Makna Sejati Pelayanan: Belajar dari Teladan Yesus (Markus 10:35-45)

“Kamu Tidak Tahu Apa yang Kamu Minta”: Permintaan Yakobus dan Yohanes (Markus 10:35-45)

Konteks

Yesus dan murid-murid sedang berada dalam perjalanan menuju ke Yerusalem. Para murid berasumsi bahwa Yesus akan memerintah dan menjadi raja di Yerusalem. Ini menyebabkan Yakobus dan Yohanes mengambil kesempatan untuk berusaha mendapatkan posisi paling terhormat sebagai wakil Yesus.
Makna Sejati Pelayanan: Belajar dari Teladan Yesus (Markus 10:35-45)
otomotif, bisnis
Dalam Injil Markus, tema mengenai kemuliaan dan kehormatan memiliki kaitan yang erat dengan penderitaan dan kematian Yesus. Tiga pemberitahuan Yesus mengenai penderitaannya selalu diikuti oleh perikop mengenai kemuliaan dan kehormatan. Pada pemberitahuan Yesus yang pertama mengenai penderitaan-Nya dan implikasinya terhadap para murid (8:31-9:1), perikop yang mengikuti adalah pemuliaan dan transfigurasi Yesus di gunung (Markus 9:2-3).

Pemuliaan Yesus disaksikan oleh Petrus, Yohanes, dan Yakobus. Bisa jadi kejadian ini mendorong semangat mengejar kehormatan bagi Yakobus dan Yohanes. Pemberitahuan yang kedua dicatat di Markus 9:30-31. Seusai pemberitahuan tersebut, alih-alih bertanya mengenai makna perkataan Yesus mengenai penderitaan-Nya (Markus 9:32), para murid justru berselisih pendapat mengenai siapa yang terbesar di antara mereka (Markus 9:34).

Ini menyebabkan Yesus mengajar mereka mengenai merendahkan diri dan menjadi pelayan bagi semua (Markus 9:35). Jika menarik ke belakang, di mana hanya ada Petrus, Yohanes, dan Yakobus yang diberi privilese untuk melihat pemuliaan Yesus di gunung, perdebatan para murid pasti tidak lepas dari ketiga murid tersebut. Hal ini semakin dikuatkan dengan kenyataan bahwa Yakobus dan Yohaneslah yang mengajukan permohonan untuk memperoleh posisi yang terhormat.

Pemberitahuan yang ketiga mengenai penderitaan Yesus dicatat di Markus 10:32-34. Dan segera sesudah itu, Yakobus dan Yohanes bertindak menyatakan keinginan hati mereka. Mereka sudah semakin dekat ke Yerusalem dan dalam benak mereka, ketika Yesus tiba di Yerusalem, Ia akan menjadi raja yang memerintah.

Semangat kedatangan kerajaan Allah menjadi terlihat jelas pada saat Yesus tiba di Yerusalem. Di sana orang banyak bersorak: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!"(Markus 11:9-10). Yakobus dan Yohanes perlu mengamankan posisi terhormat, dengan menyingkirkan Petrus, dan murid-murid yang lain.

Dinamika doa

Permohonan Yakobus dan Yohanes dimulai ketika mereka meminta Yesus untuk mengabulkan apa pun yang mereka minta dari pada-Nya (θέλομεν ἵνα ὃ ἐὰν αἰτήσωμέν σε ποιήσῃς ἡμῖν). Permintaan yang demikian terkesan memaksa. Bisa jadi mereka berani meminta hal tersebut karena mereka merasa memiliki privilese sebagai lingkar dalam murid Yesus. 

Di Markus 6, situasi yang agak mirip juga terjadi. Namun di sana raja Herodes-lah, sebagai pihak yang memiliki status lebih tinggi, yang menawarkan kepada anak perempuannya, “Mintalah padaku apa pun yang kau kehendaki (αἴτησόν με ὃ ἐὰν θέλῃς - 6:22).” Di Markus 10, yang terjadi adalah sebaliknya. Yakobus dan Yohanes, sebagai pihak yang memiliki status lebih rendah, berusaha mendikte Yesus yang disamarkan dalam bentuk permohonan. Yesus kemudian menanyakan apa yang mereka kehendaki dari-Nya.

Mereka pun mengungkapkan keinginan mereka. Mereka ingin duduk dalam kemuliaan Yesus, masing-masing di sisi kanan dan sisi kiri Yesus (Markus 10:37). Beberapa kali Yesus menyatakan bahwa Ia akan datang dalam kemuliaan (Markus 8:38; 13:26). Bagi Yakobus dan Yohanes, momen kedatangan Yesus dalam kemuliaan terjadi ketika Ia menjadi raja di Yerusalem. Duduk di kanan dan kiri Yesus berarti menempati posisi yang paling terhormat saat memerintah bersama Yesus. Dengan kata lain, mereka ingin menjadi orang nomor dua dari Yesus, di atas semua murid-murid yang lain.

Di sini Yesus, sekali lagi, tidak serta-merta mengabulkan ataupun menolak permintaan mereka. Yesus memakai waktu jeda ini untuk meluruskan pemahaman kedua murid-Nya itu dan mendidik mereka. Ada dua hal yang Yesus sampaikan. 

1. Pertama, Yesus menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui apa yang mereka minta (Markus 10:38). 

Seperti yang sudah disampaikan di atas, Yakobus dan Yohanes mengira bahwa Yesus akan menjadi raja di Yerusalem dan mereka tergoda untuk mendapatkan posisi terhormat. Akan tetapi, Yesus mengajar mereka bahwa jalan yang Yesus tempuh adalah jalan penderitaan dan penyerahan diri demi orang lain. Yesus menyampaikan pertanyaan retorik, yakni apakah mereka sanggup untuk meminum cawan (ποτήριον) dan menerima baptisan yang akan diterima Yesus. 

Di Perjanjian Lama, cawan terkadang dipakai sebagai simbol dari murka Allah yang ditujukan kepada umat-Nya atau manusia yang berdosa (Yesaya 51:17, 22; Yeremia 25:15-17). Murka Allah diekspresikan dalam bentuk hukuman nyata yang dirasakan oleh umat, antara lain berupa kekalahan perang, kematian, dan penderitaan. Meminum cawan berarti menerima murka Allah. 

Hal ini dikuatkan oleh permohonan Yesus di Getsemani agar Allah mengambil “cawan ini” dari-Nya sebelum Ia menghadapi penderitaan dan kematian salib (Markus 14:36). Kata “baptisan” dalam konteks perikop ini melambangkan kematian. Paling tidak, Paulus memahami baptisan Yesus dalam konteks ini (Roma 6:3-4; Kolose 2:12). Singkatnya, Yesus bertanya apakah mereka sanggup mengikuti jalan hidup Yesus – jalan yang ditandai dengan penderitaan dan kematian.

Mendengar pertanyaan Yesus, Yakobus dan Yohanes menyatakan kesanggupan mereka. Ada perbedaan ranah pemahaman antara Yesus dengan kedua murid-Nya. Yakobus dan Yohanes menangkap pernyataan Yesus dalam ranah literal. Yang jelas, mereka tidak menyadari apa yang harus dihadapi. Saat Yesus ditangkap, mereka ikut melarikan diri bersama-sama murid-murid yang lain (Markus 14:27, 50). 

Mereka akan menghadapi dan mengalami apa yang dialami oleh Yesus. Akan tetapi, hal ini masih belum dapat mereka pahami pada saat itu (Markus10:39). Perbedaan perspektif ini kemudian ditegaskan kembali oleh Yesus ketika kesepuluh murid lainnya berespons keras terhadap permintaan Yakobus dan Yohanes tersebut. Yesus melanjutkan pengajaran-Nya dengan menyatakan bahwa siapa pun dari mereka yang ingin menjadi yang terhormat, mereka harus menjadi pelayan dan hamba. Ini jalan hidup dari Yesus sendiri yang datang ke dunia untuk “melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10:45).

2. Kedua, Yesus menyatakan bahwa diri-Nya tidak berhak memberi posisi di sisi kiri dan kanan-Nya, apalagi karena permintaan dari para murid. Posisi tersebut sudah disediakan kepada yang berhak (οἷς ἡτοίμασται). 

Kata pasif di sini harus dimengerti sebagai divine passive. Yang berhak memberikan posisi itu adalah Allah. Di sini Markus memperkenalkan faktor lain dalam dinamika doa yang tidak dijawab: kehendak dan otoritas Allah. Meskipun pada akhirnya Yakobus dan Yohanes akan mengerti apa artinya mengikut Yesus dan bagaimana menjadi yang terbesar dalam perspektif kerajaan Allah, penentuan posisi terhormat di sini kiri dan kanan Yesus tetap menjadi otoritas Allah.

Formasi Spiritual

Pengajaran Yesus di sini menunjukkan adanya faktor lain dalam hal jawaban doa. Di Markus 9, kita melihat penekanan pada iman dan kuasa Allah dalam kaitannya dengan jawaban doa. Akan tetapi, perikop di sini menunjukkan bahwa iman tidak menjamin segala hal akan dikabulkan oleh Allah. Markus menekankan pentingnya perspektif yang benar. Pengikut Kristus dididik untuk tidak mencari ketenaran dan kekuasaan. 

Sebaliknya, mereka harus merendahkan diri dan menjadi pelayan. Mereka harus mengikuti teladan Kristus untuk melayani dan berkorban bagi orang lain (Markus 10:45). Permintaan Yakobus dan Yohanes ditolak karena mereka meminta dengan perspektif yang salah. Mereka hanya melihat pada peristiwa transfigurasi, padahal seharusnya mereka melihat pada jalan salib Yesus di Yerusalem. Melalui doa permohonan yang tidak dijawab, Yesus hendak mendidik mereka untuk memiliki perspektif hidup yang benar dan yang seharusnya dimiliki seorang murid Yesus: perspektif jalan salib.

Formasi spiritual lain yang diperkenalkan di sini adalah adanya hak prerogatif Allah dalam memberikan sesuatu

Next Post Previous Post