MUKJIZAT DALAM KEKRISTENAN

PENDAHULUAN

Teks dalam Keluaran 15:22-27, mengisahkan tentang mukjizat kedua yang Allah nyatakan kepada umat-Nya Israel setelah mereka meninggalkan Mesir, yaitu mukjizat air pahit di Mara menjadi manis ketika Musa atas petunjuk Tuhan melemparkan sepotong kayu ke air itu. Perlu dijelaskan bahwa mukjizat pertama adalah mukjizat terbelahnya Laut Teberau yang membuka jalan bagi orang Israel untuk menyeberangi laut tersebut. Ini terjadi ketika Musa atas perintah Tuhan memukul air laut itu.
MUKJIZAT DALAM KEKRISTENAN
Saat ini saya mengajak Anda untuk memahami arti kata ”mukjizat” ini, apa tujuan mukjizat dan apakah mukjizat masih berlaku sekarang ini. Pada saat membicarakan tentang Allah dan mukjizat, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

MUKJIZAT DALAM KEKRISTENAN

1. Pertama, keselarasan Tuhan dengan hukum-hukum alam yang dibuatnya. Tuhan tidak kontradiksi dengan hukum alamiah yang dibuatnya. Tuhan yang membuat hukum-hukum alam adalah Tuhan yang melampaui hukum-hukum alam itu.

2. Kedua, bahwa dunia dan hukum-hukum alam tidak berlangsung dengan sendirinya. Allah terus menerus menopang dan memelihara segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan (Ibrani 1:3).

3. Ketiga, Tuhan sebagai Pribadi pembuat mukjizat. Tuhan dapat menggunakan sebab-musabab alamiah pada waktu Ia bekerja dengan cara yang tidak biasa atau yang menakjubkan.

Tuhan tidak hanya kadang kala campur tangan di dalam dunia ini. Orang-orang yang tidak sampai pada pengertian di atas biasanya meremehkan mukjizat-mukjizat yang aktual, menolak campur tangan Allah yang bekerja dan pada akhirnya menjadi penganut deisme atau skeptisisme, entah secara teoritik atau praktis.

MEMAHAMI DAN MENDEFINISIKAN “MUKJIZAT”

Sebenarnya kata ”mukjizat” dapat dipahami dalam dua keadaan: 

1. Pertama, untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa yang biasa tetapi memberi kesan yang mendalam. Contoh : Misalnya kita menyebut kelahiran seorang bayi sebagai suatu mukjizat. Terbit dan terbenamnya matahari sebagai suatu mukjizat. Istilah mukjizat dalam kasus-kasus seperti ini menunjukkan hal-hal yang biasa, yang disebabkan oleh penyebab yang luar biasa, yakni kuasa Allah.

2. Kedua, mukjizat yang menunjuk pada tindakan Allah yang melampaui hukum alam. Ini merupakan intervensi supra alami ke dalam hukum-hukum alam. Mujizat di sini merupakan penggunaan istilah dalam bentuk teknis. Contoh : Musa membelah laut Teberau atau mengubah air yang pahit di Mara menjadi manis. Yesus mengubah air menjadi anggur, atau membangkitkan Lazarus dari kematian. Semua merupakan contoh bagaimana Allah bekerja melampaui hukum alam yang diciptakan-Nya. Semua peristiwa itu nyata, tetapi tidak ada penjelasan alamiah mengenai peristiwa-peristiwa itu. Semuanya mengkonfirmasikan kekuasaan Allah.

Lalu, apakah mukjizat itu? Untuk mendefinisikan mukjizat kita perlu memperhatikan kriteria berikut :

1. Pertama, awali dengan gagasan bahwa Kristus menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan (Ibrani 1:3); Bahwa segala sesuatu ada di dalam Dia (Kolose 1:17); Bahwa Tuhan di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya (Efesus 1:11).

2. Kedua, definisi mukjizat yang alkitabiah didasarkan pada pemahaman mengenai tindakan pemeliharaan yang terus menerus (kontinuitas) dilakukan oleh Tuhan yang mengendalikan, melindungi, memelihara dan mengatur segala sesuatu.

3. Ketiga, sebuah definisi tentang mukjizat perlunya mempertimbangkan terminologi Alkitabiah untuk kata mukjizat itu sendiri. Ini adalah studi kata yang melibatkan ”eksegese” dalam teologi.
Berdasarkan tiga kriteria di atas, maka definisi mukjizat adalah sebagai berikut: ”Mujizat adalah suatu aktivitas Allah yang kurang lazim (tidak umum) di mana Ia membangkitkan rasa terpesona dan ketakjuban manusia dan memberikan kesaksian tentang diri-Nya sendiri.”

Bila memperhatikan terminologi Alkitabiah untuk kata mukjizat sering kali menunjukkan kepada gagasan mengenai pekerjaan kuasa Allah yang membangkitkan kekaguman dan keterpesonaan manusia. Kata Ibrani ”ot” dan Yunani ”semeion” umumnya diterjemahkan dengan kata ”tanda”. Artinya sesuatu yang menunjuk kepada atau mengindikasikan sesuatu yang lain, terutama mengacu kepada mukjizat, yang menunjukkan adanya aktivitas dan kuasa Allah.

Kata Ibrani “mopet” dan Yunani ”teras” diterjemahkan dengan kata ”keajaiban” yaitu suatu peristiwa yang menyebabkan orang kagum atau heran. Kata ibrani ”gaburah” dan Yunani ”dunamis” diterjemahkan dengan mukjizat atau pekerjaan yang berkuasa, artinya suatu tindakan yang memperlihatkan kuasa besar, terutama kuasa ilahi (mengacu pada mukjizat).

Sering kali kata ”tanda-tanda dan mujizat-mujizat” digunakan sebagai suatu ungkapan umum yang mengacu kepada mukjizat (keluaran 7:3; Ulangan 6:22; Mazmur 135:9; Kisah Para Rasul 4:30; 5:12; Roma 15:19, dan seterusnya. Kadangkala ketiga istilah ini dikombinasikan ”kekuatan-kekuatan dan tanda-tanda dan mujizat-mujizat” (Kisah Para Rasul 2:22), atau ”tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa” (2 Korintus 12:12; Ibrani 2:4). Berikut ini beberapa contoh ayat Alkitab Perjanjian Baru untuk penggunaan kata di atas.

Kisah Para Rasul 4:22, “Sebab orang yang disembuhkan oleh mukjizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya” (kata Yunani untuk “disembuhkan oleh mukjizat” dalam ayat ini adalah to semeion touto tes iaseos” yang berarti “mukjizat kesembuhan”).

Kisah Para Rasul 5:12, “Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mukjizat di antara orang banyak” (kata Yunani untuk “banyak tanda dan mujizat” dalam ayat ini adalah “semeia kai terata”).
Kisah Para Rasul 8:13, “Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi” (Kata Yunani untuk kalimat “tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar” adalah “semeia kai dunameis”).

Ibrani 2:4, “Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat (semeiois te kai terasin) dan oleh berbagai-bagai pernyataan kekuasaan (dunamesin) dan karunia Roh Kudus (pneumatos hagiou merismois), yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya. Di sini mukjizat dihubungkan dengan karunia Roh Kudus.

MUKJIZAT DAN TUJUANNYA

Sepanjang sejarah umat manusia Allah telah mengungkapkan kuasa dan hadirat-Nya di dalam mujizat-mujizat yang terjadi. Berikut ini beberapa contoh yang disebutkan di Alkitab : Tulah-tulah yang terjadi di Mesir adalah mukjizat (Keluaran 4-12);Terbelahnya laut Teberau, air pahit di Mara yang diubah menjadi manis adalah mukjizat (Keluaran 14-15); Mana dari langit dan air dari batu karang adalah mujizat (Keluaran 16-17; 1 Korintus 10:1-6); Yesus mengubah air menjadi anggur, meneduhkan angin badai, membangkitkan Lazarus dari kematian, dan lainnya seperti yang tertulis dalam ke empat kitab Injil adalah mukjizat. (lihat kitab Matius, Markus, Lukas dan Yohanes); Mujizat-mujizat yang dilakukan oleh murid-murid Kristus, Rasul Paulus dan orang percaya seperti yang tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul; Dan lain-lain yang disebutkan di dalam Alkitab.

Alkitab adalah sebuah buku yang berisi mujizat-mujizat yang tercatat dari Kitab Kejadian sampai dengan Kitab Wahyu. Dan mukjizat terbesarnya adalah kebangkitan Kristus. Adapun tujuan dari mujizat-mujizat itu adalah : (1) Menyatakan kehendak, kedaulatan, kekuasaan dan kemuliaan Allah; (2) Menuntun manusia agar berpaling dari berhala kepada Allah; (3) Menguatkan keyakinan dan kepercayaan orang percaya kepada Allah; (4) Memberkati, menyatakan belas kasih, dan kepedulian Allah kepada manusia; (5) Menyatakan tindakan pemeliharaan yang terus menerus (kontinuitas) dilakukan oleh Tuhan yang mengendalikan, melindungi, memelihara dan mengatur segala sesuatu.

APAKAH MUKJIZAT MASIH TERJADI SAAT INI?

Pada saat ini ada banyak pandangan dan tanggapan yang berbeda tentang mujizat yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga pandangan utama, yaitu:

1. Pertama, pandangan skeptis, yang menyangkali mukjizat dapat terjadi. Mereka tidak mempercayai mukjizat dapat terjadi. Selain skeptiksesme, yang termasuk dalam pandangan ini antara lain, agnostisme, empirisme, naturalisme, rasionalisme, dan materialisme.

2. Kedua, pandangan sessasionis, yang percaya bahwa mukjizat sebenarnya terjadi di Alkitab, tetapi Allah telah berhenti melakukan mukjizat pada saat pewahyuan-Nya selesai dalam Firman Tuhan. Jadi menurut pandangan ini mukjizat hanya berlaku bagi orang-orang yang hidup pada zaman Alkitab ditulis.

3. Ketiga, pandangan kontinuasionis atau disebut juga pandangan non-sessasionis, yang menyatakan bahwa mukjizat terjadi pada zaman Alkitab, tetapi juga masih terjadi sampai sekarang. Ini adalah pandangan yang paling konsisten dengan Alkitab. Saya percaya bahwa mukjizat terjadi di zaman Alkitab dan tetap terjadi sampai saat ini.

Menurut beberapa pakar teologi, setelah konsili Karthago pada tahun 397 M bahwa kanon Alkitab telah dianggap selesai dan ditutup. Artinya tidak ada lagi penambahan buku pada 66 kitab dalam Alkitab.
Berhubungan dengan Alkitab, kita yakin bahwa pewahyuan sudah berhenti. Kita yakin, bahwa tidak ada lagi buku-buku yang ditulis setingkat dengan Alkitab aslinya dalam hal pewahyuan dan inspirasi Allah. 

Tetapi, pewahyuan Allah itu sendiri masih tetap dinyatakan sampai saat ini, atau dengan kata, Allah masih mewahyukan dirinya sampai hari ini. Berdasarkan pemahaman terhadap pewahyuan umum dan pewahyuan khusus di mana Tuhan menyatakan diri dan kehendak-Nya kepada manusia, kita dapat yakin bahwa pewahyuan Allah sendiri masih terjadi sampai saat ini. Pewahyuan itu di antaranya melalui alam semesta, melalui Alkitab, melalui Kristus, melalui gereja, dan melalui mujizat-mujizat. Itu berarti menegaskan kembali bahwa mukjizat masih terjadi sampai saat ini.

Kenyataan bahwa adanya mujizat-mujizat palsu (tiruan dari setan) bukan berarti kita menolak semua mukjizat yang terjadi atau menganggapnya semua mukjizat adalah palsu. Sebaiknya diuji dulu, setidaknya dengan dua tolok ukur yaitu: pertama, sesuai/tidak bertentang dengan Alkitab; kedua, dari buahnya yang membawa kemuliaan bagi Kristus.

ANALISIS TERHADAP AYAT MATIUS 7:22-23 DAN MARKUS 13:22

Dua bagian Alkitab yang sering digunakan oleh penganut sessasionisme dalam mendukung pandangan mereka yang menyatakan mukjizat telah berhenti adalah Matius 7:22-23 dan Markus 13:22. Karena itu kedua ayat tersebut perlu diteliti lebih lanjut. Matius 7:22-23, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Berdasarkan ayat ini mudah sekali bagi penganut sessasionisme menyimpulkan bahwa semua mukjizat, kesembuhan tanda-tanda ajaib sekarang ini bukan dari Tuhan. Benarkah demikian? Konteks Matius 7:22-23 ini tidak boleh dilepaskan dari ayat-ayat sebelumnya khususnya ayat 15 di mana Kristus sedang berbicara tentang kewaspadaan terhadap “nabi-nabi palsu” yang berusaha mengelabui orang-orang percaya dengan cara penyamaran atau pemalsuan.

Pemalsuan adalah upaya untuk menyerupai yang asli tetapi tidak memiliki mutu atau kualitas seperti aslinya”. Kata lain untuk “palsu” adalah “tiruan atau imitasi”.

Pertama, orang-orang yang “bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan banyak mukjizat” dalam ayat tersebut bukanlah orang percaya yang lahir baru (diselamatkan) hal itu nyata dalam pernyataan Kristus “Aku tidak pernah mengenal kamu!”. Mereka adalah “nabi-nabi palsu” yang “pembuat kejahatan” yang melawan “kehendak Tuhan”. Berbeda dengan orang percaya yang dikenal oleh Kristus “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku” (Yohanes 10:27).

Kedua, frase “banyak orang” dalam ayat 22 berarti “bukanlah semua orang”. Dengan demikian orang-orang yang melakukan mujizat, penyembuhan dan bernubuat yang berasal dari Tuhan, sesuai dengan kehendak Tuhan bukanlah termasuk kelompok orang yang ditolak tersebut. Iblis selalu berusaha meniru dan memalsukan karya-karya Tuhan untuk menarik perhatian orang-orang Kristen.
Tetapi, orang Kristen sejati tidak akan mudah tertipu karena mereka mengenal Kristus (Yohanes 10:27). 

Dengan mengenali yang asli orang Kristen akan terhindar dari penipuan. Keempat, nabi-nabi palsu ini dapat kenali oleh orang percaya dari “buahnya”. Kristus mengatakan “dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:17).

Yang dimaksud dengan buah disini bukanlah hasil pekerjaan berupa kemampuan untuk “bernubuat, mengusir setan dan penyembuhan”, melainkan kemurnian “ajaran, motivasi, dan karakter hidup” (2 Petrus 2:1-22) yang sesuai dengan kehendak Tuhan (Matius 7:21). Jadi, ayat ini tidak dimaksudkan untuk menyatakan semua “nubuat, mukjizat, kesembuhan” itu palsu, melainkan peringatan kepada orang Kristen untuk mewaspadai “kepalsuan”.

Selanjutnya sessanionisme juga menggunakan Markus 13:22, “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan”. Berdasarkan ayat ini penganut sessasionisme mengajarkan bahwa Kristus telah memperingatkan orang Kristen bahwa pada akhir zaman, para mesias dan nabi palsu akan mengadakan mujizat-mujizat, dan mujizat tersebut begitu menyesatkan sehingga “sekiranya mungkin menyesatkan orang-orang pilihan”. Karena itu, mengikuti orang-orang (atau gereja-gereja) yang mengadakan mujizat sekarang ini berbahaya dan harus dihindari supaya tidak tersesat karena mengikuti nabi palsu. Logika yang digunakan seperti ini: “Mesias-mesias palsu mengadakan mujizat; mujizat terjadi di gereja K (inisial); karena itu, gereja K sesat”.

Sebagai sanggahan, 

Pertama, kita perlu mengetahui bahwa Perjanjian Baru tidak mengajarkan penalaran cacat (logical fallacy) seperti itu. 

Kedua, konteks Markus 13:22 tidak dikatakan bahwa para Mesias palsu dan nabi palsu itu begitu lihainya sehingga orang Kristen sejati tidak bisa mengenalinya. 

Ketiga, dalam konteks ayat itu juga tidak dikatakan bahwa orang-orang pilihan akan tersesat, melainkan dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa para Mesias dan nabi palsu itu akan berusaha untuk menyesatkan orang pilihan, tetapi tidak dikatakan bahwa orang pilihan akan tersesat atau mengikuti mereka.

Frase Yunani “pros to apoplanan, ei dunaton, tous eklektous, dalam ayat tersebut secara harafiah berarti “dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan”. Sebaliknya, Yesus memberikan cara untuk menguji nabi-nabi palsu, yaitu “dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:16). Orang Kristen sejati tidak akan mudah tertipu karena mereka mengenal Kristus (Yohanes 10:27); tetapi mereka mengenal penyesatan dari buahnya, yaitu kemurnian ajaran dan karakter hidupnya (2 Petrus 2:1-22).

Kita tidak perlu ragu-ragu terhadap orang Kristen (atau gereja) yang mengajarkan doktrin yang murni, memuliakan Tuhan Yesus Kristus, memasyhurkan Injil, memajukan pekerjaan Allah, dan memberikan dampak yang baik kepada banyak orang. Dari buahnya kita tahu bahwa hal seperti ini tidak menyesatkan. Doktrin yang benar dan buah-buah kebaikan bukanlah ciri agama palsu.

BAGAIMANA MUKJIZAT TERJADI?

Bagaimana mukjizat terjadi? Kembali kita ke dalam konteks Keluaran 15:22-27, di mana saya akan membagikan 5 hal mengapa atau bagaimana mukjizat terjadi.

1. Pertama, mukjizat terjadi karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak bisa dikerjakan oleh manusia dalam keadaan tertentu. Contoh : Kebutuhan akan air di Mara, kebutuhan akan akan anggur pada pesta di Kana, lima roti dan dua ikan untuk lima ribu orang. Itu semua adalah kebutuhan-kebutuhan yang berbeda pada keadaan yang berbeda.

2. Kedua, mukjizat terjadi menurut kehendak dan cara Tuhan. Di luar kemampuan kita untuk memahaminya. Contoh : Bagaimana sepotong kayu bisa mengubah air yang pahit menjadi manis? itu tidak masuk akal, tepatnya di luar kemampuan kita untuk memikirkannya! Sehingga ada penafsir yang menafsirkan bahwa sepotong kayu itu menggambarkan salib Kristus.

Saya menghargai tafsiran mereka. Tetapi jelas tafsiran ini tidak dapat diterima, karena salib Kristus tidak terdiri dari sepotong kayu tetapi dua potong balok. Kuasa Allah yang menyebabkan air di Mara itu menjadi manis bukan karena sepotong kayu tersebut. Ini sama artinya bahwa kematian Kristus di kayu saliblah yang menebus dosa dan menyelamatkan kita bukan balok salibnya, sehingga tidak perlu kita menyembah kepada balok salib Kristus tapi kepada Kristus saja.

Coba bandingkan dengan mujizat-mujizat yang terjadi melalui pelayanan nabi Elisa dalam 2 Raja-raja 2:19-25 tentang air di Yerikho yang disehatkan dengan garam yang ditaruh dalam sebuah pinggan baru; 2 Raja 4:38-41 tentang makanan beracun yang ditawarkan racunnya dengan tepung; dan 2 Raja-raja 6:1-7 tentang mata kapak yang mengapung. Semua mukjizat itu dilakukan menurut cara dan kehendak Tuhan dengan metode dan sarana yang berbeda-beda.

3. Ketiga, mukjizat terjadi karena ada pribadi-pribadi atau orang-orang yang berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Tidak dapat disangkal lagi bahwa Allah mendengarkan doa hamba-hamba-Nya dan orang-orang percaya. Ini banyak tercatat dalam Alkitab. Dalam kasus ini, Musa berdoa kepada Allah dan Allah menunjukkan sepotong kayu sebagai jawaban doa Musa. Perlu bagi saya untuk menegaskan ini, bahwa jawaban dari doa yang kita naikkan kepada Allah tidak harus selalu seperti yang kita pikirkan atau inginkan, tetapi pasti bahwa Allah memberi yang terbaik bagi kita. (Bandingkan dengan Elia dalam Yakobus 5:17-18; 1 Raja-raja 17).

4. Keempat, mukjizat terjadi karena ada pribadi-pribadi atau orang-orang yang yang percaya kepada Allah dan Kuasa-Nya. Pribadi-pribadi atau orang-orang seperti ini adalah mereka yang telah membangun hubungan pribadi yang berkualitas dengan Allah dan yang telah mengalami sendiri kuasa Allah. (Bandingkan 2 Raja-raja 4:1-7, tentang minyak dalam buli-buli seorang janda yang berlipat kali ganda karena percaya pada perkataan nabi Elisa).

5. Kelima, mukjizat terjadi karena ada pribadi-pribadi atau orang-orang yang yang taat kepada Allah dan firman-Nya. Ketika Allah berfirman, Musa segera menaatinya, maka terjadilah mukjizat. (bandingkan dengan kasus kesembuhan Naaman dari kustanya karena mau melakukan perintah nabi Elisa dalam 2 Raja-raja 5:1-14).

KESAKSIAN: KUASA TUHAN YANG MENEGUHKAN FIRMAN-NYA.

Beberapa tahun yang lalu saya diminta untuk mendoakan seseorang di rumah sakit. Selesai ibadah raya minggu siang saya beserta istri dan tim kami mengunjungi dan mendoakan orang tersebut. Setelah selesai kami segera akan pulang, tetapi di pintu depan ruangan itu ada seorang pria setengah baya yang menghampiri saya, dan memperkenalkan diri pada saya. Pria ini mengatakan bahwa ia mengenal saya di desa Tumbang Empas (sekarang desa ini masuk di Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah) ketika saya dalam pelayanan penginjilan ke sana. Ia kemudian menceritakan masalahnya, dan mengapa ia berada di rumah sakit itu. Ia meminta saya mendoakan putranya yang besok pagi akan dioperasi karena menderita penyakit ”kencing batu” atau prostat. Saya setuju dan kemudian kami bersatu hati untuk berdoa. Setelah selesai kami pergi dan tidak mengetahui apa yang terjadi kemudian.
Sekitar empat tahun berlalu setelah kejadian itu, tanpa sengaja saya bertemu lagi dengan bapak ini. Dia menceritakan kepada saya bahwa anaknya yang kami doakan minggu siang itu, esok paginya sebelum operasi, buang air kecil dengan bantuan selang kecil dan ketika buang air kecil ini sangat sakit karena ternyata ada ”kotoran” berupa pecahan-pecahan daging yang keluar. Dokter memeriksa dan mengatakan bahwa anak tersebut tidak jadi dioperasi karena ”batu daging” yang akan dioperasi pagi itu telah bersih keluar ketika anak ini buang air kecil. Puji Tuhan! itulah mujizat Tuhan kita. Dia ajaib, Dia besar, Dia mahakuasa, KuasaNya tak terbatas bagi kita yang percaya. Paulus berkata, “betapa hebat kekuatan (dynamis) Nya (Allah) bagi kita yang percaya, sesuai dengan tenaga (energeia) dari kekuatan (kratos) kuasa (ischys) Allah yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari Antara orang mati” (Efesus 1:19-20).

Mujizat dan kuasa Tuhan yang tak terbatas bersumber dari pribadi Tuhan yang Mahakuasa dan tak terbatas. Mahakuasa berarti bahwa Allah kuat dalam segala-galanya dan sanggup melakukan apa saja yang sesuai dengan sifatNya sendiri. Di dalam Alkitab, kata Yunani “Shaddai” berarti ”Mahakuasa” yang hanya dipakai untuk Allah yaitu “El Shaddai” tercatat 56 kali (Kejadian 17:1). 

Dan kata “Shaddai” ini merupakan dasar bagi konsep kemahakuasaan Tuhan. Tuhan tidak dibatasi oleh apa pun. Tuhan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Ia tidak dibatasi oleh keadaan, ia tidak dibatasi oleh ciptaan-Nya. Karena Dia yang menciptakan ruang dan waktu dan seluruh ciptaan yang ada. Dia sanggup melakukan apa saja yang Dia kehendaki yang sesuai dengan sifat atau atribut-Nya yang sempurna. Jadi percayalah kepada-Nya bahwa Ia dapat memberikan sebuah mukjizat bagi kita yang akan membaikkan kehidupan kita dan memuliakan nama-Nya.

BAGAIMANA DENGAN MUJIZAT-MUKJIZAT DI LUAR KEKRISTENAN?

Selanjutnya kita perlu membahas pula mengenai fenomena mukjizat yang terjadi di luar Kekristenan. Seperti kita ketahui, kata “mujizat” muncul lebih dari 75 kali dalam Alkitab (LAI:TB). Angka ini belum termasuk istilah-istilah lain yang berkaitan dengan mujizat, misalnya tanda atau kuasa. Belum termasuk juga peristiwa-peristiwa tertentu yang masuk kategori mujizat tetapi kata “mujizat” tidak muncul secara eksplisit dalam kisah-kisah tersebut. Statistik ini menunjukkan bahwa topik ini cukup penting dalam Alkitab.

Bagi sebagian orang Kristen, mukjizat menjadi sesuatu yang mereka sangat banggakan dan harapkan. Berita tentang kesembuhan, kebangkitan orang mati, atau peristiwa supranatural lain menjadi kesukaan mereka. Dalam beberapa kasus bahkan bisa terlihat bahwa mereka mendasarkan iman pada pengalaman terhadap mukjizat.

Persoalan mulai muncul pada saat mereka mendengar kisah-kisah serupa yang terjadi pada penganut agama lain. Jika keabsahan iman mereka didasarkan pada mukjizat, bagaimana dengan iman penganut agama lain? Bagaimana orang Kristen seyogyanya menyikapi hal ini?

Jawaban yang objektif harus menimbang setiap kasus secara cermat. Selain itu, masing-masing agama memiliki konsep yang berlainan tentang nilai penting mukjizat. Generalisasi sangat tidak dianjurkan dalam mendekati isu ini.

Walaupun demikian, jawaban seperti itu tidak mungkin disediakan dalam artikel yang pendek ini. Untuk menyiasati hal ini saya hanya akan memaparkan beberapa prinsip penting saja.

1. Yang pertama, kita tidak boleh terkejut dengan peristiwa-peristiwa ajaib di luar sana. Alkitab memang mengakui keberadaan peristiwa-peristiwa ajaib di luar kategori mujizat yang dilakukan oleh Allah. Para ahli sihir Firaun mampu meniru beberapa tulah yang diperbuat oleh Allah (Keluaran 7:11), walaupun mereka akhirnya harus mengakui keterbatasan ilmu mereka (Keluaran 8:19). Para mesias dan nabi palsu juga mampu melakukan mukjizat untuk menyesatkan sebanyak mungkin orang (Matius 24:24). Beberapa orang yang terlihat memanggil nama Tuhan tetapi tidak sungguh-sungguh mengakui Dia sebagai Tuhan juga bisa melakukan mukjizat (Matius 7:22).

2. Poin berikutnya, kita perlu menegaskan bahwa iman yang benar tidak melulu didasarkan pada pengalaman mukjizat. Alkitab beberapa kali malah menentang iman yang hanya dilandaskan pada mujizat. Ketika banyak orang percaya kepada Yesus Kristus karena semua mukjizat yang Dia lakukan, Yesus justru tidak mau memercayakan diri kepada mereka (Yohanes 3:23-25). Yang berbahagia adalah mereka yang percaya sekalipun tidak melihat (Yohanes. 20:29).

Selanjutnya kita perlu menerangkan keunikan konsep mukjizat di dalam Alkitab. Maksud dari upaya ini bukan untuk menyalahkan atau merendahkan catatan dari agama lain. Bukan pula dimaksudkan sebagai penolakan terhadap keabsahan dari kisah-kisah tersebut. Keunikan ini hanya dimaksudkan sebagai alat pembanding.

APA SAJA KEUNIKAN MUJIZAT DALAM KEKRISTENAN?

Kekristenan didasarkan pada satu mukjizat: kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang-orang mati. Inti khotbah para rasul adalah kematian dan kebangkitan Yesus (1Korintus 15:3-4). Bahkan jatuh atau bangunnya kekristenan ditentukan oleh keabsahan kisah kebangkitan (1Korintus 15:12-19).

Hal ini berbeda dengan banyak agama yang lain. Keabsahan agama mereka tidak ditentukan oleh peristiwa mukjizat tertentu yang mereka percayai. Sebagai contoh, bagi sebagian Muslim tidak masalah apabila Muhammad tidak melakukan mujizat satu pun (bdk. Sura 6:37; 10:20; 11:12; 13:7, 27), kecuali menyampaikan Alquran. Dalam tradisi Hindu dilaporkan beragam mujizat, tetapi hal itu tetap tidak berkaitan dengan keabsahan doktrin-doktrin utama mereka. Aliran tertentu dalam agama Budha, terutama yang ateistik, bahkan menganggap mujizat bukan sebagai kekuatan ilahi, melainkan hasil dari meditasi dan disiplin diri. Beberapa catatan dalam kitab mereka bahkan memberi peringatan tentang obsesi yang berlebihan terhadap mukjizat.

Mujizat-mujizat dalam Alkitab ditulis segera sesudah peristiwanya, bahkan sebagian oleh saksi mata. Kitab-kitab Injil ditulis sekitar tahun 60-an Masehi. Sebagian penulisnya menggunakan sumber-sumber lain yang sudah ada sebelumnya (bdk. Lukas 1:1-4). Ini berarti bahwa sumber tertulis tentang mujizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus Kristus hanya berjarak sekitar 30 tahun dari peristiwanya.
Kebenaran ini perlu untuk digarisbawahi. Mengapa? Karena semakin jauh dari peristiwanya semakin besar peluang untuk diubah dan ditambahkan. Itulah sebabnya mitos dan legenda biasanya muncul ratusan tahun sesudah peristiwa yang dirujuk.

Kedekatan jarak waktu antara peristiwa dan catatannya ini menambahkan keunikan mukjizat menurut Alkitab. Berbagai mukjizat yang mewarnai agama lain baru ditulis lebih dari satu abad sesudah peristiwa yang diceritakan. Sebagai contoh, beberapa hadits menceritakan begitu banyak mujizat yang dilakukan oleh Muhammad, tetapi tulisan-tulisan ini baru muncul sekitar 150 tahun sesudah peristiwa yang dimaksud. Sekali lagi, saya tidak sedang memberikan penilaian terhadap keabsahan dari tradisi-tradisi tersebut. Saya hanya menuturkan bahwa jarak waktu yang singkat antara peristiwa mukjizat dan pencatatannya dalam Alkitab merupakan salah satu keunikan konsep Kristiani.

Mujizat-mujizat dalam Alkitab dapat dan telah diverifikasi oleh sumber-sumber non-Kristen. Berbagai mujizat di dalam Alkitab dikisahkan terjadi berkali-kali di depan banyak orang dan di berbagai tempat. Beberapa catatan tersebut bahkan memuat nama tempat, keterangan waktu, dan tokoh tertentu. Pencatatan seperti ini membuka ruang untuk verifikasi. Jika kisah-kisah itu tidak terjadi, orang luar dengan mudah akan menunjukkannya.

Bandingkan poin ini dengan, misalnya, mukjizat di Mormonisme. Joseph Smith mengaku mendapatkan kitab suci tambahan secara supranatural. Yang diklaim sebagai saksi mata dari peristiwa ini adalah beberapa pengikut awal agama ini. Beberapa detil cerita bahkan menyiratkan ada beberapa bagian yang hanya bisa diketahui oleh Smith saja. Jika demikian, bagaimana orang luar dapat melakukan verifikasi?

Dapat diverifikasi adalah satu hal. Telah diverifikasi adalah hal lain. Mujizat-mujizat dalam Alkitab bukan hanya dapat, tetapi telah diverifikasi. Menariknya, peneguhan ini berasal dari kalangan non-Kristen, beberapa bahkan adalah penentang keras kekristenan. Dalam tradisi Yahudi, Josefus (sejarawan Yahudi abad ke-1 Masehi) mengakui perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Yesus walaupun dia menggunakan istilah lain yang mengarah pada tindakan-tindakan ajaib yang kontroversial. Talmud Yahudi juga memberi pengakuan yang sama, walaupun mereka mengaitkan hal itu dengan tuduhan bahwa Yesus menggunakan ilmu hitam dari Mesir.

Mujizat kebangkitan Yesus dari antara orang mati dapat dibenarkan secara penalaran historis. Apakah ada catatan di luar kekristenan yang meneguhkan kisah kebangkitan? Tidak ada (kecuali kita menafsirkan tahayul yang fatal dalam tulisan Tacitus sebagai rujukan tentang kebangkitan). Walaupun tidak ada peneguhan dari luar, tetapi kebangkitan Yesus sangat konsisten dengan penalaran historis.

Perkembangan kekristenan yang begitu pesat di berbagai tempat tidak lama sesudah kebangkitan Yesus jelas menuntut sebuah penjelasan. Ini fenomena yang tidak biasa. Bagaimana mungkin para pengikut mula-mula yang tergolong orang-orang biasa yang sederhana dapat memengaruhi dunia kuno sedemikian rupa? Apa yang membuat mereka begitu bersemangat memberitakan kebangkitan Yesus? 

Apakah mereka mendapatkan keuntungan material dari pemberitaan itu? Sama sekali tidak! Mereka bahkan harus mengalami penderitaan, penganiayaan, bahkan kematian. Seandainya mereka menciptakan cerita bohong tentang kebangkitan, untuk apa mereka mau menderita demi kebohongan yang mereka ciptakan sendiri? Tidak ada motif apa pun yang masuk akal. Seandainya cerita itu hanyalah kebohongan, mengapa begitu banyak orang dari berbagai kalangan berhasil diyakinkan oleh para pemberita yang sangat sederhana?

Sebagai penutup, jika kita diperhadapkan dengan pertanyaan tentang mujizat-mujizat dalam agama lain, kita sebaiknya tidak mencampuri pandangan pihak lain. Bukan tugas kita untuk menguji keabsahan tradisi-tradisi mereka. Bukan porsi kita untuk meragukan kisah-kisah itu. Yang perlu kita lakukan hanyalah menjelaskan konsep Alkitab yang benar tentang relasi antara mujizat dan iman. Di samping itu, kita dipanggil untuk menerangkan beberapa keunikan seputar mujizat-mujizat Alkitab.
Next Post Previous Post