EKSPOSISI EFESUS 1:1-12 (ARTI DALAM KRISTUS)

Pendahuluan

Konsep dalam Kristus yang terdapat pada Efesus pasal 1 sarat dengan makna teologi karena Paulus sebagai penulis surat ini menghubungkan hal ‘dalam Kristus’ dengan topik-topik penting lainnya yang sekaligus merupakan doktrin kekristenan seperti pemilihan Allah, pengangkatan orang percaya menjadi anak-anak Allah, penebusan Kristus, penyatuan segala ciptaan, pemeteraian Roh Kudus, dan pendemonstrasian kuasa Allah. Semua hal ini merupakan satu kesatuan berkat yang diberikan Allah bagi orang percaya.
EKSPOSISI EFESUS 1:1-12 (ARTI DALAM KRISTUS)
bisnis, tutorial

Eksposisi Efesus 1:1-12

1. Dalam Kristus Pada Pemilihan (Efesus1:1-4)

Efesus 1:4, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Kata (memilih) pada Efesus 1:4, artinya memilih untuk (beberapa tujuan), menunjukkan pilihan Tuhan yang benar-benar independen. Di sini menandakan bahwa Tuhan tidak hanya memilih melalui diri-Nya sendiri melainkan untuk diri-Nya sendiri.

Konsep (dalam Kristus) pada pemilihan memiliki beberapa dimensi.

Pertama
, menunjukkan Kristus adalah tempat, lokasi, dan lingkup terjadinya pemilihan Allah atas orang percaya. Ketika Paulus mengatakan ‘sebab di dalam Dia Allah telah menjadikan kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya’ (Efesus 1:4) maka sebenarnya Paulus sedang mengungkapkan sebuah kebenaran bahwa Kristus adalah tempat yang khusus dan satu-satunya di mana Allah melakukan pemilihan atas orang percaya. Hal ini menegaskan bahwa pemilihan Allah atas orang percaya tidak pernah terjadi dan tidak akan terjadi di tempat yang lain selain dalam Kristus. 

Kedua, menunjuk pada status atau pribadi Kristus. Pemilihan Allah atas orang percaya berhubungan dengan status Kristus, yaitu sebagai yang diurapi dan yang dipilih Allah (1 Petrus 1:20). “Di dalam Kristus” menunjuk pada segala eksistensi (keberadaan) Kristus yang di dalam keberadaan-Nya itu, Allah melakukan pemilihan atas orang percaya. 

Kristus adalah satu-satunya pribadi yang berkenan di hati Allah. Neufeld menegaskan bahwa, “Tuhan telah memilih kita di dalam Dia, yaitu di dalam Kristus. “Dalam” harus dipahami sebagai mengacu pada identifikasi dengan Kristus, dan kepada Kristus sebagai orang yang olehnya pilihan Allah direalisasikan.”

Ketiga, menunjuk pada karya atau tindakan Kristus. Kristus berpartisipasi dalam tindakan pemilihan Allah untuk memilih orang-orang bagi diri-Nya. Clinton berpendapat bahwa ketika Paulus mengatakan Allah memilih kita “di dalam Dia” (en auto), dia mengacu pada partisipasi Kristus dalam tindakan pemilihan Allah. Sama seperti Kristus terlibat dengan Bapa dalam penciptaan dunia (‘oleh-Nya segala sesuatu diciptakan’; Kolose 1:16; lih. juga Yohanes 1:3), demikian juga Kristus berpartisipasi dengan Bapa dalam memilih orang-orang untuk diri-Nya.

2. Dalam Kristus Pada Penebusan (Efesus1:7-10)

Timothy Friberg dan kawan-kawan, menjelaskan bahwa, kata penebusan) pada Efesus 1:7, memiliki struktur, N-A-F-S (Noun, Accusative, Feminine, Singular) yang artinya:

1) secara harfiah, sebagai tindakan membeli kembali seorang budak atau tertawan melalui pembayaran uang tebusan; maka bebas, pembebasan (Ibrani 11:35);

2) secara kiasan;

a) penyelamatan dengan penebusan dosa, pembebasan (Roma 3:24);

b) pelepasan tubuh dari keterbatasan duniawi dan pembebasan kematian, pembebasan (Roma 8.23);

(c) Kristus sebagai orang yang membebaskan dari dosa, penebus, pembawa (1 Korintus 1:30).

Konsep (dalam Kristus) pada penebusan memiliki beberapa dimensi.

Pertama, dalam Kristus menunjuk pada Kristus sebagai tempat, lokasi, atau lingkup. Kristus adalah satu-satunya tempat, di mana setiap orang percaya dapat menikmati berkat penebusan. Di luar Kristus tidak ada seorang pun yang dapat menerima pengampunan dosa. Allah dalam kekekalan-Nya telah menetapkan Kristus sebagai titik sentral dari karya keselamatan yang telah dirancangkan-Nya.

Kedua, dalam Kristus menunjuk pada karya atau tindakan Kristus. Penebusan merupakan karya atau tindakan yang dikerjakan oleh Kristus bagi setiap orang percaya. Penebusan ini berhubungan penumpahan darah (pengorbanan) Kristus di kayu salib yang menjadi harga pembayaran kepada Allah atas penghukuman yang seharusnya ditanggung oleh setiap orang yang percaya. 

Tindakan Kristus untuk memberikan diri-Nya sebagai korban bagi manusia membuktikan bahwa Ia adalah Juruselamat (Lukas 2:11; Yohanes 4:42; 2 Timotius 1:10). Di dalam tindakan Yesus yang telah memberikan diri dan mencurahkan darah-Nya sebagai korban penebusan terdapat jaminan pengampunan dosa bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. 

Di dalam tindakan Yesus untuk mempersembahkan diri-Nya kepada Allah sebagai korban bagi penebusan manusia terdapat kepastian bagi orang percaya untuk memperoleh jalan masuk dan menghampiri takhta kasih karunia Allah, (Roma 5:2; Ibrani 10:19). 

O’Brien berpendapat bahwa, “Dalam Efesus 1:7, penebusan yang kita miliki di dalam Yang Dikasihi telah diperoleh melalui darah-Nya. Ungkapan singkat ini mengandung makna, dan berarti bahwa kematian hina Kristus di salib sebagai suatu pengorbanan adalah alat yang telah memenangkan pembebasan kita (bdk. Roma 3:25).”

3. Dalam Kristus Pada Penyatuan Segala Ciptaan (Efesus 1:11-12)

Timothy Friberg menjelaskan bahwa dalam bahasa Yunani, kata “mempersatukan”

(1) jumlah, termasuk dalam satu prinsip (Roma 13:9);

(2) membawa segala sesuatu bersama-sama di bawah kendali satu orang mengumpulkan (semuanya) bersama, menyatukan, menjadikannya menjadi satu (Efesus 1:10).

Konsep (dalam Kristus) pada penyatuan segala ciptaan memiliki beberapa dimensi.

Pertama, (dalam Kristus) menunjuk pada Kristus sebagai tempat, lokasi, atau lingkup. Kristus adalah satu-satunya tempat, atau lokasi, di mana ciptaan Allah akan dipersatukan pada-Nya. Kristus adalah pusat dari segala ciptaan dan semuanya akan dihimpunkan pada-Nya. Tujuan besar Allah “dalam Kristus” berfokus pada Anak sebagai pribadi yang dipilih Allah yang melalui-Nya orang-orang percaya diberkati. 

Sekarang dalam Efesus 1: 9 dan 10 penekanan ditempatkan pada Pribadi yang di dalam-Nya lingkup tujuan Allah untuk seluruh tatanan ciptaan dimasukkan. Penekanannya sekarang ada pada suatu alam semesta yang berpusat dan dipersatukan kembali dalam Kristus. Kristus ada bersama dengan Allah di saat Allah menetapkan untuk mempersatukan dalam Kristus setiap ciptaan yang ada di surga dan di bumi dan penggenapan penyatuan terhadap segala ciptaan tersebut terjadi juga dalam lingkup waktu Kristus.

Kedua, (dalam Kristus) menunjuk pada status atau pribadi Kristus. Ketika Paulus mengungkapkan bahwa Allah telah merancangkan untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus (Efesus 1:9-10) maka hal itu menunjukkan segala eksistensi Kristus yang karenanya Allah melaksanakan rencana penyatuan segala ciptaan. 

Barton berpendapat bahwa, Kristus adalah pribadi yang melalui-Nya Allah memilih untuk mempersatukan kosmos, Pribadi yang melalui-Nya Allah memulihkan harmoni alam semesta. 

“Bahwa Kristuslah yang akan melayani sebagai agen Allah dalam membawa semua makhluk pemberontak di dalam semua ciptaan di bawah kedaulatan Allah. Paulus menyampaikan sebuah gagasan serupa kepada orang Filipi ketika dia menyatakan bahwa akan ada hari di mana ‘dalam nama Yesus bertekuk lutut setiap lutut, segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan setiap lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa’ (Filipi 2:10-11).” 

Penyatuan segala ciptaan baik yang di surga maupun di bumi pada diri Kristus terjadi ketika Kristus melakukan rekonsiliasi antara ciptaan dengan Sang Pencipta (Kolose 1:18-20; 2 Korintus 5:19). Inilah rekonsiliasi sejati yang sesuai dengan rancangan Allah.

Implikasi Praktis: Peran dan Tanggung Jawab Orang Percaya

1. Sebagai Anak Allah

Karya keselamatan yang dikerjakan Allah di dalam Kristus Yesus membuat setiap orang percaya menjadi anak-anak-Nya (Efesus 1:5). Kita diberi nama baru, sebagai anak-anak Allah, dan bukan anak-anak Iblis (1 Yohanes 3:10), atau anak-anak durhaka (Efesus 5:6), atau anak-anak yang dimurkai (Efesus 2:3). 

Sebaliknya, kepada kita telah diperluas hak-hak istimewa dan kesukaan-kesukaan rumah Bapa kita – akses ke hadirat-Nya, kedekatan dengan-Nya karena berada di dalam keluarga yang sama, keberanian dan kebebasan untuk datang kepada-Nya, dan suatu pengetahuan bahwa tangan ke-Bapa-an-Nya akan mengerjakan segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi semua anak-Nya. Sebagai anak Allah, setiap orang percaya memiliki tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai bukti dari kehidupan yang telah diselamatkan oleh Allah.

2. Memuliakan Allah

Setiap orang percaya yang telah diselamatkan oleh Allah memiliki tanggung jawab untuk memuji Allah. Hidup yang memuliakan Allah ini telah dicontohkan oleh Paulus dalam Efesus 1:3, 6, 12, 14. O’Brien menegaskan bahwa, “Rasul Paulus memulai dengan memuji Allah karena mengaruniakan kita dengan setiap berkat rohani.” Orang percaya memuji Allah sebab Allah telah memilih dan menetapkan orang percaya sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:3-4). 

Pujian ini seharusnya lahir dari kesadaran bahwa pemilihan dan penetapan Allah merupakan berkat rohani yang tiada taranya bagi setiap orang percaya. Pemilihan dan penetapan Allah bagi setiap orang percaya untuk menjadi anak-anak-Nya merupakan suatu anugerah yang tidak dapat diukur dengan apa pun karena itu setiap orang percaya harus mengucap syukur kepada Allah dan mengagungkan kebesaran kasih-Nya. 

Tindakan Allah ini menunjukkan bahwa tidak ada sedikit pun andil dari orang percaya ketika Allah memilih dan menetapkan mereka sebagai anak-anak-Nya. Itu sebabnya Paulus berkata: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga,” (Efesus 1:3). 

Melalui adopsi orang tebusan diangkat menjadi anak-anak Tuhan Allah Yang Maha Kuasa. Mereka diperkenalkan sebagai keluarga Allah dan mendapat bagian di dalamnya. Bagi Paulus, pemilihan menghasilkan pujian, karena hal itu mencerminkan komitmen Allah untuk kasih karunia yang Dia limpahkan dalam Kristus, yang dikasihi-Nya, (Efesus 1:5-6). 

Dengan memandang kepada setiap perbuatan Allah yang telah dinikmati maka setiap orang percaya sebagai anak Allah harus memuji dan mengagungkan Dia sebab hanya Dialah yang layak menerima semua pujian serta pengagungan. Pujian yang dinaikkan itu harus lahir dari kesadaran tentang betapa besar kasih Allah yang telah dianugerahkan bagi setiap orang percaya.

Orang percaya memuji dan memuliakan Allah sebab mereka telah ditebus oleh darah Kristus (Efesus 1:7). Penebusan yang telah diterima oleh orang percaya berhubungan dengan kematian Kristus di salib dan kebangkitan-Nya yang ajaib. Kristus taat sampai mati di kayu salib (Filipi 2:8) terhadap rencana penyelamatan Allah bagi manusia dan Dia telah memikul dosa umat manusia di kayu salib (1 Petrus 2:24). Kebangkitan Kristus memberikan jaminan bagi orang percaya bahwa dosa telah ditaklukkan dan orang percaya dapat hidup dalam Kristus Yesus untuk menyenangkan dan memuliakan Allah.

3. Mempraktikkan Kehidupan Yang Kudus

Setiap orang percaya yang telah menerima keselamatan dari Allah memiliki tanggung jawab untuk hidup seperti yang Allah inginkan. Kehidupan yang Allah inginkan berhubungan dengan praktik hidup kudus yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya. Paulus mengemukakan bahwa tanggung jawab orang percaya dalam pemilihan Allah ialah supaya mereka menampilkan kehidupan yang kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Efesus 1:4). 

Sejalan dengan hal tersebut, Petrus juga menegaskan, “Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu sebab Aku kudus (1 Petrus 1:15- 16).” 

Kekudusan ialah pemberian istimewa Tuhan Yesus kepada umat-Nya. Kekudusan adalah hasil dari hidup yang dipersatukan dengan-Nya. Bridges menegaskan bahwa “Maksud keseluruhan dari keselamatan kita ialah agar kita ‘kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya’ (Efesus 1:4). Jika sebagai orang Kristen kita terus hidup di dalam dosa, berarti kehidupan kita berlawanan dengan maksud Allah yang terkandung di dalam penyelamatan.” Allah memanggil setiap orang percaya untuk hidup dalam kebenaran dan kekudusan-Nya.

Kristus mati tidak hanya untuk menyelamatkan kita dari kesalahan-kesalahan kita, tetapi juga dari kuasa dosa itu. Apakah orang-orang percaya disebut sebagai orang “yang dipilih?” Itu terjadi melalui pekerjaan Roh Kudus yang menguduskan. Apakah mereka “ditentukan dari semula?” Mereka ditentukan “untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya (Allah)” (Roma 8:29). Apakah mereka dipilih? Mereka dipilih supaya “kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:4). Apakah mereka dipanggil? Mereka dipanggil “dengan panggilan kudus” (2 Timotius 1:9). 

Apakah mereka ditimpa penderitaan? Ini adalah cara Allah “mengajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya” (Ibrani 12:10). Yesus adalah Juru selamat yang sempurna yang tidak hanya menghapus rasa bersalah akibat dosa orang percaya, tetapi juga mematahkan kuasa dosa atas orang percaya sehingga memampukan orang percaya itu kudus. Dengan demikian setiap orang percaya bertanggung jawab untuk menampilkan kehidupan yang kudus selama berada di dunia sehingga pada akhirnya Tuhan mendapati mereka tidak bernoda dan tak bercacat di hadapan-Nya (2 Petrus 3:14).

4. Mengikuti Pimpinan Roh Kudus

Hidup dalam pimpinan Roh Kudus adalah suatu keharusan bagi orang percaya. Paulus menegaskan bahwa ketika seseorang percaya kepada Allah di dalam Kristus maka mereka dimeteraikan dengan Roh Kudus (Efesus 1:13). Karena setiap orang percaya adalah milik Allah maka sudah seharusnya mereka hidup dalam pimpinan Roh Kudus yang ditempatkan Allah di dalam hati mereka. 

Setiap anak Allah harus mengikuti pimpinan Roh Kudus sebab Dialah Guru Agung yang akan menuntun mereka sehingga dapat hidup dalam kebenaran Allah. Dengan mengikuti pimpinan Roh Kudus maka kehidupan setiap orang percaya akan senantiasa menyenangkan hati Allah.

Yesus berkata, “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu (Yohanes 14:26).” Orang percaya diperintahkan untuk hidup dan dipimpin oleh Roh (Galatia 5:16, 25). 

Di satu pihak, hal ini akan memungkinkan orang percaya untuk tidak menuruti keinginan daging, dan dipihak lain, menjaga agar ia tidak terperangkap oleh ajaran yang mengharapkan keselamatan dengan cara melakukan perbuatan baik (Galatia 5:16-18; lih. juga Roma 8:14). Roh Kudus menyatakan kepada kita kehendak Allah dan sekaligus memungkinkan kita untuk melaksanakan kehendak itu.

5.Berjalan Dalam Kuasa Allah

Sebagai anak Allah, setiap orang percaya dibawa masuk ke dalam suatu pengalaman pribadi bersama dengan Allah untuk berjalan bersama Dia dan menikmati kehebatan kuasa-Nya (Efesus 1:19). Karena itu orang percaya seharusnya memiliki komitmen yang kuat untuk selalu hidup dalam kuasa Allah setiap hari. 

Jika Efesus 1:19 dihubungkan dengan Efesus 6:10-20, dapat dikatakan bahwa di samping orang percaya mengalami kehidupan baru yang dikerjakan Allah melalui kuasa kebangkitan Yesus maka Paulus juga menekankan bahwa kehebatan kuasa Allah yang dialami oleh orang percaya juga berhubungan dengan peperangan rohani.

Prince berpendapat bahwa, “Dalam Perjanjian Baru, umat pilihan Allah digambarkan dengan berbagai cara. Dalam kitab Efesus, misalnya, orang-orang yang menjadi umat pilihan Allah digambarkan sebagai suatu dewan perwakilan, sebagai suatu keluarga, sebagai bait Allah, dan sebagai mempelai perempuan Kristus. Tetapi, gambaran yang terakhir mengenai umat pilihan Allah yang terdapat dalam kitab Efesus adalah sebagai suatu tentara, suatu angkatan bersenjata. Adapun pasukan bersenjata ini digambarkan sedang terlibat dalam suatu peperangan yang bersifat global yang kini berkecamuk di seluruh dunia.” 

Orang percaya menginginkan kehidupan yang serba tenang dan damai bersama orangorang yang kita kasihi dan cintai, baik dalam kehidupan keluarga, jemaat, maupun masyarakat. Tapi orang Kristen mau tidak mau harus menghadapi peperangan melawan musuh Allah yang juga memusuhi mereka. 

Peperangan itu takkan kunjung berhenti kendati sesaat pun sampai pada hari terakhir, pada saat mana kedamaian hidup dan sejarah yang sempurna akan digenapi oleh kuasa Allah. Dengan kekuatan sendiri tidak mungkin orang percaya mampu berhadap-hadapan dengan kuasa si jahat dalam peperangan rohani. Itulah sebabnya Allah memberikan kuasa-Nya bagi setiap orang yang percaya sehingga mereka dapat menyaksikan kehebatan kuasa-Nya bekerja dalam kehidupan mereka.

O’Brien menjelaskan bahwa, dalam permintaan ketiga dan klimaks, yang secara khusus ditekankan dengan koneksinya di Efesus 1:20-23, fokus doanya adalah pada kuasa Allah yang bekerja atas orang-orang percaya. Secara khusus adalah signifikansi dari kemahakuasaan Allah, yang akan memampukan mereka untuk ikut serta dalam peperangan rohani yang akan terus berlangsung (bdk. Efesus 6:10-12) dan akhirnya bisa turut berbagian dalam kemuliaan Allah. “Kekuatan Allah efektif untuk semua orang percaya.” 

Seorang yang telah ditebus yang tersembunyi di dalam Kristus kini diberikan posisi dalam roh atas Iblis. Yesus dengan berani menyatakan, “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu (Lukas 10:19).” Dengan kuasa Allah, setiap orang percaya akan kuat untuk bertahan melawan tipu muslihat Iblis dan juga mampu mengadakan perlawanan terhadap berbagai serangannya (Efesus 6:10-13).

6. Sebagai Tubuh Kristus

“Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu” (Efesus 1:22-23). Paulus dengan tegas mengatakan bahwa setiap orang percaya adalah tubuh Kristus di mana Kristus adalah Kepala dari jemaat yang adalah tubuh-Nya.  


Sebagai tubuh Kristus, setiap orang percaya yang telah diselamatkan oleh Allah melalui karya pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib harus melakukan tanggung jawabnya dengan setia. Dan orang percaya sebagai tubuh Kristus yang telah menikmati segala berkat rohani (Efesus 1:3) yang telah Allah sediakan.

7. Membawa Berita Tentang Kristus

Rasul Paulus menyampaikan sebuah kebenaran mendasar bahwa Kristus telah diberikan kepada jemaat (Efesus 1:22), maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa jemaat memiliki tanggung jawab untuk membawa berita tentang Kristus kepada dunia. Setiap orang percaya yang adalah tubuh Kristus harus menyadari bahwa Allah menempatkan mereka di tengah dunia sebagai utusan-Nya untuk membawa berita tentang karya penebusan yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus bagi umat manusia.

Kristus telah memanggil kita menjadi utusan-Nya, mengikuti pesan, metode, dan karakter-Nya (2 Korintus 5:14-21). Panggilan kita memungkinkan kita untuk mewakili Tuhan semesta alam kepada orang-orang di sekitar kita! Allah sedang mengambil orang-orang yang tersesat, kebingungan, patah semangat, membangkang, dan mementingkan diri dan membuat mereka menjadi orang yang dikuatkan oleh kasih karunia-Nya dan dimotivasi oleh kemuliaan-Nya. 

Dalam bersaksi, marilah kita berusaha sedapat-dapatnya untuk menggambarkan Kristus yang sedang berdiri dengan kedua tangan terulur, menawarkan anugerah kepada orang berdosa. Marilah kita ungkapkan kasih Allah pada orang berdosa dalam cara yang berkesan dan menawan. Bagaimana? Dengan meninggikan Kristus di hadapan mata orang yang belum percaya. 

Kita harus senantiasa berfokus pada kasih Yesus yang menakjubkan dan mencakup segala sesuatu. Berita tentang Kristus harus terus disampaikan sehingga setiap manusia yang terhilang dapat melihat datang kepada terang Kristus dan menerima keselamatan dari Dia.

Menciptakan Keharmonisan Dalam Tubuh Kristus Paulus memberikan pujian kepada penerima suratnya karena mereka memiliki iman yang sungguh dalam Tuhan dan juga praktik kasih yang mereka hidupi (Efesus 1:15). Sehubungan dengan kasih yang di hidupi oleh jemaat Efesus, Stott berpendapat bahwa, “Maksud Paulus di sini ialah mengasihi semua orang Yahudi dan non Yahudi tanpa membedakannya.” Kasih para pembaca telah ditunjukkan kepada semua orang kudus. 

Jika istilah orang-orang kudus adalah rujukan kepada jemaat di Yerusalem atau kepada orang-orang Kristen Yahudi (signifikansi yang kadang-kadang dimilikinya), maka kasih para pembaca bukan Yahudi ini adalah bukti robohnya tembok pemisah turun-temurun antara orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi (yang adalah pokok argumen Efesus). Namun tanpa menyangkali bahwa tembok-tembok pemisah yang sudah ada sejak lama ini telah dihilangkan, di sini ungkapan kepedulian dan perhatian praktis para pembaca ditujukan kepada semua umat kudus Allah, yang berarti orang-orang Kristen pada umumnya, orang-orang Yahudi maupun bukan Yahudi, di lingkungan Efesus dan sekitarnya. 

Membicarakan “jemaat” sebagai kumpulan yang mengambil tempat di sorga di mana orang-orang percaya berkumpul di sekeliling Kristus adalah suatu cara metaforis mengatakan bahwa mereka sekarang menikmati persekutuan dengan-Nya. Ini adalah suatu cara berbicara figuratif tentang orang-orang Kristen yang secara pribadi terkait dengan Kristus seperti mereka terkait satu dengan yang lain. 

Sebagai tubuh-Nya, gereja dapat bersekutu dengan-Nya sebagai Kepala atas segala yang ada, khususnya sebagai Kepalanya (Kolose 1:18; Efesus 4:15; Kolose 2:10, 19). Dalam persekutuan rohani itu, dari kepenuhan Dia sebagai Kepala (Efesus 1:23; Kolose 2:9-10), gereja harus menyadari keberadaannya sebagai tubuh Kristus, dibangun sebagai tubuh-Nya dan membangun dirinya dalam Kristus (Efesus 4:12, 16).

Setiap orang yang percaya yang telah dipersatukan di dalam Kristus seharusnya membangun persekutuan yang harmonis dengan anggota tubuh Kristus lainnya tanpa memandang latar belakang suku, budaya, ras atau status sosial. Setiap anggota tubuh Kristus seharusnya dapat saling menerima satu dengan yang lain karena mereka semua telah dipersatukan di dalam Kristus yang adalah Kepala dari tubuh itu sendiri. 

Sikap saling menerima ini harus dilakukan dengan sebuah kesadaran bahwa Kristus telah menerima mereka apa adanya sehingga mereka pun harus melakukan hal yang sama. Paulus menegaskan dalam Roma 15:7, “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.”

8. Mengobarkan Karunia-Karunia

Aspek rohani tubuh Kristus muncul paling jelas di Efesus dan Kolose – bersama aspek sejarah-penebusan. Di sana, otoritas Kristus sebagai Tuhan yang dimuliakan menerima penekanan khusus. Dalam konteks ini, Kristus kerap disebut sebagai Kepala. Sebagai yang telah Allah karuniai dengan segala kuasa dan Kepala dari segala yang ada, Kristus diberikan kepada jemaat sebagai Kepala (Efesus 1:20-23), sehingga Ia juga siap memberikan berbagai karunia rohani (Efesus 4:8). 

Gereja, baik dalam pengertian lokal maupun kolektif, adalah tubuh Kristus. Keanggotaan dalam tubuh Kristus menuntut tanggung jawab fungsi. Gereja dikatakan sebagai bait Allah di mana Roh Kudus tinggal (Efesus 2:22). Jika demikian, setiap anggota gereja diberi karunia oleh Roh Kudus untuk mempersembahkan satu pelayanan yang berarti (1 Korintus 12:1-31). 

Gereja adalah tubuh Kristus. Sama seperti tubuh jasmani kita terdiri atas banyak anggota, demikian juga anggota-anggota tubuh Kristus berfungsi dalam panggilan dan karunia yang berbeda. Allah yang menentukan tujuan dan fungsi mereka. Setiap bagian itu penting, dan tak ada bagian yang dapat memisahkan diri dari yang lainnya. Setiap orang percaya yang adalah anggota tubuh Kristus memiliki karunia yang berbeda-beda menurut kasih karunia yang dianugerahkan Allah kepada mereka (Roma 12:6). 


Setiap anggota tubuh Kristus harus bertanggung jawab untuk mempergunakan karunia-karunia tersebut secara maksimal bagi pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:11-12). Conner berpendapat bahwa, “Jemaat adalah tubuh rohani, yang tersusun dari anggota-anggota rohani, yang memiliki karunia-karunia, pelayanan-pelayanan dan talenta-talenta yang dipakai untuk pembangunan rohani dari tubuh ini.” Setiap anggota tubuh Kristus yang telah menerima berbagai karunia untuk kepentingan bersama anggota tubuh Kristus.

Kesimpulan

Penekanan Paulus tentang konsep (‘dalam Kristus’) berdasarkan Efesus pasal 1 menunjuk pada Kristus sebagai pusat dari segala berkat rohani yang disediakan Allah bagi manusia. Dan menunjuk pada Kristus sebagai tempat, lokasi, lingkup serta karya atau tindakan Kristus yang di dalam Dia orang percaya telah dipilih oleh Allah sebelum dunia dijadikan dan menerima penebusan melalui kematian dan kebangkitan-Nya, serta pada akhirnya segala ciptaan di satukan di dalam Dia.

Setiap orang percaya yang telah menerima keselamatan dari Allah memiliki peran dan tanggung jawab untuk menjalani kehidupan yang Allah anugerahkan sesuai dengan maksud dan rencana-Nya sendiri. Peran dan tanggung jawab ini berhubungan dengan keberadaan orang percaya sebagai anak Allah dan tubuh Kristus yang harus hidup menyenangkan hati Allah, melayani Dia serta melaksanakan misi-Nya bagi dunia. 
Next Post Previous Post