1. Orang gila, kecuali gilanya disembuhkan lebih dulu.

2. Bayi dan anak kecil yang belum bisa mengerti Injil. Bagi mereka ini penginjilannya hanya harus ditunda sampai mereka bisa mengerti.

3. Orang-orang yang mempunyai IQ yang sangat rendah (idiot dsb) sehingga tidak memungkinkan mereka mengerti Injil. Ini berbeda dengan orang yang sekedar bodoh, tetapi bisa diajak bicara. Yang seperti ini bisa diinjili, tetapi Injilnya harus disederhanakan.

4. Orang kerasukan setan seringkali (biarpun tidak selalu) tidak memungkinkan diajak bicara. Bahkan pada saat bisa diajak bicara, saya tidak yakin ia bisa diinjili. Dalam Alkitab kita tidak pernah menjumpai ada penginjilan kepada orang yang sedang dirasuk setan. Jadi, orang yang kerasukan ini harus ditengking dulu setannya, baru diinjili.

Mengapa kita mempunyai perkecualian? Karena ayat harus ditafsirkan dengan memperhatikan ayat-ayat lain dalam Alkitab. Dan ayat-ayat lain jelas menekankan bahwa orang-orang harus mengerti Injil, baru bisa percaya.

Yes 6:9-10 - “(9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.

Mat 13:10-17 - “(10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (16) Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. (17) Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya”.

Yoh 12:39-40 - “(39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.’”.

Mat 13:51 - “Mengertikah kamu semuanya itu?’ Mereka menjawab: ‘Ya, kami mengerti.’”.

Kis 8:30-31 - “(30) Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: ‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’ (31) Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya”.

Mat 13:23 - “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.

c) Selain orang-orang pada point b di atas, maka semua orang, dalam keadaan apapun, harus menjadi obyek penginjilan kita!

The Biblical Illustrator: “if one country in the world is well adapted for this particular system of truth, there are other countries that are altogether different from that country, and what is fit for it cannot be good for the other. ‘Go ye into all the world.’ We keep to our commission; the command is very clear. Well, but some countries are too cold; their icy mountains frown away the fanatics who would go to those shivering wretches gorging their blubber in their snow huts to try and explain to them the mysteries of Christianity, ‘Go into all the world.’ But some countries are too hot; the burning suns, scorching blast, and arid deserts forbid the things that are suited to temperate climes. ‘Go into all the world.’ But some nations are highly civilized, and don’t need your gospel as savage nations do. ‘Go into all the world.’ But some are too barbarous, eating one another, and looking hungrily at you; it’s madness to go and teach them the mysteries of Christianity. ‘Go into all the world.’ But some parts of the world are the homes of ancient idolatries; their gods are visible, and their worship is fortified by the indulgence of cruelty and lust. It is impossible to win such nations to the pure worship of an invisible Spirit. ‘Go into all the world.’ But some nations are the worshippers of one God with a comparatively pure form of faith; why disturb them? ‘Go into all the world.’” (= jika satu negara dalam dunia sesuai dengan baik bagi sistim kebenaran yang khusus ini, maka ada negara-negara lain yang sama sekali berbeda dari negara itu, dan apa yang cocok untuknya tidak bisa baik untuk yang lain. ‘Pergilah ke seluruh dunia’. Kita berpegang pada perintah kita, perintah itu sangat jelas. Ya, tetapi beberapa negara tertalu dingin; gunung-gunung es mereka merengut / mengusir orang-orang fanatik yang pergi kepada orang-orang yang malang yang menggigil yang makan dengan rakus lapisan lemak mereka dalam pondok-pondok salju untuk mencoba dan menjelaskan kepada mereka misteri kekristenan, ‘Pergilah ke seluruh dunia’. Tetapi beberapa negara terlalu panas; matahari yang membakar, ledakan yang amat panas / menghanguskan, dan padang pasir yang kering / gersang melarang hal-hal yang cocok untuk iklim yang sedang. ‘Pergilah ke seluruh dunia’. Tetapi beberapa bangsa berkebudayaan sangat tinggi, dan tidak membutuhkan injilmu seperti bangsa-bangsa yang biadab / ganas / liar. ‘Pergilah ke seluruh dunia’. Tetapi beberapa bangsa terlalu biadab, saling memakan satu sama lain, dan memandang kepadamu dengan lapar; merupakan suatu kegilaan untuk pergi dan mengajar mereka misteri kekristenan. ‘Pergilah ke seluruh dunia’. Tetapi beberapa bagian dari dunia merupakan rumah-rumah dari para penyembah berhala kuno; dewa-dewa mereka terlihat, dan ibadah mereka dibentengi oleh pemuasan dari kekejaman dan nafsu. Adalah mustahil untuk memenangkan bangsa-bangsa seperti itu kepada penyembahan yang murni dari Roh yang tidak bisa dilihat. ‘Pergilah ke seluruh dunia’. Tetapi beberapa bangsa adalah penyembah-penyembah dari satu Allah dengan suatu bentuk yang termasuk murni dari iman; mengapa mengganggu mereka? ‘Pergilah ke seluruh dunia’.).

5) Apa tujuan dari pemberitaan Injil?

a) Keselamatan dari orang-orang yang belum percaya kepada Yesus.

Ro 10:13-15 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? (15) Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’”.

b) Keselamatan dari orang-orang pilihan.

Memang semua orang yang percaya kepada Yesus akan selamat (Kis 16:31), tetapi tidak ada kemungkinan seseorang bisa percaya kepada Yesus kecuali ia adalah orang pilihan.

Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.

Jadi, pada hakekatnya, tujuan dari pemberitaan Injil adalah keselamatan dari orang-orang pilihan.

2Tim 2:8-10 - “(8) Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. (9) Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. (10) Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal”.

The Biblical Illustrator mengutip kata-kata Spurgeon: “By it the elect are to be gathered out” (= Olehnya orang-orang pilihan harus dikumpulkan).

Tetapi karena kita tidak mungkin bisa mengatahui yang mana yang orang pilihan dan yang mana yang bukan, maka kita tetap harus memberitakan Injil kepada semua orang. Jadi, Calvinisme tidak menyebabkan orang tidak memberitakan Injil, kecuali kalau orang itu menerapkan faham Calvinismenya secara salah.

c) Kemuliaan Tuhan.

Perlu kita ketahui bahwa tujuan tertinggi dari penginjilan, bukanlah pertobatan ataupun keselamatan dari orang yang diinjili, tetapi kemuliaan Tuhan.

1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.

Jadi, kita memberitakan Injil, supaya orang-orang bisa percaya dan diselamatkan, dan supaya karena hal itu, atau supaya setelah itu, mereka bisa memuliakan Tuhan.

Itu sebabnya maka kalau dalam penginjilan Injil / Yesusnya justru diejek / dimaki-maki, maka kita harus menghentikan penginjilan itu.

Mat 7:6 - “‘Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.’”.

Yang dimaksudkan dengan ‘anjing’ / ‘babi’ di sini adalah orang-orang yang bukan hanya tidak menghargai injil, tetapi yang juga mengejeknya. Kalau kita memberitakan Injil, dan Tuhannya justru diejek / dipermainkan, maka kita harus menghentikan penginjilan tersebut. Ini memang tidak berarti bahwa kita tidak lagi memberitakan Injil kepada anjing / babi itu untuk selama-lamanya. Kita berhenti memberitakan Injil kepada mereka, lalu mendoakan mereka, lalu mencoba untuk memberitakan Injil lagi. Kalau mereka tetap bersikap sebagai anjing / babi, kita hentikan lagi pemberitaan Injil itu, dst.

6) Bagaimana caranya memberitakan Injil?

The Biblical Illustrator: “What is meant by the word ‘preach’? Its meaning is extensive. It includes all church work for the spread of the gospel” (= Apa yang dimaksudkan dengan kata ‘memberitakan’? Artinya sangat luas. Itu mencakup semua pekerjaan gereja untuk penyebaran injil).

Kata-kata ini juga perlu diwaspadai. Menurut saya tetap harus dibedakan antara pelayanan yang secara tak langsung mendukung penginjilan, dan pelayanan penginjilan secara langsung. Misalnya musikus dalam suatu kebaktian penginjilan, juga mendukung penginjilan itu, tetapi secara tak langsung. Orang-orang yang melakukan pelayanan yang secara tak langsung mendukung penginjilan, tidak boleh puas dengan pelayanan itu, dan menganggap mereka sudah melakukan Amanat Agung. Kapanpun hal itu memungkinkan, mereka sendiri juga harus melakukan pelayanan penginjilan yang langsung.

The Biblical Illustrator: “every living Christian is a preacher. Every prayerful, earnest, godly life is a sermon. There are a hundred ways of preaching Jesus without choosing a Bible text or standing in a pulpit” (= setiap orang Kristen yang hidup adalah seorang pemberita / pengkhotbah. Setiap kehidupan yang penuh dengan doa, sungguh-sungguh, saleh, adalah suatu khotbah. Ada ratusan cara memberitakan Yesus tanpa memilih suatu text Alkitab atau berdiri di mimbar).

Catatan: kalimat yang saya garis-bawahi perlu diwaspadai, karena sering disalah-artikan oleh orang-orang Liberal, dengan mengatakan bahwa kita tidak perlu memberitakan Injil, tetapi cukup berdoa dan hidup baik.

7) Pada waktu memberitakan Injil, kita harus menyerahkan hasilnya kepada Tuhan.

Sekalipun kita harus memberitakan Injil dengan sebaik-baiknya, berdoa semaximal mungkin untuk penginjilan itu, dan berusaha hidup sesaleh mungkin untuk mendukung penginjilan itu, tetapi hasilnya tetap tergantung sepenuhnya kepada Tuhan!

1Kor 3:5-7 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan”.

a) Tuhan bisa mempertobatkan orang dengan cara yang aneh.

The Biblical Illustrator: “A strange messenger: - A professional diver said he had in his house what would probably strike a visitor as a very strange chimney ornament - the shells of an oyster holding fast a piece of printed paper. The possessor of this ornament was diving on the coast, when he observed at the bottom of the sea this oyster on a rock, with a piece of paper in its mouth, which he detached, and commenced to read through the goggles of his headdress. It was a gospel tract, and, coming to him thus strangely and unexpectedly, so impressed his unconverted heart, that he said, ‘I can hold out against God’s mercy in Christ no longer, since it pursues me thus.’ He became, whilst in the ocean’s depth, a repentant, converted, and (as he was assured) sin-forgiven man. Saved at the bottom of the sea” [= Utusan yang aneh: - Seorang penyelam profesional berkata bahwa ia mempunyai di rumahnya apa yang mungkin dianggap seorang pengunjung sebagai suatu hiasan cerobong asap yang sangat aneh - kulit tiram yang memegang / menjepit erat secarik kertas cetakan. Pemilik hiasan ini sedang menyelam di pantai, pada waktu ia memperhatikan di dasar laut tiram ini pada sebuah batu karang, dengan secarik kertas di mulutnya, yang ia sobek / lepaskan dan mulai baca melalui kaca mata selam dari penutup kepalanya. Kertas itu merupakan sebuah traktat injil, dan datang kepadanya dengan cara yang begitu aneh dan tak terduga, begitu mengesankan hatinya yang belum bertobat, sehingga ia berkata, ‘Aku tidak bisa bertahan terhadap / menentang belas kasihan Allah dalam Kristus lebih lama lagi, karena belas kasihan itu mengejar aku seperti itu’. Ia menjadi, pada waktu ada di kedalaman laut, seorang petobat, bertobat, dan (seperti yang ia yakini) orang yang diampuni dosanya. Diselamatkan di dasar laut].

b) Tuhan bisa ‘lambat bekerja’ untuk menguji ketekunan kita.

The Biblical Illustrator: “Success of missions: - Carey and his compeers, the first English Baptist missionaries, laboured seven years before the first Hindoo convert was baptized. Judson toiled on for years without any fruit of his labour, until the few churches in this land which sustained him began to be disheartened. He wrote, ‘Beg the churches to have patience. If a ship were here to carry me to any part of the world, I would not leave my field. Tell the brethren success is as certain as the promise of a faithful God can make it.’ The mission was commenced in 1814. In 1870 there were more than a hundred thousand converts” (= Sukses dari missi: - Carey dan rekan-rekannya, misionaris-misionaris pertama dari Gereja Baptis Inggris, bekerja / berjerih payah 7 tahun sebelum petobat Hindu pertama dibaptis. Judson bekerja keras selama bertahun-tahun tanpa buah apapun dari jerih payahnya, sampai beberapa gereja di negara ini yang menyokongnya mulai kecil hati. Ia menulis, ‘Mintalah gereja-gereja itu untuk mempunyai kesabaran. Seandainya sebuah kapal ada di sini untuk membawaku ke bagian manapun dari dunia ini, aku tidak akan meninggalkan ladangku. Beritahu saudara-saudara bahwa sukses adalah sama pastinya seperti janji yang bisa dibuat oleh Allah yang setia’. Missi itu dilanjutkan pada tahun 1841. Pada tahun 1870 ada lebih dari 100.000 petobat).

Markus 16:1-20(6)

Markus 16: 16: “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”.

Bible Knowledge Commentary: “Though the New Testament writers generally assume that under normal circumstances each believer will be baptized, 16:16 does not mean that baptism is a necessary requirement for personal salvation. The second half of the verse indicates by contrast that one who does not believe the gospel will be condemned by God (implied) in the day of final judgment (cf. 9:43-48). The basis for condemnation is unbelief, not the lack of any ritual observance. ... Thus the only requirement for personally appropriating God’s salvation is faith in Him (cf. Rom 3:21-28; Eph 2:8-10)” [= Sekalipun penulis-penulis Perjanjian Baru secara umum menganggap bahwa di bawah kondisi yang normal setiap orang percaya akan dibaptis, 16:16 tidak berarti bahwa baptisan adalah syarat yang perlu untuk keselamatan pribadi. Setengah bagian yang kedua dari ayat itu menunjukkan oleh kontras bahwa orang yang tidak percaya injil akan dihukum oleh Allah (secara implicit) pada hari penghakiman terakhir (bdk. 9:43-48). Dasar dari penghukuman adalah ketidak-percayaan, bukan tidak adanya ketaatan yang bersifat upacara yang manapun. ... Jadi, satu-satunya syarat untuk secara pribadi mengambil keselamatan Allah bagi diri sendiri adalah iman kepadaNya (bdk. Ro 3:21-28; Ef 2:8-10)].

A. T. Robertson: “‎The omission of baptized with ‘disbelieveth’ would seem to show that Jesus does not make baptism essential to salvation. Condemnation rests on disbelief, not on baptism. So salvation rests on belief. Baptism is merely the picture of the new life not the means of securing it. So serious a sacramental doctrine would need stronger support anyhow than this disputed portion of Mark” (= Penghapusan / penghilangan dari ‘dibaptis’ dengan ‘tidak percaya’ kelihatannya menunjukkan bahwa Yesus tidak membuat baptisan mutlak perlu untuk keselamatan. Penghukuman disandarkan pada ketidak-percayaan, bukan pada baptisan. Jadi keselamatan didasarkan pada kepercayaan. Baptisan adalah semata-mata gambaran dari kehidupan yang baru, bukan cara untuk memastikan hal itu. Doktrin tentang sakramen yang begitu serius memerlukan dukungan yang lebih kuat dari bagian yang diperdebatkan dari Markus ini).

Wycliffe Bible Commentary: “This verse has been used by some to attempt to prove that baptism is necessary for salvation. In the first place, the fact that the statement appears only in this questionable conclusion to the book of Mark should indicate the need for caution in the use of the verse as a proof-text. And then, it should be noted that in the second half of the verse the only basis for condemnation is a refusal to believe. It may therefore be concluded that the only basis of salvation is belief. Such an interpretation is in full harmony with the teaching of the NT as a whole on the subject (cf. Rom 3:28; Eph 2:8-9)” [= Ayat ini telah digunakan oleh beberapa orang untuk berusaha membuktikan bahwa baptisan adalah perlu untuk keselamatan. Pertama, fakta bahwa pernyataan itu muncul hanya di penutup yang dipertanyakan bagi kitab Markus ini harus menunjukkan perlunya kehati-hatian dalam penggunaan dari ayat ini sebagai suatu ayat bukti. Dan lalu, harus diperhatikan bahwa dalam separuh kedua dari ayat itu satu-satunya dasar untuk penghukuman adalah suatu penolakan untuk percaya. Karena itu bisa disimpulkan bahwa satu-satunya dasar dari keselamatan adalah kepercayaan. Penafsiran seperti itu sesuai sepenuhnya dengan ajaran dari PB secara keseluruhan tentang pokok ini (bdk. Ro 3:28 Efesus 2:8-9)].

Roma 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.

Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Ada 3 hal yang ingin saya berikan sebagai komentar terhadap kata-kata Wycliffe dan A. T. Robertson ini:

1) Memang ada orang-orang yang menggunakan ayat ini sebagai ayat bukti bahwa keselamatan didapatkan bukan hanya dengan iman saja, tetapi dengan iman + baptisan. Contoh: Gereja Roma Katolik.

‘Catechism of the Catholic Church’ No 977: “Our Lord tied the forgiveness of sins to faith and Baptism: ‘Go into all the world and preach the gospel to the whole creation. He who believes and is baptized will be saved.’ Baptism is the first and chief sacrament of forgiveness of sins because it unites us with Christ, who died for our sins and rose for our justification, so that ‘we too might walk in newness of life.’” (= Tuhan kita mengikatkan / menghubungkan pengampunan dosa-dosa kepada iman dan baptisan: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan’. Baptisan adalah sakramen yang pertama dan terutama dari pengampunan dosa-dosa karena itu mempersatukan kita dengan Kristus, yang telah mati untuk dosa-dosa kita dan bangkit untuk pembenaran kita, sehingga ‘kita juga bisa berjalan dalam hidup yang baru’.).

Catatan: dalam kutipan ini ada dua ayat yang dikutip, yang pertama dari Mark 16:15-16 (tetapi kurang ajarnya adalah bahwa potongan terakhir dari Mark 16:16 dibuang!), dan yang kedua dari Ro 6:4.

‘Catechism of the Catholic Church’ No 980: “It is through the sacrament of Penance that the baptized can be reconciled with God and with the Church: Penance has rightly been called by the holy Fathers ‘a laborious kind of baptism.’ This sacrament of Penance is necessary for salvation for those who have fallen after Baptism, just as Baptism is necessary for salvation for those who have not yet been reborn.” (= Adalah melalui sakramen pengampunan / pengakuan dosa bahwa orang yang telah dibaptis bisa diperdamaikan dengan Allah dan dengan Gereja: Pengampunan / pengakuan dosa secara benar telah disebut oleh Bapa-bapa kudus ‘suatu jenis baptisan yang membutuhkan banyak tenaga / jerih payah’. Sakramen pengampunan / pengakuan dosa ini perlu untuk keselamatan bagi mereka yang telah jatuh setelah baptisan, sama seperti Baptisan adalah perlu untuk keselamatan bagi mereka yang belum dilahirkan kembali).

‘Catechism of the Catholic Church’ No 1213: “Holy Baptism is the basis of the whole Christian life, the gateway to life in the Spirit (vitae spiritualis ianua), and the door which gives access to the other sacraments. Through Baptism we are freed from sin and reborn as sons of God; we become members of Christ, are incorporated into the Church and made sharers in her mission: ‘Baptism is the sacrament of regeneration through water in the word.’” [= Baptisan Kudus adalah dasar dari seluruh kehidupan Kristen, pintu gerbang pada kehidupan dalam Roh (vitae spiritualis ianua), dan pintu yang memberikan jalan masuk kepada sakramen-sakramen yang lain. Melalui Baptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah; kita menjadi anggota-anggota dari Kristus, dimasukkan / digabungkan ke dalam Gereja dan dibuat pengambil bagian dalam missinya: ‘Baptisan adalah sakramen dari kelahiran baru melalui air dalam firman’].

Catatan: sebetulnya ada jauh lebih banyak lagi point-point dalam ‘Catechism of the Catholic Church’ yang menekankan mutlak perlunya baptisan untuk keselamatan, tetapi saya tidak memberikan semuanya di sini.

Pulpit Commentary: “A great alternative is propounded. There is no middle course supposed. Belief and baptism are the condition of salvation; disbelief ensures condemnation” (= Suatu alternatif / pilihan diajukan. Di sana dianggap tidak ada jalan tengah. Kepercayaan dan baptisan adalah syarat dari keselamatan; ketidak-percayaan memastikan penghukuman).

Catatan: kata-kata yang saya beri garis bawah ganda salah / sesat! Jadi penafsiran yang seperti tafsiran Katolik ini, juga ada dalam kalangan Protestan!

2) Saya kira ada ayat lain, yang tidak diragukan keasliannya, yang juga berbicara dengan nada serupa, yaitu Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Karena itu, tidak cukup untuk menentang perlunya baptisan untuk keselamatan dengan mengatakan bahwa Mark 16:16 itu palsu. Kita harus menafsirkan ayat-ayat seperti itu dengan menafsirkannya bersama-sama dengan seluruh ayat-ayat lain dalam Alkitab, yang berbicara tentang hal itu.

3) Kalau kita mau menyoroti Markus 16:16 saja, maka apa yang harus diperhatikan dari ayat ini adalah bagian negatifnya yang mengatakan ‘siapa yang tidak percaya akan dihukum’, tanpa kata-kata ‘tidak dibaptis’!!!

Calvin: “Baptism is joined to the faith of the gospel, in order to inform us that the mark of our salvation is engraved on it; for had it not served to testify the grace of God, it would have been improper in Christ to have said, that they who shall believe and be baptized shall be saved. Yet, at the same time, we must hold that it is not required as absolutely necessary to salvation, so that all who have not obtained it must perish; for it is not added to faith, as if it were the half of the cause of our salvation, but as a testimony. I readily acknowledge that men are laid under the necessity of not despising the sign of the grace of God; but though God uses such aids in accommodation to the weakness of men, I deny that his grace is limited to them. In this way we will say that it is not necessary in itself, but only with respect to our obedience” (= Baptisan digabungkan dengan iman dari injil, untuk memberi informasi kepada kita bahwa tanda dari keselamatan kita diukirkan padanya; karena seandainya itu tidak berguna untuk memberi kesaksian tentang kasih karunia Allah, maka adalah tidak benar bagi Kristus untuk mengatakan bahwa mereka yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan. Tetapi pada saat yang sama, kita harus memegang / mempercayai bahwa itu tidaklah diperlukan / diharuskan sebagai keperluan secara mutlak bagi keselamatan, sehingga semua yang tidak / belum mendapatkannya harus binasa; karena hal itu tidak ditambahkan pada iman, seakan-akan itu adalah setengah dari penyebab dari keselamatan kita, tetapi sebagai suatu kesaksian. Saya siap untuk mengakui bahwa manusia diletakkan di bawah keharusan untuk tidak meremehkan tanda dari kasih karunia Allah; tetapi sekalipun Allah menggunakan bantuan / pertolongan seperti itu untuk menyesuaikan dengan kelemahan manusia, saya menyangkal bahwa kasih karuniaNya dibatasi pada mereka. Dengan cara ini kami mengatakan bahwa itu bukanlah perlu dalam dirinya sendiri, tetapi hanya berkenaan dengan ketaatan kita).

Matthew Henry: “Dr. Whitby here observes, that they who hence infer ‘that the infant seed of believers are not capable of baptism, because they cannot believe, must hence also infer that they cannot be saved; faith being here more expressly required to salvation than to baptism. And that in the latter clause baptism is omitted, because it is not simply the want of baptism, but the contemptuous neglect of it, which makes men guilty of damnation, otherwise infants might be damned for the mistakes or profaneness of their parents.’” (= Dr. Whitby di sini mengamati, bahwa mereka yang dari sini menyimpulkan ‘bahwa benih bayi dari orang-orang percaya tidak boleh dibaptis karena mereka tidak bisa percaya, karena hal itu harus juga menyimpulkan bahwa mereka tidak bisa diselamatkan; karena iman di sini dibutuhkan dengan lebih jelas bagi keselamatan dari pada bagi baptisan. Dan bahwa dalam anak kalimat belakangan baptisan dihapuskan, karena bukanlah sekedar karena tidak adanya baptisan, tetapi kelalaian yang bersifat menghina / merendahkan terhadapnya, yang membuat orang-orang bersalah yang menyebabkan penghukuman, atau bayi-bayi bisa dihukum untuk kesalahan-kesalahan atau keduniawian dari orang tua mereka’).

Barnes’ Notes: “It is worthy of remark that Jesus has made ‘baptism’ of so much importance. He did not say, indeed, that a man could not be saved without baptism, but he has strongly implied that where this is neglected ‘knowing it to be a command of the Saviour,’ it endangers the salvation of the soul. Faith and baptism are the beginnings of a Christian life: the one the beginning of piety in the soul, the other of its manifestation before men or of a profession, of religion” (= Layak diperhatikan bahwa Yesus telah membuat ‘baptisan’ begitu penting. Ia memang tidak berkata bahwa seseorang tidak bisa diselamatkan tanpa baptisan, tetapi Ia secara kuat menunjukkan secara implicit bahwa dimana hal ini diabaikan ‘dengan mengetahuinya sebagai suatu perintah dari sang Juruselamat’, itu membahayakan keselamatan dari jiwa. Iman dan baptisan adalah permulaan dari suatu kehidupan Kristen: yang satu permulaan dari kesalehan dalam jiwa, yang lain dari manifestasi / perwujudannya di hadapan manusia atau dari suatu pengakuan, tentang / dari agama).

Pulpit Commentary: “He that believeth and is baptized shall be saved; but he that disbelieveth shall be condemned. These words are very important. The first clause opposes the notion that faith alone is sufficient for salvation, without those works which are the fruit of faith. He that believeth and is baptized shall be saved; that is, he that believeth, and as an evidence of his faith accepts Christ’s baptism, and fulfils the promises and vows which he then took upon himself, working out his own salvation with fear and trembling, shall be saved” (= Ia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan; tetapi ia yang tidak percaya akan dihukum. Kata-kata ini sangat penting. Anak kalimat yang pertama menentang pikiran / gagasan bahwa iman saja cukup untuk keselamatan, tanpa pekerjaan / perbuatan baik itu, yang adalah buah dari iman. Ia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan; artinya, ia yang percaya, dan sebagai suatu bukti dari imannya menerima baptisan Kristus, dan menggenapi janji-janji dan nazar-nazar yang pada saat itu ia ambil bagi dirinya sendiri, mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar, akan diselamatkan).

Lenski: “Nothing is said about those who never hear the gospel and thus never get to believe or to disbelieve; the Scripture leave their fate in God’s hands, and it is vain for us to speculate.” (= Tidak ada apapun yang dikatakan tentang mereka yang tidak pernah mendengar injil dan karena itu tidak pernah percaya atau tidak percaya; Kitab Suci meninggalkan / menyerahkan nasib mereka dalam tangan Allah, dan adalah sia-sia bagi kita untuk berspekulasi) - hal 767.

Kata-kata ini tolol dan salah, bahkan berbau kesesatan. Kalau text ini tidak berkata-kata apapun tentang orang yang tidak pernah mendengar injil, maka seharusnya Lenski tidak berbicara apapun tentang hal itu. Ia seharusnya mencari ayat-ayat lain dalam Alkitab yang memang berbicara tentang hal itu. Dengan mengatakan kata-kata tolol ini, itu berarti Lenski membuka kemungkinan selamat bagi orang-orang yang tidak pernah mendengar injil. Ini menjadi sama dengan komentar Stephen Tong tentang Khong Hu Cu. Ini salah dan sesat! Orang yang tidak pernah mendengar tentang Yesus juga akan binasa / masuk neraka! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, lalu untuk apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain seperti:

a) Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.

Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di luar Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum Taurat, dikatakan ‘binasa tanpa hukum Taurat’. Analoginya, dalam jaman Perjanjian Baru, orang yang tidak pernah mendengar Injil, akan ‘binasa tanpa Injil’!

b) Roma 10:13-14 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.

Text ini membentuk suatu rantai. Orang yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia tidak akan bisa berseru kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia tidak akan bisa percaya kepada Tuhan kalau ia tidak pernah mendengar tentang Dia. Dan ia tidak akan bisa mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang memberitakan Injil kepadaNya.

Jadi, kalau tidak ada orang yang memberitakan Injil kepadanya, ia tidak bisa mendengar tentang Dia, sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya, sehingga tidak bisa diselamatkan.

c) Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.

Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti tidak selamat. Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke tempat-tempat yang belum pernah dijangkau Injil.

Markus 16: 17-18: “(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’”.

1) Text ini jadi masalah, karena rasanya tak ada paralelnya sama sekali dalam ketiga Injil yang lain.

Karena diragukannya / diperdebatkannya Markus 16:9-20, dan karena Markus 16:17-18 ini tidak punya dukungan apapun dari bagian-bagian lain dari Alkitab, maka saya tidak mau menerima ajaran apapun yang hanya didasarkan pada Mark 16:17-18 ini!

2) “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya”.

a) Pro kontra tentang ay 17-18 ini.

J. A. Alexander: “This is one of the grounds, on which the sceptical critics would reject this passage as a spurious addition to the gospel, while to others, free from such dogmatic prepossessions, it is rather a confirmation of its authenticity and genuineness” (= Ini adalah salah satu dasar, pada mana pengkritik yang skeptis menolak text ini sebagai suatu penambahan palsu kepada injil, sementara bagi yang lain, yang bebas dari pra kepemilikan dogma seperti itu, itu malah merupakan suatu konfirmasi dari kebenaran dan keasliannya) - hal 443.

Tanggapan saya:

1. Saya tak pernah tahu ada penafsir yang menggunakan Markus 16: 17-18 sebagai dasar untuk menyatakan kepalsuan Markus 16:9-20!

2. Saya tidak mengerti bagaimana ayat-ayat ini bisa merupakan suatu konfirmasi tentang kebenaran dan keaslian Markus 16:9-20. Ini kata-kata yang sangat tidak masuk akal!

Pulpit Commentary: “It may be observed of this passage, that no one could have interpolated it after the cessation of the signs to which it refers, which took place very early” (= Bisa diperhatikan tentang text ini, bahwa tak seorangpun bisa telah menyisipkan / menambahkannya setelah penghentian dari tanda-tanda pada mana itu menunjuk, yang terjadi sangat awal).

Catatan: kata-kata itu ia gunakan sebagai bukti kalau Mark 16:9-20 itu asli. Maksudnya adalah, tanda-tanda itu berhenti sangat awal, dan karena itu tidak mungkin ada orang yang bisa menyisipkan Markus 16:9-20 itu. Jadi, itu pasti asli.

Tanggapan saya:

1. Tidak ada orang yang tahu kapan tanda-tanda itu berhenti. Ia hanya mengatakan ‘sangat awal’, tetapi kapan? Sebelum kematian rasul Yohanes? Atau sesudahnya? Kalau sebelumnya, maka memang rasul itu rasanya tidak akan mengijinkan peredaran injil yang sudah diberi tambahan. Tetapi kalau sesudahnya? Itu tetap sangat awal, karena Yohanes mati pada akhir abad pertama. Penambahan bisa terjadi pada awal abad kedua.

2. Orang-orang yang tidak menerima Markus 16:9-20, menganggap bahwa ‘bahasa-bahasa yang baru’ (bahasa Roh) merupakan istilah Kisah Rasul, karena baru ada setelah hari Pentakosta (Kis 2). Jadi, ini rasanya tidak mungkin termasuk pada injil. Karena itu, bagian ini dianggap sebagai penambahan.

b) Kebanyakan penafsir menganggap bahwa janji Yesus di sini bersifat sementara.

Pulpit Commentary: “‘And these signs shall follow them that believe.’ Such evidences were necessary in the first dawn of Christianity, to attract attention to the doctrine; but our Lord’s words do not mean that they were to be in perpetuity, as a continually recurring evidence of the truth of Christianity” (= ‘Dan tanda-tanda ini akan menyertai mereka yang percaya’. Bukti-bukti seperti itu perlu pada permulaan dari kekristenan, untuk menarik perhatian pada doktrin / ajaran; tetapi kata-kata Tuhan kita tidak berarti bahwa hal-hal itu akan ada untuk selama-lamanya, sebagai suatu bukti dari kebenaran kekristenan yang muncul berulang kali terus menerus).

Lenski: “The miraculous gifts were seals that were appended to the gospel preaching in the early days only” (= Karunia-karunia yang bersifat mujijat adalah meterai-meterai yang dibubuhkan / ditambahkan pada pemberitaan injil hanya pada jaman awal / mula-mula) - hal 771.

Pulpit Commentary: “Why they were given. It was to authenticate the message and the messengers. ... Why they were withdrawn. When this exactly was we cannot perhaps decide; but as the purpose of their bestowal was temporary, it is evident that when this purpose was answered, and Christianity was launched upon the waters of the world, it was in accordance with Divine wisdom that miracles should cease” [= Mengapa mereka (tanda-tanda itu) diberikan. Itu adalah untuk membuktikan kebenaran dari berita dan pemberitanya. ... Mengapa mereka (tanda-tanda itu) ditarik kembali. Kapan persisnya ini terjadi kita mungkin tidak bisa menentukan; tetapi karena tujuan dari pemberian tanda-tanda itu adalah sementara, adalah jelas bahwa pada waktu tujuan ini terpenuhi, dan kekristenan sudah diluncurkan di atas lautan dunia, adalah sesuai dengan hikmat ilahi bahwa mujijat-mujijat itu harus berhenti].

Barnes’ Notes: “These signs were shown in the case of the apostles and early Christians. The infidel cannot say that the promise has not been fulfilled unless he can show that this never occurred; the Christian should be satisfied that the promise was fulfilled if these miracles were ever actually wrought, though they do not occur now; and the believer now should not expect a miracle in his case. Miracles were necessary for the establishment of religion in the world; they are not necessary for its continuance now” (= Tanda-tanda ini ditunjukkan dalam kasus dari rasul-rasul dan orang-orang Kristen mula-mula. Orang kafir tidak bisa berkata bahwa janji itu tidak digenapi kecuali ia bisa menunjukkan bahwa ini tidak pernah terjadi; orang Kristen harus puas bahwa janji itu digenapi jika mujijat-mujijat itu betul-betul pernah dibuat, sekalipun tanda-tanda itu tidak terjadi sekarang; dan orang percaya jaman sekarang tidak boleh mengharapkan suatu mujijat dalam kasusnya. Mujijat-mujijat perlu untuk pendirian / penegakan dari agama dalam dunia; mereka tidak perlu untuk kelanjutan agama itu sekarang).

Catatan: saya tidak setuju kalau pada jaman sekarang kita secara mutlak tidak boleh mengharapkan mujijat!

Calvin: “Though Christ does not expressly state whether he intends this gift to be temporary, or to remain perpetually in his Church, yet it is more probable that miracles were promised only for a time, in order to give luster to the gospel, while it was new and in a state of obscurity. ... I think that the true design for which miracles were appointed was, that nothing which was necessary for proving the doctrine of the gospel should be wanting at its commencement. And certainly we see that the use of them ceased not long afterwards, or, at least, that instances of them were so rare as to entitle us to conclude that they would not be equally common in all ages” (= Sekalipun Kristus tidak secara explicit / jelas menyatakan apakah Ia memaksudkan karunia ini hanya untuk sementara, atau untuk tetap ada selama-lamanya dalam GerejaNya, tetapi adalah lebih mungkin bahwa mujijat-mujijat itu dijanjikan hanya untuk sementara waktu, untuk memberikan kilauan / kemasyhuran kepada injil, pada waktu injil itu masih baru dan dalam keadaan tidak dikenal. ... Saya berpikir / menganggap bahwa rancangan yang benar untuk mana mujijat-mujijat ditetapkan adalah, bahwa tak ada apapun yang perlu untuk membuktikan doktrin dari injil harus kekurangan pada permulaannya. Dan pasti kita melihat bahwa penggunaan dari mereka berhenti tidak lama setelahnya, atau sedikitnya, bahwa contoh-contoh dari mereka adalah begitu jarang sehingga memberikan hak kepada kita untuk menyimpulkan bahwa mereka tidak akan sama umumnya dalam semua jaman).

Ada beberapa alasan yang menyebabkan saya sukar menerima bahwa janji Yesus ini bersifat sementara:

1. Di antara tanda-tanda itu terdapat bahasa Roh. Memang tentang bahasa Roh inipun kebanyakan penafsir menganggapnya sebagai sudah tidak ada lagi pada jaman sekarang. Tetapi ini menurut saya rasanya tidak mungkin, karena bahasa Roh disebutkan sebagai salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus (1Kor 12:8-10,28-30), dan juga 1Kor 13:8-10 kelihatannya menunjukkan bahwa baik nubuat maupun bahasa Roh baru berhenti pada akhir jaman / kedatangan Kristus yang keduakalinya.

1Kor 12:8-11,28-30 - “(8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya. ... (28) Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.

1Korintus 13:8-10 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”.

2. Di antara tanda-tanda itu juga ada penyembuhan dan pengusiran setan. Apakah keduanya juga harus berhenti? Ini rasanya tidak masuk akal. Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang Kristen jika ada orang yang kerasukan setan? Dan karunia penyembuhan jelas juga masuk dalam daftar karunia-karunia (1Korintus 12:9).

Tetapi masih mungkin untuk menganggap bahwa janji ini berlaku sementara untuk orang-orang yang memberitakan Injil. Jadi, pada jaman itu, orang-orang Kristen yang memberitakan Injil disertai dengan tanda-tanda itu, tetapi pada jaman sekarang tidak.

Sedangkan 1Korintus 12:8-10 merupakan sesuatu yang bersifat umum, berlaku untuk semua orang Kristen, dan tak ada hubungannya dengan pemberitaan Injil.

c) Selain menafsirkan bahwa hal itu bersifat sementara, J. A. Alexander memberikan alternatif penafsiran-penafsiran yang lain.

J. A. Alexander: “As the miracles here mentioned were to serve as signs or proofs, their end would be attained without their being universal, i.e. by their being bestowed upon many, or even on a few, who may possibly be those represented as ‘believing,’ not with a saving faith merely but a special faith of miracles ... Or the promise may be to believers as a body, though it was to be fulfilled in the experience of only some. And as this whole discourse has reference to the planting and extension of the church in the first ages, the presumption, even from its terms, would be, that these miraculous endowments were a temporary gift, a presumption since confirmed by the experience of the church, although the time cannot be ascertained at which they wholly ceased” (= Karena mujijat-mujijat yang disebutkan di sini berfungsi sebagai tanda atau bukti, tujuan mereka tercapai tanpa harus bersifat universal, yaitu dengan diberikannya mereka kepada banyak orang, atau bahkan kepada sedikit orang, yang mungkin adalah mereka yang digambarkan sebagai ‘orang-orang percaya’, bukan hanya semata-mata dengan ‘iman yang menyelamatkan’, tetapi dengan ‘iman khusus tentang mujijat-mujijat’ ... Atau janji itu bisa bagi orang-orang percaya sebagai suatu tubuh, sekalipun itu harus digenapi dalam pengalaman dari hanya beberapa orang. Dan karena seluruh percakapan ini mempunyai referensi pada penanaman dan perluasan dari gereja pada abad pertama, anggapannya, bahkan dari istilah-istilahnya, adalah bahwa pemberian-pemberian yang bersifat mujijat ini adalah karunia sementara, suatu anggapan yang dianggap benar karena dikonfirmasikan oleh pengalaman dari gereja, sekalipun tak bisa dipastikan saatnya dimana mereka seluruhnya berhenti) - hal 442.

Catatan: bagi saya, bagian yang saya garis-bawahi itu rasanya merupakan penafsiran yang terlalu dipaksakan, dan tak sesuai dengan kontextnya (bdk. Markus 16:20).

d) Siapa ‘orang-orang percaya’, bagi siapa janji Yesus ini berlaku?

James M Gray: “These signs did not follow all even in the apostles’ time, but they did follow some. And if they do not follow now, it is because there are other evidences more suitable for the later periods of Christianity. As a matter of fact, such signs do still follow the preaching of the gospel on foreign mission fields, and doubtless will be practically universal again as the end of the age draws near and the coming of the King” (= Tanda-tanda ini tidak mengikuti mereka semua bahkan pada jaman rasul-rasul, tetapi tanda-tanda itu mengikuti beberapa dari mereka. Dan jika tanda-tanda itu tidak mengikuti sekarang, itu adalah karena ada bukti-bukti lain yang lebih cocok untuk periode-periode belakangan dari kekristenan. Dalam faktanya / sesungguhnya, tanda-tanda seperti itu tetap mengikuti pemberitaan injil di ladang-ladang missi yang asing, dan tak diragukan akan secara praktis menjadi bersifat universal lagi pada waktu akhir jaman dan kedatangan sang Raja mendekat) - AGES vol 15.

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu tak berdasar dan saya anggap tidak Alkitabiah. Entah ia mendapatkan itu dari mana. Yang akan menjadi banyak pada akhir jaman adalah mujijat-mujijat palsu.

Calvin: “When he says that believers will receive this gift, we must not understand this as applying to every one of them; for we know that gifts were distributed variously, so that the power of working miracles was possessed by only a few persons” (= Pada waktu Ia berkata bahwa orang-orang percaya akan menerima karunia ini, kita tidak boleh menganggap ini sebagai berlaku bagi setiap orang dari mereka; karena kita tahu bahwa karunia-karunia didistribusikan secara berbeda-beda, sehingga kuasa mengerjakan mujijat-mujijat dimiliki oleh hanya sedikit orang).

Adam Clarke: “‘Them that believe.’ The believers, as we express it; i.e. the apostles, and all those who in those primitive times were endued with miraculous powers, for the confirmation of the doctrines they preached” (= ‘Mereka yang percaya’. Orang-orang percaya, seperti kami menyatakannya, yaitu rasul-rasul, dan semua mereka yang pada jaman kuno / awal itu diperlengkapi dengan kuasa-kuasa yang bersifat mujijat, untuk / sebagai konfirmasi dari doktrin-doktrin yang mereka khotbahkan).

Tentang kata-kata ‘orang-orang yang percaya’, Bible Works 7 memberikan penjelasan: “pisteu,sasin verb participle aorist active dative masculine plural from pisteu,w” (= PISTEUSASIN kata kerja, participle, lampau, aktif, dative, laki-laki, jamak, dari PISTEUO).

NASB: ‘those who have believed’ (= mereka yang telah percaya).

Catatan: setahu saya dari Kitab Suci - Kitab Suci bahasa Inggris hanya NASB yang menterjemahkan dalam bentuk lampau / perfect.

Kalau terjemahan NASB ini memang benar, maka yang dimaksud dengan ‘orang-orang percaya’ di sini adalah ‘orang-orang yang sudah percaya’, bukan orang-orang yang akan percaya’.

Menurut saya lebih baik untuk menafsirkan seperti ini, yaitu bahwa kata-kata ‘orang-orang percaya’ dalam Markus 16:17a menunjuk kepada rasul-rasul (atau kepada rasul-rasul dan orang-orang yang hadir pada saat itu), kepada siapa Yesus saat itu sedang berbicara. Hanya bagi merekalah janji tentang tanda-tanda itu berlaku, pada saat mereka memberitakan Injil. Dan Mark 16:20 kelihatannya mendukung hal ini.

Markus 16:20 - “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.

pandangan menafsirkan seperti ini, juga berarti bahwa pada jaman sekarang janji Yesus ini tak ada lagi penggenapannya. Tetapi bukan karena janjiNya bersifat sementara, tetapi karena orang-orang kepada siapa janji itu diberikan, sudah tidak ada lagi.

e) Bahayanya pengejaran mujijat-mujijat.

Mengingat bahwa pada jaman sekarang banyak orang Kristen, khususnya dari kalangan Pentakosta dan Kharismatik, yang begitu tergila-gila dan mengejar mujijat-mujijat, maka saya memberikan kata-kata Calvin di bawah ini, yang memberi peringatan kepada orang-orang seperti itu.

Calvin: “Yet those who came after them, that they might not allow it to be supposed that they were entirely destitute of miracles, were led by foolish avarice or ambition to forge for themselves miracles which had no reality. Thus was the door opened for the impostures of Satan, not only that delusions might be substituted for truth, but that, under the pretense of miracles, the simple might be led aside from the true faith. And certainly it was proper that men of eager curiosity, who, not satisfied with lawful proof, were every day asking new miracles, should be carried away by such impostures. This is the reason why Christ, in another passage, foretold that the reign of Antichrist would be full of ‘lying signs,’ (Matthew 24:24;) and Paul makes a similar declaration, (2 Thessalonians 2:9.)” [= Tetapi mereka yang mengejarnya, sehingga mereka tidak mengijinkan untuk dianggap bahwa mereka miskin / tak mempunyai mujijat-mujijat, dibimbing oleh ketamakan atau ambisi yang tolol untuk memalsukan bagi diri mereka sendiri mujijat-mujijat yang tidak mempunyai kenyataan. Maka pintu terbuka bagi penipuan Iblis, bukan hanya supaya khayalan bisa menggantikan kebenaran, tetapi supaya, di bawah kepura-puraan dari mujijat-mujijat, orang-orang yang sederhana bisa disesatkan dari iman yang benar. Dan pasti merupakan sesuatu yang benar, bahwa orang-orang yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar, yang tidak puas dengan bukti yang sah, setiap hari meminta mujijat-mujijat yang baru, dipengaruhi / dipesonakan oleh penipu-penipu seperti itu. Inilah alasan mengapa Kristus, dalam text yang lain, meramalkan bahwa pemerintahan sang Anti Kristus akan penuh dengan ‘tanda-tanda palsu’ (Mat 24:24); dan Paulus membuat pernyataan yang serupa (2Tes 2:9)].

Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.

2Tesalonika 2:9 - “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu”.

Markus 16:1-20(7)

Markus 16: 17-18: “(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’”.

3) Lima tanda yang dijanjikan, dan pembahasannya secara individuil.

a) “mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu”.

Barnes’ Notes: “‘In my name.’ By my authority, and using the power that I would in such cases, if bodily present. This was done; and in this they differed essentially from the manner in which Jesus himself wrought miracles. He did it in ‘his own name,’ and as possessing original, underived authority. See the account of his stilling the sea (Matthew 8:26, etc.); of his healing the sick (Matthew 9:5,6); of his raising Lazarus, John 11. The prophets spoke ‘in the name of the Lord.’ The apostles did likewise, Acts 3:6, etc. There was, therefore, an important difference between Jesus and all the other messengers that God has sent into the world. He acted in his own name; they in the name of another. He wielded his own power; they were the instruments by which God put forth the omnipotence of his arm to save. He was therefore God; they were men of like passions as other men, Acts 14:15” [= ‘Dalam / demi namaKu’. Oleh / dengan otoritasKu, dan menggunakan kuasa yang Kugunakan dalam kasus-kasus seperti itu seandainya Aku hadir secara jasmani. Ini dilakukan; dan dalam hal ini mereka berbeda secara hakiki dengan cara dalam mana Yesus sendiri melakukan mujijat-mujijat. Ia melakukan ‘dalam namaNya sendiri’, dan sebagai orang yang mempunyai otoritas yang orisinil, dan tidak didapatkan (dari orang lain). Lihat cerita tentang penenangan laut (Mat 8:26, dst); tentang penyembuhan orang sakit (Mat 9:5,6); tentang pembangkitan Lazarus, Yoh 11. Nabi-nabi berbicara ‘dalam nama Tuhan’. Rasul-rasul juga melakukan hal yang sama, Kis 3:6, dst. Karena itu, ada perbedaan penting antara Yesus dan semua utusan-utusan lain yang telah Allah kirimkan ke dalam dunia. Ia bertindak dalam namaNya sendiri; mereka dalam nama orang lain. Ia menggunakan kuasaNya sendiri; mereka adalah alat-alat dengan mana Allah mengeluarkan kemaha-kuasaan dari lenganNya untuk menyelamatkan. Karena itu Ia adalah Allah; mereka (nabi dan rasul) adalah manusia-manusia dengan perasaan-perasaan yang sama seperti orang-orang lain, Kis 14:15].

Kata-kata di atas ini perlu saudara ingat kalau saudara mau membuktikan keilahian Yesus dengan menunjukkan bahwa Ia maha kuasa, karena bisa melakukan mujijat-mujijat. Saksi-Saksi Yehuwa akan menjawab bahwa para rasul dan nabi juga melakukan mujijat-mujijat. Apakah itu berarti mereka juga maha kuasa, dan karena itu adalah Allah?

b) “mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka”.

Barnes’ Notes: “Shall speak other languages than their native language” (= Akan berbicara bahasa-bahasa lain dari bahasa asli mereka).

UBS New Testament Handbook Series: “‎kainais ‘new’ is omitted by Westcott and Hort, and Taylor, but included by the great majority of editions of the Greek text. ... It is to be presumed, however, that the meaning here is the same as that in Acts 2:4-11, rather than that in 1 Cor 14 (it should be observed, however, that nowhere else is the phrase ‘speak in new tongues’ used: in Acts 2:4 ‘speak in other tongues’ is used, while 1 Cor 14 has simply ‘to speak in tongues’ or, ‘a tongue’). ‎gloossa ‘tongue,’ meaning here ‘language’ (the word is not used in this sense in Mark - cf. Mark 7:33). ‎kainee ‘‎new’: the meaning here is, presumably, ‘new (i.e. strange) ‎to the one speaking it’ ‎not necessarily ‘new’ in the sense of a heretofore unknown language” [= KAINAIS ‘baru’ dihapuskan oleh Westcott dan Hort, dan Taylor, tetapi dimasukkan oleh mayoritas yang besar dari edisi-edisi dari Text Yunani. ... Tetapi harus dianggap bahwa artinya di sini adalah sama dengan kata itu dalam Kis 2:4-11, dan bukannya dengan dalam 1Kor 14 (tetapi harus diperhatikan bahwa tidak ada dimanapun ungkapan ‘berbicara dalam bahasa-bahasa baru’ digunakan: dalam Kis 2:4 ‘berbicara dalam bahasa-bahasa lain’ digunakan, sedangkan 1Kor 14 sekedar mempunyai ‘berbicara dalam bahasa-bahasa / bahasa Roh’ atau ‘bahasa Roh’). GLOOSSA ‘lidah’, di sini berarti ‘bahasa’ (kata itu tidak digunakan dalam arti ini dalam Markus - bdk. Mark 7:33). KAINEE ‘baru’: artinya di sini rupanya adalah, ‘baru (yaitu, aneh) bagi orang yang mengucapkannya’ tidak harus ‘baru’ dalam arti bahwa sampai sekarang itu merupakan bahasa yang tak dikenal].

Catatan: Ada beberapa hal yang ingin saya soroti / bahas dari kutipan di atas ini:

1. Saya tidak mengerti mengapa penafsir ini membedakan bahasa Roh dalam Kis 2 dan bahasa Roh dalam 1Kor 14. Menurut saya keduanya adalah sama.

2. Salah satu hal yang saya tekankan tentang kutipan ini adalah bahwa istilah ‘bahasa-bahasa yang baru’ itu memang tidak ada dalam bagian Alkitab yang lain. Biasanya istilah yang digunakan hanyalah ‘bahasa yang lain’, atau sekedar ‘bahasa’. Kata Yunani GLOSSA bisa diartikan ‘lidah’ (Markus 7:33) atau ‘bahasa’ (Wahyu 17:15). Tetapi dalam bagian-bagian tertentu, pada waktu kata itu ditujukan kepada salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus, maka dalam terjemahan bahasa Indonesia kata itu diterjemahkan ‘bahasa Roh’. Dimanapun kata ‘bahasa Roh’ itu muncul dalam Alkitab Indonesia, sebetulnya kata ‘Roh’ itu tidak ada.

3. Penafsir ini mengatakan bahwa kata ‘baru’ tidak berarti bahwa itu betul-betul merupakan suatu bahasa yang baru, yang sampai saat itu tidak dikenal / belum pernah ada, tetapi hanya merupakan suatu bahasa asing. Perlu ditambahkan bahwa bahasa asing itu haruslah bahasa yang tidak pernah dipelajari oleh orang yang mengucapkan. Kalau tidak, itu bukan bahasa Roh.

Vine’s Expository Dictionary (dengan topik ‘new’): “1. kainos (‎kaino/$‎) denotes ‘new,’ of that which is unaccustomed or unused, not ‘new’ in time, recent, but ‘new’ as to form or quality, of different nature from what is contrasted as old. ‘The new tongues,’ kainos, of Mark 16:17 are the ‘other tongues,’ heteros, of Acts 2:4. These languages, however, were ‘new’ and ‘different,’ not in the sense that they had never been heard before, or that they were new to the hearers, for it is plain from v. 8 that this is not the case; they were new languages to the speakers, different from those in which they were accustomed to speak” (= belum diterjemahkan ).

William Hendriksen: “Ability to speak in new tongues is never mentioned in the Gospels” (= Kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa baru tidak pernah disebutkan dalam Injil-injil) - hal 691.

Saya kira di sini kata-kata William Hendriksen patut diperhatikan. Merupakan sesuatu aneh bahwa dalam kitab Injil dibicarakan tentang bahasa Roh, yang baru ada dalam Kisah Rasul.

c) “mereka akan memegang ular”.

Banyak orang menganggap kasus Paulus digigit ular berbisa tetapi tidak celaka merupakan penggenapan dari bagian ini.

Kisah Para Rasul 28:1-6 - “(1) Setelah kami tiba dengan selamat di pantai, barulah kami tahu, bahwa daratan itu adalah pulau Malta. (2) Penduduk pulau itu sangat ramah terhadap kami. Mereka menyalakan api besar dan mengajak kami semua ke situ karena telah mulai hujan dan hawanya dingin. (3) Ketika Paulus memungut seberkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. (4) Ketika orang-orang itu melihat ular itu terpaut pada tangan Paulus, mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab, meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan.’ (5) Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama sekali tidak menderita sesuatu. (6) Namun mereka menyangka, bahwa ia akan bengkak atau akan mati rebah seketika itu juga. Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi padanya, maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa”.

Terjemahan ‘menggigit’ (ay 3b) sebetulnya merupakan terjemahan yang salah.

KJV/RSV: ‘fastened on his hand’ (= melekat pada tangannya).

NIV/NASB: ‘fastened itself on his hand’ (= melekatkan dirinya sendiri pada tangannya).

Kata yang diterjemahkan ‘terpaut’ (ay 4a) menurut Bible Works 7 berarti ‘tergantung’. Juga digunakan untuk orang yang tergantung pada salib. Jadi, text ini (ay 3-4) tidak secara explicit mengatakan bahwa ular itu menggigit Paulus. Tetapi rasanya memang harus diartikan ‘menggigit’, karena:

1. Orang-orang mengira ia akan mati (ay 4b,6a), dan pada waktu ternyata ia tidak apa-apa, mereka kira ia adalah seorang dewa (Markus 16: 6b).

2. Kalau hanya ‘tergantung’, tetapi tidak ‘menggigit’, itu bukan hal aneh, sehingga rasanya tidak perlu dicatat dalam Alkitab.

Sebetulnya saya merasa agak aneh kalau peristiwa ini dianggap sebagai penggenapan dari janji dalam Markus 16:17-18 ini, karena saya berpendapat bahwa janji itu berlaku untuk rasul-rasul dan orang-orang pada saat itu saja. Jadi, jelas tak berlaku untuk Paulus. Saya menganggap bahwa peristiwa yang dialami Paulus ini terjadi bukan sebagai penggenapan dari janji dalam Mark 16:17-18, tetapi sekedar merupakan perlindungan yang bersifat mujijat dari Tuhan bagi dia.

d) “dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka”.

1. Dari lima tanda, yang ke 3 dan ke 4 paling dipermasalahkan, dan paling khusus adalah tanda ke 4 (minum racun tetapi tidak celaka).

A. T. Robertson: “Bruce considers these verses in Mark to be ‘a great lapse from the high level of Matthew’s version of the farewell words of Jesus’ and holds that ‘taking up venomous serpents and drinking deadly poison seem to introduce us into the twilight of apocryphal story.’” (= Bruce menganggap ayat-ayat ini dalam Markus sebagai ‘suatu loncatan besar dari tingkat yang tinggi dari versi Matius tentang kata-kata perpisahan dari Yesus’ dan menganggap bahwa ‘memegang ular berbisa dan meminum racun yang mematikan kelihatannya memperkenalkan kita ke dalam masa / periode dari cerita Apokripa’).

William Hendriksen: “A. B. Bruce, op. cit. 456,457, is probably correct when he states that ‘taking up venomous serpents and drinking deadly poison seem to introduce us into the twilight of apocryphal story.’” (= A. B. Bruce, op. cit. 456,457, mungkin benar ketika ia menyatakan bahwa ‘memegang ular berbisa dan meminum racun yang mematikan kelihatannya memperkenalkan kita ke dalam masa / periode dari cerita Apokripa’) - hal 691.

UBS New Testament Handbook Series: “The bizarre promise of immunity from snakes and poisonous drinks is completely out of character with the Person of Christ as revealed in the Gospel of Mark, the other Gospels, and in the whole of the New Testament. Nowhere did Jesus exempt himself or his followers from the natural laws which govern this life, nor did he ever intimate such exemptions would be given those who believed in him. That such miracles have in fact occasionally taken place is a matter of record; what is to be doubted is that the Lord should have promised them indiscriminately to all believers as part of the blessings which would be bestowed upon them” (= Janji yang aneh tentang kekebalan dari ular-ular dan minuman beracun sama sekali tidak cocok dengan Pribadi Kristus sebagaimana dinyatakan dalam Injil Markus, Injil-injil yang lain, dan dalam seluruh Perjanjian Baru. Tidak ada dimanapun Yesus membebaskan diriNya sendiri atau pengikut-pengikutNya dari hukum-hukum alam yang memerintah kehidupan ini, juga Ia tidak pernah mengisyaratkan bahwa pembebasan seperti itu akan diberikan kepada mereka yang percaya kepadaNya. Bahwa mujijat-mujijat seperti itu dalam faktanya kadang-kadang terjadi merupakan persoalan catatan; apa yang harus diragukan adalah bahwa Tuhan telah menjanjikan mereka tanpa pandang bulu kepada semua orang-orang percaya sebagai bagian dari berkat yang akan diberikan kepada mereka).

2. Kata-kata ‘mereka tidak akan mendapat celaka’ berlaku untuk point c. dan d.

Lenski: “The kai wants us to combine these two miracles: protection from poisonous serpents and from poisonous drink” [= Kata KAI (= dan) meminta kita untuk menggabungkan kedua mujijat ini: perlindungan dari ular berbisa dan dari minuman beracun] - hal 769.

Markus 16:17-18 - “(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan (Yunani: KAI) sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’”.

Memang terlihat bahwa dari kelima tanda yang dijanjikan ini, hanya tanda ke 3 dan ke 4 yang dihubungkan dengan kata penghubung KAI (= dan). Dan ini oleh Lenski dijadikan argumentasi untuk menunjukkan bahwa kata-kata ‘mereka tidak akan mendapat celaka’ berlaku untuk kedua janji tersebut, yang telah digabungkan oleh kata KAI (= dan) itu.

3. Tidak ada catatan dalam Alkitab tentang orang percaya minum racun dan tidak celaka. Tetapi tradisi mengatakan bahwa hal itu pernah terjadi dalam sejarah.

Lenski: “We have no example of the latter in the New Testament. But tradition reports that the apostle John drank poison without harm, likewise Justus Barsabas (Eusebius, 3, 39)” [= Kita tidak mempunyai contoh dari yang terakhir dalam Perjanjian Baru. Tetapi tradisi melaporkan bahwa sang rasul Yohanes meminum racun tanpa mengalami bahaya / kecelakaan, demikian juga Justus Barsabas (Eusebius, 3, 39)] - hal 769.

Pulpit Commentary: “‘And if they drink any deadly thing, it shall in no wise hurt them.’ There are some few traditionary notices of the fulfillment of this promise; as in the case of ‘Justus Barsabas,’ mentioned by Eusebius (‘H.E.,’ 3, 19), and of St. John, mentioned by St. Augustine” (= ‘Dan jika mereka minum sesuatu apapun yang mematikan, itu tidak akan mencelakai mereka’. Ada beberapa pemberitahuan yang bersifat tradisi tentang penggenapan dari janji ini; seperti dalam kasus dari ‘Yustus Barsabas’, disebutkan oleh Eusebius (‘H.E.,’ 3, 19), and tentang Santo Yohanes, disebutkan oleh Santo Augustinus).

J. A. Alexander: “There is no particular fulfilment of this promise upon record in the sacred history, and the later legend of John’s drinking poison may have been directly derived from it. But this is no proof that it was not really fulfilled, as the cases above mentioned were recorded incidentally, for other reasons, not as specimens, much less as an exhaustive list, of such fulfilments” (= Tidak ada penggenapan khusus tentang janji ini pada catatan dalam sejarah suci / sejarah Alkitab, dan dongeng belakangan tentang Yohanes minum racun mungkin / bisa telah diturunkan darinya. Tetapi ini bukan bukti bahwa janji itu tidak sungguh-sungguh digenapi, karena kasus-kasus yang telah disebutkan di atas dicatat secara sambil lalu, untuk alasan-alasan yang lain, bukan sebagai contoh-contoh, apalagi sebagai suatu daftar yang lengkap dari penggenapan-penggenapan seperti itu) - hal 443.

Ini memang masuk akal, karena seperti dalam Mat 10, tidak ada laporan tentang pembangkitan orang mati, padahal Mat 10:8 mengatakan “Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma”.

4. Bukti bahwa Muhammad bukan rasul?

Adam Clarke mengatakan bahwa Markus 16:17-18 ini menjanjikan bahwa rasul-rasul tidak mungkin bisa mati karena racun. Tetapi Muhammad, yang menganggap diri / dianggap sebagai rasul, ternyata mati karena diracun. Memang matinya tidak langsung, tetapi sekitar 3 tahun setelahnya, tetapi memang disebabkan karena racun itu.

Adam Clarke: “That the apostles of our Lord should not lose their lives by poison is most fully asserted in this verse, and there is neither record nor tradition to disprove this. But it is worthy of remark, that Mohammed, who styled himself THE APOSTLE OF GOD, lost his life by poison; and had he been a true apostle of God, he could not have fallen by it. Al Kodai, Abul Feda, and Al Janabi, give the following account. When Mohammed, in the seventh year of the Hejra, A.D. 628 A.D., had taken the city of Kheebar, from the Arab Jews, he took up his lodgings at the house of Hareth, the father of Marhab the Jewish general, who had been slain at the taking of the city by Alee, the son-in-law of Mohammed. Zeenab the daughter of Hareth, who was appointed to dress the prophet's dinner, to avenge the fall of her people, and the death of her brother, put poison in a roasted lamb which was provided for the occasion. Bashar, one of his companions, falling on too hastily, fell dead on the spot. Mohammed had only chewed one mouthful, but had not swallowed it: though, on perceiving that it was poisoned, he immediately spat it out, yet he had swallowed a sufficiency of the juice to lay the foundation of his death; though this did not take place until about three years after: but that it was the cause of his death then, his dying words related by Al Janabi, and others, sufficiently testify. When the mother of Bashar came to see him in his dying agonies, he thus addressed her: ‘O mother of Bashar, I now feel the veins of my heart bursting through the poison of that morsel which I ate with thy son at Kheebar.’ Abul Feda, Ebnol Athir, and Ebn Phares say, that the prophet acknowledged on his death-bed, that the poison which he had taken at Kheebar had tormented him from that time until then, notwithstanding blisters were applied to his shoulders, and everything done in the beginning to prevent its effects. Al Kodai and Al Janabi relate, that when Zeenab was questioned why she did this, she answered to this effect: ‘I said in my heart, If he be a king, we shall hereby be freed from his tyranny; and if he be a prophet, he will easily perceive it, and consequently receive no injury.’ To support his credit, he pretended that the lamb spoke to him, and said that it was infected with poison! See Elmakin, p. 8. It was therefore policy in him not to put Zeenab to death. It has pleased God that this fact should be acknowledged by the dying breath of this scourge of the earth; and that several of even the most partial Mohammedan historians should relate it! And, thus attested, it stands for the complete and everlasting refutation of his pretensions to the prophetic spirit and mission. Vide Specimen Hist. Arabum, a POCOCKIO, p. 189, 190. Le Coran traduit par SAVARY, vol. 1 p. 135, and 212. See also, The Life of Mohammed by PRIDEAUX, 93, 101” (= ).

Tanggapan saya: Sekalipun saya sebagai orang Kristen tidak mengakui kerasulan Muhammad, tetapi saya berpendapat bahwa merupakan sesuatu yang salah untuk menggunakan ayat seperti ini untuk membuktikan bahwa Muhammad bukan rasul. Pertama, karena ayat ini diragukan keasliannya (dan bagi saya memang tidak asli), dan kedua, karena kalaupun ayat ini mau dianggap asli, tidak semua dari kelima tanda itu berlaku untuk setiap rasul. Ini merupakan pandangan Calvin yang telah saya berikan di atas, tetapi untuk mudahnya saya kutip ulang di bawah ini.

Calvin: “When he says that believers will receive this gift, we must not understand this as applying to every one of them; for we know that gifts were distributed variously, so that the power of working miracles was possessed by only a few persons” (= Pada waktu Ia berkata bahwa orang-orang percaya akan menerima karunia ini, kita tidak boleh menganggap ini sebagai berlaku bagi setiap orang dari mereka; karena kita tahu bahwa karunia-karunia didistribusikan secara berbeda-beda, sehingga kuasa mengerjakan mujijat-mujijat dimiliki oleh hanya sedikit orang).

5. Jelas bahwa tanda ke 3 dan 4 ini tidak boleh digunakan sebagai pameran / sombong-sombongan, karena ini merupakan tindakan ‘mencobai Tuhan’.

Wycliffe Bible Commentary: “The statement concerning casting out demons (devils) and speaking with new tongues (v. 17) could well have reference to occurrences in the early church as recorded in Acts. Even the words about taking up serpents may be an allusion to Paul’s experience in Acts 28:1-6. The NT contains no other passage dealing with drinking poison (any deadly thing). Even if this passage were unquestionably genuine, it could not reasonably be used as a basis for the deliberate and presumptuous handling of snakes and drinking of poison which are practiced by certain extreme religious sects” [= Pernyataan berkenaan dengan pengusiran roh jahat (setan / iblis) dan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru (Markus 16: 17) bisa berhubungan dengan kejadian-kejadian dalam gereja mula-mula / awal seperti yang dicatat dalam Kisah Rasul. Bahkan kata-kata tentang memegang ular bisa merupakan suatu referensi tidak langsung pada pengalaman Paulus dalam Kis 28:1-6. Perjanjian Baru tidak mempunyai text lain yang berhubungan dengan minum racun (benda / hal apapun yang mematikan). Bahkan jika text ini asli secara tidak dipertanyakan, itu tidak bisa digunakan sebagai suatu dasar untuk memegang ular dengan sengaja dan sombong dan minum racun, yang dipraktekkan oleh sekte-sekte agamawi extrim tertentu].

William Hendriksen: “Taking such a risk is exactly what by implication Jesus condemned both by example (Matt. 4:7) and precept (Matt. 10:23; 24:16-18). Ever so often newspaper report incidents of religious fanatics picking up venomous snakes and / or drinking dealy poison, frequently with sad results. At times those who do this try to justify their strange behavior by appealing to Mark 16:18. It is high time that everybody be told that the ending is binding for faith and practice only to the extent in which its teachings are definitely supported by Scripture in general. In fact, they should be told that the items about picking up serpents and drinking poisons must not be considered Scripture at all! ... The public in general should become informed about the truth with respect to Mark 16:17,18” [= Mengambil resiko seperti itu adalah persis merupakan apa yang secara tidak langsung dikecam oleh Yesus baik dengan teladan (Mat 4:7) maupun ajaran / perintah (Mat 10:23; 24:16-18). Tetapi begitu sering surat kabar melaporkan kejadian tentang orang-orang beragama yang fanatik yang mengambil ular berbisa dan / atau meminum racun yang mematikan, seringkali dengan hasil / akibat yang menyedihkan. Kadang-kadang mereka yang melakukan ini mencoba untuk membenarkan tindakan mereka yang aneh dengan ‘naik banding’ pada Mark 16:18. Sudah waktunya bahwa setiap orang diberitahu bahwa akhiran ini mengikat untuk iman dan praktek hanya pada waktu ajaran-ajarannya secara pasti didukung oleh Kitab Suci secara umum. Dalam faktanya, mereka harus diberitahu bahwa hal-hal tentang memegang ular dan meminum racun tidak boleh dianggap sebagai Kitab Suci sama sekali! ... Masyarakat secara umum harus mengetahui tentang kebenaran berkenaan dengan Mark 16:17,18] - hal 691.

Matius 4:5-7 - “(5) Kemudian Iblis membawaNya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepadaNya: ‘Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diriMu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kakiMu jangan terantuk kepada batu.’ (7) Yesus berkata kepadanya: ‘Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!’”.

Matius 10:23 - “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang”.

Mat 24:16-18 - “(16) maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. (17) Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, (18) dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya”.

Catatan: kedua text yang terakhir ini maksudnya pada waktu ada bahaya, kita harus menghindar, dan bukannya sengaja menantang bahaya.

e) “mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”.

Barclay: “The church has a healing task. Here is a fact we have seen again and again. Christianity is concerned with men’s bodies as well as men’s minds. Jesus wished to bring health to the body and health to the soul. ... The church has a source of power. We need not take everything literally. We need not think that the Christian is literally to have the power to lift venomous snakes and drink poisonous liquids and take no harm. But at the back of this picturesque language is the conviction that the Christian is filled with a power to come with life that others do not possess” (= Gereja mempunyai tugas penyembuhan. Di sini ada suatu fakta yang kita lihat berulang-ulang. Kekristenan memperhatikan tubuh manusia maupun pikiran manusia. Yesus ingin membawa kesehatan kepada tubuh dan kesehatan kepada jiwa. ... Gereja mempunyai sumber kuasa. Kita tidak perlu mengartikan segala sesuatu secara hurufiah. Kita tidak perlu berpikir bahwa orang Kristen secara hurufiah harus mempunyai kuasa untuk mengangkat ular berbisa dan minum cairan beracun dan tidak akan celaka. Tetapi di belakang bahasa yang indah yang seperti lukisan ini ada keyakinan bahwa orang Kristen dipenuhi dengan suatu kuasa untuk datang dengan kehidupan, yang tidak dimiliki orang-orang lain) - hal 370.

Catatan: saya anggap Barclay tidak konsisten. Mengapa dalam kesembuhan ia menghurufiahkan, tetapi dalam hal ular berbisa dan racun tidak?

William Hendriksen mengatakan (hal 690) banyak orang Reformed (Warfield, Shedd, Spurgeon, Dabney, Whitefield, bahkan juga Matthew Henry) menganggap bahwa janji tentang tanda-tanda ini (ia hanya memaksudkan tanda ke 1,2,5) hanya berlaku untuk para rasul. Dengan matinya para rasul, maka janji ini juga tak berlaku lagi.

Wiersbe’s Expository Outlines (New Testament): “The special signs described in vv. 17-18 applied primarily to the apostolic age (Heb 2:3-4; 2 Cor 12:12) and are recorded in the Book of Acts: speaking in tongues (Acts 2:1-4; 10:44-46), casting out demons (Acts 8:5-7; 19:12), taking up serpents (Acts 28:3-6), and healing the sick (Acts 3:1-10; 5:15-16). There are no references to people surviving after drinking poison, but not every miracle is mentioned in Acts. These ‘sign’ miracles are given to encourage us to trust God and not to tempt Him with foolish experiments. These signs were the credentials of the apostles (v. 20), but it is not necessary to perform miracles in order to serve the Lord (John 10:39-42)” [= Tanda-tanda khusus yang digambarkan dalam ay 17-18 berlaku terutama pada jaman rasuli (Ibr 2:3-4; 2Kor 12:12) dan dicatat dalam Kisah Rasul: berbicara dalam bahasa Roh (Kis 2:1-4; 10:44-46), pengusiran roh jahat / setan (Kis 8:5-7; 19:12), memegang ular (Kis 28:3-6), dan penyembuhan orang sakit (Kis 3:1-10; 5:15-16). Tidak ada referensi tentang orang-orang yang tetap hidup setelah minum racun, tetapi tidak setiap mujijat disebutkan dalam Kisah Rasul. Tanda-tanda mujijat ini diberikan untuk mendorong kita untuk mempercayai Allah, dan bukannya untuk mencobai Dia dengan percobaan-percobaan yang tolol. Tanda-tanda ini adalah hal-hal yang menyebabkan rasul-rasul punya hak untuk dipercayai (ay 20), tetapi tidaklah perlu untuk melakukan mujijat-mujijat untuk melayani Tuhan (Yohanes 10:39-42)].

Ibrani 2:3-4 - “(3) bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan (4) Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikanNya menurut kehendakNya”.

Catatan: boleh dikatakan semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan kata-kata ‘Roh Kudus’ dengan ‘gifts of the Holy Spirit / Ghost’ (= karunia-karunia Roh Kudus).

2Korintus 12:12 - “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa”.

Yohanes 10:39-42 - “(39) Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. (40) Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. (41) Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’ (42) Dan banyak orang di situ percaya kepadaNya”.

William Hendriksen: “It is possible, in fact, that in connection with four of the five items here mentioned the historical milieu is later than that of Christ’s earthly sojourn. The following facts must be borne in mind: Ability to speak in new tongues is never mentioned in the Gospels. Neither is ability to pick up venomenous snakes or to drink poisons without incurring any harm” (= Dalam faktanya, adalah mungkin bahwa berhubungan dengan empat dari lima hal yang disebutkan di sini lingkungan / suasana historisnya adalah lebih belakangan dari pada lingkungan / suasana sejarah dari tinggal-sementaranya Kristus di bumi. Fakta-fakta berikut ini harus dicamkan: Kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa baru tidak pernah disebutkan dalam Injil-injil. Juga tidak pernah disebutkan tentang memegang ular berbisa atau minum racun tanpa mendatangkan kecelakaan / bahaya) - hal 691.

Tetapi dalam hal di bawah ini saya menganggap William Hendriksen terlalu mencari-cari kesalahan.

William Hendriksen: “And even as to the gift of performing miraculous healings, though, to be sure, this is definitely mentioned in the Gospels, the possibility that the change from ‘anointing them with oil’ (see on Mark 6:13) to ‘they will place their hands on the sick’ (here in 16:18) is significant deserves consideration” [= Dan bahkan berkenaan dengan karunia melakukan penyembuhan yang bersifat mujijat, sekalipun jelas ini disebutkan dalam Injil-injil, kemungkinan bahwa perubahan dari ‘mengurapi mereka dengan minyak’ (lihat tentang Mark 6:13) kepada ‘mereka akan meletakkan tangan mereka pada orang sakit’ (di sini dalam 16:18) adalah sesuatu yang menyolok yang layak untuk mendapatkan pertimbangan] - hal 691.

Markus 6:13 - “dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka”.

Dalam sepanjang pembahasan tentang Markus 16:9-20, saya kira William Hendriksen cukup banyak mencari-cari hal-hal yang bertentangan dengan Kitab Suci. Kita harus mewaspadai hal ini.

Markus 16: 19: “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.”.

1) Ay 19 ini mempunyai bagian paralel, yaitu Lukas 24:50-53 - “(50) Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tanganNya dan memberkati mereka. (51) Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. (52) Mereka sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. (53) Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah”.

2) Keanehan bagian ini.

a) Kenaikan Yesus ke surga terjadi di Galilea?

Kalau Markus 16:15-16 memang paralel dengan Matius 28:19-20, maka Markus 16:15-16 diucapkan oleh Yesus di Galilea (Matius 28:16). Dan kelihatannya Markus 16:17-18 langsung menyusul Mark 16:15-16, jadi seharusnya juga terjadi di tempat yang sama. Lalu Markus 16:19 diawali dengan kata-kata “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka”, sehingga kelihatannya menunjukkan bahwa kenaikan Yesus juga terjadi di Galilea. Tetapi kesimpulan yang didasarkan pada Mark 16 ini tidak cocok dengan cerita versi Lukas, baik dalam Injil Lukas maupun Kisah Rasul.

Lukas 24:50 - “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tanganNya dan memberkati mereka”.

Bdk. Kis 1:12 - “Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem”.

Catatan: Betania terletak di bagian Timur dari Bukit Zaitun.

b) Duduk di sebelah kanan Allah.

A. T. Robertson: “‘Sat down at the right hand of God’ ..‎. Swete notes that the author ‘passes beyond the field of history into that of theology,’ an early and most cherished belief (Acts 7:55f.; Rom 8:34; Eph 1:20; Col 3:1; Heb 1:3; 8:1; 10:12; 12:2; 1 Peter 3:22; Rev 3:21)” [= ‘Duduk di sebelah kanan Allah’ ... Swete memperhatikan bahwa sang pengarang ‘melampaui bidang sejarah ke dalam bidang theologia’, suatu kepercayaan awal dan paling / sangat dihargai (Kisah Para Rasul 7:55-dst.; Roma 8:34; Efesus 1:20; Kolose 3:1; Ibrani 1:3; 8:1; 10:12; 12:2; 1Petrus 3:22; Wahyu 3:21)].

Catatan: Markus 16:19 yang membicarakan tentang kenaikan Kristus ke surga memang ada paralelnya dalam Lukas 24:50-53, tetapi tentang ‘duduk di sebelah kanan Allah’ tak ada paralelnya dalam kitab-kitab Injil yang lain. Ini merupakan bahasa dari Kisah Rasul dan surat-surat Perjanjian Baru.

3) Baik kebangkitan maupun kenaikan Yesus ke surga hanya disaksikan oleh sedikit orang.

Calvin: “Now as he did not, after his resurrection, appear indiscriminately to all, so he did not permit all to be the witnesses of his ascension to heaven; for he intended that this mystery of faith should be known by the preaching of the gospel rather than beheld by the eyes” (= Sama seperti setelah kebangkitanNya Ia tidak menampakkan diri secara sama / sembarangan kepada semua orang, demikian juga Ia tidak mengijinkan semua orang menjadi saksi-saksi dari kenaikanNya ke surga; karena Ia memaksudkan / menghendaki bahwa misteri iman ini diketahui oleh pemberitaan injil dan bukannya oleh penglihatan oleh mata).

4) Arti dari kata-kata ‘duduk di sebelah kanan Allah’.

Calvin: “‘And sat down at the right hand of God.’ In other passages I have explained what is meant by this expression, namely, that Christ was raised on high, that he might be exalted above angels and all creatures; that by his agency the Father might govern the world, and, in short, that before him every knee might bow, (Philippians 2:10.) It is the same as if he were called God’s Deputy, to represent the person of God; and, therefore, we must not imagine to ourselves any one place, since ‘the right hand’ is a metaphor which denotes the power that is next to God. This was purposely added by Mark, in order to inform us that Christ ‘was taken up into heaven,’ not to enjoy blessed rest at a distance from us, but to govern the world for the salvation of all believers” [= ‘Dan duduk di sebelah kanan Allah’. Dalam text-text yang lain saya telah menjelaskan apa yang dimaksudkan dengan ungkapan ini, yaitu, bahwa Kristus diangkat ke atas, supaya Ia bisa ditinggikan di atas malaikat-malaikat dan semua makhluk-makhluk ciptaan; supaya oleh perantaraanNya Bapa bisa memerintah dunia, dan singkatnya, supaya di hadapanNya setiap lutut akan bertelut, (Fil 2:10). Adalah sama seandainya Ia disebut Wakil Allah, untuk mewakili pribadi Allah; dan karena itu, kita tidak boleh membayangkan / mengkhayalkan bagi kita suatu tempat manapun, karena ‘sebelah kanan’ merupakan suatu kiasan yang menunjukkan kuasa setelah Allah. Ini secara sengaja ditambahkan oleh Markus, untuk memberikan informasi kepada kita bahwa Kristus ‘diangkat ke surga’, bukan untuk menikmati istirahat yang diberkati jauh dari kita, tetapi untuk memerintah dunia bagi keselamatan semua orang percaya].

Filipi 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

Markus 16: 20: “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.

1) Ini tak ada paralelnya dalam kitab-kitab Injil yang lain; tetapi ada peneguhannya dalam kitab Kisah Para Rasul (setelah hari Pentakosta dalam Kis 2).

James M. Gray: “Mark records the ascension as Matthew does not, and even penetrates the clouds and sees Christ in heaven at the right hand of God. But he sees Him working with His disciples even though He is in heaven (v. 20), and refers to it in a word found nowhere else in the Gospels” [= Markus mencatat kenaikan yang tidak dicatat oleh Matius, dan bahkan menembus awan-awan dan melihat Kristus di surga di sebelah kanan Allah. Tetapi ia melihatNya bekerja bersama murid-muridNya sekalipun Ia ada di surga (ay 20), dan menunjuk pada hal itu dengan kata-kata yang tidak ditemukan dimanapun dalam Injil-injil] - AGES vol 15.

William Hendriksen: “In obedience to Christ’s command (verse 15; cf. Matt. 28:19) the disciples ‘preached everywhere,’ a statement which one would naturally associate with a period of church history considerably later than Pentecost” [= Dalam ketaatan pada perintah Kristus (ayat 15; bdk. Matius 28:19) murid-murid ‘berkhotbah / memberitakan Injil dimana-mana’, suatu pernyataan yang secara wajar akan dihubungkan dengan suatu periode sejarah gereja yang sangat lebih belakangan dari pada Pentakosta] - hal 692.

2) “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja”.

Pulpit Commentary: “The Lord wrought with them. They were workers, but they were fellow-workers with him. What was to be done in the renewal of human hearts, and the transformation of human character, was not to be done by the exercise of merely human power. A Divine energy and operation were alone adequate to secure results so difficult, so glorious” (= Tuhan bekerja dengan / bersama mereka. Mereka adalah pekerja-pekerja, tetapi mereka adalah rekan-rekan kerjaNya. Apa yang harus dilakukan dalam pembaharuan hati manusia, dan perubahan karakter manusia, tidak boleh dilakukan dengan semata-mata menggunakan kekuatan manusia. Tenaga dan pekerjaan Ilahi saja yang cukup untuk memastikan hasil-hasil yang begitu sukar, begitu mulia).

Adam Clarke: “‘The Lord working with them.’ This co-operation was twofold, internal and external. Internal, illuminating their minds, convincing them of the truth, and establishing them in it. External, conveying their word to the souls that heard it, by the demonstration of the Holy Spirit; convincing them of sin, righteousness, and judgment; justifying them by his blood, and sanctifying them by his Spirit. Though miraculous powers are not now requisite, because the truth of the Gospel has been sufficiently confirmed, yet this co-operation of God is indispensably necessary, without which no man can be a successful preacher; and without which no soul can be saved” (= ‘Tuhan bekerja bersama mereka’. Kerja sama ini rangkap dua, di dalam dan di luar. Di dalam, menerangi pikiran mereka, meyakinkan mereka tentang kebenaran, dan meneguhkan mereka di dalamnya. Di luar, menyampaikan firman mereka kepada jiwa-jiwa yang mendengarnya, oleh demonstrasi dari Roh Kudus; meyakinkan mereka tentang dosa, kebenaran, dan penghakiman; membenarkan mereka dengan darahNya, dan menguduskan mereka oleh RohNya. Sekalipun kuasa-kuasa yang bersifat mujijat sekarang tidak diharuskan / dibutuhkan, karena kebenaran dari Injil telah diteguhkan secara cukup, tetapi kerja sama dari Allah ini mutlak perlu, tanpa mana tak seorangpun bisa menjadi pengkhotbah yang sukses; dan tanpa mana tidak ada jiwa bisa diselamatkan).

Calvin: “‘The Lord working with them;’ by which he means that this was truly a divine work. And yet by this mode of expression he does not represent them as sharing their work or labor with the grace of God, as if they contributed any thing to it of themselves; but simply means that they were assisted by God, because, according to the flesh, they would in vain have attempted what was actually performed by them. The ministers of the word, I acknowledge, are called fellow-workers with God, (1 Corinthians 3:9,) because he makes use of their agency; but we ought to understand that they have no power beyond what he bestows, and that by ‘planting and watering’ they do no good, unless the increase come from the secret efficacy of the Spirit” [= ‘Tuhan bekerja bersama / dengan mereka’; dengan mana ia memaksudkan bahwa ini betul-betul adalah suatu pekerjaan ilahi. Tetapi dengan cara pengungkapan ini ia tidak menggambarkan mereka sebagai bersama-sama bekerja atau berjerih payah dengan kasih karunia Allah, seakan-akan mereka memberikan sumbangsih apapun kepadanya dari diri mereka sendiri; tetapi hanya berarti bahwa mereka dibantu oleh Allah, karena, menurut daging, mereka akan secara sia-sia mengusahakan apa yang sungguh-sungguh dilakukan oleh mereka. Saya mengakui, bahwa pelayan-pelayan firman disebut rekan kerja dari Allah (1Korintus 3:9), karena Ia menggunakan perantaraan mereka; tetapi kita harus mengerti bahwa mereka tidak mempunyai kuasa lebih dari apa yang Ia berikan, dan dengan ‘menanam dan menyiram’ mereka tidak melakukan kebaikan, kecuali pertumbuhan datang dari kemujaraban yang rahasia dari Roh].

1Korintus 3:5-9 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”.

Wiersbe’s Expository Outlines (New Testament): “Having completed His work on earth, Jesus returned to the Father in heaven; and there He represents us as our High Priest (Heb 4:14-16) and Advocate (1 John 2:1-2). But He does more than represent us; He also works in us and through us to accomplish the mandate He left with His church. Since the Gospel of Mark emphasizes Christ the Servant, it is only right that the book close with this reminder that God’s Servant is still at work! He works in us (Heb 13:20-21; Phil 2:12-13), with us (v. 20), and for us (Rom 8:28) if we will allow Him to work through us by the power of His Holy Spirit” [= Setelah menyelesaikan pekerjaanNya di bumi, Yesus kembali kepada Bapa di surga; dan di sana Ia mewakili kita sebagai Imam Besar kita (Ibr 4:14-16) dan Pengacara / Pengantara kita (1Yohanes 2:1-2). Tetapi Ia melakukan lebih dari mewakili kita; Ia juga bekerja di dalam kita dan melalui kita untuk mengerjakan mandat yang Ia tinggalkan dengan gerejaNya. Karena Injil Markus menekankan Kristus sebagai Pelayan / Hamba, maka benarlah kalau kitab ini ditutup dengan pengingat ini bahwa Pelayan / Hamba Allah ini tetap bekerja! Ia bekerja di dalam kita (Ibrani 13:20-21; Filipi 2:12-13), dengan / bersama kita (ay 20), dan bagi kita (Roma 8:28) jika kita mau mengijinkanNya untuk bekerja melalui kita oleh kuasa dari Roh KudusNya].

Catatan: sekalipun kita memang harus mengijinkan Ia untuk bekerja melalui kita, tetapi apakah kita mau mengijinkanNya atau tidak, itu juga tergantung pekerjaanNya di dalam kita.

Ibrani 4:14-16 - “(14) Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. (15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. (16) Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”.

1Yohanes 1:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.

KJV/RSV/NASB: ‘an advocate with the Father’ (= seorang pengacara bersama Bapa).

NIV: ‘one who speaks to the Father in our defense’ (= seseorang yang berbicara kepada Bapa untuk membela kita).

Ibrani 13:20-21 - “(20) Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, (21) kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendakNya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepadaNya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin”.

Filipi 2:12-13 - “(12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, (13) karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.

Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

3) “dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.

Kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘tanda-tanda’ di sini adalah tanda-tanda bersifat mujijat yang Ia janjikan dalam Markus 16:17-18.

J. A. Alexander: “The particular co-operation here intended is that promise in v. 17, of which this clause describes the general fulfilment” (= Kerja sama khusus yang dimaksudkan di sini adalah janji dalam ay 17 itu, tentang mana anak kalimat ini menggambarkan penggenapan umum) - hal 444.

Calvin: “‘And confirming the word.’ Here, in my opinion, Mark points out a particular instance of what he had just now stated in general terms; for there were other methods by which the Lord ‘wrought with them,’ that the preaching of the gospel might not be fruitless; but this was a striking proof of his assistance, that he confirmed their doctrine by miracles. Now this passage shows what use we ought to make of miracles, if we do not choose to apply them to perverse corruptions; namely, that they aid the gospel. Hence it follows that God’s holy order is subverted, if miracles are separated from the word of God, to which they are appendages; and if they are employed to adorn wicked doctrines, or to disguise corrupt modes of worship” (= ‘Dan meneguhkan firman’. Di sini, dalam pandangan saya, Markus menunjuk pada suatu contoh khusus tentang apa yang baru saja ia tuliskan dalam istilah yang umum; karena ada metode-metode lain dengan mana Tuhan ‘bekerja dengan / bersama mereka’, supaya pemberitaan Injil tidaklah tanpa buah; tetapi ini merupakan suatu bukti yang menyolok dari pertolonganNya, bahwa Ia meneguhkan ajaran mereka oleh mujijat-mujijat. Text ini menunjukkan bagaimana kita harus menggunakan mujijat-mujijat, jika kita tidak memilih untuk menerapkan mereka menjadi kejahatan yang menyimpang / sesat; yaitu, bahwa mereka membantu injil. Jadi urut-urutan kudus dari Allah itu dibalikkan, jika mujijat-mujijat dipisahkan dari firman Allah, bagi siapa mereka merupakan tambahan-tambahan; dan jika mereka digunakan untuk menghiasi ajaran-ajaran yang jahat, atau untuk menyamarkan cara-cara yang jahat dari ibadah / penyembahan).

Seorang pemberita firman memang tidak harus bisa melakukan mujijat. Sebagai contoh Yohanes Pembaptis tak pernah melakukan mujijat (Yohanes 10:41), tetapi ia betul-betul adalah seorang pemberita Firman Tuhan, dan pelayanannya menghasilkan orang-orang yang bertobat.

Yohanes 10:41 - “Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’”.

4) ‘Amin’.

Kata ‘Amin’ ini tidak ada dalam Kitab Suci Indonesia, NIV, dan NASB, tetapi ada dalam KJV, RSV, ASV, dan NKJV. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan manuscript-manuscript.

Adam Clarke: “‘Amen.’ This is added here by many MSS. and versions; but is supposed not to have made a part of the text originally. Griesbach, Bengel, and others, leave it out” (= ‘Amin’. Ini ditambahkan di sini oleh banyak manuscript-manuscript dan versi-versi; tetapi dianggap bukan sebagai bagian dari text aslinya. Griesbach, Bengel, dan lain-lain, menghapuskannya).

Lenski juga menganggap kata ‘Amin’ ini tidak asli.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post