Makna Iman: Penyerahan, Ketaatan, dan Perbuatan dalam Pemikiran Teologis

Pendahuluan:

Makna iman adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap orang percaya. Iman bukan sekadar keyakinan, tetapi juga sebuah konsep yang dalam pandangan teologis memiliki dimensi yang dalam dan beragam. Dalam konteks keagamaan, iman membawa konsekuensi yang luas, mulai dari penyerahan diri secara total kepada Tuhan, ketaatan dan kesetiaan kepada-Nya, hingga perbuatan yang mencerminkan keyakinan yang kokoh.
Makna Iman: Penyerahan, Ketaatan, dan Perbuatan dalam Pemikiran Teologis
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi makna iman berdasarkan pemikiran teologis. Mulai dari penyerahan diri sepenuh hati kepada Allah, bagaimana ketaatan dan kesetiaan kepada-Nya merupakan bagian integral dari iman, hingga bagaimana iman tidak hanya berbicara dalam kata-kata tetapi juga harus tercermin dalam perbuatan yang dilakukan.

Penyerahan Diri Secara Total kepada Allah.

Seorang hamba Tuhan atau pelayan harus betul-betul memberi diri untuk kepentingan pelayanan. Seseorang yang betul-betul mengabdikan dirinya untuk pelayanan, rela kehilangan hak. Tuhan Yesus melepaskan segala hak demi tugas pelayanan yang diberikan kepada-Nya. Ia rela melepaskan apa yang menjadi milik-Nya demi kepentingan kerajaan Allah. Hak-hak tersebut antara lain, hak untuk di hormati, dikasihi, di perlakukan adil, menikmati milik sendiri. Tanpa penyerahan, pelayanan hanya akan menjadikan seorang sebagai sebuah mesin, yang melakukan tugasnya tanpa hati.

Agar setiap orang percaya benar-benar menyerahkan dirinya di dalam kuasa Tuhan, segenap hati. Anda tidak menginginkan sebagian dari hidup Anda. Dia meminta kita segenap hati kita, segenap jiwa kita, segenap akal budi kita, dan dengan segenap kekuatan kita. Allah tertarik pada komitmen separuh hati, ketaatan sebagian, dan sisa-sisa waktu dan mengabdi kepada Allah.

Menurut Eddy dalam bukunya mengatakan bahwa: Sesungguhnya tak ada seorang pun yang dapat kita percayai, bahkan kepercayaan suami dan istri, orang tua dan anak, sesama saudara sekandung pun dapat berakhir dengan kecurigaan, perselisihan, perpisahan, dendam kesumat atau pembunuhan. Hubungan manusia yang tidak di bangun atas iman percaya yang sejati dalam Yesus Kristus akan terancam kesia-siaan dan kehancuran. 

Dia juga berjanji akan setia memelihara mereka yang bersandar kepada-Nya. Sebab itu serahkan seluruh kekawatiran mu kepada-Nya (I Petrus 5:7). Hanya mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya, yaitu mereka yang berserah penuh kepada-Nya akan menikmati kebahagiaan yang sejati.

Terhadap pandangan di atas, penulis setuju bahwa salah satu cara penyerahan diri secara total ialah percaya secara total, dan mengabdi kepada Allah serta penyerahan diri dalam arti bahwa Allah adalah maha pelindung, maha penyayang, maha tahu, dan maha mulia. Jadi iman yang sejati adalah mencakup tentang kemustahilan bagi dunia menjadi tidak mustahil bagi Allah, dalam Firman Allah mengatakan: “sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan tak kan ada yang mustahil bagimu.” ( Matius 17:20).

Pernando menjelaskan dalam buknya sikap penyerahan diri menurut Alkitab adalah menyerahkannya kepada Kristus dan membiarkan Kristus menjadi Tuhan atas hidupnya. Kristus tidak membinasakan setiap diri orang percaya yang diserahkan kepada-Nya, malahan Ia menebuskannya dan memberikannya kepada kepada setiap orang yang percaya kepadanya.

Ketaatan Dan Kesetiaan Kepada Allah

Kata ‘setia’ dalam bahasa Ibrani, berasal dari sebuah kata ‘sokong’ atau tanggung’ yang artinya Orang yang setia berarti orang yang dapat menyokong, yang menanggung, yang kepadanya kita dapat bersandar tanpa merasa kuatir (Ulangan 7:9;32:4; Yesaya 49:7; 1 Korintus 1:9; 10:13, 1 Tesalonika 5:24, 2 Tesalonika 3:3, 1 Yohanes 1:9).57 Dapat di simpulkan bahwa orang yang setia adalah seorang yang menyadari bahwa Allah setia sehingga ia mau untuk memperhatikan satu sama lain sebagai saudara dalam Tuhan.

Melalui pemaparan di atas Rey juga menjelaskan bahwa kesetiaan dalam bahasa Yunani disebut pistis. Kesetiaan ini juga terdalam dalam Amsal 20:6,”... tetapi, orang yang setia siapakah yang menemukannya” ayat ini memiliki arti, kesetiaan itu langkah ditemukan, karena itu ketika orang percaya memiliki kesetiaan, maka ia akan menjadi teladan bagi dunia yang dahaga akan kesetiaan.

Dapat di simpulkan bahwa tidak semua orang memiliki kesetiaan itu, tetapi ketika orang percaya memiliki kesetiaan di hadapan Tuhan maka dari situlah orang percaya dapat menjadi teladan bagi dunia. Naftrik mengatakan bahwa kesetiaan Allah sang khalik adalah kesetiaan terhadap dunia dan manusia yang berdosa. 

Mengapa orang percaya harus memiliki kesetiaan? Dan bahkan kesetiaan orang percaya harus menjadi teladan, penulis menyimpulkan bahwa Allah sudah terlebih dahulu setia kepada umat-Nya. Selanjutnya, seperti yang telah dikatakan oleh Barth bahwa kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya mengajarkan kepada umat pilihannya agar umat pun setia kepada Allah.

Brake juga mengatakan bahwa kita setia dalam mencari Allah karena kita memandang Allah itu baik dan murah hati. Caram mempertegas dalam bukunya bahwa orang yang menyadari ketidak berdayaannya akan berdoa dengan sungguh-sungguh dan bersandar kepada Allah. Dengan demikian ia di kuatkan dan ia mampu tetap berdiri teguh

Sama halnya yang telah dialami oleh Rasul Paulus. Caram kembali mengatakan dalam bukunya bahwa Paulus tetap setia waktu ia berada dalam kesusahan sama seperti waktu ia berada dalam keadaan baik. Tidak ada kondisi jatuh bangun dalam kehidupan Rasul Paulus. Ia telah mendapatkan Visi ilahi dan ini membuat ia hidup secara berbeda. Suatu visi yang baru mengubah cara berpikir dan cara hidup kita.

Dari pemaparan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kesetiaan yang dimaksud melalui penjelasan diatas adalah kesetiaan umat kepada Allah melalui setiap persekutuan dengan umat percaya untuk memiliki hidup yang terus mencari Tuhan dan bersandar atas setiap kehendak Tuhan. Dalam hidup beriman pun harus dapat dinyatakan dengan hidup yang berkomitmen dalam hati untuk terus rindu mencari Tuhan dan bersandar terus dengan setiap kehendak Tuhan

Ketaatan adalah buah dari iman setiap orang yang percaya kepada Tuhan. Iman tanpa ada ketaatan kepada perintah Tuhan tidak berguna. Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Tuhan, (Roma 10:17). Alkitab telah memberikan contoh bagi setiap orang percaya seorang bapak yang beriman dan memiliki ketaatan yaitu Abraham. Abraham merupakan bapak dari segala iman Kristen yang telah memberikan contoh bagi orang percaya.

John Perkins menjelaskan bahwa: Tetapi Abraham menjadi bapa iman kita sebab walaupun dia hidup dalam zaman penyembahan berhala yang orang-orangnya percaya pada banyak dewa, ia percaya pada pernyataan Allah kepadanya bahwa hanya ada satu Allah di surga. Dari berjalan keluar karena taat pada apa yang Tuhan suruh ia kerjakan-yaitu meninggalkan semua dewa lain dan kaum keluarganya, dan pergi ke negeri yang baru. dan ia pergi dengan taat, Imannya-kepercayaannya Allah dan perbuatannya berdasarkan kepercayaan itu menjadikannya bapa iman kita

Jadi ketaatan merupakan bentuk kerendahan hati setiap orang percaya kepada Allah, jadi iman yang benar selalu terarah kepada Kristus dan percaya Allah yang menopang seluruh hidup orang percaya. Ketaatan juga dapat dilihat dari setiap kehidupan sehari-hari apakah setiap orang percaya hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. Iman adalah ketaatan terhadap perintah Tuhan, dan ketaatan menimbulkan kerendahan hati kepada Tuhan.

Iman Disertai Dengan Perbuatan

Manusia tidak hanya berpikir dan menilai, dia juga memiliki proyek-proyek yang ia kerjakan. Pemikiran dan penilainya turut mempengaruhi proyeknya, menentukan sarana yang dipergunakannya, dan juga tindakannya. Sebaliknya juga proyeknya membentuk pemikirannya dan mempengaruhi kepercayaannya. Abineno menegaskan dalam bukunya bahwa Iman Kristen adalah pemberian atau anugerah Allah. Pemberian atau anugerah Allah tidak membuat manusia menjadi passif. 

Malahan sebaliknya: dalam iman, yang Allah berikan kepadanya, manusia aktif. sebab beriman artinya: mengulurkan tangan kepada Allah untuk menyambut tangan-Nya, yang terlebih dahulu di ulurkan-Nya (sebagai anugerah) kepada manusia. Oleh karena imanlah setiap orang percaya dibenarkan dan oleh karena imanlah manusia tidak lepas dari hukuman dosa.

Menurut Roma 8:33,34 kata “membenarkan” menjadi lawan kata “menghukum” jikalau demikian, maka yang disebut “membenarkan” adalah tindakan Allah sebagai Hakim, yang setelah menghakimi manusia menjatuhkan putusan, bahwa orang yang dihakiki tadi “benar’ artinya “tidak bersalah”. Dan oleh karenanya tidak dihukum. 

Kata pembenaran adalah kata yang dipakai dibidang kehakiman. Allah membenarkan manusia, artinya menganggap manusia tidak bersalah, adalah sama dengan Allah mengampuni dosa manusia atau Allah mendamaikan manusia dengan diri-Nya sendiri atau Allah menjadikan manusia menjadi anak-anak-Nya. 

Menurut Roma.3:21,23 agar manusia dapat dibenarkan di dalam penghakiman Allah, ia harus memiliki “kebanaran Allah” karena iman dalam Yesus Kristus. Jadi penulis menyimpulkan bahwa manusia haruslah memiliki pembenaran yaitu “kebenaran Allah” sebab kebenaran di dalam Kristus memberi jaminan hidup bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Menurut Prime mengatakan dalam bukunya pembenaran ialah: Kebenaran adalah kebenaran yang yang kelak pada akhir Zaman akan menjadikan orang dapat bertahan di hadapan meja penghakiman Tuhan Allah. Kebenaran berpusat iman kita kepada Kristus atas dasar kematian dan kebangkitan Kristus. Dengan kejadian itu Kristus menjadi alat pendamai bagi Allah antara manusia dengan Allah

Baca Juga: Iman; Pentingnya dan Konsep

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa iman adalah suatu pembenaran dalam setiap hidup orang percaya, di mana iman menjamin bahwa jalan hidup adalah Kristus. Dengan satu catatan bahwa Allah sumber kebenaran dan sumber kehidupan bagi setiap orang percaya yang mengandalkan Dia.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna iman berdasarkan pemikiran teologis adalah penyerahan diri secara total kepada Allah, penyerahan sepenuh hati kepada kuasa Tuhan, penyerahan diri melalui iman sejati, ketaatan dan kesetiaan kepada Allah, ketaatan sebagai buah dari iman, dan iman yang disertai dengan perbuatan. Semua ini adalah bagian dari keseluruhan konsep iman yang dalam pandangan teologis memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya.

Jadi, iman bukan hanya sekedar keyakinan, tetapi juga menghasilkan perbuatan yang mencerminkan ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. Ini adalah bagian dari perjalanan spiritual setiap orang percaya yang mengarah pada pembenaran oleh iman dalam Kristus. Dengan memiliki iman yang kokoh, setiap orang percaya dapat menghadapi kehidupan dengan keyakinan dan kepercayaan yang kuat kepada Allah.
Next Post Previous Post