Gaya Kepemimpinan Yesus Kristus Dalam perspektif Injil Sinoptik
Pendahuluan.
1. Mengajar
Sewaktu Tuhan Yesus datang ke dunia, Ia memfokuskan kehidupan pelayanan-Nya untuk mengajar dan membimbing kedua belas murid-Nya agar mereka dapat meneruskan pelayanan yang dilakukan Tuhan Yesus.
Dalam setiap kesempatan, di mana pun Tuhan Yesus melakukan pelayanan, Ia pasti melakukan pengajaran kepada orang banyak. J.M. Price dalam buku Yesus Guru Agung, mengatakan: “Mengajar adalah pekerjaan Yesus yang utama. Ia sering menyembuhkan seseorang, kadang-kadang melakukan mukjizat, berkhotbah, tetapi yang terutama ialah mengajar. Ia menjadikan pengajaran sebagai alat utama untuk mengantar orang kepada penebusan dosa.
Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 13:13 mengatakan bahwa “Kamu menyebut aku guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” Murid-murid mengakui bahwa Yesus adalah guru mereka yang memberikan pengajaran kepada mereka tentang hidup dalam kebenaran Allah. Yesus adalah Tuhan dan Guru, maka wajar jikalau dalam setiap pelayanan-Nya bersifat pengajaran.
Dalam mengajar, Yesus sangat memperhatikan metode mengajar yang leluasa dan efektif, sehingga Ia mengajar dengan kecakapan yang sempurna. Inilah teladan seorang pemimpin agung yang patut diteladani, karena Yesus menjadi satu dengan pengajaran yang dilakukan-Nya, sehingga hal adalah seorang guru yang efektif. Yesus adalah seorang guru yang efektif, di mana Ia mampu mengajar murid-murid-Nya melalui cara verbal dan non-verbal dalam tindakan hidup sehari-hari
Dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus mengubah pemahaman atau mentransformasikan pemikiran bangsa Yahudi dari lahiriah kepada sesuatu yang bersifat batiniah. Penekanan pengajaran Yesus dalam Matius 5:17-48 lebih menekankan kepada sikap hati manusia kepada Allah. Sementara pemimpin-pemimpin Yahudi melalui hukum Taurat lebih menekankan kepada sikap lahiriah kepada kepada Allah. Tuhan
2. Melayani Sebagai Seorang Hamba
Kata “Kehambaan” berasal dari akar kata “hamba” yang berarti “abdi, budak belian.” Kata hamba menurut James Strong, adalah “bujang, pelayan dan abadi.” Yesus datang untuk melaksanakan misi-Nya menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Yesus datang dengan kerendahan hati-Nya untuk memberikan teladan yang harus di panuti oleh murid-Nya dan semua manusia yang percaya kepada-Nya.
Pada masa pelayanan-Nya bersama-sama murid-Nya (pemerintah Romawi waktu itu), Yesus memberikan suatu perbandingan yang kontras dan mengajarkan murid-murid-Nya kepemimpinan yang bagaimana yang menjadi ciri mereka kelak jika mereka menjadi pemimpin. Mula-mula Yesus menunjuk kepada gaya kepemimpinan dunia zaman itu, yang hampir sama dengan zaman sekarang mengutamakan status, denominasi dan kekuasaan.
Gottfried, mengatakan bahwa: “Gaya kepemimpinan demikian bulat-bulat ditolak oleh Yesus, dan ketimbang Ia gariskan dengan tegas bahwa kepemimpinan kristiani harus ditandai oleh pelayanan dengan rendah hati.”
Yesus bereinkarnasi menjadi seorang hamba untuk melayani umat manusia, demi tujuan keselamatan kekal yang dianugerahkan oleh Allah Bapa melalui Dia. Gottried juga mengatakan bahwa: “sepanjang pelayanan-Nya, khususnya dalam hubungan-Nya dengan murid-murid-Nya, Yesus konsisten mempraktikkan model kepemimpinan yang melayani ini, yang diharapkan-Nya akan menjadi jati diri pengikut-Nya.”
Firman Tuhan mengungkapkan bahwa: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28)”. Melayani sebagai seorang hamba merupakan prinsip dasar yang diajarkan dan ditekan oleh Yesus dalam setiap pelayanan-Nya
Yesus banyak memberikan prinsip kepemimpinan sebagai hamba kepada murid-murid-Nya. Yesus menghendaki agar suatu kelak di saat Yesus meninggalkan murid-murid-Nya sendirian, mereka dapat mempraktikkan dan mengajarkan orang lain melayani sebagai seorang hamba yang rendah hati sangat berkenan kepada Allah.
Kerendahan hati Yesus sebagai seorang hamba Allah untuk melaksanakan misi-Nya di bumi ini sangat nyata, sebagaimana yang rasul Paulus tuliskan kepada jemaat di Filipi, yang mengatakan: “Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah,....mengosongkan diri-Nya sendiri, yang mengambil rupa seorang hamba” (Filipi 2:5-7).
Dalam nats ini jelas bahwa Yesus menanggalkan kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan (Filipi 2:6), tetapi ia bersedia untuk melaksanakan dan menggenapi misi utama-Nya sebagai hamba yang setia dan taat kepada Bapa-Nya. Dengan demikian Yesus menjadi manusia sejati yang dapat mengalami, merasakan dan mengamati keadaan manusia sekelilingnya demi tujuan keselamatan-Nya
Kepemimpinan Yesus sebagai hamba yang setia melayani terlihat juga pada waktu Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 3:1-20). Kebenaran inilah yang hendak Yesus ajarkan kepada mereka, agar mereka tidak egoisme dan mementingkan diri sendiri, tetapi dapat saling melayani satu dengan yang lainnya. Yesus sebagai Tuhan dan Guru mereka telah melakukan hal itu, maka mereka pun wajib melakukannya. Kepemimpinan yang sejati menuntut kerendahan hati untuk melayani dan pengorbanan diri.
3. Menjadi Teladan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “keteladanan” dari akar kata , “teladan”, yang berarti “patut ditiru, contoh”, dan keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru/dicontoh. Dalam Alkitab, khususnya Injil Sinoptik tidak dijelaskan dengan terperinci mengenai keteladanan dari Tuhan Yesus dalam kepemimpinan-Nya, tetapi penulis mengambil dan menarik beberapa hal yang sangat berkaitan dengan prinsip keteladanan dari kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus sendiri.
a. Teladan dalam Berdoa
Doa merupakan satu kata yang tidak pernah terlepas dari kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus. Dalam setiap langkah kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus, Dia senantiasa berdoa, di mana pun dan kapan pun. Tuhan Yesus mempunyai kebiasaan mengundurkan diri ke tempat-tempat sunyi untuk berdoa (Lukas 5:11). Tuhan Yesus memberikan contoh dan teladan kepada murid-murid-Nya tentang bagaimana sikap doa yang baik dan juga seberapa penting-Nya doa itu dalam kehidupan dan pelayanan murid-murid saat menjadi pemimpin-pemimpin umat nantinya.
Doa mempunyai tempat yang sangat penting dalam kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus. J.L.Ch. Abineno mengatakan dalam bukunya yang berjudul Doa Menurut Kesaksian Perjanjian Baru bahwa panggilan dan tugas yang dipercayakan Allah kepada-Nya sebagai utusan-Nya, Ia terima dengan doa. Pekerjaan-Nya Ia lakukan dalam persekutuan dan percakapan dengan Dia.
Lebih lanjut lagi Abineno mengatakan bahwa keputusan-keputusan penting yang berhubungan dengan panggilan-Nya, Ia baru ambil sesudah Ia berdoa dan menanyakan kehendak Bapa-Nya dan akhirnya juga sengsara-Nya untuk keselamatan manusia, Ia tanggung dalam persekutuan dengan Bapa-Nya, yang Ia hayati dalam doa-Nya.
Tuhan Yesus adalah teladan yang agung dalam berdoa. Hal itu terlihat pada saat Ia memilih murid-murid-Nya untuk memuliakan proyek pelayanan-Nya yang besar, Firman Tuhan mengatakan: “.....Yesus pergi ke bukit untuk berdoa....Ia berdoa kepada Allah” (Lukas 6:12). Sebelum Ia memanggil dan memilih murid-murid yang dipercayakan-Nya untuk tanggung jawab besar kelak, Ia terpilih dahulu bergumul kepada Allah memohon kehendak Bapa-Nya dalam pelayanan-Nya.
Tuhan Yesus berdoa saat menghadapi masa kritis dalam kehidupan-Nya di taman Gethsemani (Matius 26:26-46; Markus 14:32-42; Lukas 22:29-46). Dalam pelayanan dan membina kehidupan murid-murid-Nya, Ia mengajarkan kepada mereka untuk selalu berdoa dan menyerahkan pergumulan hidup seutuhnya kepada Allah Bapa di Surga (Matius 6:9-13; 7:7- 11; Lukas 11:1-13).
b. Teladan Dalam Kasih
Allah adalah kasih (I Yohanes 4:8,16). Tuhan Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Keteladanan kasih Allah bagi manusia terbukti sewaktu Ia mengutus Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa (Yohanes 3:16) Dalam kehidupan dan pelayanan-Nya sewaktu berada di bumi, Ia sangat mengutamakan kasih. Ia sangat mengasihi orang-orang berdosa (Matius 9:10; Lukas 15:1,2).
Kasih yang Tuhan Yesus miliki adalah kasih Agape, yaitu kasih yang memberi tanpa menuntut balasan, rela berkorban untuk mengutamakan kepentingan orang lain. Yesus Kristus sebagai pemimpin Agung dan sempurna banyak mengajarkan dan mempraktikkan kasih dalam pelayanan-Nya, bahkan dapat dikatakan bahwa kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus adalah kasih.
Tuhan Yesus sangat mengasihi orang-orang yang dilayani-Nya. Tercatat dalam kitab-kitab Injil Sinoptik di mana Ia menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati karena Ia sangat mengasihi mereka (Matius 9:18-26; Markus 5:21-43; Lukas 8:40-56).
Kasih menuntut pengorbanan sejati. J. Oswald Sanders mengatakan, “Ciri kepemimpinan yang sejati dapat ditemukan dalam orang-orang yang rela berkorban demi tujuan-tujuan yang cukup luhur, sehingga menuntut ketaatan sepenuh hati dari pihak mereka.” Tuhan Yesus sangat mengasihi manusia, terbukti saat Ia menyerahkan diri-Nya dikorbankan demi keselamatan manusia, untuk mendamaikan manusia berdosa dengan Allah (II Korintus 5:8,21)
c. Teladan dalam Pelayanan
Dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus banyak memberikan prinsip-prinsip keteladanan yang harus dipanuti, dicontohi dan diteladani. Sebagai seorang pemimpin yang sempurna, Yesus telah mengobservasi dan mengevaluasi perencanaan pelayanan yang efektif.
Tuhan Yesus mengatakan dalam Lukas 14:28, “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu.” Seorang pemimpin yang baik, akan merencanakan anggaran terhadap biaya-biaya yang diperlukan agar lebih mudah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Tuhan Yesus banyak melakukan pelayanan yang mempunyai arti yang sangat besar bagi hidup manusia. Ia melakukan banyak mukjizat, menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, mengusir setan, mengajarkan dan memberitakan kebenaran Firman Tuhan yaitu keselamatan di dalam Dia. Dalam perjalanan pelayanan-Nya, mukjizat merupakan salah satu pelayanan yang tidak bisa dilepaskan dari pribadi
Tuhan Yesus menunjukkan pelayanan yang seharusnya dilakukan oleh setiap pemimpin-pemimpin rohani yang ingin membawa perubahan dalam gereja. Seorang pemimpin rohani yang baik harus dapat menjadi seperti Yesus, mempunyai kuasa untuk melakukan mukjizat-mukjizat seperti perintah Tuhan dalam Markus 16:17-18.
Yang terakhir yang perlu kita perhatikan ialah bagaimana Tuhan Yesus melakukan pelayanan yang membawa orang untuk mendapat keselamatan di dalam Dia. Pelayanan yang dilakukan-Nya meliputi pelayanan secara umum dan pelayanan antar pribadi. Tuhan Yesus melakukan pelayanan secara massal yang dilakukan-Nya bersama dengan orang banyak. Ia melakukan banyak mukjizat dalam pelayanan-Nya sehingga semakin banyak orang yang mengikuti Dia (Matius 14:13).
Tuhan Yesus dalam melaksanakan misi-Nya khususnya untuk melanjutkan pelayanan-Nya kelak, Ia membutuhkan orang-orang yang dapat dipercayakan untuk tanggung jawab tersebut. Pertama-tama Tuhan Yesus berdoa untuk memilih murid-Nya (Lukas 6;12), memilih sesuai dengan kebutuhan-Nya (Matius 10:1-4; Markus 3:3-19; Lukas 6;12-16), kemudian Yesus mengajar dan membina murid-murid-Nya sesuai dengan pola hidup dan pelayanan-Nya dan setelah itu Tuhan Yesus mengutus mereka untuk terjun ke medan pelayanan (Matius 10:5; Markus 6:7), dan yang terakhir Yesus mengevaluasi hasil pelayanan murid-murid-Nya. Yesus adalah modeling pelayanan yang efektif
Sewaktu Tuhan Yesus datang ke dunia, Ia memfokuskan kehidupan pelayanan-Nya untuk mengajar dan membimbing kedua belas murid-Nya agar mereka dapat meneruskan pelayanan yang dilakukan Tuhan Yesus.
Dalam setiap kesempatan, di mana pun Tuhan Yesus melakukan pelayanan, Ia pasti melakukan pengajaran kepada orang banyak. J.M. Price dalam buku Yesus Guru Agung, mengatakan: “Mengajar adalah pekerjaan Yesus yang utama. Ia sering menyembuhkan seseorang, kadang-kadang melakukan mukjizat, berkhotbah, tetapi yang terutama ialah mengajar. Ia menjadikan pengajaran sebagai alat utama untuk mengantar orang kepada penebusan dosa.
Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 13:13 mengatakan bahwa “Kamu menyebut aku guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” Murid-murid mengakui bahwa Yesus adalah guru mereka yang memberikan pengajaran kepada mereka tentang hidup dalam kebenaran Allah. Yesus adalah Tuhan dan Guru, maka wajar jikalau dalam setiap pelayanan-Nya bersifat pengajaran.
Dalam mengajar, Yesus sangat memperhatikan metode mengajar yang leluasa dan efektif, sehingga Ia mengajar dengan kecakapan yang sempurna. Inilah teladan seorang pemimpin agung yang patut diteladani, karena Yesus menjadi satu dengan pengajaran yang dilakukan-Nya, sehingga hal adalah seorang guru yang efektif. Yesus adalah seorang guru yang efektif, di mana Ia mampu mengajar murid-murid-Nya melalui cara verbal dan non-verbal dalam tindakan hidup sehari-hari
Dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus mengubah pemahaman atau mentransformasikan pemikiran bangsa Yahudi dari lahiriah kepada sesuatu yang bersifat batiniah. Penekanan pengajaran Yesus dalam Matius 5:17-48 lebih menekankan kepada sikap hati manusia kepada Allah. Sementara pemimpin-pemimpin Yahudi melalui hukum Taurat lebih menekankan kepada sikap lahiriah kepada kepada Allah. Tuhan
2. Melayani Sebagai Seorang Hamba
Kata “Kehambaan” berasal dari akar kata “hamba” yang berarti “abdi, budak belian.” Kata hamba menurut James Strong, adalah “bujang, pelayan dan abadi.” Yesus datang untuk melaksanakan misi-Nya menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Yesus datang dengan kerendahan hati-Nya untuk memberikan teladan yang harus di panuti oleh murid-Nya dan semua manusia yang percaya kepada-Nya.
Pada masa pelayanan-Nya bersama-sama murid-Nya (pemerintah Romawi waktu itu), Yesus memberikan suatu perbandingan yang kontras dan mengajarkan murid-murid-Nya kepemimpinan yang bagaimana yang menjadi ciri mereka kelak jika mereka menjadi pemimpin. Mula-mula Yesus menunjuk kepada gaya kepemimpinan dunia zaman itu, yang hampir sama dengan zaman sekarang mengutamakan status, denominasi dan kekuasaan.
Gottfried, mengatakan bahwa: “Gaya kepemimpinan demikian bulat-bulat ditolak oleh Yesus, dan ketimbang Ia gariskan dengan tegas bahwa kepemimpinan kristiani harus ditandai oleh pelayanan dengan rendah hati.”
Yesus bereinkarnasi menjadi seorang hamba untuk melayani umat manusia, demi tujuan keselamatan kekal yang dianugerahkan oleh Allah Bapa melalui Dia. Gottried juga mengatakan bahwa: “sepanjang pelayanan-Nya, khususnya dalam hubungan-Nya dengan murid-murid-Nya, Yesus konsisten mempraktikkan model kepemimpinan yang melayani ini, yang diharapkan-Nya akan menjadi jati diri pengikut-Nya.”
Firman Tuhan mengungkapkan bahwa: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28)”. Melayani sebagai seorang hamba merupakan prinsip dasar yang diajarkan dan ditekan oleh Yesus dalam setiap pelayanan-Nya
Yesus banyak memberikan prinsip kepemimpinan sebagai hamba kepada murid-murid-Nya. Yesus menghendaki agar suatu kelak di saat Yesus meninggalkan murid-murid-Nya sendirian, mereka dapat mempraktikkan dan mengajarkan orang lain melayani sebagai seorang hamba yang rendah hati sangat berkenan kepada Allah.
Kerendahan hati Yesus sebagai seorang hamba Allah untuk melaksanakan misi-Nya di bumi ini sangat nyata, sebagaimana yang rasul Paulus tuliskan kepada jemaat di Filipi, yang mengatakan: “Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah,....mengosongkan diri-Nya sendiri, yang mengambil rupa seorang hamba” (Filipi 2:5-7).
Dalam nats ini jelas bahwa Yesus menanggalkan kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan (Filipi 2:6), tetapi ia bersedia untuk melaksanakan dan menggenapi misi utama-Nya sebagai hamba yang setia dan taat kepada Bapa-Nya. Dengan demikian Yesus menjadi manusia sejati yang dapat mengalami, merasakan dan mengamati keadaan manusia sekelilingnya demi tujuan keselamatan-Nya
Kepemimpinan Yesus sebagai hamba yang setia melayani terlihat juga pada waktu Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 3:1-20). Kebenaran inilah yang hendak Yesus ajarkan kepada mereka, agar mereka tidak egoisme dan mementingkan diri sendiri, tetapi dapat saling melayani satu dengan yang lainnya. Yesus sebagai Tuhan dan Guru mereka telah melakukan hal itu, maka mereka pun wajib melakukannya. Kepemimpinan yang sejati menuntut kerendahan hati untuk melayani dan pengorbanan diri.
3. Menjadi Teladan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “keteladanan” dari akar kata , “teladan”, yang berarti “patut ditiru, contoh”, dan keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru/dicontoh. Dalam Alkitab, khususnya Injil Sinoptik tidak dijelaskan dengan terperinci mengenai keteladanan dari Tuhan Yesus dalam kepemimpinan-Nya, tetapi penulis mengambil dan menarik beberapa hal yang sangat berkaitan dengan prinsip keteladanan dari kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus sendiri.
a. Teladan dalam Berdoa
Doa merupakan satu kata yang tidak pernah terlepas dari kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus. Dalam setiap langkah kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus, Dia senantiasa berdoa, di mana pun dan kapan pun. Tuhan Yesus mempunyai kebiasaan mengundurkan diri ke tempat-tempat sunyi untuk berdoa (Lukas 5:11). Tuhan Yesus memberikan contoh dan teladan kepada murid-murid-Nya tentang bagaimana sikap doa yang baik dan juga seberapa penting-Nya doa itu dalam kehidupan dan pelayanan murid-murid saat menjadi pemimpin-pemimpin umat nantinya.
Doa mempunyai tempat yang sangat penting dalam kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus. J.L.Ch. Abineno mengatakan dalam bukunya yang berjudul Doa Menurut Kesaksian Perjanjian Baru bahwa panggilan dan tugas yang dipercayakan Allah kepada-Nya sebagai utusan-Nya, Ia terima dengan doa. Pekerjaan-Nya Ia lakukan dalam persekutuan dan percakapan dengan Dia.
Lebih lanjut lagi Abineno mengatakan bahwa keputusan-keputusan penting yang berhubungan dengan panggilan-Nya, Ia baru ambil sesudah Ia berdoa dan menanyakan kehendak Bapa-Nya dan akhirnya juga sengsara-Nya untuk keselamatan manusia, Ia tanggung dalam persekutuan dengan Bapa-Nya, yang Ia hayati dalam doa-Nya.
Tuhan Yesus adalah teladan yang agung dalam berdoa. Hal itu terlihat pada saat Ia memilih murid-murid-Nya untuk memuliakan proyek pelayanan-Nya yang besar, Firman Tuhan mengatakan: “.....Yesus pergi ke bukit untuk berdoa....Ia berdoa kepada Allah” (Lukas 6:12). Sebelum Ia memanggil dan memilih murid-murid yang dipercayakan-Nya untuk tanggung jawab besar kelak, Ia terpilih dahulu bergumul kepada Allah memohon kehendak Bapa-Nya dalam pelayanan-Nya.
Tuhan Yesus berdoa saat menghadapi masa kritis dalam kehidupan-Nya di taman Gethsemani (Matius 26:26-46; Markus 14:32-42; Lukas 22:29-46). Dalam pelayanan dan membina kehidupan murid-murid-Nya, Ia mengajarkan kepada mereka untuk selalu berdoa dan menyerahkan pergumulan hidup seutuhnya kepada Allah Bapa di Surga (Matius 6:9-13; 7:7- 11; Lukas 11:1-13).
b. Teladan Dalam Kasih
Allah adalah kasih (I Yohanes 4:8,16). Tuhan Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Keteladanan kasih Allah bagi manusia terbukti sewaktu Ia mengutus Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa (Yohanes 3:16) Dalam kehidupan dan pelayanan-Nya sewaktu berada di bumi, Ia sangat mengutamakan kasih. Ia sangat mengasihi orang-orang berdosa (Matius 9:10; Lukas 15:1,2).
Kasih yang Tuhan Yesus miliki adalah kasih Agape, yaitu kasih yang memberi tanpa menuntut balasan, rela berkorban untuk mengutamakan kepentingan orang lain. Yesus Kristus sebagai pemimpin Agung dan sempurna banyak mengajarkan dan mempraktikkan kasih dalam pelayanan-Nya, bahkan dapat dikatakan bahwa kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus adalah kasih.
Tuhan Yesus sangat mengasihi orang-orang yang dilayani-Nya. Tercatat dalam kitab-kitab Injil Sinoptik di mana Ia menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati karena Ia sangat mengasihi mereka (Matius 9:18-26; Markus 5:21-43; Lukas 8:40-56).
Kasih menuntut pengorbanan sejati. J. Oswald Sanders mengatakan, “Ciri kepemimpinan yang sejati dapat ditemukan dalam orang-orang yang rela berkorban demi tujuan-tujuan yang cukup luhur, sehingga menuntut ketaatan sepenuh hati dari pihak mereka.” Tuhan Yesus sangat mengasihi manusia, terbukti saat Ia menyerahkan diri-Nya dikorbankan demi keselamatan manusia, untuk mendamaikan manusia berdosa dengan Allah (II Korintus 5:8,21)
c. Teladan dalam Pelayanan
Dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus banyak memberikan prinsip-prinsip keteladanan yang harus dipanuti, dicontohi dan diteladani. Sebagai seorang pemimpin yang sempurna, Yesus telah mengobservasi dan mengevaluasi perencanaan pelayanan yang efektif.
Tuhan Yesus mengatakan dalam Lukas 14:28, “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu.” Seorang pemimpin yang baik, akan merencanakan anggaran terhadap biaya-biaya yang diperlukan agar lebih mudah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Tuhan Yesus banyak melakukan pelayanan yang mempunyai arti yang sangat besar bagi hidup manusia. Ia melakukan banyak mukjizat, menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, mengusir setan, mengajarkan dan memberitakan kebenaran Firman Tuhan yaitu keselamatan di dalam Dia. Dalam perjalanan pelayanan-Nya, mukjizat merupakan salah satu pelayanan yang tidak bisa dilepaskan dari pribadi
Tuhan Yesus. Lima roti dan dua ekor ikan yang dapat mengenyangkan orang banyak menjadi salah satu mukjizat yang terkenal dalam Injil Sinoptik (Matius 14:15-21; Markus 6;35-44; Lukas 9:12-17). Selain itu Tuhan Yesus juga menyembuhkan orang sakit (Matius 8:14-15 dan 9:2-8; Markus 1:29-31 dan 2:2- 12; Lukas 4:38-39 dan 5:18-26) dan membangkitkan orang mati (Matius 9:18-19, 23-26) dan juga mengusir setan (Mat 8:28; Markus 5:1-20; Lukas 8:26-39).
Tuhan Yesus menunjukkan pelayanan yang seharusnya dilakukan oleh setiap pemimpin-pemimpin rohani yang ingin membawa perubahan dalam gereja. Seorang pemimpin rohani yang baik harus dapat menjadi seperti Yesus, mempunyai kuasa untuk melakukan mukjizat-mukjizat seperti perintah Tuhan dalam Markus 16:17-18.
Yang terakhir yang perlu kita perhatikan ialah bagaimana Tuhan Yesus melakukan pelayanan yang membawa orang untuk mendapat keselamatan di dalam Dia. Pelayanan yang dilakukan-Nya meliputi pelayanan secara umum dan pelayanan antar pribadi. Tuhan Yesus melakukan pelayanan secara massal yang dilakukan-Nya bersama dengan orang banyak. Ia melakukan banyak mukjizat dalam pelayanan-Nya sehingga semakin banyak orang yang mengikuti Dia (Matius 14:13).
Tuhan Yesus dalam melaksanakan misi-Nya khususnya untuk melanjutkan pelayanan-Nya kelak, Ia membutuhkan orang-orang yang dapat dipercayakan untuk tanggung jawab tersebut. Pertama-tama Tuhan Yesus berdoa untuk memilih murid-Nya (Lukas 6;12), memilih sesuai dengan kebutuhan-Nya (Matius 10:1-4; Markus 3:3-19; Lukas 6;12-16), kemudian Yesus mengajar dan membina murid-murid-Nya sesuai dengan pola hidup dan pelayanan-Nya dan setelah itu Tuhan Yesus mengutus mereka untuk terjun ke medan pelayanan (Matius 10:5; Markus 6:7), dan yang terakhir Yesus mengevaluasi hasil pelayanan murid-murid-Nya. Yesus adalah modeling pelayanan yang efektif