12 RINCIAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Blandina (1) merinci uraian kompetensi guru Pendidikan Agama Kristen sebagai berikut:
1) Mampu memahami isi Alkitab secara baik dan benar.
Guru PAK tidak menafsir Alkitab menurut tuntutan kepentingan tertentu, tetapi mempertimbangkan latar belakang teks dan konteks. Adalah kekeliruan jika guru menerjemahkan berita Alkitab secara harafiah tanpa belajar secara lebih mendalam mengenai konteks.
2) Mampu menjembatani antara persoalan sehari-hari yang dihadapi peserta didik dengan berita Alkitab.
Bahan pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang diperoleh peserta didik dapat bermanfaat manakala bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendidikan iman yang diperoleh hendaknya dijadikan pisau analisis bagi peserta didik dalam membantu mereka menghadapi serta menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi guru, untuk menjembatani antara pendidikan iman dengan persoalan hidup sehari-hari.
Jika berita Alkitab tidak dibawa pada implikasi kehidupan sehari-hari, maka dengan sendirinya Kabar Baik yang dibawa oleh berita itu menjadi tidak berguna. Adalah merupakan tugas guru Pendidikan Agama Kristen untuk menghasilkan relevansi antara berita Alkitab dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
3) Menguasai bahan ajar.
Bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik harus terlebih dulu dikuasai dan dihayati oleh guru. Hendaknya guru memahami makna tiap topik yang diajarkan sehingga mampu membagikannya kepada peserta didik. Bahan yang dikuasai dengan baik akan dapat dikomunikasikan secara baik kepada peserta didik.
4) Menguasai prinsip-prinsip pendidikan.
Guru PAK tidak menafsir Alkitab menurut tuntutan kepentingan tertentu, tetapi mempertimbangkan latar belakang teks dan konteks. Adalah kekeliruan jika guru menerjemahkan berita Alkitab secara harafiah tanpa belajar secara lebih mendalam mengenai konteks.
bisnis, saham |
Bahan pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang diperoleh peserta didik dapat bermanfaat manakala bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendidikan iman yang diperoleh hendaknya dijadikan pisau analisis bagi peserta didik dalam membantu mereka menghadapi serta menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi guru, untuk menjembatani antara pendidikan iman dengan persoalan hidup sehari-hari.
Jika berita Alkitab tidak dibawa pada implikasi kehidupan sehari-hari, maka dengan sendirinya Kabar Baik yang dibawa oleh berita itu menjadi tidak berguna. Adalah merupakan tugas guru Pendidikan Agama Kristen untuk menghasilkan relevansi antara berita Alkitab dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
3) Menguasai bahan ajar.
Bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik harus terlebih dulu dikuasai dan dihayati oleh guru. Hendaknya guru memahami makna tiap topik yang diajarkan sehingga mampu membagikannya kepada peserta didik. Bahan yang dikuasai dengan baik akan dapat dikomunikasikan secara baik kepada peserta didik.
4) Menguasai prinsip-prinsip pendidikan.
Prinsip-prinsip pendidikan secara umum harus dikuasai oleh guru menyangkut dimensi hubungan antar guru dengan peserta didik, juga hakikat belajar-mengajar Pendidikan Agama Kristen di sekolah.
5) Mampu mengelola program belajar-mengajar.
5) Mampu mengelola program belajar-mengajar.
Program belajar-mengajar terutama mencakup langkah pembelajaran, harus dikuasai dengan baik sehingga guru dapat mengelola kelas, terutama ketika berhadapan dengan situasi tertentu yang tidak diduga sebelumnya. Penguasaan program belajar-mengajar memperkuat guru untuk bersikap fleksibel dalam mengatur program belajar mengajar sesuai situasi dan kondisi.
6) Mampu menggunakan media dan sumber belajar dalam rangka keberhasilan proses belajar-mengajar.
Penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar yang beragam merupakan cara cerdas yang dapat menghasilkan kelas yang selalu baru pada tiap kali pertemuan. Penggunaan media dan sumber belajar harus disesuaikan dengan situasi kelas dan topik pembahasan supaya seluruh proses pembelajaran saling berkaitan dengan kompetensi pembelajaran.
7) Mampu mengelola kelas.
Keberhasilan proses belajar-mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru mengelola kelas.
Pengelolaan kelas termasuk di dalamnya memahami karakteristik siswa ketika peserta didik jenuh, lesu, dan kurang memahami topik yang disampaikan.
8) Mampu membangun interaksi positif antara pengajar dengan peserta didik.
Keberhasilan proses belajar-mengajar turut ditentukan oleh kemampuan guru membangun interaksi positif dengan peserta didik. Dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Kristen, di mana pencapaian kompetensi tampak melalui ada tidaknya transformasi nilai-nilai kehidupan.
9) Mampu membimbing dan mendampingi peserta didik dalam proses mencapai transformasi nilai-nilai kehidupan sebagai murid Yesus.
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang disampaikan oleh guru hendaknya memiliki makna bagi peserta didik. Makna itu yang membimbing peserta didik pada pemahaman bahwa mereka adalah murid Yesus Kristus, dan karena itu kehidupan dan tingkah laku serta cara berpikir mereka harus dapat menunjukkan bahwa mereka adalah murid Yesus Kristus.
10) Mampu menggunakan berbagai hasil penelitian demi peningkatan visi dan kemampuan pengembangan metodologi dalam mengajar.
Di bidang pendidikan terjadi reformasi secara terus menerus karena para pakar pendidikan dan psikologi giat mengadakan penelitian. Ada cukup banyak jurnal ilmiah yang mempromosikan berbagai hasil penelitian di dunia ini. Hal itu lebih mudah dicapai melalui internet dengan mengakses website pendidikan dan research atau penelitian. Guru dapat mengkaji dan mempelajari berbagai hasil penelitian yang dapat dipilih dan diseleksi sesuai dengan kebutuhan, untuk kepentingan visi dan skills atau kemampuan mengajar.
11) Mampu menguasai Prinsip-prinsip Evaluasi Belajar.
Penguasaan terhadap evaluasi belajar terutama mencakup: konsep, evaluasi belajar, memilih dan mengembangkan metode evaluasi yang sesuai dengan kompetensi, indikator, dan materi, melaksanakan evaluasi belajar sesuai dengan rancangan, menganalisis hasil evaluasi untuk kepentingan peningkatan mutu proses belajar-mengajar.
12) Mampu mengembangkan karakter dan integritas yang baik.
Seorang pengajar Pendidikan Agama Kristen haruslah pengajar yang memiliki karakter dan integritas yang baik karena seluruh kehidupan pengajar Pendidikan Agama Kristen merupakan contoh bagi peserta didiknya.
Baca Juga: 12 Peran Guru Pendidikan Agama Kristen
6) Mampu menggunakan media dan sumber belajar dalam rangka keberhasilan proses belajar-mengajar.
Penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar yang beragam merupakan cara cerdas yang dapat menghasilkan kelas yang selalu baru pada tiap kali pertemuan. Penggunaan media dan sumber belajar harus disesuaikan dengan situasi kelas dan topik pembahasan supaya seluruh proses pembelajaran saling berkaitan dengan kompetensi pembelajaran.
7) Mampu mengelola kelas.
Keberhasilan proses belajar-mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru mengelola kelas.
Pengelolaan kelas termasuk di dalamnya memahami karakteristik siswa ketika peserta didik jenuh, lesu, dan kurang memahami topik yang disampaikan.
8) Mampu membangun interaksi positif antara pengajar dengan peserta didik.
Keberhasilan proses belajar-mengajar turut ditentukan oleh kemampuan guru membangun interaksi positif dengan peserta didik. Dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Kristen, di mana pencapaian kompetensi tampak melalui ada tidaknya transformasi nilai-nilai kehidupan.
9) Mampu membimbing dan mendampingi peserta didik dalam proses mencapai transformasi nilai-nilai kehidupan sebagai murid Yesus.
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang disampaikan oleh guru hendaknya memiliki makna bagi peserta didik. Makna itu yang membimbing peserta didik pada pemahaman bahwa mereka adalah murid Yesus Kristus, dan karena itu kehidupan dan tingkah laku serta cara berpikir mereka harus dapat menunjukkan bahwa mereka adalah murid Yesus Kristus.
10) Mampu menggunakan berbagai hasil penelitian demi peningkatan visi dan kemampuan pengembangan metodologi dalam mengajar.
Di bidang pendidikan terjadi reformasi secara terus menerus karena para pakar pendidikan dan psikologi giat mengadakan penelitian. Ada cukup banyak jurnal ilmiah yang mempromosikan berbagai hasil penelitian di dunia ini. Hal itu lebih mudah dicapai melalui internet dengan mengakses website pendidikan dan research atau penelitian. Guru dapat mengkaji dan mempelajari berbagai hasil penelitian yang dapat dipilih dan diseleksi sesuai dengan kebutuhan, untuk kepentingan visi dan skills atau kemampuan mengajar.
11) Mampu menguasai Prinsip-prinsip Evaluasi Belajar.
Penguasaan terhadap evaluasi belajar terutama mencakup: konsep, evaluasi belajar, memilih dan mengembangkan metode evaluasi yang sesuai dengan kompetensi, indikator, dan materi, melaksanakan evaluasi belajar sesuai dengan rancangan, menganalisis hasil evaluasi untuk kepentingan peningkatan mutu proses belajar-mengajar.
12) Mampu mengembangkan karakter dan integritas yang baik.
Seorang pengajar Pendidikan Agama Kristen haruslah pengajar yang memiliki karakter dan integritas yang baik karena seluruh kehidupan pengajar Pendidikan Agama Kristen merupakan contoh bagi peserta didiknya.
Baca Juga: 12 Peran Guru Pendidikan Agama Kristen
Searah dengan kompetensi guru, menurut Tilaar (2) yang mengemukakan bahwa guru profesional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) memahami dirinya dengan baik;
(2) berkembang dalam keilmuan yang kuat (dalam bidang studi yang diajarkannya);
(3) mengerti minat anak didik dan tahu bagaimana mengembangkannya;
(4) mengembangkan tugas secara kreatif.
Dari uraian di atas menjelaskan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, sehingga tugas guru dalam pendidikan agama sangat penting dan tanggung jawabnya berat.
====
Dari uraian di atas menjelaskan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, sehingga tugas guru dalam pendidikan agama sangat penting dan tanggung jawabnya berat.
====
1.Janse Belandina Non Serrano, Profesionalisme Guru dan Bingkai Materi. (Bandung: Bina
Media Informasi, 2009), 47-52
2.H.A.R. Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi: Visi, Misi, dan
Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2000, (Jakarta: Gramedia, 1998), 279-302