PERINGATAN KEPADA ORANG KAYA: BERSABAR DALAM PENDERITAAN (YAKOBUS 5:1-11)

 Matthew Henry

Di dalam pasal terakhir ini, Rasul Yakobus menyatakan penghukuman Allah ke atas orang-orang kaya yang menindas kaum miskin, sambil menunjukkan betapa besar dosa dan kebodohan mereka di mata Allah, serta betapa berat hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka (Yakobus 5: 1-8). Kemudian, semua orang percaya dinasihati untuk bersabar di bawah segala pencobaan dan penderitaan mereka (ayat 9-11). Mereka diperingatkan untuk tidak melakukan dosa bersumpah (Yakobus 5: 12). Kita diberi pengarahan tentang cara bertindak, baik di bawah penderitaan maupun kemakmuran (Yakobus 5: 13). Doa bagi orang sakit dan pengolesan dengan minyak juga dianjurkan (Yakobus 5: 14-15). Orang-orang Kristen diarahkan untuk saling mengakui kesalahan dan saling mendoakan, karena manfaat doa sudah terbukti ( Yakobus 5:16-18). Terakhir, kita dianjurkan untuk berusaha sekeras mungkin membawa kembali mereka yang sudah menyimpang dari kebenaran.
PERINGATAN KEPADA ORANG KAYA: BERSABAR DALAM PENDERITAAN (YAKOBUS 5:1-11)
Peringatan kepada Orang Kaya; Alasan untuk Bersabar di bawah Penderitaan ( Yakobus 5:1-11)

Di sini Rasul Yakobus lebih dahulu berbicara kepada orang-orang berdosa, kemudian baru kepada orang-orang kudus.

I. Marilah kita merenungkan nasihat yang ditujukan kepada orang-orang berdosa. 

Di sini kita mendapati Yakobus mendukung apa yang pernah diucapkan oleh Guru Agungnya, Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu (Lukas 6:24). Orang-orang kaya yang diperingatkan dengan peringatan ini bukanlah mereka yang menganut agama Kristen, melainkan orang-orang Yahudi yang duniawi dan tidak percaya kepada Kristus. Di sini mereka dikatakan telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar, yang tidak mampu dilakukan orang-orang Kristen karena tidak punya kuasa untuk itu. 

Walaupun surat ini ditulis demi kepentingan orang-orang percaya dan khusus ditujukan kepada mereka, namun, surat ini bisa dipandang ditujukan juga kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu, meskipun mereka tidak disapa langsung dalam surat ini. Mereka ini tidak mau mendengar perkataan itu, dan oleh sebab itu dituliskan di sini, supaya mereka bisa membacanya. Di awal surat ini dapat diamati bahwa isinya tidak ditujukan kepada saudara-saudara dalam Kristus, seperti yang terdapat di dalam surat-surat Paulus, tetapi secara umum kepada kedua belas suku. 

Salam yang disampaikan bukanlah Kasih karunia dan damai sejahtera di dalam Kristus, melainkan salam secara umum (Yakobus 1:1). Orang-orang Yahudi yang miskin menyambut Injil, dan banyak di antara mereka yang percaya. Namun, kebanyakan orang kaya menolak Kekristenan, dan hati mereka dikeraskan dalam ketidakpercayaan, dan mereka membenci serta menganiaya orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kepada orang-orang kaya penindas, tidak percaya, dan penyiksa ini, Rasul Yakobus menyampaikan pesannya di dalam keenam ayat pertama.

1. Ia menubuatkan perihal penghakiman Allah yang akan jatuh ke atas mereka (Yakobus 5:1-3). 

Mereka akan ditimpa kesengsaraan, kesengsaraan yang begitu mengerikan, hingga ketakutan terhadap hal-hal yang akan terjadi itu saja sudah cukup untuk membuat mereka menangis dan meratap. Kesengsaraan yang terjadi karena hal-hal yang tadinya mereka andalkan untuk memperoleh kebahagiaan. Kesengsaraan yang akan digenapi melalui hal-hal yang akhirnya menjadi kesaksian melawan mereka, yang mendatangkan kebinasaan sehabis-habisnya ke atas mereka. Sekarang mereka dipanggil untuk merenungkan dan mempertimbangkan hal itu, dan memikirkan bagaimana mereka akan berdiri di hadapan Allah pada hari penghakiman nanti: Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya.

(1) “Percayalah bahwa malapetaka yang sangat mengerikan ini akan menimpamu, malapetaka yang sama sekali tidak mengandung pertolongan ataupun penghiburan, tetapi kesengsaraan semata, kesengsaraan yang datang pada waktunya, kesengsaraan sampai selama-lamanya, kesengsaraan dalam penderitaan jasmani, kesengsaraan batiniah dan pikiran, kesengsaraan di dunia ini, serta kesengsaraan di neraka. Kamu tidak akan ditimpa satu, tetapi banyak kesengsaraan. Kehancuran jemaat dan bangsamu sudah dekat. Akan datang suatu hari penuh murka, ketika kekayaan tidak bermanfaat lagi bagi manusia, sebab orang fasik akan dipunahkan.”

(2) Ketakutan terhadap kesengsaraan yang akan menimpa mereka itu cukup untuk membuat mereka menangis dan meratap. 

Orang-orang kaya suka berkata kepada diri sendiri (dan orang-orang lain siap berkata kepada mereka), makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!, tetapi Allah berkata, menangislah dan merataplah. Di sini tidak dikatakan, menangislah dan bertobatlah, sebab rasul ini tidak mengharapkan hal itu dari mereka (gaya bicaranya lebih bersifat mencela daripada menasihati), tetapi “Menangislah dan merataplah, karena saat malapetaka itu tiba, hanya akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Orang-orang yang hidup seperti binatang dikatakan meraung seperti hewan. Malapetaka yang menimpa orang banyak terasa teramat menyedihkan bagi orang-orang kaya yang hidup dalam kesenangan penuh hawa nafsu serta merasa aman-aman saja. Itulah sebabnya mereka akan menangis dan meratap lebih keras daripada orang lain karena kesengsaraan yang akan menimpa mereka.

(3) Kesengsaraan mereka akan timbul justru karena hal-hal yang mereka andalkan untuk memperoleh kebahagiaan. 

“Kebinasaan, kebusukan, karat, dan kehancuran akan menimpa seluruh harta kekayaanmu: Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! (Yakobus 5: 2). Hal-hal yang sekarang teramat kamu sukai itu akan mencelakaimu hingga tidak tertahankan. Semuanya itu akan tidak berharga dan berguna lagi bagimu, tetapi sebaliknya justru akan menyiksa dirimu dengan berbagai-bagai duka, sebab,”

(4) “Hal itu akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api (Yakobus 5:3). 

Benda-benda mati sering kali disebut di dalam Alkitab sebagai hal yang menjadi kesaksian terhadap orang fasik. Langit, bumi, bebatuan di ladang, hasil bumi, dan di sini karat pada harta yang diperoleh dan disimpan dengan tidak benar, dikatakan akan menjadi kesaksian melawan orang kaya yang tidak saleh. Mereka menyangka telah menimbun harta untuk masa depan, sehingga dapat hidup makmur ketika mereka sudah tua kelak. Namun, celaka! Mereka ternyata hanya menimbun harta untuk menjadi mangsa pihak lain (seperti harta orang Yahudi yang telah dirampas semuanya oleh orang Romawi).

Harta yang akhirnya hanya akan terbukti merupakan harta penuh murka, pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ketika itulah hukuman atas kejahatan mereka akan memakan daging mereka seperti dengan api. Dalam penghancuran Yerusalem, ribuan orang binasa oleh api. Pada hari penghakiman nanti, orang fasik akan dihukum di dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Kiranya Tuhan menjauhkan kita dari hal yang menjadi bagian orang kaya yang fasik! Untuk itu, marilah kita berjaga-jaga agar tidak jatuh ke dalam dosa-dosa mereka, yang berikut ini akan kita renungkan.

2. Rasul Yakobus menunjukkan dosa-dosa apa saja yang dapat mengakibatkan kesengsaraan seperti itu. Berada di dalam keadaan menyedihkan seperti itu, tidak diragukan lagi tentu diakibatkan oleh kejahatan yang sangat keji.

(1) Ketamakan merupakan hal yang membebani orang-orang ini. 

Mereka menyimpan pakaian sedemikian rupa hingga memunculkan ngengat yang memakannya. Mereka menimbun emas dan perak hingga berkarat. Sungguh sangat memalukan bagaimana hal-hal ini menyimpan di dalam diri mereka sendiri akar kebinasaan dan kehancuran. Yakni, pakaian menimbulkan ngengat yang memakannya, emas dan perak menimbulkan karat yang menggerogotinya. Namun, aib itulah yang sangat hebat menimpa orang-orang yang menimbun dan mengumpulkan hal-hal ini sampai menjadi rusak seperti itu, berkarat, dan dimakan ngengat. 

Allah memberi kita harta duniawi supaya kita dapat menghormati-Nya dan berbuat baik dengannya. Sebaliknya, apabila bukan melakukan demikian kita malah berbuat dosa dengan menimbunnya, mencintainya dengan berlebihan dan tidak semestinya, atau sampai tidak percaya akan pemeliharaan Allah di masa depan, maka ini merupakan kejahatan yang sangat keji, yang akan menjadi kesaksian terhadap kita karena karat dan kerusakan harta yang ditimbun seperti itu.

(2) Dosa lain yang dituduhkan ke atas mereka yang disebutkan Yakobus adalah penindasan: 

Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan seterusnya ( Yakobus 5:4). Orang-orang yang memiliki kekayaan, juga memiliki kekuasaan, dan karena itu mereka tergoda untuk menyalahgunakan kekuasaan itu guna menindas orang-orang yang bekerja bagi mereka. Di sini kita mendapati bahwa orang-orang kaya mempekerjakan orang miskin. 

Orang kaya membutuhkan tenaga orang miskin, sama seperti orang miskin membutuhkan upah dari orang kaya, dan masing-masing tidak dapat terlepas dari kebutuhan itu. Namun demikian, tanpa peduli dengan hal ini, orang-orang kaya menahan upah para pekerja. Karena memiliki kekuasaan, mereka boleh jadi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari orang miskin. Bahkan sesudah itu pun mereka tidak menggenapi kesepakatan seperti seharusnya.

Ini merupakan dosa yang berteriak, kejahatan yang berteriak begitu keras hingga sampai ke telinga Allah. Dalam hal ini, Allah harus diingat sebagai Tuhan semesta alam atau Kyriou sabaōth, ungkapan yang sering digunakan di Perjanjian Lama, ketika umat Allah tidak berdaya dan membutuhkan perlindungan, ketika musuh mereka banyak dan sangat kuat. 

Tuhan semesta alam, yang memiliki seluruh makhluk ciptaan dari segala tingkatan yang siap melayani-Nya, dan yang menetapkan semuanya di tempat masing-masing, mendengar mereka yang tertindas saat mereka berseru karena kekejaman atau ketidakadilan para penindas. Ia akan memerintahkan beberapa dari isi semesta alam yang berada di bawah kekuasaan-Nya (para malaikat, setan, badai, sakit penyakit, atau sejenisnya) untuk membalas semua kesalahan yang dilakukan terhadap mereka yang diperlakukan dengan tidak adil dan tanpa belas kasihan. Berjaga-jagalah terhadap dosa penipuan serta penindasan ini, dan jauhilah hal-hal serupa.

(3) Dosa lain yang disebutkan di sini adalah hawa nafsu dan gairah yang meluap-luap. Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi (Yakobus 5:5). 

Allah tidak melarang kita menikmati kesenangan, tetapi hidup di dalamnya seolah-olah hanya untuk tujuan itu semata, merupakan dosa yang sangat mendatangkan murka Allah. Berbuat seperti ini di bumi, tempat kita hanyalah orang asing dan musafir belaka, tempat kita hidup untuk sementara saja, dan tempat kita harus mempersiapkan diri bagi kekekalan – akan memperparah dosa hawa nafsu. Kemewahan membuat orang suka berfoya-foya, seperti di dalam, Ketika mereka makan rumput, maka mereka kenyang; setelah mereka kenyang, maka hati mereka meninggi; itulah sebabnya mereka melupakan Aku.

Hidup berfoya-foya dan kemewahan biasanya merupakan dampak yang diakibatkan oleh kekayaan yang berlimpah. Memang sulit bagi orang apabila ia memiliki kekayaan berlimpah. Sulit bagi mereka yang memiliki banyak harta untuk tidak memperturutkan keinginan sendiri dalam kesenangan duniawi yang penuh hawa nafsu: Hidup berfoya-foya dan kemewahan biasanya merupakan dampak yang diakibatkan oleh kekayaan yang berlimpah. Memang sulit bagi orang apabila ia memiliki kekayaan berlimpah. Sulit bagi mereka yang memiliki banyak harta untuk tidak memperturutkan keinginan sendiri dalam kesenangan duniawi yang penuh hawa nafsu: “Kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. Kamu hidup seolah-olah setiap hari adalah hari untuk mempersembahkan korban, suatu hari raya. Karena itu hatimu digemukkan dan dikenyangkan sehingga menjadi bodoh, bebal, sombong, dan tidak peka terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain.”

Ada yang mungkin akan berkata, “Apa salahnya bergembira, asalkan orang tidak menghabiskan lebih dari apa yang mereka miliki?” Apa! Apakah tidak ada salahnya apabila orang mendewakan perut, dan menghabiskan harta demi kesenangan-kesenangan ini, bukannya berlimpah dalam perbuatan amal dan hidup saleh? Apakah tidak ada salahnya apabila orang membuat diri tidak pantas memperhatikan urusan jiwa mereka, dengan memuaskan hawa nafsu jasmani mereka? Sudah barang tentu hal yang mengakibatkan api turun ke atas Sodom, dan yang akan membawa kesengsaraan yang membuat orang kaya menangis dan meratap seperti yang disebutkan di sini, merupakan kejahatan yang sangat keji! Kesombongan, kemalasan, dan makanan berlimpah, sama artinya dengan hidup dalam kesenangan, hidup berfoya-foya, dan memuaskan hati seperti pada hari penyembelihan.

(4) Dosa lain yang di sini dituduhkan kepada orang kaya adalah penganiayaan: Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu (Yakobus 5:6). Hal ini melengkapi takaran kejahatan mereka. Mereka menindas dan bertindak sangat tidak adil, demi mendapatkan harta kekayaan. Setelah mendapatkannya, mereka bergelimang kemewahan dan hawa nafsu, sampai mereka kehilangan seluruh rasa dan kepekaan terhadap kebutuhan atau penderitaan orang lain. Setelah itu, mereka menganiaya dan membunuh tanpa rasa menyesal. Mereka bahkan berpura-pura bertindak sesuai hukum, dan menjatuhkan hukuman sebelum membunuh. Namun, penuntutan yang tidak adil, dengan memakai topeng hukum apa pun, akan diperhitungkan ketika Allah akan mengadakan penyelidikan atas darah yang telah tertumpah, termasuk pembantaian dan pembunuhan keji.

Amatilah di sini, bahwa orang-orang benar mungkin saja dijatuhi hukuman dan dibunuh. Namun amati juga bahwa ketika mereka menderita dan tetap bertahan meskipun dijatuhi hukuman secara tidak adil oleh para penindas, hal ini diperhatikan oleh Allah, sebagai kehormatan bagi para penderitanya dan untuk mempermalukan para penindas mereka. Hal ini biasanya menunjukkan bahwa penghakiman sudah dekat, dan kita jelas boleh menyimpulkan bahwa hari perhitungan akan datang, guna memberikan imbalan atas kesabaran kaum yang tertindas dan untuk menghancurkan sang penindas. Demikianlah kecaman yang ditujukan kepada orang-orang berdosa.

II. Berikut ini kita melihat lanjutan perkataan yang ditujukan kepada orang-orang kudus. 

Ada sebagian orang memandang rendah atau mencela cara mengajar seperti ini, yakni ketika para hamba Tuhan, menyampaikan perkataan kepada orang berdosa, sekaligus kepada orang kudus. Namun, dari cara yang digunakan Rasul Yakobus di sini, kita dapat menyimpulkan bahwa inilah cara terbaik untuk memilah firman kebenaran dengan tepat. Dari apa yang telah dikatakan perihal orang-orang kaya yang fasik dan suka menindas, juga ada pesan untuk memberikan penghiburan kepada umat Allah yang menderita. “Oleh sebab itu bersabarlah, karena Allah akan mendatangkan kesengsaraan kepada orang fasik, sehingga kamu bisa melihat apa kewajibanmu, dan bagaimana hatimu dapat dikuatkan.”

1. Kerjakan kewajibanmu: Bersabarlah (Yakobus 5: 7), teguhkan hatimu (Yakobus 5: 8), Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan (Yakobus 5: 9). Renungkan baik-baik makna ketiga ungkapan ini:

(1) “Bersabarlah, yakni tanggunglah penderitaanmu tanpa bersungut-sungut dan cederamu tanpa membalas dendam. 

Kalaupun Allah tidak segera datang membelamu melalui tanda apa pun, nantikanlah Dia. Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. Biarlah kesabaranmu terus bertambah dalam penderitaan yang lama.” Demikianlah makna istilah makrothymēsate yang digunakan di sini. 

Setelah melaksanakan tugas, kita membutuhkan kesabaran untuk bisa bertahan menantikan pahala kita. Kesabaran orang Kristen seperti ini bukanlah sekadar sikap bertahan karena terpaksa, seperti kesabaran moral yang diajarkan oleh beberapa filsuf, melainkan dengan rendah hati bersedia tunduk di dalam hikmat serta kehendak Allah, dengan mata tertuju pada imbalan mulia yang kelak akan diberikan: bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan. Karena merupakan pelajaran yang harus diterima orang Kristen, meskipun terasa sangat berat dan sulit bagi mereka, hal ini diulangi dalam ayat 8, Kamu juga harus bersabar.

(2) “Teguhkan hatimu, yakni biarlah imanmu tetap teguh, tanpa bimbang. 

Teruskan berbuat baik tanpa lelah, dan tetap teguh hati terhadap Allah dan sorga, meskipun ada banyak penderitaan atau pencobaan.” Kemakmuran orang fasik dan penderitaan orang benar sepanjang zaman merupakan ujian berat bagi iman umat Allah. Daud berkata, Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik (Mazmur 73:2-3). Beberapa orang Kristen yang disurati Yakobus ini mungkin saja juga tertatih-tatih seperti itu. Oleh sebab itu mereka diimbau untuk teguh hati. Iman dan kesabaran akan meneguhkan hati.

(3) Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan. 

Ungkapan mē stenazete berarti, jangan saling berkeluh kesah, atau, “Jangan membuat tidak nyaman satu sama lain dengan bersungut-sungut perihal apa yang menimpamu, atau dengan berkeluh kesah karena tidak percaya tentang apa yang selanjutnya akan terjadi pada dirimu. Jangan juga menggerutu penuh dendam terhadap penyebab penderitaanmu, atau karena iri terhadap mereka yang mungkin tidak mengalami malapetaka seperti dirimu. Jangan membuat dirimu dan orang lain merasa tidak nyaman dengan menggerutu serta saling membuat sedih.”

Dr. Manton berkata, berkata, “Menurut pendapat saya, di sini Rasul Yakobus sepertinya menyebut-nyebut perihal kerugian dan rasa permusuhan yang bisa saling ditimbulkan di antara orang-orang Kristen pada masa itu, yang di satukan di bawah sebutan bersunat dan tak bersunat, dan ternyata hal tersebut membuat sedih satu sama lain sehingga mereka saling bersungut-sungut. Jadi mereka tidak saja berkeluh kesah di bawah penindasan para penganiaya kaya, tetapi juga karena luka-luka hati yang ditimbulkan oleh banyak saudara, yang bersama mereka mengakui iman suci.” Orang-orang yang tengah menghadapi musuh bersama dan sama-sama ada dalam penderitaan, harus lebih berhati-hati lagi supaya tidak saling menyakiti hati dan saling menggerutu. Jika tidak, penghakiman akan jatuh ke atas mereka, selain ke atas orang lain. Semakin keras mereka menggerutu, semakin dekat juga penghakiman itu.

2. Perhatikanlah dorongan yang diberikan di sini agar orang Kristen bersabar, meneguhkan hati, dan tidak saling bersungut-sungut.

(1) “Lihatlah teladan petani: Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Ketika kamu menabur benih di tanah, kamu menunggu datangnya hujan musim gugur dan hujan musim semi selama berbulan-bulan, dan bersedia menanti sampai tiba masa panen untuk menuai hasil kerja kerasmu. Bukankah hal ini mengajarmu untuk menanggung badai dan bersabar menunggu sementara waktu, sementara kamu mencari kerajaan dan kebahagiaan kekal? Perhatikanlah orang yang menantikan hasil tuaian gandum, dan bukankah kamu juga menantikan mahkota kemuliaan? Jika kamu diminta menunggu sedikit lebih lama daripada sang petani, bukankah itu sebanding dengan apa yang sedang engkau nantikan, yang lebih besar dan tak terhingga nilainya? Walaupun begitu,

(2) “Pikirkanlah betapa singkat waktu penantian yang mungkin akan kamu jalani nanti: kedatangan Tuhan sudah dekat dekat! (Yakobus 5: 8). Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu (Yakobus 5: 9). Jangan bersikap tidak sabar, jangan saling bertengkar. Sang Hakim Agung, yang akan memperbaiki segala sesuatu, yang akan menghukum orang fasik dan memberi imbalan kepada orang benar, sudah dekat. Sadarilah bahwa Dia telah berdiri dekat dengan engkau seperti orang yang sedang mengetuk pintu.”

Kedatangan Tuhan untuk menghukum orang-orang Yahudi yang fasik ketika itu sudah sangat dekat, ketika Yakobus menulis surat ini. Setiap kali kesabarannya dan anugerah kepada umat-Nya sedang diuji dengan cara luar biasa, kepastian tentang kedatangan Kristus sebagai Hakim yang sudah dekat, seharusnya cukup untuk membuat hati mereka teguh. Sekarang ini Sang Hakim yang akan menghakimi dunia sudah jauh lebih dekat dibanding dahulu ketika surat ini ditulis. Lebih dekat melebihi seribu tujuh ratus tahun. Oleh sebab itu hal ini sudah seharusnya menimbulkan dampak lebih besar bagi kita.

(3) Bahaya bahwa kita bisa saja dihukum ketika Sang Hakim muncul, sudah seharusnya mendorong kita untuk memperhatikan kewajiban kita seperti yang disampaikan sebelum ini: Janganlah kamu bersungut-sungut, supaya kamu jangan dihukum. Keluh kesah dan ketidakpuasan membawa kita kepada penghakiman Allah yang adil. Juga, lebih dari yang kita sadari, kita mendatangkan banyak malapetaka ke atas diri sendiri dengan perbuatan menggerutu, tidak percaya, iri hati, dan saling menyalahkan. Jika kita menghindari semua kejahatan ini, dan bersabar di bawah semua pencobaan, maka Allah tidak akan menghukum kita. Marilah kita menguatkan hati dengan hal ini.

BACA JUGA: PERINGATAN TERHADAP FITNAH DAN KELANCANGAN (YAKOBUS 4:11-17)

(4) Kita didorong untuk bersabar dengan meniru teladan para nabi (Yakobus 5:10): Turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Amatilah di sini, para nabi yang sangat dihargai dan diperkenan Allah, telah mengalami penderitaan paling berat. Saat kita merenungkan bahwa orang-orang terbaiklah yang paling mengalami kesukaran di dunia ini, maka sudah sepatutnya kita berdamai dengan penderitaan. Amatilah selanjutnya, bahwa mereka yang menjadi teladan-teladan terbaik dalam hal menanggung penderitaan, juga merupakan teladan terbaik dan terbesar menyangkut kesabaran: kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan. Karena itu Yakobus memandang masuk akal bagi orang-orang percaya bahwa: kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun ( Yakobus 5:11). Kami memandang mereka yang menderita dengan benar dan sabar sebagai orang-orang yang paling bahagia (lihat Yakobus 1:1-12).

(5) Ayub juga disebutkan sebagai teladan untuk menguatkan hati orang-orang yang dirundung kemalangan. Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, dan seterusnya (ayat 11). Di dalam pengalaman Ayub, bisa dilihat contoh tentang berbagai kesengsaraan yang teramat menyedihkan. Namun, di bawah semua itu ia masih bisa memuji Allah. Mengenai keadaan batinnya secara umum, ia tetap bersabar dan rendah hati. Dan apa yang akhirnya terjadi pada dirinya? Dengan sesungguhnya Allah memenuhi dan menyebabkan hal-hal yang dengan jelas membuktikan bahwa Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.

Cara terbaik untuk menanggung penderitaan adalah mengetahui apa yang akhirnya tersedia. Belas kasihan Allah sedemikian besarnya hingga Ia tidak akan berlambat-lambat menyediakan segalanya, apabila tujuan-Nya sudah tercapai. Rahmat Allah sedemikian lembutnya hingga Ia akan mengganti kerugian dengan berlimpah atas semua penderitaan dan kesengsaraan umat-Nya. Kasih mesra-Nya ditujukan kepada mereka sementara mereka menderita, dan rahmat-Nya dinyatakan sesudah itu.

Marilah kita melayani Allah kita, dan menanggung semua pencobaan yang menimpa kita, seperti mereka yang percaya bahwa kesudahannya akan memahkotai semua pencobaan itu.
Next Post Previous Post