Pentingnya Persatuan dalam Jemaat Korintus (1 Korintus 1:10-12)
Surat 1 Korintus membicarakan berbagai masalah yang ada di dalam jemaat, baik yang telah didengar oleh Paulus dari keluarga Kloe (1 Korintus 1:10-6:20) maupun dari surat-surat yang dikirimkan oleh mereka (1 Korintus 7:1-16:19). Di antara semua masalah ini, pertikaian tentang hikmat dan pemujaan individu terhadap pemimpin (pasal 1-4) adalah salah satu yang paling penting. Oleh karena itu, masalah ini dibahas terlebih dahulu dan mendapat perhatian lebih panjang dalam surat ini (4 pasal).
Jemaat di Korintus bukan hanya mengagumi para pemimpin lain dengan mengacu pada hikmat (pasal 1-3), tetapi sebagian dari mereka juga mempertanyakan legitimasi rasul Paulus (pasal 4). Di tengah situasi seperti ini, Paulus meresponsnya dengan sikap bagaimana?
Paulus memberikan nasihat yang bersifat subjektif (1 Korintus 1:10).
Jemaat di Korintus bukan hanya mengagumi para pemimpin lain dengan mengacu pada hikmat (pasal 1-3), tetapi sebagian dari mereka juga mempertanyakan legitimasi rasul Paulus (pasal 4). Di tengah situasi seperti ini, Paulus meresponsnya dengan sikap bagaimana?
Paulus memberikan nasihat yang bersifat subjektif (1 Korintus 1:10).
Walaupun konflik yang ada cukup serius dan ditujukan untuk meruntuhkan posisi Paulus, ia tetap menyebut semua anggota jemaat di Korintus sebagai "saudara-saudara" (1 Korintus 1: 10-11). Penggunaan istilah ini muncul sebanyak 21 kali dalam seluruh surat 1 Korintus dan merupakan salah satu yang paling sering digunakan dalam surat-surat Paulus. Paulus menggunakan istilah ini untuk mengajarkan bahwa persaudaraan dalam Kristus tidak dapat diganggu gugat oleh perbedaan pendapat di antara mereka.
Paulus tidak memberikan nasihat hanya kepada sebagian anggota jemaat yang membela dirinya, tetapi kepada seluruh jemaat. Ini tercermin dari kata Yunani "pantes" dalam 1 Korintus 1: 10 (LAI:TB tidak menerjemahkan kata ini). Dalam teks aslinya, ayat 10 seharusnya diterjemahkan sebagai "...Yesus Kristus, supaya kamu semua...". Menurut pandangan Paulus, siapa pun yang terlibat dalam perpecahan telah melakukan kesalahan (1 Korintus 3:3-4), dan oleh karena itu memerlukan nasihat.
Nasihat yang Paulus berikan didasarkan pada hal yang objektif, yaitu "demi nama Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan ini merupakan salah satu cara yang digunakan oleh Paulus untuk memberi penekanan pada kata-kata yang diucapkannya (misalnya, 1 Tesalonika 5:27; 2 Tesalonika 3:6, 12). Selain menekankan, ungkapan ini juga mengindikasikan bahwa nasihat yang diberikan berdasarkan pada ajaran dan karya Yesus Kristus. Dalam 1 Korintus 1:10, Paulus tidak memandu jemaat untuk mengikuti karyanya sendiri saat ia memulai pelayanan di Korintus. Sebaliknya, ia mengarahkan jemaat untuk memiliki fokus yang berpusat pada Kristus. Karya Kristus memberikan dasar yang kokoh bagi nasihat yang akan diberikannya (lihat Filipi 2:1-2 "karena di dalam Kristus ada... karena itu...").
Apa isi dari nasihat Paulus? Apakah nasihat tersebut memihak atau menguntungkan salah satu pihak? Ternyata nasihat yang diberikan oleh Paulus bersifat objektif. Semua nasihat ini berkaitan dengan kesatuan, sebagaimana ditunjukkan dengan pengulangan kata "yang sama" di 1 Korintus 1: 10b (terjemahan LAI:TB tidak terlalu jelas).
1. Pertama, supaya mereka berbicara dengan sepakat.
Paulus tidak memberikan nasihat hanya kepada sebagian anggota jemaat yang membela dirinya, tetapi kepada seluruh jemaat. Ini tercermin dari kata Yunani "pantes" dalam 1 Korintus 1: 10 (LAI:TB tidak menerjemahkan kata ini). Dalam teks aslinya, ayat 10 seharusnya diterjemahkan sebagai "...Yesus Kristus, supaya kamu semua...". Menurut pandangan Paulus, siapa pun yang terlibat dalam perpecahan telah melakukan kesalahan (1 Korintus 3:3-4), dan oleh karena itu memerlukan nasihat.
Nasihat yang Paulus berikan didasarkan pada hal yang objektif, yaitu "demi nama Tuhan Yesus Kristus". Ungkapan ini merupakan salah satu cara yang digunakan oleh Paulus untuk memberi penekanan pada kata-kata yang diucapkannya (misalnya, 1 Tesalonika 5:27; 2 Tesalonika 3:6, 12). Selain menekankan, ungkapan ini juga mengindikasikan bahwa nasihat yang diberikan berdasarkan pada ajaran dan karya Yesus Kristus. Dalam 1 Korintus 1:10, Paulus tidak memandu jemaat untuk mengikuti karyanya sendiri saat ia memulai pelayanan di Korintus. Sebaliknya, ia mengarahkan jemaat untuk memiliki fokus yang berpusat pada Kristus. Karya Kristus memberikan dasar yang kokoh bagi nasihat yang akan diberikannya (lihat Filipi 2:1-2 "karena di dalam Kristus ada... karena itu...").
Apa isi dari nasihat Paulus? Apakah nasihat tersebut memihak atau menguntungkan salah satu pihak? Ternyata nasihat yang diberikan oleh Paulus bersifat objektif. Semua nasihat ini berkaitan dengan kesatuan, sebagaimana ditunjukkan dengan pengulangan kata "yang sama" di 1 Korintus 1: 10b (terjemahan LAI:TB tidak terlalu jelas).
1. Pertama, supaya mereka berbicara dengan sepakat.
Berdasarkan teks aslinya, nasihat ini dapat diterjemahkan sebagai "supaya kamu semua terus-menerus mengucapkan perkataan yang sama" (ASV/KJV). Terjemahan modern lebih cenderung ke arah "supaya kamu semua setuju satu sama lain" (NIV/NASB/RSV). Penggunaan tense sekarang mengindikasikan bahwa ini harus menjadi sikap yang terus-menerus dijalani oleh mereka.
2. Kedua, supaya tidak ada perpecahan di antara mereka.
2. Kedua, supaya tidak ada perpecahan di antara mereka.
Adanya perbedaan pendapat adalah hal yang wajar - bahkan pasti terjadi. Jemaat Korintus berasal dari latar belakang etnis, sosial, dan ekonomi yang berbeda. Mungkin ada perbedaan-perbedaan lain di antara mereka. Semua perbedaan ini diperbolehkan, selama itu tidak menyebabkan perpecahan.
3. Ketiga, supaya kamu bersatu dalam pikiran dan pandangan.
3. Ketiga, supaya kamu bersatu dalam pikiran dan pandangan.
Terjemahan yang lebih tepat seharusnya "supaya kamu diperbaharui dalam pikiran yang sama dan pandangan yang sama" (semua versi dalam bahasa Inggris). Kata dasar "diperbaharui" muncul beberapa kali dalam tulisan-tulisan Paulus dan memiliki makna "menyempurnakan" (misalnya, 2 Korintus 13:11; 1 Tesalonika 3:10 - yang seharusnya diterjemahkan sebagai "menyempurnakan"; 2 Timotius 3:17). Penggunaan kata ini menunjukkan bahwa persatuan yang diharapkan bukan hanya sekadar bersatu, tetapi persatuan tersebut harus mencapai tingkat kesempurnaan (dalam semua versi dalam bahasa Inggris).
Mereka harus diperbaharui dalam cara berpikir yang sama. Kata Yunani yang digunakan adalah "nous", yang lebih menekankan pada cara berpikir daripada isi pikiran. Paulus menasihati orang percaya untuk tidak memiliki cara berpikir yang sia-sia seperti orang non-percaya (Efesus 4:17). Sebaliknya, orang percaya harus terus-menerus mengalami perubahan dalam cara berpikir mereka (Roma 12:2; Efesus 4:23) dan memiliki cara berpikir yang sesuai dengan Kristus (1 Korintus 2:16).
Mereka juga harus diperbaharui dalam pandangan yang sama. Kata Yunani "gnome" yang digunakan di sini muncul 5 kali dalam tulisan-tulisan Paulus. Dari 5 kali penggunaan ini, 4 kali muncul dalam surat 1 Korintus dan selalu merujuk pada "pendapat" (1 Korintus 1:10; 7:25, 40;2 Korintus 8:10).
Dari isi nasihat yang diberikan, apakah Paulus menganggap bahwa persatuan harus didasarkan pada keseragaman? Bukankah persatuan masih bisa terjaga meskipun ada perbedaan (prinsip Bhinneka Tunggal Ika)? Apakah setiap orang percaya harus benar-benar memiliki pandangan yang sama, diperbaharui dalam cara berpikir dan pendapat yang sama?
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini dapat dijawab dengan lebih jelas ketika kita memahami persoalan spesifik yang sedang dibahas dalam 1 Korintus 1:10. Perselisihan yang dimaksud tidak hanya sebatas pada pengkultusan terhadap pemimpin, tetapi juga berkaitan dengan isu "hikmat" (kata "sophia" muncul sebanyak 14 kali dalam pasal 1-3 1 Korintus). Sebagian dari jemaat merasa diri mereka cerdas (menurut standar dunia) dan memandang Injil sebagai suatu hal yang bodoh. Untuk mengatasi situasi ini, Paulus memberikan perintah agar mereka bersatu. Ini berarti bahwa dalam hal pengetahuan akan Injil, semua harus memiliki pandangan yang sama (lihat Galatia 1:8-9). Seorang teolog pernah mengemukakan prinsip "dalam hal-hal pokok kita harus bersama, dalam hal-hal yang bukan pokok boleh berbeda, dalam segala hal ada kasih".
Memiliki Sumber Informasi yang Terpercaya (1 Korintus 1: 11-12)
Mereka harus diperbaharui dalam cara berpikir yang sama. Kata Yunani yang digunakan adalah "nous", yang lebih menekankan pada cara berpikir daripada isi pikiran. Paulus menasihati orang percaya untuk tidak memiliki cara berpikir yang sia-sia seperti orang non-percaya (Efesus 4:17). Sebaliknya, orang percaya harus terus-menerus mengalami perubahan dalam cara berpikir mereka (Roma 12:2; Efesus 4:23) dan memiliki cara berpikir yang sesuai dengan Kristus (1 Korintus 2:16).
Mereka juga harus diperbaharui dalam pandangan yang sama. Kata Yunani "gnome" yang digunakan di sini muncul 5 kali dalam tulisan-tulisan Paulus. Dari 5 kali penggunaan ini, 4 kali muncul dalam surat 1 Korintus dan selalu merujuk pada "pendapat" (1 Korintus 1:10; 7:25, 40;2 Korintus 8:10).
Dari isi nasihat yang diberikan, apakah Paulus menganggap bahwa persatuan harus didasarkan pada keseragaman? Bukankah persatuan masih bisa terjaga meskipun ada perbedaan (prinsip Bhinneka Tunggal Ika)? Apakah setiap orang percaya harus benar-benar memiliki pandangan yang sama, diperbaharui dalam cara berpikir dan pendapat yang sama?
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini dapat dijawab dengan lebih jelas ketika kita memahami persoalan spesifik yang sedang dibahas dalam 1 Korintus 1:10. Perselisihan yang dimaksud tidak hanya sebatas pada pengkultusan terhadap pemimpin, tetapi juga berkaitan dengan isu "hikmat" (kata "sophia" muncul sebanyak 14 kali dalam pasal 1-3 1 Korintus). Sebagian dari jemaat merasa diri mereka cerdas (menurut standar dunia) dan memandang Injil sebagai suatu hal yang bodoh. Untuk mengatasi situasi ini, Paulus memberikan perintah agar mereka bersatu. Ini berarti bahwa dalam hal pengetahuan akan Injil, semua harus memiliki pandangan yang sama (lihat Galatia 1:8-9). Seorang teolog pernah mengemukakan prinsip "dalam hal-hal pokok kita harus bersama, dalam hal-hal yang bukan pokok boleh berbeda, dalam segala hal ada kasih".
Memiliki Sumber Informasi yang Terpercaya (1 Korintus 1: 11-12)
Paulus tidak hanya memberikan nasihat, tetapi juga menjelaskan bagaimana dia mengetahui tentang perselisihan yang ada di dalam jemaat Korintus. Ternyata, informasi ini diberikan kepadanya oleh orang-orang dari keluarga Kloe. Mereka adalah orang-orang yang memberitahu Paulus mengenai apa yang tengah terjadi. Paulus tidak mencari tahu secara aktif, karena hal tersebut dapat menyebabkan kebingungan dan memperburuk situasi. Ia hanya menerima informasi yang diberikan kepadanya.
Siapakah orang-orang dari keluarga Kloe ini dan siapakah Kloe itu sendiri? Berdasarkan namanya, Kloe adalah seorang perempuan. Kemungkinan besar dia merupakan sosok yang kaya dan dihormati. Kata "orang-orang" sebenarnya tidak ada dalam teks Yunani, tetapi maknanya bisa ditarik dari struktur kalimat (secara harfiah: "diberitahukan oleh ... Kloe"). "Orang-orang" dalam konteks ini mungkin adalah budak-budak Kloe atau kolega bisnisnya. Keberadaan Kloe tampaknya cukup dikenal, karena Paulus tidak perlu menjelaskan lebih lanjut siapa yang dimaksud dengan Kloe, walaupun nama tersebut kemungkinan umum pada saat itu.
Para sarjana berpendapat tentang identitas Kloe. Beberapa berpendapat bahwa dia adalah salah satu utusan jemaat Korintus yang datang membawa surat-surat dan berbicara kepada Paulus, tetapi pandangan ini mungkin tidak sejalan dengan 1 Korintus 1:16:17-18. Selain itu, jika mereka memang dari jemaat Korintus, hal ini mungkin akan memperparah masalah karena mereka mungkin merupakan bagian dari salah satu pihak dalam konflik (terutama jika mereka mendukung golongan Paulus). Beberapa sarjana lain cenderung melihat Kloe (dan orang-orang yang terkait dengannya) sebagai pihak yang netral dan bukan warga tetap di Korintus, sehingga tidak terlibat dalam konflik yang ada. Kloe mungkin adalah seorang pedagang kaya yang bepergian dan bawahannya pernah mengunjungi jemaat Korintus.
Setelah menyebutkan sumber informasi (1 Korintus 1:11a), Paulus melanjutkan dengan menjelaskan inti dari informasi tersebut (1 Korintus 1:11b-12). Jemaat di Korintus terlibat dalam perselisihan yang melibatkan pemimpin-pemimpin. Penjelasan ini diperlukan karena jemaat Korintus tidak hanya terlibat dalam satu jenis perselisihan saja. Mereka juga terlibat dalam perselisihan hukum (1 Korintus 6:1-11), perselisihan antara yang kuat dan yang lemah dalam iman (1 Korintus 8:1-13), perselisihan gender (11:1-16), perselisihan antara yang kaya dan miskin (1 Korintus 11:17-34), serta perselisihan mengenai karunia Roh (pasal 12-14).
Perselisihan yang melibatkan pemimpin-pemimpin tersebut diungkapkan dengan kalimat "aku adalah dari golongan Paulus, Apolos, Kefas, atau Kristus". Dalam teks Yunani, sebenarnya tidak ada kata "dari golongan". Teks hanya menyatakan "Aku adalah dari...". Meskipun demikian, intinya tetap jelas. Mereka mencantumkan nama para pemimpin ini, meskipun pemimpin-pemimpin tersebut sebenarnya tidak terlibat dalam perselisihan tersebut. Ini dapat dilihat dari pandangan positif Paulus terhadap Apolos (3:6) serta permintaannya agar Apolos mengunjungi jemaat Korintus (16:12).
Sebagian jemaat mendukung Paulus karena dialah yang merintis jemaat di Korintus dengan segala kesulitan yang dihadapinya (Kisah Para Rasul 18:1-18) dan pendekatan yang sederhana (1 Korintus 2:1-5). Apolos adalah seorang pengganti bagi Paulus (Kisah Para Rasul 19:1; lihat juga 1 Korintus 3:6 "Paulus menanam, Apolos menyiram"). Ia mahir dalam berbicara dan memiliki pemahaman yang mendalam terhadap Kitab Suci (Kisah Para Rasul 18:24-28). Tentang Kefas, meskipun tidak ada catatan eksplisit yang menyebutkan bahwa ia pernah memimpin jemaat Korintus, 1 Korintus 9:5 kemungkinan mengindikasikan hal tersebut. Dalam ayat ini, Paulus secara khusus menyebut Kefas, walaupun sebenarnya Kefas sudah termasuk dalam kategori "rasul-rasul lain".
Baca Juga: Jaminan Kesetiaan Allah dalam 1Korintus 1:7-9
Siapakah orang-orang dari keluarga Kloe ini dan siapakah Kloe itu sendiri? Berdasarkan namanya, Kloe adalah seorang perempuan. Kemungkinan besar dia merupakan sosok yang kaya dan dihormati. Kata "orang-orang" sebenarnya tidak ada dalam teks Yunani, tetapi maknanya bisa ditarik dari struktur kalimat (secara harfiah: "diberitahukan oleh ... Kloe"). "Orang-orang" dalam konteks ini mungkin adalah budak-budak Kloe atau kolega bisnisnya. Keberadaan Kloe tampaknya cukup dikenal, karena Paulus tidak perlu menjelaskan lebih lanjut siapa yang dimaksud dengan Kloe, walaupun nama tersebut kemungkinan umum pada saat itu.
Para sarjana berpendapat tentang identitas Kloe. Beberapa berpendapat bahwa dia adalah salah satu utusan jemaat Korintus yang datang membawa surat-surat dan berbicara kepada Paulus, tetapi pandangan ini mungkin tidak sejalan dengan 1 Korintus 1:16:17-18. Selain itu, jika mereka memang dari jemaat Korintus, hal ini mungkin akan memperparah masalah karena mereka mungkin merupakan bagian dari salah satu pihak dalam konflik (terutama jika mereka mendukung golongan Paulus). Beberapa sarjana lain cenderung melihat Kloe (dan orang-orang yang terkait dengannya) sebagai pihak yang netral dan bukan warga tetap di Korintus, sehingga tidak terlibat dalam konflik yang ada. Kloe mungkin adalah seorang pedagang kaya yang bepergian dan bawahannya pernah mengunjungi jemaat Korintus.
Setelah menyebutkan sumber informasi (1 Korintus 1:11a), Paulus melanjutkan dengan menjelaskan inti dari informasi tersebut (1 Korintus 1:11b-12). Jemaat di Korintus terlibat dalam perselisihan yang melibatkan pemimpin-pemimpin. Penjelasan ini diperlukan karena jemaat Korintus tidak hanya terlibat dalam satu jenis perselisihan saja. Mereka juga terlibat dalam perselisihan hukum (1 Korintus 6:1-11), perselisihan antara yang kuat dan yang lemah dalam iman (1 Korintus 8:1-13), perselisihan gender (11:1-16), perselisihan antara yang kaya dan miskin (1 Korintus 11:17-34), serta perselisihan mengenai karunia Roh (pasal 12-14).
Perselisihan yang melibatkan pemimpin-pemimpin tersebut diungkapkan dengan kalimat "aku adalah dari golongan Paulus, Apolos, Kefas, atau Kristus". Dalam teks Yunani, sebenarnya tidak ada kata "dari golongan". Teks hanya menyatakan "Aku adalah dari...". Meskipun demikian, intinya tetap jelas. Mereka mencantumkan nama para pemimpin ini, meskipun pemimpin-pemimpin tersebut sebenarnya tidak terlibat dalam perselisihan tersebut. Ini dapat dilihat dari pandangan positif Paulus terhadap Apolos (3:6) serta permintaannya agar Apolos mengunjungi jemaat Korintus (16:12).
Sebagian jemaat mendukung Paulus karena dialah yang merintis jemaat di Korintus dengan segala kesulitan yang dihadapinya (Kisah Para Rasul 18:1-18) dan pendekatan yang sederhana (1 Korintus 2:1-5). Apolos adalah seorang pengganti bagi Paulus (Kisah Para Rasul 19:1; lihat juga 1 Korintus 3:6 "Paulus menanam, Apolos menyiram"). Ia mahir dalam berbicara dan memiliki pemahaman yang mendalam terhadap Kitab Suci (Kisah Para Rasul 18:24-28). Tentang Kefas, meskipun tidak ada catatan eksplisit yang menyebutkan bahwa ia pernah memimpin jemaat Korintus, 1 Korintus 9:5 kemungkinan mengindikasikan hal tersebut. Dalam ayat ini, Paulus secara khusus menyebut Kefas, walaupun sebenarnya Kefas sudah termasuk dalam kategori "rasul-rasul lain".
Baca Juga: Jaminan Kesetiaan Allah dalam 1Korintus 1:7-9
Bagaimana dengan mereka yang mengaku dari golongan Kristus? Apakah mereka adalah orang-orang yang rohaniah dan tidak terlibat dalam perselisihan? Dari cara Paulus menyebut golongan ini bersama dengan yang lainnya (golongan Kristus adalah golongan keempat), dapat disimpulkan bahwa mereka juga terlibat dalam perselisihan ini. Para sarjana berpendapat bahwa golongan Kristus mungkin merupakan kelompok dalam jemaat yang merasa diri mereka memiliki pemahaman rohaniah yang lebih tinggi, tetapi sebenarnya tidak demikian. Perselisihan mengenai karunia-karunia rohaniah dalam pasal 12-14 juga mengindikasikan bahwa di antara jemaat terdapat mereka yang terjerat dalam kesombongan rohaniah yang tidak sejati. Mereka mungkin terlibat dalam perselisihan, tetapi menyembunyikan diri di balik nama Kristus.
Dengan demikian, pesan yang ingin disampaikan oleh Paulus adalah bahwa persatuan dalam jemaat harus didasarkan pada ajaran yang benar, khususnya ajaran Injil, dan bukan pada ikut-ikutan pemimpin atau golongan tertentu. Perselisihan yang ada bukanlah alasan untuk terpecah-belah, tetapi malah menjadi peluang bagi mereka untuk merapatkan barisan. Sebagai penutup, Paulus ingin memastikan bahwa persatuan yang sejati hanya bisa dicapai melalui pemahaman yang benar tentang ajaran Kristus dan mengutamakan kasih dalam setiap aspek kehidupan.
Jadi dengan demikian, surat 1 Korintus 1:10-12 mengajarkan tentang pentingnya persatuan dalam tubuh Kristus, yang didasarkan pada pemahaman yang benar terhadap ajaran Kristus dan pengutamaan atas kasih. Meskipun terdapat perbedaan pendapat, Paulus mendorong jemaat untuk menjaga persatuan dan merapatkan barisan dalam ajaran dan kasih Kristus.
Dengan demikian, pesan yang ingin disampaikan oleh Paulus adalah bahwa persatuan dalam jemaat harus didasarkan pada ajaran yang benar, khususnya ajaran Injil, dan bukan pada ikut-ikutan pemimpin atau golongan tertentu. Perselisihan yang ada bukanlah alasan untuk terpecah-belah, tetapi malah menjadi peluang bagi mereka untuk merapatkan barisan. Sebagai penutup, Paulus ingin memastikan bahwa persatuan yang sejati hanya bisa dicapai melalui pemahaman yang benar tentang ajaran Kristus dan mengutamakan kasih dalam setiap aspek kehidupan.
Jadi dengan demikian, surat 1 Korintus 1:10-12 mengajarkan tentang pentingnya persatuan dalam tubuh Kristus, yang didasarkan pada pemahaman yang benar terhadap ajaran Kristus dan pengutamaan atas kasih. Meskipun terdapat perbedaan pendapat, Paulus mendorong jemaat untuk menjaga persatuan dan merapatkan barisan dalam ajaran dan kasih Kristus.