Pernikahan Kristen: Definisi dan Tujuan Suami-Istri

Nats Alkitab: 1 Petrus 3:1-7

Pendahuluan:


Pernikahan adalah ikatan suci antara dua orang yang saling mencintai dan berkomitmen untuk saling melengkapi dalam kehidupan bersama. Dalam konteks Kristen, pernikahan bukan hanya tentang dua individu yang menikah, tetapi juga tentang hubungan mereka dengan Tuhan Yesus Kristus. Dalam artikel ini, kita akan membahas definisi dan tujuan suami-istri dalam pernikahan Kristen.
Pernikahan Kristen: Definisi dan Tujuan Suami-Istri
Definisi Suami dan Istri Secara Umum

Suami diartikan sebagai "pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri)." Dengan demikian, suami merupakan seorang pria yang sudah mempunyai istri secara sah. Istri diartikan sebagai "wanita (perempuan) yang telah menikah atau yang bersuami, wanita yang dinikahi." Dengan demikian, istri merupakan seorang wanita yang sudah mempunyai suami secara sah. Istri yang berkualitas adalah istri yang tetap mengasihi, melayani, dan setia kepada suami walau sedang dalam kesusahan. 

Suami adalah seorang imam dan kepala keluarganya. Suami kepala dan istri penolong, namun bukan berarti suami tidak menolong istri, apalagi di era milenials ini, di mana banyak istri juga ikut bekerja mencari nafkah, maka apa salahnya suami juga bekerja pekerjaan rumah. Dari penjelasan di atas, menurut hemat penulis, suami dan istri merupakan pasangan sah yang sudah dipersatukan di dalam pernikahan. Suami menjadi imam sedangkan istri menjadi penolong.
Pengertian Pernikahan Kristen

Pernikahan Kristen adalah komitmen total sepasang kekasih terhadap Yesus Kristus dan diri mereka masing-masing. Dalam komitmen ini, masing-masing pihak tidak merahasiakan apa pun tentang diri mereka. Pernikahan Kristen membebaskan para pasangan untuk menjadi diri sendiri dan sesuai dengan kehendak Allah. Suami-istri dijadikan Tuhan dengan panggilan yang berbeda dan dengan perbedaan itulah yang membuat suami-istri saling melengkapi. 

Wright memperjelas lagi bahwa "Pernikahan Kristen adalah sebuah komitmen yang mencakup tiga pribadi, yakni suami, istri, dan Yesus Kristus. Firman Allah menunjukkan bahwa komitmen pernikahan itu kudus sekaligus praktis. Allah menggunakan hubungan pernikahan untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan gereja-mempelai wanita-Nya. Dia berkomitmen untuk mencintainya tanpa syarat. 

Janji pernikahan kita-komitmen seorang kepada yang lain-sangat penting bagi-Nya (Efesus 5:21-31; Wahyu. 22:17; Matius 9:15). Hubungan pernikahan merupakan suatu hubungan yang mendasarkan Yesus Kristus sendiri. Kepercayaan di dalam hubungan suami-istri sangatlah penting, sehingga suami-istri juga harus mempunyai landasan yang benar, yaitu kepercayaan kepada Allah.

Tujuan Pernikahan Kristen

1. Memuliakan Tuhan

Tujuan perkawinan kita ialah memuliakan Allah di dalam kehidupan rumah tangga kita, sehingga apabila Sang Mempelai Agung (Yesus Kristus) datang untuk menjemput kita, kita sudah siap. Hanya orang-orang yang benar (termasuk dalam kehidupan rumah tangganya) sajalah yang akan dijemput Tuhan untuk menikmati pesat kawin Anak Domba di atas awan-awan. Itu berarti bahwa di dalam berumah tangga suami dan istri harus menjadikan Tuhan dasar di dalam keluarganya. 

"Tujuan pernikahan Kristen, yaitu untuk memuliakan Allah lewat pernikahan dengan menaati setiap aturan yang telah diberikanNya. Menjadi satu, saling melengkapi, saling mengasihi, menyatu, dan tidak terceraikan hingga kematian." Dalam hal ini, maka dapat dijelaskan bahwa tujuan pernikahan adalah memuliakan Allah. Oleh sebab itu, jika salah satu pasangan melakukan hal-hal yang tidak baik, bahkan sampai ingin menceraikan pasangannya, maka itu tidak memuliakan Allah.

2. Memenuhi Mandat Allah

Allah hendak mengingatkan bahwa manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan. Kejadian 2:26-27, di sana dituliskan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Karena itu, mereka memiliki kesederajatan dan saling membutuhkan. Dengan demikian, pernikahan tidak boleh dilakukan oleh manusia yang kelaminnya sejenis, seperti laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. 

Tujuan pernikahan adalah untuk dapat saling melengkapi dalam melayani Tuhan dan saling menjaga spiritualitasnya. Pernikahan juga bertujuan untuk memenuhi mandat Allah di dalam pernikahan. Oleh sebab itu, pernikahan itu harus dilakukan oleh orang yang berlawanan jenis kelamin atau dapat dikatakan pria dan wanita. Allah berfirman kepada mereka: "Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang di bumi," (Kejadian 2:28). 

John Stott mengatakan bahwa pernikahan dibentuk Allah dengan tujuan untuk menciptakan satu masyarakat baru milik Allah (God's new society). Di samping itu, melalui setiap keluarga, Allah menghendaki agar setiap suami-istri melahirkan keturunan ilahi (anak-anak tebusan Kristus). Maka dapat dijelaskan bahwa tujuan pernikahan yang dirancangkan Allah adalah agar setiap suami dan istri dapat melahirkan anak-anak tebusan Kristus yang dikaruniai di dalam pernikahan.

3. Menikmati Kebersamaan Yang Indah Sebagai Suami-Istri

Ada bermacam-macam tujuan perkawinan yang layak dicapai. Suami-istri tertentu mungkin sudah mencapai sebagian besar darinya, sementara suami istri yang lain baru mencapai sebagian kecil saja. Perhatian para suami-istri mengenai berbagai tujuan perkawinan itu barangkali juga berbeda-beda. Yang amat dipentingkan oleh suami-istri tertentu mungkin justru tidak diindahkan oleh suami-istri lainnya. 

Perkawinan mempunyai berbagai tujuan, yakni demi kesejahteraan suami-istri, kesejahteraan anak-anak, kesejahteraan masyarakat, dan bangsa. Yang penting kita ingat ialah: mendahulukan kebahagiaan orang lain yang kita cintai, bukan kebahagiaan kita sendiri. Kita bahagia, karena telah berhasil membahagiakan orang lain. Konkretnya, itu berarti: suami bahagia bila telah berhasil membahagiakan istri dan anak-anak, istri bahagia bila telah berhasil membahagiakan suami dan anak-anak. 

Jadi, tujuan dari perkawinan adalah membuat adanya damai sejahtera di dalam rumah tangga. "Tuhan Allah berfirman 'Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia. (Kejadian 2:18)." Tuhan memberi Adam penolong karena dia kesepian. Dia tidak punya teman untuk mengobrol. Secara umum ini menunjukkan kalau Allah menciptakan manusia juga sebagai makhluk sosial. Secara khusus ini menunjukkan salah satu tujuan dari pernikahan, yaitu menikmati kebersamaan yang indah dengan pasangan kita. Hal ini ditegaskan di Amsal 2:17. 


Kata "teman hidup" atau dalam bahasa Inggris "companion" memiliki arti "seseorang yang dekat sekali dengan kita." Konsep yang terkandung di sini adalah suatu hubungan antara suami dan istri yang sangat dekat dan intim. Jadi, tujuan dari pernikahan Kristen adalah untuk menikmati kebersamaan suami dan istri, karena suami dan istri merupakan teman hidup yang sangat dekat. Kedekatan itu dapat dibangun dengan cara menikmati kebersamaan antara suami dan istri.

Kesimpulan:

pernikahan Kristen memiliki tujuan yang mulia, yaitu memuliakan Tuhan, memenuhi mandat-Nya, dan menikmati kebersamaan yang indah sebagai suami-istri. Suami dan istri dalam pernikahan Kristen dipanggil untuk saling melengkapi, saling mengasihi, dan menjadikan Tuhan sebagai dasar utama dalam keluarga mereka. Dengan memahami definisi dan tujuan pernikahan Kristen, diharapkan kita dapat membangun hubungan yang kokoh, penuh kasih, dan mengarah pada kebahagiaan bersama di dalam rumah tangga
Next Post Previous Post