IMPLIKASI TEOLOGIS MANUSIA BARU DALAM KRISTUS

Kitab Efesus 4:17-32, Paulus menjelaskan tentang kontras antara kehidupan orang percaya sewaktu mereka belum mengenal Allah atau hidup seperti orang-orang kafir dengan kehidupan mereka (jemaat Efesus) sebagai Kristen. Frasa “tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus” (Efesus 4:20) mengandung pengertian bahwa orang percaya yang mengenal Kristus berarti telah menanggalkan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap.
IMPLIKASI TEOLOGIS MANUSIA BARU DALAM KRISTUS
Beberapa implikasi teologis tentang penanggalan manusia Lama dan pengenaan manusia baru berdasarkan surat Efesus 4:17-32 adalah sebagai berikut:

Pengudusan Orang Percaya

Frasa “kamu telah belajar mengenal Kristus” berarti orang yang belum percaya yang telah menjadi percaya dan kini telah belajar mengenal Kristus, yaitu Yesus. Formulasi ini berarti bahwa ketika para pembaca menerima Kristus sebagai Tuhan, para pembaca bukan hanya menyambut-Nya ke dalam hidup orang-orang percaya, tetapi juga menerima pengajaran tentang Dia.

Isi pengajaran yang diberikan Paulus kepada orang percaya adalah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Orang percaya tidak boleh lagi terus hidup seperti orang-orang yang belum percaya (Efesus 4:17-19), karena seperti yang telah diajarkan, orang percaya telah mengenakan manusia baru yang diciptakan serupa dengan Allah dalam kebenaran dan kekudusan. Paulus dalam surat Efesus menyatakan perhatiannya.

Perhatikan bahwa baik surat Kolose 3:9-10 maupun surat Efesus 4:22-24 meneguhkan pola yang telah dikembangkan sebelumnya, yaitu pola pengudusan adalah keserupaan dengan Allah. terhadap kekudusan kehidupan pembacanya. 

Dia mengatakan kepada orang-orang percaya bahwa tujuan dari pemilihan adalah bahwa orang-orang percaya itu kudus dan tak bercacat (Efesus 1:4), orang percaya tumbuh menjadi bait Allah yang kudus di dalam Tuhan (Efesus 2:21), bahwa mereka telah mengenakan manusia baru, yang ditandai dengan kekudusan (Efesus 4:24), dan bahwa tujuan korban kematian Kristus adalah pengudusan mempelai-Nya, Gereja di mana Ia telah dengan memandikannya dengan air dan firman untuk menempatkan jemaat di hadapan-Nya itu kudus dan tak bercacat (Efesus 5:25-27).

Ajaran Perjanjian Baru konsisten mengenai aspek definitif dari pengudusan yaitu orang-orang percaya bukan lagi merupakan manusia-manusia lama seperti keadaan yang dahulu. Orang-orang percaya bukan sekaligus manusia lama dan manusia baru, tetapi benar-benar manusia baru di dalam Kristus.

Pengudusan definitif adalah peristiwa pengudusan yang terjadi sekali dalam kehidupan orang percaya, namun melanjutkan dampak yang dihasilkan dari pemutusan dari manusia lama untuk menghidupi manusia baru di dalam Kristus.

Pembaruan Pikiran

Penanggalan manusia lama dan pengenaan manusia baru adalah hal yang harus terjadi bagi orang-orang percaya ketika menerima Yesus Kristus. Sebagai tubuh Kristus, gereja dalam proses menjalani kehidupan baru di dalam Yesus maka pembaruan pikiran atau sikap orang percaya terus menerus dibarui (Efesus 4:23). Paulus menempatkannya di antara kedua ayat (Efesus 4:22 dan 24), karena untuk mewujudkan kebenaran ini dibutuhkan suatu proses yaitu pembaruan sikap atau pikiran yang sejalan dengan pikiran Kristus.

Gambaran yang kontras antara manusia lama dan manusia baru yang orang percaya kenakan ada Efesus 4: 23 yaitu supaya kamu dibarui. Orang-orang percaya diajarkan bukan hanya untuk menanggalkan manusia lama dengan cara-cara yang menyesatkan dan mengenakan manusia baru; orang-orang percaya juga diajarkan bahwa orang-orang percaya dipanggil untuk pembaruan batin. Untuk menggambarkan menanggalkan manusia lama (Efesus 4:22) dan mengenakan manusia baru (Efesus 4:24). Paulus menggunakan dua infinitif aorist.

Paulus menggambarkan masing-masing tindakan sebagai suatu keutuhan yang komplit atau tidak dapat dibedakan. Pembaruan batin dalam hal sikap orang percaya (Efesus 4:23) digambarkan oleh Paulus sebagai suatu proses. Kata kerja pasif yang digunakan berarti diperbarui dan ini memberi kesan bahwa Allah adalah Pribadi yang mengadakan pekerjaan pembaruan yang terus-menerus pada umat-Nya. Pada saat yang sama, nasihat implisit menekankan gagasan suatu tantangan terus-menerus untuk orang percaya. Ketika orang-orang percaya diajar dalam Kristus maka didorong untuk diperbarui. Orang percaya harus menyerahkan diri kepada Allah dan membiarkan diri diperbarui dalam manusia batinnya.

Persatuan di dalam Kristus


Frasa “di dalam Kristus” terdapat dalam Efesus 4:21, yang ditujukan kepada pribadi Yesus yaitu “di dalam Dia.” Pada bagian lain surat Efesus terdapat frasa tersebut yaitu Paulus mengatakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan (Efesus 1:11; bdg. 2:15; 3:5, 12).

Pandangan Paulus tentang kesatuan dengan Kristus terlihat jelas dalam pasal 4 surat Efesus. Persatuan dengan Kristus sering kali digambarkan sebagai keberadaan kita “di dalam Kristus,” Paulus menyebut pembaca-pembacanya “orang-orang kudus,” orang-orang yang dipisahkan oleh dan bagi Allah. Penyebutan “di dalam Kristus” bervariasi (bdg. Efesus 1:1; 1 Korintus 1:2; Filipi 1:1; Kolose 1:2; 1 Tesalonika 1:1; 2 Tesalonika. 1:1). Sejajar dengan ini adalah penekanan yang lain yaitu Kristus ada “di dalam” orang percaya (bdg. Roma 8:10; Galatia 2:20; Kolose 1:27).

Ekspresi-ekspresi ini menunjukkan kedekatan ikatan antara Allah kita dan umat-Nya. Frasa “di dalam Dia” (Efesus 4:21) menjelaskan bahwa orang percaya hanya dapat hidup kudus di dalam Dia. Dia adalah Kepala dan orang percaya adalah tubuh Kristus yang harus bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus (Efesus 4:15).

Persatuan dengan Kristus tidak dapat terjadi apabila orang percaya hanya berfokus kepada sifat lama, namun yang terpenting adalah sifat baru yang telah diberikan oleh Allah dan hanya terjadi di dalam Dia yang mengerjakan kekudusan di dalam orang percaya.

Persatuan dengan Kristus merupakan dasar dari semua pengalaman rohani yang diberikan kepada kita “di dalam Kristus,” dan hanya mereka yang ada “di dalam Kristus” yang bisa mengalaminya. Paulus menekankan hal ini khususnya di Efesus 1:3-14. Kita telah diberkati di dalam Kristus, kata Paulus, sebagaimana kita telah dipilih (ayat 4), dianugerahi (ayat 6), ditebus (ayat 7), diperdamaikan (ayat 10), ditetapkan (ayat 11) dan dimeteraikan (ayat 13) di dalam Kristus.

Kehidupan orang percaya dari awal sampai akhir merupakan kehidupan yang berpusat pada Kristus dan kita terus-menerus memandang kepada-Nya untuk semua pemenuhan rohani yang kita butuh kan. Penjelasan menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru berarti meninggalkan masa lalu (dosa) dan memandang kepada Kristus dan hidup kudus di dalam Kristus. Di dalam Kristus, orang percaya mendapatkan berkat rohani yang Allah sediakan baginya.

Ungkapan “di dalam Kristus” adalah salah satu rumusan Paulus yang paling khas. Deismann mengemukakan pengertian teologis ungkapan ini dengan menekankan pada dimensi mistisnya yaitu persekutuan mistis yaitu persekutuan dengan Dia. Orang yang tidak mengenal Allah dan hidup tidak kudus adalah orang yang jauh dari hidup persekutuan dengan Allah (Efesus 4:18), tidaklah demikian orang percaya yang hidup kudus berarti hidup di dalam Kristus dan memiliki hubungan dengan Kristus Yesus.

Paulus menekankan kekudusan pada setiap kehidupan pembacanya. Paulus mengatakan kepada mereka bahwa tujuan pemilihan adalah supaya mereka kudus dan tak bercacat di dalam Dia (Efesus 1:4), dan di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan (Efesus 2:21), dan mereka telah mengenakan manusia baru yang ditandai dengan kekudusan (Efesus 4:24). 

Tujuan pengorbanan kematian Kristus adalah pengudusan mempelai-Nya, gereja-Nya sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela (Efesus 5:25-27).

Injil Yohanes mencatat secara eksplisit, Yesus sendiri dalam Yohanes 17 menunjukkan persatuan yang Ia bangun di antara diri-Nya dan murid-murid-Nya diungkapkan dengan indah. Dia berbicara mengenai persatuan murid-murid satu sama lain sedekat persatuan-Nya sendiri dengan Bapa-Nya, karena didasarkan pada persatuan mereka dengan-Nya (Yohanes 17:23, 26).

Dalam terang ilustrasi mengenai Pokok Anggur dan ranting-rantingnya (Yohanes 15:1-11) secara jelas bahwa sebuah tunas dicangkokkan ke dalam sebuah pokok anggur dan menerima makanannya dari pokok anggur tersebut, maka murid-murid ada “di dalam Kristus” dan mengambil dari Kristus semua berkat rohani. Manusia baru tidak dapat terwujud tanpa hidup di dalam Dia, yaitu bergantung sepenuhnya kepada Dia yang melakukan karya pengudusan.

Sebagaimana “di dalam Adam” seluruh manusia telah mati, demikian pula “di dalam Kristus” semua akan dihidupkan (1 Korintus 15:22). Di dalam Adam muncul dosa, ketidaktaatan, penghukuman, dan maut; sebaliknya di dalam Kristus kebenaran, ketaatan, pembenaran, dan kehidupan (Roma 5:12). Ungkapan “di dalam Kristus” adalah ungkapan yang menggambarkan situasi sejarah keselamatan bagi mereka yang menjadi milik Kristus berdasarkan keberadaan mereka dengan kematian dan kebangkitan Kristus.

Pernyataan ini menjelaskan bahwa manusia lama adalah manusia Adam dan manusia baru adalah manusia Kristus yaitu milik Kristus. Manusia “di dalam Kristus.” Dengan demikian ungkapan “manusia lama” dan “manusia baru” di sini sangat etis dalam fokus mereka. “Manusia lama” mengacu pada kehidupan mereka sebelumnya sebagai orang kafir dan berdosa yang begitu merasuki kehidupan mereka dalam berbagai keberadaannya.

Mereka diajarkan untuk menanggalkannya dan mengenakan manusia baru. Sosok “mengenakan” dan “menanggalkan” adalah salah satu pertukaran pakaian dan mengacu pada perubahan karakter, perubahan kepada terang dalam identitas, setelah berpindah dari keberadaan yang lama (tanpa Tuhan) menuju lingkup keberadaan yang baru (dengan Allah). Di dalam Kristus kita memiliki Kristus dan di mampu kan hidup Kudus oleh Roh-Nya. Hidup tanpa Tuhan adalah hidup yang berbahaya dan tidak aman karena hidup jauh dari persekutuan dengan Tuhan.

Manusia baru ini merupakan salah satu tema penting dalam teologi Paulus. Roma 6:6 mengatakan bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sementara Galatia 3:27 mengatakan bahwa identitas anak-anak Allah adalah mengenakan Kristus. Konsep ini semakin jelas ketika kita mencoba menyimak paralelisme bagian Efesus 4:22-24 dengan tulisan Paulus yang lain, dalam Kolose 3:9-10.

Kata kerja yang digunakan oleh kedua bagian ini, yakni menggunakan tense aorist, yang berarti bahwa hal tersebut telah terjadi satu kali di masa lampau, dan efeknya berlangsung hingga kini. Artinya, ketika seseorang mengenal Kristus, maka ia telah menanggalkan manusia lama, dan pada saat itu telah mengenakan manusia baru, yaitu Kristus.

Pengudusan yang dilakukan oleh Allah adalah tindakan Allah yang definitif yang terjadi sekali untuk selamanya, bukanlah suatu proses (progresif). Pengudusan definitif hanya dapat terjadi di dalam Dia, Kristus. Paulus menyatakan bahwa, “Allah…telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita…dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga” (Efesus 2:4-6).

Harrison menyimpulkan bahwa transformasi terjadi pada orang percaya: Ketika yang lama ditanggalkan? Dalam Galatia 3:27, hal itu terjadi pada saat pembaptisan, dibaptis dengan mengenakan Kristus, sebagaimana kedudukan rasul. Hal ini pada gilirannya harus dikaitkan dengan Roma 6:6, di mana Paulus menjelaskan bahwa “manusia lama” kita telah turut disalibkan bersama Kristus.

Baptisan menyatakan kematian dengan Kristus untuk dosa dan kebangkitan-Nya dengan berjalan dalam hidup yang baru. Oleh karena itu, bagian ini kita mempertimbangkan bahwa pengingat yang diberikan yaitu mengenakan manusia baru (Kolose 3:10), sepantasnya dilambangkan dengan “baru,” pakaian bersih yang diberikan pada waktu pembaptisan di tempat pakaian lama mereka.

Pengudusan definitif bukan hanya merupakan suatu pemutusan hubungan yang penting terhadap kuasa dosa yang memperbudak tetapi juga merupakan suatu kesatuan yang penting yang tidak dapat diubah dengan Kristus di dalam kebangkitan-Nya, suatu kesatuan yang menjadi sarana yang memampukan orang percaya hidup di dalam kehidupan yang baru (Roma 6:4) dan kesatuan yang menyebabkan orang percaya menjadi ciptaan baru ( 2 Korintus 5:17). Oleh karena itu, sebagai hasil dari pengudusan definitif atas diri kita, maka kita sekarang berada di dalam Kristus harus menganggap diri kita “telah mati bagi dosa, tetapi … hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Roma 6:11).

Kematian kita bagi dosa dicapai melalui persatuan dengan Kristus (Roma 6:3-5). Sebagaimana kematian Kristus membawa-Nya ke dalam hidup kebangkitan yang baru bagi Allah, hal yang berlaku sama bagi orang Kristen yang telah dipersatukan dengan Allah.

Persatuan kita dengan Kristus juga mencakup kematian “manusia lama” (Roma 6:6-7). Jika kita telah dibebaskan dari dosa, kita tidak terus-menerus hidup seakan-akan kita masih di bawah kuasa dosa. Ketika kita datang kepada Kristus, dan dipersatukan dengan-Nya, “manusia lama” itu disalibkan dengan Kristus dan mati.

Hidup kudus di dalam Kristus adalah tindakan pengudusan Allah yang terjadi sekali untuk selamanya di mana orang percaya bertanggung jawab untuk hidup kudus terus-menerus dengan mengenakan Kristus di dalam kehidupannya sehari-hari.

Ciptaan Baru Menurut Gambar Allah

Manusia lama berada di bawah kuasa dunia yang jahat, maka manusia baru adalah bagian dari ciptaan baru dan hidup di dunia yang akan datang. Ini adalah karya Allah, bukan karya kita, namun fakta bahwa identitas baru ini dikenakan menunjukkan bahwa ciptaan baru-Nya dengan senang hati digunakan oleh orang percaya. Aktivitas ilahi dan respons manusia diimbangkan dengan cermat (bdg. Filipi 2:12-13), sedangkan frasa, “di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya,” menunjukkan bahwa ada suatu implikasi etis signifikan pada pengenaan manusia baru ini.

Ada tiga ciri khas penting dari manusia baru ini melalui frasa “diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sebenarnya” yaitu:

1. Pertama, suatu ciptaan baru yang disebabkan oleh Allah sendiri yang merujuk kepada aktivitas kreatif ilahi (bdg. Efesus 2:10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus”).

2. Kedua, Allah bukan hanya pencipta dari karya ini; Ia juga pola atau teladan dari ciptaan baru tersebut. Ciptaan baru dibuat “menurut kehendak Dia” (secara literal, “serupa dengan Allah”), artinya diciptakan “seperti Dia.”

3. Ketiga, manusia baru diciptakan “serupa dengan allah”; karena itu menjadi seperti Dia. Pada prinsipnya orang percaya sudah menjadi bagian dari ciptaan baru Allah (Efesus 2:10, 15; bdg. 2 Korintus 5:17; Galatia 6:15). Oleh karena itu sikap orang-orang percaya perlu konsisten dengan posisi dan status baru dalam Kristus.

Ungkapan “diciptakan menurut kehendak Allah” memiliki kesejajaran dengan Kolose 3:10, “telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.” Manusia baru diperbarui menurut gambar Dia yang menciptakan , yaitu menurut gambar Allah. Manusia baru diciptakan “menurut” (dalam keserupaan) dengan Allah (Efesus 4:24).

Paulus juga menyebut orang percaya sebagai gambar Kristus: seperti kita telah mengenakan rupa duniawi, kita akan mengenakan rupa sorgawi (1 Korintus 15:49; bdg. Roma 8:29: menjadi serupa dengan gambar Anak Allah; 2 Kor 3:18: diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar). Orang percaya di dalam Kristus dibarui menjadi serupa dengan Kristus.

Manusia baru merujuk hidup baru di dalam Kristus. Paulus secara langsung mengatakan, “barang siapa dibaptis di dalam Kristus, maka dia mengenakan Kristus.” Adam pertama telah gagal karena jatuh dalam dosa, tetapi Adam terakhir menang. Manusia lama secara lahiriah diciptakan menurut gambar Allah tetapi jatuh dalam dosa (Kejuaran 1:26-27), sedangkan manusia baru secara batiniah diciptakan menurut Allah sendiri dan menyandang pribadi dan sifat Allah melalui Kristus Yesus (Kolose 3:10).

Di dalam Kristus manusia lama telah ditanggalkan dan mengenakan manusia baru. Kuasa dosa tidak lagi berkuasa atas orang percaya dan orang percaya tidak lagi terus-menerus melakukan dosa sebagai manusia Adam pertama, tetapi hidup di dalam kebenaran dan kekudusan yang dilakukan oleh Allah dalam hidup kita. Paulus berkata, “Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah (Roma 6:8-10).

Paulus mengatakan kepada orang-orang percaya di Efesus bahwa mereka telah mendengar tentang Kristus, mereka telah diajar satu kali untuk selamanya untuk menanggalkan manusia lama, untuk terus-menerus dibarui di dalam pikiran, dan satu kali untuk selamanya mengenakan manusia baru. Dengan kata-kata yang menyerupai Kolose 3:9-10, Paulus mengatakan bahwa orang Kristen adalah pribadi yang dengan cara yang tak mungkin diubah lagi, telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, dan yang harus terus-menerus dan progresif, dibarui dalam roh dan pikirannya.

Perubahan arah yang satu kali untuk selamanya ini harus dicapai melalui pembaruan setiap hari dan progresif. Orang Kristen adalah pribadi yang baru, tetapi ia masih harus banyak bertumbuh di dalam Kristus. Paulus memakai istilah anakainoumenon dan ananeousthai yang menggunakan tense present passive, yang sama-sama dapat diartikan dengan makna terus-menerus diperbarui. 

Hal ini menunjukkan bahwa pembaruan, atau pengudusan orang percaya itu merupakan karya Roh Kudus yang memampukan orang percaya agar terus-menerus diperbarui. Dengan kata lain, perubahan status manusia lama menjadi manusia baru itu terjadi satu kali saja, namun pembaruan hidup orang percaya itu terjadi terus-menerus.

Manusia baru dideskripsikan sebagai diciptakan “menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Terdapat kontras yang jelas di sini antara kebenaran dan kekudusan yang menjadi ciri manusia baru dengan nafsu yang menyesatkan sebagai ciri manusia lama (ayat 22). Nafsu-nafsu berdosa menyesatkan kita, tidak pernah memberikan hal-hal baik yang tampaknya mereka janjikan, tetapi kebenaran dan kekudusan yang kita kejar sebagai manusia baru tidak akan pernah menyesatkan kita.

Orang percaya menjadi serupa dengan Kristus merupakan aspek positif dari pengudusan. Paulus menulis, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Roma 8:29; bdg. Filipi 3:10; 2 Korintus 3:18; 1 Yohanes 3:2). Pengudusan merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup dan baru terwujud secara penuh ketika kita melihat Tuhan.

Berdasarkan Efesus 4:24 dan Kolose 3:24, maka gambar Allah dalam pengertian yang lebih sempit berarti berfungsinya manusia secara benar di dalam keharmonisan dengan kehendak Allah bagi dirinya. Berkhof menyimpulkan bahwa gambar dan rupa Allah ini mencakup dalam integritas intelektual dan moral dari natur manusia yang terungkap dalam pengetahuan yang benar, kebenaran, dan kekudusan. Gambar Allah yang ada pada manusia baru adalah natur baru yang bersumber dari pribadi Kristus dan karya Allah dalam diri setiap orang percaya yang diciptakan menurut kehendak-Nya.

Karya Roh Kudus

Surat Efesus 4:23 menunjukkan tempat terjadinya pembaruan adalah “roh dan pikiranmu,” suatu ungkapan tidak biasa yang tidak memiliki analogi dalam seluruh literature Yunani kuno. Di dalam Efesus istilah ini sama sekali tidak merujuk kepada roh manusia, sedangkan di seluruh surat ada suatu penekanan pada karya Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya (Efesus 1:17; 3:16; 4:3; 5:18; 6:18).

Konteks yang lebih dekat dengan ayat 24 mendukung rujukan kepada Roh ilahi. Dikatakan bahwa ketika Paulus mendorong para pembacanya untuk memiliki pikiran yang dibarui oleh Roh dan “mengenakan manusia baru,” itu merupakan dua cara pengungkapan realitas yang sama, sedangkan peran “pembaruan budi” dalam etika Kristen (Roma 12:2) memiliki penekanan yang sama.

Karya Roh Kudus tidak hanya berlangsung ketika kita diselamatkan oleh anugerah-Nya, namun terus berlangsung di dalam hidup orang percaya. Karya Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya adalah pengudusan yang berlangsung sepanjang hidup. Roh kudus memeteraikan orang percaya, dan Roh Kudus memampukan orang percaya untuk hidup kudus melalui ketaatan dengan pimpinan Roh Kudus, serta tidak mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30) yang adalah Pribadi yang juga adalah kebenaran dan kekudusan.

Hal yang sama dituliskan oleh Paulus kepada jemaat Efesus bahwa mereka telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus (Efesus 4:21). Orang percaya telah menerima pengajaran di dalam Dia berarti telah menerima pengudusan di dalam Dia melalui Roh Kudus. Roh Allah yang menguduskan orang yang percaya kepada-Nya.

Hidup baru itu dialami di dalam alam roh. Ketika Paulus mengatakan bahwa di luar Kristus, manusia telah mati (Efesus 2:1), maka yang dimaksudkannya adalah mati secara rohani. Kematian roh manusia berarti tidak hidup dalam persekutuan dengan Allah disebut sebagai manusia lama (Efesus 4:18). Fakta bahwa mereka telah dihidupkan berarti bahwa mereka telah dibawa masuk ke dalam persekutuan dengan Allah yang hidup. Ide yang sama dinyatakan di dalam ungkapan berjalan dalam kebaruan hidup (Rm. 6:4), berjalan menurut Roh (Roma 8:4; Galatia 5:16). Berjalan menurut Roh berarti hidup setiap saat dan mengambil setiap keputusan di bawah tuntutan Roh yang mendiami setiap orang percaya.

Paulus menasihatkan demikian, “Supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru” (Efesus 4:23-24). Roh Kudus yang menghidupkan roh yang telah mati dengan percaya kepada Tuhan melalui pengenaan manusia baru di dalam Kristus.

Roh Kudus mengerjakan pengudusan dalam kehidupan orang percaya. Yang dimaksudkan pengudusan ialah perubahan terus-menerus dari sifat moral dan rohani sehingga orang percaya benar-benar mencerminkan sesuai kedudukan yang dia miliki di hadapan Allah, pengudusan merupakan suatu proses yang menjadikan seorang kudus dan baik. Paulus membahas pekerjaan Roh Kudus. Bagi orang percaya tidak lagi hidup menurut daging, atau manusia lamanya, melainkan menurut Roh (Roma 8:4), karena kini mereka memikirkan hal-hal yang berasal dari Roh (ayat 5).

Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang hidupnya telah diubah oleh pengaruh Roh Kudus dan firman, sehingga dia menjadi orang yang suka akan kekudusan. Tidak ada seorang pun yang kudus di hadapan Tuhan. Tetapi pada waktu Roh Kudus memenuhi hati kita, maka kita mempunyai keinginan untuk menjalani hidup yang kudus.

Bila kita mau dikuduskan oleh Tuhan secara total dan mau menyerahkan diri kepada-Nya maka Dia akan memberikan kekudusan kepada kita sehingga kita dapat memuliakan Dia. Hidup oleh Roh berarti juga dikuduskan oleh Roh Kudus. Kita menerima Roh untuk kekudusan kita dan dengan demikian kita dilepaskan dari kuasa dosa. Mereka yang menerima Roh Kudus dengan anggapan demikian dapat berkata, “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Roma 8:2).

Kekudusan ini bukan pengudusan secara jasmani ataupun perbaikan hidup yang berpusat pada diri sendiri, melainkan pemberian hidup baru, yang bersih seluruhnya dan tak mungkin berdosa, yaitu hidup kudus dari Tuhan.

Paulus menasihatkan kepada jemaat pentingnya kesatuan dengan Kristus yaitu tidak jauh dari persekutuan dengan Kristus sebagai ciri manusia baru. Paulus mengajarkan pula bahwa orang-orang percaya ada “di dalam” Roh, sebagaimana dia pun telah berbicara mengenai keberadaan orang percaya di dalam Kristus. Orang percaya tidak “hidup di dalam daging, melainkan di dalam Roh” (Roma 8:9).

Orang percaya bersatu dengan Roh Kudus dan Paulus menuliskan kepada jemaat Efesus pentingnya kesatuan tubuh Kristus, gereja (Efesus 4:1-16); orang percaya secara pribadi dengan Pribadi Kristus (Efesus 4:17-32) dan keluarga Kristen sebagai mempelai Kristus (Efesus 5:25-27).

Kesatuan tubuh Kristus sesungguhnya termasuk pekerjaan Roh Kudus. Ia tidak sekedar memberikan hidup rohani kepada kita dan membiarkan kita. Ia membaptis kita ke dalam tubuh Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua dibaptis untuk membentuk satu tubuh, yaitu orang percaya menjadikan Roh Kudus itu unsur dalam mana kita dibaptis pada waktu kita bertobat (1 Korintus 12:13). Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela (Efesus 5:27) melalui karya Roh Kudus yang menguduskan.

Paulus mengungkapkan lebih awal di dalam suratnya kepada jemaat Efesus sebagai orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus (Efesus 1:1). Paulus telah mengajarkan bahwa Allah memilih dan menguduskan kita untuk tujuan kekekalan. “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:4).

Karya Roh Kudus yang lain adalah Roh Kudus memeteraikan orang percaya. Ada tiga bagian dalam Perjanjian Baru yang membicarakan tentang pemeteraian Roh Kudus.

1. Yang pertama, Efesus 1:13 menambahkan bahwa kita dimeteraikan dengan Roh Kudus ketika kita percaya, dan sekali lagi, bahwa Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya (ayat 14).

2. Kedua, Efesus 4:30 menyebutkan bahwa kita telah dimeteraikan oleh atau dengan Roh Kudus menjelang hari penyelamatan, dan

3. Ketiga, surat 2 Korintus 1:22, mengatakan bahwa Allah telah memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.

John Stott menuliskan, “Roh Kudus tidak hanya janji Allah, tetapi juga meterai Allah. Meterai yaitu tanda kepemilikan asli. Seperti binatang dan budak itu dimeterai/dicap oleh majikan untuk menunjukkan kepemilikannya. Tetapi meterai itu tampak luar saja, namun meterai Allah itu di dalam hati.” Tentang Roh Kudus sebagai tanda orang Kristen (2 Korintus 1:21-22; Efesus 4:30). Pembaptisan adalah tanda di luar (yang kelihatan), sedangkan Allah memeteraikan umat-Nya dengan Roh supaya mereka diketahui sebagai milik-Nya.

Surat Efesus 1:13 menggunakan kata kerja utama adalah “kamu dimeteraikan.” Bentuk partisipel aorist yang menyertai kata tersebut ialah “percaya.” Bentuk partisipel itu mungkin menyatakan suatu aksi yang mendahului aksi dalam kata kerja yang utama. Jika demikian percaya sebelum pemeteraian atau juga terjadi pada saat bersamaan. Penafsiran ini dapat diterima. Namun secara teologis, “percaya maupun pemeteraian” terjadi secara serentak. Apabila tidak, maka mungkin ada orang percaya yang tidak dimeteraikan.

Orang-orang percaya yang dimeteraikan oleh Roh Kudus supaya mereka jangan mendukakan Roh Kudus (Efesus. 4:30). Roh Kudus adalah oknum Pribadi yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak. Perbuatan orang percaya yang memberikan kesempatan kepada iblis (Efesus 4:27) berarti dia tidak bersatu dengan Roh Kudus. Orang percaya bersatu dengan Roh kudus karena “satu roh” (2:18;4:4), maka ketidaksatuan mendukakan Roh Kudus.

Paulus berkata bahwa kita dimeteraikan dengan Roh Kudus menjelang hari penyelamatan. Pemeteraian Roh Kudus terjadi pada awal kehidupan Kristen (1:13), sebab Roh Kudus sendiri adalah meterai: kehadiran-Nya memeteraikan kita menjadi kepunyaan Allah (1:13). Pemeteraian dan hari keselamatan merujuk kepada awal dan akhir proses penebusan. Dan dia antara “awal dan akhir” itu kita bertumbuh kian menyerupai Kristus, dan berjaga-jaga supaya tidak mendukakan Roh Kudus. Setiap orang percaya yang dipenuhi Roh, ingin menyenangkan Roh Kudus, bukan untuk mendukakan-Nya.

Konsep pemeteraian mencakup arti tentang kepemilikan, otoritas (wewenang), tanggung jawab, dan di atas semuanya ialah jaminan. Kita bisa yakin bahwa Dia memiliki kita, orang percaya memiliki suatu jaminan keselamatan yang telah dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai sesuatu yang sah, otentik dan menjadi milik-Nya. Roh Kudus memelihara kita sampai hari penyelamatan kita sepenuhnya.

Roh Kudus adalah Pribadi Allah sendiri. Oleh karena itu, Paulus berkata “Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah.” Roh Kudus dapat berdukacita apabila kita membenci seseorang. Sebab itu Paulus menasihatkan, “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu” (Efesus 4:31).

Orang percaya yang tidak mendukakan Roh Kudus memiliki hidup yang kudus. Mereka hidup menurut Roh Kudus dipimpin oleh-Nya ke dalam semua kekudusan hidup. Kata-kata mereka selalu penuh kasih, tidak ada perkataan kotor yang keluar dari mulut mereka, sebaliknya mereka hanya berbicara perkataan baik untuk membangun. Orang percaya selalu berusaha supaya para pendengarnya beroleh kasih karunia.

Roh Kudus yang menghidupkan manusia lama menjadi manusia baru di dalam Kristus. Roh Kudus memiliki kuasa yang telah menciptakan langit dan bumi. Dialah yang mula-mula mengembuskan napas hidup ke dalam manusia dan memelihara kita dan “akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu”? (Roma 8:11).

Roh Kudus terus-menerus memperbarui tubuh yang fana yang telah dilahir barukan oleh Dia sendiri di dalam Kristus. Roh Kudus memberi kita roh yang baru bagi orang percaya. Orang Kristen tidak pernah dibenarkan untuk berbuat dosa karena Roh yang berhuni dalam diri kita memberi kita kuasa untuk melawan dosa. Roh Kudus sedang menyempurnakan kita dalam kekudusan ketika kita melakukan kehendak-Nya.

Roh Kudus yang menghidupkan mulai memberitahukan tentang misteri Allah yang selama ini belum dinyatakan. Ini adalah sesuatu “yang pada zaman orang-orang dahulu tidak diberitahukan kepada anak-anak manusia, tetapi sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus” (Efesus 3:5). Roh Kudus menghidupkan roh manusia kita setelah kelahiran baru. Tidak hanya itu Dia juga bekerja memperbarui pikiran lama kita menjadi pikiran Kristus (Efesus 4:23).

Roh Kudus tidak hanya menghidupkan melalui kelahiran baru, Ia juga memperbarui. Paulus berkata, “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Titus 3:5). Pembaruan berarti diri orang percaya menjadi baru. Suatu sifat/natur hidup yang baru. Roh Kudus memberi jati diri yang benar-benar baru dan memampukan orang percaya untuk melakukan pimpinan-Nya dan pekerjaan rohani.

Paulus menasihatkan kepada jemaat Efesus yang telah menjadi orang percaya. Orang percaya menjadi satu anggota dalam tubuh Kristus (Efesus 4:16). Paulus menasihatkan perbuatan yang harus ditanggalkan dan keutamaan-keutamaan yang harus dilakukan bagi tubuh supaya berfungsi dengan baik. Berbohong harus diganti dengan berbicara kebenaran dengan sesama, pemarah tetapi tidak berbuat dosa, iblis jangan diberi kesempatan untuk bertindak, mencuri hendaknya diganti dengan bekerja secara jujur, sehingga apa yang didapat dari kerja itu dibagikan kepada yang membutuhkan.

Pembicaraan buruk hendaknya diganti pembicaraan yang bermanfaat untuk membangun dan membagikan rahmat kepada para pendengar. Semua nasihat Paulus bagi orang percaya dapat dilakukan oleh pertolongan Roh Kudus yang menghidupkan.
Next Post Previous Post