KEPEMIMPINAN DALAM GEREJA KRISTEN
KEPEMIMPINAN DALAM GEREJA KRISTEN
Kita sudah mempelajari bahwa jemaat Tuhan merupakan suatu keluarga. Artinya hubungan antara anggota dalam jemaat seperti hubungan dalam suatu keluarga. Di dalam keluarga terdapat dua unsur utama yang mempersatukan dan membuat keluarga itu bertumbuh dengan sehat, yaitu: kasih dan ketertiban. Tanpa adanya keseimbangan dalam dua hal ini, akan terjadi ketimpangan dalam keluarga.
otomotif, gadget |
Sebaliknya bila tidak ada pemerintahan, order dan struktur atau susunan, maka pasti akan terjadi kekacauan, pemberontakan, dll. (Hak. 17:6. 21:25; 1Korintus 14:33, 40; 2Tesalonika 2:4; 2Petrus 2:10). Setiap pemberontakan akan merugikan diri sendiri.
Paling tidak ada 4 (empat) area pemerintahan di dalam kehidupan setiap orang percaya, yakni:
1. Pemerintahan di dalam setiap negara (Roma 13:1-7; 1Petrus 2:13-17). Rakyat tunduk di bawah kepemimpinan pemerintahan yang ada.
2. Pemerintahan di dalam rumah tangga / keluarga (1Korintus 11:1-3, Efesus 5:22, 6:1-3). Anak berada dalam kepemimpinan orang tua, istri di bawah kepemimpinan suami dan suami di bawah Kristus.
3. Pemerintahan di dalam pekerjaan (Efesus 6:5-8). Para pegawai di bawah kepemimpinan majikan.
4. Pemerintahan di dalam gereja Tuhan (Roma 12:8; Ibrani 13:7, 17). Jemaat tunduk di bawah kepemimpinan para penatua jemaat.
B. KEPEMIMPINAN DI DALAM JEMAAT
Banyak orang Kristen yang kurang mengerti akan prinsip penting ini. Mereka mengerti ketaatan dalam pejabat-pejabat pemerintah. Mereka mengakui perlunya ketaatan di dalam rumah tangga. Tetapi di dalam gereja, mereka segan untuk mengakui wewenang orang yang memimpinnya. Padahal semua ini telah diatur Allah untuk kebaikan kita. Allah adalah kepala dari semua, yang telah memberi kepada anak-Nya Kristus, kedudukan sebagai pemimpin (headship) atas gereja (Efesus 1:20-23).
Dewasa ini Kristus bekerja di dalam tubuh-Nya melalui Roh Kudus (Yohanes 14:18-26). Allah telah menetapkan lima jawatan dalam tubuh Kristus, yakni rasul, nabi, gembala, penginjil dan guru, untuk memperlengkapi jemaat melayani Tuhan sampai jemaat mencapai kedewasaan rohani (Efesus 4:11-15). Dalam jemaat lokal, Allah telah memberikan wewenang (otoritas) kepada para penatua setempat untuk menjalankan kepemimpinan (Kisah Para Rasul 14:21-23; 1Timotius 5:17). Penatua (Inggris: Elder, Yunani: Presbuteros – Presbiter) adalah orang yang matang rohaninya yang memiliki kedudukan atau jabatan sebagai pengawas jemaat (overseer, uskup/ bishop – Kis. 1:20). Sedangkan tugas sehari-hari yang dilakukannya sebagai pastor atau menggembalakan dan memberi makan domba-domba Allah, yakni jemaat (Kis.2:17, 28; Titus 1:5-7; 1Petrus 5:1-2)
Para penatua yang memimpin jemaat biasanya lebih dari satu orang (jamak/ plural) – Kisah Para Rasul 20:17, 14:23; Yakobus 5:14. Salah satu dari para penatua itu diangkat sebagai pimpinannya (“senior-pastor”). Lihat: Kis. 12:17; 21:18 – “Yakobus dan para penatua”.
Para penatua (jamak / plural) tidak pernah ditunjuk oleh jemaat setempat melalui sistem pemilihan; yang menunjuk mereka adalah para pengawas gereja. Di dalam gereja Perjanjian Baru para penatua selalu diangkat dan ditahbiskan oleh kelompok pelayanan inti dan para penatua lain (Kisah Para Rasul 14:23; 20:28; Titus 1:5). Setiap penatua harus memenuhi syarat dalam Alkitab yang terdapat pada 1Timotius 3:1-9 dan Titus 1:5-9.
Adapun tanggung jawab para penatua terhadap orang-orang percaya adalah:
1. Memimpin secara umum pertumbuhan dan jalannya gereja. memimpin artinya memperhatikan, mengarahkan, mengawasi seperti orang tua dalam satu keluarga terhadap anak-anaknya (1Tesalonika 5:12-14; Ibrani 13:17; 1Petrus 5:2-3).
2. Menggembalakan, yang berarti memberi makan domba dengan rumput yang hijau (firman Tuhan), menjaga dari serigala (pengajar sesat), menolong yang lemah, melayani yang sakit dan menjadi teladan bagi domba-domba (Kis. 20:28-35).
3. Mengajar supaya semua anggota tubuh menjadi dewasa dan berfungsi juga supaya pelayanan dan karunia-karunia berkembang (1Timotius 3:2; Titus 1:9). Sedangkan tanggung jawab orang-orang percaya terhadap penatua-penatua:
1. Menghormati (1Tesalonika 5:12-13).
2. Tunduk/ taat (Ibrani 13:17)
3. Menyokong dengan keuangan (1Korintus 9:11-14; 1Timotius 5:17-18)
4. Jangan sembarangan menuduh (1Timotius 5:1, 18-19)
5. Mendoakan (1Tesalonika 5:25).
C. KETERTIBAN DALAM JEMAAT
Allah menetapkan kepemimpinan dalam gereja-Nya untuk menertibkan kehidupan jemaat, agar jemaat hidup kudus dan tidak membiarkan dosa di dalam gereja-Nya yang akan mencemarkan banyak orang.
Tujuan penertiban (disiplin gereja) ini adalah untuk membawa kembali orang tersebut ke jalan benar (Galatia 6:1) sehingga kita tidak dihukum bersama-sama dengan dunia (1Korintus 11:32).
Dalam Matius 18:15-17, Yesus mengajarkan tentang prosedur dalam melakukan penertiban bagi orang yang suka memberontak dan tidak mau diatur dalam jemaat, yakni:
1. Ditegur secara pribadi (empat mata).
2. Ditegur di hadapan dua atau tiga saksi.
3. Menyampaikan hal ini kepada jemaat.
4. Anggapan sebagai orang kafir.
Karena jemaat adalah Tubuh Kristus, sedangkan ada salah satu anggota tubuh yang karena tidak mau bertobat dapat menyeret seluruh tubuh dalam kebinasaan, maka yang harus kita lakukan adalah menanggalkan bagian tubuh itu (Matius 5:29-30). Dosa dalam jemaat adalah ibarat sedikit ragi yang mengkhamiri seluruh adonan. Ragi (= kejahatan) itu harus dibuang! (1Korintus 5:6-8). Inilah yang harus dilakukan terhadap “saudara seiman” yang menolak untuk bertobat dari kejahatannya (1Korintus 5:13, 11). Penatua jemaat memiliki wewenang ilahi untuk menertibkan tiap anggota dalam jemaat, sedangkan orang di luar jemaat akan dihakimi Allah (1Korintus 10:12-13).
Adapun dosa dalam jemaat yang perlu ditertibkan antara lain:
1. Dosa moral (1Korintus 5:1-5).
2. Pengajaran sesat (Titus 1:13-14; 3:10-11).
3. Pemecah belah jemaat (Rm. 16:17-18; 3Yohanes 1: 9-10).
Namun perlu diingat bahwa tujuan dari penertiban bukanlah semata-mata sebagai suatu hukuman atau pembalasan, namun untuk mendidik, mengoreksi dan pada akhirnya menolong orang tersebut keluar dari ikatan dosanya. Pada saat yang sama juga untuk melindungi seluruh tubuh (jemaat) dari penularan/ pencemaran.
Bila kita didisiplin / ditertibkan hal ini menunjukkan bahwa kita adalah anak Allah yang dikasihi-Nya (Ibrani 12:5-8). Memang pada waktu kita ditertibkan kita merasa berduka, namun yang dihasilkan adalah kebenaran, damai dan kekudusan (Ibrani12:10-11).
D. BENTUK ORGANISASI (PEMERINTAHAN) GEREJA
1. Episkopal
Kata “Episkopal” berarti dipimpin oleh uskup (episkopos = penilik). Pola ini diikuti oleh gereja Anglikan. Rohaniwan terdiri dari uskup (yang berhak menahbiskan dan menempatkan pendeta-pendeta di wilayahnya), pendeta (yang boleh melakukan pelayanan rohani kepada jemaat), diaken (calon pendeta).
2. Presbiterial
Dipimpin para penatua. Ini merupakan ciri gereja Calvinis. Di Indonesia misalnya: GKI, GPIB, dll. Walaupun para penatua dianggap sederajat, biasanya dibedakan antar “penatua yang mengajar”, yang berfungsi memberi makanan rohani dan melakukan sakramen, dan “penatua yang memimpin” yang mengatur masalah organisasi, administrasi, keuangan, dll.
3. Kongregasional / Independen
Cirinya: Otonomi (artinya setiap jemaat setempat independen dan mempunyai pemerintahan sendiri) dan demokrasi (artinya setiap anggota jemaat mempunyai hak/ suara yang sama dengan yang lain dalam urusan gereja). Konsep ini menunjuk pada doktrin keimaman setiap orang percaya. Pelayanannya biasanya terdiri dari pendeta dan diaken.
Adapun tanggung jawab para penatua terhadap orang-orang percaya adalah:
1. Memimpin secara umum pertumbuhan dan jalannya gereja. memimpin artinya memperhatikan, mengarahkan, mengawasi seperti orang tua dalam satu keluarga terhadap anak-anaknya (1Tesalonika 5:12-14; Ibrani 13:17; 1Petrus 5:2-3).
2. Menggembalakan, yang berarti memberi makan domba dengan rumput yang hijau (firman Tuhan), menjaga dari serigala (pengajar sesat), menolong yang lemah, melayani yang sakit dan menjadi teladan bagi domba-domba (Kis. 20:28-35).
3. Mengajar supaya semua anggota tubuh menjadi dewasa dan berfungsi juga supaya pelayanan dan karunia-karunia berkembang (1Timotius 3:2; Titus 1:9). Sedangkan tanggung jawab orang-orang percaya terhadap penatua-penatua:
1. Menghormati (1Tesalonika 5:12-13).
2. Tunduk/ taat (Ibrani 13:17)
3. Menyokong dengan keuangan (1Korintus 9:11-14; 1Timotius 5:17-18)
4. Jangan sembarangan menuduh (1Timotius 5:1, 18-19)
5. Mendoakan (1Tesalonika 5:25).
C. KETERTIBAN DALAM JEMAAT
Allah menetapkan kepemimpinan dalam gereja-Nya untuk menertibkan kehidupan jemaat, agar jemaat hidup kudus dan tidak membiarkan dosa di dalam gereja-Nya yang akan mencemarkan banyak orang.
Tujuan penertiban (disiplin gereja) ini adalah untuk membawa kembali orang tersebut ke jalan benar (Galatia 6:1) sehingga kita tidak dihukum bersama-sama dengan dunia (1Korintus 11:32).
Dalam Matius 18:15-17, Yesus mengajarkan tentang prosedur dalam melakukan penertiban bagi orang yang suka memberontak dan tidak mau diatur dalam jemaat, yakni:
1. Ditegur secara pribadi (empat mata).
2. Ditegur di hadapan dua atau tiga saksi.
3. Menyampaikan hal ini kepada jemaat.
4. Anggapan sebagai orang kafir.
Karena jemaat adalah Tubuh Kristus, sedangkan ada salah satu anggota tubuh yang karena tidak mau bertobat dapat menyeret seluruh tubuh dalam kebinasaan, maka yang harus kita lakukan adalah menanggalkan bagian tubuh itu (Matius 5:29-30). Dosa dalam jemaat adalah ibarat sedikit ragi yang mengkhamiri seluruh adonan. Ragi (= kejahatan) itu harus dibuang! (1Korintus 5:6-8). Inilah yang harus dilakukan terhadap “saudara seiman” yang menolak untuk bertobat dari kejahatannya (1Korintus 5:13, 11). Penatua jemaat memiliki wewenang ilahi untuk menertibkan tiap anggota dalam jemaat, sedangkan orang di luar jemaat akan dihakimi Allah (1Korintus 10:12-13).
Adapun dosa dalam jemaat yang perlu ditertibkan antara lain:
1. Dosa moral (1Korintus 5:1-5).
2. Pengajaran sesat (Titus 1:13-14; 3:10-11).
3. Pemecah belah jemaat (Rm. 16:17-18; 3Yohanes 1: 9-10).
Namun perlu diingat bahwa tujuan dari penertiban bukanlah semata-mata sebagai suatu hukuman atau pembalasan, namun untuk mendidik, mengoreksi dan pada akhirnya menolong orang tersebut keluar dari ikatan dosanya. Pada saat yang sama juga untuk melindungi seluruh tubuh (jemaat) dari penularan/ pencemaran.
Bila kita didisiplin / ditertibkan hal ini menunjukkan bahwa kita adalah anak Allah yang dikasihi-Nya (Ibrani 12:5-8). Memang pada waktu kita ditertibkan kita merasa berduka, namun yang dihasilkan adalah kebenaran, damai dan kekudusan (Ibrani12:10-11).
D. BENTUK ORGANISASI (PEMERINTAHAN) GEREJA
1. Episkopal
Kata “Episkopal” berarti dipimpin oleh uskup (episkopos = penilik). Pola ini diikuti oleh gereja Anglikan. Rohaniwan terdiri dari uskup (yang berhak menahbiskan dan menempatkan pendeta-pendeta di wilayahnya), pendeta (yang boleh melakukan pelayanan rohani kepada jemaat), diaken (calon pendeta).
2. Presbiterial
Dipimpin para penatua. Ini merupakan ciri gereja Calvinis. Di Indonesia misalnya: GKI, GPIB, dll. Walaupun para penatua dianggap sederajat, biasanya dibedakan antar “penatua yang mengajar”, yang berfungsi memberi makanan rohani dan melakukan sakramen, dan “penatua yang memimpin” yang mengatur masalah organisasi, administrasi, keuangan, dll.
3. Kongregasional / Independen
Cirinya: Otonomi (artinya setiap jemaat setempat independen dan mempunyai pemerintahan sendiri) dan demokrasi (artinya setiap anggota jemaat mempunyai hak/ suara yang sama dengan yang lain dalam urusan gereja). Konsep ini menunjuk pada doktrin keimaman setiap orang percaya. Pelayanannya biasanya terdiri dari pendeta dan diaken.
Baca Juga: 6 Prinsip Hidup Bergereja Lokal
Dalam praktiknya pola ini mengakui manfaat persekutuan dan kerja-sama antar gereja, asalkan tidak membatasi kebebasan dan tanggung jawab jemaat setempat untuk mencari dan melakukan kehendak Tuhan dalam urusan jemaat itu. Pola ini diikuti oleh gereja Baptis, sebagian besar gereja Pentakosta, dan beberapa gereja independen lain.
4. Monarkial
Kuasa atau wibawa tertinggi dalam gereja ini hanya ada pada satu orang
saja. Sistem ini dapat terlihat dalam bidat-bidat yang biasanya dikuasai oleh satu
orang pemimpin saja.
5. Minimal/ Bebas
Kelompok ini menekankan pekerjaan Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya dalam setiap anggota jemaat dalam membimbing dan menolongnya tanpa melalui organisasi atau kepemimpinan yang resmi. Gereja yang memakai sistem ini adalah Quakers (Friends) dan Plymouth Brethren.
Dalam uraian di atas, kita melihat tidak ada pola tunggal yang dapat dikatakan didukung Alkitab secara gamblang. Pada umumnya banyak gereja yang menggabungkan pola-pola di atas. Namun kita harus sedapat mungkin berusaha mengikuti pola-pola yang paling cocok dengan Alkitab. KEPEMIMPINAN DALAM GEREJA KRISTEN
4. Monarkial
Kuasa atau wibawa tertinggi dalam gereja ini hanya ada pada satu orang
saja. Sistem ini dapat terlihat dalam bidat-bidat yang biasanya dikuasai oleh satu
orang pemimpin saja.
5. Minimal/ Bebas
Kelompok ini menekankan pekerjaan Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya dalam setiap anggota jemaat dalam membimbing dan menolongnya tanpa melalui organisasi atau kepemimpinan yang resmi. Gereja yang memakai sistem ini adalah Quakers (Friends) dan Plymouth Brethren.
Dalam uraian di atas, kita melihat tidak ada pola tunggal yang dapat dikatakan didukung Alkitab secara gamblang. Pada umumnya banyak gereja yang menggabungkan pola-pola di atas. Namun kita harus sedapat mungkin berusaha mengikuti pola-pola yang paling cocok dengan Alkitab. KEPEMIMPINAN DALAM GEREJA KRISTEN