KATEKISMUS KECIL WESTMINSTER (P25): KRISTUS SEBAGAI IMAM

KATEKISMUS KECIL WESTMINSTER (P25): KRISTUS SEBAGAI IMAM
gadget, bisnis, keuangan
25. Pertanyaan: Bagaimana Kristus menjalankan jabatan Imam?
Jawaban: Kristus menjalankan jabatan Imam dengan mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban untuk memuaskan keadilan ilahi [a] dan mendamaikan kita dengan Allah; [b] serta dengan terus-menerus menjadi Juru syafaat bagi kita. [c]

a. Ibrani 9:14, 28. b. Ibrani 2:17. c. Ibrani 7:24,25.
 “Kristus melaksanakan jabatan-Nya sebagai imam, dengan mempersembahkan diri-Nya sendiri (cukup hanya) satu kali sebagai kurban untuk memuaskan keadilan ilahi, (Ibrani 8:1 ; 9:28) dan mendamaikan kita dengan Allah ; (Ibrani 2:17) dan terus-menerus menjadi Pengantara bagi kita. (Ibrani 7:25)” (Williamson, 2006, p. 151). 

Sebagai Imam, Kristus mewakili manusia dihadapan Allah. Ia menyelesaikan dosa dengan mengorbankan diri-Nya (Ibrani 9: 26); melalui kematian-Nya Ia mengadakan penyucian bagi dosa-dosa umat-Nya (Ibrani 1:3). Ia telah memasuki tempat kudus surgawi bukan hanya untuk menyucikan dosa-dosa dengan darah-Nya (Ibrani 9:12) melainkan juga untuk menghadap hadirat Allah untuk kepentingan umat-Nya (Ibrani 9:24). Ia sebagai pengantara bagi umat-Nya, Ia sebagai pendoa syafaat bagi Umat-Nya. Dia melakukan semuanya ketika Ia telah menyelesaikan karya penebusan di bukit Golgota. Ia “telah menyucikan dosa-dosa” umat-Nya. Penyucian dosa hanya melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.

Sebagai Imam Besar, Ia telah menyelesaikan karya-Nya bagi manusia, yaitu telah menyelesaikan pentahiran, penyucian dosa-dosa, dan kesempurnaan umat-Nya, tak ada satupun dari antaranya yang dapat dilaksanakan dalam tatanan Perjanjian Lama. Korban Kristus yang sempurna diatas salib telah menggenapi semua ini.

Setelah semua karya-Nya diatas bumi selesai, maka “Ia duduk disebelah kanan Allah Bapa”. Kedudukan ini merupakan sebuah penghormatan tertinggi yang diberikan Bapa kepada Anak-Nya. Dia duduk suatu sikap pemerintahan dan kekuasaan ada pada-Nya, bukti dan tanda kemuliaan, tanda pemerintahan dengan otoritas sempurna untuk menjalankan tugas pemerintahan-Nya atas alam semesta. 

“Duduk” yang diartikan sebagai sikap kemenangan, istirahat dan memerintah. Kristus mengambil bagian dalam kemuliaan Bapa tanpa menggantikan dan meniadakan Sang Bapa. Ia bersama dengan Allah Bapa memerintah alam semesta, dan segala makhluk didalam-Nya. Melalui Kebenaran ini maka dapat disimpulkan bahwa Kristus adalah penguasa tertinggi. Dalam surat-surat lain pun hal ini sudah dijelaskan (1 Petrus 3:22; Efesus 1:22).

Catatan: Sebagai imam, Kristus mempersembahkan diri-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (bukan semua orang). Kristus menebus banyak orang bukan semua orang berarti ada penebusan terbatas yang sepenuhnya tergantung pada kedaulatan Allah yang telah memilih beberapa manusia untuk ditentukan, dipanggil, dibenarkan dan dimuliakan (Roma 8:29-30). 

Penebusan Kristus ini satu kali untuk selama-lamanya. Berarti, tidak ada penebusan Kristus untuk kedua atau ketiga atau kesekian kalinya. Inilah keunikan penebusan Kristus, sekali untuk selama-lamanya. 

Kita mendapati adanya tiga sifat di dalam penebusan Kristus. 

Pertama, mempersembahkan diri-Nya untuk menggantikan manusia pilihan-Nya yang berdosa (Substitusi). Ini berarti kematian manusia yang harus ditanggung oleh semua manusia yang berdosa telah ditanggungkan/digantikan oleh Kristus dengan mati disalib untuk menebus dosa manusia pilihan-Nya. 

Kedua, memuaskan keadilan Ilahi/meredakan murka Allah. Semua dosa manusia harus ditanggung oleh manusia sendiri. Itulah keadilan yang dituntut Allah bagi manusia. Tetapi Ia sendiri sadar bahwa manusia tidak mampu melakukannya, maka Kristus diutus untuk menebus dosa manusia. mendamaikan manusia yang berdosa dengan Allah yang dahulu terputus akibat dosa. 

Ketiga, mendamaikan manusia dengan Allah (Propisiasi). Artinya, penebusan Kristus merekatkan kembali hubungan Allah yang Mahakudus dengan manusia yang berdosa yang dahulu terputus akibat dosa. Sehingga kematian Kristus mengembalikan fungsi asli manusia sebagai peta teladan Allah yang dahulu sudah terpolusi oleh dosa. 

Kematian Kristus juga membuka peluang manusia dapat berkomunikasi dengan Allah secara langsung di mana sebelumnya manusia berkomunikasi dengan Allah melalui para nabi-Nya. Hal ini dinyatakan dengan terbelahnya tirai Bait Allah menjadi dua ketika Kristus mati (Matius 27:51).


Dan Tuhan Yesus bukan hanya mempersembahkan kurban bagi kita, tetapi Dia juga berdoa syafaat bagi kita. Yohanes 17 berisi doa Tuhan Yesus untuk para pengikut-Nya. Kemudian di dalam Roma 8:34 dikatakan bahwa Kristus Yesus yang duduk di sebelah kanan Allah, yang menjadi Pembela bagi kita. 

Bahasa Indonesia menerjemahkannya dengan kata “Pembela”, tetapi semua terjemahan bahasa Inggris dengan tepat menerjemahkannya “Pen doa Syafaat” Sama seperti para imam di Perjanjian Lama yang mempersembahkan kurban untuk menjadi mediator antara umat dengan Allah; demikian pula Kristus membawa kurban yaitu diri-Nya sendiri. Dia menjadi mediator satu-satunya untuk membawa kita kepada Allah. Sebagaimana para imam memimpin doa-doa dan berdoa khusus untuk bangsa pilihan, demikian pula dengan Kristus yang berdoa syafaat terus menerus bagi kita.

Catatan:

Seorang imam ialah pengantara, yaitu seorang yang berdoa kepada Allah bagi manusia yang berdosa, Imamat 4:16-18. Tidak berapa lama sesudah peristiwa air bah Nuh yang besar itu, orang dipilih, diserahkan dan diasingkan untuk jabatan imam. Kepada mereka itu diwajibkan mengadakan kurban karena dosa serta berdoa kepada Allah untuk orang-orang berdosa yang tidak ada hak datang kepada Allah. 

Oleh sebab itu imam harus mempersembahkan kurban darah karena dosa. Tetapi hak itu hanya diberi kepada imam. Mereka menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yang oleh kurbannya dan doanya dosa diampuni. Maka akan ada pendamaian antara Allah dan manusia. Itu jabatan imam dalam Perjanjian Lama.

Keimaman Kristus

Perjanjian Lama menyatakan dan menyebutkan lebih dahulu tentang keimaman dari sang Penebus yang akan datang. Ada acuan-acuan yang jelas tentang hal ini dalam Mazmur 110:4 dan Za.6:13. Lebih jauh lagi keimaman Perjanjian Lama dengan jelas menggambarkan keimaman sang Mesias. Dalam Perjanjian Baru hanya ada satu kitab saja di mana Ia disebut sebagai Imam, yaitu Surat Ibrani, akan tetapi dalam surat ini nama-Nya disebutkan berulang kali yaitu dalam 3:1; 4:14; 5:5; 6:20; 7:26; 8:1.


Di dalam jabatanNya sebagai Imam Tuhan Yesus bukan mempersembahkan korban dari darah binatang, melainkan ia mengorbankan diriNya sendiri (Ibrani 10:10; 7:25). Dalam Ibr. 7 Kristus menjadi Imam Besar menurut peraturan Melkisedek, bukan yang Harun, Lewi maupun Yehuda. Keimaman Melkisedek adalah lebih tua daripada keimaman Harun: Abraham menghormati Melkisedek sebagai atasannya, jadi pastilah Melkisedek melebihi keturunan Abraham seperti Lewi dan Harun. 

Keimaman Yesus menyerupai keimaman Melkisedek: tidak didasarkan pada silsilah manusia dan tidak dapat dipindah-tangan-kan kepada orang lain, sebab keimaman ini langsung berdasarkan pemilihan serta pemanggilan oleh Allah (Ibrani 7:24).

Jabatan Kristus sebagai Imam pertama-tama mengandung arti, bahwa telah dilaksanakanNya pendamaian besar antara Allah dengan dunia kita, satu kali untuk selama-lamanya, oleh korban yang satu itu di Golgota. Oleh sebab itu Ia bukan saja digelari “Imam”, tetapi “Imam Besar”, bahkan “Imam Mahabesar”, yang melebihi setiap imam lainnya (Ibrani 4:14). Terutama surat kepada orang-orang Ibranilah yang mengemukakan pokok pemberitaan ini yaitu “Kristus sebagai Imam Besar”.

Karya pengantaaran  Kristus

1. Kristus menjadi pembela kita dari tuduhan setan
 
2. Kristus membawa seluruh karya kita kepada Allah Bapa, baik itu doa, pelayanan, ibadah dan pekerjaan baik kita yang tidak sempurna itu.

3. Kristus menjadi pengantara korban di hadapan Allah untuk kebaikan kita

4. Kristus terus berdoa bagi gereja-Nya agar tetap kuat menghadapi gempuran Iblis dan dosa sehingga Gereja-Nya semakin bertumbuh dan berkembang
Next Post Previous Post