BILANGAN 22:8-14 (SIKAP BILEAM TERHADAP PANGGILAN BALAK)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
BILANGAN 22:5-14 (SIKAP BILEAM TERHADAP PANGGILAN BALAK)
Bilangan 22:8-14 -“(Bilangan 22:8) Lalu berkatalah Bileam kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam. (9) Kemudian datanglah Allah kepada Bileam serta berfirman: ‘Siapakah orang-orang yang bersama-sama dengan engkau itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’ (12) Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’ (13) Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’ (Bilangan 22:14) Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.’ 

Sikap Bileam terhadap panggilan Balak (Bilangan 22: 8-14).

1) Bileam meminta para utusan Balak untuk bermalam di tempatnya malam itu, sementara ia akan meminta petunjuk dari Tuhan.

Bilangan 22: 8: “Lalu berkatalah Bileam kepada mereka: ‘Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan memberi jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ Maka tinggallah pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam.”.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Lodge here this night ...’ God usually revealed His will in visions and dreams;” [= ‘Bermalamlah di sini pada malam ini ...’. Allah biasanya menyatakan kehendakNya dalam penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi;].

Keil & Delitzsch: “If Balaam had been a true prophet and a faithful servant of Jehovah, he would at once have sent the messengers away and refused their request, as he must then have known that God would not curse His chosen people. But Balaam loved the wages of unrighteousness. This corruptness of his heart obscured his mind, so that he turned to God not as a mere form, but with the intention and in the hope of obtaining the consent of God to his undertaking.” [= Seandainya Bileam adalah seorang nabi yang benar dan seorang pelayan yang setia dari Yehovah, ia akan segera menyuruh utusan-utusan itu pergi dan menolak permintaan mereka, karena pada saat itu ia pasti telah mengetahui bahwa Allah tidak akan mengutuk bangsa pilihan-Nya. Tetapi Bileam mencintai upah dari ketidak-benaran. Kejahatan dari hatinya ini mengaburkan pikirannya, sehingga ia berbalik kepada Allah bukan semata-mata sebagai suatu tindakan formalitas, tetapi dengan maksud dan dalam pengharapan untuk mendapatkan persetujuan dari Allah bagi usahanya.].

2Petrus 2:15 - “Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat.”.

KJV: ‘the wages of unrighteousness’ [= upah dari ketidak-benaran / kejahatan / dosa].

Calvin: “At first sight he pretends a holy anxiety to obey, when he dares to attempt nothing without God’s permission, and refuses to stir a foot, until he shall have received His answer. Yet secret covetousness influences him to obtain from God by bargaining as it were, what he still feels not to be right. ... there was no reason why he should detain them a moment, since their demand should have been peremptorily refused. And, assuredly, if he had been free, he would have hastened at once to obey the wishes of king Balak, even contrary to the will of God.” [= Sekilas pandang ia berpura-pura mempunyai keinginan yang kudus untuk taat, pada waktu ia tidak berani mengusahakan apa pun tanpa ijin Allah, dan menolak untuk menggerakkan kaki, sampai ia menerima jawaban-Nya. Tetapi ketamakan yang rahasia / diam-diam mempengaruhi dia untuk mendapatkan dari Allah, seakan-akan dengan menawar, apa yang ia rasakan sebagai sesuatu yang tidak benar. ... tidak ada alasan mengapa ia harus menahan mereka untuk suatu waktu, karena tuntutan mereka seharusnya ditolak dengan pasti. Dan pasti, seandainya ia bebas, ia akan segera menaati keinginan raja Balak, bahkan kalau hal itu bertentangan dengan kehendak Allah.] - hal 186.

2) Pembicaraan Allah dengan Bileam.

Bilangan 22: 9-12: “(9) Kemudian datanglah Allah kepada Bileam serta berfirman: ‘Siapakah orang-orang yang bersama-sama dengan engkau itu?’ (10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’ (12) Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’”.

a) Allah berbicara dengan nabi palsu bukanlah sesuatu yang aneh.

Bible Knowledge Commentary: “The appearance of the God of Israel to unbelieving prophets and kings was not unique to Balaam. God revealed himself to Abimelech king of Gerar in Abraham’s time (Gen 20:6-7), to a Pharaoh in dreams (Gen 41:25), to Nebuchadnezzar in a dream and visions (Dan 4:1-18), and to others. As the sovereign God He rules and overrules in prophetic revelation as well as in all other areas of life.” [= Pemunculan Allah Israel kepada nabi-nabi dan raja-raja yang tidak percaya bukan sesuatu yang unik dalam diri Bileam. Allah menyatakan diriNya sendiri kepada Abimelekh raja Gerar pada jaman Abraham (Kejadian 20:6-7), kepada Firaun dalam mimpi (Kejadian 41:25), kepada Nebukadnezar dalam mimpi dan penglihatan (Daniel 4:1-18), dan kepada yang lain-lain. Sebagai Allah yang berdaulat Ia memerintah / mengarahkan dan mengesampingkan dalam wahyu nubuatan maupun dalam semua daerah kehidupan yang lain.].

b) Allah bertanya kepada Bileam.

Matthew Henry: “In the night God comes to him, probably in a dream, and enquires what business those strangers had with him. He knows it, but he will know it from him.” [= Pada malam Allah datang kepadanya, mungkin dalam suatu mimpi, dan menanyakan apa urusan orang-orang asing itu dengan dia. Ia mengetahui hal itu, tetapi Ia mau mengetahuinya dari dia.].

Jadi, ini sama seperti pertanyaan Allah kepada Adam dalam Kej 3:9. Ini tentu tidak berarti bahwa Allah tidak tahu dimana Adam berada dan membutuhkan informasi tentang hal itu dari Adam.

c) Allah melarang Bileam untuk pergi bersama para utusan Balak.

Matthew Henry: “Balaam gives him an account of their errand (v. 9-11), and God thereupon charges him not to go with them, or attempt to curse that blessed people, v. 12. Thus God sometimes, for the preservation of his people, was pleased to speak to bad men, as to Abimelech (Gen. 20:3), and to Laban, Gen. 31:24.” [= Bileam memberiNya suatu laporan / cerita tentang keperluan mereka (ay 9-11), dan lalu Allah memerintahkannya untuk tidak pergi bersama mereka, atau berusaha mengutuk bangsa yang diberkati itu, ay 12. Demikianlah Allah kadang-kadang, untuk pemeliharaan terhadap umatNya, berkenan untuk berbicara kepada orang-orang jahat, seperti kepada Abimelekh (Kej 20:3), dan kepada Laban, Kejadian 31:24.].

Kejadian 20:3 - “Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi serta berfirman kepadanya: ‘Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami.’”.

Kejadian 31:24 - “Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, serta berfirman kepadanya: ‘Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun.’”.

d) Bilangan 22: 12 juga menunjukkan bahwa kalau Allah memberkati tidak ada yang bisa membalikkan hal itu, dan juga sebaliknya.

Bdk. Keluaran 23:22 - “Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu.”.

Calvin: “Of this blessing He willed that the prophets should be His ministers in such a manner that the power should still remain altogether in His own hands. If, therefore, they usurp to themselves the prerogative of blessing without His commission, their act is not merely frivolous and inefficacious, but even blasphemous.” [= Tentang berkat ini Ia menghendaki bahwa nabi-nabi menjadi pelayan-pelayanNya dengan cara sedemikian rupa sehingga kuasa itu seluruhnya tetap ada di tanganNya sendiri. Karena itu, jika mereka merebut bagi diri mereka sendiri hak istimewa untuk memberi berkat tanpa ijinNya, maka tindakan mereka itu bukanlah semata-mata sembrono dan tidak efektif, tetapi bahkan bersifat menghujat.] - hal 187.

Calvin: “Justly, then, does Ezekiel convict of falsehood and deception those false prophets, who, by their flatteries, encourage the souls which were doomed to die; whilst they slay by their terrors and threats those to whom God had promised life.” [= Maka, secara benar Yehezkiel meyakinkan kepalsuan dan penipuan nabi-nabi palsu itu, yang, oleh umpakan / jilatan mereka, memberi semangat kepada jiwa-jiwa yang ditetapkan untuk mati; sementara mereka ‘membunuh’, dengan teror dan ancaman, orang-orang bagi siapa Allah telah menjanjikan hidup.] - hal 187.

Yehezkiel 13:10a,16a,22 - “(10a) Oleh karena, ya sungguh karena mereka menyesatkan umatKu dengan mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera ... (16a) yaitu nabi-nabi Israel yang bernubuat tentang Yerusalem dan melihat baginya suatu penglihatan mengenai damai sejahtera, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera, ... (22) Oleh karena kamu melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Aku tidak mendukakan hatinya, dan sebaliknya kamu mengeraskan hati orang fasik, sehingga ia tidak bertobat dari kelakuannya yang fasik itu, dan kamu membiarkan dia hidup.”.

3) Jawaban Bileam kepada para utusan Balak.

Bilangan 22: 13: “Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.

a) Penyampaian Firman Tuhan yang dikurangi.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘The Lord refuseth to give me leave.’ This answer has an appearance of being good; but it studiously concealed the reason of the divine prohibition, and it intimated his own willingness and desire to go - if permitted. Balak despatched a second mission, which held out still more flattering prospects both to his avarice and his ambition (Mic 3:11).” [= ‘Tuhan menolak untuk memberi aku ijin’. Jawaban ini kelihatannya bagus; tetapi jawaban ini dengan sangat berhati-hati menyembunyikan alasan dari larangan ilahi itu, dan jawaban itu mengisyaratkan bahwa ia mau dan ingin pergi, seandainya diijinkan. Balak mengutus missi yang kedua, yang menawarkan prospek yang lebih menyanjung / merayu lagi, baik bagi ketamakannya maupun ambisinya (Mikha 3:11).].

Mikha 3:11 - “Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: ‘Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!’”.

Pulpit Commentary: “BALAAM’S ANSWER TO THE MESSENGERS. He does not repeat what the Lord said; thus advancing further in the revelation of his corrupt heart. Why not have told them plainly these words: ‘Thou shalt not curse the people, for they are blessed’? Simply because it was not pleasant to say such words with the flattering message of Balak still tickling his ears. It was not true then that whom he blessed was blessed, and whom he cursed was cursed; but to have told Moab so would have been to publish his humiliation far and wide, and hurt his repute as a great soothsayer. Yet how much better it would have been for Balaam as a man, and a man who had been brought in some respects so near to God, if he had told the whole truth. It would perhaps have saved a second embassy to him.” [= JAWABAN BILEAM TERHADAP PARA UTUSAN. Ia tidak mengulang apa yang Tuhan katakan; dan dengan demikian makin menyatakan kejahatan hatinya. Mengapa ia tidak menceritakan kepada mereka dengan jelas kata-kata ini: ‘Janganlah engkau mengutuk bangsa ini, karena mereka diberkati’? Hanya karena bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk mengatakan kata-kata seperti itu dengan pesan yang menyanjung / menjilat dari Balak tetap menggelitik telinganya (ay 6b). Maka menjadi sesuatu yang tidak benar bahwa siapa yang ia berkati betul-betul diberkati, dan siapa yang ia kutuk betul-betul dikutuk; tetapi mengatakan hal itu kepada orang Moab berarti mempublikasikan perendahannya secara luas, dan melukai reputasinya sebagai seorang tukang ramal / tenung yang besar. Tetapi alangkah lebih baiknya bagi Bileam sebagai seorang manusia, dan seorang manusia yang telah dibawa dalam beberapa hal begitu dekat dengan Allah, seandainya ia menceritakan seluruh kebenaran. Itu mungkin akan meniadakan pengiriman utusan yang kedua kepadanya.] - hal 304-305.

Matthew Henry: “Balaam is not faithful in returning God’s answer to the messengers, v. 13. He only tells them, the Lord refuseth to give me leave to go with you. He did not tell them, as he ought to have done, that Israel was a blessed people, and must by no means be cursed; for then the design would have been crushed, and the temptation would not have been renewed: but he, in effect, desired them to give his humble service to Balak, and let him know that he applauded his project, and would have been very glad to gratify him, but that truly he had the character of a prophet, and must not go without leave from God, which he had not yet obtained, and therefore for the present he must be excused. Note, Those are a fair mark for Satan’s temptation that speak diminishingly of divine prohibitions, as if they amounted to no more than the denial of a permission, and as if to go against God’s law were only to go without his leave.” [= Bileam tidak setia dalam memberikan jawaban Allah kepada para utusan, ay 13. Ia hanya memberi tahu mereka, ‘Tuhan menolak untuk memberiku ijin untuk pergi dengan kamu’. Ia tidak memberi tahu mereka, seperti yang seharusnya telah ia lakukan, bahwa Israel adalah bangsa yang diberkati, dan sama sekali tidak boleh dikutuk; karena kalau demikian maka rancangan ini akan dihancurkan, dan pencobaan tidak akan diperbaharui: tetapi ia sebetulnya ingin memberikan pelayanannya yang rendah kepada Balak, dan ingin Balak tahu bahwa ia menghargai proyeknya, dan akan dengan sangat senang memenuhinya, tetapi ia sungguh-sungguh mempunyai karakter dari seorang nabi, dan tidak boleh pergi tanpa ijin dari Allah, yang tidak ia dapatkan, dan karena itu untuk saat ini ia harus dimaafkan. Perhatikan, merupakan suatu tanda yang jelas dari pencobaan setan, jika seseorang berbicara secara mengurangi terhadap larangan ilahi, seakan-akan larangan itu artinya tidak lebih dari ‘suatu penolakan untuk mengijinkan’, dan seakan-akan melanggar hukum Allah hanya berarti ‘pergi tanpa ijinNya’.].

Nabi palsu ini (Bileam) sengaja mengurangi Firman Tuhan, dan jaman sekarang ada banyak pendeta / pengkhotbah yang melakukan hal itu.

Sebagai contoh: saya tidak percaya bahwa orang-orang yang mengajarkan Theologia Kemakmuran itu tidak tahu tentang banyaknya ayat-ayat yang menentang ajaran mereka. Tetapi mereka secara sengaja tidak mau membicarakan / mengkhotbahkan ayat-ayat tersebut.

Saya juga tahu bahwa banyak orang bertindak seperti itu terhadap tulisan / buku-buku saya yang mereka gunakan untuk berkhotbah. Kalau mereka mengurangi / membuang hal-hal tertentu karena itu terlalu sukar, atau karena itu tidak mereka setujui dengan alasan yang bisa dipertanggung-jawabkan, maka itu tentu tidak apa-apa. Tetapi kalau mereka melakukan hal itu dengan alasan ‘politik’, karena ajaran itu, sekalipun benar, bisa merugikan mereka (khususnya dalam hal keuangan!), maka ini merupakan pengurangan yang kurang ajar! Yang melakukan seperti ini tidak berbeda dengan Bileam!

Misalnya dalam pengajaran saya tentang persembahan persepuluhan, saya memang mengharuskan orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan dan saya memberikan argumentasi-argumentasi untuk itu. Pasti ada banyak pendeta / pengkhotbah yang senang, dan lalu menggunakan bahan yang saya ajarkan. Tetapi bagaimana dengan bagian dari pelajaran saya tentang hal ini yang mengatakan bahwa orang Kristen boleh memberikan persembahan persepuluhan ke gereja lain yang bukan gereja mereka sendiri, selama gereja itu adalah gereja yang benar? Apakah para pendeta / pengkhotbah yang menggunakan pelajaran dari saya dalam hal persembahan persepuluhan itu mau mengajarkan hal ini? Mungkin hanya satu dari 100 yang mau mengajarkannya! Yang lain membuang hal ini, bukan karena menganggapnya tidak benar, tetapi karena menganggapnya sebagai ajaran yang tidak menguntungkan mereka!

Pendeta-pendeta dan pengkhotbah-pengkhotbah seperti itu seharusnya memperhatikan dan merenungkan ayat di bawah ini.

Matius 5:19 - “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”.

b) Pengurangan berita bukan hanya terjadi pada saat Bileam menyampaikan pesan Allah kepada para utusan.

Bandingkan penyampaian-penyampaian pesan dalam ayat-ayat ini:

1. Kata-kata para utusan Balak kepada Bileam.

Bilangan 22: 5-6: “(5) Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk memanggil dia, dengan pesan: ‘Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku. (6) Karena itu, datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.’”.

2. Penceritaan tentang kata-kata utusan dari Bileam kepada Tuhan.

Bilangan 22: 10-11: “(10) Dan berkatalah Bileam kepada Allah: ‘Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: (11) Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi tertutup olehnya; karena itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.’”.

Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi dalam ay 6 di atas tidak diceritakan oleh Bileam kepada Tuhan.

3. Penyampaian firman dari Allah kepada Bileam.

Bilangan 22:12: “Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: ‘Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.’”.

4. Penyampaian pesan Allah dari Bileam kepada para utusan.

Bilangan 22:13: “Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pemuka-pemuka Balak: ‘Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan kamu.’”.

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi dalam ay 12 di atas, sama sekali tidak disampaikan. Juga, kalau dalam ay 12 Tuhan ‘jelas melarang’, maka dalam ay 13 Bileam hanya mengatakan ‘Tuhan tidak mengijinkan’. Ini merupakan tindakan melunakkan firman yang tidak pada tempatnya.

5. Penyampaian para utusan kepada raja Balak.

Bilangan 22:14: “Lalu berangkatlah pemuka-pemuka Moab itu dan setelah mereka sampai kepada Balak, berkatalah mereka: ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.’”.

Catatan: sekalipun para utusan mengatakan Bileam menolak, tetapi mereka tidak mengatakan bahwa Tuhan yang melarang / tidak mengijinkan, sehingga Bileam menolak.

Matthew Henry: “The messengers are not faithful in returning Balaam’s answer to Balak. All the account they give of it is, Balaam refuseth to come with us (v. 14), intimating that he only wanted more courtship and higher proffers; but they are not willing Balak should know that God had signified his disallowance of the attempt.” [= Utusan-utusan itu tidak setia dalam menyampaikan jawaban Bileam kepada Balak. Seluruh cerita yang mereka berikan tentangnya adalah, ‘Bileam menolak untuk datang dengan kami’ (ay 14), yang mengisyaratkan bahwa ia hanya menginginkan pengenalan yang lebih dekat dan tawaran yang lebih tinggi; tetapi para utusan itu tidak mau Balak tahu bahwa Allah telah memberitahukan penolakanNya tentang usaha tersebut.].

Adam Clarke: “‘Balaam refuseth to come with us.’ ‘Observe,’ says Mr. Ainsworth, ‘Satan’s practice against God’s word, seeking to lessen the same, and that from hand to hand, till he bring it to naught. Balaam told the princes less than God told him, and they relate to Balak less than Balaam told them; so that when the answer came to the king of Moab, it was not the word of God, but the word of man; it was simply, Balaam refuseth to come, without ever intimating that God had forbidden him.’” [= ‘Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami’. ‘Perhatikanlah’, kata Ainsworth, ‘Praktek setan terhadap Firman Allah, berusaha menguranginya, dan itu ia lakukan dari tangan ke tangan / orang ke orang, sampai ia membawanya menjadi nol. Bileam memberitahu pangeran-pangeran itu kurang dari yang Allah beritahukan kepadanya, dan mereka menceritakannya kepada Balak lebih sedikit lagi dari yang Bileam beritahukan kepada mereka; sehingga pada waktu jawaban itu sampai kepada raja Moab itu, itu bukan lagi firman Allah, tetapi kata-kata manusia; itu hanya berbunyi, Bileam menolak untuk datang, tanpa pernah mengisyaratkan bahwa Allah telah melarangnya.’].

Pulpit Commentary: “Balaam first of all, in speaking to God, omits from the message of Balak, saying nothing of his own reputation in the eyes of the Moabitish king, suspecting very shrewdly that this would be offensive to God. Then he omits again in his answer to the messengers, and, to make all complete, they omit still more in their report to Balak. There is nothing in their word to show that God had said anything in the matter. This is what is called diplomacy; not telling a lie, but only leaving out something of the truth, as being of no practical importance.” [= Pertama-tama Bileam, dalam berbicara kepada Allah, menghilangkan sebagian dari pesan dari Balak, dengan tidak mengatakan apapun tentang reputasinya dalam pandangan raja Moab, karena secara licin / cerdik ia curiga bahwa itu akan merupakan sesuatu yang menyakitkan hati bagi Allah. Lalu ia menghilangkan sebagian lagi dalam jawabannya kepada para utusan, dan untuk membuat semuanya lengkap, para utusan itu menghilangkan lebih banyak lagi dalam laporan mereka kepada Balak. Tidak ada apapun dalam kata-kata mereka yang menunjukkan bahwa Allah telah mengatakan apapun dalam persoalan itu. Inilah yang disebut diplomasi; bukannya mengatakan suatu dusta, tetapi hanya menghapuskan sesuatu dari kebenaran, sebagai sesuatu yang tidak penting secara praktis.] - hal 305.

c) Penolakan yang mengandung persetujuan.

Wiersbe: “Deep in his heart, Balaam wanted to go with the messengers because he was greedy of gain. This is ‘the way of Balaam’ (2 Peter 2:15-16), using religion as a means of getting wealth.” [= Jauh dalam hatinya, Bileam ingin pergi dengan para utusan itu karena ia tamak terhadap keuntungan. Inilah ‘jalan Bileam’ (2 Petrus 2:15-16), menggunakan agama sebagai suatu cara untuk mendapatkan kekayaan.].

BACA JUGA: PEMANGGILAN BILEAM (BILANGAN 22:1-5a)

The Biblical Illustrator: “‘No’ without any ‘Yes’ in it: - Many a promising youth has been ruined because he did not know how to say ‘No.’ There are many people who say ‘No,’ but so faintly that there seems a ‘Yes’ in it, so that it only invites further persuasion. Many a man, tempted by appetite within, and by companions without, says ‘No’ feebly and faintly. His ‘No’ has a ‘Yes’ in it. A lad was coming along the street one day with a young man who lived near him who was somewhat excited by strong drink, and after walking along awhile with his companion he drew a bottle from his pocket, and said, ‘Have some?’ ‘Well, hand it over,’ replied the lad. The bottle was passed to him, and raising it aloft he hurled it with a crash against the stone wall, and turning to his astonished companion, he said, ‘Don’t you ever put a bottle to my lips again.’ The young man was inclined to be irritated, but he had sense enough to retain his anger. The lad’s ‘No’ had not any ‘Yes’ in it. There are scores of young men who need the decision which this lad had.” [= ‘Tidak’ tanpa ‘ya’ apapun di dalamnya: - Banyak anak-anak muda dengan masa depan yang menjanjikan, telah dirusak karena mereka tidak tahu bagaimana mengatakan ‘Tidak’. Ada banyak orang yang mengatakan ‘Tidak’, tetapi dengan begitu lemah sehingga kelihatan ada suatu ‘Ya’ di dalamnya, sehingga itu hanya mengundang bujukan / desakan lebih jauh. Banyak orang, dicobai oleh nafsu makan di dalam dirinya, dan oleh teman-teman di luar dirinya, mengatakan ‘Tidak’ dengan sayup-sayup dan lemah. Kata ‘Tidak’ dari dia mempunyai ‘Ya’ di dalamnya. Suatu hari seorang anak laki-laki sedang berjalan di suatu jalanan dengan seorang muda yang tinggal dekat dengan dia, yang agak bergairah karena minuman keras, dan setelah berjalan bersama untuk suatu waktu dengan temannya, ia mengeluarkan sebuah botol dari kantongnya, dan berkata: ‘Mau sedikit?’. ‘Berikan kepadaku’, jawab anak laki-laki itu. Botol itu diberikan kepadanya, dan ia angkat dan banting kepada tembok batu, dan sambil berbalik kepada temannya yang terheran-heran, ia berkata, ‘Jangan kamu pernah memberikan suatu botol pada bibirku lagi’. Orang muda itu mau marah, tetapi ia tetap mempunyai kesadaran / pikiran untuk menahan amarahnya. Kata ‘Tidak’ dari anak laki-laki itu tidak mempunyai ‘Ya’ apapun di dalamnya. Ada berpuluh-puluh orang muda yang membutuhkan keputusan yang telah dilakukan oleh anak laki-laki ini.].

Penerapan: hal ini khususnya dibutuhkan dalam hal ditawari rokok, narkoba, sex. Tetapi juga pada waktu diajak melakukan hal-hal lain apapun yang berdosa, seperti mencuri, merampok, melanggar hukum Sabat, dan sebagainya.

d) Bahayanya penolakan yang setengah-setengah.

The Biblical Illustrator: “that temptations which have been declined half-heartedly are presented again, and with greater force. The manner of Balaam’s dismissal of the former messengers prepared the way for a repetition of their mission.” [= bahwa pencobaan-pencobaan yang telah ditolak dengan setengah hati dihadirkan lagi, dan dengan kekuatan yang lebih besar. Cara penolakan Bileam terhadap para utusan yang terdahulu mempersiapkan jalan untuk suatu pengulangan dari missi mereka.].

Contoh: seorang Kristen diajak pergi ke pelacuran. Seharusnya ia dengan tegas mengatakan: ‘Aku tidak mau. Itu adalah dosa, dan dilarang oleh Tuhan.’. Tetapi ia sungkan menolak dengan cara seperti itu, dan ia lalu memperhalus penolakannya dengan berkata: ‘O, aku sedang repot.’. Itu merupakan cara menolak yang salah, karena orang yang mengajak akan berpikir: ‘O, dia tidak mau karena repot. Kalau tidak repot, dia akan mau’. Ini menyebabkan lain kali ia mengajak lagi! Dan akan sukar baginya menggunakan alasan yang sama terus menerus, apalagi kalau temannya tahu ia sedang tidak repot. Jadi, bukan hanya muncul pencobaan ulang, tetapi juga pencobaan yang lebih sukar untuk ditolak.

Secara sama kalau kita diajak untuk membolos dari kebaktian atau acara Pemahaman Alkitab, atau diajak untuk menggunakan narkoba, atau ajakan apapun yang bertentangan dengan firman Tuhan, belajarlah untuk mengatakan ‘Tidak’ secara murni, tanpa mengandung ‘Ya’ di dalamnya!

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
BILANGAN 22:8-14 (SIKAP BILEAM TERHADAP PANGGILAN BALAK)
-AMIN-
Next Post Previous Post