Filipi 4:10-13 (4 Perspektif Yang benar Tentang Materi)

Filipi 4:10-13 TB Filipi 4:10Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. Filipi 4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Filipi 4:12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Filipi 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Filipi 4:10-13 (4 Perspektif Yang benar Tentang Materi)
Pendahuluan

Banyak orang tidak menyadari bahwa dunia sedang mengondisikan mereka untuk menjadi semakin konsumerisme. Berbagai macam iklan produk dan gaya hidup tokoh terkenal tanda disadari telah membentuk sebuah konsep global tentang "hidup yang bahagia." Sayangnya, kebahagiaan ini sering kali dikaitkan dengan materi. Lirik lagu Koes Plus "hati senang walaupun tak punya uang" sudah tenggelam oleh jaman dan dianggap kebodohan terbesar. Uang dan kebahagiaan diyakini tidak terpisahkan dan berbanding sejajar. Banyak uang, banyak kebahagiaan.

1. Kekurangan vs. Kelimpahan: Perspektif Kristen

Dengan konsep populer seperti ini banyak orang berusaha menghindari kekurangan dan mengejar kelimpahan. Akibatnya, kemiskinan dan kelimpahan sama-sama menjadi monster yang sukar untuk ditaklukkan. Kekurangan menjadi momok yang menakutkan, sedangkan kelimpahan tidak pernah memuaskan.

Di antara dua ketegangan yang ada, banyak orang Kristen tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Tidak mengagetkan jika ada "iman" yang gugur karena kekurangan. Ada pula yang hancur karena kelimpahan. Banyak orang gagal untuk mengambil pelajaran bahwa yang terpenting bukan jumlah materi, melainkan perspektif teologi dan posisi hati. Kekurangan dan kelimpahan memberikan godaan yang sama: harta sebagai berhala.

2. Sukacita yang Bersumber dari Allah

Apa yang disampaikan oleh Paulus di bagian ini berhubungan dengan pemberian yang dia terima dari jemaat Filipi. Sebagaimana kita telah pelajari di khotbah-khotbah sebelumnya, jemaat Filipi turut mengambil bagian dalam pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus melalui dukungan finansial dan material mereka. Mereka bahkan mengutus Epafroditus untuk mengantarkan bantuan tersebut sekaligus menemani Paulus di dalam penjara.

Yang menarik adalah cara Paulus mengungkapkan ucapan terima kasihnya kepada jemaat Filipi. Ucapan ini sama sekali tidak klise. Paulus memanfaatkan ucapan terima kasih ini sebagai kesempatan untuk mengajarkan 4 (empat) perspektif teologis yang benar tentang materi.

1. Pertama, sukacita kita diletakkan pada Allah, bukan materi (Filipi 4:10a)

Kalimat pertama yang dia ucapkan adalah "aku sangat bersukacita di dalam Tuhan." Paulus sangat menyadari bahwa ada intervensi tangan Allah di balik kemauan dan kemampuan jemaat Filipi dalam menyokong pekerjaan Injil.

Tambahan kata "sangat" menyiratkan bahwa bagi Paulus setiap pemberian adalah hal yang istimewa. Ada Allah yang bekerja di baliknya. Paulus bisa saja tergoda untuk melihat pemberian itu sebagai hal yang biasa, karena jemaat Filipi memang sudah beberapa kali mengirimkannya. Dia juga bisa saja tergoda untuk menganggap hal itu sebagai haknya. Filipi 4:10a mengajarkan kepada kita bahwa kebaikan orang, sekecil apapun itu, merupakan sebuah kejutan besar dari Tuhan. Jangan sampai "terbiasa" membuat kita memandang kebaikan sebagai sesuatu yang biasa.

2. Kedua, yang kita pentingkan adalah perhatian, bukan pemberian (Filipi 4:10b)

Di bagian ini Paulus masih belum menyinggung tentang materi yang dia terima. Dia lebih menyoroti perhatian jemaat Filipi kepadanya.

Untuk menegaskan hal ini Paulus juga menyinggung tentang momen ketika jemaat Filipi tidak bisa mengirimkan bantuan kepadanya selama beberapa waktu. Dia menganggap kendala ini tidak mengurangi perhatian mereka. Pada jaman itu komunikasi dan transportasi sangat terbatas. Jemaat Filipi tidak selalu memperoleh kabar terkini tentang posisi dan situasi Paulus. Pengiriman barang juga tidak semudah yang dipikirkan sekarang. Semua ini tidak membuat Paulus sedih, kecewa, atau marah. Yang terpenting adalah perhatian. Pemberian hanyalah masalah kesempatan. Yang terpenting adalah orang, bukan barang.

3. Ketiga, kecukupan adalah hasil dari belajar (Filipi 4:11-12)

Frasa "kukatakan ini bukanlah karena kekurangan" menunjukkan kepekaan Paulus terhadap perasaan dan pikiran orang. Dia tidak ingin menyusahkan hati jemaat Filipi seolah-olah kegagalan mereka dalam mengirimkan bantuan yang lalu-lalu telah menyebabkan Paulus menderita karena kekurangan. Dia tidak mau mengeksploitasi kekurangan untuk memperoleh belas kasihan.

Kunci untuk merasa cukup dalam segala keadaan adalah belajar. Ide tentang belajar diungkapkan melalui dua kata: emathon (lit. "aku telah belajar") dan memyēmai (lit. "aku telah belajar rahasia"). Pengulangan ini menyiratkan penekanan bahwa mencukupkan diri dalam segala keadaan tidak terjadi secara natural, apalagi spontan. Lebih mudah mengeluhkan yang belum berada di tangan daripada mensyukuri apa yang ada di genggaman.

Menariknya, Paulus tidak hanya menyinggung tentang merasa cukup dalam kekurangan, tetapi juga dalam kelimpahan. Godaan untuk merasa tidak cukup ternyata bukan monopoli orang miskin. Kekawatiran dan ketamakan sama-sama menyiratkan berhala Mamon yang sedang diberi makan. Mamon tidak memedulikan tabungan seseorang.

4. Keempat, menanggung semua di dalam Kristus (Filipi 4:13)

Ayat ini termasuk salah satu teks yang paling sering di salah-pahami. Banyak orang Kristen menggunakan ayat ini sebagai jaminan bahwa mereka pasti akan mampu membalikkan keadaan. Persoalan akan hilang jika kita mengandalkan Tuhan. Penafsiran seperti ini kurang menjelaskan maksud Paulus.

Yang penting bukan kekuatan untuk mengubah atau membalikkan keadaan, tetapi bertahan dalam semua keadaan dengan pemahaman teologis yang benar. Kita memerlukan kekuatan Kristus dalam keadaan kekurangan maupun kelimpahan. Kekurangan dapat menyeret kita pada kekuatiran dan pencurian. Kelimpahan dapat menjebak kita pada kesombongan dan ketamakan. Obat untuk keduanya adalah sama, yaitu keberhargaan dan kecukupan Kristus bagi kita.

Frasa "di dalam Dia" lebih tepat daripada "melalui Dia." Yang lebih disorot oleh Paulus di sini memang lebih pada kedaulatan Kristus dan posisi kita di dalam Dia. Jadi, penekanan utama terletak pada posisi kita di dalam Kristus.

Baca Juga; Filipi 4:10-13 (Tindakan Memberi Dan Menerima)

Walaupun demikian, keadaan ini tentu saja tidak sekadar statis. Keadaan ini bukan hanya keyakinan teologis. Kristus secara personal memang memberikan kekuatan-Nya kepada kita. Partisip dalam bentuk present menyiratkan kesinambungan karya Kristus ini: Dia terus-menerus bekerja di dalam kita. Kita tidak hanya berada di dalam Dia, tetapi juga menikmati kekuatan-Nya yang nyata.

Perspektif Kristosentris di Filipi 4:13 sangat diperlukan. Jika tidak ada tambahan di bagian ini, kita mungkin bisa terjebak pada mengandalkan kekuatan diri sendiri. Kita mungkin berpikir bahwa merasa cukup merupakan hasil disiplin diri dengan kekuatan sendiri. Tanpa persandaran di dalam dan melalui Kristus kita bisa terjebak pada ajaran yang sangat menekankan disiplin pikiran untuk mengontrol perasaan dan keadaan. Penganut filsafat tersebut juga tidak mau dikuasai oleh keadaan, tetapi semua usaha ini dilakukan dengan kekuatan sendiri. Tidak demikian dengan kita. Kekuatan kita berasal dari Kristus. Keamanan kita karena berada di dalam Kristus Yesus.
Next Post Previous Post