Mengenal Yesus: Jalan Kebenaran dan Hidup Abadi

Pendahuluan.

Dalam pencarian makna hidup, sering kali kita menemukan kebenaran yang mengubah segalanya. Dalam konteks ini, mengenal Yesus adalah puncak pengalaman spiritual yang tidak hanya memimpin kita ke arah yang benar, tetapi juga membawa kita kepada kehidupan yang abadi. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam "Yesus yang Sebenarnya" dan betapa kehadiran-Nya menjadi Jalan Kebenaran dan Hidup Abadi bagi mereka yang belum mengenal-Nya.
Mengenal Yesus: Jalan Kebenaran dan Hidup Abadi
1. Keunikan Nama-Nya

Nama bagi orang-orang pada umumnya sangat penting, karena melalui nama orang dapat mengenal siapa dia dan melalui nama orang mudah mengingatnya. Begitu pun Yesus.

Berkhof menjelaskan bahwa, “Nama-Nya, tidak hanya memberikan makna pribadi Yesus, melainkan juga secara soteriologis, nama itu memberikan makna pada karya-Nya.”

Menurut Berkhof Nama “Yesus” adalah bentuk bahasa Yunani dari kata bahasa Ibrani Jehoshua, Joshua, Yosua 1:1; Zakharia 3:1, atau Jeshua (bentuk umum dalam kitab-kitab sejarah pasca pembuangan), Ezra 2:2. Asal usul kata yang merupakan nama umum dari Juru selamat kita.

Pendapat yang biasa diterima, mengatakan bahwa nama ini berasal dari akar kata yasha’ bentuk hiphil hoshia yang artinya menyelamatkan, akan tetapi tidak mudah menerangkan bagaimana Jehoshua berubah menjadi Jeshua. Barangkali kata Hoshea yang berasal dari bentuk infinitifnya, merupakan bentuk aslinya (band. Bilangan 13:8, 16; Ulangan 32:44), yang menyatakan pengertian tentang penebusan. Bentuk yod yang merupakan penanda bentuk imperfekt dapat ditambahkan untuk menunjukkan kepastian keselamatan itu. Hal ini tentunya sangat sesuai dengan penafsiran terhadap nama yang diberikan dalam Matius 1:21.

Nama Yesus memang sangat unik, karena nama itu tidak diberikan oleh manusia, tetapi diberikan oleh Bapa-Nya (Matius 1:21) dan nama Yesus, yang berarti “Juru Selamat”. Ini merujuk pada pemahaman, bahwa Allah atau Bapa sedang membawa keselamatan untuk manusia melalui seorang Anak manusia.

Lebih lanjut, menurut Berkhof, “Jika Yesus merupakan sebuah nama diri, maka nama Kristus adalah nama jabatan. Nama ini, setara dengan nama Maschiach.” Mesias atau ‘yang diurapi’ sudah muncul dalam Perjanjian Lama,” untuk menjelaskan tentang ‘pengurapan’ Imam (Imamat 4;3; 6:22); atau ‘raja yang diurapi’ (I Samuel 24:10; II Samuel 19:21; 23:1; Ratapan 4:20) dan ‘nabi yang diurapi’ (I Raja-raja 19:16).

Berkhof, menyatakan: Pengurapan itu adalah tanda yang nampak bagi: (a) pemilihan atas seseorang untuk menduduki jabatan tertentu; (b) peneguhan suatu hubungan sakral dan suasana sakral yang ditimbulkan dari diri orang yang diurapi (I Samuel 24:6; 26:9; II Samuel 1:14; dan (c) suatu pencurahan Roh kepada orang yang diurapi (I Sam 16:13, band. II Korintus 1:21, 22. Perjanjian Lama menunjuk pada pengurapan akan Tuhan kita (Mazmur 2:2; 45:7).

2. Keunikan Gelar-Nya

a. Putra Allah

Mengenai gelar Putra Allah yang dikenakan oleh Yesus, Lumintang menjelaskan bahwa gelar ini: Dipakai untuk bangsa Israel, pemimpin Israel (keturunan Daud), para Malaikat, dan orang-orang yang setia. Dalam PB “Anak Allah” ialah kedudukan-Nya dalam Tritunggal, sebagai Anak atau “Putra Allah Bapa” (tunggal atau monogenesis), yang menyatakan ke-Mesianis-an Yesus, kesupranaturalan Yesus yang dilahirkan dengan benih Ilahi. Sebutan“ Anak Allah” bagi Tuhan Yesus, berarti Anak Allah adalah: melaksanakan rencana Bapa dengan penuh ketaatan Anak kepada Bapa, sehingga mempersembahkan hidup-Nya sebagai Korban.

Yesus tidak hanya sekedar nama yang unik, namun Ia adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal dan yang juga disebut sebagai Putra Allah atau Anak Allah. Robert Letham berargumentasi bahwa, “Relasi antara Yesus Sang Anak dan Allah Sang Bapa adalah unik. Dalam Perjajian Lama maupun Perjanjian Baru Allah tidak pernah dinyatakan sebagai natur seksual, Ia juga tidak memiliki istri atau gundik, seperti yang dimiliki oleh ilah-ilah kafir.”

Yesus merujuk kepada hubungan-Nya dengan Bapa dalam seluruh Injil Yohanes dan juga dalam Injil-injil Sinoptik. Ada bukti dari ayat-ayat dalam kitab Injil yang merujuk pada hubungan Yesus sebagai Putra Allah dan Bapa-Nya, yakni; pada usia yang masih kecil Yesus berbicara tentang Bait Allah, yang di mana Yahweh bertemu dengan umat-Nya, sebagai “rumah Bapa-Ku” (Lukas 2:49). Suatu pemaduan Mazmur 2:7 dan Yesaya 4:1 dari kedua ayat Alkitab dalam Perjanjian Lama, di sana mengindikasikan bahwa, Allah Bapa memeteraikan Dia (Yohanes 2:49).

Ketika Yesus mengusir pedagang-pedagang keluar dari Bait Allah, Ia menyebutkan “rumah Bapa-Ku” (Yohanes 4:21-24). Injil Yohanes, menyatakan mengenai kesatuan Anak dan Bapa (Yohanes 5:19, 4:34, 6:34, 6:38, 7:28, 8:42), sebagai kesatuan yang menjelaskan ke-Allahan Yesus Kristus. Pada waktu baptisan Yesus, Bapa menyatakan Dia (Yesus Kristus) sebagai Anak-Nya. Suara dari sorga mengatakan, “inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:16-17).

Di sini Matius menceritakan peristiwa baptisan Yesus dan melanjutkan peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah baptisan selesai. Dalam ayat yang ke 17 Matius memberikan suatu komentar khasnya yang dimulai dari kata Dan lihatlah (LAI: “lalu dengarlah”). Leon Morris menyatakan, “semua Injil Sinoptik memberitahu kepada para pembaca, bahwa suara yang datang dari sorga adalah suara Allah. inilah Anak-Ku, suara ini diungkapkan oleh Allah dari sorga kepada Yesus, bahwa Yesus adalah Putra Allah. hal ini disaksikan oleh banyak orang dan bahkan orang-orang di sekitar Yesus menjadi kesaksian hidup.”

Menurut Morris, “Frasa “yang Kukasihi” dalam bentuk Yunani memakai kata “agapetos” muncul tiga kali dalam Kitab Matius, semua merujuk pada Kristus.” Ini menunjukkan bahwa rasa kasih sayang Bapa yang besar terhadap Sang Anak.

b. Tuhan

Dalam Septuaginta, nama Kurios (Tuhan) adalah terjemahan dari nama Yahweh. Menurut Berkhof, nama “Kurios adalah nama yang setara dengan Yehowah, sebagai pengganti nama Adonay, dan sebagai terjemahan dari gelar penghormatan yang di naikkan oleh manusia kepada Allah (terutama nama Adon), Yosua 3:11; Mazmur 97:5.”

Menurut W. Bousset menyatakan: bahwa, “gelar “Korios” datang dari mistik Yunani dan baru digunakan dalam jemaat Antiokhia. Barangkali pandangan Bousset datang dari praanggapan bahwa terjadi pertentangan antara jemaat Yahudi dan jemaat Yunani. Tetapi menurut Alkitab pandangan ini tidak dapat dipertahankan (lih. mis. Mazmur110).”

Dalam Perjanjian Baru ada beberapa penerapan nama Tuhan yang dikenakan pada Yesus. Dalam Injil Lukas 1:41-44, Lukas mencatat suatu peristiwa penting yang dialami oleh Elisabet ibu Yohanes Pembaptis dan Maria ibu Yesus, yang juga tidak pernah dialami oleh perempuan lainnya pada waktu sezamannya, yaitu; Elisabet atau ibu Yohanes Pembaptis, mengalami pergerakan janin dalam kandungannya ketika Maria, Ibu Yesus, masuk ke dalam rumahnya. Dan Elisabet mengungkapkan Maria sebagai ibu dari Tuhannya. Suatu ungkapan yang keluar dari mulut Elisabet bukan kebetulan sesaat, tetapi karena Ia dipenuhi oleh Roh Kudus, ia mengungkapkan bahwa bayi yang di kandung oleh Maria adalah Tuhan.

Dalam Roma 10:9, 13, Paulus menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan (Ilahi) yang adalah sumber keselamatan. Di ayat 9 Paulus menekankan bahwa, ini adalah pengakuan tentang Yesus sebagai Tuhan. Sedangkan ayat 13 Paulus mengutip dari Yoel 2:32 dan menerapkannya pada Yesus. Hal ini meneguhkan kesetaraan Yesus dengan Yahweh di PL (lih, Ibrani 1:10 bdk dengan Mazmur 102:26).

Berkhof, menyatakan bahwa dalam PB dicatat ada tiga penerapan yang kurang lebih mirip dengan nama Kristus, yakni;

(a) Sebagai sapaan yang hormat dan amat menghargai, Matius 8:2; 20:33; (b) sebagai pernyataan kepemilikan otoritas-Nya, Matius 21:3; 24:42; dan (c) dengan pengertian otoritas tertinggi, menyatakan menyatakan sifat yang sangat dimuliakan, dan kenyataannya secara praktis setara dengan Allah, Markus 12:36, 37; Lukas 2:11; 3:4; Kisah Para Rasul 2:36; 1 Korintus 12:3; Filipi 2:11.

Davis menyatakan, “Ketika masa pelayanan Yohanes pembaptis, ia menyatakan “mempersiapkan jalan bagi Yesus Sang Mesias” merupakan penggenapan dari Yesaya 40:3 “persiapkanlah jalan bagi Tuhan” (Matius 3:3; Markus 1:3; Lukas 1:16; Yohanes. 1:23).”

Robert M. Bowman Jr dan J. Ed Komoszewski menyatakan bahwa, “Dalam Matius 14:30, mencatat suatu peristiwa ketika Petrus berusaha berjalan di atas air setelah melihat Yesus melakukannya, namun ketika imannya mulai goyah dan tenggelam, ia berseru “Tuhan, tolonglah aku!”

3. Keunikan Eksistensi-Nya

Yesus adalah Pribadi yang terunik yang pernah ada dalam sejarah di dunia. Berbicara tentang eksistensi-Nya, Jacob van Bruggen, menyatakan bahwa, “untuk mengetahui bagaimana Yesus hidup di bumi, jejak pelayanan-Nya sumbernya adalah keempat Injil: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.” Ini bukan berarti bahwa, tidak membutuhkan kitab-kitab lain atau sumber-sumber lain untuk mengetahui eksistensi-Nya.

Ada beberapa hal yang menunjukkan keunikan-Nya, salah satu adalah, Ia telah ada sebelum Ia lahir di dunia sebagai manusia dan Ia tetap terus ada (pra-eksistensi-Nya).

Welly Pandensolang, dengan mengutip pendapatnya John F. Walvoord, menyatakan: Keyakinan tentang kekekalan Kristus atau mempercayai Yesus sebagai Allah yang sudah ada sebelum dunia ada (pra-ada) merupakan satu-satunya dasar atau pintu masuk untuk memulai kristologi yang benar dan alkitabiah. Tanpa adanya keyakinan demikian, maka semua doktrin Kristologi yang dibangun, hanya bagaikan reruntuhan ajaran yang berlawanan dengan kebenaran Allah dan Alkitab.

Dia adalah Alpha dan Omega: awal & akhir (Wahyu 1:8, 17; 21:6). Ini adalah gelar yang ditemukan di dalam kitab terakhir dari Alkitab, Wahyu. Dalam kitab Wahyu mengandung tiga sebutan yang sama maknanya yaitu: “Alfa dan Omega” (to alpha kai too) merujuk pada huruf pertama dan terakhir dari alphabet bahasa Yunani. “yang awal dan yang akhir”. Gelar yang pertama dan yang akhir juga dikutip dari Yesaya, di mana Tuhan menegaskan bahwa Dialah satu-satunya Allah (Yesaya 41:4; 44:6; 48:12).

Yesus adalah Pribadi ke-dua dari salah satu Trinitas yang menciptakan dunia ini. Sebelum inkarnasi-Nya dalam daging, Kristus telah ada (eksis). Ambarsari menegaskan, “Jauh sebelum Kristus lahir, para nabi memberitakan banyak hal tentang Dia, dan semua telah digenapi. Kelahiran-Nya (Kejadian 3:15; Galatia. 4:4), yaitu melalui seorang dara (Yesaya 7:14); daftar silsilah-Nya (Kejadian 49:10; 2 Samuel 7:16; Matius 1:1; Lukas 3:23); tempat kelahiran-Nya (Mi. 5:2; Lukas 2:4-7).”

Henry C. Thiessen, mengatakan bahwa, “Ini menunjuk pada wujud-Nya yang sejati dalam keadaan-Nya sebelum penjelmaan. Di masa lampau yang kekal, Kristus “bersama-sama dengan Allah”, dan sesungguhnya Ia adalah Allah” (Yohanes 1:1). Ini berlangsung sebelum dunia ada (Yohanes 17:5).” Injil Yohanes, mencatat tentang Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Kata ‘inkarnasi’ berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya adalah “Karo” yaitu “daging”. Alkitab mengungkapkan “Firman” itu telah menjadi daging (Yohanes 1:14). Yohanes melukiskan tentang kedatangan Sang

Juru selamat ke dalam dunia (bdk. Roma 8:2-3). Firman dalam bahasa Yunani “logos”. Injil Yohanes menyamakan Firman itu dengan Allah. dalam Yohanes 1 kita bertemu dengan Allah Tritunggal “Firman yang telah menjadi manusia, dan tinggal diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliyaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh Anugerah dan kebenaran” (Yohanes 1:14). “Tidak ada seorang pun yang dapat melihat Allah tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yohanes 1:8).

Firman itu telah menyatakan kepada kita tentang siapakah Bapa. Dan Anak Allah telah menyatakan kepada manusia, bukan saja melalui perkataan-Nya tetapi juga oleh pekerjaan-Nya, bahkan keberadaan-Nya telah membuktikan kasih Allah kepada dunia dengan kedatangan-Nya ke dalam dunia (Yohanes 3:16).

Berawal dari laporan Alkitab baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dikatakan bahwa, Yesus adalah pribadi yang kekal. Ia tidak diciptakan (Yohanes 1:1-3, 10; 1 Kor. 8:6; Kolose 1:15-16; Ibrani 1:2, 10-12; bdk. Amsal 8:22; Wahyu 3:14; Kejadian 1:1; Yesaya 43:10). Tetapi Ia menciptakan dan menopang segala sesuatu (Yohanes 1:3, 10; 1Korintus 8:6; Kolose 1:16- 17; Ibrani 1:2-3, 10). Dan Ia berdaulat memerintah atas kuasa alam (Matius 8:23-27 bdk Markus 4:41. 8:22-25).

4. Pribadi Yesus

Selain nama-Nya, dan Pra-eksistensi-Nya yang unik. Keunikan Yesus juga terletak dalam Pribadi-Nya, yaitu; Yesus memiliki Ke-dua natur, Manusia sejati (100%) dan Allah sejati (100%). Ke-dua natur Yesus ini diimani dalam kekristenan, sebab Yesus merupakan pusat dari kekristenan itu sendiri. Dalam pengakuan iman Gereja Perancis, pada pasal XIII (kedua Tabiat Kristus), menyatakan; Kita percaya, bahwa Yesus Kristus, yang adalah hikmat Allah dan Anak-Nya yang kekal, telah mengenakan daging kita, untuk menjadi Allah dan manusia dalam satu pribadi.

Dia menjadi manusia yang serupa dengan kita, yang dapat menderita dalam tubuh dan jiwa. Hanya saja Ia suci tanpa noda apa pun. Dan dalam sejarah manusia di dunia ini, tidak ada satu pun manusia yang mengenakan kedua natur dalam dirinya, seperti yang Yesus miliki. Mengenai kedua natur Yesus (manusia 100% dan Allah 100%) merupakan topik dasar utama dalam Kristologi, dan merupakan pembeda antara Iman Kristen dengan agama lainnya.

Tidak heran, jikalau kedua natur Kristus dipersoalkan (diperdebatkan), baik dari luar kekristenan maupun di dalam kekristenan. Ambarsari mengatakan, bahwa “Perdebatan tentang topik ini muncul sejak awal kekristenan, dan menimbulkan perdebatan yang panjang dan rumit selama hampir tiga abad (300 tahun), akan terus ada sepanjang masa.”

Rumusan Kredo konsili Chalsedon (th. 451 M) menyatakan: Yesus Kristus dikenal dalam dua natur (Manusia dan Allah) yang tidak tercampur, dan tidak berubah, tidak terbagi, tidak tertukar, tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya, perbedaan kedua natur itu sama sekali tidak disingkirkan oleh kesatuan kedua natur itu, tetapi sifat masing-masing natur tetap dipertahankan dan diam bersama-sama dalam satu pribadi dan satu subtansi, tidak saling terpisah atau terbagi menjadi dua.

Konsili Chalsedon yang dilaksanakan pada tahun 451 M. Berhasil merumuskan sebuah pengakuan Gereja, berkenaan dengan pribadi Kristus. Yang intinya menyatakan bahwa, kedua natur pribadi Yesus (manusia sejati dan ilahi sejati) tidak bercampur, tidak berubah, tidak terbagi dan tidak terpisah. Jadi, kedua natur tersebut secara bersamaan dimiliki Yesus. Ia adalah Allah seutuhnya dan Manusia seutuhnya. Kedua natur tersebut secara bersamaan dimiliki Yesus. keunikan masing-masing natur dalam diri Yesus tidak akan mungkin hilang apa lagi berkurang, bahwa Ia adalah manusia seutuhnya dan Allah seutuhnya.

a. Evidensi Yesus Sebagai Manusia Sejati Yesus benar-benar manusia seutuhnya.

Alkitab telah memberikan banyak bukti, bahwa Yesus sepenuhnya manusia. Yesus memiliki tubuh jasmaniah sama seperti kita, sebagai contoh; Ia telah dilahirkan (Matius 1:18-25; Lukas 2:1-7). Kedatangan Yesus ke bumi bukan secara tiba-tiba, namun Ia mengalami proses yang sama seperti manusia pada umumnya (dilahirkan). Millard J. Erickson menyatakan bahwa, “Ia dikandung dalam rahim seorang ibu manusia, Ia dilahirkan dan dirawat sama seperti anak lain.”

Sekalipun Dia dikandung bukan karena hasil dari hubungan seks (pertemuan antara sel telur dan sel sperma) bahkan Alkitab mencatat dengan jelas, bahwa Yesus dikandung dari Roh Kudus (Matius 1:8), namun sejak dalam kandungan prosesnya sama dengan janin manusia yang lainnya. Yesus menyebut diri-Nya sendiri manusia, Yohanes 8:4; Kis 2:22; Roma 5:15; 1 Korintus 5:15; 1 Korintus 15:21. Ayat-ayat tersebut telah menunjuk pada penjulukan diri Yesus yang paling umum sebagai, “Anak Manusia”. Lebih lanjut lagi dikatakan, bahwa Tuhan datang dinyatakan dalam daging (Yohanes 1:14).

Selain itu, orang-orang disekeliling-Nya menyaksikannya dan menyatakan, bahwa, Dia sebagai manusia biasa (Yohanes 9: 16, 19:5; Kis. 3:22). Sangat jelas, bahwa ini merupakan salah satu pembuktian dari Alkitab mengenai kemanusiaan Yesus. Alkitab telah menunjukkan bahwa Yesus memiliki elemen esensi natur manusia, yaitu tubuh jasmaniah dan jiwa yang rasional, Matius 26:26, 28, 38; Lukas 23:46; 24:39; Yohanes 11:33; Ibrani 2:14.

Berkhof mengatakan, bahwa “ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus ada di bawah hukum perkembangan manusia yang umum dan mempunyai kebutuhan serta penderitaan seperti manusia, Lukas 2:4, 52; Ibrani 2:10; 5:8.” Selain itu, Yesus juga memiliki pengalaman-pengalaman seperti yang manusia alami, yakni; Yesus mempunyai nama seperti manusia lain pada umumnya, yaitu Yesus, Anak Daud, Ia memiliki Tubuh (Yohanes 1:1), Ia berbicara dalam bahasa manusia, Ia menjalani kehidupan seperti manusia lainnya (Lukas 2:52) seperti; rasa lapar (Matius 4:2), haus (Yohanes 19:28), lelah (Yohanes 4:6), sedih dan tertekan (Yohanes 11:35; Lukas 13:34, 35), dan Ia mengalami kematian (Ibrani 2:14, 15).

Berkhof berargumentasi, “Yesus bukan hanya memiliki kesempurnaan natural, tetapi Ia juga memilki kesempurnaan moral, yaitu ketidakberdosaan.” Yesus memang sama seperti manusia pada umumnya, tetapi sama sekali tidak ada kemungkinan-Nya untuk berdosa (Lukas 1:35; Yohanes 8:46; 14:30; II Korintus 5:21; Ibrani 4:15; 9:14; I Petrus 2:22; I Yohanes 3:5). Dalam 2 korintus 5:21, merujuk pada Yesus yang tidak berdosa, kini dibuat menjadi dosa karena kita.

Perlunya kemanusiaan-Nya, karena manusia berdosa dan hukuman dari dosa harus ditanggung oleh manusia juga. Sebagai ganjaran dari dosa adalah penderitaan tubuh dan jiwa, yang hanya mungkin ditanggung oleh manusia (Yohanes 12:27; Kis. 3:18; Ibrani 2:14; 9:22). Seperti yang dikatakan seorang teolog Reformed yang bernama Herman Hoeksema, “In the first Place, Christ must be very man because satisfaction must be made in the human nature that has sinned” Kemudian Hoeksema melanjutkan dengan berkata, “It would be quite impposible to transfuse the blood of a horse into the veins of a human body. An similarly, the resurrected Lord could never transfuse His own life into our hearts if He were not related to us”.

Menurut Berkhof, “Sangatlah penting untuk tetap mempertahankan realita dan integritas kemanusiaan Kristus, pertumbuhan kemanusiaan-Nya, serta keterbatasan manusia-Nya”. Yohanes juga menekankan, bahwa mengakui kemanusian Kristus yang berasal dari Allah, sangatlah penting (Yohanes 4:2-3).

b. Evidensi Yesus Sebagai Allah yang Sejati

Salah satu pokok pembahasan teologi Kristen yang paling kontroversial ialah pokok ke-Allahan Kristus. pada saat yang sama pokok pembahasan ini adalah pokok yang penting. Berkenaan mengenai Yesus sebagai Allah yang sejati, Alkitab sebagai sumber untuk mengenal Yesus sebagai Allah yang sejati. Seperti yang diungkapkan oleh Berkhof, yakni “in view of the widespread denial of the deity of Christ, it is of the utmost importance to be thoroughly conversant with the Scripture proof for it”.

Penyangkalan terhadap ke-Alahan Yesus adalah mereka yang mengabaikan ajaran Alkitab, sebab Alkitab telah meberikan bukti-bukti yang melimpah mengenai ke-Tuhanan Yesus Kristus.

1. Alkitab secara eksplisit menekankan Ketuhanan Yesus Kristus

Yesaya 9:5, menunjuk pada nubuatan Yesaya tentang kedatangan Yesus melalui kelahiran-Nya di muka bumi, dan yang dalam nama-Nya disebut sebagai orang:

Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, dan Raja Damai. Robert M Bowman Jr. mengatakan, “Injil Yohanes mencatat beberapa pernyataan secara eksplisit yang mengidentifikasikan Ysus sebagai Allah, (Yohanes 1:1, 14, 17)”. Pernyataan pertama dari ayat 1 “pada mulanya adalah Firman; Firman bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. “Firman” (Yunani “logos”) adalah nama Yesus Kristus, yang merujuk pada Yesus dalam praeksistensi-Nya. Yohanes 1:14 Firman yang menjadi daging, menurut Mangapul Sagala, “ ia melihat bahwa Yohanes menyebut Logos sebagai Allah (Theos) karena Dialah Anak Allah yang menyatakan Bapa dan kemuliaan-Nya kepada umat manusia (1:14c, 18)”.

Dan Yohanes 1:17 mengindifikasikan Firman yang telah berinkarnasi, sebagai “Yesus Kristus” (lih. Yohanes 1:1; Wahyu 19:13). Roma 9:5, merujuk pada pribadi Yesus sebagai Allah yang patut dipuji dan di sembah. Filipi 2:6-9, Paulus mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap keasetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan”. Ia telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa sebagai seorang hamba.

Robet M Bowman Jr menyatakan, bahwa “pengakuan ‘Yesus Kristus adalah Tuhan’ menekankan bahwa Ia sebenarnya adalah Yehovah (Filipi 2:9-11)”. Filipi 2:11 Paulus mengatakan “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut” ia sedang mengatakan bahwa nama Yesus kini berada dalam posisi tertinggi, paling dihormati di atas segala ciptaan. Titus 2:13, Paulus menjelaskan, ia mengatakan Bahwa Yesus adalah Allah yang Maha besar dan Juru selamat. Dalam 1 Yohanes 5:20, dikatakan, bahwa Yesus Allah yang benar hidup yang kekal.

2. Bukti Alkitab tentang nama-nama Tuhan untuk menunjuk kepada Yesus 

Yesaya 7:14, nubuatan Yesaya kini telah menyebut Anak itu Imanuel, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Matius, yang berarti “Allah beserta kita” (1:23). Sorang Ahli tafsir PB yang bernama Leon Morris mengatakan, bahwa “Imanuel adalah nama Yesus dalam pengertian semua tercakup di dalam nama itu, ter genapi di dalam Dia”.

Yesus sebagai Allah juga disinggung oleh Yohanes, yakni; Firman (logos) yang menjadi manusia (Yohanes 1:1). Nama Tuhan dalam diri Yesus diungkapkan oleh Yohanes Pembaptis, yakni: mempersiapkan jalan bagi Yesus Kristus Sang Mesias merupakan penggenapan dari Yesaya 40:3, “persiapkanlah jalan untuk Tuhan” (Matius 3:3; Markus 1:3, Lukas 3:4; bdk. Lukas 1:16; Yohanes 1:23). Matius 24:42 “sebab kamu tidak tahu mana pada hari mana Tuhanmu datang”. Tuhanmu yang disinggung oleh Matius, ini merujuk pada diri Yesus. Lukas 2:11; 3:4; Kis 2:36; 1 Korintus 12:3; Filipi 2:11, menunjukkan otoritas tertinggi, menyatakan sifat yang sangat dimuliakan, dan kenyataannya secara praktis bahwa Yesus setara dengan nama Allah.

3. Alkitab menyebutkan atribut-atribut Ilahi dalam diri Yesus

Eksistensi-Nya yang kekal, Yesaya 9:5; Filipi 2:6; Wahyu 1:8; 22:13. Wahyu 1:8, mengindikasikan gelar yang mulia ini merujuk pada Kristus. baik konteks dekat, sebelum dan sesudah, dari ayat ini merujuk pada keadaan Kristus (lih ay. 7, 13).

Menurut William Hendriksen, bahwa “ungkapan Aku adalah Alfa dan Omega adalah huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani. Jadi Kristus dinyatakan di sini menyatakan diri-Nya sendiri sebagai sang Wahyu Allah yang kekal, lengkap, dan sempurna”. Hal ini menunjuk, bahwa Yesus telah ada sejak permulaan sampai akhirnya, yaitu Dia Yang Kekal. Wahyu menerapkan gelar yang Awal dan yang Akhir kepada Yesus, secara ekplisit mengklaim gelar itu bagi diri-Nya sendiri. Menurut Robert

M Bowman Jr. mengatakan, “gelar yang dipakai oleh Yohanes untuk memperkenalkan Yesus, sebenarnya merupakan gelar rangkap tiga: ‘Aku adalah Yang Pertama, Yang Terakhir, dan Yang Satu-satunya yang Hidup’ (1:17). Ia Maha ada, Matius 28:20 dan 18:20, mengenai Ia Maha ada, telah terealisasikan dalam pernyataan Yesus yang mengatakan “Aku menyertai kamu senantiasa akhir zaman. Menurut Morris bahwa “Yesus yang Matius tuliskan bukanlah seorang figur dari Palestina yang sederhana, tetapi Pribadi yang luar biasa yang menyertai para pengikut-Nya di mana pun mereka berada. Hal ini berlangsung selama-lamanya. Injil Matius dibuka dengan jaminan bahwa di dalam kedatangan Yesus, Allah akan beserta umat-Nya”.

Ia Maha tahu, Yohanes 2:24, “karna Ia mengenal mereka semua” Yohanes menunjuk pada pribadi Yesus sebagai Tuhan yang Maha tahu. Bahkan Yesus mengetahui rancangan yang ada dalam hati manusia (2:25). Yohanes mencatat mengenai pengakuan Petrus terhadap Yesus “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu” (Yohanes 21:17). Matius mencatat bahwa Yesus mengetahui pikiran manusia, bahwa Yesus mengetahui seorang ahli Taurat yang memikirkan hal yang jahat tentang Yesus “kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu” (Matius 9:4),

Morris berpendapat bahwa, “Jahat di sini berarti merencanakan perbuatan-perbuatan jahat, tetapi lebih mungkin memikirkan hal yang lebih buruk tentang Yesus”. dan juga beberapa ayat-ayat lain yang menekankan bahwa Yesus adalah Tuhan yang Maha tahu, Kis1:4; 1 Korintus 4:5, Wahyu 2:23. Maha Kuasa, Yohanes mencatat bahwa Yesus diberikan segala kuasa di surga dan di bumi (Matius 28:18). Yesus juga berkuasa untuk melakukan mukjizat, Rasul Paulus dalam tulisannya menyiratkan sebuah kesadaran bahwa Yesus melakukan banyak mukjizat (Roma 15:18-19; 1 Korintus 4:20; 13:2; bdk. 2 Korintus 12:12; 2 Tesalonika 2:9). Perjanjian Baru mengafirmasi bahwa kuasa yang Yesus gunakan yaitu, untuk menaklukkan segala ciptaan (1Korintus 15:24; Filipi 2:9-11).

4. Alkitab membuktikan bahwa Yesus melakukan pekerjaan Ilahi

Dalam Perjanjian Baru menjelaskan ayat-ayat yang mengindikasikan, bahwa Yesus telah melalukan pekerjaan Ilahi yaitu, Yesus menjadikan segala sesuatu. Yohanes 1:1, 3 “Segala sesuatu dijadikan menjadikan segala sesuatu oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada satu pun yang jadi dari segala yang telah dijadikan….Ia telah telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya”. 1 Korintus 8:6, “namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal dari segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.

Kolose 1:16 “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu dicipta oleh Dia dan untuk Dia”. Ibrani 1:2, “maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta’. Dari semua ayat-ayat dalam PB, sangat jelas bahwa Yesus, juga ikut mengambil bagian dalam penciptaan.

Pengampunan atas dosa, ayat-ayat dalam PB melaporkan bahwa “Anak Manusia (Yesus) berkuasa mengampuni dosa” (Matius 9:6 bdk. Markus 2:1-12; Lukas 5:17-26). Lukas 7:47-49, Lukas mencatat dua kali, tentang pengampunan yang diucapkan langsung oleh Yesus. “sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni… lalu Ia berkata kepada perempuan itu dosamu telah diampuni”. Kisah Para Rasul 5:31, “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juru selamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa”.

Pengampunan yang diberikan oleh Yesus, juga terealisasikan dalam karya-Nya di kayu salib, manusia yang berseteru kepada Allah didamaikan dan diampuni seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus dalam Efesus 2:15-16. “Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan Hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu”. Tindakan Yesus yang mengampuni dosa menunjukkan secara mutlak , bahwa Ia adalah Allah.

C.S. Lewis, telah menunjukan hal ini dalam argumentasinya yang brilian berukut ini. Lewis menulis: Tak seorangpun di bumi ini memiliki wewenang atau hak untuk mengampunkan dosa. Tak seorang pun dapat mengampunkan dosa kecuali dia terhadap siapa semua orang telah berdosa. Bila Kristus mengampunkan dosa, seperti yang memang dilakukan-Nya, Dia tidak menjalankan hak istimewa seorang manusia. Karena tak seorang pun melainkan hanya Allah sajalah yang dapat mengampunkan dosa, maka dengan terang dibuktikan bahwa Kristus, karena Dia mengampunkan dosa, adalah Allah.

Kebangkitan dan Penghakiman, merupakan pekerjaan Ilahi-Ilahi lainnya yang dilakukan oleh Yesus, seperti yang dinyatakan dalam Injil Yohanes 5:21; 6:40, 54 “sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendaki-Nya…”, “sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak, dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman…”,“barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, Ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman”.

Selain itu, ada beberapa teks dalam Injil yang menjelaskan mengenai hak prerogatif Yesus untuk melaksanakan penghakiman terakhir (the last judgement), Matius 25:31-32; Yohanes 5:22, 27, “apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.

Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang sama seperti Gembala, memisahkan domba dari kambing…”, “Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak..”, “dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya, untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia”. Yesus akan menjadi Hakim pada akhir zaman, ini mengindikasikan bahwa Ia juga adalah Allah. Mengapa? Karena, semua manusia yang pernah hidup dan tinggal dalam dunia ini sejak zaman Adam dan Hawa sampai kedatangan Kristus yang kedua kalinya terlalu banyak jumlahnya. Kalau Kristus bukanlah Allah, bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi semua manusia yang pernah hidup di dunia dengan adil?

Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan hukuman kepada orang-orang berdosa seperti: banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Misalnya, dosa membunuh dan berbohong, tentu tidak sama hukumannya (bdk. Keluaran 21:12 dan Keluaran 22:1). Tingkat pengetahuannya juga mempengaruhi berat ringannya hukuman. Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan yang dimiliki setiap orang, makin berat hukumannya kalau ia terus berbuat dosa (Lukas 12:47-48).

Dapat dikatakan bahwa, Hakim itu haruslah seseorang yang maha tahu, bijaksana, dan adil, dan karena itu Ia adalah Allah! Sesuatu yang menarik yang terdapat dalam Yohanes 5:22, 27 dinyatakan bahwa Bapalah yang menyerahkan tugas penghakiman itu kepada Yesus. Maka tentunya, Bapa tidak begitu bodoh dengan memberikan tugas kepada seorang manusia biasa, di mana pada hakikatnya tugas itu sendiri hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri

5. Karya Penebusan Yesus Kristus

Karya Utama dari Yesus Kristus adalah Karya Penebusan (Redemption)-Nya. Dengan kata lain, Yesus harus menjalankan fungsi seorang imam. Tugas terbesar-Nya ialah mempersembahkan korban yang cukup bagi dosa seisi dunia. Ia adalah Imam Besar. Jauh sebelum inkarnasi-Nya, dalsm Perjanjian Lama telah menyatakan keimaman dari Sang Penebus yang akan datang (Mazmur 110:4 dan Zakaria 6:13), meskipun dalam Perjanjian Baru hanya satu kitab, yakni Surat Ibrani yang membicarakan hal ini.

Selanjutnya, Berkhof menyebutnya, sebagai Hal yang mengejutkan karena Yesus Kristus tampil baik tidak hanya sebagai Imam Besar tetapi juga sekaligus sebagai kurban.

Berkhof menulis, Dalam PL, imam dan korban adalah dua hal yang terpisah, dan sejauh itu tipe korban PL tidaklah sempurna. Karya keimaman Kristus paling jelas disebutkan dalam surat Ibrani, di mana Sang Pengantara disebutkan sebagai satu-satunya Imam Besar yang sesungguhnya, yang sempurna, yang kekal dan ditunjuk oleh Allah sendiri, yang mengambil tempat orang berdosa, dan oleh pengorbanan-Nya sendiri, Ia memperoleh cv penebusan yang sesungguhnya dan yang sempurna, Ibrani 5:1-10; 7:1-28; 9:11-15, 24, 28; 10:11-14; 19:22; 12:24 dan teristimewa ayat-ayat berikut, 5:5; 7:26; 9:14.

Memang hanya Surat Ibrani yang menyebut Kristus sebagai Imam Besar. Tetapi, mengenai karya keimaman Yesus Kristus, banyak disebutkan dalam Surat-Surat dari Paulus dan Yohanes. Misalnya: Roma 3:24, 25 5:6-8; I Korintus 5:7; 15:3; Efesus 5:2; Yohanes 1: 29; 3:14, 15; I Yohanes 2:2; 4:10.

Mengenai karya Penebusan-Nya, tidak ada sumber lain yang benar untuk menyaksikannya, kecuali Alkitab. Dalam Matius 20:28, Yesus menyatakan, “...sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Darah-Nya ditumpahkan untuk pengampunan dosa manusia (bdk. Matius 26:8).

“Pertanyaan yang paling penting di abad ke dua puluh satu ini adalah: mengapa Yesus Kristus mau menjalani penderitaan yang begitu dahsyat?”. Pertanyaan ini, merupakan hal yang serius, karena pertanyaan tersebut mengarah kepada bagaimana seseorang memahami arti penting dari penderitaan-Nya. Jhon Piper mengatakan, “Kita tidak akan pernah memahami arti dari penderitaan-Nya, jikalau kita tidak bisa melihat alasan yang melampaui pikiran manusia”. Seluruh pesan Alkitab memberikan Alasan mengapa Yesus harus menderita.

Dalam PB menjelaskan bahwa, “Ia (Allah) yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua (Yohanes 3:16, bdk. Roma 8:23)…”, “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib! (Galatia 3:13)…”, “Kristus Yesus telah ditentukan oleh Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. 

Hal ini dibuat untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang terdahulu pada masa kesabaran-Nya (Roma 3:25)…”, “inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita (1 Yohanes 4:10)”.

Pengorbanan Yesus Kristus telah menunjukkan kekayaan kasih dan anugerah Allah bagi orang berdosa (Roma 5:7-8; Yohanes 3:16; Efesus 1:7). Jhon Piper menuliskan, bahwa “Besarnya kasih Allah kepada kita bisa ditunjukkan melalui dua hal: Pertama, besarnya pengorbanan-Nya untuk menyelamatkan dari hukum dosa. Kedua, besarnya ketidaklayakan kita dalam mendapatkan keselamatan dari-Nya”.

Melalui Penebusan itulah, kasih dan keadilan Allah menjadi harmonis. Mengapa? Karena jika hanya menekankan kasih maka pengorbanan, penderitaan Yesus di kayu salib seakan sandiwara belaka, begitupun sebaliknya. Jadi, Penebusan sangat diperlukan. Itulah karya terbesar yang pernah dilakukan oleh Yesus Kristus.

Baca Juga: Yesus: Jalan Keselamatan yang Memberi Hidup Abadi (Yohanes 14:1-14)

Keempat Injil mencatat, Yesus benar-benar pernah mati, bahkan mati tergantung di kayu salib di bukit Golgota (lih. Matius 27: 45-46; Markus 15:33-41; Lukas 23:44-49 dan Yohanes 19: 28-30). Sebuah peristiwa yang sebelumnya telah diartikan oleh Kristus sendiri sebagai kematian untuk pengampunan dosa manusia, pengukuhan kovenan (janji) yang baru dan kekalahan setan (Lukas 22: 15-20; Yohanes 12:31, 16:11).

Kesimpulan

Mengenal Yesus sebagai Jalan, Kebenaran, dan Hidup membuka pintu ke kebenaran yang abadi. Yesus adalah satu-satunya Juru selamat dunia, dengan kasih-Nya yang tak terbatas, pengampunan-Nya yang sempurna, dan kuasa-Nya yang melampaui segala batas. Bagi yang mencari makna hidup, undanglah Yesus ke dalam hidup Anda, karena Dialah sumber kebenaran sejati. Melalui hubungan pribadi dengan-Nya, kita menemukan transformasi yang mendalam dan harapan yang abadi. Yesus adalah jawaban bagi yang mencari, dan di dalam-Nya, kita menemukan kedamaian yang melebihi segala pengertian. "Mengenal Yesus, adalah menemukan kehidupan yang sejati."
Next Post Previous Post