EFESUS 1:3-14 (3 KARYA TUHAN UNTUK KITA)

Di dalam bahasa aslinya, Efesus 1:3-14 merupakan satu kalimat utuh tanpa tanda pemisah kalimat (tanda titik). Bagian ini terdiri atas 202 kata dan merupakan kalimat terpanjang kedua setelah Kolose 1:9-20 (218 kata) yang juga merupakan satu kalimat tunggal di dalam teks Yunaninya. Mengenai teks ini, Larkin menyatakan bahwa meskipun para sarjana tidak sepakat mengenai bentuk struktural kalimatnya, namun mereka sepakat bahwa teks ini merupakan sebuah deklarasi eulogia (pujian berkat) atas karya Allah dalam rencana keselamatan bagi umat-Nya.
EFESUS 1:3-14 (3 KARYA TUHAN UNTUK KITA)
keuangan, bisnis
Sampai di sini, kita bisa mengidentifikasi beberapa pokok yang menghubungkan pola triadik dalam teks ini dengan rencana keselamatan bagi umat Allah.

1. Pertama, karya Bapa (Efesus 1: 3-6).

Dalam Efesus 1:3, Paulus memuji Bapa karena Ia “telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di sorga”. Ungkapan pujian ini dikemukakan lagi dalam Efesus 1:6 dan itu berarti ayat 3 dan 6 membentuk sebuah inclusio. Sekarang kita perlu mencermati gagasan apakah yang terkandung dalam “segala berkat rohani” yang telah dikaruniakan Bapa bagi kita.

a. Bapa “memilih” kita (Matius 1:4).

Di dalam konteksnya, pemilihan ini dilakukan oleh Bapa sebagai sumbernya; objeknya adalah “kita”; fondasi atau sarananya adalah Kristus; alasannya adalah kasih Allah; pemilihan itu terjadi dalam kekekalan; dan tujuannya adalah menjadikan kita milik-Nya yang tidak bercacat. Implikasinya, pemilihan ini dilakukan bukan karena kita sebagai alasannya, melainkan karena kehendak Allah sendiri sebagaimana yang nanti akan dijelaskan lebih lanjut di dalam Efesus 1: 5.

Menurut John P. Heil, pemilihan ini terjadi bukan sebagai sebuah tindakan impersonal yang acak, melainkan terjadi atas suatu kerelaan personal yang agung dari Allah yang Ia lakukan secara bebas atau yang Ia lakukan seturut kerelaan kehendak-Nya sendiri bukan karena ada alasan lain di luar diri-Nya sendiri. Tindakan memilih itu terjadi sebelum penciptaan. Dengan demikian, pemilihan itu melampaui waktu.

Pemilihan itu merupakan suatu keputusan oleh Bapa dan dalam hal ini kita tidak memiliki penjelasan apa pun. Sesuatu dengan kalimat yang sebelumnya, ini merupakan suatu keputusan yang dibuat “di dalam Kristus” – suatu realitas yang eksis bukan sekadar pada satu waktu tertentu di masa yang akan datang dalam sejarah dunia, atau dalam pengalaman hidup orang-orang tertentu, tetapi pada waktu pemilihan itu sendiri.

Di bagian lain dalam PB, Anak mengklaim hak untuk memilih kita (Yohanes 16:15), demikian juga Roh Kudus memilih Saulu dan Barnabas untuk tugas misionaris yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul (13:1). Akan tetapi, Paulus memandang pemilihan terutama sebagai karya Bapa, meskipun tidak terpisah dari Anak, di dalam Siapa Ia telah memilih kita, tidak juga dari Roh Kudus, yang adalah Dia oleh Siapa berkat itu datang (bnd. Ay. 3). Sesungguhnya, karena inilah yang pertama dari semuanya, maka seluruh berkat oleh Roh Kudus mengalir dari sini. Hal ini bisa kita pahami dengan jelas karena fakta bahwa tujuan dari pemilihan adalah agar kita menjadi kudus dan tidak bercacat di hadapan Bapa.

b. Bapa “menetapkan” kita untuk menjadi umat-Nya (Efesus 1: 5).

Kata “menetapkan” di sini merupakan penjelasan lanjutan dari kata “memilih” dalam ayat 4. Heil menyatakan bahwa “menetapkan” di sini mempertegas “memilih” dalam ayat 3. Allah “memilih” kita dengan cara “menetapkan” kita sejak kekekalan untuk diangkat (atau diadopsi) menjadi anak-anak-Nya.

Pemilihan dengan cara penepatan itu terjadi di dalam Kristus sesuai dengan “kerelaan kehendak-Nya” (kedaulatan Allah sendiri). Bapalah yang menentukan kita dari semula melalui Sang Anak untuk menjadi milik-Nya. Ini terjadi melalui Anak (ay. 5), karena kita hanya dapat diangkat dalam persatuan dengan Sang anak yang alamiah. Kristus adalah Sang Anak dan kita dipilih dalam Dia sebagai anak-anak melalui pengangkatan.

Jadi, pemilihan, penentuan dari semula, dan pengangkatan sebagai anakanak-Nya, dibangun dalam hubungan antara Bapa dan Anak dalam kekekalan, suatu hubungan yang sepenuhnya memperhitungkan Roh Kudus melalui Siapa realitas-realitas ini digenapkan.

Menurut Paulus, rencana keselamatan itu diinisiasi oleh Bapa yang memilih dan menetapkan kita menjadi anak-anak-Nya melalui Kristus supaya kita memuji Dia sebagaimana yang dilakukan Paulus dalam ayat 3 dan 6. Dalam kaitan dengan Anak, Ia adalah Bapa: “Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus” (ay. 3).

Karena ini adalah hubungan-hubungan yang jelas dalam Allah, maka masuk akal untuk berkesimpulan bahwa Mereka adalah kekal. Gagasan ini diperkuat oleh referensi di ayat 4 mengenai pemilihan yang terjadi “sebelum dunia dijadikan.” Bapa telah menggenapkan kovenanNya dengan Abraham. Kembali ke Kitab Kejadian, Allah berjanji untuk memberkati Abraham dan seluruh keturunannya – dalam kaitan dengan tanah dan keturunan, dan juga secara umum.

Sekarang, “segala berkat rohani” telah diberikan, dalam penggenapan terhadap janji kuno itu. Berkat-berkat ini diberikan oleh Roh Kudus, karena berkat-berkat itu adalah berkat-berkat “rohani”. Istilah “berkat” dalam bentuk tunggal menunjukkan kesatuan dari suatu keseluruhan. Ini bukan berkat-berkat yang begitu berlainan dan tidak saling terkait, tetapi merupakan bagian dari suatu gerakan anugerah Allah yang dimulai dengan Abraham dan sekarang digenapkan “dalam Kristus”.

Frasa ini (en Christo) menunjukkan bahwa berkat Bapa diberikan oleh Roh Kudus dan di dalam Anak. Tidak heran, Martin menyatakan bahwa presentasi Paulus akan karya Bapa yang memilih dan menetapkan kita harus memimpin kita kepada doksologi (pujian pemujaan) terhadap Allah sebagaimana yang terungkap dalam konteksnya

2. Kedua, karya Kristus (Efesus 1:7-12).

Bagian ini berbicara mengenai karya penebusan Kristus yang menggenapkan rencana keselamatan Allah yang telah memilih dan menetapkan kita di dalam Dia. Kristus menunaikan tugas penebusan itu dengan cara mengucurkan “darah-Nya” dan olehnya rahasia keselamatan itu tersingkap bagi kita yaitu bahwa kita Allah karena kasih-Nya berkehendak menebus kita dengan cara mengampuni dosa kita atas dasar pengorbanan Kristus.

Kita ditetapkan dari sejak kekekalan untuk ditebus oleh Kristus supaya kita di satukan di dalam Kristus sebagai Kepala (Efesus1:7-10). Karya penebusan Kristus adalah dasar pengharapan kita sekaligus dasar bagi kita untuk menaikkan doksologi bagi Allah demi kemuliaan-Nya (Efesus 1:11-12). Dalam Kristus, Sang Anak, kita menerima penebusan melalui darah-Nya. Oleh kuasa Allah, kita mendapatkan pembebasan dari perbudakan dengan pembayaran harga tertentu (Efesus 1:7).

Penebusan ini terjadi di salib. Kematian Kristus menjamin pembebasan kita. Sebagai pembayaran, penebusan itu hanya dapat dipersembahkan kepada Bapa, karena Iblis tidak memiliki hak atau otoritas atas umat manusia. Sekali lagi, hubungan antara Bapa dan Anak ada dalam latar belakang, menggemakan komentar Paulus di Roma 8:32, di mana ia merujuk kepada Bapa yang tidak menyayangkan Anak-Nya, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua, dan di Roma 4:25, di mana ia berkata bahwa Yesus “diserahkan” untuk disalibkan karena pelanggaran-pelanggaran kita.

3. Ketiga, karya Roh Kudus (Efesus 1:13-14).


Dalam kedua ayat ini, ada dua hal yang dirujuk sebagai karya Roh Kudus bagi kita sebagai umat Allah.

a. Roh Kudus memeteraikan kita (Efesus 1:13).

Menurut ayat ini, pemateraian oleh Roh Kudus itu terjadi ketika orang menjadi percaya kepada Kristus. Dalam konteks jaman itu, biasanya tanda materai itu digunakan untuk ternak-ternak dan para budak sebagai penanda kepemilikan seseorang. Jadi, orang-orang percaya di meteraikan oleh Roh Kudus berarti bahwa mereka ditandai dan dipelihara sebagai milik Allah hingga mendapatkan semua yang dijanjikan Allah bagi mereka (Efesus 1:14).

Tindakan pemateraian ini adalah tindakan yang sama yang disebut juga sebagai baptisan Roh Kudus. Roh, seperti yang telah dibahas sebelumnya, menggenapkan berkat yang dijanjikan kepada Abraham, dan dengan demikian aktif secara dinamis dalam semua unsur rencana Bapa yang telah dibahas juga sebelumnya. Tetapi, khususnya dalam aspek-aspek yang terdapat dalam ayat 13-14 ini, Ia tampil lebih menonjol.

Kata kerja sphargizein berarti membubuhkan materai pada sesuatu entah untuk keamanan, atau menunjukkan kepemilikan, atau menjamin keautentikan. Gagasan-gagasan ini semua terkait erat. Tentu gagasan tentang keamanan begitu menonjol, dan karena itu mungkin dekat dengan maksud Paulus.

Tindakan Roh Kudus ini terjadi bersamaan dengan iman – bentuk partisip aorist kemungkinan besar adalah suatu partisip dari keadaan waktu itu. Jika demikian, yang ingin Paulus tekankan bukanlah tindakan tertentu dari Roh Kudus, melainkan pribadi Roh Kudus itu sendiri yang memateraikan orang-orang percaya.

b. Roh Kudus adalah jaminan kita (Efesus 1:14).

Kata ini diambil dari konteks dagang atau bisnis pada waktu itu yang merujuk kepada uang muka (down payment) yang dibayarkan sebagai jaminan akan pelunasan yang akan dilakukan di kemudian hari. Di sini, Paulus menggunakannya secara metaforik untuk merujuk kepada karya Allah yang memberikan Roh Kudus sebagai jaminan menuju penggenapan realisasi rencana Allah secara komplit di masa depan (bnd. 2Korintus 1:22; 5:5).

Gordon D. Fee menyatakan bahwa istilah “jaminan” di sini berarti bahwa Roh Kudus menjadi penentu konsumasi di masa depan terhadap realitas keselamatan yang telah dinikmati pada masa kini. Dengan demikian, uang muka ini sama jenisnya dengan sisa pembayaran nanti. Uang muka ini menjamin bahwa sisanya pasti menyusul. Di sini yang dimaksud dengan warisan yang akan datang. Roh Kudus, yang memateraikan semua orang percaya, meneguhkan bahwa Bapa akan memberi mereka kepemilikan yang penuh atas warisan kekal mereka dalam Kristus

Argumen eksegetis di atas dapat diringkas demikian. Semua berkat Allah yang digambarkan dalam Efesus 1:3-14 merupakan karya Allah dalam kategori triadik. Bapa adalah sumber segala berkat yang kita terima dalam Kristus (ay. 3), di mana berkat yang pertama adalah pemilihan ( Efesus 1:4) dan predestinasi (Efesus 1:5). Anak adalah Dia di dalam Siapa kita menerima penebusan (Efesus 1:7), dan Dialah yang akan mengepalai segala sesuatu (Efesus 1:10).

Sesungguhnya, semua berkat Allah dari permulaan sampai akhir diberikan dalam Kristus, Sang Anak. Setiap unsur dalam seluruh kalimat diberikan “dalam Kristus” atau “dalam Dia”. Roh Kudus adalah Dia yang memeteraikan kita ketika kita percaya (Efesus 1:13) dan yang menjamin warisan kita (Efesus 1:14). Jadi seluruh panorama teologis ini menunjukkan gerakan yang berkesinambungan dari anugerah Allah kepada kita: dari Bapa, di dalam atau melalui Anak, dan oleh Roh Kudus.

Baca Juga: Efesus 1:13-14 (Sumber Dan Sifat Berkat)

Menurut konglomerasi kalimat yang dahsyat ini, rencana keselamatan yang dijanjikan kepada Abraham, digenapkan oleh Kristus, merupakan janji Bapa, Anak, dan Roh Kudus bersama-sama, di mana Mereka dalam kesatuan yang tidak terpisahkan, sejak sebelum penciptaan dan sepanjang seluruh panorama sejarah manusia, menjamin warisan kekal kita dalam Kristus.

Jadi, Efesus 1:3-14 berbicara tentang karya Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam rencana keselamatan. Karya tersebut dimulai dalam kekekalan, terealisasi dalam kekinian, dan ter genapi di dalam kekekalan di masa depan. Dengan kata lain, keselamatan kita terjadi atas inisiasi Bapa, terjadi atas penebusan Kristus, dan ter genapi atas karya Roh Kudus. Dan inilah yang disebut Paulus sebagai Injil keselamatan yang sejati. Itulah sebabnya, Martin menyatakan bahwa dalam teks ini Paulus mengungkapkan pujian-Nya kepada Allah dalam Trinitarian layout (tata letak Trinitarian). -Deky Hidnas Yan Nggadas
Next Post Previous Post