Panggilan Kedua Bileam: Bilangan 22:15-22

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Bilangan 22:15-22a - (15) Tetapi Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama. (16) Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka kepadanya: ‘Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah biarkan dirimu terhalang-halang untuk datang kepadaku, (17) sebab aku akan memberi upahmu sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku.’ (18) Tetapi Bileam menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: ‘Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN, Allahku. (19) Oleh sebab itu, baiklah kamupun tinggal di sini pada malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’ (20) Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.’ (21) Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. (22a) Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi,”.
Panggilan Kedua Bileam: Bilangan 22:15-22
IV) Panggilan / permintaan Balak yang kedua (Bilangan 22:15-17).

Dalam pelajaran yang lalu kita sudah melihat 2 hal:

1) Firman Tuhan dari Tuhan kepada Bileam, oleh Bileam dikurangi pada waktu ia menyampaikannya kepada para utusan Balak, dan dikurangi lagi oleh para utusan itu pada waktu mereka menyampaikannya kepada Balak.

2) Bileam memang mengatakan ‘Tidak’, tetapi jelas terkandung kata ‘Ya’ di dalamnya.

Rupanya kedua hal ini menyebabkan Balak tidak putus asa dalam usahanya untuk memanggil Bileam, dan ia lalu mengirim utusan kedua yang lebih banyak dan lebih terhormat.

Bilangan 22: 15-17: “(15) Tetapi Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama. (16) Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka kepadanya: ‘Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah biarkan dirimu terhalang-halang untuk datang kepadaku, (17) sebab aku akan memberi upahmu sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku.’”.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

a) Ketekunan Balak dalam mengusahakan kejahatan.

Matthew Henry: “We have here a second embassy sent to Balaam, to fetch him over to curse Israel. It were well for us if we were as earnest and constant in prosecuting a good work, notwithstanding disappointments, as Balak was in pursuing this ill design. The enemies of the church are restless and unwearied in their attempts against it;” [= Di sini kita mendapati utusan kedua dikirim kepada Bileam, untuk menjemputnya untuk mengutuk Israel. Adalah bagus bagi kita jika kita sama sungguh-sungguhnya dan konstannya dalam melaksanakan suatu perbuatan baik, meskipun ada kekecewaan-kekecewaan, seperti Balak dalam mengejar rancangan jahat ini. Musuh-musuh gereja tidak bisa berhenti dan tidak bosan-bosannya dalam usaha mereka menentang gereja;].

b) Pencobaan yang lebih hebat.

Matthew Henry: “The temptation Balak laid before Balaam. He contrived to make this assault more vigorous than the former. It is very probable that he sent double money in the hands of his messengers; but, besides that, now he tempted him with honours, laid a bait not only for his covetousness, but for his pride and ambition. How earnestly should we beg of God daily to mortify in us these two limbs of the old man! Those that know how to look with a holy contempt upon worldly wealth and preferment will find it not so hard a matter as most men do to keep a good conscience.” [= Pencobaan yang diletakkan oleh Balak di hadapan Bileam. Ia merencanakan untuk membuat serangan ini lebih hebat dari yang terdahulu. Adalah sangat mungkin bahwa ia mengirimkan uang dua kali lipat dalam tangan dari utusan-utusannya; tetapi disamping itu, sekarang ia mencobainya dengan kehormatan, memberi umpan bukan hanya bagi ketamakannya, tetapi juga bagi kesombongan dan ambisinya. Alangkah sungguh-sungguhnya kita harus meminta kepada Allah setiap hari untuk mematikan dalam diri kita kedua anggota badan dari manusia lama ini! Mereka yang tahu bagaimana melihat dengan kejijikan yang kudus pada kekayaan dan pangkat yang lebih tinggi secara duniawi akan mendapati bahwa itu bukan hal yang terlalu sukar untuk menjaga hati nurani yang baik seperti kebanyakan orang.].

V) Sikap Bileam terhadap panggilan kedua (Bilangan 22:18-19).

1) Kata-kata dan sikap Bileam terhadap utusan kedua dari Balak.

Ay 18-19: “(18) Tetapi Bileam menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: ‘Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah TUHAN, Allahku. (19) Oleh sebab itu, baiklah kamupun tinggal di sini pada malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN kepadaku.’”.

a) Orang brengsek sering mengeluarkan kata-kata yang kelihatan indah / saleh, yang sebetulnya hanya merupakan ‘sandiwara’.

The Biblical Illustrator: “How often has it happened that those who make the loudest profession of their virtue, and of their love to the cause of God, are the first to succumb to covetousness or other besetting sin.” [= Alangkah sering terjadi bahwa mereka yang membuat pengakuan yang paling keras tentang sifat baik mereka, dan tentang kasih mereka pada perkara Allah, adalah yang pertama-tama mengalah pada godaan ketamakan dan dosa-dosa lain yang terus menerus mengganggu / menyerang.].

The Bible Exposition Commentary: “In light of the fact that Balaam even considered the new offer, his speech in verse 18 is just so much pious talk. With his lips, he professed to obey the Lord, but in his heart he coveted the money and hoped God would change His mind.” [= Dalam terang dari fakta bahwa Bileam bahkan mempertimbangkan tawaran yang baru itu, ucapan / pidatonya dalam ay 18 hanyalah sekedar kata-kata saleh. Dengan bibirnya, ia mengaku mentaati Tuhan, tetapi dalam hatinya ia menginginkan uang itu dan berharap Allah akan / mau mengubah pikiranNya.].

Matthew Henry: “Balaam’s seeming resistance of, but real yielding to, this temptation. We may here discern in Balaam a struggle between his convictions and his corruptions.” [= Bileam kelihatannya menolak, tetapi sebetulnya tunduk / menyerah pada, pencobaan ini. Di sini kita bisa melihat dalam diri Bileam suatu pergumulan antara keyakinannya dan kejahatannya.].

Matthew Henry: “His convictions charged him to adhere to the command of God, and he spoke their language, v. 18. Nor could any man have said better: ‘If Balak would give me his house full of silver and gold, and that is more than he can give or I can ask, I cannot go beyond the word of the LORD my God.’ See how honourably he speaks of God; he is Jehovah, my God. Note, Many call God theirs that are not his, ... See how respectfully he speaks of the word of God, as one resolved to stick to it, and in nothing to vary from it, and how slightly of the wealth of this world, as if gold and silver were nothing to him in comparison with the favour of God; and yet, at the same time, the searcher of hearts knew that he loved the wages of unrighteousness. Note, It is an easy thing for bad men to speak very good words, and with their mouth to make a show of piety.” [= Keyakinannya menyuruhnya untuk taat pada perintah Allah, dan ia berbicara sesuai dengannya, ay 18. Tidak ada orang yang bisa mengatakannya dengan lebih baik: ‘Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, dan itu lebih dari apa yang bisa ia berikan atau yang bisa aku minta, aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu, yang melampaui / melanggar firman TUHAN, Allahku’. Lihatlah betapa dengan hormatnya ia berbicara tentang Allah; Ia adalah YEHOVAH, Allahku. Perhatikan, Banyak orang menyebut Allah sebagai Allah mereka padahal mereka bukan milikNya, ... Lihat betapa dengan hormatnya ia berbicara tentang firman Allah, sebagai seseorang yang telah memutuskan untuk melekat padanya, dan dalam hal apapun tidak mau berbeda darinya, dan betapa ia berbicara secara meremehkan tentang kekayaan dunia ini, seakan-akan emas dan perak sama sekali tidak berarti baginya dibandingkan dengan perkenan Allah; tetapi pada saat yang sama, sang Pemeriksa hati tahu bahwa ia mencintai upah ketidak-benaran / kejahatan. Perhatikanlah, Merupakan sesuatu yang mudah bagi orang-orang jahat untuk mengatakan kata-kata yang sangat bagus, dan dengan mulut mereka membuat pertunjukkan / pameran kesalehan.].

b) Kalau diperhatikan dengan teliti, maka terlihat bahwa sebetulnya kata-kata Bileam saling bertentangan.

The Biblical Illustrator: “A brave speech, certainly! Yes, no doubt it was true that Balaam felt that even for a house full of silver and gold he could not go beyond the word of the Lord. But, in the first place, why protest so much concerning silver and gold? Balak’s message had not mentioned silver and gold - it spoke specially of honour. Surely it must have been because the mind of Balaam was so much preoccupied with thoughts of silver and gold that he thus spake; answering himself rather than others.” [= Ini pasti merupakan suatu ucapan / pidato yang berani! Ya, tak diragukan bahwa merupakan sesuatu yang benar bahwa Bileam merasa bahwa bahkan untuk sebuah rumah penuh dengan perak dan emas ia tidak bisa bertindak melampaui firman Tuhan. Tetapi pertama, mengapa ia memprotes begitu banyak tentang perak dan emas? Pesan Balak tidak menyebutkan perak dan emas - pesannya berbicara khususnya tentang kehormatan. Pasti itu disebabkan karena pikiran Bileam begitu dipenuhi dengan pikiran-pikiran tentang perak dan emas sehingga ia berbicara seperti itu; cocok / menyesuaikan dengan dirinya sendiri lebih dari pada orang-orang lain.].

Matthew Henry: “it appears (v. 19) that he had a strong inclination to accept the proffer; for he would further attend, to know what God would say to him, hoping that he might alter his mind and give him leave to go. This was a vile reflection upon God Almighty, as if he could change his mind, and now at last suffer those to be cursed whom he had pronounced blessed, and as if he would be brought to allow what he had already declared to be evil. Surely he thought God altogether such a one as himself. He had already been told what the will of God was, in which he ought to have acquiesced, and not to have desired a re-hearing of that cause which was already so plainly determined. Note, It is a very great affront to God, and a certain evidence of the dominion of corruption in the heart, to beg leave to sin.” [= kelihatannya (Bilangan 22:19) ia mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menerima tawaran itu; karena ia akan mendengar lebih jauh, untuk mengetahui apa yang akan Allah katakan kepadanya, dengan berharap bahwa Ia bisa mengubah pikiranNya, dan akhirnya mengijinkan mereka yang telah Ia berkati untuk dikutuk, dan seakan-akan Ia akan mengijinkan apa yang telah Ia nyatakan sebagai kejahatan. Jelas ia berpikir bahwa Allah itu adalah seseorang yang sepenuhnya seperti dirinya sendiri. Ia telah diberitahu apa kehendak Allah, dalam mana ia seharusnya telah menyetujuinya tanpa membantah, dan tidak menginginkan untuk mendengar ulang perkara itu yang sudah dengan begitu jelas ditetapkan. Perhatikan, Merupakan suatu penghinaan kepada Allah, dan suatu bukti yang jelas / pasti tentang berkuasanya kejahatan dalam hati, untuk meminta ijin untuk berbuat dosa.].

The Biblical Illustrator: “Men forget that there is a time when they need not ask the Lord any questions. Never trouble the Lord to know whether you cannot do just a little wrong; He is not to be called upon in relation to business of that kind. He does not pray who palters with moral distinctions, who wants to make compromises, who is anxious to find some little crevice or opening through which he can pass into the land of his own desire.” [= Manusia lupa bahwa ada saat dimana mereka tidak perlu menanyakan Tuhan pertanyaan apapun. Jangan pernah menyusahkan Tuhan untuk mengetahui apakah engkau tidak bisa hanya melakukan kesalahan kecil; Ia tidak boleh dipanggil dalam hubungan dengan kesibukan seperti itu. Ia tidak berdoa kalau ia menawar dengan perbedaan moral, yang ingin membuat kompromi-kompromi, yang ingin untuk mendapatkan suatu celah atau lobang yang kecil melalui mana ia bisa masuk ke tanah / negeri dari keinginannya sendiri.].

Contoh: orang Kristen yang bertanya kepada Tuhan apakah boleh berpacaran / menikah dengan orang yang tidak beriman. Atau bertanya kepada Tuhan apakah boleh bekerja di suatu pekerjaan yang jelas mengharuskan ia berbuat dosa (dusta, melanggar Sabat dsb). Atau bertanya kepada Tuhan apakah ia boleh membolos dari kebaktian hari Minggu untuk pergi piknik bersama teman-teman / keluarga. Atau bolehkah tidak memberikan persembahan persepuluhan dan menggunakan uangnya untuk keperluan yang lain. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak perlu, dan bahkan tidak boleh ditanyakan, karena jawabnya sudah jelas adalah ‘tidak boleh’!

c) ‘Penolakan Bileam’ lagi-lagi bernada terlalu lemah.

The Biblical Illustrator: “why does Balaam say, ‘I cannot go beyond the word of the Lord’? Why does he not roundly say, ‘I will not go beyond the word of the Lord’? As it is he only speaks of inability; he does not mention such a thing as personal disinclination.” [= mengapa Bileam berkata: ‘Aku tidak bisa bertindak melampaui firman Tuhan’? Mengapa ia tidak berkata dengan bersemangat: ‘Aku tidak mau bertindak melampaui firman Tuhan’? Seakan-akan ia hanya berbicara tentang ketidak-mampuan; ia tidak menyebutkan apapun tentang keseganan / ketidak-mauan pribadi.].

Matthew Henry: “His corruptions at the same time strongly inclined him to go contrary to the command. He seemed to refuse the temptation, v. 18. But even then he expressed no abhorrence of it, as Christ did when he had the kingdoms of the world offered him (Get thee hence Satan), and as Peter did when Simon Magus offered him money: ‘Thy money perish with thee.’” [= Pada saat yang sama kejahatannya dengan kuat mencenderungkan dia untuk bertindak bertentangan dengan perintah Allah. Ia kelihatannya menolak pencobaan, ay 18. Tetapi bahkan pada saat itu ia tidak menyatakan kejijikannya terhadap hal itu, seperti yang Kristus lakukan pada waktu kerajaan-kerajaan dunia ditawarkan kepadaNya (‘Enyahlah, Iblis’), dan seperti yang Petrus lakukan pada saat Simon tukang sihir menawarkan uang kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau’ (Kis 8:20).].

d) Orang yang bersikap seperti Bileam adalah murid Bileam.

Calvin: “It is plain, therefore, that all those are disciples of Balaam, who try the indulgence of God, that He may at length permit them to attempt what He has once refused.” [= Karena itu, adalah jelas, bahwa semua mereka merupakan murid-murid Bileam, yang berusaha supaya Allah menuruti keinginannya, sehingga Ia akhirnya bisa mengijinkan mereka untuk mengusahakan apa yang tadinya telah Ia tolak.] - hal 192.

VI) Tuhan ‘mengijinkan’ Bileam pergi (Bilangan 22:20-22a).

1) Tuhan ‘mengijinkan’ Bileam pergi dengan para utusan Balak.

Bilangan 22:20: “Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.’”.

Matthew Henry: “The permission God gave him to go, v. 20. God came to him, probably by an anger, and told him he might, if he pleased, go with Balak’s messengers. So he gave him up to his own heart’s lust. ‘Since thou hast such a mind to go, even go, yet know that the journey thou undertakest shall not be for thy honour; for, though thou hast leave to go, thou shalt not, as thou hopest, have leave to curse, for the word which I shall say unto thee, that thou shalt do.’ Note, God has wicked men in a chain; hitherto they shall come by his permission, but no further than he does permit them. ... It was in anger that God said to Balaam, ‘Go with them,’ and we have reason to think that Balaam himself so understood it, for we do not find him pleading this allowance when God reproved him for going. Note, As God sometimes denies the prayers of his people in love, so sometimes he grants the desires of the wicked in wrath.” [= Allah mengijinkan ia untuk pergi, ay 20. Allah datang kepadanya, mungkin oleh suatu kemarahan, dan memberitahunya bahwa ia boleh, jika ia ingin, pergi dengan utusan-utusan Balak. Demikianlah Ia menyerahkan dia pada nafsu hatinya sendiri. ‘Karena engkau mempunyai pikiran untuk pergi, pergilah, tetapi ketahuilah bahwa perjalanan yang engkau lakukan tidak akan menjadi kehormatanmu; karena sekalipun engkau mendapat ijin untuk pergi, engkau tidak akan, seperti yang engkau harapkan, mendapat ijin untuk mengutuk, karena firman yang Aku akan katakan kepadamu, itulah yang akan engkau lakukan’. Perhatikan, Allah merantai orang-orang jahat; sampai di sini mereka akan datang oleh ijinNya, tetapi tidak lebih jauh dari yang Ia ijinkan. ... Adalah dalam kemurkaan Allah berkata kepada Bileam, ‘Pergilah dengan mereka’, dan kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa Bileam sendiri mengertinya seperti itu, karena kita tidak mendapati ia mengadakan pembelaan pada waktu Allah memarahinya karena kepergiannya (mungkin Matthew Henry memaksudkan ay 31-35). Perhatikan, sebagaimana Allah kadang-kadang menolak doa-doa dari umatNya dalam kasih, demikianlah Ia kadang-kadang mengabulkan keinginan-keinginan dari orang jahat dalam kemurkaan.].

Jadi, ‘ijin’ seperti ini tidak terlalu berbeda dengan:

a) ‘Ijin’ yang Allah berikan bagi bangsa Israel untuk mempunyai seorang raja.

1Samuel 8:6-9 - “(6) Waktu mereka berkata: ‘Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami,’ perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. (7) TUHAN berfirman kepada Samuel: ‘Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. (8) Tepat seperti yang dilakukan mereka kepadaKu sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu. (9) Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka.’”.

Lalu dalam 1Samuel 8:10-18 Samuel memperingatkan bangsa itu apa ruginya kalau mempunyai seorang raja. Lalu apa yang terjadi selanjutnya?

1Samuel 8:19-22 - “(19) Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: ‘Tidak, harus ada raja atas kami; (20) maka kamipun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang.’ (21) Samuel mendengar segala perkataan bangsa itu, dan menyampaikannya kepada TUHAN. (22) TUHAN berfirman kepada Samuel: ‘Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.’ Kemudian berkatalah Samuel kepada orang-orang Israel itu: ‘Pergilah, masing-masing ke kotanya.’”.

Bdk. Hosea 13:11 - “Aku memberikan engkau seorang raja DALAM MURKAKU dan mengambilnya dalam gemasKu.”.

b) ‘Ijin’ yang Yesus berikan kepada Yudas Iskariot dalam Yoh 13:27b - “Maka Yesus berkata kepadanya: ‘Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.’”.

Catatan: sebagai perbandingan, kalau dalam kata-kata ‘tidak’ dari Bileam kepada para utusan Balak terkandung kata ’ya’, maka sebaliknya dalam kata Tuhan ‘ya’ sekarang ini kepada Bileam, terkandung kata ‘tidak’, atau bahkan sebetulnya berarti ‘tidak’. Bukan berarti bahwa Allah berbicara secara munafik, tetapi maksudnya Ia mengijinkan, dengan tujuan untuk menghajar!

Calvin: “If we more closely consider the desire of Balaam, it was that God should belie Himself. ... God, therefore, ironically permits what He had before forbidden. ... had not his ungodly covetousness blinded Balaam, the meaning of this ironical permission was not difficult to be understood.” [= Jika kita mempertimbangkan dengan lebih dekat keinginan Bileam, itu adalah supaya Allah mengingkari diriNya sendiri. ... Karena itu, Allah secara ironis mengijinkan apa yang tadinya telah Ia larang. ... seandainya ketamakannya yang jahat tidak membutakan Bileam, arti dari ijin yang bersifat ironis ini tidak sukar untuk dimengerti.] - hal 192.

The Biblical Illustrator: “There is no greater danger than for God to answer a man according to the desires of his own heart; ... But yet in this case God does not give us up altogether. As when Israel asked for a king, He gave indeed what they desired - but He expostulated, He warned, He sent them a token of His displeasure. So will He show us by His Providence that He is displeased with us; in the way that we go, His angel with the sword in his hand will meet us, i.e., some calamity, some accident, some grief, is sure to cross our way to remind us from God that the way that we are going is not the way of holiness or of peace. And these are all calls from God, not at all the less so because when a man’s eyes are blinded with worldly business and covetousness he does not see them to be such.” [= Tidak ada bahaya yang lebih besar dari pada kalau Allah menjawab seseorang sesuai dengan keinginan-keinginan dari hatinya sendiri; ... Tetapi dalam kasus inipun Allah tidak menyerahkan kita sama sekali / sepenuhnya. Seperti pada waktu Israel meminta seorang raja, Ia memang memberikan apa yang mereka inginkan - tetapi Ia berargumentasi dengan sungguh-sungguh, Ia memperingati, Ia mengirim kepada mereka suatu tanda dari / tentang ketidak-senanganNya. Demikianlah Ia akan menunjukkan kita oleh ProvidensiaNya bahwa Ia tidak berkenan kepada kita; dalam jalan dimana kita pergi, malaikatNya dengan pedang di tangannya akan menjumpai kita, yaitu suatu bencana, kecelakaan, kesedihan, pasti melewati jalan kita untuk mengingatkan kita dari Allah bahwa jalan yang sedang kita lalui bukanlah jalan kekudusan atau damai. Dan hal-hal ini merupakan panggilan-panggilan dari Allah, sama sekali tidak kurang dari itu sekalipun mata manusia dibutakan oleh kesibukan duniawi dan ketamakan sehingga ia tidak melihatnya sebagai panggilan-panggilan dari Allah.].

Contoh: dalam kasus Yunus, sekalipun memang tidak pernah ada ‘ijin’ dari Allah, tetapi kelihatannya ada jalan terbuka. Tetapi pada waktu Yunus nekad melewatinya, ia dihajar habis-habisan!

2) Bileam pergi dengan para utusan Balak, tetapi itu ternyata membuat Tuhan marah!

Bilangan 22:21: “Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab.”.

Tetapi hal itu ternyata membuat Tuhan murka.

Bilangan 22:22a: “Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, ...”.

Mengapa?

The Biblical Illustrator: “The sin of sinners is not to be thought the less provoking to God for His permitting it. We must not think that because God doth not by His providence restrain men from sin, therefore He approves of it; or that it is therefore not hateful to Him; He suffers sin, and yet is angry at it.” [= Dosa dari orang-orang berdosa tidak boleh dianggap kurang memprovokasi Allah karena ijin yang Ia berikan. Kita tidak boleh berpikir bahwa karena Allah oleh providensiaNya tidak mengekang manusia dari dosa, karena itu Ia menyetujui / merestuinya; atau bahwa karena itu dosa itu tidak membangkitkan kebencianNya; Ia mengijinkan dosa, tetapi Ia marah padanya.].

Keil & Delitzsch: “The apparent contradiction in His first of all prohibiting Balaam from going (v. 12), then permitting it (v. 20), and then again, when Balaam set out in consequence of this permission, burning with anger against him (v. 22), does not indicate any variableness in the counsels of God, but vanishes at once when we take into account the pedagogical purpose of the divine consent.” [= Hal yang kelihatannya kontradiksi pada waktu Ia pertama-tama melarang Bileam untuk pergi (ay 12), dan lalu mengijinkannya (ay 20), dan lalu lagi, pada waktu Bileam berangkat sebagai konsekwensi dari ijin ini, murkaNya menyala-nyala terhadap dia (ay 22), tidak menunjukkan perubahan apapun dalam rencana Allah, tetapi segera hilang pada waktu kita memperhatikan tujuan pendidikan dari ijin ilahi.].

Di atas telah kita lihat bahwa Allah memang memberi ‘ijin’ dalam kemurkaan. Tetapi beberapa penafsir mengatakan bahwa ada sebab lain yang menyebabkan kemurkaan Allah, pada saat Bileam pergi.

Matthew Henry: “God gave him leave to go if the men called him, but he was so fond of the journey that we do not find he staid for their calling him, but he himself rose up in the morning, got every thing ready with all speed, and went with the princes of Moab, who were proud enough that they had carried their point. The apostle describes Balaam’s sin here to be that he ran greedily into an error for reward, Jude 11. The love of money is the root of all evil.” [= Allah memberinya ijin untuk pergi jika orang-orang itu memanggilnya (ay 20), tetapi ia begitu senang dengan perjalanan itu sehingga kita tidak menemukan bahwa ia tinggal tenang sampai mereka memanggilnya, tetapi ia sendiri bangkit di pagi hari, mempersiapkan segala sesuatu dengan secepatnya, dan pergi bersama dengan pangeran-pangeran Moab, yang cukup bangga karena mereka telah berhasil / memenangkan maksud mereka. Sang rasul menggambarkan dosa Bileam di sini sebagai ia berlari dengan tamak ke dalam kesalahan untuk upah, Yudas 11. Cinta uang adalah akar segala kejahatan (1Tim 6:10).].

Bilangan 22:20: “Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: ‘Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.’”.

KJV: ‘And God came unto Balaam at night, and said unto him, If the men come to call thee, rise up, and go with them; but yet the word which I shall say unto thee, that shalt thou do’ [= Dan Allah datang kepada Bileam pada malam, dan berkata kepadanya, Jika orang-orang itu datang untuk memanggilmu, bangunlah, dan pergilah dengan mereka; tetapi kata-kata yang akan Aku katakan kepadamu, itulah yang harus engkau lakukan].

Yudas 11 - “Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah”.

KJV: ‘Woe unto them! for they have gone in the way of Cain, and ran greedily after the error of Balaam for reward, and perished in the gainsaying of Core’ [= Celakalah mereka! karena mereka telah mengikuti jalan Kain, dan berlari dengan tamak menuruti kesalahan Bileam demi upah, dan binasa dalam penyangkalan Korah].

BACA JUGA: BILANGAN 22:8-14 (SIKAP BILEAM TERHADAP PANGGILAN BALAK)

The Bible Exposition Commentary: “God came to Balaam and instructed him to go with the princes only if they came to call him the next morning (v. 20). The Lord cautioned Balaam, ‘Do only what I tell you.’ But the next morning, Balaam didn’t wait for the men to come to him; he saddled his donkey and went to the place where the delegation was camped, determined to do his own will. This determination, along with the covetousness in Balaam’s heart, made the Lord angry.” [= Allah datang kepada Bileam dan menginstruksikan dia untuk pergi bersama pangeran-pangeran itu hanya jika mereka datang untuk memanggilnya pada pagi berikutnya (Bilangan 22:20). Tuhan memperingatkan Bileam, ‘Lakukan hanya apa yang Aku beritahu kepadamu’. Tetapi pagi berikutnya, Bileam tidak menunggu sampai orang-orang itu datang kepadanya; ia memasang pelana keledainya dan pergi ke tempat dimana utusan-utusan itu berkemah, memutuskan untuk melakukan kehendaknya sendiri. Keputusan ini, bersama-sama dengan ketamakan dalam hati Bileam, membuat Tuhan marah.].

Karena itu, yang paling benar dan aman, adalah langsung mentaati, tanpa menawar, pada saat kita mengetahui kehendak Allah bagi kita.

Calvin: “wherefore, nothing is better than, in pure and simple teachableness, to inquire what He would have us do, that we may instantly succumb, nor try to alter a word or a syllable as soon as He shall have deigned to open His holy mouth to instruct us. For to call in question what has been decided by Him, what is it but to compel Him by our importunity to bend Himself to our wishes?” [= karena itu, tak ada yang lebih baik dari, dalam keadaan bisa diajar yang murni dan sederhana, untuk bertanya apa yang Allah inginkan untuk kita lakukan, supaya kita bisa segera tunduk, dan tidak berusaha untuk mengubah suatu kata atau suku kata, begitu Ia berkenan membuka mulutNya yang kudus untuk mengajar kita. Karena mempertanyakan apa yang telah Ia tentukan, apakah itu selain memaksa Dia oleh desakan kita untuk membengkokkan diriNya sendiri pada keinginan kita?] - hal 192-193.

Maukah saudara taat pada Firman Tuhan secara langsung, dan tanpa menawar?
Next Post Previous Post