PERPADUAN UNIK SIFAT KRISTUS (SIFAT ILAHI DAN MANUSIA)
Oleh: Henry Clarence Thiessen.
Ketika kedua karakteristik Kristus menyatu sepenuhnya dalam satu entitas, bagaimana bentuk perpaduan tersebut? Jawaban atas pertanyaan ini sebagian besar terungkap dalam penjelasan sebelumnya. Tidaklah mungkin bagi kami memberikan analisis batiniah yang tepat tentang individualitas unik Kristus, meskipun Alkitab menawarkan sedikit petunjuk.
1. Gabungan ini tidak memiliki karakter teantropik.
Ketika kedua karakteristik Kristus menyatu sepenuhnya dalam satu entitas, bagaimana bentuk perpaduan tersebut? Jawaban atas pertanyaan ini sebagian besar terungkap dalam penjelasan sebelumnya. Tidaklah mungkin bagi kami memberikan analisis batiniah yang tepat tentang individualitas unik Kristus, meskipun Alkitab menawarkan sedikit petunjuk.
1. Gabungan ini tidak memiliki karakter teantropik.
Sifat Kristus itu sendiri adalah teantropik (yakni menggabungkan karakter ilahi dan manusia), namun bukan sifat-Nya. Artinya, kita dapat berbicara tentang Kristus sebagai Allah-manusia ketika merujuk kepada diri-Nya; namun kita tidak dapat mengacu pada aspek ilahi-manusia, melainkan kita harus menekankan adanya ciri ilahi dan manusia dalam Kristus. Ini jelas diperlihatkan oleh fakta bahwa Kristus memiliki pemahaman dan kehendak yang tak terbatas, dan pada saat yang sama memiliki pemahaman dan kehendak yang terbatas.
Dia memiliki kesadaran ilahi dan kesadaran manusiawi. Kecerdasan ilahi-Nya adalah tak terbatas, sedangkan kecerdasan manusiawi-Nya terus berkembang. Kehendak ilahi-Nya memiliki kuasa mutlak, sementara kehendak manusiawi-Nya terbatas pada kemampuan manusia yang belum terjerumus dalam dosa. Dalam kesadaran ilahi-Nya, Ia dapat mengatakan, "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30); dalam kesadaran manusiawi-Nya, Ia dapat mengucapkan, "Aku merasa haus" (Yohanes 19:28). Meski begitu, perlu ditekankan bahwa Kristus tetap sebagai Allah-manusia.
2. Perpaduan ini bersifat personal.
2. Perpaduan ini bersifat personal.
Perpaduan antara kedua karakteristik Kristus dalam diri-Nya disebut perpaduan hipostatis. Dengan kata lain, kedua sifat atau hakikat tersebut menjadi satu dalam eksistensi personalitas. Sebab, Kristus tidak menyatu dengan esensi manusia, melainkan dengan hakikat manusia. Oleh karena itu, individualitas Kristus ditempatkan dalam hakikat ilahi-Nya.
3. Perpaduan ini mencakup berbagai sifat dan tindakan manusia serta ilahi.
3. Perpaduan ini mencakup berbagai sifat dan tindakan manusia serta ilahi.
Sifat dan perilaku baik manusiawi maupun ilahi dapat diwujudkan oleh Allah-manusia tanpa pengecualian. Maka, berbagai ciri khas dan sifat manusia dikaitkan dengan Kristus di bawah gelar-gelar ilahi, seperti "Ia akan menjadi agung dan disebut Anak Allah Yang Maha tinggi" (Lukas 1:32); "mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia" (1 Korintus 2:8); "jemaat Allah yang Ia per oleh dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah Para Rasul 20:28). Dari ayat-ayat ini, kita dapat melihat bahwa Allah dilahirkan dan Allah mati.
Ada juga ayat-ayat yang mengaitkan berbagai ciri khas dan hakikat ilahi dengan Kristus di bawah nama- nama manusiawi-Nya, seperti "Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia" (Yohanes 3:13); "dan bagaimana jika kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat Ia berada sebelumnya?" (Yohanes 6:62); "Mesias dalam keadaannya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang patut dipuji selama-lamanya" (Roma 9:5); Kristus yang telah mati adalah Kristus yang "memenuhi semua dan segala sesuatu" (Efesus 1:23; bandingkan Matius 28:20); Dia adalah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk memutuskan seluruh dunia (Kisah 17:31; bandingkan Matius 25:31, 32).
4. Perpaduan ini menjamin keberadaan tetap dari ke Ilahian dan kemanusiaan Kristus.
4. Perpaduan ini menjamin keberadaan tetap dari ke Ilahian dan kemanusiaan Kristus.
Kemanusiaan Kristus selalu ada bersama dengan keilahian-Nya di setiap tempat. Kenyataan ini menambah keindahan fakta bahwa Kristus hadir di tengah-tengah umat-Nya. Ia hadir dalam ke ilahian-Nya, dan melalui perpaduan antara kemanusiaan-Nya dengan keilahian-Nya, Dia juga hadir dalam kemanusiaan-Nya.
Kesimpulan,
Kesimpulan,
perpaduan sifat Kristus merupakan konsep yang sangat kompleks, yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah. Artikel ini menguraikan beberapa aspek penting dari perpaduan tersebut. Kami melihat bahwa perpaduan ini tidak bersifat teantropik, bersifat pribadi, meliputi berbagai sifat dan perbuatan manusia dan ilahi, serta menjamin kehadiran tetap kedivinitasan dan kemanusiaan Kristus. Perpaduan ini menggambarkan karakter Kristus yang unik dan luar biasa dalam semua dimensinya.