EKSPOSISI KISAH PARA RASUL 20:17-27 (HAMBA TUHAN DAN MISI GEREJA)

Pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa hal penting mengenai Peranan Hamba Tuhan dalam Tujuan Misi Gereja.

I. Peranan Hamba Tuhan

Pertama, Melayani Tuhan, kedua, memberitakan injil kepada semua orang, dan ketiga, mengajar.

1. Melayani Tuhan (Kisah Para Rasul 20:19)

Seorang hamba yang melayani adalah seorang yang mengabdikan dirinya kepada Tuhan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan oleh Tuhan melalui kebenaran Firman Tuhan. Bawamenewi menyatakan bahwa seorang yang melayani atau mengabdikan diri kepada Tuhan haruslah memiliki spiritualitas yang bersandar pada Firman Tuhan (Bawamenewi 2020).
EKSPOSISI KISAH PARA RASUL 20:17-27 (HAMBA TUHAN DAN MISI GEREJA)
gadget, otomotif, bisnis
Kerendahan hati merupakan kata sifat yang di miliki oleh pribadi dari seorang hamba Tuhan. Hal ini memaparkan bahwa Paulus menyadari statusnya sebagai suruhan Allah yang mengerjakan pelayanan Allah dengan tidak menyombongkan diri atau membanggakan kemampuan yang dimiliki. Seorang hamba Tuhan haruslah memiliki kesadaran diri terhadap identitas hidupnya, bahwa dirinya telah ditebus oleh Yesus Kristus dalam karya-Nya di atas kayu salib, oleh karena itu sudah seharusnya seorang hamba Tuhan hidup dalam kerendahan hati (Giawa 2019).

Berkenaan dengan hal demikian, maka dapat dipaparkan bahwa melayani Tuhan sama halnya dengan mengabdikan diri kepada Tuhan dengan penuh kerendahan hati. Sumiwi menyatakan bahwa berkenaan dengan kerendahan hati seorang pelayan Tuhan harus memiliki gaya hidup yang tidak mementingkan kepentingan dirinya sendiri melainkan kehendak Tuhan dan kepentingan orang lain (Sumiwi 2019)

2. Memberitakan Injil Kepada Semua Orang (Kisah Para Rasul 20: 20)

Kata memberitakan merupakan sebuah kata kerja yang bersifat pada sesuatu Tindakan yang terus menerus dilakukan sehingga menjadi sifat pribadi. Kerusso juga memiliki arti yang sinonim dengan evanggeliso dan memiliki arti seorang utusan resmi (atau disebut dengan istilah kerux) yang memiliki tugas untuk menyampaikan berita dari raja (Stephanus 2019).

Kata memberitakan mempunyai beberapa pengertian,

Pertama, preacher kata yang di pakai adalah a herald (mengumumkan, pertanda, pembawa berita) is use the preacher of the gospel (memberitakan injil) I Timotius 2:27; II Timotius 1:2. As a preacher of righ teousness (Noah), II Petrus 2:5. Vine mengatakan bahwa, kata Kerusson mengindikasi bahwa seorang pemberita Injil bertindak sebagai pemberi proklamasi. Titik dari pemberita ini adadalah kabar kesukaan (E n.d.).

Kedua, proclaim, to preach.

Ketiga, publish to bea herald (mengumumkan, pertanda, pembawa berita) to proclaim (menyatakan) preach (berkhotbah) biasanya di terjemahkan to publish dalam Markus 1:45; 5:20 (E n.d.).

Di dalam memberitakan Injil seorang pemberita harus bertindak aktif agar Injil bisa cepat didengar oleh semua orang, seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus, dari daerah yang lain ke daerah lain. Walaupun ada banyak tantangan penderitaan yang di hadapi dari pihak Yahudi maupun Yunani tetapi Paulus selalu mengabarkan kerajaan Allah.

Maka dapat disimpulkan bahwa seorang pemberita harus bersikap lebih aktif, dan harus di lakukan secara terus-menerus tanpa ada batasan, kapan saja, di mana saja, agar Injil bisa tersebar ke seluruh dunia, karena Injil merupakan berita sukacita bagi seisi dunia. Memberitakan Injil merupakan tugas yang dimandatkan oleh Tuhan Yesus bagi para orang-orang Kristen, dan terlebih dari itu memberitakan injil harus menjadi sifat dari setiap orang percaya (Gea 2018).

3. Mengajar (Kisah Para Rasul 20: 20)

Kata Mengajar menunjukkan perbuatan yang pernah di lakukan terus-menerus tetap di kerjakan secara bersamaan artinya Paulus tidak berhenti untuk memberitakan dan mengajarkan Firman Tuhan. Mengajarkan Firman Tuhan memiliki cakupan pengetahuan tentang karya Allah yang ditulis oleh para nabi maupun rasul untuk orang-orang percaya (Sairwona 2017).

Paulus berusaha mengajar apa saja yang berguna bagi kerohanian jemaat dengan baik, secara umum maupun secara pribadi (Park 2001:300). Pada perjalanan Misi yang ke tiga Paulus yaitu ke Efesus di katakan berhasil, dan setelah dia berhasil dia diusir dari rumah ibadat orang Yahudi, dia “setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus” (Kis 19:9). Di katakan bahwa pengaruh pelayanan Paulus sedemikian luasnya, “sehingga semua penduduk Asia mendengar Firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun Yunani” (Kisah Para rasul 19:10) (Tulluan 1999:108).

II. Tujuan Misi Gereja

Penulis akan memaparkan dua hal dalam bagian ini mencakup tentang tujuan dari Misi Gereja yaitu agar Semua orang Berbalik dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan Memberitakan Seluruh Nubuat Allah kepada Umat-Nya.

1. Seorang Berbalik dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 20: 21)

Kata pertobatan dalam bahasa Yunani metanoeo di pakai sebanyak 22 kali. Memakai kata kerja noun, (kata benda) feminime, singular, accusative (Susanto 2014a). Paulus senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah. ‘bertobat kepada Allah’ berarti tingkah-laku manusia berbalik kepada Allah. 

Percaya kepada Tuhan. Yesus Kristus layak menjadi subjek kepercayaan. Sebab Ia adalah Allah yang difirmankan, Ia adalah pengantara di antara Allah dan semua manusia, Ia adalah Amin sebagai penggenapan janji (2 Korintus 1:20) yaitu kebenaran, Ia adalah Tuhan yang telah mati menggantikan kita dan kemudian bangkit kembali, Ia menjadi hikmat, kebenaran, kekudusan dan keselamatan bagi kita (1 Korintus 1:30) (Park 2001).

Pertobatan yang dialami oleh orang berdosa tentunya hanya karena anugerah Tuhan. Pertobatan merupakan sebuah tindakan aktif yang dilakukan oleh seseorang yang telah mengalami pembaharuan iman serta perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus, serta berbalik dari kehidupan yang dikuasai oleh dosa kepada kehidupan yang berkenan dan sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga kehidupannya menjadi seperti Yesus Kristus, baik cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku setiap saat (Mau 2020).

2. Memberitakan Seluruh Nubuat Allah kepada Umat-Nya (Kisah Para Rasul 20: 27)

Kata memberitakan ini di gunakan sebanyak 14 kali yang berarti melaporkan (sesuatu setelah kembali dari suatu tempat); memberitakan. Memakai kasus aorist, active, infinitive berarti Paulus telah memberitakan nubuat Allah berarti para penatua dan jemaat yang ada di Efesus pada waktu sudah menerima berita injil dari Paulus (Susanto 2014a). Paulus tidak pernah lalai memberitakan maksud Allah. ‘maksud Allah’ adalah rencana penyelamatan bagi umat manusia, yaitu kenyataan bahwa Allah mengirim Yesus Kristus dalam dunia dan Karya Kristus (kematian dan kematian-Nya) (Park 2001).

A. Tantangan Dalam Misi Gereja

Penulis akan menjelaskan dan memaparkan tentang tantangan dalam Misi Gereja yaitu Banyak Mencucurkan Air Mata, Mengalami Banyak Pencobaan, Diancam Kematian dan Penjara dan Sengsara.

1. Banyak Mencucurkan Air Mata (tKisah Para Rasul 20: 19a)

Kata “air mata” kata ini menjelaskan sikap emosi yang keluar dari diri Paulus dan air mata, di sini bukan menunjukkan kelemahan atau suatu tipu muslihat Paulus. Sebaliknya beban yang mendalam dengan melihat manusia, kejahatan, dosa, pemutar balikan Injil serta bahayanya menolak Tuhan sebagai realistis yang begitu serius sehingga pemberitaannya sering di sertai dengan air mata. Dan ini menunjukkan akan kasih yang di berikan Paulus kepada jemaat yang di layaninya (2 Korintus 2:4; Bnd Lukas 19:41) (Jr 2001:36).

Air mata Paulus bukan air mata yang keluar karena kepentingan sendiri atau egoisme tetapi merupakan ungkapan kasih kepada jiwa orang lain. Paulus mencucurkan air mata karena orang-orang menolak dan tidak percaya kepada Tuhan (Roma 9:1-3). Demikian juga ia mencucurkan air mata ketika orang-orang percaya sakit secara rohani (Jr 2001).

Beberapa kali Paulus menyebutkan bahwa dia melayani Tuhan dengan ‘air mata’ (ayat 31; 2 korintus 2:4; Filipi 3:18). Dalam amanat kepada para penatua di Efesus ini (ayat 17-38), Paulus mengisahkan bagaimana dia setiap hari mengingatkan mereka dengan air mata selama tiga tahun (ayat 31). Air mata bukan tanda kelemahan; sebaliknya, Paulus melihat keterhilangan umat manusia, kejahatan dosa, pemutarbalikan Injil serta bahaya menolak Tuhan sebagai realita yang begitu serius sehingga pemberitaannya sering disertai air mata

2. Mengalami Banyak Pencobaan (Kisah Para Rasul 20: 19b)

Kata peirasmon memakai kata kerja (genetif, maskulin, plural) (Friberg 1986), dengan kata dasar peirasmos yang artinya pengujian, ujian, penggodaan, godaan dan kata ini di pakai sebanyak 21 kali dalam Kisah Para Rasul. Paulus di perhadapkan dalam pelayanannya dengan adanya godaan-godaan, Pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku; di antara pencobaan yang paling menyedihkan yang dialami orang percaya, adalah pencobaan berupa rencana jahat dari sesama manusia

3. Diancam Kematian (Kisah Para Rasul 20: 19c)

Hal ini Memaparkan tentang berbagai kejahatan yang telah di rencanakan oleh orang-orang Yahudi ketika Paulus hendak berlayar ke Siria dan ini juga menerangkan keberadaan Paulus mengalami bahaya besar selama pelayanan di Efesus. Selain hura-hura yang pernah terjadi (19:23). Dengan memperhatikan dua kata di atas maka dapat di simpulkan Paulus telah mengalami berbagai macam penderitaan yang di hadapinya baik pada saat mereka menerimanya maupun di saat kondisi yang baik.

4. Penjara dan Sengsara (Kisah Para Rasul 20: 23)

Penjara, Ini menunjukkan tempat yang di ketahui kapan Paulus dapat dipenjarakan atau mengalami pemenjaraan, karena yang menentukan adalah orang –orang Yunani dan orang-orang Yahudi. Paulus hanya menunggu kapan ia akan dibelenggu atau mendapat rantai pengikat dari orang-orang yang membencinya. Paulus juga mengatakan bahwa Paulus tetap berniat pergi untuk memberitakan tentang Firman Tuhan meskipun dia diperhadapkan dengan penjara dan sengsara, oleh karena ia mengerti kehendak Allah dengan jelas dan meyakininya.

Sedang kata sengsara berasal dari kata penindasan, kesusahan dengan memakai kasus Naoun, Femine, Plural, Nominative (Susanto 2014b). Kata ini digunakan dalam Perjanjian Baru sebanyak 45 kali. Artinya bukan Paulus saja yang mengalami penindasan atau kesusahan tetapi mereka juga yaitu orang-orang Yunani dan orang-orang Yahudi juga. Jadi Ia tidak akan begitu heran ketika mengalami penderitaan dalam perjalanan misi karena telah diberitahukan terlebih dahulu tentang penderitaan itu dan ia juga dapat bertahan dengan baik karena mengerti bahwa penderitaan itu berasal dari Allah.

Orang Farisi merasa iri melihat begitu banyak orang datang mendengar Paulus ke Antiokhia di prasida dan mereka menghasut pemuka dan pembesar kota itu mengusir Paulus sampai Ikonium, bahkan sampai Listra, dan di sanalah mereka menghasut rakyat melempari Paulus dengan Batu dan hampir membunuh dia. Di kota Tesalonika mereka membuat hura-hura, dan di kota mereka menentang Injil demikian keras. Kisah Para Rasul 13:45,50; 14:2,5,19; 17:5-7; 18:5-6; 21:27, 25:12, 28:17-28.

Rasul Paulus mengalami fitnahan dan penganiayaan serta merasakan kepahitan penjara. Penderitaan dalam Perjanjian Baru adalah: suatu tanda penting bagi orang Kristen dan jemaat yang benar. Perjanjian Baru juga menegaskan berulang kali tentang penganiayaan, yang berasal dari dunia ini adalah hal yang tidak dapat dihindarkan. Bagi orang Kristen penderitaan di lambangkan sebagai jemaat sejati (Stott 1988:48–49)

John Piper dan Justin Taylor mengungkapkan ada beberapa alasan Alkitab menjelaskan tentang penderitaan. 

Pertama Allah mengungkapkan penderitaan sebagai hukuman. Ketika Daud dihukum karena penghitungan bangsa Israel dalam 1 Tawarikh 21:12, Allah memberi tiga pilihan penderitaan kepanya: tiga tahun kelaparan, tiga bulan kalah dari musuh-musuh Israel, atau tiga hari terjangkit penyakit sampar dan kematian di tangan malaikat Allah. 

Kedua, Allah juga menggunakan penderitaan untuk menunjukkan kuasa-Nya. 

Ketiga penderitaan juga membangun suatu watak yang tekun dan kuat seperti di ungkapkan dalam Yakobus 1 dan Roma 5. 

Dan Keempat, dalam 2 Korintus 12:7 Paulus mengungkapkan bahwa Allah tidak akan menghilangkan penderitaan pribadinya yang di sebabkan oleh satu ‘duri dalam daging’ karena hal itu tetap membuatnya rendah hati. (Taylor 2012:122–23).

B. Sikap Menghadapi Tantangan

Pada bagian ini penulis akan menguraikan beberapa hal tentang bagaimana sikap sebagai hamba Tuhan dalam menghadapi tantangan di bagi menjadi beberapa bagian Tidak Melalaikan apa yang berguna, Senantiasa Bersaksi kepada semua orang (Yahudi- Yunani) dan Tidak menghiraukan nyawa sedikitpun.

1. Tidak Melalaikan apa yang berguna (Kisah Para Rasul 20: 20)

Dalam TB. LAI kata“ melalaikan” digunakan sebanyak 4 kali dalam Perjanjian Baru di gunakan sebanyak 2 kali (Susanto 2014b). Tense tersebut menjelaskan tentang tindakan yang sedang terjadi pada masa lampau (1kali). Kata bukan menyatakan Keragu-raguan atau ketidakpastian sehingga Paulus membuang kesempatan yang ada, melainkan penegasan yang kuat yaitu ia sungguh-sungguh memberitakan dan mengajar segala yang berguna di hadapan semua orang dengan penuh keberanian.

Maksud Paulus yang berguna bagi kamu adalah berguna untuk keselamatan. Paulus berusaha apa saja yang berguna bagi kerohanian jemaat dengan baik Secara umum maupun pribadi. Dengan maksud yang sama ia berkata dalam 2 Timotius 4:2. Paulus memberitakan apa pun yang dinilainya bermanfaat dan diperlukan untuk keselamatan para pendengarnya. Pelayanan yang benar-benar dari hatinya tanpa mengharapkan imbalan. Paulus menyadari dan tahu bahwa pelayanan yang di kerjakan dan dilakukannya adalah untuk pekerjaan Allah

2. Senantiasa Bersaksi kepada semua orang (Yahudi- Yunani) Kisah Para Rasul 20: 21

Dalam ayat 21 menjelaskan bahwa Paulus sungguh-sungguh memberi kesaksian dan peringatan kepada jemaat dan para penatua yang ada di Efesus. Dapat di simpulkan Paulus tidak pernah menyerah atau mundur mencapai tujuannya yaitu memberitakan Injil bagi orang-orang Yahudi maupun orang Yunani yang belum sungguh-sungguh di dalam Kristus. Paulus mempraktikkan kesaksiannya kepada jemaat yang di layani. Menyaksikan bagaimana perbuatan Tuhan dalam hidupnya, apa yang Roh Kudus kerjakan mulai dari masa pertobatan sampai dia dipakai Tuhan secara luar biasa (Rouw 2019). Kesaksian benar-benar nyata dan benar-benar dialaminya.

J. Stephen Lang menjelaskan dalam Perjanjian Baru di jelaskan bahwa bukan hanya sekedar berbicara, tentang Kristus. Bersaksi berarti kita hidup sedemikian rupa sehingga kehidupan kita tidak akan ada artinya jika tanpa Allah bekerja di dalam hidup kita. Yesus sendiri sering berbicara tentang kesaksian di dalam Alkitab. dalam Matius 5:13-16 berbicara tentang Garam dan Terang di mana kita harus menjadi berkat bagi sesama melalui kesaksian kehidupan kita (Lang 2001:74).

3. Tidak menghiraukan nyawa sedikit pun (Kisah Para Rasul 20: 24)

Dalam ayat 24 ini secara eksplisit menjelaskan bahwa nafas adalah sumber kehidupannya dan itu bukanlah sesuatu yang berarti/ memiliki nilai penting. Dengan pengertian yang lain yaitu Paulus tidak mempunyai hak untuk menganggap hidupnya adalah penting. Irving L. mengatakan Paulus tidak takut mati, bahkan nampaknya ia merindukan kematian itu. (Filipi 1:23; 24:2; Timotius 4:6-8). Salah satu alasannya adalah karena Paulus mengerti benar bagaimana nasib orang percaya kelak. Paulus berada dalam kehendak Allah dan ia mengetahui, sesuai dengan janji Allah bahwa ia berhak menuntut banyak pahala untuk kesetiaannya. (Jr 2001)

Paulus mengumpamakan pelayanannya sebagai

Pertama, perlombaan lari. Maksud utama perumpamaan ini adalah pelari akan lari sekuat tenaga untuk mencapai garis akhir; demikian juga ia harus memusatkan perhatian dan tenaganya bagi Tuhan dengan segenap hati.

Kedua, Paulus mengatakan bahwa pemberitaan Injil adalah tugasnya. ‘pelayanan yang ditugaskan’ berarti melayani sebagai hamba. Hamba Tuhan sebagai pemberita Injil melakukan pekerjaan yang tidak memiliki hubungan dengan kemegahan diri. Pekerjaan-Nya adalah melayani Tuhan dan firman-Nya. ‘Injil Kasih Karunia Allah’ adalah kebenaran bahwa manusia tidak dapat memperoleh keselamatan melalui perbuatan-perbuatan baik apa pun, tetapi hanya oleh darah Kristus (2 Korintus 5:21-6:2). Paulus tidak menghiraukan nyawanya, dia selalu bersiap-siaga untuk mati demi pemberitaan Injil Kasih Karunia Allah (21:13; Filipi 1:20- 21).

C. Implikasi Peranan dan Sikap Hamba Tuhan dalam Kisah Para Rasul 20:17-27

Berdasarkan uraian hasil eksposisi yang telah di uraikan, penulis menemukan bahwa teks Kisah Para Rasul 20:17-27 terdapat Peranan dan Sikap Hamba Tuhan Rasul Paulus yang dapat di Implikasikan kepada Hamba Tuhan

1. Peranan dan Sikap Hamba Tuhan Dalam Misi Gereja

Peranan dan sikap hamba Tuhan dalam misi gereja sangat penting sekali, dengan cara melayani, mengajar dan memberitakan Injil kepada semua orang serta sikap yang mau merendahkan diri sebagai hamba yang mau melayani dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan ini di lakukan secara terus menerus tidak ada batasnya. Dengan adanya peranan Hamba Tuhan yang aktif dalam Misi Gereja, maka akan membawa dampak yang positif bagi perkembangan Misi Gereja.

Masihoru menjelaskan dalam lima bagian peran hamba Tuhan dalam misi,

Pertama, memiliki tujuan misi yang jelas, ke mana dan kepada siapa dia akan memberitakan Injil.

Kedua, seorang hamba Tuhan memiliki gaya hidup yang sederhana, sehingga bisa berbaur dengan siapa saja.

Ketiga, memiliki sifat hidup yang rajin dalam memberitakan Injil.

Keempat, harus sabar dalam menghadapi tantangan ketika sedang memberitakan Injil.

Kelima, hidup beriman, hidup yang bergantung sepenuhnya kepada Tuhan (Masihoru 2016).

2. Tujuan Misi Gereja

Tujuan dari misi gereja adalah agar jemaat mau mengambil bagian dalam memberitakan injil kepada semua orang berdosa. Misi gereja merupakan kabar baik (Injil) yang harus diberitakan kepada semua orang berdosa. Yesus datang ke dunia dengan tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa dan maut melalui karya-Nya di atas kayu salib (Talan 2020).

Misi gereja juga adalah misi Kerajaan Allah. Kerajaan Allah juga merupakan tema sentral dari Yesus Kristus, yang memiliki karakteristik kebenaran, kehidupan, kekudusan. Gereja menjadi alat dalam memberitakan Injil bukan hanya sekedar bagi dirinya sendiri, namun juga membangun Kerajaan Allah dalam seluruh kehidupan manusia. Misi gereja menjadi sebuah perantara bagi Allah dalam Yesus Kristus dan manusia berdosa. Manusia berdosa oleh anugerah dari Yesus Kristus dipersatukan dalam Kerajaan-Nya, sehingga mendapat bagian dalam persekutuan dengan Allah tritunggal (Silalahi 2020).

Oleh sebab itu hamba Tuhan dan jemaat harus memberitakan injil, agar banyak orang bisa mendengar injil Yesus Kristus dan mengalami pertobatan, sebagai pelaksana dari tujuan misi gereja,

3. Tantangan Dalam Misi Gereja

Banyak tantangan yang di hadapi dan dialami ketika mengikut Yesus. Masalah yang sama terjadi pula di dalam Misi Gereja. Tantangan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pemberitaan Injil (misi gereja). Paulus terlebih dahulu mengalami tantangan dalam memberitakan injil, penjara bahkan kematian sering diperhadapkan dalam pelayanan Paulus (Harming, Gilbert Yasuo Imanuel, and Yogi Darmanto 2020).

Pada era saat ini (post-truth) memiliki tantangan yang begitu kompleks. Salah satu tantangan di era ini ialah kemajuan teknologi yang begitu cepat dan pengaruh globalisasi serta kekristenan postmodern (Purnomo and Sanjaya 2020).

Tantangan yang dialami gereja untuk bermisi juga pada masa kini ialah banyaknya berita-berita Hoax yang bertebaran baik secara online maupun secara offline (Zaluchu 2020a). Tentunya tantangan-tantangan yang ada pada era ini tidak dapat dihindari oleh gereja pada saat bermisi, oleh karena itu dalam misi seorang hamba Tuhan haruslah memiliki prinsip seperti Paulus yaitu memberitakan Injil apa pun keadaan yang dialami, karena kabar baik/ Injil Yesus Kristus haruslah diberitakan ke seluruh dunia, sehingga banyak orang yang bertobat dan diselamatkan.

4. Sikap Menghadapi Tantangan

Seorang hamba Tuhan tentunya harus memiliki sikap yang siap untuk menghadapi setiap tantangan ketika memberitakan Injil Yesus Kristus. Paulus dalam pemberitaan Injil dirinya telah siap menghadapi berbagai tantangan, karena Paulus sendiri telah mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Yesus Kristus, sehingga dia tidak pernah takut untuk memberitakan Injil.

Baca Juga: Lukas 10:1-12: Hamba Tuhan Dan Misi Allah

Seorang hamba Tuhan yang mau memberitakan Injil Yesus Kristus pada masa kini, sudah seharusnya terlebih dahulu dia mengalami perjumpaan dengan Yesus secara pribadi dalam kehidupannya. Seorang hamba Tuhan harus juga memiliki sikap yang di mana dia lebih mementingkan kepentingan orang berdosa untuk mendengarkan kabar baik, daripada dirinya sendiri. Oleh sebab itu baik gereja maupun hamba Tuhan harus bisa melihat sebuah situasi konteks yang sedang terjadi dan menjadikan hal itu sebagai sebuah peluang untuk memberitakan Injil (Widjaja et al. 2020).

Kesimpulan

Melaksanakan misi gereja sudah menjadi bagian integral yang tidak bisa dipisahkan oleh kehidupan seorang hamba Tuhan maupun orang percaya. Misi gereja dalam memberitakan Injil di seluruh dunia haruslah dilaksanakan sebagaimana mandat/perintah yang dinyatakan oleh Yesus Kristus. Dalam melaksanakan misi tersebut tentunya seorang hamba Tuhan dipengaruhi oleh peran dan sikapnya secara pribadi. Rasul Paulus telah memberikan sebuah teladan bagaimana sikapnya dalam memberitakan Injil.

Paulus sendiri melakukan misinya dalam semua aspek kehidupannya, agar semua orang bisa mendengarkan tentang Injil Yesus Kristus, bahkan Paulus memiliki sikap dan kehidupan yang bertanggungjawab serta rendah hati dalam memberitakan Injil Yesus Kristus. Tantangan-tantangan yang dilewati Paulus tidaklah membuat dirinya berhenti untuk memberitakan Injil Yesus Kristus, sikap dia menghadapi setiap tantangan harus dijadikan contoh oleh para hamba Tuhan maupun orang-orang percaya untuk bermisi pada masa kini.

Sehingga seorang hamba Tuhan seharusnya lebih berperan aktif dalam misi gereja dalam melayani, memberitakan Injil dan mengajar kepada semua orang tanpa terkecuali, dengan memiliki hati seorang hamba yang benar-benar mau melayani Tuhan Yesus Kristus. Hamba Tuhan harus memiliki tujuan dan target ke depan untuk membawa jiwa-jiwa percaya kepada Yesus Kristus, berbalik kepada Tuhan dan memberitakan seluruh nubuatan Allah. Hamba Tuhan harus memiliki sikap tahan uji dalam menghadapi tantangan dalam pelayanan dengan terus bersandar kepada Yesus Kristus. -Alfons Renaldo Tampenawas
Next Post Previous Post