SEJARAH PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER

Dr. Bambang Noorsena.
SEJARAH PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER

1. CATATAN AWAL SEJARAH PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER

Tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, bertebaran berita seputar haramnya mengucapkan selamat Natal. Selain didasarkan atas penilaian teologis sepihak yang sama sekali tidak mencerminkan keyakinan Kristiani tentang Yesus, mulai keilahian-Nya sebagai Kalimatullah (Firman Allah) dan kaitannya dengan keTritunggalan Allah yang Esa (Yohanes 1:1, Matius 28:19; Markus 12:29), kini dibumbui dengan mitos-mitos anti-Natal yang ironisnya justru mula-mula dikembangkan oleh orang Kristen sendiri di Eropa sejak abad-abad modern.

Faktanya, Natal baru dipersoalkan oleh teolog Protestan Jerman, Ernst Jablonsky permulaan abad 19 M, bahwa perayaan Natal diambil alih dari perayaan kelahiran Dewa Matahari Tak Terkalahkan (Natalis Sol Invicti). Pendapat yang jelas-jelas salah ini tanpa “check and recheck” berdasarkan sumber-sumber primer sejarah gereja kuno, langsung diikuti oleh Encyclopedia Britania dan Encyclopedia Americana.

Padahal penulis entry “Christmas” dari kedua encyclopedia ini sama sekali tidak memahami sejarah gereja kuno, khususnya sejarah liturgi dan penetapan perayaan-perayaan gerejawi. Kesalahan ini disebabkan antara lain karena para penulis itu hanya mendasarkan pada sumber-sumber sejarah gereja Barat abad belakangan, yang mengatakan bahwa perayaan Natal untuk pertama kali ditetapkan oleh Paus Yulius di Roma pada abad IV.

2. DOKUMEN GEREJA AWAL PENETAPAN NATAL

Sumber gereja Timur mencatat Natal sudah dirayakan di Kaisaria oleh Mar. Theofilus kira-kita tahun 160 M. Selanjutnya, untuk pertama kali Natal ditetapkan di Alexandria pada tahun 189 M oleh Baba Demitri (Paus Dimitrius), Patriarkh Alexandria dan penerus takhta suci kerasulan Markus (Gereja Ortodoks Koptik) dalam dokumen yang berjudul “Al-Dasquliya al-Qibthiyah” atau “Ta’lim ar-Rasul” (The Coptic Didascalia Apostolorum). Pasal XVIII Kitab Ta’alim terjemahan bahasa Arab yang aslinya dari bahasa Koptik tersebut menyebutkan:

يا اخواتنا تخفظوا في ايام الاعياد التي هي عيد ميلاد الرب و كملوه في خمسة و عشرين من الشهر التاسع الذى للعبرانين الذى هو التاسع والعشرون من الشهر الرابع الذى للمصريين.
“Ya Ikhwatana, tahfudhu fi ayam al-a’yadi allati ‘Id al-Milad al-Rabb, wa kamaluhu fi khamsati wa ishrin min al-shahri al-tasi’i alladzi lil ‘Ibraniyyin, alladzi hiya at-tasi’u wa al-ishrun min al-shahri al-rabi’i alladzi lil Mishriyyin”.
Artinya: “Wahai Saudara-saudaraku, tetapkanlah dalam hari-hari perayaan Kelahiran Junjungan kita tepatnya pada tanggal 25 bulan kesembilan Ibrani, atau tanggal 29 bulan keempat Mesir” (Marqus Dawud, 1979:122).

BACA JUGA: MAKNA NATAL BAGI: ORANG MAJUS, GEMBALA, MARIA DAN UMAT KRISTEN

Bahkan sebelum ditetapkan sebagai dokumen perayaan gerejawi, Mar. Theofilus dari Caesaria mulai tahun 160 M telah merayakan Natal pada tanggal yang sama (De Origin Festorum Christianorum). Perayaan ini baru diikuti oleh Gereja Roma pada masa Paus Yulius I (336-352 M), yang dikemudian hari dikonversikan menurut kalender matahari (syamsiah) versi Gregorian tanggal 25 Desember. Sedangkan di gereja-gereja Timur yang memakai kalender matahari (syamsiah) versi Yulian menghitungnya setiap 7 Januari. Jadi, penetapan Natal aslinya memang memakai kalender Yahudi yang didasarkan atas peredaran bulan (Qomariyah) dan kalender Koptik yang didasarkan atas peredaran bintang Sirius (kawakibiyah).

3. BAGAIMANA DASAR DAN METODE PERHITUNGANNYA?

Uniknya, penetapan Natal pertama kali justru jatuh pada hari yang sama dengan perayaan חֲנוּכָּה‎ “Hanukkah” atau Penahbisan Bait Suci, yang juga jatuh setiap 25 bulan kesembilan Ibrani, yaitu bulan Kislev. Perayaan yang oleh sejarawan Yahudi Flavius Yosefus (90 M) disebut sebagai חַג הַאוּרִים “Ḥag Ha’urim” (Hari Raya Terang) ini, memperingati kemenangan Yudas Makkabe atas Raja Seleukid, Antiokhus Epifanes IV, yang menaruh patung dewa orang Yunani di Bait Allah dengan mengorbankan babi, yang tentunya sangat menodai perasaan keagamaan umat Tuhan saat itu. Peristiwa bersejarah ini dicatat dalam Talmud dan buku Deuterokanonika (Kanon Kedua), khususnya 2 Makabe 10:1-9. Yesus pernah datang pada perayaan ini di Yerusalem, “ketika itu musim dingin” (Yohanes 10:22).

Menurut informasi Anba Yoanis, uskup Nikea, Paus Yulius I di Roma menerima perhitungan Natal dari Gereja Timur yang dihitung berdasarkan data-data sejarah kuno seperti yang ditulis oleh Flavius Yosefus. Perlu dicatat pula, dalam bukunya The Jewish War, Buku VI, Pasal 4:1-5, Yosefus menyebutkan bahwa Bait Suci dibakar oleh Titus pada tanggal 9 bulan Av. Dan data ini cocok dengan dokumen Yahudi, Talmud, yaitu sebuah “Baraita” atas teks Traktat Ta’anit 4.29a (ditulis 160 M) yang menyebutkan:

בּשׁחרב בּית המקדשׁ בּראשׁונה אותו היום ערב תשׁעה בּאב הים ומוצאי שׁבת היה ומוצאי שׁביעית היתה ומשׁמרתה שׁל יהויריב היתה.
“Besheharav Bet HaMiqdas harishonah otto hayom ‘erev Tisha be Av hayah umotsai shabat hayah umotsai Shevi’it hayetah umishmaretah shel Yehohariv hayetah”.
Artinya: “Ketika Bait Suci pertama dihancurkan hari itu terjadi setelah petang pada tanggal 9 bulan Av, harinya setelah hari Sabat, setelah tahun ke tujuh, dan yang sedang bertugas sebagai mishmar adalah Yehoyariv” (Rabbi H. Goldwurm, 2006).

Dokumen itu selanjutnya mencatat, כן בשִׁ֖ניה “ken basheniyah” (begitu juga yang kedua), maksudnya Bait Suci yang kedua juga dihancurkan pada jam, hari dan bulan yang sama. Orang-orang Yahudi sampai hari ini melakukan puasa perkabungan atas hancurnya Bait Suci setiap tanggal 9 bulan Av (Ibrani: תשעה באב atau ט׳ באב, “Tisha be Ab”), seperti tertulis dalam dokumen Megilat Ta’anit (Gulungan Puasa) tersebut. Dalam kalender Yahudi, peristiwa Tisha be Av ini sejajar dengan kalender Yulian 5 Agustus 823 AUC (Ab Urbi Condita) atau setelah berdirinya kota Roma, yang sama dengan tahun Gregorian 70 M.

Dengan mengetahui bahwa pada tanggal 9 Av (5 Agustus) tahun 70 M yang bertugas di Bait Allah adalah Yoyarib, rombongan pertama dalam 24 rombongan imam Lewi yang bertugas di Bait Allah (1 Tawarikh 23:7-19), sedangkan menurut Lukas 1:5 imam Zakaria adalah berasal dari rombongan Abia (rombongan ke delapan), maka dapat dihitung mundur ke belakang sekitar 75 tahun kapan malaikat Gabriel menemui imam Zakaria yang berasal dari rombongan Abia, ketika bertugas di Bait Allah.

Ternyata dibuktikan sejak abad kedua, bahwa Malaikat Jibril menemui Zakaria pada waktu perayaan יוֹם כִּיפּוּר “Yom Kippur” (Hari Penebusan Dosa), minggu kedua bulan Tishri. Data ini juga cocok dengan dokumen kuno “Protevangelion Iakobi” (170 M) bahwa Malaikat Gabriel menemui Zakaria pada perayaan Yom Kippur. Selanjutnya, Lukas 1:26 mencatat bahwa Gabriel menemui Maria di Nazaret untuk memberitakan kelahiran Yesus pada bulan keenam setelah menemui Zakaria. Enam bulan setelah Tishri akan jatuh pada bulan Ibrani Adar Tseni atau Nisan (kalender Yahudi mengenal bulan ke-13, yaitu Adar Tseni/kedua yang jatuh 7 kali dalam setiap 19 tahun untuk menyesuaikan selisih 10 atau 11 setiap tahun antara sistem qomariyah dan syamsyiah).

BACA JUGA: ASAL MULA POHON TERANG ATAU POHON NATAL

Karena itu, ‘Ied al-Bishara (Perayaan Malaikat Jibril menyampaikan kabar baik kepada Bunda Maria) terjadi pada tanggal 15 Nisan, yang bertepatan dengan tarikh Gregorian 25 Maret, seperti dicatat oleh St. Irenaeus (130-202 M), Hypolitus (170-235 M) dan Sextus Yulius Africanus (160-240 M). Kalau usia kandungan normalnya 9 bulan, maka 9 bulan setelah 15 Nisan/25 Maret akan jatuh pada tanggal 25 Kislev atau sekitar 25 Desember.

Itulah dasar perhitungan gereja-gereja kuno, khususnya “Coptic Didascalia Apostolorum” bahwa Yesus memang lahir pada perayaan Hanukkah, 25 Kislev atau 29 bulan Khyak. Tanggal ini selanjutnya dikonversikan menjadi tahun Gregorian 25 Desember di gereja-gereja wilayah barat. Karena selisih hitungan akibat kesalahan tahun Gregorian, maka gereja-gereja timur yang masih memakai kalender Yulian, Natal jatuh setiap 7 Januari. Tetapi kalender aslinya memang didasarkan atas tahun Ibrani (Lunar System) dan tahun Koptik (Star System).

Next Post Previous Post