4 KEHENDAK ALLAH YANG KEKAL DALAM KELUARGA KRISTEN

Pdt. DR. Stephen Tong.

KELUARGA BAHAGIA .

Bab 1 : PRINSIP KELUARGA KRISTEN.

PRAKATA

Setelah revolusi seks di Amerika dan dimulainya percobaan hidup bersama sebelum pernikahan di Inggris, manusia seolah-olah menikmati kebebasan seks yang berlebihan. Maka, angin ini segera bertiup dari Barat ke Timur menjadi satu arus romantis yang melanda seluruh dunia. Tetapi benarkah dengan semuanya itu manusia lebih dipuaskan di dalam hidup berkeluarga?
4 KEHENDAK ALLAH YANG KEKAL DALAM KELUARGA KRISTEN
Fakta keretakan keluarga yang mengakibatkan perceraian terus-menerus bertambah, sementara kebahagiaan tidak kunjung datang. Bahkan banyak keluarga sudah menjadi seperti neraka. Dengan adanya tekanan masyarakat, agama, dan norma budaya, banyak orang berusaha mempertahankan gejala keharmonisan secara lahiriah. Bukankah ini sekadar penipuan diri?

Bahaya terbesar yang dihadapi manusia bukanlah bom atom, senjata nuklir, atau sejenisnya, melainkan kebencian di tengah-tengah orang-orang yang seharusnya saling mengasihi. Siapakah yang dapatmenolong kita dari dilema yang sangat menakutkan ini? Jalan satu-satunya tidak lain dan tidak bukan hanyalah kembali kepada prinsip Alkitab. Alangkah bodohnya jika kita menginginkan hidup di dalam kasih, tetapi terputus dari Sumber Kasih – yaitu Allah – yang bukan saja memberikan kasih kepada kita, tetapi juga petunjuk bagaimana hidup di dalam kasih menurut Alkitab.
Kiranya buku ini boleh membawa kembali kebahagiaan sejati bagi mereka yang sudah berkeluarga maupun yang akan berkeluarga, sehingga kemuliaan kembali kepada Allah.
--------------------------------------------------
BAB I : PRINSIP KELUARGA KRISTEN.

“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:27-28)

“Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kejadian 2:20-24)
-----------------------------------------------------
Pada waktu seorang psikolog ditanya, “Apakah krisis yang terbesar pada abad ke dua puluh ini?” Ia menjawab, “Krisis terbesar yang dihadapi manusia bukanlah bom atom. Bukanlah bom hidrogen, bukanlah perang nuklir; krisis terbesar yang dihadapi oleh manusia sekarang ialah: Cinta yang sejati telah meninggalkan keluarga.” 

Kalimat ini sepertinya tidak terlalu penting, tetapi jika kita pikirkan lagi, peledakan bom hanya meledakkan dan membinasakan sebagian manusia; tetapi kurangnya cinta sejati di dalam keluarga, yang adalah sistem pembentukan masyarakat yang paling utama ini, mengakibatkan rusaknya seluruh bangsa di dunia. Kalimat itu sangat penting. 

Dan jika kita meninjaunya kembali, kalimat itu adalah fakta yang begitru riil dan mengerikan, yang begitu mengancam dan menghantui kita. Beberapa orang sudah membentuk keluarga, tetapi keluarga mereka tidak mirip dengan keluarga yang sejati; bukan menjadi tempat pengasuhan di mana mereka mendapat pembimbingan, penghiburan, dan mendapatkan kenikmatan sorgawi.

Apakah artinya membentuk keluarga? Dan mengapakah dunia ini perlu sistem keluarga? Bukankah pada abad ke dua puluh sudah menjadi kebiasaan orang untuk merasakan tidak perlu membentuk keluarga, cukup ‘kumpul kebo’ (hidup serumah tanpa pernikahan yang sah) saja? Tetap apakah itu bentuk relasi yang ditetapkan oleh Tuhan menurut kehendak-Nya dalam membina hidup manusia?

KEHENDAK ALLAH YANG KEKAL

[1]. ALLAH MENJADI DASAR KEDUDUKAN KELUARGA.

Alkitab dengan jelas sejak dari permulaan dan dari pasal yang pertama, sudah menetapkan perintah dan kehendak Allah untuk hidup manusia dan masyarakat. Waktu Allah menciptakan alam semesta ini, Ia mengakhiri karya penciptaan-Nya dengan menciptakan pribadi yang mempunyai peta dan teladan Allah itu sendiri. 

Manusia diciptakan sesuai dengan kehendak Allah, dan menjadi reflektor Allah. Itulah sebabnya manusia diciptakan sebagai peta dan teladan Allah. Berarti manusia seharusnya menjadi seperti Allah, secara pribadi. Hanya manusia satu-satunya makhluk yang berpribadi, seperti Allah juga mempunyai Pribadi. Maka pribadi kita harus belajar dari Pribadi Allah yang turun ke dalam dunia menjadi contoh dan teladan hidup seseorang.

Sebagai pembentukan unit yang lebih dari satu pribadi, maka unit yang paling dasar disebut unit keluarga melalui pernikahan yang sah. Ini menjadi unit pembentukan masyarakat yang paling dasar. Sebagai unit yang sedemikian, kita sebagai keluarga harus belajar bagaimana “Keluarga Allah”, yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus bersatu dan berkasih-kasihan satu dengan yang lain. 

Istilah “Keluarga Allah” ini jangan disalah-tafsirkan dengan menganggap bahwa “Keluarga Allah” tepat sama seperti bentuk keluarga manusia yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Jangan dianggap bahwa terdapat kualitas yang sama juga dalam relasi antara Pribadi Allah dengan relasi antar-pribadi anggota keluarga manusia.

Tanpa kembali kepada Allah, tidak mungkin ada pribadi yang beres, keluarga yang beres, pengertian masyarakat, pembentukan organisasi, dan sebagainya yang beres, karena Tuhan adalah Sumber dari segala sesuatu. 

Di dalam kehendak Allah yang kekal, Dia mau membentuk keluarga, di mana kemunitas yang kecil ini merefleksikan dan menjadi wakil dari komunitas yang ada di dalam Pribadi Allah Tritunggal itu sendiri, sehingga keluarga mencerminkan bagaimana kita harus berkasih-kasihan sebagaimana Allah berkasih-kasihan antara Pribadi yang satu dan yang lain. Di dalam Allah Tritunggal kita melihat contoh dan teladan bagaimana berkomunitas, berkomunikasi, dan saling memperhatikan satu dengan yang lain. Di situlah kita baru melihat rahasia kebahagiaan di dalam mendirikan keluarga.

Dalam rencana kekal-Nya, Allah menjadikan manusia di dalam peta dan teladan-Nya, sehingga bisa menjadi seperti Dia, dan boleh meneladani Dia. Berdasarkan rencana kekal Allah, manusia, pria dan wanita, diciptakan menurut peta dan teladan Dia. Tidak ada agama, kebudayaan, dan sistem pemikiran atau filsafat manusia yang bisa melebihi keagungan yang sudah ditentukan oelh Allah bagi kedudukan manusia.

[2]. ALLAH MENJADI TUJUAN KELUARGA.

Identitas manusia ditetapkan sedemikian tinggi, anggun, terhormat, dan mulia, karena manusia diciptakan mirip Allah. Bukankah hal yang paling penting bagi manusia adalah dapat hidup lebih tinggi, lebih maju, dan maju terus; apakah sasaran terakhir kita? What is the final goal of your struggle, of our improvement? Agama-agama dan pikiran manusia tidak memberikan jawaban, tetapi wahyu Allah, Kitab Suci sendiri, memberikan jawaban yang terakhir, dan memberikan titik yang paling final dan paling komplit, yaitu kembali menjadi seperti Allah. 

Di sini kita melihat bahwa Allah bukan saja menjadi titik awal, tetapi juga menjadi titik akhir perjuangan kita, sehingga seluruh proses jalan kita bukan berjalan di dalam kesesatan, kesimpang-siuran, tetapi ada Tuhan Allah yang menjadi “titik final” kita, tujuan terakhir dari perjuangan kita dan perubahan yang kita alami, yaitu menjadi seperti Dia.

[3]. ALLAH MENJADI DASAR KESETARAAN PRIA-WANITA.

Kita melihat pria dan wanita sebagai dua pribadi yang setara. Bukan hanya tujuan yang tertinggi, atau penjelasan identitas manusia yang paling terhormat, tetapi kesetaraan antara pria sebagai manusia dan wanita sebagai manusia, sudah ditunjukkan oleh Kitab Suci sejak halaman pertama. Manusia, pria dan wanita, diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Jadi, bukan hanya pria yang seperti Allah, tetapi wanita pun diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Di sini sekali lagi kita melihat tidak ada agama, kebudayaan, filsafat, dan pikiran manusia yang melampaui Alkitab dalam memberikan kedudukan tertinggi bagi wanita.

Sampai sekarang, di dalam begitu banyak negara, masyarakat, dan wadah kebudayaan, kita tetap bisa melihat tidak adanya tempat yang sedemikian terhormat, seperti yang dinyatakan oleh Alkitab, untuk kaum wanita. Kaum wanita sering dijadikan mesin untuk melahirkan anak dan mesin bekerja. Di Papua, hanya dengan beberapa ekor babi bisa mengganti seorang wanita. Dan kepala suku bisa memiliki sampai 150 istri, karena semakin banyak istri, semakin banyak tenaga kerja, sehingga semakin banyak tanah yang bisa digarap, dan semakin banyak penghasilan. Mereka memperbudak wanita dan menghina kedudukan wanita.

Di dunia Barat, Stoisisme merupakan filsafat yang pertama mengajarkan bahwa pria dan wanita setara. Sebenarnya kebudayaan Romawi dan Yunani kuno sudah menjalankannya dalam hidup sehari-hari. Tetapi beribu-ribu tahun sebelumnya, dalam halaman pertama Kitab Suci, Allah sudah menegaskan bahwa Dia menciptakan manusia menurut peta dan teladan-Nya, baik pria maupun wanita. 

Oleh karena itu, pria harus menghormati weanita, dan wanita harus menghormati pria. Kita harus mempunyai prinsip ini sebelum kita membentuk keluarga, atau jika kita sudah berkeluarga, marilah kita mengoreksi kehidupan kita lagi melalui terang firmanTuhan, sehingga tidak ada manipulasi dan penghambaan satu dengan yang lain.

[4]. ALLAH MENJADI POLA ORDO PRIA-WANITA.

Sekalipun pria dan wanita setara, tidak berarti kedua-duanya menjadi kepala. Kepala keluarga tetap satu. Untuk hal ini kita harus kembali meneladani Tuhan Allah. Allah Bapa mengirim Allah Anak ke dalam dunia, dan Allah Bapa beserta Allah Anak mengutus Allah Roh Kudus ke dalam gereja-Nya. Di sini Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, setara di dalam kemuliaan, kekuasaan, kekekalan, dan unsur asasi-Nya. Tetapi dalam hal ordo adalah berbeda. Allah Bapa mengutus Allah Anak, tidak pernah sebaliknya. Setara dalam kedudukan, berbeda dalam ordo, keduanya haruslah dimengerti oleh orang Kristen.

Keluarga Kristen berbeda dengan keluarga non-Kristen. Di dalam keluarga non-Kristen, ketika orang merebut persamaan hak pria dan wanita, kebanyakan timbul kekacauan yang tidak bisa dikendalikan. Pada waktu timbulnya gerakan Women’s Liberation Right (Gerakan Kebebasan Wanita), di mana kekuasaan wanita diperjuangkan, akhirnya menjadi sedemikian radikal, tidak kembali ke Alkitab dan timbul ekses-ekses yang luar biasa gawatnya, sehingga timbullah keluarga-keluarga yang berantakan, homoseksualitas, dan lain-lain. Terjadinya perebutan kekuasaan secara radikal selalu dilakukan oleh wanita-wanita yang tidak mau tunduk kepada suaminya dan selalu dipimpin oleh wanita yang mengenal kesetaraan, tetapi tidak mengenal ordo yang berbeda.

Karena mereka tidak mau kembali kepada Alkitab, sekalipun mereka mau menyama-ratakan pria dan wanita, mereka menggawatkan, merusakkan, mengacaukan, dan mengacaukan sistem keluarga. Itu bukan cara Kristen! Orang Kristen harus mempunyai pendirian. Harus punya prinsip-prinsip sendiri karena kita diberi Firman Allah yang lebih tinggi daripada sistem pikiran dan filsafat apa pun.
Di sini kita kembali lagi kepada ordo yang berbeda. 

Alkitab mengatakan “pria adalah kepala wanita”. Namun bukan berarti pria boleh sembarangan mempermainkan wanita. Itu akan dijelaskan lebih lanjut pada bab lain. Pria dan wanita sebagai peta dan teladan Allah mempunyai kesamaan identitas sebagai pelaksana kehendak Allah di dunia. Tetapi di sini, untuk membentuk keluarga, tetap ada ordo, siapa yang harus menjadi kepala keluarga. Dan Allah menetapkan pria sebagai kepala keluarga.

PENGUASAAN DIRI : DASAR RELASI KELUARGA KRISTEN.

(1). MANUSIA MAKHLUK BER-DWI KATEGORI.

Selain kehendak Allah yang kekal, kita juga telah melihat bahwa kita diciptakan di dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan segala makhluk yang lain. Kita adalah satu-satunya makhluk yang sekaligus memiliki dua sifat di dalam satu pribadi yang sama. Di sinilah kesulitan-kesulitan kehidupan terjadi. Karena di dalam manusia dua kategori yang berbeda digabung dalam pribadi yang sama, maka di dalam perjuangan hidupnya, manusia mengalami kesulitan besar.

(2). JASMANI DAN ROHANI.

Apa yang dimaksud dengan “satu-satunya makhluk yang mempunyai dua kategori di dalam satu pribadi yang sama”? Artinya manusia itu pribadinya satu tetapi mempunyai dua bidang: bidang rohaniah dan bidang jasmaniah. Di dalam bidang jasmaniah kita seperti binatang, dan di dalam bidang rohaniah kita sepertri malaikat. Tetapi kita bukan malaikat dan juga bukan binatang. 

Itu sebabnya manusia harus digolongkan ke mana? Kalau digolongkan ke golongan rohani, kita berdaging, berambut, dan lain-lain, padahal roh itu kekal. Sedangkan manusia mempunyai bidang yang bersifat sementara (fana). Tubuh kita begitu lemah sehingga mau tidak mau manusia mempunyai unsur bidang yang pertama, yaitu kategori materi, kategori fisik (carnal category) yang disebut tubuh. Tetapi manusia bukan hanya terdiri dari tubuh jasmaniah saja. Manusia juga mempunyai bagian tubuh yang lain, yaitu jiwa atau roh. Jiwa-roh, kedua istilah ini dipakai dalam Alkitab secara bergantian.

Alkitab mengatakan bahwa selama jiwa tidak ada pada tubuh maka mati adanya, seperti juga iman tanpa perbuatan mati adanya. Itu berarti kedua bagian itu bersatu. Pada waktu tubuh tanpa jiwa atau roh, maka kita tidak lagi disebut manusia, tetapi mayat. Manusia diciptakan dengan dua kategori di dalam satu pribadi. Yang pertama adalah kategori materi, dan yang kedua kategori rohani. Kedua kategori yang berbeda tergabung di dalam satu pribadi, ini mengakibatkan kita berbeda dengan malaikat dan binatang. Malaikat mempunyai cinta kasih tetapi tidak mempunyai seks, binatang mempunyai seks tetapi tidak mempunyai cinta kasih.

Di sini manusia mengalami kesulitan karena mempunyai kedua hal ini. Kita tidak boleh hanya melampiaskan nafsu. Mengadakan hubungan seks semau sendiri tanpa mempunyai kasih yang sejati. Seks tanpa kasih adalah ide binatang, kasih tanpa seks adalah ide malaikat. Tetapi manusia bukan malaikat dan bukan binatang, karena itu manusia harus mengharmoniskan kedua hal ini, sehingga kedua hal ini diserasikan dengan indah luar biasa.

Demikianlah cara Tuhan menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dengan kerohanian yang bisa mengerti kehormatan, kemuliaan, kebebasan, kedudukan, kekekalan, dan moralitas, yang bisa mengenal ibadah, berdoa, dan berpengharapan kepada kekekalan. Namun Allah juga menciptakan kita dengan suatu tubuh yang memerlukan kepuasan seks. Kita diberikan organ-organ yang berhubungan dengan seks,dan kita ingin mengalami kepuasan di dalam bidang seks. Ini fakta! Saya kira agama-agama yang sejati tidak melarikan diri dari fakta ini, karena fakta ini diciptakan oleh Tuhan. Oleh sebab itu agama Kriksten tidak menyangkali adanya kebutuhan seks.

(3). NEO-PLATONISME DAN KEKRISTENAN.

Neo-Platonisme telah membagi dunia menjadi dua, yang tertinggi dan terendah. Yang tertinggi yaitu roh, dan yang terendah dan terkasar adalah materi. Pengaruh dari Neo-Platonisme menjalar kepada Kekristenan, sehingga ada pandangan bahwa orang yang tidak menikah lebih suci daripada yang menikah. Ini ajaran yang tidak benar. 

Barangsiapa tidak menikah jangan menganggap diri lebih suci daripada mereka yang menikah, dan barangsiapa menikah jangan menganggap diri sudah berada di dalam dosa karena ada isteri atau suami. Tidak! Karena kita sudah melihat bahwa Allah menciptakan kita dengan suatu tubuh dengan fungsi seks. Ini riil dan sungguh-sungguh fakta. Jika seorang laki-laki sudah berusia belasan tahun, dan ingin meninah, kita tidak menghina dia, tetapi juga tidak memperbolehkan dia menikah sembarangan, sebaliknya memimpin dia kepada prinsip dan menjaga dia agar jangan sampai keluar jalur.


Dengan sikap menghargai, kita memberikan petunjuk kepadanya agar dia tidak melampiaskan nafsu seperti binatang. Ini fakta dan suatu hal yang nyata. Kalau kita sengaja menutup mata terhadap fakta ini, lalu menganggap diri lebih rohani, itu rohani yang palsu. Sebaliknya, kalau kita tidak mempedulikan prinsip Alkitab, hanya melayani fakta saja, kita akan menjadi seperti binatang. Di sini terletak kesulitan membentuk keluarga yang ah dan berbahagia. Manusia adalah satu-satunya pribadi yang berbidang rohani dan sekaligus berbidang jasmani. Satu-satunya yang diciptakan menurut peta dan teladan Tuhan, yang memiliki sifat rohani tetapi juga diberikan tubuh kelihatan yang bersifat daging ini.

(4). PENTINGNYA PENGUASAAN DIRI KARENA DWI-KATEGORI.

Salah satu hal yang paling paradoks dalam hidup manusia adalah bagaimana menguasai diri. Self-control is the highest wisdom of living on the earth. Bagaimana bisa menguasai dan mengontrol diri adalah salah satu bijaksana yang paling besar bagi manusia di dalam dunia. Tetapi penguasan diri tidak mungkin dilakukan oleh diri, kecuali diri Saudara sudah diserahkan ke dalam Diri Allah. 

Itu sebab Tuhan Yesus berkata, “Jika mau mengikut Aku, serahkanlah dirimu, sangkallah dirimu.” Penyangkalan diri berarti meletakkan diri kita di bawah Diri Tuhan, sehingga tidak mengikuti kehendak diri saya, tetapi kehendak Diri Tuhan yang menguasai diri saya, baru saya bisa menguasai diri saya sendiri. Itulah bijaksana.

Ada orang yang mengira Kekristenan tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, itu adalah omong kosong, tidak riil, dan tidak nyata. Tetapi dengan kacamata teologi yang ketat, saya tegaskan kepada Saudara bahwa tidak ada tindakan Saudara yang tidak ada hubungannya dengan firman Tuhan dan dengan teologi. Bagaimana dengan orang yang membenci teologi dan doktrin? 

Itu adalah akibat pengaruh Kekristenan yang simpang siur, tidak ada akar dan tidak ada arah, karena mereka mengira semua tidak ada hubungan. Integrasi dari yang dalam ke yang paling dangkal, dari yang paling sulit ke yang paling mudah, dari pikiran yang mendalam, yang sulit dimengerti dan digali, dengan kehidupan sehari-hari yang sederhana mengakibatkan kita mempunyai kerangka hidup rohani dan jasmani yang kuat dan menyatu.

Manusia diciptakan dengan fungsi seks, plus kerohanian yang diberikan kewajiban mengontrol diri. Kalau kita melihat dari sudut kebebasan, tidak ada binatang yang lebih bebas daripada manusia, khsusnya di dalam bidang seks. Pembentukan tubuh manusia begitu indah dan ajaib sehingga manusia boleh melakukan hubungan seks lebis bebas daripada binatang apa pun. 

Seni yang tertinggi bukan di dalam dunia luar, tetapi di dalam diri kita sendiri. Kita memliki tubuh yang bisa bersenam dengan indah, atau meloncat ke dalam air dengan begitu indahnya, atau keterampilan badan dan menari balet yang luar biasa, dengan seni yang begitu tinggi dan indah.

Jika engkau memiliki teologi yang kuat, maka ketika engkau melihat balet, engkau melihat keindahan Allah, bukan sekadar keindahan tubuh, karena Allah yang menciptakan keindahan tubuh sedemikian. Jika engkau memahami keadaan ini, maka ketika engkau melihat orang yang bersenam, meloncat dan tidak jatuh, engkau bukan sekadar melihat keindahannya, tetapi melihat keindahan ciptaan Tuhan yang luar biasa. Semua ini adalah anugerah Tuhan, termasuk kebebasan seks. Tetapi kebebasan seks justru harus dikontrol oleh hal yang lain, yaitu firman dan kasih yang suci.

Di sini kita melihat manusia berbeda dengan binatang. Binatang mempunyai kebebasan seks yang terbatas, tetapi tidak dibatasi untuk mengontrol diri; manusia diberikan kebebasan seks yang begitu sempurna, tetapi diperintahkan untuk membatasi diri. Merupakan suatu keindahan jika seseorang bisa menaklukkan diri kepada firman Tuhan dan bisa menggali dan menemukan prinsip-prinsip dari sifat ilahi, lalu menjadi kekuatan pedoman, dan kunci kebahagiaan untuk mengontrol diri. Di situ manusia akan menikmati bahagia yang paling besar di dalam pembentukan keluarga. Puji Tuhan!

Orang yang tidak mengerti kebebasan yang terbatas, kebebasan yang dikontrol oleh firman Tuhan, selalu menganggap keluarga dan pernikahan sebagai “penjara cinta”. The prison of the love, is marriage. Tetapi bagi orang-orang Kristen yang mengerti, sesungguhynya cinta dan kebebasan seks yang dikontrol oleh kedaulatan Tuhan bisa kita pergunakan untuk memuliakan Tuhan, di situ kita melihat pernikahan justru menjadi wadah bahagia dari seks.

Kita perlu belajar menjadi manusia yang beres, menjadi kepala keluarga yang beres, menikmati keluarga bahagia yang beres, di hadapan Tuhan Allah. Di dalam diri manusia sebagai ciptaan Tuhan kita melihat peta-teladan sebagai: (1) kedudukan; sekaligus sebagai (2) tujuan; dan juga sebagai (3) kewajiban dan kesetaraan; dan (4) ordo yang harus kita taati; dan (5) menjadi kekuatan yang merupakan sumber kebahagiaan yang memberikan kepada kita kekuatan yang menuju kepada kebahagiaan yang sungguh-sungguh.

Di dalam cinta Tuhan sendiri kita bisa memberikan jalur yang sejati kepada nafsu kita yang tidakmau dilepaskan dari kasih. Nafsu tanpa dikuasai dengan kasih adalah binatang, dan kasih yang tidak ada nafsunya adalah malaikat. Kita adalahmanusia yang mempunyai kasih dan mempunyai nafsu, mempunyai cinta kasih dan juga seks. Kedua hal ini dikuasai dan digabung oleh cinta Tuhan sebagai sumber dari emosi kita, baru kita mendapatkan jalur yang sesungguhnya.

Dan Alkitab berkata, “Orang (Adam) yang hidup tersendiri itu tidak baik.” (Kejadian 2:18). Adam hidup seorang diri dan itu tidak baik, maka Allah menciptakan Hawa untuk menjadi penolong yang sepadan baginya. Lalu, mengapa tidak baik pria itu hidup seorang diri? Alkitab tidak mengatakan bahwa Hawa tidak baik jika hidup sendiri lalu menciptakan Adam untuk menolong dia, tetapi justru sebaliknya. 

Di sini mengandung arti bahwa ada sedikit perbedaan antara seorang pria yang hidup sendiri dan wanita yang hidup sendiri. Sejarah dan bukti masyarakat memberikan kepada kita suatu fakta bahwa pria lebih sulit hidup sendiri daripada wanita yang hidup sendiri. Wanita jangan dihina. Engkau melihat wanita itu lemah, suka menangis, tetapi pada waktu wanita menghadapi kesulitan selalu lebih hebat dan lebih bertahan daripada pria waktu menghadapi kesulitan.


Saya paling tidak berani menghina wanita, dan salah satu sebab yang paling penting adalah karena ibu saya adalah wanita. Kehidupannya lebih megah dan agung daripada banyak pria, termasuk saya. Umur 33 tahun sudah menjadi janda, dan berjanji tidak menikah lagi, dan akan membesarkan anak-anak yang Tuhan berikan kepadanya di hadapan Tuhan dan untuk Tuhan, supaya Tuhan memakai mereka; dan ia berjanji menjadi janda yang setia dan mendidik mereka dengan iman, dan tidak mengizinkan mereka untuk meminta-minta, atau bersandar pada orang lain. Dan ini membuat saya bisa berfondasi dan beriman kepada Tuhan.

Saya tahu banyak pria yang kelihatan begitu independen, mandiri, kuat, dan hebat, tetapi begitu kehilangan isteri, menjadi kalang kabut dan tidak keruan. Tetapi saya melihat banyak wanita yang sewaktu kehilangan suami, begitu tegar dalam menghidupi kehidupan mereka. Ini fakta. Mari kita menghargai wanita-wanita yang begitu indah. Kontribusi dari wanita-wanita yang tidak menikah dan menjadi janda sedemikian besar dan kita wajib menghargai mereka. Amin.
Next Post Previous Post