Teguran Paulus: Pesan Injil dan Fokus Kristus (1 Korintus 1:13-17)
Bagian ini mencerminkan respons berikutnya dari Paulus terhadap konflik yang muncul dalam jemaat Korintus. Setelah memberikan nasihat yang obyektif (1 Korintus 1: 10) dan mengindikasikan sumber informasi yang dapat dipercayai (1 Korintus 1:11-12), Paulus sekarang memberikan teguran yang obyektif kepada semua yang terlibat dalam perselisihan (1 Korintus 1:13-17).
Dalam ayat ini, Paulus mengungkapkan tegurannya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan retoris. Pertanyaan ini tidak memerlukan jawaban dari jemaat Korintus, karena jawabannya sudah jelas. Tujuan Paulus menggunakan bentuk ini adalah untuk memberikan kesan yang lebih mendalam daripada sekadar teguran biasa. Dengan ini, dia ingin menyadarkan jemaat akan betapa pola pikir dan sikap mereka sebenarnya tidak masuk akal. Namun, pada saat yang sama, dia juga mengingatkan bahwa pengetahuan yang mereka miliki seharusnya membentuk cara mereka menghadapi perbedaan.
Teguran pertama berkaitan dengan konsep bahwa Kristus tidak dapat dibagi-bagi (1 Korintus 1: 13a). Pertanyaan "Apakah Kristus terbagi-bagi?" mungkin menjadi bagian yang paling sulit dipahami di antara tiga pertanyaan dalam ayat ini. Maksud Paulus dengan pertanyaan ini adalah apa? Sebagian besar penafsir cenderung mengartikan "Kristus" di sini sebagai simbol (lebih tepatnya metonimi) dari jemaat (seperti yang terlihat dalam 1 Korintus 12:12). Sementara itu, bentuk pasif "dibagi-bagi" (dari kata dasar "merizo") diartikan sebagai pemotongan. Dalam konteks ini, Paulus menegur tindakan mereka memecah jemaat, yang seolah-olah sama dengan memecah Kristus.
Namun, pandangan ini memiliki kelemahan tertentu. Jika ini adalah maksud Paulus, maka dia tampaknya mendukung kelompok yang mengaku menjadi bagian dari Kristus (1 Korintus 1:12). Mereka tentu akan setuju dengan pandangan Paulus. Mereka tidak bermaksud memecah Kristus. Sebaliknya, mereka sebenarnya ingin menjadikan Kristus sebagai tokoh utama dalam kelompok mereka, walaupun dengan motivasi yang salah.
Sebaiknya kita memahami kata kerja "merizo" dalam konteks berarti membagi atau mendistribusikan. Contohnya dalam 1 Korintus 7:17, "Biarlah tiap-tiap orang hidup seperti yang telah ditentukan oleh Tuhan untuknya." Di 2 Korintus 10:13, "Kami tidak akan berbangga di luar batas-batas yang ditetapkan oleh Allah untuk kami." Dan dalam Roma 12:3, "Sebab aku katakan kepada setiap orang di antara kamu: janganlah menganggap dirimu lebih tinggi daripada yang semestinya engkau anggap, tetapi anggaplah dirimu bijaksana menurut ukuran iman yang diberikan Allah kepadamu."
Jika kita menerima interpretasi di atas, maka pertanyaan "Apakah Kristus terbagi-bagi?" merupakan teguran bagi semua yang terlibat, tetapi khususnya untuk kelompok yang mengaku menjadi milik Kristus. Mereka tidak boleh mengklaim bahwa Kristus hanya ada untuk mereka. Kristus bukanlah milik sekelompok tertentu, melainkan milik seluruh jemaat (seperti yang terlihat dalam 1 Korintus 3:23a, "Tetapi kamu adalah milik Kristus").
Teguran kedua berkaitan dengan penghormatan terhadap Kristus yang lebih tinggi daripada para pemimpin rohani (1 Korintus 1: 13b). Penyebutan nama Paulus di bagian ini sebaiknya dimaknai sebagai perwakilan dari semua pemimpin rohani. Ini adalah strategi Paulus untuk menghindari kesan negatif atau merendahkan pemimpin lain.
Dengan menggunakan pertanyaan "Apakah Paulus disalibkan untuk kamu?" dan "Apakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?", Paulus bermaksud menunjukkan bahwa para pemimpin rohani tidak seharusnya menerima loyalitas tertinggi dan tidak boleh ditempatkan sejajar dengan Kristus. Jemaat tidak boleh menyembah pemimpin rohani.
Pertanyaan "Apakah Paulus disalibkan untuk kamu?" mungkin terdengar seperti pertanyaan yang sepele dan tak perlu diajukan. Tentu saja jelas bahwa Paulus tidak disalibkan untuk mereka (pada saat pertanyaan ini dia masih hidup!). Namun, melalui pertanyaan ini, Paulus sebenarnya mengingatkan mereka tentang makna dari salib Kristus. Istilah "salib" dan "disalibkan" jarang muncul dalam tulisan-tulisan Paulus (hanya 18 kali) dan selalu dalam konteks perselisihan (seperti yang terlihat dalam 1 Korintus 1:13, 17, 18, 23; 2:2; 2 Korintus 13:14; Galatia 2:19; 3:1; 5:11; 6:12, 14; Efesus 2:16; Filipi 2:8; 3:18; Kolose 1:20; 2:14). Salib Kristus bukan hanya merestorasi hubungan manusia dengan Allah (Kolose 1:20), tetapi juga memperbaiki hubungan antar manusia (Efesus 2:16).
Bagian ini adalah penjelasan lebih lanjut dari isu baptisan yang dia sebutkan dalam 1 Korintus 1:13b. Saat jemaat terlibat dalam perselisihan dan mulai mengagungkan para pemimpin rohani yang membaptis mereka, Paulus bersyukur bahwa dia hanya membaptiskan beberapa orang saja (1 Korintus 1: 14a). Jika dia membaptiskan lebih banyak orang, risiko konflik akan semakin besar. Lebih banyak orang mungkin akan menggunakan hal itu untuk membesarkan diri mereka sendiri (seperti yang diungkapkan dalam 1 Korintus 1:15 "sehingga tidak ada yang mengatakan bahwa kamu dibaptis dalam namaku").
Kemudian, Paulus menjelaskan siapa saja yang dia baptiskan ( 1 Korintus 1:14b-17). Nama pertama yang dia sebutkan adalah Krispus ( 1 Korintus 1:14b). Meskipun nama ini umum pada saat itu, ada kemungkinan Kristus yang dimaksud adalah kepala sinagoge Yahudi di Korintus yang bertobat ketika Paulus memberitakan Injil di sana (Kisah Para Rasul 18:8). Hal ini didukung oleh ketidakadaan informasi lebih lanjut tentang Krispus, menunjukkan bahwa dia sudah dikenal dengan baik oleh jemaat Korintus. Jika ini benar, Krispus adalah salah satu orang yang pertama kali menerima Injil. Dia juga seorang yang kaya, karena sebutan "kepala sinagoge" biasanya diberikan kepada seseorang yang memberikan kontribusi finansial yang signifikan untuk rumah ibadat.
Nama berikutnya adalah Gaius ( 1 Korintus 1:14b). Nama ini umum pada saat itu. Ada beberapa orang dengan nama Gaius dalam Alkitab: dari Makedonia (Kisah Para Rasul 19:29), dari Derbe (Kisah Para Rasul 20:4), dari Korintus (1 Korintus 1:14), serta penerima surat 3 Yohanes (3 Yohanes 1:1). Para ahli sejarah sepakat bahwa Gaius dalam 1 Korintus 1:14 adalah orang yang sama seperti Gaius di Korintus yang menjadi tuan rumah bagi Paulus selama dia berada di sana dan ketika dia menulis surat kepada jemaat di Roma (Roma 16:23). Jika benar, Gaius juga adalah seseorang yang kaya.
Nama terakhir yang disebut adalah Stefanus. Jika "Krispus" dan "Gaius" adalah nama Romawi, "Stefanus" adalah nama Yunani. Sesuai dengan penulisan dalam bahasa Yunani, yaitu "Stephanas", seharusnya diterjemahkan menjadi "Stefanas" untuk membedakannya dengan "Stefanus" yang dalam bahasa Yunaninya ditulis sebagai "Stephen" (Kisah Para Rasul 6:5, 8, 9, 12, 15; 7:2, 55, 59; 8:1, 2; Kisah Para Rasul 11:19; 22:20). Jika ini adalah nama yang dimaksud, maka Stefanas adalah salah satu pemimpin jemaat Korintus yang diutus oleh jemaat untuk menyampaikan surat kepada Paulus (1 Korintus 16:15-17). Dia adalah seorang yang baru bertobat ( 1 Korintus 1:15a), kaya (1 Korintus 1: 15b), dan dihormati (ayat 16).
Tentunya kita tidak tahu dengan pasti apakah nama-nama yang disebutkan oleh Paulus dalam 1 Korintus 1:14-16 terlibat dalam perselisihan yang berlangsung. Jika kita menggunakan Stefanas sebagai tolok ukur, tampaknya mereka tidak terlibat dalam perselisihan tersebut. Stefanas adalah salah satu pemimpin jemaat dan diutus oleh jemaat untuk menyampaikan surat kepada Paulus. Ini menunjukkan bahwa dia berada dalam posisi yang netral, sehingga dianggap mewakili seluruh jemaat. Di samping itu, Paulus tampaknya menghormati kepemimpinan Stefanas (1 Korintus 16:16).
Setelah mengungkapkan rasa syukur bahwa dia hanya membaptiskan sedikit orang (1 Korintus 1:14-16), Paulus menjelaskan fokus utama pelayanannya (1 Korintus 1:17). Dia adalah seorang rasul, sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan pengutusan (dari kata dasar "apostello") dan tugas utamanya bukanlah melakukan pembaptisan (1 Korintus 1:17a). Ini tidak berarti bahwa ada rasul yang memiliki tugas khusus untuk membaptiskan. Paulus hanya ingin menyampaikan bahwa yang terpenting bukanlah pembaptisan, melainkan pesan Injil itu sendiri.
Di 1 Korintus 1: 17b, Paulus menyentuh mengenai kekuatan Injil atau pesan tentang salib Kristus. Injil tidak disampaikan melalui kebijaksanaan kata-kata manusia ("sophia logou"). Istilah ini merujuk pada isi (1 Korintus 1:18-31) dan cara (1 Korintus 2:1-5) penyampaian Injil. Jika disampaikan dengan cara yang cerdas (sophia logou), maka kekuatan salib Kristus akan menjadi kosong. "Kosong" di sini seharusnya diterjemahkan sebagai "kehilangan kekuatannya" (RSV/NIV). Kita tidak bisa menambahkan apa pun pada Injil karena kekuatannya berasal dari Allah dan memiliki kemampuan untuk menyelamatkan (Roma 1:16-17).
Isi dari teguran tersebut tergambar dalam 1 Korintus 1: 13.
Dalam ayat ini, Paulus mengungkapkan tegurannya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan retoris. Pertanyaan ini tidak memerlukan jawaban dari jemaat Korintus, karena jawabannya sudah jelas. Tujuan Paulus menggunakan bentuk ini adalah untuk memberikan kesan yang lebih mendalam daripada sekadar teguran biasa. Dengan ini, dia ingin menyadarkan jemaat akan betapa pola pikir dan sikap mereka sebenarnya tidak masuk akal. Namun, pada saat yang sama, dia juga mengingatkan bahwa pengetahuan yang mereka miliki seharusnya membentuk cara mereka menghadapi perbedaan.
Teguran pertama berkaitan dengan konsep bahwa Kristus tidak dapat dibagi-bagi (1 Korintus 1: 13a). Pertanyaan "Apakah Kristus terbagi-bagi?" mungkin menjadi bagian yang paling sulit dipahami di antara tiga pertanyaan dalam ayat ini. Maksud Paulus dengan pertanyaan ini adalah apa? Sebagian besar penafsir cenderung mengartikan "Kristus" di sini sebagai simbol (lebih tepatnya metonimi) dari jemaat (seperti yang terlihat dalam 1 Korintus 12:12). Sementara itu, bentuk pasif "dibagi-bagi" (dari kata dasar "merizo") diartikan sebagai pemotongan. Dalam konteks ini, Paulus menegur tindakan mereka memecah jemaat, yang seolah-olah sama dengan memecah Kristus.
Namun, pandangan ini memiliki kelemahan tertentu. Jika ini adalah maksud Paulus, maka dia tampaknya mendukung kelompok yang mengaku menjadi bagian dari Kristus (1 Korintus 1:12). Mereka tentu akan setuju dengan pandangan Paulus. Mereka tidak bermaksud memecah Kristus. Sebaliknya, mereka sebenarnya ingin menjadikan Kristus sebagai tokoh utama dalam kelompok mereka, walaupun dengan motivasi yang salah.
Sebaiknya kita memahami kata kerja "merizo" dalam konteks berarti membagi atau mendistribusikan. Contohnya dalam 1 Korintus 7:17, "Biarlah tiap-tiap orang hidup seperti yang telah ditentukan oleh Tuhan untuknya." Di 2 Korintus 10:13, "Kami tidak akan berbangga di luar batas-batas yang ditetapkan oleh Allah untuk kami." Dan dalam Roma 12:3, "Sebab aku katakan kepada setiap orang di antara kamu: janganlah menganggap dirimu lebih tinggi daripada yang semestinya engkau anggap, tetapi anggaplah dirimu bijaksana menurut ukuran iman yang diberikan Allah kepadamu."
Jika kita menerima interpretasi di atas, maka pertanyaan "Apakah Kristus terbagi-bagi?" merupakan teguran bagi semua yang terlibat, tetapi khususnya untuk kelompok yang mengaku menjadi milik Kristus. Mereka tidak boleh mengklaim bahwa Kristus hanya ada untuk mereka. Kristus bukanlah milik sekelompok tertentu, melainkan milik seluruh jemaat (seperti yang terlihat dalam 1 Korintus 3:23a, "Tetapi kamu adalah milik Kristus").
Teguran kedua berkaitan dengan penghormatan terhadap Kristus yang lebih tinggi daripada para pemimpin rohani (1 Korintus 1: 13b). Penyebutan nama Paulus di bagian ini sebaiknya dimaknai sebagai perwakilan dari semua pemimpin rohani. Ini adalah strategi Paulus untuk menghindari kesan negatif atau merendahkan pemimpin lain.
Dengan menggunakan pertanyaan "Apakah Paulus disalibkan untuk kamu?" dan "Apakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?", Paulus bermaksud menunjukkan bahwa para pemimpin rohani tidak seharusnya menerima loyalitas tertinggi dan tidak boleh ditempatkan sejajar dengan Kristus. Jemaat tidak boleh menyembah pemimpin rohani.
Pertanyaan "Apakah Paulus disalibkan untuk kamu?" mungkin terdengar seperti pertanyaan yang sepele dan tak perlu diajukan. Tentu saja jelas bahwa Paulus tidak disalibkan untuk mereka (pada saat pertanyaan ini dia masih hidup!). Namun, melalui pertanyaan ini, Paulus sebenarnya mengingatkan mereka tentang makna dari salib Kristus. Istilah "salib" dan "disalibkan" jarang muncul dalam tulisan-tulisan Paulus (hanya 18 kali) dan selalu dalam konteks perselisihan (seperti yang terlihat dalam 1 Korintus 1:13, 17, 18, 23; 2:2; 2 Korintus 13:14; Galatia 2:19; 3:1; 5:11; 6:12, 14; Efesus 2:16; Filipi 2:8; 3:18; Kolose 1:20; 2:14). Salib Kristus bukan hanya merestorasi hubungan manusia dengan Allah (Kolose 1:20), tetapi juga memperbaiki hubungan antar manusia (Efesus 2:16).
Dalam menyikapi perselisihan di jemaat Filipi (Filipi 2:1-4; 4:2), Paulus mengajak mereka meneladani Kristus (Filipi 2:5) yang bersedia mati di kayu salib (Filipi 2:5). Jika Kristus telah disalibkan untuk mereka, maka mereka juga harus bersedia menolak keinginan daging (Galatia 6:14) dan hidup untuk Kristus (2 Korintus 13:4; Galatia 2:19). Mereka tidak boleh memberikan loyalitas atau hidup mereka kepada pemimpin rohani, seberapa besar pun jasa mereka dalam pelayanan.
Pertanyaan "Apakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?" memiliki arti yang serupa dengan pertanyaan sebelumnya. Dalam teologi Paulus, baptisan merupakan simbol kematian orang percaya terhadap dosa dan kebangkitan mereka dalam hidup baru dalam Kristus (Roma 6:2-6; Kolose 2:12-13). Mereka yang telah dibaptis dalam nama Yesus (sesuai dengan perintah dalam Matius 28:19-20) harus memberikan kesetiaan mereka kepada Allah.
Sejumlah pakar meyakini bahwa jemaat Korintus mungkin memiliki pemahaman yang salah tentang baptisan. Mereka mungkin tidak sepenuhnya mengerti makna yang sebenarnya. Mungkin mereka menganggap bahwa baptisan memiliki kekuatan sendiri (seperti yang tampak dalam 1 Korintus 15:29). Jika demikian, maka ada kemungkinan mereka juga menganggap para pembaptis memiliki kekuatan yang spesial. Paulus berusaha mengoreksi pandangan ini. Yang paling penting bukanlah si pembaptis, tetapi nama yang disebut dalam baptisan, yaitu nama Yesus Kristus. Orang yang dibaptis dalam nama Kristus harus memberikan kesetiaan mereka kepada Kristus.
Tanggapan Paulus terhadap Isu Baptisan (1 Korintus 1: 14-17)
Pertanyaan "Apakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?" memiliki arti yang serupa dengan pertanyaan sebelumnya. Dalam teologi Paulus, baptisan merupakan simbol kematian orang percaya terhadap dosa dan kebangkitan mereka dalam hidup baru dalam Kristus (Roma 6:2-6; Kolose 2:12-13). Mereka yang telah dibaptis dalam nama Yesus (sesuai dengan perintah dalam Matius 28:19-20) harus memberikan kesetiaan mereka kepada Allah.
Sejumlah pakar meyakini bahwa jemaat Korintus mungkin memiliki pemahaman yang salah tentang baptisan. Mereka mungkin tidak sepenuhnya mengerti makna yang sebenarnya. Mungkin mereka menganggap bahwa baptisan memiliki kekuatan sendiri (seperti yang tampak dalam 1 Korintus 15:29). Jika demikian, maka ada kemungkinan mereka juga menganggap para pembaptis memiliki kekuatan yang spesial. Paulus berusaha mengoreksi pandangan ini. Yang paling penting bukanlah si pembaptis, tetapi nama yang disebut dalam baptisan, yaitu nama Yesus Kristus. Orang yang dibaptis dalam nama Kristus harus memberikan kesetiaan mereka kepada Kristus.
Tanggapan Paulus terhadap Isu Baptisan (1 Korintus 1: 14-17)
Bagian ini adalah penjelasan lebih lanjut dari isu baptisan yang dia sebutkan dalam 1 Korintus 1:13b. Saat jemaat terlibat dalam perselisihan dan mulai mengagungkan para pemimpin rohani yang membaptis mereka, Paulus bersyukur bahwa dia hanya membaptiskan beberapa orang saja (1 Korintus 1: 14a). Jika dia membaptiskan lebih banyak orang, risiko konflik akan semakin besar. Lebih banyak orang mungkin akan menggunakan hal itu untuk membesarkan diri mereka sendiri (seperti yang diungkapkan dalam 1 Korintus 1:15 "sehingga tidak ada yang mengatakan bahwa kamu dibaptis dalam namaku").
Kemudian, Paulus menjelaskan siapa saja yang dia baptiskan ( 1 Korintus 1:14b-17). Nama pertama yang dia sebutkan adalah Krispus ( 1 Korintus 1:14b). Meskipun nama ini umum pada saat itu, ada kemungkinan Kristus yang dimaksud adalah kepala sinagoge Yahudi di Korintus yang bertobat ketika Paulus memberitakan Injil di sana (Kisah Para Rasul 18:8). Hal ini didukung oleh ketidakadaan informasi lebih lanjut tentang Krispus, menunjukkan bahwa dia sudah dikenal dengan baik oleh jemaat Korintus. Jika ini benar, Krispus adalah salah satu orang yang pertama kali menerima Injil. Dia juga seorang yang kaya, karena sebutan "kepala sinagoge" biasanya diberikan kepada seseorang yang memberikan kontribusi finansial yang signifikan untuk rumah ibadat.
Nama berikutnya adalah Gaius ( 1 Korintus 1:14b). Nama ini umum pada saat itu. Ada beberapa orang dengan nama Gaius dalam Alkitab: dari Makedonia (Kisah Para Rasul 19:29), dari Derbe (Kisah Para Rasul 20:4), dari Korintus (1 Korintus 1:14), serta penerima surat 3 Yohanes (3 Yohanes 1:1). Para ahli sejarah sepakat bahwa Gaius dalam 1 Korintus 1:14 adalah orang yang sama seperti Gaius di Korintus yang menjadi tuan rumah bagi Paulus selama dia berada di sana dan ketika dia menulis surat kepada jemaat di Roma (Roma 16:23). Jika benar, Gaius juga adalah seseorang yang kaya.
Nama terakhir yang disebut adalah Stefanus. Jika "Krispus" dan "Gaius" adalah nama Romawi, "Stefanus" adalah nama Yunani. Sesuai dengan penulisan dalam bahasa Yunani, yaitu "Stephanas", seharusnya diterjemahkan menjadi "Stefanas" untuk membedakannya dengan "Stefanus" yang dalam bahasa Yunaninya ditulis sebagai "Stephen" (Kisah Para Rasul 6:5, 8, 9, 12, 15; 7:2, 55, 59; 8:1, 2; Kisah Para Rasul 11:19; 22:20). Jika ini adalah nama yang dimaksud, maka Stefanas adalah salah satu pemimpin jemaat Korintus yang diutus oleh jemaat untuk menyampaikan surat kepada Paulus (1 Korintus 16:15-17). Dia adalah seorang yang baru bertobat ( 1 Korintus 1:15a), kaya (1 Korintus 1: 15b), dan dihormati (ayat 16).
Tentunya kita tidak tahu dengan pasti apakah nama-nama yang disebutkan oleh Paulus dalam 1 Korintus 1:14-16 terlibat dalam perselisihan yang berlangsung. Jika kita menggunakan Stefanas sebagai tolok ukur, tampaknya mereka tidak terlibat dalam perselisihan tersebut. Stefanas adalah salah satu pemimpin jemaat dan diutus oleh jemaat untuk menyampaikan surat kepada Paulus. Ini menunjukkan bahwa dia berada dalam posisi yang netral, sehingga dianggap mewakili seluruh jemaat. Di samping itu, Paulus tampaknya menghormati kepemimpinan Stefanas (1 Korintus 16:16).
Setelah mengungkapkan rasa syukur bahwa dia hanya membaptiskan sedikit orang (1 Korintus 1:14-16), Paulus menjelaskan fokus utama pelayanannya (1 Korintus 1:17). Dia adalah seorang rasul, sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan pengutusan (dari kata dasar "apostello") dan tugas utamanya bukanlah melakukan pembaptisan (1 Korintus 1:17a). Ini tidak berarti bahwa ada rasul yang memiliki tugas khusus untuk membaptiskan. Paulus hanya ingin menyampaikan bahwa yang terpenting bukanlah pembaptisan, melainkan pesan Injil itu sendiri.
Di 1 Korintus 1: 17b, Paulus menyentuh mengenai kekuatan Injil atau pesan tentang salib Kristus. Injil tidak disampaikan melalui kebijaksanaan kata-kata manusia ("sophia logou"). Istilah ini merujuk pada isi (1 Korintus 1:18-31) dan cara (1 Korintus 2:1-5) penyampaian Injil. Jika disampaikan dengan cara yang cerdas (sophia logou), maka kekuatan salib Kristus akan menjadi kosong. "Kosong" di sini seharusnya diterjemahkan sebagai "kehilangan kekuatannya" (RSV/NIV). Kita tidak bisa menambahkan apa pun pada Injil karena kekuatannya berasal dari Allah dan memiliki kemampuan untuk menyelamatkan (Roma 1:16-17).
Dengan mengaitkan baptisan dan kekuatan Injil dalam ayat ini, Paulus ingin menegaskan bahwa baptisan tidak memiliki pengaruh atau dampak pada dirinya sendiri. Baptisan hanya akan memiliki makna jika menjadi lambang penerimaan Injil. Kekuatan luar biasa terletak pada Injil, bukan pada baptisan. Karena itu, jemaat Korintus tidak seharusnya memuja baptisan atau para pembaptis seolah-olah kedua hal tersebut adalah yang paling penting.
Ini adalah tanggapan dari Paulus terhadap isu-isu yang muncul dalam jemaat Korintus terkait baptisan dan pemimpin rohani. Dia berusaha menyadarkan mereka bahwa esensi dan fokus sejati seharusnya terletak pada pesan Injil dan Kristus sendiri, bukan pada praktik pembaptisan atau keberhasilan para pemimpin rohani. Dalam hal ini, Paulus menunjukkan pentingnya memahami pesan Injil dan menjadikan Kristus sebagai pusat setiap aspek kehidupan rohani.
Ini adalah tanggapan dari Paulus terhadap isu-isu yang muncul dalam jemaat Korintus terkait baptisan dan pemimpin rohani. Dia berusaha menyadarkan mereka bahwa esensi dan fokus sejati seharusnya terletak pada pesan Injil dan Kristus sendiri, bukan pada praktik pembaptisan atau keberhasilan para pemimpin rohani. Dalam hal ini, Paulus menunjukkan pentingnya memahami pesan Injil dan menjadikan Kristus sebagai pusat setiap aspek kehidupan rohani.