PENGERTIAN SUKSES MENURUT ALKITAB

PENGERTIAN SUKSES MENURUT ALKITAB
gadget, bisnis, otomotif
Pendahuluan

Pada umumnya menurut ukuran duniawi, seseorang dikatakan “sukses” jika mempunyai:
1. Kekayaan
2. Popularitas, seperti artis terkenal, pembicara terkenal yang diundang di sana-sini.
3. Kedudukan/kekuasaan, seperti menteri, direktur, manajer, atau pemimpin yang punya hak untuk mengatur dan memerintah orang lain.
4. Prestasi yang dapat dibanggakan dalam bidang tertentu, seperti juara Olimpiade Matematika, juara kelas, juara Indonesian Idol, dan sebagainya.

I.Pengertian Sukses secara umum

Menurut Helmi Mubarok dalam pemaparannya bahwa “kesuksesan adalah keinginan yang membara. Hiduplah setiap saat, seakan ia adalah akhir dari hidup Anda, hiduplah dengan membawa keyakinan dan harapan, hiduplah dengan semangat cinta dan perjuangan dan hargailah hidup Anda”.

Menurut odjie mengucapkan dalam jurnalnya yang berjudul Berani Bermimpi. “Sukses adalah sebuah pencapaian yang sudah diniatkan, diraih dengan kerja keras, cerdas, diiringi dengan komitmen tinggi dan keberanian menghadapi proses yang terkadang berliku”.

Menurut Earl Nightingale mengatakan bahwa “sukses adalah realisasi progresif dari ideal anda yang bernilai. Namun, sukses itu bukan tujuan akhir dengan kualitas seadanya dan menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Tapi, sebagai suatu proses yang kita lakukan setahap demi setahap”.

Menurut Jennie S. Bev dalam buku Rahasia Sukses Terbesar, “sukses bukanlah tujuan, bukan pula perjalanan. Sukses adalah mindset”. Maka, “sukses” mempunyai makna yang jauh lebih luas dan dalam dari pada makna populernya, yang kebanyakan berkonotasi uang dan status sosial di dalam masyarakat.

Sukses adalah suatu keyakinan (belief) yang memberi dasar semua perbuatan yang merupakan respon dan interpretasi dari kejadian sehari-hari, termasuk ketika mengalami kegagalan. Seorang sukses selalu bersyukur dengan apa yang ia miliki hari ini dan akan miliki di masa depan.

Sukses dalam arti sebenarnya bukanlah bersifat materialistis, namun bersifat spiritual filantropis. Ia bersifat internal, bukan sesuatu yang kasat mata dan bisa dinilai dengan uang maupun dengan koneksi orang-orang terkenal di dalam masyarakat.

1.Faktor dan Struktur Kesuksesan

Setiap orang memiliki cara dan strategi tersendiri dalam mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Akan tetapi kesuksesan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang perlu di ketahui, seperti :

a) Positive mindset

Positive mindset merupakan sebuah sikap yang selalu berikhtiar melihat sisi positif dari beragam tantangan hidup, apapun jenis tantangan itu. Lakukanlah, pekerjaan apapun dengan baik. Positive mindset sejenis watak yang senantiasa berfokus pada bright spots dan bukan selalu mengeluh atas beragam keadaan. Serta soal keyakinan bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk berubah ke arah yang lebih baik.

b) Persistence (ketekunan)

Setiap orang sukses pasti memiliki ketekunan yang lebih tinggi dari orang yang biasa saja. Ketekunan dan tak pernah berhenti mencari peluang. Profesional yang sukses selalu mencari kesempatan untuk maju dan berkembang. Pasang mata, buka telinga dan buka wawasan untuk tantangan dan kesempatan baru.

Orang Sukses belajar dari kesalahan dan kegagalan yang mereka lakukan, dan kemudian berproses untuk kembali menemukan jalur pencapaian tujuan hidup mereka. Di tengah tantangan yang terus mengerang dan jalan kehidupan yang terjal penuh tikungan, mereka terus menderapkan kaki, sebab mereka percaya pada akhirnya cahaya kesuksesan itu pelan-pelan bisa dinyalakan. Mereka terus berjuang dengan ketekunan dan dengan penuh keinginan yang besar.

c) Fighting Spirit

Nasib setiap orang tergantung dari diri setiap orang itu sendiri. Jika seseorang menghabiskan waktu hanya untuk menunggu datangnya mukjizat, maka akan memakan waktu lama. Seseorang yang sukses selalu melakukan sesuatu secara baik dan tepat. Karena, Setiap orang berhak untuk mendapat kesuksesan.

d) Endurance (kesabaran)

Kita tahu, banyak orang membentur kisah kegagalan bukan karena mereka bodoh atau tak punya bakat. Mereka gagal karena menyerah di tengah jalan. Berhenti dan tak mau meneruskan upayanya dengan gigih. Kegagalan merupakan kunci sukses. Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan dari waktu ke waktu. Perbedaan antara orang yang sukses dan orang yang gagal adalah bagaimana mereka menghadapi kegagalan yang di alami. Orang sukses belajar dari kesalahan, sabar dalam menghadapi segala masalah, dan tetap maju.

e) Kembangkan potensi diri

Selalu ada celah untuk terus memekarkan potensi dan kapasitas diri dan selalu ada jalan untuk merekahkan pengetahuan, mengasah ilmu dan merajut ketrampilan. Aliran ilmu terus mengalun, dan kemajuan pengetahuan terus bergerak.

f) Bangun Pertemanan

Hamparkan benih-benih kemuliaan dalam hidup, tekun bersedekah pada anak yatim, membantu sanak saudara dengan hati lapang, dan selalu ringan tangan dalam menolong sesama. Orang sukses memahami dengan baik pentingnya suatu jaringan, baik di dalam maupun di luar pekerjaan. Perlunya bersikap proaktif untuk mengembangkan hubungan profesional.

g) Rajutlah Kedekatan Spiritual dengan Sang Ilahi

Sukses yang paling hakiki hanya, dan hanya bisa direngkuh melalui kedekatan kita pada Sang Ilahi, Sang Maha Pemberi Rezeki. Karena itu, bangunlah kebiasaan untuk dekat dengan Tuhan.

2.Pandangan orang pernah sukses

Kesuksesan tidak menangisi masa lalu, tidak mempermasalahkan hal-hal yang tidak dimiliki, tidak mempermasalahkan mengapa orang lain tidak melakukan sesuatu, dan tidak mempermasalahkan milik orang lain. Kesuksesan itu merasa cukup dengan dirinya sendiri. Diri sendiri adalah sukses dan sukses adalah Diri sendiri. Swadaya dan adanya kesadaran akan itu adalah kuncinya.

Seorang sukses adalah seseorang yang tidak merasa perlu berkompetisi dengan orang lain, ia tidak iri dan tidak dengki dengan kesuksesan orang. Sebaliknya, ia sangat senang melihat orang lain sukses dan sangat ingin berbagi sehingga orang lain pun bisa sukses dan menyadari potensi mereka yang demikian besar. Satu-satunya kompetitor di dunia adalah dirinya sendiri yang selalu mencoba menjadikan hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Seseorang yang sukses selalu mencari dirinya sendiri yang lebih baik, lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih inovatif.

Richard Nixon mengatakan “Setelah menuruni lembah yang terdalam barulah Anda dapat menilai keindahan gunung yang tertinggi. Anda memerlukan sebanyak mungkin “pengalaman pahit” untuk melahirkan keunggulan”.

Helen Keller mengatakan “Karakter tidak dapat dibangun dengan mudah dan tanpa usaha. Hanya melalui pengalaman ujian dan penderitaan jiwa kita dapat diperkuat, visinya jelas, ambisi diinspirasi dan sukses dicapai”.

Henry Ford mengatakan “Kegagalan adalah peluang untuk memulai lebih pintar”. Albert Einstein yang merupakan ilmuwan dunia mengatakan “Terpuruk dalam kesusahan adalah kunci bagi peluang hebat untuk kita”. Lee Kong Chian mengatakan “Kesempatan akan didapat oleh setiap orang, tetapi tidak sekalipun mereka menggunakannya”.

Eleanor Roosevelt mengatakan “Lakukan apa saja yang Anda anggap benar, karena apa pun yang Anda lakukan juga akan dikritik. Anda akan dikutuk jika melakukan. Anda pun akan dikutuk jika tidak melakukan”. Roosevelt mengatakan “Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan adalah orang yang tidak berbuat apa-apa. Jangan takut kepada kesalahan-dengan syarat Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama”.\

II.Pengertian sukses menurut Alkitab

Apakah arti sesungguhya dari “sukses” di mata Allah? Life Application Bible dalam bagian Bible Topics mengenai “succes” memberikan beberapa kriteria, yaitu:

1. Beriman kepada Yesus Kristus.

Dalam Markus 8:36-37, Yesus Kristus berkata: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” Segala sesuatu (harta, kedudukan, kekuasaan, dll) yang kita miliki dalam dunia ini hanya bersifat sementara, dan semua hal itu tidak dapat membeli keselamatan jiwa kita. Tanpa iman kepada Yesus Kristus, maka segala sesuatu yang kita miliki dalam hidup ini adalah sia-sia belaka. Kepuasan hidup yang sejati dan hidup kekal hanya diperoleh di dalam dan melalui Yesus Kristus. Itulah sebabnya, Alkitab mengecam keras orang-orang yang menyandarkan hidupnya pada hal-hal yang tidak menentu dan hanya bersifat sementara, seperti kekayaan, kedudukan, dan kuasa.

2. Melayani Allah dan sesama manusia.

Mengasihi Allah dengan segenap keberadaan diri kita dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri merupakan inti Hukum Taurat (Matius 22:37-40). Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kasih kepada Allah harus diwujudnyatakan melalui kasih kepada sesama manusia. Dengan kata lain, seberapa besar kasih kita kepada Allah terlihat dari seberapa besar kasih kita kepada sesama manusia (Bandingkan dgn. 1 Yohanes 3:17-18; 4:20-21). Orang yang hidupnya mengasihi Allah dan sesama adalah orang yang sukses di mata Allah, karena hal itu merupakan sesuatu yang sangat menyukakan hati Allah.

3. Menaati firman Allah.

Dalam Lukas 11:28, Tuhan Yesus berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (TB LAI). Tidak pernah Yesus mengatakan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang punya harta yang banyak, kekuasaan, dan kedudukan yang tinggi. Bukan berarti harta, kuasa, dan kedudukan tidak bernilai sama sekali, tetapi semua itu hanyalah alat/sarana untuk melayani Allah dan sesama, sehingga harus digunakan di dalam ketaatan kepada firman Allah, bukan digunakan dengan sesuka hati untuk memuaskan keinginan diri sendiri.

Blaise Pascal pernah menyatakan, “The measure of our love God is our obedience” (Ukuran kasih kita kepada Allah adalah ketaatan kita). Seberapa besar kasih kita kepada Allah, diukur dari seberapa besar ketaatan kita kepada Allah dan firman-Nya. Surat 1 Yohanes 2:3 dengan tegas menyatakan: “Kalau kita taat kepada perintah-perintah Allah, itu tandanya bahwa kita mengenal Allah” (BIS).

4. Menempatkan Allah sebagai yang terutama dalam hidup ini, dengan melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah.

Tidak ada tujuan hidup yang lebih tinggi dan mulia selain daripada hidup memuliakan Allah. Rasul Paulus menyatakan: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31). Kita harus melakukan segala sesuatu dengan segenap hati untuk Tuhan sendiri, dan bukan untuk mencari pujian manusia (Kolose 3:23). 

William Tyndale, seorang reformator Inggris menyatakan: “Tidak ada pekerjaan yang lebih baik selain pekerjaan untuk menyenangkan Allah; menuangkan air, mencuci piring, menjahit sepatu yang robek, atau menjadi rasul. Semua adalah satu; mencuci piring dan berkhotbah itu satu. Pekerjaan yang hebat, untuk menyenangkan Allah” (Paul Stevens, God’s Business: Memaknai Bisnis Secara Kristiani, BPK Gunung Mulia, 2008, hal. 292).

BACA JUGA: 7 PANDANGAN ALKITAB TENTANG KESUKSESAN

Secara sederhana, “orang yang sukses di mata Allah” adalah orang yang hidup memuliakan Allah, setia, dan taat kepada firman-Nya. Jika kita memahami kesuksesan dengan cara seperti ini, maka kesuksesan lebih tepat dilihat sebagai sebuah “journey” (perjalanan) daripada sebuah “goal” (tujuan) dalam hidup ini. Jika kita memandang kesuksesan sebagai sebuah perjalanan hidup, maka kita akan termotivasi untuk terus berjuang hidup lebih setia dan taat kepada Tuhan hari demi hari, walaupun mungkin dalam perjalanan itu ada kegagalan, tetapi kita tidak pernah berhenti untuk menyukakan hati Tuhan.

Kesuksesan yang dilihat sebagai sebuah perjalanan hidup, bukan sebagai tujuan akhir, membawa kita untuk tidak pernah merasa puas diri dan sombong ketika telah mencapai prestasi tertentu, karena apa yang telah kita raih itu bukanlah klimaks (titik puncak) dari perjalanan hidup kita. Perjalanan dan kisah hidup kita belum selesai. Kesuksesan di masa lalu dan di masa kini, tidak menjamin kesuksesan di hari esok. Kita lulus “ujian hidup” di hari ini, tetapi belum tentu lulus “ujian” di hari esok. 

Demikian pula sebaliknya, kegagalan di masa lalu dan di masa kini, tidak menjamin bahwa kita pasti gagal di hari esok. Pada akhirnya Tuhan sendirilah yang menilai dengan sempurna segala sesuatu yang kita perbuat di dalam dunia ini. Hal ini akan membawa kita kepada sikap kerendahan hati dan kebutuhan untuk terus-menerus bergantung pada Tuhan.

Kisah hidup Yusuf merupakan kisah yang baik dalam membantu kita untuk memahami bahwa kesuksesan lebih ke arah sebuah perjalanan hidup daripada sebuah tujuan akhir. Jika kita menganggap kesuksesan sebagai tujuan akhir yang telah terwujud, maka orang-orang duniawi akan berpendapat bahwa Yusuf mencapai kesuksesan pada saat dia telah menjadi “penguasa kedua” di Mesir setelah Raja Firaun. Namun, Alkitab menyatakan bahwa Tuhan menyertai dan memberkati Yusuf, bukan hanya pada saat dia telah mencapai kedudukan yang tinggi di Mesir, tetapi jauh sebelum hal itu terjadi, Tuhan telah membuat segala sesuatu yang dikerjakan oleh Yusuf menjadi berhasil/sukses. 

Ketika di rumah Potifar, Kejadian 39:3-4 mencatat: “Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf” (NIV: “When his master saw that the LORD was with him and that the LORD gave him success in everything he did...”). Bahkan ketika Yusuf berada di dalam penjara, Kejadian 39:23 kembali menegaskan penyertaan Allah terhadap Yusuf: “The warden paid no attention to anything under Joseph's care, because the LORD was with Joseph and gave him success in whatever he did“ (NIV).

Dengan demikian, Yusuf sukses di mata Allah, bukan hanya ketika dia sudah mencapai kedudukan yang tinggi di Mesir, tetapi di dalam keseluruhan perjalanan hidupnya yang penuh penderitaan menuju ke istana Mesir, Yusuf dipandang sukses oleh Allah, karena telah menyatakan kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah. Di mata orang-orang duniawi, ketika Yusuf berada di penjara, dia dianggap tidak sukses, tetapi di mata Allah Yusuf adalah orang sukses, karena Yusuf tetap taat kepada Tuhan untuk tidak mau berzinah dengan istri Potifar (Kejadian 39). Sekalipun ketaatan Yusuf itu menggiring dirinya ke dalam penjara karena telah difitnah oleh istri Potifar. Kisah hidup Yusuf menjungkirbalikkan pandangan kebanyakan orang bahwa kesuksesan berarti hidup dalam kenyamanan, kelancaran, dan kemapanan.

Kesimpulan

1.Kesuksesan tidak ditentukan sepenuhnya oleh manusia melainkan atas perkenan dan kehendak Tuhan (Yosua 1:8; Ulangan 28:1-13; Matius 6:33). Artinya, sukses melibatkan campur tangan Tuhan. Justru sukses yang tidak mengikutsertakan Tuhan merupakan suatu penghinaan terhadap Tuhan. Tuhan adalah pencipta dari semua. Tuhan adalah pemilik segalanya. Alkitab menyatakan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1 bandingkan Mazmur 50:10, 12). 

Dengan demikian, kehidupan kita di bumi adalah sebuah kepercayaan dari Tuhan. Waktu yang kita miliki di bumi, tenaga, kepandaian, kesempatan, hubungan, dan kekayaan, semua pemberian dari Tuhan yang Dia percayakan dalam pemeliharaan dan pengelolaan kita. Dengan demikian kesuksesan bukan semata-mata masalah sekuler tetapi menyangkut masalah spiritual yang berdampak kekal. Seperti yang dikatakan oleh Toni Evans “Kesuksesan tidak bisa disebut sekuler karena pemilik segala sesuatu adalah Tuhan. Kita tidak bisa membicarakan kesuksesan, tanpa menaruh perspektif Tuhan lebih dulu”.

2.Kesuksesan bukan terutama diukur dari hasil yang telah kita capai, tetapi terutama diukur dari kesetiaan kita kepada Tuhan di dalam mengelola dan mengembangkan segala kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita. Setia dan taat kepada Tuhan bukan berarti kita pasif dan pasrah dengan segala keadaan dalam hidup ini, tetapi justru aktif berusaha sebaik-baiknya untuk menyelaraskan agenda hidup kita sesuai dengan agenda Tuhan. 

Orang Kristen dipanggil untuk tekun bekerja, bertanggung jawab, memiliki semangat juang hidup yang tinggi, dan merencanakan segala sesuatu sebaik mungkin di dalam tuntunan firman Allah. Almarhum Ibu Teresa pernah menyatakan “Allah memanggil kita untuk setia, bukan untuk memeroleh kesuksesan menurut ukuran duniawi.” Allah akan mengerjakan kehendak-Nya melalui usaha kita.

Kita dipanggil untuk bertumbuh secara maksimal dalam mengembangkan segala potensi dan talenta yang Tuhan berikan kepada kita. Perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30) mengingatkan kita bahwa bagi Allah, kesetiaan jauh lebih penting daripada hasil yang nampak. Dalam perumpamaan itu diceritakan, hamba yang memiliki 5 talenta, setelah mengusahakannya dengan baik, maka dia beroleh laba 5 talenta lagi. Demikian pula halnya, hamba yang memiliki 2 talenta, beroleh laba 2 talenta.

Menurut penilaian duniawi, hamba yang memiliki laba 5 talenta lebih sukses daripada hamba yang memiliki laba 2 talenta, karena dari segi jumlah/kuantitas yang dihasilkan, maka hamba 5 talenta lebih banyak memberikan hasil daripada hamba 2 talenta. Namun yang menarik adalah pujian yang diberikan oleh sang tuan kepada kedua orang itu adalah sama, tidak ada beda sama sekali. Sang tuan mengatakan hal yang sama: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Matius 25:21, 23).

BACA JUGA: HARAPAN UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK

Dengan demikian, kedua hamba itu sama-sama sukses di mata Allah karena telah mengerjakan bagiannya dengan sebaik-baiknya. Tuhan menuntut pertanggungjawaban sesuai dengan talenta yang diberikan-Nya kepada kita. Orang yang diberi banyak dituntut banyak, orang yang diberi sedikit dituntut sedikit. Dalam Lukas 12:48b, Tuhan Yesus berkata: “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” Hal ini adalah pola pertanggungjawaban yang adil dan proporsional.

Pada akhirnya, Tuhan sendirilah yang dapat menilai dengan tepat, apakah kita adalah orang yang sukses atau tidak di mata-Nya. Namun firman Tuhan dapat menjadi tempat kita bercermin untuk melihat seberapa besar kasih, kesetiaan, dan ketaatan kita kepada Allah. Alangkah indah dan bahagianya kita, ketika kita bertemu dengan Tuhan, maka Dia menyambut kita dengan tersenyum dan berkata: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.

Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :

Next Post Previous Post