Jemaat Kolose: Hidup dalam Syukur dan Komunitas Kristus

Pendahuluan:

Dalam suratnya kepada jemaat Kolose, Rasul Paulus memberikan nasihat penting tentang hidup dalam syukur dan komunitas Kristus. Surat ini menggarisbawahi betapa ucapan syukur bukan sekadar kata-kata, melainkan suatu gaya hidup yang terus-menerus termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari jemaat. Mari kita telaah pesan penting ini yang mencerminkan esensi ajaran Kristus bagi komunitas percaya.
Jemaat Kolose: Hidup dalam Syukur dan Komunitas Kristus
Syukur dan Hidup – being (Kolose 3:15)

Paulus memberi nasihat kepada jemaat Kolose ‘bersyukurlah’ pada Kolose 3:15. Secara harfiah diterjemahkan ‘Jadilah kamu ucapan syukur’. Nasihat ini masih merupakan lanjutan dari nasihat sebelumnya dan tidak berfungsi sebagai pikiran yang timbul kemudian (Dunn) atau sebagai judul untuk perintah-perintah berikutnya (Robinson, Martin, Lindemann).

Bentuk jamak kata kini verba imperatif jadilah menunjukkan suatu keadaan yang terus-menerus harus dilakukan jemaat. Umat Kristen tidak hanya mengucap syukur, melainkan hidupnya sendiri adalah ucapan syukur secara kontinu. Aspek komunal bersyukur terlihat dalam diri jemaat bersama. Hidup jemaat secara komunal dalam masyarakat berada harus menampakkan diri sebagai bentuk ucapan syukur. Alasan untuk bersyukur tidak disebut lagi karena telah diuraikan dalam bagian lain dari surat Kolose (1:3, 12; 2:7; 3:17: 4:2).

Kata sifat hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru. Tidak hanya berarti sikap terima kasih atau tindakan berterima kasih. Suatu sikap rasa terima kasih yang dinyatakan dalam syukur. Syukur merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan Kristen. Dalam surat-surat Paulus alasan utama untuk bersyukur ialah pekerjaan/perbuatan Allah yang besar dalam Kristus membawa keselamatan melalui Injil (1 Korintus 1:4; Roma 1:8; 2 Korintus 1:11; Efesus 1:16; Filipi 1:3). Di sini alasan untuk bersyukur ialah diri umat Kristen itu sendiri yaitu mereka sekarang adalah manusia baru. Karakteristik manusia baru ialah ucapan syukur. Ucapan syukur memuat dimensi ontologi.

Syukur dan Nyanyian (Kolose 3:16)

Jemaat Kolose diberi perintah untuk membiarkan damai sejahtera Kristus menguasai hidupnya. Kemudian jemaat diperintahkan untuk memberikan tempat bagi perkataan Kristus untuk berdiam dengan limpahnya. Perkataan Kristus di sini berfungsi sebagai subjek terhadap kata kerja berdiam. Kata kerja berdiam tidak menunjukkan suatu keadaan statis, melainkan suatu kuasa karya dinamis yang bekerja dalam jemaat.

Jemaat harus membiarkan perkataan Kristus berdiam dengan limpah dalam hidup jemaat. Kata kerja berdiam hanya digunakan oleh Paulus (Roma 8:11; 2 Korintus 6:16; 2 Timotius 1:5,14). Nasihat ini tidak perlu dibatasi maknanya dalam suasana ibadah Kristen seperti usul Dunn. Nasihat ini bersifat umum untuk diterapkan dalam gereja dan masyarakat.

Apa maksudnya perkataan Kristus (ho logos tou Christou)?

Dua arti dapat diberikan:

(i) Bila genitif Kristus (tou Christou-tou / Cristou/) sebagai subjek maka perkataan Kristus menunjukkan perkataan yang diucapkan Kristus. Artinya Kristus sendiri yang berbicara ketika perkataan-Nya diberitakan kepada dunia. Memberitakan perkataan Kristus sama dengan Kristus sendiri berbicara. Hal ini memperlihatkan suatu bentuk kehadiran Kristus di tengah-tengah jemaat.

(ii) Bila genitif Kristus (tou Christou-tou / Cristou/) sebagai objek maka perkataan Kristus adalah berita atau pengajaran yang berpusat pada Kristus yang telah mendapat tempat dalam jemaat Kolose sejak Epafras memberitakannya (Lohse, O’Brien, Barth-Blanke).

Barth-Blanke menulis perkataan Kristus adalah perkataan yang memberitakan Kristus dan melaluinya Kristus diterima sebagai Tuhan. Arti kedua mungkin lebih dapat diterima karena berita Injil adalah berita tentang Yesus Kristus.

Tetapi lebih baik tidak perlu memilih satu dari keduanya (Dunn). Istilah perkataan Kristus menunjukkan baik berita tentang Kristus dan perkataan yang diucapkan Kristus. Pada saat Injil tentang Kristus diberitakan, saat itu juga Kristus hadir secara tidak kelihatan meneguhkan pewartaan Injil. Dengan perkataan lain, pemberitaan yang berpusat kan kepada Yesus Kristus tidak lain merupakan perwujudan perkataan Kristus itu sendiri.

Di manakah perkataan Kristus berdiam? Ada penafsir (Lightfoot) berpendapat perkataan Kristus berdiam dalam hati jemaat. Menunjuk pada kehadiran Kristus di dalam hati masing-masing jemaat. Suatu kehadiran yang bersifat personal. Tetapi ada pakar (Meyer, Mason, Bruce) berpendapat perkataan Kristus berdiam di dalam jemaat. Menunjuk pada kehadiran Kristus secara komunal dalam komunitas jemaat.

Perlu diperhatikan bahwa kehadiran Kristus terjadi secara individual dalam masing-masing anggota jemaat dan secara komunal di dalam jemaat. Sehingga kedua bentuk kehadiran Kristus terlihat tidak dipertentangkan Paulus. Karena kata pronomina ‘kamu’ dalam bentuk jamak, kelihatannya yang dimaksud adalah kehadiran Kristus dalam komunitas Kristen. Jemaat secara bersama-sama menghidupkan Kristus melalui perkataan dan perbuatan mereka secara berjemaat.

Telah dinyatakan bahwa perkataan Kristus adalah berita tentang Kristus. Bagaimana perkataan Kristus tinggal dalam jemaat? Dengan limpah. Istilah dengan limpah menunjuk pada tiga hal yakni memenuhi semua sudut kehidupan kehidupan jemaat dan mencakup semua segi Kristologi secara komprehensif serta berlangsung terus-menerus setiap hari. Bila jemaat memberitakan Kristus dengan limpah akan berakibat hidup jemaat berpusat kan pada Kristus. Jadi, bila perkataan dan perbuatan jemaat menunjuk pada Kristus, maka perkataan Kristus sudah tinggal pada jemaat

Apa yang terjadi bila perkataan Kristus berdiam dengan limpah? Paulus menyebut empat bentuk peristiwa: dengan hikmat saling mengajar (Kolose 3:16), dengan hikmat saling menasihati (ayat 16), menyanyi kepada Allah (ayat 16), mengucap syukur pada Allah (Kolose 3:17). Inilah empat bentuk atau sarana yang melaluinya perkataan Kristus disalurkan oleh dan melalui komunitas Kristen. Perlu dicatat karakter komunal empat efek berdiamnya perkataan Kristus dengan limpah. Ketergantungan keempatnya kepada verba imperatif ‘berdiamlah’ menyebabkan keempat partisip mengandung kekuatan imperatif juga

Jemaat Kolose mengucap syukur dengan segenap hati kepada Allah. Bersyukur dengan di dalam hati tidak berarti bersyukur tanpa suara, melainkan nyanyian syukur dinyanyikan dengan sepenuh hati. Tidak hanya mulut yang menyanyi melainkan seluruh tubuhnya. Dengan perkataan lain, kehidupan Kristen merupakan nyanyian kepada Allah Bapa. Ini merupakan akibat lain berdiamnya perkataan Kristus.

Istilah dalam hati menunjuk pada seluruh kepribadian manusia bukan pada ibadah sepi tanpa suara atau kata. Jemaat menyanyikan pengalaman anugerah dalam bentuk mazmur, pujian dan nyanyian kepada Allah dengan sepenuh hati karena dorongan Roh Kudus.

Lohse menyatakan ‘Manusia jangan hanya memuji Tuhan dengan bibirnya. Seluruh keberadaannya merupakan pujian kepada Allah’. Nyanyian syukur tidak hanya terbatas di dalam ibadah jemaat, melainkan seluruh kehidupan jemaat setiap hari terungkap sebagai ekspresi ibadah kepada Allah.

Syukur dan perkataan – perbuatan (Kolose 3:17)

Kolose 3:17 kelihatannya merupakan penjelasan terhadap kalimat perintah ‘perkataan Kristus diamlah dengan limpah’ pada ayat 16. Dalam pengertian seperti ini pendapat Lohse menganggap bahwa ayat 17 merupakan kesimpulan paragraf Kolose 3:5-17 dipandang tidak tepat. Partisip perintah bersyukurlah menjelaskan lebih lanjut apa artinya bila perkataan Kristus tinggal dengan limpah dalam hidup jemaat.

Sepintas terlihat bahwa ungkapan semua perkataan dan perbuatan dalam Kolose 3:17 meringkaskan tindakan jemaat yang disebut dalam Kolose 3:16 yakni mengajar, menegur dan menyanyi. Tetapi pemahaman seperti ini terlalu membatasi. Lebih baik bila ungkapan semua perkataan dan perbuatan mencakup seluruh aspek kehidupan jemaat Kristen.

Barth-Blanke menolak usulan Dibelius yang membatasi ungkapan semua perkataan dan perbuatan terbatas pada konteks ibadah Kristen yakni mengacu kepada Firman dan sakramen. Bila perkataan Kristus berdiam dengan limpah maka setiap tindakan dan perkataan jemaat dilakukan dalam nama Tuhan. Kata Tuhan dalam frasa tersebut jelas menunjuk pada Kristus, bukan Allah Bapa

Ungkapan dalam nama Tuhan sebagai bagian tradisi Yahudi dan Kristen purba di sini berarti kesadaran kehadiran Tuhan baik di dalam dan di luar lingkungan jemaat. Kesadaran akan kehadiran dan pertolongan Tuhan adalah arti frasa ‘dalam nama Tuhan’. Berkata dan berbuat dalam nama Tuhan tidak berarti menyebut nama Tuhan atau Yesus dalam setiap tindakan dan perkataan.

Berkata dan berbuat dalam nama Tuhan tidak berarti hanya sekedar kesadaran perkataan dan perbuatan merupakan tugas yang berasal dari Tuhan. Tetapi memiliki kesadaran bahwa Tuhan hadir dalam setiap perbuatan dan perkataan. Berkata dan bertindak dikerjakan dengan kesadaran hidup berada di hadirat Kristus Tuhan. Di dalam nama Tuhan juga berarti bahwa semua perkataan dan perbuatan mencerminkan karakter Yesus. Istilah perkataan dan perbuatan merupakan ungkapan seluruh aspek kehidupan manusia dalam relasi dengan orang lain

Baca Juga: Kolose 2:6-7 (Hidup Di Dalam Kristus)

Bentuk konkret bila perkataan Kristus mendiami jemaat ialah mengucap syukur. Ucapan syukur ditujukan kepada Allah Bapa (1:3,12). Semua perkataan dan perbuatan sebagai bentuk ucapan syukur kepada Allah karena Ia adalah Bapa. Ucapan syukur demikian bisa terjadi karena disampaikan melalui Kristus. Mengucap syukur merupakan konsekuensi yang terjadi bila jemaat dipenuhi perkataan Kristus. Hidup yang dipenuhi perkataan Kristus disertai ucapan syukur kepada Bapa melalui Kristus.

Frasa melalui Kristus dapat berarti:

(i) Perantara (O’Brien, Dunn). Sebagai perantara (mediator) ucapan syukur (Roma 1:8; 7:25), bukan dalam arti Yesus sebagai imam besar menyampaikan setiap doa kepada Bapa. Tetapi oleh karya Kristus, jalan telah terbuka ke pada Bapa untuk menyampaikan syukur pada-Nya.

(ii) Bukan perantara (Lohse). Istilah melalui Kristus tidak berfungsi sebagai perantara. Frasa melalui Kristus menjelaskan bahwa Kristus adalah Tuhan yang menjadi dasar dan tujuan hidup orang percaya. Sehingga orang percaya dapat mengekspresikan pujian syukur kepada Bapa bukan dengan cara lain kecuali dengan mengaku Yesus sebagai Tuhan.

Dari kedua pilihan di atas lebih tepat bila frasa melalui Kristus memiliki arti mediasi. Tanpa Yesus ucapan syukur kepada Allah tidak mungkin disampaikan. Semua perbuatan tidak mungkin terlepas dari Kristus, karena Yesuslah yang memungkinkan Bapa menerima syukur yang disampaikan umat kepada-Nya.

Syukur dan Parousia (Kolose 4:2)

Paulus menunjukkan bahwa doa merupakan bagian tidak terpisahkan dalam pelayanannya. Doa merupakan pokok penting dalam kehidupan Paulus. Hal ini tercermin jelas melalui surat-surat yang ditulisnya. Surat-surat rasul Paulus biasanya diawali dengan doa dan diakhiri dengan doa. Bagian awal surat Kolose dimulai dengan doa (1:3,9) dan pada bagian akhir ditutup dengan doa (Kolose 4:2-4).

Demikian juga dengan surat-surat lainnya seperti: Filemon 4-6, 22; Efesus 1:16; 6:18-20; Filipi 1:4,9; 4:6; Roma 1:9-10; 15:30; 1 Tesalonika 1:2-3; 5:17,25; 2 Tesalonika 1:3; 3:1-2. Dengan demikian tidak heran jika Paulus selalu mendorong jemaat-jemaat asuhannya untuk selalu berdoa (Efesus 6:18; Filipi 4:6; 1 Tesalonika 5:17; Roma 12:12; 1 Timotius 2:1). 

Paulus menjadikan dirinya sebagai model seorang pen doa. Paulus mendorong jemaat-jemaat untuk berdoa dan secara khusus meminta jemaat-jemaat berdoa baginya dan pelayanannya (Efesus 6:19; Filipi 1:19; Filemon 22; 1 Tesalonika 5:25; 2 Tesalonika 3:1; Roma 15:30-32; 2 Korintus 1:11).

Paulus meminta jemaat Kolose untuk berjaga-jaga dalam doa. Penafsir berpendapat bahwa kata kerja berjaga-jaga dalam Perjanjian Baru memiliki konotasi eskatologis (1 Tesalonika 5:6; Matius 24:42; 25:13; Markus 13:35,37; Lukas 12:37; Wahyu 3:3; 16:15).21 Aspek eskatologi tidak muncul secara eksplisit dalam konteks saat kata kerja berjaga-jaga digunakan pada Kolose 4:2. Meski demikian konotasi eskatologi tetap terbuka kemungkinannya.

Baca Juga: Syukur dan Doa dalam Kolose: Komunitas Kristen

Jemaat berjaga-jaga karena hari kedatangan Yesus kedua kali terjadi pada waktu yang tidak disangka-sangka. Sehingga doa permohonan jemaat Kolose berisi datangnya kerajaan Allah pada parousia. Permohonan Maranatha menjadi permohonan jemaat terus menerus dalam menantikan pernyataan kemuliaan Kristus ketika Ia datang untuk kedua kalinya (Kolose 3:4). Doa permohonan agar kerajaan Allah datang disertai dengan ucapan syukur. Menantikan kedatangan Yesus kedua kali diselimuti ucapan syukur. Bersyukur memiliki dimensi eskatologis

Kesimpulan

Dari nasihat Paulus kepada jemaat Kolose, kita dapat menyimpulkan bahwa hidup dalam syukur dan komunitas Kristus adalah inti ajaran. Ucapan syukur dan perkataan Kristus tidak hanya menjadi kata-kata, melainkan membentuk cara hidup yang mencerminkan karakter manusia baru dalam Kristus. Melalui komunitas yang dipenuhi dengan perkataan Kristus, jemaat diundang untuk saling mengajar, menasihati, menyanyi, dan mengucap syukur. 

Semua tindakan dan perkataan jemaat, dilakukan dalam nama Tuhan, mencerminkan kehadiran Kristus dalam setiap aspek kehidupan. Seluruh hidup jemaat menjadi nyanyian syukur kepada Allah melalui Kristus, sementara doa dan harapan akan kedatangan-Nya kedua kali memperkuat komitmen dan kesadaran eskatologis dalam kehidupan jemaat Kolose.
Next Post Previous Post