LIMA PRINSIP PERTUMBUHAN IMAN YANG BENAR
Pdt. Andi Halim, M.Th.
Perjalanan hidup sebagai orang Kristen perlu dievaluasi kembali, apakah selama ini kita sudah mempunyai iman yang benar. Ada kemungkinan tanpa sadar kita menjalani hidup Kristen seolah-olah sudah benar, tetapi ternyata salah, bahkan salah total. Apakah selama ini iman kita sudah bertumbuh dengan benar atau tidak?
“Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” (Matius 15:8-9)
Tuhan mengkritik kebiasaan orang yang beribadah secara rutin, tetapi yang hatinya jauh dari pada Tuhan (Matius 15:8-9). Alkitab juga mengkritik orang yang giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar dan tidak takluk pada kebenaran Allah (Roma 10:1-3). Ada juga yang beribadah hanya untuk dilihat orang, alias munafik (Matius 6:5).
“Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah” (Roma 10:2-3)
“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Matius 6:5)
Tuhan Yesus juga mengingatkan tentang bagaimana iman yang bertumbuh pada saat firman diberitakan, sebagai benih yang jatuh dipinggir jalan, ke tanah yang berbatu-batu, dan ada yang dalam semak duri. (Lukas 8:12-14)
Ada pula iman paganisme, iman yang spiritnya sama dengan spirit menyembah kepada berhala. Meskipun menyembah Kristus, namun spiritnya menyembah Kristus sebagai berhala bukan sebagai TUHAN, memperalat Kristus hanya untuk memenuhi segala keinginan pribadinya, demi kesuksesannya, kesehatannya, kekayaannya, keberuntungannya dll, bukan untuk tunduk pada kehendak Kristus. Spirit ibadahnya adalah anthropocentris (berpusat pada manusia). Semuanya merupakan tanda peringatan bagi kita semua, iman macam apakah yang kita miliki selama ini?
Alkitab mengajarkan LIMA prinsip tentang pertumbuhan iman yang benar :
Yang pertama, Alkitab menyaksikan, bahwa iman yang BENAR adalah iman yang Theocentris (berpusat pada Allah). Orang yang makin bertumbuh imannya adalah orang yang belajar untuk mengutamakan segala sesuatu bagi kemuliaan Allah dan bukan bagi kepentingan dirinya sendiri.
Hal utama yang membuat dia tersinggung adalah karena ke “aku”annya tidak dihargai. Seharusnya sebagai anak Tuhan ia sadar, bahwa hidupnya sudah dibeli, harganya telah lunas dibayar, karena itu orientasi hidupnya hanyalah untuk kemuliaan bagi Allah dan bukan bagi dirinya sendiri (1 Korintus 6:19-20, Roma 14:7-9, 1 Korintus 10:31)
“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” (Filipi 3:10)
Yang kedua, orang Kristen yang bertumbuh dengan benar adalah orang yang mengutamakan pengenalan akan Kristus lebih dari yang lain (Filipi 3:10). Bagaikan orang yang jatuh cinta, selalu ingin dekat pada sang kekasih dan mengenalnya dengan lebih dalam serta melakukan apa yang disenangi kekasihnya, demikian pula mirip dengan orang yang mengalami kasih Kristus (Yohanes 14:15).
Kasih akan Kristus saat ini diwujudkan dengan kerinduan yang terus menerus untuk mengenal firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Jemaat mula-mula punya kerinduan yang besar untuk menyelidiki firman Tuhan dengan segenap hati (Kisah Para Rasul 17:11, bnd Lukas 8:15).
“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Lukas 8:15)
Yang ketiga, orang yang bertumbuh imannya dengan benar, adalah rela ber”korban” demi pekerjaan Tuhan (kerajaan Allah). Pada umumnya manusia selalu mencari aman untuk kepentingan dirinya sendiri. Tetapi orang yang telah bertumbuh dalam iman yang benar, tidak akan memikirkan untung rugi dalam mengikut Tuhan.
Dia belajar mempersembahkan hidupnya (Roma 12:1) dan bahkan siap “rugi” demi Kristus, karena sudah mendapat “untung” terlalu banyak. Ia tidak lagi menguitamakan bagaimana dirinya bisa mendapat berkat, tetapi bagaimana dia bisa menjadi saluran berkat. Nilai pengorbanan Kristus itulah yang menjadi penggerak utama dalam dirinya untuk belajar memberi yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan (2Korintus 5:14, Lukas 19:8, 21:4), komitmen untuk memprioritaskan pelebaran Kerajaan Allah (1Korintus 9:16), bahkan rela mati bagi Kristus (2 Timotius 4:6, Filipi 2:17).
BACA JUGA: IMAN DAN KEYAKINAN KESELAMATAN
Yang keempat, Iman yang benar bukan positive thinking atau sugesti diri. Banyak orang yang mengaitkan iman dengan percaya yang pasti menyembuhkan, hidup penuh sukses, makin kaya, doa yang pasti dikabulkan dan lain-lain. Iman semacam ini adalah iman yang menyesatkan dan anthropocentris. Iman yang benar adalah iman yang mau tunduk pada kehendak Allah dan percaya, bahwa apa saja yang menjadi kehendak Allah (bukan kehendak saya) itulah yang akan terjadi dan saya akan belajar mengamininya serta taat dengan memberikan respon yang terbaik.
Iman yang benar adalah iman yang berpikir dengan positif (bukan positive thinking) dan berpikir dengan positif adalah berpikir yang mau tunduk dengan apapun yang menjadi kehendak Allah. Positive thinking adalah suatu aliran sesat yang mengajarkan, bahwa kita bisa merubah keadaan dengan kekuatan berpikir kita. Kesesatan ajaran positive thinking adalah tidak mengandalkan kekuatan pada Tuhan, tetapi berpusat pada diri sendiri (Anthropocentris).
Yang kelima, Iman yang benar bukan identik dengan moral dan tingkah laku agama. Banyak orang berpikir, bahwa saya sudah beriman dengan saya rajin ke gereja, rajin memberi persembahan dan melakukan segala aktifitas rohani. Kesalahan utama bangsa Israel adalah menganggap segala kesalehan dan aktifitas rohani sudah membuktikan mereka orang beriman dan akan dapat membuat hati Tuhan senang, Tuhan bukan berhala yang bisa senyum bila ada orang yang “menyogok” atau “menyuap”nya.
Hal yang terpenting dalam ibadah adalah relasi (hubungan pribadi) dengan Tuhan, alias “hati” yang dekat dengan Tuhan. Percuma segala aktivitas rohani seseorang, bila semua itu dilakukan dengan hati yang jauh dari Tuhan. Dan hati yang dekat dengan Tuhan adalah hati yang telah diubahkan oleh Roh Kudus, dilahir barukan, yang telah mengalami pertobatan sejati, menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya. Orang yang telah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya adalah orang yang pasti memprioritaskan Tuhan dan pekerjaanNya dalam hidupnya.
Amin.